Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks,
karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui
penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran
dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian
pada untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga
menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik,
stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi
masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain).
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri
menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku
yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok
atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat.
Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan
visi pembangunan kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat”. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi
percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh
penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut
dengan Desa Siaga.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada
intinya, desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu
untuk hidup sehat. Untuk dapat danmampu hidup sehat, masyarakat perlu
mengetahui masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatannya, bak sebagai individu, keluarga, ataupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat.
Beberapa determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat
adalah keturunan (heredity), keadaan gizi, gaya hidup, akses pelayanan
kesehatan dan lingkungan fisik dan nonfisik. Heredity memegang peran dalam
penentuan sifat dan karakteristik fisiologis seorang individu, seperti postur
tubuh, warna kulit dan golongan darah. Lingkungan fisik meliputi lingkungan
yang ada di sekitar manusia, seperti udara yang kita hirup, darat dan laut
sebagai sumber kehidupan, termasuk rumah dan fasilitasnya serta ketersediaan
pelayanan umum (air bersih, listrik dan jalan raya). Sedangkan faktor budaya
akan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap hidup sehat dan kesehatan
secara keseluruhan.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti
yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya
tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan,
pendidikan kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas
pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan
masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta
kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan,
imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami
kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Desa siaga ?
2. Apa tujuan dari Desa siaga ?
3. Apa saja sasaran dari Desa siaga?
4. Bagaimana langkah-langkah pengembangan Desa Siaga?
5. Bagaimana pendekatan pengembangan Desa Siaga ?

C. Tujuan Khusus
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Desa siaga
2. Untuk mengetahui tujuan dari Desa siaga
3. Untuk mengetahui Sasaran dari Desa siaga
4. Untuk mengetahui Langkah-langkah pengembangan Desa siaga
5. Untuk mengetahui pendekatan pengembangan Desa siaga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Desa Siaga


Langkah nyata untuk mewujudkan sasaran RPJMN 2004-2009, telah
diterbitkan SK Menkes No. 564/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pembangunan Desa Siaga, dengan mengambil kebijakan bahwa “seluruh desa
di Indonesia menjadi Desa Siaga pada akhir tahun 2008”.

B. Pengertian Desa Siaga


Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri menuju desa sehat.
Pengembangan desa siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan
masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan
masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, serta mengembangkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Dengan mewujudkan desa siaga akan dapat segera di
wujudkan desa sehat.
Desa siaga juga dapat merupakan pengembangan dari konsep siap antar
jaga (SIAGA), desa siap antar jaga dapat dilengkapi komponen-komponen
untuk menjadi desa siaga, yaitu dengan dikembangkannya pelayanan kesehatan
dasar dan UKBM, di kembangkannya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dikalangan masyarakat, diciptakannya kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi kegawatdaruratan dan bencana, dikembangkannya surveilans
penyakit, serta diciptakannya system pembiayaan kesehatan yang berbasis
masyarakat.
C. Tujuan Desa Siaga
1. Tujuan umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(bencana, wabah, kegawatdaruratan, dan sebagainya).
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
e. Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pembiayaan
kesehatan.
f. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong diri sendiri di bidang kesehatan.
g. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa.

D. Sasaran Pengembangan Desa Siaga


Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan desa
siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Semua individu dan keluarga di desa, yang di harapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
perempuan dan pemuda, kader desa, serta petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang di harapkan memberikan dukungan kebijakan , peraturan
perundangan, dana, tenaga,sarana , dan lain-lain. Seperti kepala desa, camat,
para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan
lainnya.

E. Kriteria Desa Siaga


Sesuai dengan pengertian desa siaga, maka kriteria lengkap desa siaga
terdiri dari 8 Indikator, yang antara lain :
1. Adanya Forum Masyarakat Desa.
2. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses
ke puskesmas / pustu, dapat dikembangkannya Pos Kesehatan Desa
(POSKESDES).
3. Adanya UKBM yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat (posyandu, warung obat desa, Ambulan Desa,
Tabulin/Dasolin/Arlin, dan lain-lain).
4. Memiliki system pengamatan penyakit dan factor-faktor risiko yang
berbasis masyarakat (Surveilans Epidemiologi).
5. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana berbasis masyarakat.
6. Adanya Upaya dan terwujudnya lingkungan yang sehat.
7. Adanya Upaya dan terwujudnya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).
8. Adanya Upaya dan terwujudnya Keluarga sadar gizi (Kadarzi).

F. Indikator Keberhasilan Desa Siaga


Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat
kelompok indikatornya, yaitu: indikator masukan, indikator proses, indikator
keluaran, dan indikator dampak. Adapun uraian untuk masing-masing indikator
adalah sebagai berikut:
1. Indikator Masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator
masukan terdiri atas hal-hal berikut:
a. Ada / tidaknya Forum Masyarakat Desa.
b. Ada / tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.
c. Ada / tidaknya UBKM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif
upaya yang dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa
Siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut:
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi / tidaknya Poskesdes.
c. Berfungsi / tidaknya UBKM yang ada.
d. Berfungsi / tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan
Kegawatdaruratan dan Bencana.
e. Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
f. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
3. Indikator Keluaran
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
hasil kegiatan yang dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan
Desa Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut:
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes.
b. Cakupan pelayanan UBKM-UBKM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi
dan PHBS.
4. Indikator Dampak.
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
dampak dan hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa
Siaga. Indikator dampak terdiri atas hal-hal berikut:
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit.
b. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
c. Jumlah ibu yang melahirkan dan meninggal dunia.
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.

G. Langkah-Langkah Pengembangan Desa Siaga


Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu /
memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus
atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian
masyarakat). Yaitu dengan menempuh tahap-tahap :
1. Mengidentifikasi masalah, penyebabnya, dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah,
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan
masalah,
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan
melaksanakannya, serta
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah
dilakukan. Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun
secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah
sebagai berikut :
a. Pengembangan Tim Petugas Kecamatan (lintas program/lintas sektor)
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan
lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para
petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas
teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini bisa
berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi,
yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output dari
langkah ini para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap
bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada
pemangku kepentingan dan masyarakat.
b. Pengembangan Tim di Masyarakat (Forum Desa Siaga)
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas,
tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau
bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam
langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan,
agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau
anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain, sehingga
pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan
pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka
memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik
guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga.
Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral,
dukungan finansial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan
persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Jika di
daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan
Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta
organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini
diikutsertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan.
c. Survei Mawas Diri (SMD)
Survei mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau
Community Self Survey (CSS) bertujuan agar masyarakat dengan
bimbingan petugas mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya.
Survei ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat
dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan
mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta
bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya. Untuk itu, sebelumnya
perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah-masalah
kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam
mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut
d. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Tujuan penyelenggaraan musyawarah atau lokakarya desa ini
adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan hasil SMD
dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk
menyusun rencana jangka panjang pengembangan Desa Siaga. Inisiatif
penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari para tokoh
masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga.
Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda
setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha
yang bersedia mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya
(untuk itu diperlukan upaya advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan,
utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan
masyarakat. Hasil pendapatan tersebut dimusyawarahkan untuk
penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat
disumbangkan oleh masing-masing individu/institusi yang diwakilinya,
serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan Desa Siaga. Dalam
hal ini, seyogianya masyarakat difasilitasi untuk sampai kepada
kesimpulan tentang pentingnya hal-hal yang disebutkan sebagai kriteria
Desa Siaga.
e. Pelaksanaan Kegiatan Desa Siaga
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan
kegiatan sebagai berikut:
1. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga, Pemilihan pengurus dan
kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan
formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat.
Pemilihan dilakukan secara musyawarah & mufakat, sesuai dengan
tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
2. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga, Sebelum melaksanakan
tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu
diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan
oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman orientasi /pelatihan yang
berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan
dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga
(sebagaimana telah dirumuskan dalam Rencana Operasional). Yaitu
antara lain pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan
pengelolaan palayanan kesehatan dasar seperti Poskesdes (jika
diperlukan), pengelolaan UKBM, serta hal-hal lain seperti kehamilan
dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi,
posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular,
penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-
PLP), kegawat-daruratan sehari-hari, kesiapsiagaan bencana, kejadian
luar biasa, warung obat desa (WOD), diversifikasikan pertanian
tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), dan lain-lain.
3. Pengembangan Pelayanan Kesehatan Dasar Dan UKBM, Dalam hal
ini, pembangunan Poskesdes (jika diperlukan) bisa dikembangkan dari
UKBM yang sudah ada, khususnya Polindes. Apabila tidak ada
Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja
pembangunan Poskesdes. Dengan demikian sudah diketahui
bagaimana pelayanan kesehatan dasar tersebut akan diadakan,
membangun baru dengan fasilitas dari Pemerintah, membangun baru
dengan bantuan dari donatur, membangun baru dengan swadaya
masyarakat, mengembangkan bangunan Polindes yang ada, atau
memodifikasi bangunan lain yang ada. Bilamana Poskesdes Sudah
berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk
UKBM-UKBM yang diperlukan, dan belum ada di desa yang
bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak
aktif.
Dengan telah adanya pelayanan kesehatan dasar dan UKBM serta
terlatihnya kader dan terbentuknya Forum Desa Siaga, maka desa yang
bersangkutan telah dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga Aktif. Setelah
Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan
Desa Siaga secara rutin sesuai dengan kriteria Desa Siaga, yaitu
pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat, pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana,
penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju Kadarzi dan
PHBS, serta penyehatan lingkungan.
Pelayanan kesehatan dasar melalui Poskesdes (bila ada), dan
Pelayanan UKBM seperti Posyandu dan Lain-lain digiatkan dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku.Kegiatan-kegiatan di Desa
Siaga utamanya dilakukan oleh kader kesehatan yang dibantu tenaga
kesehatan profesional (bidan, perawat, tenaga gizi, dan sanitarian).
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan
dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.

H. Desa Siaga yang Baik


Desa Siaga didefinisikan sebagai desa yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemandirian serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara
mandiri.
Program Desa Siaga diluncurkan karena dipicu oleh kenyataan bahwa
program visi Indonesia Sehat 2010 terancam tidak bisa tercapai tepat waktu.
Grand strategi Desa Siaga telah digaungkan dalam berbagai program dan telah
menjadi icon penting sebagaimana tergambar dan tema Hari Kesehatan
Nasional ke-42 pada bulan November Tahun 2006 “Melalui Desa Rakyat
Sehat”.
Sebuah desa dikategorikan sebagai Desa Siaga apabila desa tersebut telah
memiliki sekurang-kurangnya sebuah pos kesehatan desa (Poskesdes), karena
Poskesdes memiliki tugas sebagai pusat pengembangan Desa Siaga dan
sekaligus sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar di tingkat desa. Sebagai
pusat pengembangan Desa Poskesdes merupakan koordinator bagi UKBM-
UKBM yang ada di Desa Siaga. Desa Siaga dapat dikatakan merekonstruksi
atau membangun kembali berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM). Desa Siaga nantinya akan mengalami sistem pengamatan penyakit
dan faktor-faktor risiko penyakit berbasis masyarakat.
Desa Siaga adalah desa yang memiliki:
1. Pemimpin atau tokoh masyarakat yang peduli kepada Kesehatan
2. Organisasi kemasyarakatan yang peduli kepada kesehatan masyarakat desa
3. Berbagai Upaya Kesehatan Bersurnberdaya Masyarakat (UKBM)
4. Poskesdes yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar
5. Sistem surveilans (penyakit, gizi, kesling dan PHBS) yang berbasis
masyarakat
6. Sistem pelayanan kegawat-daruratan masyarakat (safe community) yang
berfungsi dengan baik
7. Sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat (mandiri dalam
pembiayaan kesehatan seperti adanya Tabungan Ibu Bersalin, Dana Sehat,
Dana Sosial Keagamaan).
Langkah pengembangan desa siaga:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pemantauan dan Evaluasi
4. Pendekatan pengembangan desa siaga
a. Pengembangan tim petugas
b. Pengembangan tim di masyarakat
c. Survei mawas diri
d. Musyawarah masyarakat desa (MMD)
5. Pelaksanaan kegiatan
a. Pemilahan pengurus dan kader desa siaga
b. Orientasi/pelatihan kader desa siaga
c. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain
d. Penyelenggaraan kegiatan desa siaga
6. Pembinaan dan peningkatan

Inti kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu maka dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi
(menfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa
proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang di hadapinya. Untuk
menuju desa siaga perlu di kaji upaya-upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang sudah ada seperti posyandu, polindes, pos obat
desa, dana sehat, siap antar jaga kesehatan ibu dan anak (Siaga KIA) dan lain-
lain sebagai embrio atau titik awal sebagai pengembangan menuju desa siaga.
Dengan demikian, mengubah desa menjadi desa siaga akan lebih cepat bila di
desa tersebut telah ada berbagai UKBM. Pengembangan desa siaga juga
merupakan revitalisasi pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
sebagai pendekatan edukatif yang perlu di hidupkan kembali, dipertahankan
dan ditingkatkan.
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja
sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan
Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai
pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan
melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri atau Forum
Komunikasi Desa Sehat dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga (minimal
sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk memantapkan kerjasama, juga
diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah
pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan
program-program pembangunan yang bersasaran desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah
keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak
drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial-
psikologisnya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan
kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan
pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan
tambahan, misalnya dengan pemberian gaji / intensif atau difasilitasi agar dapat
berwirausaha.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi
(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa
proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.

B. Saran
Terwujudnya Desa Siaga tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya sekedar
tahu tentang Desa Siaga, namun juga akam melakukan perubahan sesuai
dengan tingkat kemampuannya untuk merealisasikan Desa Siaga

Anda mungkin juga menyukai