Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cemas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan bingung, was-was,

bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih mengacu pada keadaan normal.

Sedangkan gangguan kecemasan merujuk pada kondisi patologis. Kecemasan sendiri

mempunyai rentang yang luas dan normal sampai level yang berat. Kecemasan sendiri

dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma

pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Kecemasan normal

sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa

dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri.

Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk pada suatu respon mental dan

fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih berupa

respon fisiologis ketimbang respon patologis terhadap ancaman. Sehingga perilaku orang

cemas tidaklah harus abnormal, bahkan kecemasan merupakan respons yang sangat

diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan orang untuk menghadapi ancaman (baik fisik

maupun psikologik). Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal

dan hampir semua orang pernah mengalaminya.

Cemas umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap tekanan dalam kehidupan

sehari-hari. Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang disebabkan oleh

tekanan ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronik dan serius atau permasalahan

keluarga maka akan berlangsung lama; kecemasan yang berkepanjangan sering menjadi

patologis. Ia menghasilkan serangkaian gejala-gejala hiperaktivitas otonom yang

1
mengenai sistem muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal dan bahkan

genitourinarius.

Respon kecemasan yang berkepanjangan ini sering diberi istilah gangguan kecemasan,

dan ini merupakan penyakit. Dari aspek klinik kecemasan dapat dijumpai pada orang yang

menderita stress normal; pada orang yang menderita sakit fisik berat, lama dan kronik;

pada orang dengan gangguan psikiatri berat (skizofrenia, gangguan bipoler dan depresi);

dan pada segolongan penyakit yang berdiri sendiri yang dinamakan gangguan kecemasan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah diagnosis pada kasus?

2. Bagaimana gejala pada kasus?

3. Apakah etiologi dari kasus?

4. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus?

5. Bagaiman prognosis dari kasus?

6. Apakah KIE yang diberikan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui diagnosis dari kasus

2. Mengetahui gejala pada kasus

3. Mengetahui etiologi pada kasus

4. Mengetahu dan memahami penatalaksanaan pada kasus

5. Mengetahui prognosis pada kasus

6. Mengetahui dan memahami KIE yang diberikan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang

menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau

tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak

menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan

psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010:104).

Namora Lumongga Lubis (2009:14) menjelaskan bahwa kecemasan adalah

tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan

karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir

tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi.

2.2 Gejala Kecemasan

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak

jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur

tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan

ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari

kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).

Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan

kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak menyenangkan. Gejala-gejala

kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, &

Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut dan cemas

merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut
3
muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak

menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal

dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu. Kholil Lur Rochman,

(2010:103) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian

menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan

bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan

sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,

akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.

c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of

persecution (delusi yang dikejar-kejar).

d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak

berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan

jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164)

mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :

a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak,

berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin,

mudah marah atau tersinggung.

b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang,

melekat dan dependen

4
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan

terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan

bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan

ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau

kebingungan, sulit berkonsentrasi.

2.3 Faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar

tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa- peristiwa atau situasi

khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah

(2003:11) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya

pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,

ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman

terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan

keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika

dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,

5
semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-

kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan.

Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan

beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam

dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya

terlihat jelas didalam pikiran

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal

yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering

pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang

terlihat dalam bentuk yang umum.

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan

dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi

keseluruhan kepribadian penderitanya.

Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu,

keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan

keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.

2.4 Jenis-jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya

sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak

6
(2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :

a. Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam,

misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok

normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

b. Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan- keadaan

spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam

c. Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk

apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut

sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan

manusia.

Sedangkan Kartono Kartini (2006: 45) membagi kecemasan menjadi dua jenis

kecemasan, yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan

ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian

seseorang, karenakecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang

individu untuk mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah

suatu kecemasan yang wajar terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang

mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul

kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-hati

dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan

yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut
7
tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan

tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.

b. Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara

mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan semacam ini

maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat

menghambat atau merugikanperkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini

dibagi menjadi dua yaitu kecemasanberat yang sebentar dan lama.Kecemasan yang berat

tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis padaindividu jika menghadapi

situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya kecemasan.Sedangakan

kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Halini

akan berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses

kognisiindividu. Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam

penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).

2.5 Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan

atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat secara intensif

ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah & Julianty Widuri (2007:77)

membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Fobia Spesifik

Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau

8
antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.

b. Fobia Sosial

Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya

berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi

dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina

atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau

menampilkan perilaku lain yang memalukan.

c. Gangguan Panik

Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang

spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada gangguan

panik antara lain ; sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit

didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa

gangguan panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan

pertanda datangnya kematian atau kecacatan.

d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)

Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang

berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang

menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada

penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.

Sedangkan Sutardjo Wiramihardja (2005:71) membagi gangguan kecemasan

yang terdiri dari :

a. Panic Disorder

Panic Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan panik

yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi orang lain bukan

9
merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom yang menandakan kondisi

panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang kering) atau justru

kerongkongan tidak bisa menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.

b. Agrophobia

Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia

merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun

psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia takut

pada kerumunan dan tempat-tempat ramai.

2.6 Etiologi Gangguan Kecemasan

Penyebab gangguan kecemasan, faktor biologis, psikologis, dan sosial. Faktor

biologis kecemasan akibat dari reaksi syaraf otonom yang berlebihan dan terjadi

pelepasan katekholamine. Dilihat dari aspek psikoanalisis kecemasan dapat terjadi akibat

impuls-impuls bawah sadar yang masuk ke alam sadar. Mekanisme pertahanan jiwa yang

tidak sepenuhnya berhasil dapat menimbulkan kecemasan yang mengambang,

displacement dapat mengakibatkan reaksi fobia, undoing, reaksi formasi, dan dapat

mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif. Sedangkan ketidak-berhasilan represi

mengakibatkan gangguan panik. Dari pendekatan sosial, kecemasan dapat disebabkan

karena konflik, frustasi, krisis atau tekanan.

2.7 Gejala umum gangguan kecemasan

a. Gejala psikologik

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut

kehilangan kontrol dan sebagainya.

10
b. Gejala fisik

Berkeringat, Gemetar, jantung berdebar-debar, pusing, kepala terasa ringan,

ketegangan otot, mual, sulit bernafas, kebas, diare, gelisah, gatal, nyeri ulu hati dll.

Pasien dengan gangguan kecemasan kronik biasanya memiliki keluhan seperti:

rasa sesak nafas, dada terasa sakit, kadang merasa harus menarik nafas dalam, dada terasa

tertekan, jantung berdebar, mual, vertigo, tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan;

kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus, kaki merasa

lemah, sehingga langkah kaki dirasakan berat kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi

keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini

tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan kecemasan kronik, melainkan

seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi

pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan

cukup gawat.

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Psikofarmaka

Obat tidak akan menyembuhkan gangguan kecemasan, tetapi bisa tetap di bawah

kontrol sedangkan orang yang menerima psikoterapi. Obat utama yang digunakan untuk

gangguan kecemasan adalah antidepresan, obat anti-kecemasan, dan-beta blockers untuk

mengendalikan beberapa gejala fisik. Dengan perawatan yang tepat, banyak orang dengan

gangguan kecemasan dapat memimpin normal, memenuhi hidup.

a. Antidepresan

11
Antidepresan dikembangkan untuk mengobati depresi tetapi juga efektif untuk

gangguan kecemasan. Meskipun pengobatan ini mulai mengubah kimia otak setelah dosis

pertama, efek penuh mereka memerlukan serangkaian perubahan terjadi, biasanya sekitar

4 sampai 6 minggu sebelum gejala mulai pudar. Hal ini penting untuk melanjutkan

pengambilan obat ini cukup lama untuk membiarkan mereka bekerja.

b. SSRI

Beberapa antidepresan terbaru Reuptake disebut inhibitor serotonin selektif, atau

SSRI. SSRI mengubah tingkat serotonin neurotransmitter di otak, yang, seperti

neurotransmiter lain, membantu sel-sel otak berkomunikasi dengan satu sama lain.

Fluoxetine (Prozac ®), sertraline (Zoloft ®), escitalopram (® Lexapro), paroxetine

(Paxil ®), dan citalopram (Celexa ®) adalah beberapa dari SSRIs umumnya diresepkan

untuk gangguan panik, OCD, PTSD, dan fobia sosial. SSRI juga digunakan untuk

mengobati gangguan panik ketika itu terjadi dalam kombinasi dengan OCD, fobia sosial,

atau depresi. Venlafaxine (Effexor ®), obat yang berhubungan erat dengan SSRI,

digunakan untuk mengobati GAD. Obat-obat ini dimulai dengan dosis rendah dan secara

bertahap meningkat sampai mereka memiliki efek yang menguntungkan.

SSRI memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan antidepresan lebih tua,

tetapi mereka kadang-kadang menghasilkan sedikit mual atau kegugupan ketika orang

pertama mulai membawa mereka. Beberapa orang juga mengalami disfungsi seksual

dengan SSRI, yang mungkin dibantu oleh menyesuaikan dosis atau beralih ke SSRI yang

lain.

c. Tricyclics

Tricyclics lebih tua dari SSRIs dan kerja serta SSRI untuk gangguan kecemasan

12
selain OCD. Mereka juga dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur

meningkat. Mereka kadang-kadang menyebabkan pusing, mengantuk, mulut kering, dan

berat badan, yang biasanya dapat diperbaiki dengan mengubah dosis atau beralih ke obat

trisiklik lain.

Tricyclics termasuk imipramine (Tofranil ®), yang diresepkan untuk gangguan

panik dan GAD, dan clomipramine (Anafranil ®), yang merupakan antidepresan trisiklik

hanya berguna untuk mengobati OCD.

d. MAOIs

Oksidase inhibitor monoamina (MAOIs) adalah kelas tertua obat antidepresan. The

MAOIs paling sering diresepkan untuk gangguan kecemasan adalah phenelzine (Nardil

®), diikuti oleh tranylcypromine (Parnate ®), dan isocarboxazid (Marplan ®), yang

berguna untuk mengobati gangguan panik dan fobia sosial. Orang-orang yang mengambil

MAOIs tidak bisa makan berbagai makanan dan minuman (termasuk keju dan anggur

merah) yang mengandung tyramine atau mengambil obat tertentu, termasuk beberapa jenis

pil KB, penghilang rasa sakit (seperti Advil ®, Motrin ®, atau Tylenol ®) , suplemen

dingin dan obat alergi, dan herbal; zat-zat yang dapat berinteraksi dengan MAOIs

menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berbahaya. Pengembangan patch kulit

MAOI baru dapat membantu mengurangi risiko ini. MAOIs juga dapat bereaksi dengan

SSRI untuk menghasilkan suatu kondisi serius yang disebut "sindrom serotonin," yang

dapat menyebabkan kebingungan, halusinasi, berkeringat meningkat, kekakuan otot,

kejang, perubahan tekanan darah atau irama jantung, dan kondisi berpotensi mengancam

kehidupan lainnya.
13
e. Obat Anti-Anxiety

High-potensi benzodiazepine memerangi kecemasan dan memiliki beberapa efek

samping selain ngantuk. Karena orang-orang bisa terbiasa dengan mereka dan mungkin

memerlukan dosis yang lebih tinggi dan lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama,

benzodiazepine umumnya diresepkan untuk jangka waktu yang singkat, terutama bagi

orang-orang yang telah menyalahgunakan obat atau alkohol, dan yang menjadi tergantung

pada obat-obatan dengan mudah. Satu pengecualian terhadap peraturan ini adalah orang

dengan gangguan panik, yang dapat mengambil benzodiazepine sampai setahun tanpa

membahayakan.

Clonazepam (Klonopin ®) digunakan untuk fobia sosial dan GAD, lorazepam

(Ativan ®) sangat membantu untuk gangguan panik, dan alprazolam (Xanax ®) berguna

untuk kedua gangguan panik dan GAD.

Beberapa orang mengalami gejala-gejala penarikan diri jika mereka berhenti

mengambil benzodiazepine tiba-tiba bukan lentik off, dan kecemasan dapat kembali

setelah pengobatan dihentikan. Masalah-masalah ini potensial menyebabkan beberapa

dokter untuk menghindar dari menggunakan obat atau menggunakannya dalam dosis yang

tidak memadai.

Buspirone (BuSpar ®), sebuah azapirone, adalah obat anti-kecemasan baru

digunakan untuk mengobati GAD. Kemungkinan efek samping termasuk pusing, sakit

kepala, dan mual. Tidak seperti benzodiazepine, buspirone harus diambil secara konsisten

selama minimal 2 minggu untuk mencapai efek anti-kecemasan.

f. Beta-Blockers Beta-bloker

14
Beta-blocker, seperti propranolol (Inderal ®), yang digunakan untuk merawat

kondisi jantung, dapat mencegah gejala-gejala fisik yang menyertai gangguan kecemasan

tertentu, terutama fobia sosial. Ketika situasi takut dapat diprediksi (seperti memberikan

pidato), dokter mungkin meresepkan beta-blocker untuk menjaga gejala fisik kecemasan

di bawah kontrol.

2.8.2 Psikoterapi

Psikoterapi melibatkan berbicara dengan kesehatan mental yang terlatih

profesional, seperti psikiater, psikolog, pekerja sosial, atau konselor, untuk menemukan

apa yang menyebabkan gangguan kecemasan dan bagaimana menangani gejala.

a. Cognitive-Behavioral Therapy Cognitive-Behavioral Therapy

Terapi kognitif-perilaku (CBT) sangat berguna dalam pengobatan gangguan

kecemasan. Bagian kognitif membantu orang mengubah pola pikir yang mendukung

ketakutan mereka, dan bagian perilaku membantu orang mengubah cara mereka bereaksi

terhadap situasi kecemasan-merangsang.

Misalnya, CBT dapat membantu orang dengan gangguan panik belajar bahwa

serangan panik mereka tidak benar-benar serangan jantung dan membantu orang dengan

fobia sosial belajar bagaimana untuk mengatasi keyakinan bahwa orang lain selalu

mengawasi dan menilai mereka. Ketika orang siap untuk menghadapi ketakutan mereka,

mereka menunjukkan cara menggunakan teknik eksposur untuk menurunkan rasa mudah

terpengaruh diri untuk situasi-situasi yang memicu kecemasan mereka.

Orang dengan OCD yang takut kotoran dan kuman yang didorong untuk

mendapatkan tangan mereka kotor dan menunggu meningkatnya jumlah waktu sebelum
15
mencuci mereka. Terapis membantu orang mengatasi kecemasan yang menunggu

menghasilkan; setelah latihan telah diulang beberapa kali, kegelisahan berkurang. Orang

dengan fobia sosial dapat didorong untuk menghabiskan waktu dalam situasi sosial takut

tanpa menyerah pada godaan untuk melarikan diri dan membuat kesalahan sosial kecil dan

amati bagaimana orang menanggapi mereka. Karena respon biasanya jauh lebih keras

daripada orang ketakutan, kecemasan tersebut berkurang. Orang dengan PTSD dapat

didukung melalui mengingat peristiwa traumatik mereka dalam situasi yang aman, yang

membantu mengurangi rasa takut itu menghasilkan. CBT terapis juga mengajarkan napas

dalam-dalam dan jenis-jenis latihan untuk mengurangi kecemasan dan mendorong

relaksasi.

Terapi perilaku Eksposur berbasis telah digunakan selama bertahun-tahun untuk

mengobati fobia spesifik. Orang yang secara bertahap menemukan objek atau situasi yang

ditakuti, mungkin pada awalnya hanya melalui gambar atau kaset, kemudian tatap muka.

Seringkali terapis akan menemani seseorang ke situasi takut untuk memberikan dukungan

dan bimbingan.

CBT dilakukan ketika orang memutuskan mereka siap untuk itu dan dengan izin

mereka dan kerja sama. Agar efektif, terapi harus diarahkan pada kecemasan tertentu

orang tersebut dan harus sesuai dengan kebutuhan nya. Ada efek samping tidak lain

ketidaknyamanan sementara kecemasan meningkat.

CBT atau terapi perilaku sering berlangsung sekitar 12 minggu. Ini dapat

dilakukan secara individual atau dengan sekelompok orang yang memiliki masalah yang

sama. Kelompok terapi sangat efektif untuk fobia sosial. Sering kali "PR" diberikan bagi

peserta untuk menyelesaikan antara sesiAda beberapa bukti bahwa manfaat dari CBT

16
bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan untuk orang dengan gangguan

panik, dan yang sama mungkin benar untuk OCD, PTSD, dan fobia sosial. Jika gangguan

yang berulang di kemudian hari, terapi yang sama dapat digunakan untuk mengobati

dengan sukses untuk kedua kalinya. Obat dapat dikombinasikan dengan psikoterapi

untuk gangguan kecemasan yang spesifik, dan ini adalah pendekatan pengobatan terbaik

untuk orang banyak

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Senario Kasus

Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke klinik dokter gigi dengan keluhan

lubang pada gigi geraham kanan sejak 3 bulan yang lalu. Pada saat dokter gigi memeriksa,

dokter melihat pasien sangat cemas disertai dengan tangan gemetar dan keringat dingin.

Pasien mengatakan bahwa dirinya selalu cemas bila berhadapan dengan dokter atau rumah

sakit sejak kecil. Pasien pernah mengalami sesak nafas dan rasa tercekik saat diambil

darahnya oleh perawat. Pasien menanyakan pada dokter, apakah dirinya mengalami

gangguan jiwa sedangkan tidak ada riwayat gangguan jiwa di keluarga pasien. Dokter gigi

meyarankan pasien untuk ke dokter umum sehingga mendapat pengobatan yang sesuai.

3.2 Terminologi

a. Gangguan Jiwa: Gangguan jiwa atau mental ilnes adalah kesulitan yang harus dihadapi

oleh seorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena

pesepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri

(Djamaluddin, 2001)

Gangguan Jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahn pada fungsi jiwa

yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa

b.Cemas: Reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan keidupan seseorang

c. Sesak Napas: Islitalah kedokteran untuk kondisi sesak, dapat diartikan sebagai kondisi

dimana dibutuhkan usaha berlebih untuk bernapas dan aktivitas bernapas

menjadi aktivitas sadar.

18
3.3 Diagnosis kasus

Gangguan Kecemasan/ Anxietas disorder

3.4 Gejala Cemas yang dirasakan pasien

 Fisik : Tangan gemetar, keringat dingin, dan berdebar.

 Perasaan : Kegelisahan dan ketidaknyamanan

 Pikiran : Khawatir berlebihan

 Perilaku : Menghindar

3.5 Etiologi

a. Faktor biologis

Faktor biologis kecemasan akibat dari reaksi syaraf otonom yang berlebihan dan

terjadi pelepasan katekholamine.

b.Faktor psikologis

Dilihat dari aspek psikoanalisis kecemasan dapat terjadi akibat impuls-impuls bawah

sadar yang masuk ke alam sadar. Mekanisme pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya

berhasil dapat menimbulkan kecemasan yang mengambang, displacement dapat

mengakibatkan reaksi fobia, undoing, reaksi formasi, dan dapat mengakibatkan gangguan

obsesi kompulsif. Sedangkan ketidak-berhasilan represi mengakibatkan gangguan panik.

c.Faktor social

Dari pendekatan sosial, kecemasan dapat disebabkan karena konflik, frustasi, krisis

atau tekanan.

19
3.6 Prognosis pada kasus

Prognosis pada kasus baik apabila pasien kooperatif dengan perawatan secara

farmakologis dan psikologis yang baik. Tergantung dengan tingkat keparahan cemas itu

sendiri.

3.7 Penatalaksanaan kasus

a. Secara Farmakoterapi

 Anti cemas

- Benzodiazepin

Diazepam (Valium, Mentalium, Lovium), Chlordiazepoxide

(Arsitran, Cetabrium), Bromazepam (Lexotan), Lorazepam

(Ativan, Renaquil, Merlopan), Prazepam (Equipax), Oxazolam

(Serenal-10), Alprazolam (Xanax, Alganax, Calmlet), Clorazepate

(Tranxene), Clobazam (Frisium)

- Non- benzodiazepin

Buspirone (Buspar, Tran-Q, Xiety), Sulpiride (Dogmatil-50),

Hydroxyzine (Iterax)

b. Psikoterapi

- Terapi perilaku

- Terapi kognitif perilaku

Bagian kognitif membantu orang mengubah pola pikir yang

mendukung ketakutan mereka, dan bagian perilaku membantu

orang mengubah cara mereka bereaksi terhadap situasi kecemasan-

merangsang.

20
3.8 KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) pada kasus

a. menghentikan pikiran negatif

b. pasien harus menerima kecemasan itu sendiri, karena jika dianggap sebagai

ancaman aka memperburuk keadaan

c. Mengatur napas dan pikiran untuk membantu tubuh menjadi rileks dan mampu

membantu menghentikan serangan kecemasan.

21
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau

ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam

cara-cara yang jelas. Gejala Cemas yang dirasakan pasien secara fisik, seperti tangan gemetar,

keringat dingin, dan berdebar. Secara perasan yaitu kegelisahan dan ketidaknyamana, Pikiran

yaitu khawatir berlebihan secara perilaku yaitu secara menghindar. Penatalaksanaan yang

diberikan yaitu dapat berupa obat anti cemas, golongan benzodiazepin dan non

benzodiazepin. Serta terapi kogitif dan kognitif perilaku.

22
Daftar Pustaka

1. American Psychiatric Association, Diagnostic Criteria, DSM -IV - TR, 2005 : 209 -

223

2. Departemen Kesehatan R.l. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat , Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Gangguan Anxietas.

3. Departemen Kesehatan R.l. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993: 171 -195.

4. Setyonegoro KR, Iskandar Y : Anxietas. Yayasan Drama Usada, Yakarta, 1980:2-4.

5. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10 th.ed.

Lippincott Williams & Wilkins, 2007:579- 633.

6. Stahl SM: Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical

Applications 2nd ed Cambridge University Press . 2002 : 300

23

Anda mungkin juga menyukai