Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pendidikan adalah interaksi aktif antara masukan sarana, terutama

pendidik dengan masukan mentah, dan berwujud dalam proses pembelajaran.

Pihak pendidik (pembimbing, pengajar atau pembelajar, pelatih, pamong belajar)

berperan untuk membantu peserta didik melakukan belajar yang berdaya guna dan

berhasil guna, sedangkan pihak peserta didik (siswa, warga belajar, peserta

latihan) melakukan kegiatan belajar (Sudjana, 2005). Dalam pembelajaran, peserta

didik tidak melakukan kegiatan belajar seorang diri melainkan belajar bersama

orang lain dengan berfikir dan bertindak di dalam dan terhadap dunia

kehidupannya. Singkatnya, proses pendidikan dijabarkan dalam proses

pembelajaran yaitu kegiatan peserta didik untuk belajar, sedangkan pendidik

berperan untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.

Kegiatan belajar idealnya tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan

masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan

membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan

memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang

(Trianto, 2007:1). Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya

mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)

dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak

rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan.
2

Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat

konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu

bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih

substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan

dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang

secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Selama ini keadaan yang berlangsung di lapangan tidak seperti yang

diharapkan. Pembelajaran Produktif Jasa Boga untuk meningkatan hasil belajar

siswa secara optimal belum ditangani secara sistematis dan terarah di sekolah-

sekolah terutama sekolah menengah kejuruan (SMK). Dalam realita pembelajaran

Produktif Jasa Boga siswa kelas X JB 1 semester I SMKN 2 Bangli tahun

pelajaran 2014/2015, siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran,

terutama dalam hal bertanya tentang materi yang belum dimengertinya.

Permasalahan ini tentunya membuat hasil belajar siswa dalam materi melakukan

persiapan pengolahan menjadi kurang optimal.

Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi permasalah

tersebut adalah dengan menerapkan metode Tanya jawab. Metode tanya jawab

adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan

murid menjawab, atau bisa juga suatu metode di dalam pendidikan di mana guru

bertanyan sedang murid menjawab bahan atau materi yang ingin di perolehnya.

Dengan banyaknya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa,

tentunya siswa akan terangsang untuk ikut bertanya juga. Hal itu dikarenakan

siswa akan semakin penasaran dan rasa ingin tahu siswa akan dapat ditingkatkan.
3

Jika rasa ingin tahu siswa sudah dapat ditingkatkan, maka hasil belajar siswa akan

dapat ditingkatkan secara optimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diduga bahwa penerapan

metode Tanya jawab dalam pembelajaran Produktif Jasa Boga siswa kelas X JB 1

semester I SMKN 2 Bangli tahun pelajaran 2014/2015 akan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Maka dari itu penelitian ini akan mengambil judul penerapan

metode tanya jawab untuk meningkatkan hasil belajar Produktif Jasa Boga siswa

kelas X JB 1 semester I SMKN 2 Bangli tahun pelajaran 2014/2015.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang

terjadi pada siswa kelas X JB 1 semester I SMKN 2 Bangli tahun pelajaran

2014/2015 dalam mata pelajaran Produktif Jasa Boga sebagai berikut.


1) Pembelajaran yang diterapkan oleh guru cenderung bersifat konvensional,

sehingga pembelajaran masih berpusat kepada guru.


2) Hasil belajar Produktif Jasa Boga siswa masih belum optimal.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam penelitian ini permasalahan yang diteliti terbatas pada upaya untuk

meningkatkan hasil belajar Produktif Jasa Boga pada siswa kelas X JB 1 semester

I SMKN 2 Bangli tahun pelajaran 2014/2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengajukan rumusan

masalah yaitu:
4

1. Apakah penerapan metode tanya jawab dapat meningkatkan hasil

belajar Produktif Jasa Boga siswa kelas X JB 1 semester I SMKN 2

Bangli tahun pelajaran 2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Produktif Jasa Boga siswa

kelas X JB 1 semester I SMKN 2 Bangli tahun pelajaran 2014/2015

setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode tanya

jawab.

1.6 Manfaat Penelitian


Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan, baik dari segi teori maupun dari segi praktis.


1. Manfaat Teori
Manfaat teoritik dari penelitian ini adalah dapat dijadikan pedoman dan

landasan teoritik dalam pemecahan masalah belajar dan pembelajaran

Produktif Jasa Boga di SMKN 2 Bangli.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru

pentingnya menerapkan metode tanya jawab dalam menuju pencapaian

kompetensi optimal siswa, sehingga dapat menciptakan suasana belajar

yang kondusif dan menyenangkan dalam pembelajaran Produktif Jasa

Boga.
b. Bagi Siswa
5

Penelitian ini diharapkan akan mengubah paradigma siswa yang selama

ini sebagai konsumen ide berubah menjadi produsen ide dalam

pembelajaran Produktif Jasa Boga.


c. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain meningkatkan

dan mengembangkan metode Tanya jawab dalam pembelajaran Produktif

Jasa Boga di SMK lainnya.


6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Metode Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru

mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau bisa juga suatu metode di

dalam pendidikan di mana guru bertanyan sedang murid menjawab bahan atau

materi yang ingin di perolehnya (anonim, 2010).

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menerapkan metode tanya jawab

adalah:

1) Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua

jawaban yang mungkin akan di dengarkannya dari murid atas suatu

pertanyaan yang di ajukannya.

2) Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang di ajukan

olehnya kepada murid dengan cepat.

3) Pertanyaan-pertanyaan harus jelas dan singkat ini harus di perhatikan,

sebab pertanyaan-pertanyaan harus di ajukan secara lisan.

4) Susunlah pertanyaan dalam bahasa yang mudah di pahami murid. Guru

harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas.

5) Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan,

sehingga murid dapat merumuskannya dengan sistematis.


7

6) Tanya jawab harus di lakukan dengan suasana yang tenang dan bukan

dalam suasana yang tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak

sehat di antara anak didik.

7) Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab

pertanyaan dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera, giliran di

berikan kepada murid yang lain.

8) Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problem saja.

9) Pertanyaan harus di bedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan

pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan

hanya fakta-fakta.

Dengan menggunakan tanya jawab ini guru dapat memberikan motivasi atau

stimulus kepada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam belajar yaitu guru

memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan tersebut,

atas arahan dari guru baik di lakukan pada waktu apersepsi selingan maupun

waktu berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Selain dari pada itu tanya jawab

bisa di lakukan pada waktu guru belum menjumpai materi pelajaran yang akan di

sampaikan kepada siswa.

Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan

metode tanya-jawab, berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam

tiap kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan

sejauh manakah kewajaran penggunaan metode tanya-jawab.


8

Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas

1. Melanjutkan pelajaran yang lalu

Di suatu kelas SMK Guru akan mengajarkan pokok bahasan “puisi baru”,

dengan bertanya : “Bentuk-bentuk puisi lama, dalam sastra melayu, telah kita

kenal. Tiap-tiap macam memiliki ciri yang berbeda, yang merupakan ikatan. Oleh

karena itulah tiap bentuk mempunyai nama sendiri. Coba sekarang kita tulis di

papan tulis apa yang kemarin telah kita pelajari.

Guru : ”Apa sajakah nama-nama puisi lama itu?”

Siswa : “pantun”

Guru : “Baik, coba sebutkan yang lain, Wati!”

Siswa : “talibun, karmina”"

Guru : “Betulkah anak-anak?”

Siswa : “Betul, tetapi masih ada lagi, syair”

Guru : “Bagus, hari ini akan ibu lanjutkan dengan lahirnya puisi baru”.

Apakah ini penggunaan metode tanya-jawab yang baik ? Di sini Guru

menggunakan teknik tersebut untuk meninjau secara singkat pelajaran yang lalu

dengan tujuan memusatkan lagi perhatian siswa-tentang sejumlah kemajuan yang

telah dicapai pada hari-hari yang lalu, dengan demikian ia dapat melanjutkan

pelajaran berikutnya. Guru sendiri sebetulnya dapat juga mencantumkan ikhtisar

pelajaran yang lampau di papan tulis, tetapi ia nierasa bahwa perhatian siswa

dapat dipusatkan lebih baik bila mereka sendiri harus mengingat rentetan

peristiwa. Kalau murid ikut serta, Guru akan mengetahui sejauh mana siswa telah

menangkap pembicaraannya. Karena itulah penggunaan metode tanya jawab di

sini adalah wajar.


9

2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa

Di salah saru kelas SMK, di tengah-tengah pelajaran, Guru menghentikan

pembicaraannya mengenai riwayat hidup Chairil Anwar kemudian bertanya

kepasa para pelajar : “Riwayat hidup dan perjuangan Chairil Anwar baru saja kita

dengar; siapa yang dapat menyebutkan beberapa hasil karyanya?”

Budi : “Aku”

Amat : “Beta Pattirajawane”

Guru : “Ya, tentang apa sajak “Aku” itu? Bagaimana masalahnya? -

Di sini Guru telah mengajukan pertanyaan tentang fakta untuk menyelingi

teknik berbicara yang dipakainya dan untuk mengikutsertakan para siswa. Guru

sebenarnya dapat menyebut nama-nama sajak itu^ tetapi ia berpendirian bahwa

jika siswa mengetahui jawabannya, akan lebih berarti, Sumbangan pikiran

merupakan penggunaan tanya-jawab yang wajar

3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa

Pada suatu poko bahasan “lahirnya sastra baru” Guru ingin agar tidak hanya

ia sendiri yang bercerita melainkan ingin memimpin pemikiran siswa, maka

dimulailah dengan mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:

Guru : “Ada pendapat bahwa sastra baru ada setelah bahasa Indonesia lahir.

Kalau demikian, kira-kira kapan titik mula sastra baru itu ?”

Ali : “Bahasa Indonesia dicanangkan sebagai bahasa kesatuan pada saat

Sumpah Pemuda, dengan demikian sastra baru itu lahir pada tahun

1928″.
10

Guru : “Baik kira-kira sekitar tahun itu”. Tetapi ada pendapat yang

mengatakan bahwa kesadaran kebangsaan yang menjadi perbedaan

hakiki kesusastraan Melayu dengarikesusastraan Indonesia. Lalu

bagaimana kesusatraan Melayu pada saat itu ?”

Amien : “Kalau demikian sebelum adanya kesadarari kebangsaan,

kesusastraan Melayu sama halnya dengan kesustraan daerah lainnya

seperti kesusastraan Jawa, Sunda, Bali dan lain sebagainya “.

Guru : “Betul, begitulah keadaan saat itu”. “Kalau dihubungkan dengan

kesadaran kebangsaan atau nasionalisme, kira-kira tahun berapa mulai

?”

Anna : “Bukankah nasionalisme itu mulai ada pada tahun 1920,1921, atau

1922″.

Guru : “Baik, tetapi mengapa kamu sebutkan tahun itu ?

Anna : “Karena saat itu sudah ada puisi yang benema cinta lanah air seperti

karya Muhammad Yamin. Sanusi Pane “.

Dengan seterusnya hingga anak-anak tidak mendengarkan saja cerita Guru

melainkan dipimpin untuk berpartisipasi. Di sini Guru menygunakan metode

tanya-jawab dengan efektif. Suatu poko bahasan yang ada sangkut pautnya

dengan sejarah (yang sudah dipelajari anak) dipakai sebagai acuan untuk

membawa pemikiran anak pada lahirhya sastra baru. Penggunaan metode tanya-

jawab ini wajar. Sebaliknya, marilah kita ikuti kejadian berikut ini:

Menilai kemajauan siswa Di suatu pelajaran bahasa Indonesia di SMK, Guru

berkata:
11

Coba lihat sekarang, apakah pelajaran kemarin telah kamu pelajari sebaik-

baik

Guru : “Sistem bunyi dalam bahasa Indonesia hanya mengenal tiga buah

diftong, coba sebutkan Ani !”

Ani : “ai,audanoi”

Guru : “Baik, coba Badri beri contoh untuk “ai”

Badri : “Pandai”

Guru : “Betul, kalau contoh “oi” siapa dapat ?”

Amir : “Amboi”

Guru : “Baik, baik. Kamu semua sudah mengerti pelajaran kemarin. Hari ini

kita akan belajar huruf rangkap”.

Apakah penggunaan metode di sini wajar 7 Dalam hal ini Guru menggunakan

metode tanya-jawab untuk mengukur sejauh mana penguasan siswa. Kelas yang

mengikuti pelajaran berjumlah 40 orang, sedangkan yang ditanya hanya 3 orang

yang kebetulan dap?.! menjawab dengan betul, maka seluruh kelas dianggap

sudah menguasai pelajaran itu. Bagaimana dengan 37 orang lainnya ? Dalam hal

ini akan lebih tepat bila Guru memberikan pertanyaan tertulis untuk mengetahui

penguasaan tiap siswa. Oleh karena itu penggunaan metode tanya-jawab di sini

tidak wajar.

Mencari jawaban dari siswa, tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima

Guru menanyakan pada kelas, mengapa Siti Nurbaya menyerah saja ketika

dipaksa untuk menjadi istri Datuk Maringgih? Ada dua sebab, siapa dapat

menyebutkan satu diantaranya?


12

Marwan : “Karena kaum wanita pada saat itu masih sangat patuh kepada

segala perintah orang tua”.

Sarpin : “Kalau menurut pendapat saya, bukan karena patuh, tetapi takut

pada orang yang; lebih berkuasa, dalam hal ini Datuk

Maringgih”.

Guru : “Bukan, bukan itu ! Mari kita berpikir, apa sebab yang lain ?”

Tatik : “Kaum saya pada zaman itu belum berani kawin lari”.

Guru : “Bukan, bukan. Itupun bukan yang saya pikirkan. Ayo siapa bisa”?

Dalam hal ini sebenarnya anak-anak dapat bebas mengemukakan pendapat

yang logis, namun sejak dari rumah, Guru sudah berpikir hanya ada 3 jawaban

yang ada pada benak Guru. Oleh karena itu ia menutup kemungkinan jawaban lain

dari siswanya, walaupun jawaban mereka cukup rasional

Dengan membatasi jawaban-jawaban yang dapat diterima kebenarannya,

siswa menghadapi permainan tebakan. Sebenarnya jawaban yang logis dari siswa

dapat diterima Guru, walaupun semula tidak ada dalam pikiran Guru. Oleh karena

itu penggunaan tanya-jawab disini tidak wajar, sebab anak menjadi tidak berani

mengutarakan pendapat, takut salah melulu.

Menurut Sofa (2008) kelebihan dan kelemahan metode Tanya jawab adalah

sebagai berikut.

Kelebihan metode tanya Jawab :

1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru

mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.


13

3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap

segala sesuatu yang diterangkan.

Kelemahan metode tanya Jawab:

1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok

persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal

lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan.

Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan

baru.

2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Produktif Jasa Boga

Jasa Boga adalah Kompetensi Keahlian yang berada di bawah Program

Studi Keahlian Tata Boga, Bidang Studi Keahlian Seni, Kerajinan dan

Pariwisata. Kompetensi Keahlian Jasa Boga memberikan pengetahuan dan

keterampilan kepada peserta didik di bidang pengolahan, penyajian dan

pelayanan makanan dan minuman.


Kompetensi keahlian jasa boga menyiapkan peserta didik untuk bekerja

pada bidang pekerjaan yang dikelola oleh badan atau instansi pariwisata,

hotel, restoran, catering serta rumah sakit, serta menyiapkan peserta didik

untuk menjadi entrepreneur di bidang usaha penyediaan makanan.


Tujuan kompetensi keahlian jasa boga adalah membekali peserta didik

dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam hal-hal

berikut :
14

1) Mengolah dan menyajikan makanan continental yang terdiri dari

makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup.


2) Mengolah dan menyajikan makanan Indonesia dan oriental yang terdiri

dari makanan pembuka, makanan pokok, lauk pauk dan makanan pokok.
3) Melayani makan dan minum baik di restoran maupun di ruang tamu, serta

meja makan dan meja prasmanan.


4) Mengolah dan menyajikan aneka minuman non alkohol.
5) Mengorganisasi pelayanan makanan dan minuman di restoran.
6) Melakukan perencanaan hidangan harian untuk meningkatkan kesehatan.
7) Melakukan pengolahan makanan untuk kesempatan khusus.
8) Melakukan pengolahan usaha jasa boga.

Adapun standard lulusan Pengelolaan Usaha Boga adalah sebagai berikut.

1) Menunjukkan kemampuan merencanakan dan menganalisa jenis-jenis

pekerjaan pengeloaan usaha boga, termasuk menggunakan teknologi

dalam merencanakan pekerjaanya.

2) Menunjukkan kemampuan mengatur dan melaksanakan prinsip-prinsip

pengelolaan usaha boga.

3) Menunjukkan kemampuan mengelola berbagai kegiatan usaha jasa boga,

termasuk menggunakan teknologi dalam kegiatan pekerjaanya.

4) Menunjukkan kemampuan menerapkan keterampilan dalam mengelola

usaha boga dalam kegiatan berwirausaha dibidang pengolahan makanan

dan penyajian makan dan minum.

5) Memanfaatkan lingkungan dalam bekerja dengan memperhatikan konsep

pemanfaatan lingkungan yang benar dan sehat.

2.1.3 Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar


15

Di antara para pakar pendidikan dan psikologi tidak memiliki

definisi dan perumusan yang sama mengenai pengertian hasil belajar,

namun di antara mereka memiliki pemahaman yang sama mengenai

makna hasil belajar. Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati dan

Moedjiono (1999:250-251) bahwa “hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.” Tingkat

perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001:30) hasil belajar adalah

bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Uno, 2006:35) hasil

belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain

kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut.

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian.

2) Ranah Afektif
16

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan

psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan

afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses

pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau

kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan

tingkah laku yang lebih baik lagi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan

yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka

waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil

belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin

mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir

serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar

produktif jasa boga yaitu hasil belajar yang dicapai oleh seseorang
17

setelah mengalami proses pembelajaran mata pelajaran produktif jasa

boga.

2. Ciri-ciri Hasil Belajar

M. Djauhar Siddiq, dkk (2008:3) mengatakan; “belajar adalah

suatu aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi

perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak

mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau

anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil”.

Sedangkan Piaget (dalam Dimyati dan Moedjiono, 1994:13)

Belajar pengetahuan meliputi tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan

konsep, dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi siswa mempelajari

gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa

mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase

aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain

lebih lanjut.

Dimyati dan Moedjiono (1994:40) membagi ciri-ciri belajar ada

tiga yaitu: “(1) hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan,

kebiasaan, ketrampilan, sikap dan cita-cita, (2) adanya perubahan mental

dan perubahan jasmani, (3) memiliki dampak pengajaran dan dampak

pengiring”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bisa dikemukakan bahwa

ciri-ciri hasil belajar melibatkan perolehan kemampuan-kemampuan

yang bukan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir. Belajar


18

tergantung pada pengalaman, sebagian dari pengalaman itu merupakan

umpan balik dari lingkungan. Belajar berlangsung karena usaha dengan

sengaja untuk memperoleh kecakapan baru dan membawa perbaikan

para ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003:64) Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal
a) Faktor Biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi

fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam

kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini

terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota

tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat

dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam

menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup

tidur.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar

ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental

seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan

belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor

psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi.


19

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang

berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.

Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu

keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan

menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,

melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya

kemampuan seseorang dalam suatu bidang.


2. Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang

cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan

proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan

mempengaruhi keberhasilan belajarnya.


b) Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan

keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi

keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin

yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.


c) Faktor Lingkungan Masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan

masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar.

Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh

terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat.

Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar


20

diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal,

seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan

lain-lain.

Muhammad Ali (1982:5) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor guru, siswa, kurikulum dan

lingkungan. Keempat faktor tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut.

1) Faktor Guru

Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar

ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu mengajar atau

melaksanakan pengajaran. Gaya mengajar yang dilakukan guru

mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru bersangkut-

an, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar,

konsep, psikologi dan kurikulum.

2) Faktor Siswa

Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun

kepribadian, kecakapan yang dimiliki masing-masing itu meliputi

kecakapan potensial maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil

belajar.

3) Faktor Kurikulum

Bahan-bahan pengajaran sebagai isi kurikulum mengacu kepada

tujuan yang hendak dicapai.

4) Faktor Lingkungan
21

Lingkungan meliputi kadaan ruangan, tata ruang dan berbagai situasi

fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya

proses belajar mengajar.

Berdasarkan berbagai pernyataan sebelumnya, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar produktif jasa boga adalah faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal tersebut terdiri atas: faktor fisiologi psikologis.

Sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan (fisik dan sosial) dan

faktor instrumental (kurikulum, sarana- prasarana, guru, metode dan media serta

manajemen).

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Jubaedah (2008) yang berjudul penerapan

metode tanya-jawab dengan teknik probing-prompting untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 14 Bandung.

Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa penerapan metode tanya-jawab dengan

teknik probing-prompting dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di

kelas XI IPA 4 SMA Negeri 14 Bandung.

Penelitian yang dilakukan Haryanto (2009) yang berjudul penerapan

pendekatan kontekstual melalui metode tanya jawab dalam meningkatkan prestasi

belajar IPA pada siswa kelas IV Mi Nu Miftahul Huda di Jabung Malang. Dalam

penelitiannya dinyatakan bahwa penerapan metode tanya jawab dengan

pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA dapat menigkatkan prestasi

belajar siswa di MI Miftahul Huda Jabung Malang. Dampak yang dapat dilihat

adalah terhadap sembilan prestasi belajar yaitu adanya peningkatan keaktifan


22

individu, keaktifan secara kelompok, nilai ulangan harian, ketangkasan menjawab

pertanyaan, ketepatan waktu mengerjakan tugas, memilki indikator, mampu

mempraktekkan indikator, siswa memperhatikan guru menjelaskan dan siswa

tanggap terhadap instruksi dan rencana pembelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

Hasil belajar produktif jasa boga yaitu hasil belajar yang dicapai oleh

seseorang setelah mengalami proses pembelajaran mata pelajaran produktif

jasa boga. Pembelajaran produktif jasa boga di sekolah akan dapat

ditingkatkan jika siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Salah satu cara

untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah dengan

menerapkan metode Tanya jawab. Metode tanya jawab adalah penyampaian

pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau

bisa juga suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanyan sedang murid

menjawab bahan atau materi yang ingin di perolehnya.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diduga bahwa metode tanya

jawab dapat meningkatkan hasil belajar produktif jasa boga siswa kelas X JB1

semester I SMKN 2 Bangli tahun pelajaran 2014/2015.

2.4 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan

di atas, maka berikut ini dapat diajukan hipotesis yang dirumuskan sebagai

berikut.
23

Jika penerapan metode tanya jawab dapat dilaksanakan secara optimal, maka akan

dapat meningkatkan hasil belajar produktif jasa boga siswa kelas X JB1 semester

I SMKN 2 Bangli tahun pelajaran 2014/2015.


24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Bangli. Penelitian ini dilaksanakan

dari bulan Agustus sampai dengan Nopember 2014. Jadwal pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini dituliskan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Minggu ke
NO Bulan/Tahun Kegiatan
1 2 3 4
1. Agustus 2014 √ √ Persiapan Penelitian
2. Agustus 2014 √ √ √ Pelaksanaan Siklus I
- Perencanaan
- Tindakan
- Observasi
- Refleksi
3. September 2014 √ √ √ Pelaksanaan Siklus II
- Perencanaan
- Tindakan
- Observasi
- Refleksi
4. Oktober 2014 √ √ √ √ Penyusunan Laporan

Hasil Penelitian
5. Nopember 2014 √ √ Penggandaan Hasil
25

3.2. Karakteristik Subjek Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

G Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X JB1 Semester I SMKN 2 Bangli

tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 36 orang siswa.

3.3 Variabel Penelitian

Terdapat satu variabel yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini

yaitu hasil belajar siswa dengan penerapan metode tanya jawab.

3.3.1 Definisi Operasional Variabel

Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru

mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau bisa juga suatu metode di

dalam pendidikan di mana guru bertanyan sedang murid menjawab bahan atau

materi yang ingin di perolehnya. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa akan

diukur dengan metode tes dan instrumen berupa tes essay. Dengan cara demikian,

maka data tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran Produktif Jasa Boga

diperoleh berupa skor.

3.4 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), menurut Wardani,

dkk (2006;15) penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial,

yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang

terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai

aspek. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengacu pada teori yang

dikemukakan Stephen Kemmis dan Robin McTaggart (dalam Agung, 2005:91).

Dalam model PTK ini ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat
26

tahapan tersebut terdiri dari: perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan

refleksi. Pelaksanaan penelitian di lakukan dalam tiga siklus, dan ketiga siklus

tersebut dapat digambarkan dalam model seperti gambar sebagai berikut.

Gambar 3.1: Model Siklus PenelitianTindakan Kelas

1
4
Siklus I 1 Siklus II
4 2
3
2
3
Keterangan :
1. Tahap perencanaan
2. Tahap tindakan
3. Tahap evaluasi
4. Tahap refleksi
(Agung, 2005:91)

3.4.1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Siklus I dilakukan dalam tiga (3) x pertemuan. Dalam pelaksanaan proses

pembelajaran produktif jasa boga siswa kelas X JB1 semester I SMKN 2 Bangli

tahun pelajaran 2014/2015, penelitian akan dilaksanakan langsung oleh peneliti.

1. Rencana tindakan

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada materi pembelajaran

produktif jasa boga siswa kelas X JB1 semester I SMKN 2 Bangli tahun

pelajaran 2014/2015, maka dirancang suatu tindakan yaitu pembelajaran dengan

penerapan metode tanya jawab. Agar tindakan tersebut dapat berjalan dengan baik

dan sesuai dengan tujuan penelitian yang dirumuskan, ada beberapa hal yang

perlu dipersiapkan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut.


27

a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan silabus.

b. Menyiapkan instrument untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

2. Pelaksanaan tindakan

Pada siklus I ini, tindakan dilakukan tiga (3) x pertemuan sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, dimana masing-masing pertemuan

akan dijelaskan pada RPP yang terlampir.

3. Pemantauan/observasi dan Evaluasi

Pemantauan/observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan yang

meliputi hal-hal yang berkaitan pelaksanaan tindakan, sedangkan evaluasi

diberikan pada akhir pertemuan dengan menggunakan tes isian singkat tentang

semua materi yang sudah dibahas dalam pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi diberikan untuk melihat sejauh mana hasil belajar siswapada

siklus I. Berdasarkan hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk

memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada

siklus I serta mencari cara untuk memecahkan masalah yang ada, yang

selanjutnya akan dirumuskan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya.

3.4.2 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Pada siklus II, akan dilaksanakan perbaikan-perbaikan dalam proses

pembelajaran dengan memperhatikan hasil evaluasi pada siklus I, sehingga

pembelajaran akan berjalan lebih optimal.


28

3.5 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes.

Menurut Agung (2005:59) metode tes ialah cara memperoleh data yang berbentuk

suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang

yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu berupa data

berupa skor (data interval).

Sedangkan Sudijono (2007: 67) menyatakan bahwa:

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas
baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab maupun
perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga (atas
dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee;
nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh
testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

Dari dua pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa metode tes pada

hakikatnya merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa

pertanyaan atau tugas yang semuanya harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta

tes. Dan hasil dari tes berupa skor atau bersifat interval.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar produktif

jasa boga siswa kelas X JB1 semester I SMKN 2 Bangli tahun pelajaran

2014/2015.

Untuk memperjelas uraian tentang variabel, metode dan alat pengumpul data

serta sumber dan sifat data, dapat disajikan seperti matrik sebagai berikut.

Tabel 3.2. Variabel, Metode, Alat, Sumber dan Sifat Data

Variabel Metode Alat/Instrumen Sumber Sifat Data


Hasil belajar siswa Tes Perangkat tes Siswa Interval (skor)
29

3.5.1 Metode Analisis Data

Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan

analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik

deskriptif kuantitatif. Kedua jenis model analisis data tersebut dijelaskan sebagai

berikut.

a) Metode Analisis Statistik Deskriptif

Agung (2005:96) menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis

statsitik yaitu metode analisisi statistik deskriptif dan metode analisis statistik

inferensial. Dalam hubungan ini Agung menyatakan bahwa:

metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang


dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif
seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median
(Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek
tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.
Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang

diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi

frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d)

menghitung modus, e) menyajikan data ke dalam grafik histogram.

1) Tabel Distribusi Frekuensi

Menurut Nurkancana (dalam Agung, 2005:94), apabila dalam mengukur

rentangan (R ) skor tertinggi (Xt) dikurangi skor terendah (Xr) ditambah 1,

hasilnya lebih kecil dari 15 (R<15) maka data tersebut disusun ke dalam tabel data

tunggal.
30

Tabel 3.3 Tabel Data Tunggal

F Fk Fx
Skor X

Keterangan:
X : Skor f : Frekuensi
fk : Frekuensi kumulatif fX : Frekuensi kali Skor

2) Menghitung Mean ( M )

Untuk menghitung angka rata (Mean) digunakan rumus sebagai berikut.

 fX
∑Fk’
M = ------------ atau M = MT +i (-------------)
n n
Keterangan:
MT (mean terkaan) = titik tengah (X) kelas interval yang
menganduk fk setengah “n”
x’ = dimulai dengan bilangan nol (0) pada kelas interval yang
mengandung setengah “n”
 fX = jumlah nilai siswa
n = banyaknya siswa

3) Menghitung Median (Me)

Menurut Sutrisno Hadi (dalam Agung, 2005:95) cara menghitung median

(Me) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

 12 N  cfb 
Me = Bb +  . i
 fd 

Keterangan:
Bb = batas bawah nyata kelas interval pada daerah median.
cfb = frekuensi kumulatif terdekat di bawah kelas interval yang
mengandung median.
fd = frekuensi pada kelas interval yang mengandung median
i = interval (panjang kelas)
N = Jumlah frekuensi dalam distribusi
31

4) Menghitung Modus (Mo)

Menurut Sudjana (dalam Agung, 2005:95), jika data kuantitatif telah

disusun dalam daftar distribusi frekuensi, modusnya dapat ditentukan dengan

rumus sebagai berikut.

 b1 
Mo  b  p 
 b1  b2 

Keterangan :

b = Batas bawah kelas modal, yaitu kelas interval dengan


frekuensi terbanyak.
p = Panjang kelas modal
b1 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat yang lebih rendah.
b2 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat yang lebih tinggi.

5) Menyajikan data ke dalam Grafik Histogram

Gambar: 3.2. Grafik Histogram

Keterangan : X

f : frekuensi
X : Skor

Selanjutnya, untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar

siswayang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Adapun rumus yang digunakan untuk analisis ini sebagai berikut.


32

M (%) = SMI x 100 % (Agung, 1997:78)


Keterangan :

M (%) = Rata-rata persen


M = Rata-rata skor
SMI = Skor Maksimal Ideal

Tingkatan Hasil belajar siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M

(%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.4 Pedoman Konversi Skala Lima

Persentase (%) Kriteria


90 -100 Sangat Baik
75 – 89 Baik
65 – 74 Cukup
40 – 64 Kurang
0 – 39 Sangat Kurang
Sumber: Dantes (2008)
Untuk memudahkan analisis dalam penelitian ini, maka untuk

menganalisis mean, median, dan modus, digunakan Microsoft Excel.

3.6 Kriteria Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan pelaksanaan ini, berpedoman pada tingkat

keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila rerata hasil belajar

Produktif Jasa Boga kategori Baik, dan ketuntasan klasikal sebesar 80%.
33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Dari tes yang dilakukan pada siklus I, peneliti mendapatkan hasil belajar

Produktif Jasa Boga siswa dengan penerapan metode tanya seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Skor Hasil Belajar Produktif Jasa Boga Siklus I

No Siswa Skor Keterangan


1 AB 80 Tuntas
2 AC 90 Tuntas
3 AD 80 Tuntas
4 AE 90 Tuntas
5 AF 80 Tuntas
6 AG 60 Tidak Tuntas
7 AH 70 Tidak Tuntas
8 AI 100 Tuntas
9 AJ 80 Tuntas
10 AK 50 Tidak Tuntas
11 AL 90 Tuntas
12 AM 80 Tuntas
13 AN 80 Tuntas
14 AO 70 Tidak Tuntas
15 AP 90 Tuntas
16 AQ 60 Tidak Tuntas
17 AR 80 Tuntas
18 AS 80 Tuntas
19 AT 80 Tuntas
20 AU 50 Tidak Tuntas
21 AV 80 Tuntas
22 AW 90 Tuntas
23 AX 80 Tuntas
34

No Siswa Skor Keterangan


24 AY 70 Tidak Tuntas
25 AZ 60 Tidak Tuntas
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 100
Nilai Rata – Rata
(Mean) 76,8
Nilai Tengah (Median) 80
Nilai yang Paling Sering
Muncul (Modus) 80
Ketuntasan Klasikal 68% Tidak Tuntas

Berdasarkan analisis menggunakan Microsof Excel di atas, didapatkan nilai

terendah = 50, nilai tertinggi = 100, rata-rata = 76,80, nilai tengah = 80, nilai yang

paling sering muncul 80.

Untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa, dapat dihitung dengan

membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan

(PAP) skala lima sebagi berikut.

M
M% =  100%
SMI

M% = 76,80 x 100%
100

= 76,80%

Tabel 4.2 Pedoman Konversi Skala Lima


Persentase (%) Kriteria
90 -100 Sangat Baik
75 – 89 Baik
65 – 74 Cukup
40 – 64 Kurang
0 – 39 Sangat Kurang
Sumber: Dantes (2008)
35

Nilai M% = 76,80 % yang dikonvesikan ke dalam PAP skala lima, berada

pada tingkat penguasaan 75 – 89 yang berarti bahwa hasil belajar siswa pada

siklus I tergolong baik.

4.1.2 Pembahasan dan Refleksi Siklus I

Hasil penelitian yang dilaporkan pada siklus I adalah hasil belajar

Produktif Jasa Boga siswa. Berdasarkan analisis data pada siklus I, kategori hasil

belajar Produktif Jasa Boga siswa siswa tergolong dalam kategori baik dengan

ketuntasan klasikal sebesar 68%, yang masih dibawah ketuntasan minimal yang

ditetapkan peneliti sebesar 80%. Hal tersebut dikarenakan masih adanya beberapa

hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan siklus I. Adapun hambatan-hambatan

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Siswa masih ragu-ragu dan kurang merasa percaya diri dalam

bertanya kepada guru.

2. Beberapa siswa masih sering mengganggu teman yang bertanya,

sehingga mengganggu konsentrasi temannya saat bertanya.

Berdasarkan hasil yang didapat pada siklus I, maka pada siklus II

dilaksanakan pembelajaran yang memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada

pada siklus I.

4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Dari tes yang dilakukan pada siklus II, peneliti mendapatkan hasil belajar

produktif jasa boga siswa dengan penerapan metode tanya jawab seperti pada

tabel 4.3.
36

Tabel 4.3 Skor Hasil Belajar Produktif Jasa Boga Siswa Siklus II

No Siswa Skor Keterangan


1 AB 90 Tuntas
2 AC 80 Tuntas
3 AD 100 Tuntas
4 AE 100 Tuntas
5 AF 80 Tuntas
6 AG 70 Tidak Tuntas
7 AH 90 Tuntas
8 AI 90 Tuntas
9 AJ 80 Tuntas
10 AK 80 Tuntas
11 AL 100 Tuntas
12 AM 90 Tuntas
13 AN 80 Tuntas
14 AO 90 Tuntas
15 AP 90 Tuntas
16 AQ 80 Tuntas
17 AR 80 Tuntas
18 AS 90 Tuntas
19 AT 100 Tuntas
20 AU 70 Tidak Tuntas
21 AV 100 Tuntas
22 AW 80 Tuntas
23 AX 80 Tuntas
24 AY 90 Tuntas
25 AZ 80 Tuntas
Nilai Terendah 70
Nilai Tertinggi 100
Nilai Rata – Rata
(Mean) 86,4
Nilai Tengah (Median) 90
Nilai yang Paling Sering
Muncul (Modus) 80
Ketuntasan Klasikal 92% Tuntas

Berdasarkan analisis menggunakan Microsof Excel di atas, didapatkan nilai

terendah = 70, nilai tertinggi = 100, rata-rata = 86,40, nilai tengah = 90, nilai yang

paling sering muncul 80.


37

Untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa, dapat dihitung dengan

membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan

(PAP) skala lima sebagi berikut.

M
M% =  100%
SMI

M% = 86,40 x 100%
100

= 86,40%

Tabel 4.4 Pedoman Konversi Skala Lima


Persentase (%) Kriteria
90 -100 Sangat Baik
75 – 89 Baik
65 – 74 Cukup
40 – 64 Kurang
0 – 39 Sangat Kurang
Sumber: Dantes (2008)

Nilai M% = 86,40% yang dikonvesikan ke dalam PAP skala lima, berada

pada tingkat penguasaan 75 – 89% yang berarti bahwa hasil belajar siswa pada

siklus II tergolong Baik.

4.1.4 Pembahasan dan Refleksi Siklus II

Hasil penelitian yang dilaporkan pada siklus II adalah hasil belajar

Produktif Jasa Boga siswa. Berdasarkan analisis data pada siklus II, kategori hasil

belajar Produktif Jasa Boga siswa tergolong dalam kategori baik. Hal tersebut

dikarenakan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan siklus I sudah

dapat diatasi dengan baik. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk

mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Siswa diberikan nasihat-nasihat dan motivasi untuk bertanya

sehingga perasaan ragu-ragu dan kurang percaya diri siswa dalam

bertanya kepada guru dapat diminimalisasi.


38

2. Tempat duduk siswa diatur ulang, sehingga siswa yang sering

mengganggu temannya tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Berdasarkan hasil yang didapat pada siklus II, maka kriteria ketuntasan

yang direncanakan peneliti minimal baik sudah tercapai. Maka dari itu siklus

dihentikan dan penelitian dapat dinyatakan berhasil.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian yang dilaporkan pada siklus I adalah hasil belajar

Produktif Jasa Boga siswa. Berdasarkan analisis data pada siklus I, kategori hasil

belajar Produktif Jasa Boga siswa tergolong dalam kategori baik dengan

ketuntasan klasikal 68%, sehingga masih dibawah ketuntasan minimal yang

ditetapkan oleh peneliti yakni sebesar 80%. Hal tersebut dikarenakan masih

adanya beberapa hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan siklus I. Adapun

hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Siswa masih ragu-ragu dan kurang merasa percaya diri dalam bertanya

kepada guru.

2. Beberapa siswa masih sering mengganggu teman yang bertanya,

sehingga mengganggu konsentrasi temannya saat bertanya.

Berdasarkan hasil yang didapat pada siklus I, maka pada siklus II

dilaksanakan pembelajaran yang memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada

pada siklus I.

Berdasarkan analisis data pada siklus II, kategori hasil belajar Produktif

Jasa Boga siswa tergolong dalam kategori baik dan ketuntasan klasikal meningkat

menjadi 92%, sehingga ketuntasan klasikal yang ditetapkan peneliti minimal 80%
39

sudah tercapai. Hal tersebut dikarenakan hambatan-hambatan yang terjadi dalam

pelaksanaan siklus I sudah dapat diatasi dengan baik. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Siswa diberikan nasihat-nasihat dan motivasi untuk bertanya sehingga

perasaan ragu-ragu dan kurang percaya diri siswa dalam bertanya kepada

guru dapat diminimalisasi.

2. Tempat duduk siswa diatur ulang, sehingga siswa yang sering

mengganggu temannya tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Peningkatan hasil belajar dan ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II

dapat digambarkan pada tabel berikut.

Gambar 4.1 Peningkatan hasil belajar dan ketuntasan klasikal dari siklus
I ke siklus II
Berdasarkan hasil yang didapat pada siklus II, maka kriteria ketuntasan

yang direncanakan peneliti minimal baik sudah tercapai. Maka dari itu siklus

dihentikan dan penelitian dapat dinyatakan berhasil.


40

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Haryanto (2009) yang berjudul penerapan pendekatan kontekstual melalui metode

tanya jawab dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV Mi Nu

Miftahul Huda di Jabung Malang. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa

penerapan metode tanya jawab dengan pendekatan kontekstual pada mata

pelajaran IPA dapat menigkatkan prestasi belajar siswa di MI Miftahul Huda

Jabung Malang. Dampak yang dapat dilihat adalah terhadap sembilan prestasi

belajar yaitu adanya peningkatan keaktifan individu, keaktifan secara kelompok,

nilai ulangan harian, ketangkasan menjawab pertanyaan, ketepatan waktu

mengerjakan tugas, memilki indikator, mampu mempraktekkan indikator, siswa

memperhatikan guru menjelaskan dan siswa tanggap terhadap instruksi dan

rencana pembelajaran.
41

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Penerapan metode tanya jawab dalam pembelajaran produktif jasa boga mampu

meningkatkan hasil belajar produktif jasa boga siswa kelas X JB1 semester I

SMKN 2 Bangli tahun pelajaran 2014/2015 secara optimal. Hal tersebut tercermin

dari rata-rata siklus I sebesar 76,80 dengan ketuntasan klasikal 68%, meningkat

pada siklus II menjadi rata-rata 86,4 dengan ketuntasan klasikal 92%.

5.2 Saran

1. Bagi Siswa

Diharapkan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga cita-

cita akan dapat diraih secara optimal.

2. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan mampu menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat membangun

sekolah beserta peserta didiknya secara optimal.

3. Bagi Dinas Pendidikan

Dalam mengambil kebijakan diharapkan mampu mengayomi seluruh sekolah-

sekolah yang ada di bawahnya.


42

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2005. Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Tindakan Kelas. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha
Singaraja.

Dantes. Nyoman. 2008. Supervisi Akademik dalam Kaitannya dengan


Penjaminan Mutu Pendidikan. Tersedia pada
http://www.nyomandantes.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 11
September 2009.

Dimyati, Moh dan Moedjiono. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:


Depdikbud.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Haryanto, Sugeng. 2009. Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode


Tanya Jawab Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa
Kelas IV Mi Nu Miftahul Huda Di Jabung Malang.Tugas Akhir tidak
diterbitkan. Universitas Islam Negeri.

Jubaedah, Endang. 2008. Penerapan Metode Tanya-Jawab dengan Teknik


Probing-Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Di Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 14 Bandung. Skripsi tidak
diterbitkan. Jurusan Pendidikan Sejarah UPI
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta : Alfabeta.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:


Rineka Cipta.

Sofa, Pakde. 2008. Metode Tanya Jawab Pada Pembelajaran. Tersedia pada
http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-tanya-jawab-dalam-
pembelajaran. diakses pada tanggal 2 Pebruari 2009

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Tegeh, I Made. 2008. Media Pembelajaran. Singaraja: Undiksha.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Surabaya: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wardani, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.


43

Suastra I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas


Pendidikan Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai