Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PENYUSUNAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
Oleh :
DRS.SUAIDIN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK disebut dengan Classroom Action
Research. Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negera-negara
maju seperti Inggris, Amerika, Australia dan Canada. Para ahli penelitian
pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang sangat besar terhadap PTK.
Apabila dicermati, kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis penelitian ini
mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan
dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru
dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai
program di sekolah dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan
hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau keberhasilan proses dan hasil
implementasi berbagai program sekolah. Dengan kata lain, sebagaimana
dikemukakan di atas, bahwa melalui PTK para guru dan siswa langsung
memperoleh teori yang dibangunnya sendiri, bukan yang diberikan oleh pihak
lain sebagaimana yang telah diisyaratkan di atas, maka guru menjadi seorang
praktisi dalam berteori.
Pengertian PTK atau action research seperti yang dikemukakan oleh Stephen
Kemmis yang dikutip dalam D. Hopkins (1993) bahwa PTK dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan (guru),
yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-
praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan
tersebut, PTK itu dilaksanakan berupa proses pengkajian
berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu merencanakan, melakukan
tindakan, mengamati dan merefleksi.
Planning Action Observation
Reflection
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sintesis dan
penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi,
biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat
perhatian, sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan
ulang, dan pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Demikian
tahapan-tahapan ini dilakukan sampai sesuatu permasalahan dianggap teratasi,
untuk kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan lain yang juga
harus diperlakukan serupa. Hal yang demikian disebut dengan siklus dalam PTK.

B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Karakteristik PTK adalah sebagai berikut:
1. Situasional artinya kegiatan PTK dipicu oleh permasalahan praktis
yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru
sebagai pengelola program pembelajaran di kelas atau sebagai
jajaran staf pengajar di kelas. PTK itu bersifatpractice
driven dan action driven dalam arti PTK bertujuan memperbaiki
praktis secara langsung dalam pembelajaran sehingga dikatakan
juga penelitian praktis (practice inquiry).
2. Kontekstual artinya upaya penyelesaian atau pemecahannya
demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru
dan mutu sekolah tidak terlepas dari konteksnya dengan merefleksi
diri yaitu sebagai praktisi dalam pelaksanaan tugas-tugas
kesehariannya sekaligus secara sistemik meneliti dirinya sendiri.
3. Bersifat kolaboratif dan parsitipatif antara guru, siswa dan
individu lain yang terkait dalam proses pembelajaran yaitu suatu
satuan kerja sama secara langsung. Kolaboratif diartikan sebagai
kerja sama saling tukar menukar ide untuk melakukan aksi dalam
rangka memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Bersifat self-evaluatif (evaluatif dn reflektif) yaitu kegiatan
memodifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi
dalam situasi yang ada dan terus berjalan, dengan tujuan akhir
dapat meningkakan perbaikan dalam praktik yang dilakukan guru.
5. Bersifat fleksibel dan adaptif (luwes dan mnyesuaikan)
memungkinka adanya perubahan selama dalam percobaan.
Adanya penyesuaian menjadikan prosedur yang cocok untuk
berkerja di kelas yang dimiliki banyak kendala yang
melatarbelakangi masalah-masalah di sekolah.
6. Sifat dan sasaran PTK adalah situasional-spesifik, tujuannya
untuk pemecahan masalah praktis. Dengan demikian temuan-
temuannya berguna dalam dimensi praktis tidak dapat
digeneralisasikan sehinga tidak secara langsung memiliki andil
pada usaha pengembangan ilmu. Kajian permasalahan, prosedur
pengumpulan data dan pengolahannya dilakukan secermat
mungkin dengan mendasarkan pada keteguhan ilmiah.
C. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, maka pelaksanaan PTK tidak boleh
menggangu atau menghambat kegiatan pemblajaran. Ada 3 catatan yang harus
di perhatikan dalam prinsip pertama ini yaitu:

1. Dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran baru, selalu


ada kemungkinan bahwa setidak-tidaknya ada pada awal-awalnya
prestasi belajar siswa kurang sesuai dari yang dikehendaki, bahkan
kurang dari yang diperoleh dengan cara lama, karena itu
bagaimanapun, tidakan perbaikan itu masih dalam taraf dicobakan.
Guru harus menggunakan pertimbangan serta tanggungjawab
profesionalnya dalam menimbang-nimbang jalan keluar yang akan
ditempuhnya dalam rangka memberikan yang terbaik bagi
siswanya.
2. Interaksi dari siklus tindakan juga dilakukan dengan
mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan,
khususnya dari segi pembentukan pemahaman yang mendalam
yang ditandai oleh kemampuan menerapkan pengetahuan yang
dipelajari melalui analisis, sintesis, dan evaluasi informasi.
3. Penetapan siklus dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang
ditargetkan pada tahap perancangan, dan sama sekali tidak
mengacu kepada kejenuhan informasi.
4. Metodologi yang digunakan harus reliabel artinya terencana
dengan cermat sehingga tidakan dapat dirumuskan dalam suatu
hipotesis tindakan yang dapat diuji dilapangan.
5. Permasalahan yang dipilih harus menarik, nyata, tidak
menyulitkan, dapat dipecahkan, berada dalam jangkauan peneliti
untuk melakukan perubahan dan peneliti merasa terpangil untuk
meningkakan prestasi belajar siswa.
6. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak terlalu
menuntut baik dari kemampun guru itu sendiri ataupun dari segi
waktu.
7. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus selalu bersikap
konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang
berkaitan dengan pekerjaannya. Artinya dalam melaksanakan PTK
hafrus diketahui oleh pimpinan lembaga terkait, disosialisasikan
kepada rekan-rekan dalam lembaga kancah, dilakukan sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah serta dilaporkan hasilnya sesuai
dengan tata krama penyusunan karya tulis akademik.
D. Tujuan Penelitian Tindakan kelas
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan agar guru atau
tenaga kependidikan dapat memperbaiki mutu kinerja atau
meningkatkan proses pembelajaran secara berkesinambungan,
yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesional
pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan demikian PTK
merupkan saklah satu cara yang strategis dalam memperbaiki
kinerja guru dalam meningkatkan layanan pendidikan atau
pembelajaran.
2. Penelitian indakan Kelas (PTK) untuk mengembangkan
kemampuan/ketrampilan guru untuk menghadapi permasalahan
yang nyata dalam proses pembelajaran di kelasnya dan di
sekolahnya sendiri.
3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digunakan sebagai alat
untuk memasukkan novasi pembelajaran kedalam sistem yang ada
karena sulit dilakukan oleh upaya pembeharuan yang dilakukan
pada umumnya.
E. Manfat Penelitian Tindakan Kelas
Dengan tertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak bahwa dari
pelaksanaan PTK yang bersinambungan, maka banyak manfaat yang dapat
dipetik yang secara keseluruhan dapat diberi label inovasi pembelajaran karena
para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional
secara mandiri.
Di pihak lain, prakarsa untuk selalu mencoba hal-hal baru, itu terjadi karena guru
pekerja sebagai profesiuonal, guru tidak mudah berpuas diri dengan rutinitas,
melainkan selalu dipacu oleh dorongan untuk berbuat lebih baik.

Bentuk lain dari inovasi pembelajaran berkenaan dengan pengembangan


kurikulum adalah PTK, hal ini dapat dilakukan oleh guru karena dapat
dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk keperluan pengembangan
kurikulum dalam arti luas. Dengan kata lain, sebagai pengajar guru juga harus
bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum pada tingkat kelas dan
mungkin juga pada tingkat sekolah. Untuk pengembangan kurikulum pada tingkat
kelas, PTK sangat memberika manfaat jika hasilnya digunakan sebagai salah
satu sumber masukan.

F. Perbedaan Penelitian Konvensional dengan Penelitian


Tindakan Kelas
Penelitian
No. Aspek Konvensional PTK
Masalah yang
dirasakan dan
dihadapi
Masalah dan peneliti sendiri
hasil dalam
pengamatan melaksanakan
1. Masalah dari pihak lain tugas
Melakukan
Menguji perbaikan,
hipotesis, peningkatan
membuat dalam
generalisasi, pembelajaran
mencari untuk menuju
2. Tujuan explanasi peningkatan
Langsung dapat
Tidak dirasakan dan
langsung dan dinikmati oleh
Manfaat/Kegun sifatnya konsumen/subje
3. aan sebagai saran k penelitian
Digunakan
sebagai dasar
Digunakan untuk memilih
sebagai dasar aksi/soilusi
perumusan tindakan
4. Teori hipotesis berikutnya
Menuntut
paradigma
penelitian
yang jelas. Bersifat
Langkah kerja fleksibel,
punya langkah kerja
kecendrungan bersifat siklik
linear dan dan setiap siklik
analisa data terdiri dari
hanya dapat tahapan-
dilakukan tahaman.
setelah data Analisis terjadi
5. Metodologi terkumpul sretiap siklus
G. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Beberapa model atau desain Penelitian Tindakan Kelas adalah:

1. Model Kurt Lewin


Model Kurt Lewin menjadi acuan dari berbagai model penelitian tindakan, karena
Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan (action
research). Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas yang lain ada yang
mengacu pada model Kurt Lewin.
Komponen pokok dalam penelitian tindakan model Kurt Lewin yaitu:

 Perencanaan (planning)
 Tindakan (acting)
 Pengamatan (observing)
 Refleksi (reflecting)
Hubungan keempat konsep pokok tersebut digmbarkan dalam diagram berikut:

Acting
(Tindakan)
Planning Observing
(Perencanaan) (Pengamatan)

Reflecting
(Refleksi)

2. Model Kemmis & Taggart


Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dan dikembangkan oleh
Kemmis & Mc Taggart adalah komponenacting dan dengan obseving dijadikan
menjadi suatu kesatuan karena menurut Kemmis & Mc.Taggart (1988) pada
kenyataannya kedua komponen tersebut merupakan dua kegiatan yang tidak
dapat dpisahkan karena kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan
waktu. Begitu berlangsungnya suatu kegiatan dilakukan, kegiata observasi harus
dilakukan sesegera mungkin. Bentuk model Penelitian Tindakan Kelas oleh
Kemmis &Taggart seperti terdapat pada bentuk berikut:
Perencanaan

Refleksi SIKLUS I

Tindakan dan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Tidakan dan

Pengamatan

Model Kemmis & Taggart bila dicermati pada hakekatnya berupa perangkat-
perangkat atau untaian-untaian dengan suatu perangkat terdiri dari empat 4
komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Untaian-
untaia tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Oleh karena itu siklus adalah
putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung dari permasalahan
yang perlu dipecahkan, namun gambaran di atas hanya menunjukkan dua siklus.
Jika suatu penelitian mengkaitkan materi pelajaran dengan tujuan pembelajaran
dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran melibatkan lebih
dari dua siklus.

3. Model Hopkins

Berdasarkan desain model-model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari Kurt


Lewin, Kemmis & Taggart, Hopkins menyusun desain atau model penelitian
tindakan seperti skema berikut:

Implementasi Evaluasi

Perencanaan,
Tindakan

Target, Tugas

Kriteria,

Keberhasilan

Menopang
Komitmen

Cek Kemajuan

Mengatasi
Problem

Perencanaan Cek Hasil

Konstruksi

Pengambilan Stok

Audit Pelaporan

Ambil Start
Dari beberapa model atau desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di atas dapat
di ambil dan dicermati salah satu dari bentuk model (umumnya yang telah
banyak dilakukan) adalah desain model Kemmis & Taggart.

BAB II
PROSEDUR PELAKSANAAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Merasakan Adanya Masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul bagi peneliti semula adalah: ”Bagaimana
memulai Penelitian Tindakan Kelas ?”. Untuk dapat menjawab pertanyaan
tersebut pertama-tama yang harus dilakukan guru adalah perasaan
ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran yang dilakukannya selama ini.
Manakala guru merasa puas dengan hasil yang diperoleh selama ini terhadap
apa yang dilakukannya dalam proses pembelajaran di kelas, meskipun
sebenarnya banyak hambatan yang dialami dalam pengelolaan proses
pembelajaran, sulit kiranya seorang guru untuk memunculkan pertanyaan seperti
di atas yang kemudian memicu untuk dimulainya sebuah penelitian tindakan
kelas (Suyanto, 1997).

Oleh sebab itu agar guru dapat menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan layanan pembelajaran
secara lebih profesional, ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan sejujurnya
khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah proses pembelajaran
dalam rangka mengidentifikasi permasalahan.

Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) harus benar-benar merupakan masalah-masalah yng dihadapi oleh guru
dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahan yang
dialami atau disarankan oleh orang lain.

Bidang kajian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dirasakan adanya masalah
adalah:

1. Masalah belajar siswa di sekolah (termasuk dalam tema ini antara


lain masalah belajar siswa di kelas, kesalahan-kesalahan
pembelajaran miskonsepsi).
2. Desain dan strategi pembealajaran di kelas (termasuk dalam
tema ini antara lain masalah pengelolaan dan prosedur
pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode
pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orang tua dalam
proses belajar siswa).
3. Alat bantu, media, dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini
adalah masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber
belajar baik di dalam maupun di luar kelas, peningkatan hubungan
antara sekolah dan masyarakat).
4. Sistem asessmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran
(termasuk dalam tema ini adalah masalah evaluasi awal dan hasil
pembelajaran, pengembangan instrumen asessmen berbasis
kompetensi).
5. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini adalah peningkatan
kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan
keefektifan hubungan antara pendidik, peserta didik dan orang tua
dalam proses belajar mengajar, peningkatan konsep diri peserta
didik).
6. Masalah kurikulum (termasuk tema ini adalah implementasi KBK,
urutan penyajian materi pokok, interaksi guru – siswa, siswa –
materi ajar, dan siswa – lingkungan belajar}.
B. Identifikasi Masalah
Menurut Hopkins (1993), untuk mendorong pikiran – pikiran dalam
mengembangkn fokus Penelitian Tindakan Kelas kita bisa bertanya kepada diri
sendiri, misalnya:

 Saya berkeinginan memperbaiki ……………..


 Berapa orangkah yang merasa tidak puas tentang ……..
 Saya dibingungkan oleh …………….
 Saya memilih untuk mengujicobakan metode yang baru, di kelas
……
 Dan seterusnya.
Jika mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan, maka guru
dapat meminta bantuan pada rekan sesama guru, berdiskusi misalnya dengan
dosen mitra LPTK dan sebagainya.
Sebenarnya setiap harinya tiada putus-putusnya guru banyak menghadapi
masalah. Oleh karena itu bila guru kesulitan untuk mengidentifikasi masalah
untuk Penelitian Tindakan Kelas sungguh ironis.

Beberapa saran yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi masalah:

1. Guru menuliskan semua kejadian yang memerlukan perhatian


terutama berkaitan dengan pembelajaran, misalnya: penyampaian
materi, daya tangkap siswa, intensitas waktu, sikap siswa, motivasi
siswa dan lain-lain.
2. Semua kejadian yang ada seperti tersebut di atas dikelompokkan
atau diidentifikasikan menurut jenis permasalahannya.
3. Urutkan dari klasifikasi ringan sampai yang berat dari jenis
masing-masing klasifikasi.
C. Analisis Masalah
Menurut Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
permasalahan untuk Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

1. Topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang


memang diprogramkan oleh sekolah.
2. Jangan memilih masalah yang berada diluar kemampuan guru
untuk mengatasinya.
3. Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan
terbatas.
4. Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dengan guru mata
pelajaran yang sejenis dalam pengembangan fokus penelitian.
5. Kaitkan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan dengan
prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan
sekolah.
D. Perumusan Maalah
Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisanya menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil, maka selanjutnya guru perlu merumuskan permasalahan
secara jelas, spesifik dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan
membuka peluang bagi guru untuk menenapkan tindakan perbaikan (alternatif
solusi) yang perlu dilakukannya. Ingatlah bahwa tidak semua identifikasi masalah
dapat diambil untuk dijadikan rumusan masalah, guru boleh memilih satu atau
dua dari identifikasi masalah yang akan dijadikan fokus dalam melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas.
Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya, dengan mengajukan
alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan
mengajukan indikator keberhasilan (ketuntasan SKBM) yang telah ditetapkan
oleh sekolah tempat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Rumusan
masalah harus dikaitkan dengan rumusan hipotesis tindakan, sehingga jawaban
dari rumusan masalah dapat terjawab secara teoritis.

E. Merumuskan Hipotesis Tindakan


Langkah selanjutnya setelah merumuskan masalah adalah mengkaji teori-teori
yang berkenaan dengan masalah yang diajukan. Hasil-hasil penelitian yang
elevan akan memperkuat dalam merumuskan hipotesis tindakan. Perlu diketahui
bahwa hipotesis tindakan bukanlah hipotesis hubngan sebab akibat antar
variabel, perbedaan antar variabel, tetapi memuat tindakan-tindakan yang
diusulkan untuk menghasilkan perbaikan dalam pendidikan.

Menurut Soedarsono (1997) beberapa hal yang perlu diperhtikan dalam


merumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:

1. Rumuskan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian.


Dengan kata lain alternatif tindakan perbaikan hendaknya
mempunyai landasan yang mantap secara konseptual.
2. Setiap alternatif tindakan perbaikan yang dipertimbangkan perlu
dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya, dengan tujuan,
kebaikan teknis serta keterlaksanaannya. Di samping itu perlu
ditetapkan cara penilaiannya sehingga dapat memanipulasi
pengumpulan serta analisa data secara cepat namun tepat selama
program tindakan perbaikan diimplementasikan.
3. Pilih alternatif tindakan secara prosedur implementasi yang
dinilai paling menjanjikan hasil optimal namun masih tetap ada
dalam jangkauan kemampuan guru untuk melakukannya dalam
kondisi dan situasi sekolah yang aktual.
4. Pikirkan dengan seksama perubahan-perubahan yang secara
implisit dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa
proses dan hasil belajar siswa maupun teknik mengajar guru.
F. Analisa data
Analisa data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk
menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban
terhadap tujuan Penelitian Tindakan Kelas.

Analisa data dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi,


pemfokusan, dan pengabstraksikan data mentah menjadi informasi yang
bermakna.

1. Paparan data
Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam
bentuk paparan naratif, representasi tabulasi termasuk dalam bentuk format
matriks, refresentasi grafis, dan sebagainya.

1. Penyimpulan
Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah
terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formulasi singkat
dan padat tetapi mengandung pengertian luas.

G. Refleksi
Refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah upaya untuk mengkaji apa yang
telah dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau apa yang belum
berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil
refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam
upaya mencapai tujuan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Dengan kata lain
refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam
mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka
mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian
berbagai tujuan sementara lainnya.

BAB III
PENYUSUNAN PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Judul Penelitian
Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hendaknya singkat, jelas dan sederhana
namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK, bukan sosok penelitian
konvensional. Dengan kata lain judul hendaknya singkat dan spesifik tetapi
cukup menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi
masalahnya.

B. Bidang Kajian
Tuliskan bidang kajian penelitian (misalnya Matematika, Bhs. Inggris, PS dan
sebagainya).
C. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah

Dalam latar belakang masalah hendaknya diuraikan urgensi penanganan


masalah yang diajukan itu melalui PTK. Penelitian dilakukan untuk memecahkan
permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa
masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi
disekolah dan diagnosis dilakukan oleh guru. Masalah yang akan diteliti adalah
sebuah masalah yang penting dan mendesak untuk dipecahkan serta dapat
dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya
yang dapat memperlancar penelitian. Uraikan permasalahan yang ada
hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, dilanjutkan dengan analisis
masalah yang dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah
tersebut.

Secara garis besar latar belakang masalah berisi uraian:

1. fakta-fakta pendukung,
2. argumen-argumen teoritik tentang tindakan yang akan dipilih,
3. hasil penelitian terdahulu (jika ada) dan
4. alasan pentingnya penelitian ini dilaksanakan.
2. Perumusan Masalah

Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan Penelitian Tindakan


Kelas, yang dipilih dari identifikasi masalah. Rumusan masalah dibuat dalam
bentuk kalimat tanya, karena hal ini akan menjadi fokus pengamatan dalam
penelitian dan dikaitkan dengan rumusan hipotesis tindakan.

3. Pemecahan masalah

Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Alternatif pemecahan masalah yang diajukan hendaknya
mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis
masalah. Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan
masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah
yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaedah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

4. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitrian Tindakan Kelas (PTK) hendaknya dirumuskan dengan singkat


dan jelas. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan
yang dikemukakan pada rumusan masalah.

5. Manfaat Penelitian

Kemukakan manfaat atau sumbangan yang diperoleh dari hasil penelitian baik
manfaat secara teoritis maupuin secara praktis yaitu baik yang menyangkut:
siswa, guru pelaksana penelitian maupun guru pada umumnya, sekolah,
pengembang kurikulum, Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

D. Kajian Teoritis dan Perumusan Hipotesis Tindakan


Uraikan dengan jelas kajian teori yang menumbuhkan gagasan yang mendasari
usulan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemukakan teori, temuan,
dan hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian tindakan, sehingga
mendukung penelitian yang akan dilakukan. Uraian ini digunakan unuk
menyusun kerangka berfikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
Pada bagian akhir dikemukakan rumusan hipotesis tindakan yang merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan.

E. Metodologi Penelitian
1. Rancangan / Model Penelitian

Rancangan atau model penelitian tidakan dapat dipilih dari beberapa model
penelitian tindakan yang telah dikemukakan di atas, pilih model sesuai dengan
rencana dindakan. Jelaskan jumlah siklus yang akan digunkan.

2. Setting Penelitian

Pada bagian ini dijelaskan tentang lokasi penelitian, karakteristik subjek


penelitian dan karakteristik mata pelajaran juga dijelaskan.

3. Rencana tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran, seperti:

1. Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan


dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seperti pembuatan skenario
pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi
PTK, instrumen, serta alat observasi lain yang terkait dengan
pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetaaapkan
sebelumnya.
2. Implementasi tindakan, yaitu diskripsi tindakan yang akan
digelar, skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan
yang akan ditetapkan.
3. Observasi dan interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur
perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan hasil produk
dari implemntasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4. Analisis dan refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis
terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan dampak
tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang dilibatkan,
serta kriteria dan rancangan bagi tindakan berikutnya (siklus
selanjutnya).
F. Jadwal Penelitian
Berisi penjelasan kegiatan yang akan dilakukan, waktu, dimulainya pelaksanaan
sampai pelaporan. Biasanya ditampilkan dalam bentuk matriks kegiatan.

G. Rencana Anggaran
Rencana anggaran biaya dan disusun secara cermat meliputi : tahapan
persiapan, pelaksanaan penelitian dan pelaporan. Kegiatan dalam persiapan
meliputi pertemuan antara anggota tim peneliti (tim kolaborasi) untuk menyusun
dan menetapkan jadwal penelitian dan pembagia kerja, menyusun instrumen
penelitian, menetapkan indikator ketercapaian (sesuai SKBM), menetapkan
format analisa data, lembar observasai, dan analisis data.

Kegiatan pelaksanaan penelitian mencakup implementasi tindakan perbaikan,


pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi, dan refleksi. Kegiatan penulisan
pelaporan meliputi penyusunan konsep laporan, perbaikan, penyusunan konsep
laporan akhir, seminar hasil penelitian, dan sebagainya.

H. Daftar Pustaka
Menunjukkan pustaka yang betul-betul digunakan dalam penyusunan proposal
dan disusun secara alfabetis.

I. Lampiran-Lampiran
Lampirkan hal-hal yang terkait dengan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:

1. Data hasil analisis


2. Lembar instrumen dan lembar observasi
3. Biodata peneliti/Curriculum Vitae
4. Daftar tabel jika diperlukan
5. Dan lain-lain.
BAB IV
SISTEMATIKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Sistematika pelaporan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari 5 bab
sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
TINDAKAN

1. Kerangka Teoritis
2. Hasil Penelitian yang Relevan
3. Kerangka Berfikir
4. Perumusan Hipotesis Tindakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Rancangan/Model Penelitian
2. Setting Penelitian
3. Rencana penelitian Tindakan
4. Metode Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Jadwal Kegiatan
7. Anggaran/Biaya Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan
2. Deskripsi hasil Tindakan
B. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

1. SIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu,S. 1996. Penelitian Praktis Untuk Perbaikan Pembelajaran.


Jakarta: Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru SD
Akbar Ali, 2005. Meningkatkat Prestasi Belajar matematika Melalui
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa SMP Negeri 2
Suralaga. Selong: STKIP HAMZANWADI
Depdiknas, 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Bahan Pelatihan
Dosen LPTK dan Guu Sekolah Menengah. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi mata Pelajaran
Matematika Jilid 3. Jakarta: Balitbang
Depdiknas, 2004. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang
Depdiknas, 2005. Penelitian Peningkatan Pembelajaran Di LPTK. Jakarta:
Dirjen Dikti Bagian PPKM
Hariyanto, 2001. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) : Baha PelathanDosen
LPTK. Mataram: Unram
Hopkins, D. 1993. A Teacher,s Guide Top ClassroomResearch. Buchingham:
Open University Press
Kemmis, Stephen & Mc. Taggart Robin, 1988. The Action Research Planner.
Victoria: Deakim University
Soedarsono, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Dirjen dikti BP3 GSD Yogyakarta
Suyanto, 1997. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (Pedoman
Pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas). Yogyakarta: Dirjen Dikti BP3 GSD
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai