Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS IMMINENS

Di susun oleh:

1. Dewi Yulaikhah G3A018005


2. Dwi Pramudita G3A018008
3. Devi Putriani G3A018035
4. Bella Maulia Indah K. G3A018044

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018/2019

ABORTUS IMMINEN
1. Pengertian
Abortus imminens adalah perdarahan vagina pada umur kehamilan <20
minggu. Pada keadaan ini terjadi ancaman proses keguguran, namun produk
kehamilan belum keluar. (Nugroho, 2012)
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. (Prawirohardjo, 2005)
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada
setengah awal kehamilan (Norwitz, 2007).
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam
uterus dan viabel, dan serviks tertutup (Sucipto, 2013).
Abortus imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan
usia kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal
dengan atau tanpa nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup
(Devaseelan, 2010).
Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang
daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan
dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit
nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip
serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan
trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan
perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip,
ulserasi vagina atau karsinomaserviks, sedangkan kelainan lain membutuhkan
pemeriksaan ultrasonografi (Sastrawinata et al., 2005).

B. Etiologi
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau
cacat, penyebabnya antara lain:
2. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom
seks.
3. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua,
dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium
polikistik.
4. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus, disebut teratogen.
5. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan
muda misalnya karena hipertensi menahun.
6. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat,
keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti
brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
7. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau
kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau
mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran
dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi,
atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.
(Wiknjosastro, 2007; Devaseelan, 2010)

C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti dengan adanya nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap sebagai benda asing di dalam uterus, kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan 8
minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8-14 minggu
villikorialis menembus desidua secara mendalam, sehingga umumnya
placenta tidak dapat dikeluarkan dengan sempurna dan perdarahan lebih
banyak. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu biasanya abortus didahului
dengan ketuban pecah, diikuti dengan keluarnya hasil konsepsi, kemudian
disusul dengan placenta.
Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan
karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum,
disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar Taunya
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa
wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya
datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan
villi korialis ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan
implantasi biasanya sedikit, warnanya merah dan cepat berhenti mules-mules
(Sholicah, 2010).

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada abortus Imminen (Sucipto, 2013):
1. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
2. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan
dan terjadi kontraksi otot rahim
3. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan
kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
4. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif

E. Diagnostik
Diagnosis abortus imminens ditegakan antara lain :
1. Tanda-tanda hamil muda,
2. Perdarahan melalui orifisium uteri internum (OUI),
3. Uterus membesar sesuai usia kehamilan,
4. Serviks belum membuka, sehingga untuk menegakan diagnosis abortus
imminens kita perlu memperhatikan riwayat menstruasi, riwayat
penggunaan obat-obatan dan zat, riwayat penyakit dahulu, riwayat operasi
terutama pada uterus dan adneksa, riwayat obstetrik dan ginekologis
dahulu.
5. Pemeriksaan dengan USG terlihat kantong kehamilan utuh berisi
fetus/embrio dengan tanda-tanda kehidupan yaitu kegiatan jantung dan
gerakan janin. Bisa terlihat bagian-bagian yang anekoik oleh perdarahan
pada desidua.

F. Pemeriksaan Ginekologi
1. Ostium Uteri Eksternum (OUE) tertutup
2. Getational Sac (GS) masih utuh sehingga tidak ada cairan amnion
ataupun jaringan yang keluar
3. Biasanya fetus masih hidup
Diagnosis banding :
4. Kehamilan mola
5. Kehamilan ektopik

G. Penatalaksanaan
1. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
2. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak
panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
3. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah
mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg.
5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
7. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin
dan dapat mempercepat pematangan serviks oleh prostaglandin E
dalam semen dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
8. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting
pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada
awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga
suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat
mencegah keguguran, karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong
defisiensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
9. Antibiotik diberikan hanya jika ada tanda-tanda infeksi.
10. Relaksan otot uterus. Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator
yang juga digunakan sebagai relaksan otot uterus.

G. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien. Adapun hal-hal yang perludikajiadalah :
1. Biodata : mengkaji identitas klien dan pe nanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancer dan adanya
perdarahan pervaginam berulang
3. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masalalu
4. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami
oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
5. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin dan penyakit-penyakit lainnya.
6. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan
dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan yang
menyertainya
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
9. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
10. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan
kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan fisik, meliputi :


Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fisik, dan seterusnya.

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan


jari.
a. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
b. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
c. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada


permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
a. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
b. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan


stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi,
pap smear dan kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif
serial.

b. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,


apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.

Data lain-lain :
a. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang [telah diberikan selama
dirawat di RS.Data psikososial.
b. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.
c. Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
d. Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

H. Pencegahan

1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan


dapat mengurangi risiko keguguran.
2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi
lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau
mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi
baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi
kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang menyenangkan. Penelitian
observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu
dan bayi. Pada suatu penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu
hamil dengan risiko rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi
kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada
kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat didentifikasi dari
riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Resiko kehilangan berhubungan dengan ancaman abortus.
3. Cemas berhubungan dengan ancaman abortus.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan otot ektremitas
sekunder terhadap bedrest.

J. Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.


Tujuan: Nyeri berkurang/ hilang setelah dilaksanakan tindakan
keperawatan
Kriteria:
a. Nyeri daerah perut hilang atau berkurang
b. Ekspresi wajah tenang, tanda-tanda vital dalam batas normal TD:
120/80 N: 84 S: 37 RR: 20
Intervensi:
a. Kaji Nyeri, Karakteristik, kualitas, frekuensi, lokasi dan
intensitasnya.
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan atur posisi yang nyaman.
e. Berikan informasi penyebab terhadap rasa nyeri.

2. Resiko kehilangan berhubungan dengan ancaman abortus


Tujuan:
a. Mengenal tanda ancaman aborsi
b. Perdarahan pervagina tidak ada
Intervensi:
a. Awasi Perdarahan pervagina
b. Berikan informasi yang jelas tentang abortus
c. Berikan lingkungan yang terbuka untuk diskusi pada pasien dan
keluarga tentang penerimaan kehilangan tanda kehamilan.
d. Kaji tanda emosional pasien
e. Teirma respon pasien terhadap kehilangan dengan tenang dan tidak
menghakimi
f. Kolaborasi untuk pemeriksaan USG.
3. Cemas berhubungan dengan hasil. kehamilan dan ketidak pastian untuk
kehamilan mendatang.
Kriteria hasil : Pasien tidak gelisah
Intervensi:
a. Kaji tingkat kecemasan pasien
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan tentang kehilangan janinnya.
c. Sediakan lingkungan yang kondusif tempat pasien sehingga
dapat merasa aman untuk mengungkapkan perasaannya.
d. Jaga frekuensi kontak dengan pasien sebagai bentuk kepedulian
e. Tingkat dukungan terhadap keluarga.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan: memperhatikan normalitas volume darah.
Kriteria:
a. Tanda-tanda vital normal
b. Turgor kulit normal, membran mukosa lembab

Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital dan kondisi pasien
b. Kaji perdarahan pasien tiap jam, catat warna perdarahan,
jumlah pembalut yang digunakan
c. Monitor anput dan output cairan
d. Monitor nilai Hb, Ht dan trombosit
e. Kolaborasi pemberian anti koagulan

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan otot ekstremitas


sekunder terhadap bedrest.
Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi
Kriteria:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain
b. Pasien dapat melakukan perawatan diri tanpa dibantu
Intervensi :
a. Anjurkan klien mengikuti aktiftias dengan istirahat yang cukup
b. Anjurkan isitrahat yang adekuat dan penggunaan posisi miring
kanan dan miring kiri.
c. Anjurkan klien memodifikasi dan menghilangkan segala jenis
aktifitas dan ajarkan aktifitas di tempat tidur.
d. Tekankan pentingnya aktifitas hiburan yang tenang.
e. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi/komplit sesuai indikasi

DAFTAR PUSTAKA
Devaseelan P, Fogarty PP, Regan L. (2010). Human Chorionic Gonadotrophin for
Threatened Miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. 5 :
CD007422. Available from :
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD007422.pub
2.
Doengoes, M. (2001). RencanaPerawatanMaternitas/Bayi. Jakarta : EGC.
Haqiqi Missiani A. Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, RSUD Djojonegoro,
Kab. Temanggung, Jawa Tengah.
Norwitz ER, Arulkumaran S, Symonds IM, Fowlie A, editors. (2007). Oxford American
handbook of obstetrics and gynecology. 1st ed. New York: Oxford University.
Nugroho, Tufik (2012). Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Yogyakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka : Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman. Et al. (2005). Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi. Edisi 2.Jakarta : EGC.
Sholicah, Mar A. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus
Imminens di Ruang Fatimah Rumah Sakit Roemani.
Sucipto, Nur Ilhaini. (2013). Abortus Imminens: Upaya Pencegahan,
Pemeriksaan, dan Penatalaksanaan
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. (2007). Ilmu kebidanan editors. 3rd ed.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wilkinson, M.Judhit. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai