Anda di halaman 1dari 12

Kasus 1

Topik : Herpes Zooster

Tanggal Kasus : 12 Agustus 2018

Presenter : dr. Endang Monasanti

Tanggal Presentasi :

Pendamping : dr. Novieka Dessy M

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin

Objektif Presentasi : Keterampilan, Diagnostik, Dewasa

Deskripsi : Laki-laki, 18 tahun, Bintil-bintil berisi air pada punggung


sebelah kiri, terasa gatal, nyeri, terasa panas, badan terasa pegel, demam yang
dialami ± 1 hari SMRS.

Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana Herpes Zooster

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

Data Pasien : Nama Pasien : An.DS

Data untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis

Herpes Zooster

1
2. Riwayat Pengobatan

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

Pasien laki-laki usia 18 tahun datang ke IGD RS Bhayangkara dengan keluhan


bintil-bintil berisi air pada punggung sebelah kiri yang dialami ± 1 hari SMRS.
Sebelumnya pasien pernah menderita cacar air di seluruh tubuh pada usia 8
tahun.

4. Riwayat Keluarga

Pasien menyangkal adanya keluhan serupa di keluarga.

5. Riwayat Pekerjaan

Pasien merupakan seorang pelajar

6. Lain-lain :

a. Pemeeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : TD : 120/80 mmHg

N : 89 kali / menit

RR : 22 kali / menit

o
T : 37, 0 C

2
SpO2 : 99 %

Status Dermatulogis

Lokasi : Punggung sebelah kiri, Dermatom regio T4-T8

Efloresensi : Pada punggung kiri tampak vesikel vesikel bergerombol pada


dasar eritematosa tersusun zosteriformis unilateral dengan
krusta diatasnya.

Kepala dan Leher :

 Kepala : Normochepal, rambut hitam, distribusi merata

 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


 Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
 Mulut : Mukosa bibir lembab. sianosis (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-) peningkatan JVP (-)

Pemeriksaan Thorax

Pulmo

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris. Retraksi (-), jejas (-)

Palpasi : Fremitus vokal simetris kanan dan kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler. Ronkhi (-). Wheezing (-)

Cor

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

3
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea midclavikula

sinistra

Perkusi : Batas jantung

Atas : ICS II linea parasternalis sinistra

Bawah : ICS V linea parasternalis sinistra

Kanan : ICS IV linea parasternal dextra

Kiri : ICS IV linea midklavikula sinistra

Auskultasi : S1>S2. Reguler. Murmur (-) Gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel. H/L/M tidak teraba. Nyeri tekan (-) .

Perkusi : Timpani

Pemeriksaan Ekstrimitas : akral hangat, edema (-)

4
HASIL PEMBELAJARAN

1. Diagnosis Kerja

Herpes Zooster

2. Subyektif

Pasien laki-laki usia 18 tahun datang ke IGD RS Bhayangkara dengan keluhan


bintil-bintil berisi air pada punggung sebelah kiri yang dialami ± 1 hari SMRS.
Keluhan disertai dengan timbulnya kelainan kulit berupa kemerahan yang terasa
gatal, nyeri, terasa panas, demam dan badan terasa pegal. Keluhan tersebut
menyebabkan pasien lebih nyaman tidak memakai pakaian dikarenakan bila
terkena kain terasa nyeri.

3. Objektif / Dasar Diagnosis

Hasil pemeriksaan fisik menunjang diagnosis, pada kasus ini, diagnosis


ditegagkan berdasarkan :

1) Gejala Klinis : keluhan bintil-bintil berisi air pada punggung sebelah kiri yang
dialami ± 1 hari SMRS. Keluhan disertai dengan timbulnya kelainan kulit
berupa kemerahan yang terasa gatal, nyeri, terasa panas, demam dan badan
terasa pegal. Keluhan tersebut menyebabkan pasien lebih nyaman tidak
memakai pakaian dikarenakan bila terkena kain terasa nyeri.

2) Pada pemeriksaan fisik :

 Inspeksi pada bagian punggung sebelah kiri, dermatom regio T4-T8.


Efloresensi: Pada punggung kiri tampak vesikel vesikel bergerombol pada
dasar eritematosa tersusun zosteriformis unilateral dengan krusta
diatasnya.

5
3) Pemeriksaan Laboratorium :

Tidak dilakukan

4. Assessment
 Definisi
Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus
varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral
serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis. Beberapa hari kemudian timbul bintik kecil kemerahan pada kulit.
Bintik-bintik ini lalu berubah menjadi gelembung-gelembung transparan
berisi cairan, persis seperti pada cacar air namun hanya bergerombol di
sepanjang kulit yang dilalui oleh saraf yang terkena. Bintik-bintik baru dapat
terus bermunculan dan membesar sampai seminggu kemudian. Jaringan lunak
di bawah dan di sekitar lepuhan dapat membengkak untuk sementara karena
peradangan yang disebabkan oleh virus. Gelembung kulit ini mungkin terasa
agak gatal sehingga dapat tergaruk tanpa sengaja. Jika dibiarkan, gelembung
akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak berwarna gelap di kulit (hiperpigmentasi).
Bercak ini lama-kelamaan akan pudar tanpa meninggalkan bekas. Namun, jika
gelembung tersebut pecah oleh garukan, keropeng akan terbentuk lebih dalam
sehingga mengering lebih lama. Kondisi ini juga memudahkan infeksi bakteri.
Setelah mengering, keropeng akan meninggalkan bekas yang dalam dan dapat
membuat parut permanen. Virus varisela-zoster umumnya hanya
mempengaruhi satu saraf saja, pada satu sisi tubuh. Sesekali, dua atau tiga
syaraf bersebelahan dapat terpengaruh. Saraf di kulit dada atau perut dan
wajah bagian atas (termasuk mata) adalah yang paling sering terkena. Herpes

6
zoster di wajah seringkali menimbulkan sakit kepala yang parah. Otot-otot
wajah juga untuk sementara tidak dapat digerakkan.

 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid
tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan
diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya
virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Penularannya secara aerogen.
Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar
dorsalis saraf, nervus kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan
gejala. Pada individu yang immunocompromise, beberapa tahun kemudian
virus akan keluar dari badan saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan
infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu
ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.

 Manifestasi klinis
o Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala
prodomal local (nyeri otot tulang, gatal, pegal).
o Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel
yang berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian
menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta.
o Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
hamper selalu unilateral.

Menurut daerah penyerangnya dikenal :


 Herpes zorter of taimika : menyerang dahi dan sekitar mata
 Herpes zorter servikali : menyerang pundak dan lengan
 Herpes zorter torakalis : menyerang dada dan perut
 Herpes zorter lumbalis : menyerang bokong dan paha.

7
 Herpes zorter sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia
 Herpes zorter atikum : menyerang telinga.

 Patofisiologi
Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi dikulit dan
permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara
sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam ganglion
ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksios dan tidak
mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya
infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi
virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini
menyebabkan nekrosis pada saraf serta menjadi inflamasi yang berat dan
biasanya disertai neuralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik, sehingga terjadi
neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan
gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes zoster.

 Penatalaksanaan
Terapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotic. Indikasi antiviral
ialah pasien dengan defisiensi imunitas atau pasien dengan terapi
kortikosteroid. Obat yang biasa digunakan adalah Asiklovir dan derivatnya
seperti valasiklovir dan Famsiklovir. Sebaiknya diberikan dalam 3 hari
pertama sejak lesi muncul.

- Dosis asiklovir 5 x 800 mg sehari selama 7 hari, contoh merek dagang


: acifar, licovir, hefax, zovirax, virules. Sediaan tablet 200/400 mg

8
- Valasiklovir 3 x 1000 mg sehari selama 7 hari, contoh merek dagang :
valtrex. Sediaan tablet 250/500 mg

- Famsiklovir 3 x 500 mg sehari selama 7 hari. Sediaan 250/500 mg

Jika lesi baru masih tetap timbul, obat tersebut masih dapat diberikan dan
dihentikan 2 hari setelah lesi tidak timbul lagi.

Dapat pula diberikan imunomodulator untuk mempercepat penyembuhan


penyakt seperti methisoprinol. Methisorinol berfungsi untuk meningkkatkan
daya tahan tubuh dan menyembuhkan penyakit-penyakit infeksi yang
siebabkan oleh virus. Contoh mempercepat penyembuhan varisela, influenza,
campak. Hepatitis, dsb. Merek dagang : isprinol, trosine, pronovir,
isoprinosine, lanavir.

Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel


diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel
sehingga tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosive diberikan kompres
terbuka.

5. Preventif

Terapi RS Bhayangkara :

Farmakologi

- Acyclovir 5x800 mg

- Cetrizin 1x10 mg

- Methylprednisolone 3x4 mg

- Paracetamol 3x500 mg

9
- Acyclovir cream 5%

Edukasi

- Istirahat yang cukup


- Mencegah pecahnya bintil berair dengan daerah yang gatal
tidak boleh digaruk
- Menjaga kesehatan Kulit dengan tetap mandi 2X sehari

Pemeriksaan Penunjang :

Pemeriksaan Tzanck tidak dilakukan

Komplikasi :

1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan
spasmodic (singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat.
Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.
2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul
satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang
dan menghilang spontan setelah 1–6 bulan
3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan
hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma
sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola
mata.
5. Herpes zoster diseminata / generalisata
6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigoensefalitis, paralysis
saraf motorik dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi.

10
Pendidikan :

Pendidikan dilakukan kepada pasien dan keluarganya serta diberikan penjelasan


tentang herpes zoster dan lebih memperhatikan higiene yang baik agar tidak
menimbulkan jaringan sikatrik atau bekas penyembuhan dikulit.

Konsultasi :

Dijelaskan adanya pemeriksaan lebih lanjut dengan mengkonsultasikan ke dokter


Spesialis Kulit untuk melakukan tidakan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi, Prof.dr; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketiga; Balai
Penerbit FKUI; Jakarta 2009

2. Suherman, Suharti K; Farmakologi dan Terapi edisi ke empat; Gaya Baru; Jakarta
1997

3. R.S. Siregar, Prof dr Sp.KK; Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi kedua;
Penerbit Buku kedokteran EGC 2005, hal 80-89

4. P, Mardjono M, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta

5. Ilmu kesehatan anak Nelson. Ed 15th. Jilid II. Jakarta: EGC; 2000.1382-95.

6. Stawiski MA. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6th. Volum


2. Jakarta: EGC; 2005.1430-2.

7. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K. Dermatology in general medicine. 4th edition.
New York: McGraw – Hill Medical Publisher; 2003.p.2182-3.

8. Buxton PK, Jones M. Abc of dermatology. 5th edition. London: Willey –


Blackwell Publisher; 2009.p.124-6.

11
12

Anda mungkin juga menyukai