Anda di halaman 1dari 63

12.

PENYAKIT NONINFEKSI – Penyakit Tidak Menular / PTM

1. Kanker Serviks

Definisi

Apa itu kanker serviks (kanker leher rahim)?

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat ada sel-sel di leher rahim alias serviks yang tidak
normal, dan berkembang terus dengan tidak terkendali.

Sel-sel abnormal tersebut bisa berkembang dengan cepat sehingga mengakibatkan tumor pada
serviks. Tumor yang ganas nantinya berkembang jadi penyebab kanker serviks.

Leher rahim sendiri adalah organ yang berbentuk seperti tabung silinder. Fungsinya yaitu
menghubungkan vagina dengan rahim.

Kanker ini adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi pada wanita di seluruh
dunia. Namun, tes pap smear yang rutin dapat membantu mengetahui adanya kanker serviks
secara dini.

Kanker serviks sering kali masih bisa disembuhkan jika ditemui sejak awal. Selain itu, ada
beberapa metode untuk mengendalikan risiko kanker serviks, yang membuat angka kasus kanker
serviks menurun.

Seberapa umumkah kanker serviks (kanker leher rahim)?

Kanker serviks sangat umum ditemui di seluruh dunia. Menurut catatan Badan Kesehatan
Dunia atau WHO, kanker serviks merupakan jenis kanker nomor empat yang paling sering
menyerang wanita. Lebih jauh, WHO juga mengamati bahwa angka kejadian kanker leher rahim
lebih besar di negara-negara berkembang daripada di negara-negara maju.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan bahkan mencatat bahwa kanker serviks menempati


peringkat kedua untuk jenis kanker yang paling banyak ditemui setelah kanker payudara. Setiap
tahunnya, ada sekitar 40.000 kasus baru kanker serviks yang terdeteksi pada perempuan
Indonesia.

Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Namun, semakin bertambah usia,
risiko seseorang mengalami kanker leher rahim semakin besar.

Kanker serviks dapat ditangani dengan mengurangi fator-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter
untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja ciri-ciri dan gejala kanker serviks (kanker leher rahim)?
Pada tahap awal, wanita dengan kanker serviks awal dan pre-kanker tidak akan mengalami
gejala. Pasalnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala hingga tumor terbentuk. Tumor
kemudian bisa mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat. Gejala kanker serviks
bisa ditandai dengan ciri-ciri berikut ini.

 Perdarahan yang tidak wajar dari vagina. Misalnya perdarahan padahal Anda tidak sedang haid,
menstruasi yang lebih panjang, perdarahan setelah atau saat berhubungan seks, setelah
menopause, setelah buang air besar, atau setelah pemeriksaan panggul.
 Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
 Nyeri pada panggul (di perut bagian bawah).
 Nyeri saat berhubungan seks atau berhubungan seks.
 Nyeri di pinggang (punggung bawah) atau kaki.
 Badan lemas dan mudah lelah.
 Berat badan menurun padahal tidak sedang diet.
 Kehilangan nafsu makan.
 Cairan vagina yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
 Salah satu kaki membengkak.

Ada beberapa kondisi lainnya, seperti infeksi, yang dapat menyebabkan berbagai ciri-ciri kanker
serviks tersebut. Namun, apa pun penyebabnya, Anda tetap harus mengunjungi dokter untuk
memeriksakannya. Mengabaikan kemungkinan gejala kanker serviks hanya akan membuat
kondisi memburuk dan kehilangan kesempatan perawatan yang efektif.

Lebih baik lagi, jangan menunggu hingga gejala kanker serviks muncul. Cara terbaik untuk
merawat kelamin Anda dengan melakukan tes pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin
ke dokter kandungan.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala kanker serviks yang tidak disebutkan di atas. Bila
Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika Anda menunjukkan beberapa tanda atau gejala kanker serviks di atas atau pertanyaan
lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu
konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda dan memeriksakan diri setiap
muncul ciri-ciri kanker serviks.

Akan tetapi, sebenarnya semua wanita (terutama yang sudah menikah atau aktif secara seksual)
harus ke dokter untuk memeriksakan diri dan mendapatkan vaksin HPV. Tidak perlu menunggu
sampai muncul ciri-ciri kanker serviks baru mencari bantuan medis.

Wanita yang berusia di atas 40 tahun juga sangat disarankan untuk periksa ke dokter dan
melakukan tes pap smear secara rutin. Pasalnya, semakin bertambah usia Anda makin rentan
terhadap kanker ini. Sedangkan Anda mungkin saja tidak merasakan berbagai gejala kanker
serviks yang sudah mulai menyerang.

Penyebab
Apa penyebab kanker serviks (kanker leher rahim)?

Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau disingkat HPV.
Ada lebih dari seratus jenis HPV, tapi sejauh ini hanya ada kira-kira 13 jenis virus yang bisa jadi
penyebab kanker serviks. Virus ini sering ditularkan melalui hubungan seksual.

Di dalam tubuh wanita, virus ini menghasilkan dua jenis protein, yaitu E6 dan E7. Kedua protein
ini berbahaya karena bisa menonaktifkan gen-gen tertentu dalam tubuh wanita yang berperan
dalam menghentikan perkembangan tumor.

Kedua protein ini juga memicu pertumbuhan sel-sel dinding rahim secara agresif. Pertumbuhan
sel yang tidak wajar ini akhirnya menyebabkan perubahan gen (disebut juga sebagai mutasi gen).
Mutasi gen inilah yang lantas menjadi penyebab kanker serviks berkembang dalam tubuh.

Beberapa jenis HPV tidak menyebabkan gejala sama sekali. Namun, sebagian jenis bisa
menyebabkan kutil pada kelamin, dan beberapa bisa jadi penyebab kanker serviks. Hanya dokter
yang bisa mendiagnosis dan memastikan seberapa bahaya jenis HPV yang Anda alami.

Dua turunan dari virus HPV (HPV 16 dan HPV 18) diketahui berperan dalam 70% dari kasus
kanker serviks. Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa pun, sehingga banyak
wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi. Faktanya, kebanyakan wanita dewasa
sebenarnya pernah menjadi “tuan rumah” HPV pada saat tertentu dalam hidup mereka.

HPV dapat dengan mudah ditemukan melalui tes pap smear. Inilah mengapa tes pap smear
sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Tes pap smear mampu mendeteksi perbedaan
pada sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Jika Anda menangani perubahan sel tersebut,
Anda dapat melindungi diri dari kanker leher rahim.

Faktor-faktor risiko

Siapa yang berisiko terkena kanker serviks (kanker leher rahim)?

Sejauh ini HPV memang diketahui jadi penyebab kanker serviks yang utama. Akan tetapi, ada
beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang Anda kena kanker ini, meski Anda tidak
punya riwayat infeksi HPV sekalipun. Simak berbagai faktor risiko penyebab kanker serviks
berikut ini.

 Infeksi human papilloma virus. Melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan dapat
meningkatkan risiko terkena HPV 16 dan 18. Begitu juga dengan perilaku seksual berisiko
seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang sama. Selain itu, wanita
yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV tentu lebih rentan terinfeksi HPV yang
bisa jadi penyebab kanker serviks.
 Merokok. Tembakau mengandung banyak zat kimia yang tidak baik untuk tubuh. Wanita yang
merokok memiliki risiko hingga dua kali lebih besar dibanding wanita non-perokok dalam
terkena kanker serviks.
 Imunosupresi. Pengobatan atau kondisi yang mempengaruhi sistem imun, seperti human
immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS, bisa meningkatkan risiko
terkena infeksi HPV dan jadi penyebab kanker serviks.
 Infeksi klamidia. Beberapa penelitian menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari kanker serviks
pada wanita dengan hasil tes darah yang menunjukkan pernah atau sedang memiliki infeksi salah
satu penyakit menular seksual, yaitu klamidia.
 Kurangnya konsumsi buah dan sayur. Wanita yang memiliki pola makan kurang sehat,
misalnya jarang makan buah dan sayur, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap kanker
serviks.
 Berat badan berlebih (obesitas). Wanita dengan kelebihan berat badan lebih mudah memiliki
adenocarcinoma pada serviks.
 Penggunaan kontrasepsi minum (pil KB) jangka panjang. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa minum kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari
sekitar lima tahun, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Kalau Anda sudah lama minum pil
KB untuk mencegah kehamilan, segera pertimbangkan untuk memilih kontrasepsi lain dan
bicarakan dengan dokter kandungan Anda. Penelitian terbaru menemukan bahwa wanita yang
menggunakan intrauterine device (IUD, perangkat yang dimasukkan ke dalam rahim untuk
mencegah kehamilan) memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker. Karena itu, alat kontrasepsi
jenis IUD bisa jadi alternatif buat Anda yang belum ingin hamil.
 Sudah beberapa kali hamil dan melahirkan. Wanita yang pernah mengalami kehamilan
hingga melahirkan (tidak keguguran) 3 kali atau lebih memiliki risiko yang lebih tinggi terkena
kanker serviks.
 Hamil atau melahirkan di usia sangat muda. Sangat muda berarti berusia di bawah 17 tahun
saat kehamilan hingga melahirkan pertama kalinya. Wanita yang berusia lebih muda dari 17
tahun saat hamil pertama (tidak keguguran) dua kali lebih rentan terkena kanker serviks.
 Kemiskinan. Meskipun keadaan ekonomsi seseorang tidak serta-merta jadi penyebab kanker
serviks, kemiskinan sangat mungkin menghalangi akses wanita terhadap layanan serta
pendidikan kesehatan yang memadai, termasuk tes pap smear.
 Diethylstilbestrol (DES). DES adalah obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk
mencegah keguguran. Ibu yang menggunakan obat ini saat kehamilan memiliki risiko lebih besar
terhadap kanker serviks. Anak perempuan yang dilahirkan juga memiliki risiko yang lebih besar.
Obat ini sudah tidak diresepkan lagi untuk ibu hamil sejak tahun 1980-an. Akan tetapi, buat
Anda yang pernah hamil atau dilahirkan sebelum 1980 masih berisiko mengalami kanker.
 Faktor keturunan. Apabila dalam keluarga Anda, misalnya nenek, ibu, atau sepupu wanita
yang pernah kena kanker serviks, Anda pun jadi dua hingga kali lebih rentan mengalami kanker
serviks dibandingkan orang yang tidak punya faktor keturunan kanker. Masalahnya, mutasi gen
yang jadi penyebab kanker serviks bisa diturunkan ke generasi selanjutnya.
 Usia. Perempuan di bawah usia lima belas tahun memiliki risiko paling rendah terhadap kanker
ini. Sedangkan risiko semakin meningkat pada wanita berusia di atas 40 tahun.

Obat & diagnosis

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada
dokter Anda.

Bagaimana cara mendiagnosis kanker serviks (kanker leher rahim)?


Dokter biasanya menggunakan tes pap smear untuk mendiagnosis kanker serviks. Dokter dapat
melakukan tes lainnya untuk melihat sel kanker atau pre-kanker pada serviks jika tes pap smear
menunjukkan malfungsi perubahan sel, seperti biopsi.

Dokter dapat merujuk Anda pada ginekolog (dokter spesialis kandungan, yaitu ahli kesehatan
sistem reproduksi wanita) jika hasil tes menunjukkan kelainan, atau jika dokter melihat adanya
pertumbuhan dalam serviks atau jika Anda memiliki perdarahan abnormal.

Penting diketahui bahwa perdarahan dari wanita tidak selalu berarti kanker serviks. Klamidia
adalah salah satu alasan mengapa wanita mengalami perdarahan vagina yang tidak biasa. Dokter
mungkin menyarankan Anda untuk melakukan tes terlebih dahulu sebelum dirujuk.

Beberapa tes yang mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi jika Anda memiliki kanker serviks
adalah sebagai berikut.

 Kolposkopi. Prosedur dilakukan dengan mikroskop kecil dengan sumber cahaya di ujung
digunakan untuk memeriksa serviks Anda.
 Cone biopsy. Prosedur kecil ini dilakukan di bawah obat bius. Bagian kecil berbentuk kerucut
pada serviks akan diangkat untuk diperiksa. Setelah itu, Anda mungkin mengalami perdarahan
vagina selama hingga empat minggu setelah prosedur. Anda juga dapat mengalami nyeri seperti
haid.

Apabila dokter yakin Anda memiliki gejala kanker serviks, dokter kemudian akan memeriksa
seberapa parah kondisi (tahap stadium) kanker. Tesnya dapat meliputi hal-hal di bawah ini.

 Memeriksa rahim, vagina, rektum, dan kemih apabila terdapat kanker. Prosedur ini dilakukan
dengan obat bius.
 Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ, seperti tulang, darah dan ginjal.
 Tes imaging (pemindaian), yaitu dengan teknologi Computerised tomography (CT) scan,
Magnetic resonance imaging (MRI) scan, sinar X, dan Positive emission tomography (PET)
scan. Tujuan tes ini yaitu untuk mengidentifikasi tumor kanker dan apabila sel kanker telah
menyebar (metastasis).

Apa obat kanker serviks yang sering digunakan?

Semakin cepat Anda mendeteksi gejala kanker serviks dan penyakitnya, semakin mudah pula
untuk mengobati kanker serviks.

Pengobatan untuk kanker serviks cukup rumit. Rumah sakit akan menyiapkan tim ahli yang
ditentukan untuk mengatasi tahap awal dan tahap lanjut kanker serviks. Walau idealnya
menangani kanker serviks pada tahap awal, biasanya kanker serviks tidak didiagnosis cukup
awal.

Biasanya, ada tiga pilihan penanganan utama untuk kanker serviks, operasi, radioterapi dan
kemoterapi.
1. Operasi

Tindakan ini akan mengangkat bagian yang terinfeksi kanker. Anda dan tim medis Anda harus
bekerja sama untuk hasil yang terbaik:

 Radical trachelectomy – serviks, jaringan sekitar dan bagian atas vagina diangkat, namun rahim
tetap pada tempatnya sehingga Anda masih bisa punya anak. Karena itulah tindakan bedah ini
biasanya jadi prioritas untuk wanita yang memiliki kanker serviks tahap awal dan masih mau
punya anak.
 Histerektomi – serviks dan rahim diangkat, tergantung pada tahap kanker, mungkin diperlukan
untuk mengangkat indung telur dan tuba falopi. Anda sudah tidak bisa memiliki anak lagi jika
Anda melakukan histerektomi.
 Pelvic exenteration – operasi besar di mana serviks, vagina, rahim, kemih, indung telur, tuba
falopi dan rektum diangkat. Seperti histerektomi, Anda sudah tidak bisa punya anak lagi setelah
menjalani pembedahan ini.

2. Radioterapi

Pada tahap awal kanker serviks, Anda dapat ditangani dengan radioterapi atau dikombinasikan
dengan operasi. Kemudian, apabila kanker sudah pada tahap lanjut, dokter dapat merekomendasi
radioterapi dengan kemoterapi untuk mengurangi perdarahan dan rasa sakit pada pasien.

Pada prosedur ini, tubuh Anda dipaparkan dengan radiasi. Sumber radiasi dapat berasal dari
eksternal, dengan mesin yang memancarkan radiasi pada tubuh Anda, atau secara internal.
Dengan metode internal, sebuah implan akan dipasang ke dalam tubuh Anda untuk memberi
radiasi. Ada beberapa kasus di mana 2 metode ini dikombinasikan. Rangkaian radioterapi
biasanya berlangsung selama 5 hingga 8 minggu.

3. Kemoterapi

Kemoterapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan radioterapi untuk menangani
kanker serviks. Pada kanker tahap lanjut, metode ini sering digunakan untuk mencegah
pertumbuhan kanker. Anda akan membuat janji untuk mendapatkan dosis kemoterapi melalui
infus.

Semua penanganan kanker serviks dapat memiliki efek samping. Anda harus mendiskusikannya
terlebih dahulu dengan dokter. Anda mungkin akan mengalami menopause dini, penyempitan
pada vagina, atau limfedema setelah menjalani perawatan kanker leher rahim.

Pencegahan

Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker serviks (kanker leher rahim)?

Berikut adalah perubahan gaya hidup yang dapat membantu Anda mencegah kanker serviks
terjadi pada Anda:
 Berbicara dengan keluarga, teman-teman atau konselor dapat membantu. Anda juga dapat
menanyakan dokter mengenai komunitas penyintas (survivor) dan pengidap kanker serviks.
 Tes pap smear adalah cara terbaik untuk menemukan perubahan sel serviks atau HPV pada
serviks. Penting untuk melakukan follow up dengan dokter setelah hasil tes pap smear yang
abnormal agar Anda dapat mendapatkan perawatan dengan tepat waktu.
 Jika Anda berusia di bawah 26 tahun, Anda dapat mendapatkan vaksin HPV yang dapat
melindungi dari 2 jenis HPV 16 dan HPV 18, jenis HPV yang dapat menyebabkan kanker
serviks.
 Hindari terinfeksi HPV dengan melakukan hubungan seks yang aman, dengan menggunakan
kondom dan tidak berganti-ganti pasangan seksual.
 Untuk mencegah kanker berkembang ke tahap stadium yang lebih serius, Anda perlu menjalani
gaya hidup sehat. Misalnya dengan menjaga pola makan bernutrisi seimbang, rajin berolahraga
sesuai dengan kemampuan dan saran dokter, istirahat yang cukup, mengelola stres, berhenti
merokok dan minum alkohol, serta mengurangi paparan zat berbahaya misalnya dari polusi,
pestisida, dan makanan kemasan.

2. Kanker, Stroke, Penyakit Jantung, Infark

2.1 Kanker
Definisi
Apa itu penyakit kanker?
Penyakit ini terjadi karena pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkendali, yang
menyebabkan jaringan tubuh normal rusak. Pada dasarnya, tubuh manusia terdiri dari triliunan
sel yang tersebar di setiap organ dan bagian. Sel-sel ini nantinya akan terus tumbuh dan
berkembang menjadi sel baru. Sementara sel-sel yang sudah tua, tidak sehat, dan tidak berfungsi
lagi akan mati secara alamiah.

Sementara sel kanker tidak akan mati dengan sendirinya. Sel ini akan terus mengganda dan
memperbanyak diri hingga jumlah yang sudah tak bisa dikendalikan lagi. Perubahan inilah yang
bisa memicu munculnya sel kanker.

Dibandingkan dengan sel tubuh, sel kanker memiliki banyak sekali perbedaan. Sel ini dapat
tumbuh secara agresif dan menyebar ke bagian tubuh lainnya guna membentuk sebuah jaringan
baru. Sel kanker juga tidak bisa mati dan rusak dengan sendirinya.

Penyakit kanker bisa muncul pada bagian tubuh mana pun karena asalnya dari sel dalam tubuh
manusia. Maka, ada banyak sekali jenis penyakit kanker yang ditemui pada manusia. Dilaporkan
bahwa terdapat lebih dari 200 jenis penyakit kanker yang berbeda.

Seberapa umumkah penyakit kanker?


Penyakit ini bisa menyerang siapa pun tanpa pandang bulu. Mulai dari balita hingga lanjut usia,
wanita maupun laki-laki, bahkan mereka yang gaya hidupnya cukup sehat. Hal ini dapat
dikendalikan dengan mengurangi faktor risiko Anda. Silakan diskusikan dengan dokter Anda
untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala kanker?
Berikut adalah beberapa gejala kanker yang tidak boleh diabaikan:

1. Muncul benjolan yang tidak lazim

Gejala kanker yang paling khas adalah munculnya benjolan tumor yang tidak lazim. Jika Anda
menemukan benjolan yang tumbuh dengan cepat dalam waktu singkat dan berbentuk tidak
wajar, bisa jadi ini merupakan gejala kanker payudara.

Selain di payudara, benjolan ini juga dapat muncul di bagian tubuh mana pun. Maka dari itu, jika
Anda menemukan benjolan baru atau benjolan yang mengalami perubahan di tubuh Anda,
periksakan ke dokter sesegera mungkin.

2. Perubahan pada kulit

Jika Anda mencurigai adanya perubahan ukuran, bentuk, atau warna tahi lalat yang tak wajar,
waspadai gejala kanker kulit. Untuk memastikan segala perubahan yang terjadi pada kulit Anda
bukan gejala penyakit ini, segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan menyeluruh.

Anda juga sebaiknya melakukan pemeriksaan kulit secara rutin sendiri untuk mengetahui ada
tidaknya pertumbuhan yang tampak aneh pada kulit.

3. Masalah pada kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening adalah struktur jaringan kecil berbentuk menyerupai kacang merah yang
memegang peranan besar dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Jadi, ketika terjadi infeksi,
kelenjar getah bening akan membengkak untuk memberikan tanda.

Oleh karena itu, pembengkakan kelenjar getah bening perlu diwaspadai karena bisa menjadi
tanda kanker, seperti leukimia dan limfoma. Kelenjar ini banyak terdapat pada leher, paha bagian
dalam, ketiak, di sekitar usus, dan di antara paru-paru.

4. Berat badan turun tanpa sebab

Hal yang normal jika Anda mengalami penurunan berat badan karena sedang diet. Namun
apabila penurunan berat badan Anda terjadi tanpa sebab yang jelas, Anda perlu waspada.
Penurunan berat badan bisa saja menjadi gejala kanker usus besar, pankreas, atau pencernaan
lainnya. Tidak hanya itu, penurunan berat badan tiba-tiba juga bisa menjadi tanda penyakit ini
yang dapat menyebar ke hati sehingga akan mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan tubuh
Anda untuk melepaskan limbah makanan dalam tubuh.

5. Batuk atau sesak yang berkepanjangan

Kebanyakan batuk mungkin tidak perlu diwaspadai. Akan tetapi jika batuk yang Anda alami tak
sembuh-sembuh, terjadi dalam waktu yang lama dan disertai dengan sesak napas ataupun darah,
Anda harus waspada. Pasalnya, ini bisa berbahaya karena menunjukkan bahwa paru-paru Anda
bermasalah. Dalam skenario terburuk, yang Anda alami bisa jadi kanker paru.

Maka dari itu, bila Anda terkena batuk yang berkepanjangan, pergilah ke pusat kesehatan untuk
melakukan X-ray atau CT scan dada.

6. Rasa sakit tanpa sebab

Jika rasa sakit Anda akibat dari cedera fisik, ini mungkin bukan masalah serius. Namun, apabila
Anda mengalami rasa sakit yang tetap dan tanpa sebab ini patut diwaspadai.

Tergantung pada lokasi rasa sakitnya, ada berbagai macam jenis penyakit ini. Sakit kepala yang
tak kunjung sembuh meski sudah menjalani pengobatan bisa menjadi gejala kanker otak.

7. Perdarahan tidak normal

Perdarahan tidak normal bisa mengindikasikan kemungkinan bahwa Anda memiliki penyakit ini.
Misalnya, perdarahan vagina di luar menstruasi ataupun setelah berhubungan seksual bisa
menjadi tanda kanker endometrium dan serviks.

Mungkin ada gejala kanker yang tidak disebutkan di atas. Oleh sebab itu, segera konsultasikan
ke dokter jika Anda mencurigai perubahan yang tidak wajar pada tubuh Anda sebagai deteksi
dini penyakit ini. Semakin dini penyakit ini terdeteksi, peluang untuk sembuhnya juga akan
semakin besar.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Jika Anda mengalami satupun tanda atau gejala kanker yang disebutkan di atas, atau memiliki
pertanyaan apapun tentang gejala penyakit ini, sebaiknya segela konsultasikanlah pada dokter
Anda. Tubuh setiap orang bereaksi dengan cara berbeda. Selalu lebih baik untuk mendiskusikan
apa yang terbaik untuk keadaan Anda dengan dokter.

Penyebab
Apa penyebab kanker?
Penyebab kanker paling umum adalah perubahan (mutasi) pada gen dalam sel. Di dalam gen,
terkandung ribuan DNA yang akan memberi instruksi pada sel untuk menjalankan fungsinya
pada organ tubuh tempat sel tersebut hidup.

Maka inti sel yang menjadi rumah bagi ribuan gen ini akan menentukan jenis sel apa yang
dibutuhkan organ tubuh tertentu, kapan sel perlu membelah diri, dan sel mana yang harus mati
dan digantikan.

Sayangnya, proses ini tidak selalu berjalan dengan sempurna. Ketika sel melakukan pembelahan
diri, ada risiko sel baru yang lahir dari pembelahan tersebut mengandung gen yang rusak atau
digandakan terlalu banyak. Perubahan struktur gen dalam sel ini disebut sebagai mutasi gen.

Ketika mutasi gen terjadi, sel sudah tidak bisa lagi menerima perintah dan instruksi dari sistem
pusat sehingga sel ini akan tumbuh di luar kendali dan menghasilkan protein yang tidak normal.
Kelainan pada protein yang diproduksi akan semakin memicu pembelahan sel-sel baru dengan
gen yang tidak sempurna. Pada kasus lain, protein yang dibutuhkan untuk menghentikan
kelahiran sel baru justru tidak diproduksi sama sekali.

Biasanya, mutasi gen baru akan berpotensi menimbulkan kanker jika terjadi lebih dari lima kali
dan melibatkan gen yang berbeda. Proses ini bisa berlangsung hingga bertahun-tahun sampai sel-
sel tersebut membelah diri dan membentuk sel kanker yang cukup besar. Barulah gejala-
gejalanya mulai muncul dan sel-sel kanker tampak ketika tubuh Anda diperiksa.

Namun, pada kasus anak-anak, kerusakan gen sudah terjadi sejak dalam kandungan atau sejak
lahir. Jadi, mereka memang memiliki gen bawaan yang rusak dalam sel tubuh sehingga proses
terbentuknya penyakit kanker tidak membutuhkan waktu yang lama.

Secara umum, ada dua faktor penyebab kanker yang paling sering terjadi, yaitu:

 Faktor internal. Anda mungkin terlahir dengan mutasi genetik yang diwariskan dari orangtua
Anda. Jenis mutasi ini bertanggung jawab atas persentase kecil dari penyakit ini.
 Faktor eksternal. Kebanyakan mutasi gen terjadi setelah kelahiran dan tidak diwariskan.
Sejumlah faktor dapat menyebabkan mutasi gen seperti merokok, radiasi, virus, bahan kimia
penyebab kanker (karsinogen), obesitas, hormon, peradangan kronis dan kurangnya berolahraga.

Para ilmuwan tidak mengetahui seberapa banyak mutasi yang harus terakumulasi sehingga bisa
jadi penyebab kanker. Meski begitu, para ilmuwan percaya bahwa penyebab kanker akan
bervariasi pada setiap orang tergantung jenis kanker yang dialaminya. Konsultasikan ke dokter
Anda untuk mengetahui penyebab kanker yang lebih lengkap. Dengan mengetahui berbagai
faktor penyebab kanker memungkinkan untuk menurunkan risiko Anda terkena penyakit ini di
masa yang akan datang.

Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya terkena penyakit kanker?
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini, seperti:

 Usia. Penyakit ini bisa memerlukan waktu puluhan tahun untuk tumbuh. Oleh karena itu,
kebanyakan orang yang didiagnosis penyakit ini berusia 65 tahun atau lebih. Meski begitu,
penyakit ini bukanlah penyakit eksklusif untuk orang dewasa. Pasalnya, penyakit ini juga dapat
didiagnosis pada usia berapa pun.
 Kebiasaan buruk. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, paparan sinar matahari berlebihan,
obesitas, dan seks yang tidak aman bisa jadi faktor penyebab kanker.
 Riwayat keluarga. Dalam banyak kasus, penyakit ini sifatnya menurun. Maka, Anda harus
menjalani tes genetik untuk pencegahan lebih lanjut. Meski begitu, dengan memiliki mutasi
genetik yang diturunkan bukan berarti Anda akan terkena penyakit ini.
 Kondisi kesehatan. Beberapa kondisi kesehatan kronis seperti ulcerative colitis dapat dengan
nyata meningkatkan risiko tumbuhnya penyakit ini jenis tertentu.
 Lingkungan hidup. Bahan kimia berbahaya seperti asbes dan benzena di rumah atau tempat
kerja bisa menjadi faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini. Meskipun Anda tidak merokok,
Anda bisa menghirup asap rokok jika berada di sekitar orang yang merokok atau tinggal dengan
seseorang yang merokok.

Obat & Pengobatan


Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada
dokter Anda.

Bagaimana penyakit kanker didiagnosis?


Sangatlah dianjurkan untuk secepatnya mendiagnosis penyakit untuk mendapatkan peluang
terbaik untuk penyembuhan, terutama pada stadium awal. Dokter bisa menggunakan satu atau
lebih pendekatan untuk mendiagnosis penyakit ini. Beberapa tes yang umum dilakukan dokter
untuk mendiagnosis penyakit ini di antaranya:

 Pemeriksaan fisik. Dokter mungkin akan melakukan colok dubur jika mencurigai Anda
mengalami penyakit ini di usus atau prostat. Metode pemeriksaan fisik lainnya juga mungkin
dilakukan dokter untuk memperjelas diagnosis penyakit pasien.
 Tes laboratorium. Dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk untuk menggambarkan
kesehatan pasien secara keseluruhan dan mendeteksi ada tidaknya kelainan.
 Tes pencitraan. Beragam tes pencitraan seperti PET scan, MRI, rontgen, ultrasound, dan CT
scan dapat digunakan untuk mencari tahu apakah penyakit ini telah menyebar.
 Biopsi. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat sebagian kecil jaringan untuk diperiksa
dengan mikroskop. Sampel yang diambil dalam biopsi kemudian dianalisis oleh ahli patologi. Ia
akan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ dalam tes laboratorium untuk menentukan diagnosis
penyakit yang dialami pasien.

Apa saja obat kanker?


Obat kanker pada dasarnya tergantung dari jenis dan stadium dari penyakit ini, potensi efek
samping, serta pilihan dan kesehatan umum dari pasien. Secara umum, berikut ini beberapa obat
kanker yang paling umum:

1. Kemoterapi

Kemoterapi adalah perawatan yang menggunakan zat kimia dengan intensitas kuat untuk
membunuh sel yang bertumbuh cepat pada tubuh. Kemoterapi paling sering digunakan sebagai
obat kanker, karena sel penyakit ini berkembang lebih cepat dari sel normal dalam tubuh.

Obat-obatan kemoterapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan sebagai obat kanker.
Kemoterapi adalah cara yang efektif untuk mengobati banyak jenis penyakit ini namun memiliki
risiko efek samping yang juga harus diwaspadai.

2. Radioterapi

Radioterapi adalah cara pengobatan yang mengandalkan radiasi dengan menggunakan


gelombang energi tinggi seperti, sinar x, gama, proton, dan elektron untuk membunuh sel kanker.
Walaupun radioterapi paling sering digunakan sebagai obat kanker, tetapi terkadang terapi ini
juga dipakai untuk mengobati pasien yang tidak terkena penyakit ini, seperti tumor dan gangguan
pada kelenjar tiroid.

3. Terapi target

Terapi target adalah terapi yang menggunakan obat-obatan atau bahan kimia lain untuk
mengidentifikasi dan menyerang sel kanker secara spesifik tanpa membunuh sel-sel normal.
Terapi ini antara lain:

 Antibodi monoklonal
 Penghambat tirosin kinase
 Cyclin-dependent kinase inhibitors (penghambat cyclin-dependent kinase)

Terapi yang digunakan dapat berupa kombinasi dari beberapa terapi. Konsultasikan dengan
dokter Anda untuk pilihan terapi dan obat kanker yang tepat untuk Anda. Setiap pengobatan
penyakit ini memiliki efek samping yang berbeda-beda. Pertimbangkan risiko pengonsumsian
obat kanker dengan kondisi Anda.

Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi penyakit kanker?
Perubahan gaya hidup berikut dapat membantu Anda mencegah dan mengatasi penyakit kanker:

 Jangan merokok. Merokok telah dikaitkan dengan berbagai jenis penyakit ini—termasuk paru-
paru, mulut, tenggorokan, laring, pankreas, kandung kemih, rahim dan ginjal.
 Makanlah dengan pola makan yang sehat.
 Makanlah banyak buah-buahan dan sayuran.
 Batasilah daging olahan.
 Pertahankanlah berat badan yang sehat dan aktif secara fisik. Mempertahankan berat badan yang
sehat dapat menurunkan risiko berbagai jenis penyakit ini, termasuk payudara, prostat, paru-
paru, usus besar, dan ginjal.
 Lindungilah diri dari sinar matahari.
 Dapatkan perawatan medis yang teratur.

2.2 Stroke
Definisi
Apa itu penyakit stroke?
Penyakit stroke adalah penyakit yang terjadi ketika pasokan darah menuju otak terganggu atau
sama sekali berkurang, sehingga jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Dalam beberapa
menit, sel-sel otak mulai mati. Penyakit ini merupakan kondisi yang dapat mengancam hidup
seseorang dan dapat menimbulkan kerusakan permanen.

Ada 3 jenis kondisi


1. Stroke iskemik

Penyakit stroke iskemik adalah kondisi yang terjadi ketika pembuluh darah yang menyuplai
darah ke area otak terhalang oleh bekuan darah. Jenis penyakit ini bertanggung jawab atas 87
persen dari total kasus penyakit ini

Bekuan darah sering diakibatkan oleh aterosklerosis, yang merupakan penumpukan timbunan
lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Sebagian dari timbunan lemak ini bisa lepas dan
memblokir aliran darah di otak Anda. Konsepnya mirip dengan serangan jantung, di mana
gumpalan darah menghalangi aliran darah ke sebagian jantung Anda.

Kondisi ini bersifat embolik, yang berarti bekuan darah berasal dari bagian lain di tubuh Anda
dan kemudian berpindah menuju ke otak, lalu biasanya dari jantung dan arteri besar di dada
bagian atas dan leher.

Diperkirakan 15 persen kasus embolik ini disebabkan oleh kondisi yang disebut fibrilasi atrial In
adalah sebuah kondisi yang membuat jantung Anda berdetak tidak teratur. Ini menciptakan
kondisi di mana gumpalan bisa terbentuk di jantung, terlepas, dan berjalan ke otak. Bekuan darah
yang menyebabkan kondisi ini tidak akan hilang tanpa pengobatan.

2. Stroke hemoragik

Penyakit stroke hemoragik terjadi saat pembuluh darah di otak mengalami kebocoran atau pecah.
Stroke hemoragik menyumbang sekitar 13 persen dari total kasus penyakit ini
Kondisi ini berawal dari pembuluh darah yang melemah, kemudian pecah dan menumpahkan
darah ke sekitarnya. Darah yang bocor jadi menumpuk dan menghambat jaringan otak di
sekitarnya. Kematian atau koma panjang akan terjadi jika pendarahan berlanjut.

Ada dua jenis stroke hemoragik. Pertama adalah aneurisma, yang menyebabkan sebagian
pembuluh darah melemah hingga mengembang layaknya balon dan kadang pecah. Lalu lainnya
adalah malformasi arteriovenosa, yaitu kondisi pembuluh darah yang terbentuk secara abnormal.
Jika pembuluh darah semacam itu pecah, bisa menyebabkan stroke hemoragik.

3. Stroke ringan

Transient ischemic attack (TIA) atau sering disebut stroke ringan adalah kekurangan darah pada
sistem saraf yang berlangsung singkat, biasanya kurang dari 24 jam atau bahkan hanya dalam
beberapa menit. Kondisi ini terjadi saat bagian otak tidak mendapat pasokan darah yang cukup.
Anda memiliki risiko stroke ringan yang lebih tinggi apabila Anda pernah mengalami transient
ischemic attack.

Seberapa umumkah penyakit stroke?


Penyakit stroke dapat terjadi pada golongan usia berapapun. Anda dapat meminimalisir terkena
penyakit ini dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Silakan diskusikan dengan dokter Anda
untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala stroke?
Gejala stroke cenderung terjadi secara tiba-tiba dan hanya selalu menyerang satu sisi bagian
tubuh. Hal ini semakin memburuk dalam jangka waktu 24 sampai 72 jam. Gejala yang biasa
terjadi termasuk:

 Sakit kepala tiba-tiba


 Kehilangan keseimbangan, bermasalah dengan berjalan
 Kelelahan
 Kehilangan kesadaran atau koma
 Vertigo dan pusing
 Penglihatan yang buram dan menghitam
 Kelemahan atau mati rasa pada satu sisi bagian tubuh di wajah, tangan, kaki
 Adanya masalah dengan berbicara dan pendengaran.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala stroke yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Anda harus menghubungi dokter bila Anda mengalami gejala stroke berikut ini:
 Mati rasa, tidak berdaya, atau perasaan seperti kesemutan yang muncul tiba-tiba atau kehilangan
kemampuan untuk menggerakan wajah, lengan, atau kaki terutama jika terjadi hanya pada satu
sisi tubuh
 Perubahan penglihatan secara tiba-tiba
 Susah bahkan tidak dapat berbicara
 Pusing secara tiba-tiba dan mengalami kesulitan dalam memahami kalimat sederhana.
 Bermasalah dengan berjalan dan menyeimbangkan badan.
 Rasa sakit kepala yang parah dan tidak pernah dirasakan sebelumnya.
 Anda mengonsumsi aspirin atau obat-obatan yang menghambat pembekuan darah namun
 Anda melihat adanya tanda-tanda pendarahan.
 Tersedak, dikarenakan makanan yang jatuh ke dalam tenggorokan.
 Memiliki tanda-tanda pembekuan darah di pembuluh dalam seperti: merah, panas, dan sakit pada
daerah tertentu di lengan atau kaki Anda.
 Lengan dan kaki semakin menjadi kaku dan tidak bisa diregangkan (spastisitas)

Jika seseorang memiliki kecenderungan untuk terkena gejala stroke, Anda sebaiknya
memperhatikan aktivitasnya untuk menjaga dan membawa mereka ke dokter segera mungkin;

 Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Periksa apakah satu sisi dari wajahnya tidak bereaksi
 Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangannya. Perhatikan apabila ada satu tangan
yang menggeluyur ke bawah.
 Mintalah orang tersebut untuk mengulangi kalimat sederhana. Periksa apakah ada kata-kata yang
tidak jelas dan apakah kalimat dapat diulang dengan benar.

Penyebab
Apa penyebab stroke?
Penyebab stroke dapat terjadi akibat:

 Penyebab stroke iskemik: Kondisi ini terjadi ketika darah yang membeku menyumbat
pembuluh darah. Jenis ini merupakan jenis yang biasa terjadi pada orang lanjut usia.
 Penyebab stroke hemoragik: Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah di dalam otak bocor
atau pecah sehingga darah mengalir ke dalam otak atau ke permukaan otak. Jenis stroke ini tidak
seumum iskemik namun lebih mematikan.
 Penyebab stroke ringan: Kondisi ini terjadi ketika plak atau darah yang beku pada pembuluh
arteri menghambat pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Kondisi ini menyebabkan
aliran darah ke otak menjadi tersumbat dan menimbulkan kondisi ini terjadi.

Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan saya untuk berisiko terkena kondisi ini?
Ada banyak faktor risiko penyebab stroke :
 Faktor risiko gaya hidup:
 Berat badan berlebihan atau obesitas
 Tubuh yang tidak aktif bergerak
 Sering dan banyak mengonsumsi alkohol
 Pengguna obat-obatan terlarang seperti kokain dan metamfetamin.

 Faktor risiko medis:


 Tekanan darah yang tinggi – risiko pada kondisi ini dapat memicu tingginya tekanan darah
melebihi 120/80 mm Hg. Dokter Anda akan membantu menentukan berapa tekanan darah
yang sesuai dengan umur Anda baik Anda memiliki diabetes atau tidak
 Perokok aktif maupun yang terpapar asap rokok
 Kolesterol yang tinggi
 Diabetes
 Sleep apnea. Gangguan tidur di mana tingkat oksigen secara perlahan berkurang jumlahnya
selama malam hari ;
 Penyakit jantung, termasuk gagal jantung, cacat jantung, infeksi jantung, atau ritme jantung
yang tidak normal;

 Faktor lainnya yang berhubungan dengan risiko yang tinggi yaitu :


 Memiliki sejarah pribadi atau keluarga yang mengalami kondisi ini, serangan jantung,
atau stroke ringan
 Berumur di atas 55 tahun;
 Jenis kelamin. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan perempuan. Perempuan
biasanya terkena kondisi ini pada usia lanjut, dan lebih rentan terhadap kematian akibat
penyakit ini dibandingkan laki-laki. Selain itu, perempuan juga, memiliki risiko dari
penggunaan pil KB atau terapi hormon yang termasuk estrogen, juga dalam kondisi
kehamilan dan melahirkan .

Tidak memiliki faktor-faktor risiko seperti di atas bukan berarti Anda tidak dapat terkena
penyakit ini. Faktor-faktor ini hanya sebagai referensi. Anda sebaiknya konsultasi dengan dokter
Anda untuk penjelasan yang lebih rinci.

Obat & Pengobatan


Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada
dokter Anda.

Apa saja pilihan obat stroke?


Obat stroke umumnya dapat dilakukan dengan beberapa metode pengobatan. Namun, penderita
dapat bertahan jika sesegera mungkin dibawa ke ruang gawat darurat di rumah sakit.

Jika gejala stroke yang terjadi dialami disebabkan oleh gumpalan darah, obat stroke yang dapat
digunakan adalah obat untuk mencairkan darah. Agar efektif, perawatan obat stroke ini harus
segera dilakukan dalam jangka waktu 3 sampai 4 ½ jam setelah adanya gejala pertama yang
muncul. Selain itu, dokter juga bisa memberikan obat stroke lainnya yang dapat mencairkan
darah seperti Heparin, Warfarin (Coumadin), Aspirin atau Klopidogrel (Plavix).

Penyakit stroke dapat menyebabkan tidak bekerjanya beberapa fungsi tubuh. Seberapa besar
kemungkinan seseorang bisa pulih belum bisa diketahui. Banyak orang membutuhkan
rehabilitasi seperti terapi bicara, terapi fisik, dan terapi kerja.

Pengobatan juga harus dilakukan pada sejarah kondisi medis penderita seperti tekanan darah
tinggi, diabetes, perokok, gaya hidup, dan tingkat kolesterol yang tinggi.

Kondisi lainnya juga harus dicegah dengan cara mengurangi atau menghilangkan penyebab
stroke awal pada penderita. Banyak orang dapat melakukan ini dengan penggunaan obat-obatan
untuk mencegah penggumpalan darah.

Sering kali, mengonsumsi takaran kecil aspirin setiap hari dapat membantu. Selain itu, kita juga
harus mengendalikan tekanan darah yang tinggi dan mengurangi risiko komplikasi lainnya
seperti diabetes, tingkat kolesterol yang tinggi, merokok, dan berat badan yang berlebihan.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mendeteksi penyakit ini?

Dokter akan mendeteksi dan memberikan obat stroke berdasarkan sejarah medis dan
pemeriksaan fisik. CT scan atau MRI scan pada otak dapat dilakukan lebih lanjut untuk
mengevaluasi bagian otak mana yang terkena gejala stroke dan juga untuk menentukan apakah
kondisi yang Anda alami diakibatkan oleh penggumpalan darah atau pecahnya pembuluh darah.

Pemeriksaan aktivitas elektrik pada jantung (elektrokardiogram atau ECG) akan dilakukan untuk
mengetahui detak jantung yang tidak beraturan (fibilasi atrium) yang dapat menyebabkan stroke
dengan mempermudah penggumpalan darah di jantung dan menyebabkan kondisi ini terjadi.

Terapi stroke
Setelah mengalami stroke, tak jarang beberapa orang akan melakukan terapi stroke. Ini adalah
salah satu cara untuk membantu Anda mempelajari kembali keterampilan yang hilang ketika
penyakit ini menyerang bagian otak Anda. Terapi stroke dapat membantu Anda mendapatkan
kembali kemandirian dan meningkatkan kualitas hidup Anda.

Hasil penyembuhan atau pemulihan tergantung dengan tingkat keparahan penyakit yang dialami
masing-masing pasien. Para peneliti telah menemukan fakta bahwa orang yang menjalani
program terapi stroke bisa sembuh dan kembali normal lebih cepat daripada orang yang tidak
melakukan terapi stroke.

Bagaimana cara terapi dilakukan?


Ada beberapa cara untuk melakukan terapi stroke. Rencana atau perawatan terapi bisa dilakukan
tergantung pada bagian tubuh atau jenis kemampuan apa yang melemah karena kondisi ini
terjadi. Terapi fisik antara lain:
 Latihan keterampilan motorik. Latihan-latihan ini dapat membantu meningkatkan kekuatan
dan koordinasi otot Anda kembali. Biasanya orang yang melakukan terapi ini adalah orang yang
otot lidahnya melemah. Terapi ini bisa memperkuat otot Anda untuk berbicara ataupun menelan.
 Terapi mobilitas. Anda mungkin perlu belajar menggunakan alat bantu mobilitas, seperti alat
bantu berjalan, tongkat, kursi roda atau penahan pergelangan kaki. Penyangga pergelangan kaki
dapat menstabilkan dan memperkuat pergelangan kaki Anda untuk membantu mendukung berat
badan Anda saat Anda belajar kembali berjalan.
 Terapi Constraint-induced. Terapi ini dilakukan oleh anggota tubuh lain yang tidak terkena
dampak dari kondisi ini. Anggota tubuh yang tidak terkena ini harus membantu anggota tubuh
lain untuk meningkatkan fungsinya. Terapi stroke ini kadang-kadang disebut terapi penggunaan
paksa.
 Terapi Range-of-motion. Latihan dan perawatan ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan
otot (kelenturan) dan membantu Anda mendapatkan kembali gerak tubuh yang lentur.

Terapi pikiran dan emosional juga mungkin dilakukan dengan beberapa jenis berikut:

 Terapi gangguan kognitif. Terapi okupatif dan terapi wicara ini dapat membantu Anda dengan
kemampuan kognitif yang hilang, seperti memori, pemrosesan, pemecahan masalah,
keterampilan sosial, penilaian, dan kesadaran diri Anda Terapi untuk gangguan komunikasi.
Terapi wicara dapat membantu Anda mendapatkan kembali kemampuan yang hilang dalam
berbicara, mendengar, menulis, dan memahami perkataan lawan bicara.
 Pengobatan psikologis. Emosional Anda mungkin akan diuji. Anda mungkin juga memiliki
konseling atau berpartisipasi dalam kelompok pendukung yang juga pernah mengalami kondisi
ini. Dokter Anda mungkin merekomendasikan antidepresan atau obat yang memengaruhi
kewaspadaan, rasa gelisah atau gerakan.
 Obat alternatif. Perawatan seperti pijat, akupunktur, dan terapi oksigen mungkin bisa menjadi
salah satu terapi pada penderita kondisi ini.

Kapan terapi mulai bisa dilakukan?


Semakin cepat Anda memulai terapi, semakin besar kemungkinan Anda untuk mendapatkan
kembali kemampuan dan keterampilan yang hilang.

Makanan untuk penderita stroke


Umumnya, pasien dengan kondisi ini tidak mampu mengunyah atau menelan makanan dengan
baik. Oleh karena itu, perencanaan diet bagi pasien harus sangat diperhatikan.

Ketika seseorang terkena kondisis dan harus menjalani pengobatan di rumah sakit, biasanya
makanan yang harus dikonsumsi akan diatur oleh ahli gizi yang termasuk dalam tim medisnya.

Pasien yang mengalami kondisi ini, harus menjalani prinsip diet tertentu yang sesuai dengan
kondisinya. Ada beberapa jenis kondisi ini dari stroke ringan hingga berat. Tentunya, setiap jenis
kondisi ini akan membutuhkan makanan yang berbeda-beda. Berikut tips aturannya:

1. Batasi konsumsi garam


Bagi Anda yang memiliki riwayat penyakit ini, maka sebaiknya hindari penggunaan garam yang
berlebihan serta konsumsi makanan atau minuman yang mengandung natrium tinggi. Jumlah
natrium yang tinggi yang ada di dalam garam serta makanan kemasan merupakan salah satu
pemicu munculnya gangguan pembuluh darah yang terjadi pada Anda.

2. Pilih makanan dengan lemak sehat

Lemak jenuh yang tinggi di dalam tubuh, hanya akan membuat kadar kolesterol naik. Hal ini
yang kemudian membuat seseorang rentan terkena kondisi ini atau serangan jantung mendadak.

Oleh karena itu, mulai sekarang hindarilah makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi,
contohnya makanan yang digoreng deep frying, gajih pada daging, jeroan, serta kulit ayam.
Sebagai gantinya, makanan untuk kondisi ini yang baik dikonsumsi yaitu kacang-kacangan yang
mengandung lemak baik, seperti kacang almond.

3. Atur porsi makan sesuai

Jika memang Anda mengalami masalah sulit makan, maka sebaiknya kurangi porsi namun
perbanyak frekuensi makan Anda dalam satu hari. sesuaikan makanan yang dikonsumsi dengan
kebutuhan kalori yang Anda miliki. Bila bingung, Anda dapat berkonsultasi pada ahli gizi dalam
membuat perencanaan diet yang benar selama dan setelah terapi.

Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau obat stroke yang bisa dilakukan di rumah?

Berikut adalah gaya hidup dan perawatan obat stroke di rumah yang dapat membantu Anda
mengatasi penyakit stroke:

 Berhenti merokok
 Minumlah obat-obatan yang diberikan oleh dokter Anda
 Olahraga sesuai dengan petunjuk dokter Anda
 Makanlah makanan yang mengandung sedikit lemak dan kurangi meminum minuman beralkohol
minimal satu kali sehari
 Kendalikan tekanan darah, tingkat kolesterol dan diabetes Anda.

2.3 Jantung

Pengertian Penyakit Jantung


Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan. Bentuk gangguan
itu sendiri bisa bermacam-macam. Ada gangguan pada pembuluh darah jantung, irama
jantung, katup jantung, atau gangguan akibat bawaan lahir.
Jantung adalah otot yang terbagi menjadi empat ruang. Dua ruang terletak di bagian
atas, yaitu atrium (serambi) kanan dan kiri. Sedangkan dua ruang lagi terletak di bagian
bawah, yaitu ventrikel (bilik) kanan dan kiri. Antara ruang kanan dan kiri dipisahkan oleh
dinding otot (septum) yang berfungsi mencegah tercampurnya darah yang kaya oksigen
dengan darah yang miskin oksigen.
Fungsi utama jantung adalah mengalirkan darah kaya oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Setelah seluruh organ tubuh menggunakan oksigen dalam darah, darah yang miskin
oksigen tersebut kembali ke jantung (atrium kanan), untuk diteruskan ke ventrikel kanan
melalui katup trikuspid. Sesudah darah memenuhi ventrikel kanan, katup trikuspid akan
menutup guna mencegah darah kembali ke atrium kanan. Kemudian, saat ventrikel
kanan berkontraksi, darah miskin oksigen akan keluar dari jantung melalui katup
pulmonal dan arteri pulmonal, lalu dibawa ke paru-paru untuk diisi dengan oksigen.
Darah yang telah diperkaya oksigen tadi, kemudian dibawa ke atrium kiri melalui vena
pulmonal. Saat atrium kiri berkontraksi, darah akan diteruskan ke ventrikel kiri melalui
katup mitral. Setelah ventrikel kiri dipenuhi darah, katup mitral akan menutup untuk
mencegah darah kembali ke atrium kiri. Kemudian, ventrikel kiri akan berkontraksi, dan
darah akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui katup aorta. Siklus peredaran darah
tersebut akan terus berulang.
Jenis Penyakit Jantung
Istilah penyakit jantung meliputi beragam gangguan pada jantung, antara lain:

 Penyakit arteri koroner (penyakit jantung koroner) – penyempitan pembuluh darah


jantung.
 Aritmia – gangguan pada irama jantung.
 Penyakit jantung bawaan – kelainan jantung sejak lahir.
 Kardiomiopati – gangguan pada otot jantung.
 Infeksi jantung – infeksi pada jantung akibat bakteri, virus, atau parasit.
 Penyakit katup jantung – gangguan pada salah satu atau keempat katup jantung.

Gejala Penyakit Jantung

Gejala penyakit jantung sangat beragam, tergantung kepada jenis kondisi yang dialami.
Sejumlah gejala yang dapat muncul pada penyakit jantung, antara lain:

 Nyeri dada terasa seperti tertindih.


 Nyeri di leher, rahang, tenggorokan, punggung, dan lengan.
 Jantung berdebar atau detak jantung malah melambat.
 Perubahan pada irama jantung.
 Sesak napas.
 Batuk kering yang tidak membaik.
 Mudah lelah saat beraktivitas.
 Tangan dan kaki terasa dingin.
 Sianosis atau warna kulit yang membiru.
 Pembengkakan pada tungkai, lengan, perut, atau sekitar mata.
 Pusing.
 Pingsan atau terasa ingin pingsan.
 Demam.
 Ruam kulit.

Penyakit jantung akan lebih mudah ditangani bila terdeteksi lebih awal. Oleh karena itu,
konsultasikan dengan dokter bila muncul gejala di atas. Konsultasikan juga mengenai
cara yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung, terutama
bila ada riwayat penyakit jantung pada keluarga.

Komplikasi Penyakit Jantung


Sejumlah komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit jantung, antara lain:

 Aneurisma. Aneurisma adalah pembesaran di dinding arteri, yang bila pecah dapat
menyebabkan kematian.
 Penyakit arteri perifer. Kondisi ini ditandai dengan tersumbatnya aliran darah ke kaki,
sehingga menyebabkan nyeri saat berjalan (klaudikasio).
 Stroke. Sejumlah faktor risiko yang memicu penyakit jantung koroner juga dapat
memicu stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika arteri ke otak tersumbat, sehingga
tidak menerima aliran darah yang cukup. Kondisi tersebut harus segera ditangani,
karena dapat mematikan jaringan otak dalam beberapa menit setelah serangan stroke
terjadi.
 Gagal jantung. Kondisi ini terjadi ketika jantung tidak dapat memompa cukup darah ke
seluruh tubuh. Gagal jantung dapat terjadi akibat penyakit jantung koroner, penyakit
katup jantung, penyakit kelainan jantung, kardiomiopati, dan infeksi jantung.
 Serangan jantung. Kondisi ini terjadi ketika bekuan darah menghambat aliran darah ke
jantung yang sudah menyempit sebelumnya, dan merusak bagian ototnya. Salah satu
yang dapat memicu menyempitnya pembuluh darah jantung adalah aterosklerosis.
 Henti jantung mendadak. Kondisi ini terjadi ketika fungsi jantung berhenti mendadak,
sehingga penderita tidak bisa bernapas dan kehilangan kesadaran. Bila tidak segera
ditangani, dapat mengakibatkan kematian. Henti jantung mendadak seringkali dipicu
oleh aritmia.

Penyebab Penyakit Jantung

Penyebab penyakit jantung sangat bervariasi, mulai dari masalah pada pembuluh darah
jantung, irama jantung, hingga bawaan lahir. Berikut akan dijelaskan penyebab penyakit
jantung berdasarkan jenisnya.
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner terjadi ketika jantung tidak cukup mendapatkan darah yang
kaya akan oksigen dan nutrisi. Kondisi ini disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner.
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh
darah akibat penumpukan plak. Pada kondisi yang jarang, penyempitan atau kerusakan
arteri koroner juga dapat terjadi akibat emboli arteri, arteritis (radang arteri), aneurisma,
dan diseksi aorta.

Gangguan irama jantung


Gangguan irama jantung atau aritmia adalah irama jantung yang tidak normal. Aritmia
terjadi ketika impuls listrik yang mengatur irama jantung tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, jantung dapat berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan.
Contoh aritmia adalah fibrilasi atrium.
Aritmia dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti:

 Diabetes.
 Kelainan jantung saat lahir.
 Konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan.
 Merokok.
 Obat-obatan.
 Penyakit katup jantung.
 Penyakit jantung koroner.
 Penyalahgunaan NAPZA.
 Stres.
 Tekanan darah tinggi.

Penyakit jantung bawaan


Penyakit jantung bawaan adalah kelainan pada bentuk dan fungsi jantung yang terjadi
sejak lahir. Kelainan dapat terletak pada katup jantung, dinding jantung, atau di
pembuluh darah. Contoh penyakit jantung bawaan adalah patent ductus
arteriosus dan tetralogy of Fallot.
Penyakit jantung bawaan terjadi akibat gangguan pada proses perkembangan jantung
saat bayi masih di dalam kandungan. Belum diketahui kenapa gangguan tersebut
terjadi, namun diduga terkait dengan sejumlah faktor berikut:

 Riwayat kelainan jantung pada keluarga.


 Penggunaan obat-obatan di masa kehamilan
 Infeksi virus pada trimester pertama kehamilan.
 Kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA di masa kehamilan.
 Diabetes.
Kardiomiopati
Penyakit jantung juga dapat disebabkan oleh kardiomiopati, yaitu kondisi otot jantung
yang tidak cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kardiomiopati sangat
berbahaya, karena dapat memicu gagal jantung hingga henti jantung mendadak.
Belum diketahui apa yang menyebabkan kardiomiopati. Namun demikian, kondisi ini
diduga terkait dengan:

 Hipertensi.
 Kerusakan otot jantung akibat serangan jantung.
 Gangguan metabolik, seperti penyakit tiroid dan diabetes.
 Hemokromatosis.
 Komplikasi kehamilan.
 Kecanduan alkohol.
 Penyalahgunaan NAPZA.

Infeksi jantung
Penyakit jantung juga dapat disebabkan oleh infeksi atau peradangan pada lapisan
dalam jantung (endokardium), otot jantung (miokardium), atau pada membran yang
melapisi jantung (perikardium). Beberapa contoh penyakit jantung akibat infeksi adalah
endokarditis, miokarditis, dan perikarditis.
Infeksi jantung dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, atau jamur. Pemicu
penyakit ini juga bervariasi, di antaranya AIDS, gagal ginjal, lupus, atau cedera pada
jantung akibat kecelakaan.

Penyakit katup jantung


Sebagaimana namanya, penyakit katup jantung ditandai dengan kerusakan pada katup
jantung. Kerusakan katup dapat disebabkan oleh penyempitan (stenosis) atau
kebocoran (insufisiensi atau regurgitasi).
Penyakit katup jantung dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti demam
rematik, endokarditis yang disebabkan oleh infeksi, gangguan pada jaringan ikat, atau
kelainan sejak lahir.

Faktor Risiko Penyakit Jantung


Penyakit jantung dapat dialami oleh siapa saja. Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk mengalaminya adalah:

 Usia. Bertambahnya usia meningkatkan risiko otot jantung melemah dan menebal.
 Jenis kelamin. Pria lebih berisiko terserang penyakit jantung dibanding wanita. Akan
tetapi, risiko terserang penyakit ini akan meningkat pada wanita setelah masa
menopause.
 Riwayat keluarga. Risiko seseorang untuk menderita penyakit jantung juga tinggi
apabila memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarga. Terutama, bila memiliki ayah atau
saudara laki-laki yang terserang penyakit jantung sebelum usia 55 tahun. Atau dalam
kasus lain, memiliki ibu atau saudara perempuan yang didiagnosis menderita penyakit
jantung sebelum usia 65 tahun.
 Rokok. Kandungan nikotin dan karbonmonoksida dalam asap rokok dapat
menyempitkan pembuluh darah dan merusak lapisan dalam jantung. Oleh sebab itu,
serangan jantung lebih sering terjadi pada perokok.
 Terapi kanker. Penggunaan obat kemoterapi dan radioterapi meningkatkan risiko
penyakit jantung.
 Pola makan buruk. Konsumsi makanan tinggi lemak, gula, garam, dan kolesterol
berkontribusi pada penyakit jantung.
 Hipertensi. Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali akan memicu penebalan pada
pembuluh darah, sehingga mempersempit aliran darah.
 Kadar kolesterol tinggi. Kolesterol tinggi dapat membentuk timbunan plak pada
pembuluh darah dan meningkatkan risiko aterosklerosis.
 Kurang menjaga kebersihan diri. Tidak rutin mencuci tangan atau menyikat gigi, dapat
membuat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh dan memicu infeksi jantung.

Selain sejumlah faktor di atas, kurang aktivitas, stres yang tidak ditangani dengan baik,
serta kondisi medis seperti diabetes atau obesitas, juga dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung.

Diagnosis Penyakit Jantung

Sebelum menjalankan pemeriksaan, dokter akan terlebih dahulu bertanya tentang


riwayat penyakit pasien dan keluarganya. Kemudian, dokter akan memeriksa detak
jantung dan tekanan darah pasien. Sampel darah juga dapat diambil untuk mengukur
kadar kolesterol dan protein C-reaktif.
Untuk memperkuat diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan. Metode
pemeriksaan tergantung pada dugaan dokter mengenai jenis penyakit jantung yang
dialami pasien. Sejumlah metode pemeriksaan tersebut meliputi:
Elektrokardiografi (EKG)
EKG adalah tes yang bertujuan merekam sinyal listrik jantung. Tes ini dapat mendeteksi
kelainan pada irama dan struktur jantung. Dokter dapat menjalankan EKG dalam
keadaan pasien beristirahat atau berolahraga.
Pada pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien berbaring, dan menempelkan 12-15
elektroda ke tubuhnya. Kemudian, mesin yang terhubung dengan elektroda akan
merekam sinyal listrik jantung pasien.
Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara (USG) pada
jantung. Ekokardiografi membantu dokter mengevaluasi kondisi otot dan katup jantung
pasien.
Dokter dapat menjalankan ekokardiografi dengan menggerakkan transduser pada dada
pasien. Pada kasus lain, dokter dapat menggunakan transduser yang lebih kecil untuk
dimasukkan ke kerongkongan. Transduser ini berfungsi mengirim gelombang suara dari
dan ke jantung, untuk diterjemahkan menjadi gambar di monitor.
Uji tekanan (stress test)
Uji tekanan adalah pemeriksaan kondisi jantung saat detak jantung pasien meningkat.
Untuk meningkatkan detak jantung, pasien akan diminta mengayuh sepeda statis atau
berlari di treadmill.
Holter monitoring
Dalam pemeriksaan ini, pasien akan diminta memakai suatu perangkat di dada yang
disebut monitor Holter. Monitor Holter akan merekam aktivitas listrik jantung selama 1-3
hari.
Tilt table test
Bila gejala penyakit jantung yang dialami pasien sampai membuatnya pingsan, dokter
akan menjalankan tilt table test. Dalam tes ini, pasien akan dibaringkan di meja yang
kemudian digerakkan dari posisi horizontal ke vertikal. Saat meja bergerak, dokter akan
memonitor detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam tubuh pasien. Tilt
table test membantu dokter mengetahui apakah pasien pingsan akibat penyakit jantung
atau kondisi lain.
CT scan jantung
Pemeriksaan ini menggunakan sinar X untuk menampilkan gambar jantung pasien dan
pembuluh darah koroner. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mendeteksi
penumpukan kalsium di arteri koroner.
MRI jantung
Pada pemeriksaan ini, pasien akan diminta berbaring di meja periksa, lalu dimasukkan
ke mesin MRI. Selama pemeriksaan, medan magnet di dalam mesin MRI akan
menampilkan citra bagian dalam tubuh pasien. Kemudian, gambar tersebut akan
dianalisis oleh dokter guna mendiagnosis jenis penyakit jantung yang dialami.
Katerisasi jantung
Katerisasi jantung adalah tindakan memasukkan selang kecil (kateter) melalui
pembuluh darah di paha atau lengan. Dengan bantuan foto Rontgen, dokter akan
mengarahkan kateter tersebut hingga ke jantung. Tindakan ini dapat membantu dokter
mengetahui apakah ada sumbatan atau penyempitan di arteri.
Pengobatan Penyakit Jantung

Pengobatan tergantung kepada jenis penyakit jantung yang dialami pasien. Sebagai
contoh, pada penyakit jantung yang disebabkan infeksi, dokter akan meresepkan
antibiotik.
Pada umumnya, metode pengobatan penyakit jantung meliputi:

 Perubahan gaya hidup. Menjalani pola hidup sehat dapat mencegah penyakit jantung
makin memburuk. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain dengan melakukan
olahraga ringan 30 menit sehari, mengonsumsi makanan rendah lemak dan rendah
sodium, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi minuman beralkohol.
 Obat-obatan. Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung tergantung
kepada jenis penyakit jantung itu sendiri. Beberapa golongan obat yang umumnya
digunakan dalam pengobatan penyakit jantung, antara lain:
o ACE inhibitor – berfungsi menghambat tubuh menghasilkan angiotensin
sehingga menurunkan tekanan darah. Contohnya captopril dan ramipril.
o Angiotensin II receptor blockers – bekerja dengan menghambat efek
angiotensin sehingga menurunkan tekanan darah. Contohnya losartan.
o Antikoagulan – berfungsi mencegah penggumpalan darah dengan menghambat
kerja faktor pembekuan darah. Contohnya, heparin dan warfarin.
o Antiplatelet – Sama halnya dengan antikoagulan, antiplatelet berfungsi
mencegah terbentuknya gumpalan darah dengan cara yang berbeda.
Contohnya, aspirin dan clopidrogel.
o Antagonis kalsium – bekerja dengan mengatur kadar kalsium yang masuk ke
otot jantung dan pembuluh darah, sehingga melebarkan pembuluh darh.
Contohnya amlodipine dan nifedipine.
o Penghambat beta – bekerja dengan menekan efek adrenalin yang
meningkatkan detak jantung, sehingga jantung tidak bekerja terlalu keras.
Contohnya metoprololdan bisoprolol.
o Penurun kolesterol – berfungsi meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan
menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL). Contohnya atorvastatin.
o Obat digitalis – bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium pada sel jantung,
sehingga meningkatkan pompa jantung. Contohnya, digoxin.
o Nitrat – berfungsi melebarkan pembuluh darah.
Contohnya, nitrogliserin dan isosorbide dinitrate.

 Prosedur Medis. Pada beberapa kasus, dokter akan menjalankan prosedur bedah,
agar kondisi pasien tidak semakin memburuk. Sebagai contoh, bila arteri pasien hampir
atau sudah tertutup seluruhnya, dokter akan memasang stent atau ring ke arteri, agar
aliran darah pasien kembali normal. Prosedur yang dilakukan tergantung kepada jenis
penyakit jantung dan tingkat kerusakan jantung yang dialami pasien. Prosedur lain yang
sering dilakukan adalah operasi bypass jantung. Prosedur operasi ini dilakukan dengan
mencangkok pembuluh darah lain, sehingga aliran darah melewati pembuluh darah
yang baru tersebut.
Pencegahan Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang disebabkan oleh kelainan tidak dapat dicegah. Namun demikian,
banyak jenis penyakit ini yang dapat dicegah, dengan menjalani pola hidup sehat.
Selain sebagai pencegahan, pola hidup sehat di bawah ini juga dapat membantu pasien
penyakit jantung dalam proses penyembuhan:

 Berhenti merokok. Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung, terutama
penyakit jantung koroner.
 Rutin memeriksakan diri. Lakukan pemeriksaan rutin terkait kadar kolesterol, gula
darah, dan tekanan darah. Ketahui kadar normal pada tiga kondisi tersebut, yaitu:
o Tekanan darah. Tekanan darah normal adalah di bawah 120/80 mm Hg.
o Kadar kolesterol jahat (LDL). Pada umumnya, kadar LDL normal adalah di
bawah 130 mg/dL. Namun pada orang dengan faktor risiko penyakit jantung,
kadar LDL sebaiknya berada di bawah 100 mg/dL. Sedangkan pada individu
dengan penyakit jantung atau diabetes, kadar LDL disarankan di bawah 70
mg/dL.
o Kadar gula darah. Kadar gula darah normal umumnya kurang dari 100 mg/dL
setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya 8 jam, dan kurang dari 140
mg/dL 2 jam setelah makan.
 Latihan atau olahraga rutin. Selain membantu menjaga kesehatan, latihan rutin
selama 30-60 menit sehari dapat membantu mengontrol tekanan darah, serta kadar
kolesterol dan gula darah. Akan tetapi, pada pasien aritmia dan kelainan jantung
bawaan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai durasi
latihan yang aman.
 Konsumsi makanan sehat. Perbanyak konsumsi buah, sayuran, gandum, dan lemak
omega-3. Selain itu, batasi konsumsi daging merah, serta hindari makanan tinggi gula,
lemak, kolesterol, dan garam. Ketahui juga batas kandungan kalori dalam makanan
yang dikonsumsi, dan usahakan untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan
rendah kalori.
 Jaga berat badan ideal. Berat badan berlebih atau obesitas, dapat meningkatkan risiko
terserang penyakit jantung.
 Kelola stres dengan baik. Stres dalam jangka panjang dapat menyebabkan jantung
bekerja lebih keras. Oleh karena itu, sebisa mungkin kurangi stres dengan menjalani
aktivitas fisik. Sebagai contoh, lakukan latihan yang melibatkan teknik pernapasan dan
relaksasi otot, seperti yoga. Konsultasikan dengan dokter bila Anda sering merasa
bingung, tertekan, dan marah tiap kali menghadapi masalah.
 Menjaga kebersihan tubuh. Rutin mencuci tangan, menyikat gigi, dan hindari kontak
dengan orang yang sedang terserang penyakit infeksi seperti flu.

2.4 Infark
Infark
Infark (bahasa Latin: infarcire) adalah nekrosis iskemik pada satu tempat di otak, karena
perubahan sirkulasi darah, atau kurangnya pasokan oksigen. Infark biasanya terjadi karena
penyumbatan aliran pembuluh nadi dan kadang bisa terjadi pada pembuluh balik.
Sumbatan bisa saja terjadi secara pelan atau cepat. Sumbatan sering terjadi
karena embolus dan tromnbus.
Infark menurut bentuknya dapat dibagi menjadi:

 Infark anemik, terjadi karena penyumbatan pembuluh nadi dan pada alat tubuh padat
seperti jantung dan ginjal;
 Infark hemoragik, terjadi pada alat tubuh dengan jaringan renggang seperti usus.

Infark lakunar
Paling tidak terdapat 20 sindrom akibat infark lakunar, yang telah diteliti dan dikenali berdasarkan
fitur klinis. Infark lakunar, umumnya disebabkan oleh lipohialinosis,[2] dengan faktor risiko utama
berupa hipertensi dan diabetes mellitus.[3] Pada korteks otak besar, infark lakunar merupakan
penyebab terjadinya gangguan saraf motorik dan hemiparesis.

Infark splenik
Menurut etiologi, infark splenik meliputi kelainan
hematologik seperti anemia (53%), leukositosis (49%), dan trombositosis(7%);[5] kelainan
tromboembolik;[6] dan endokarditis bakterial.[7]

Infark otot lurik


Infark otot lurik merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi oleh karena penyakit diabetes
mellitus yang tidak mendapatkan perawatan sehingga menyebabkan multiple end organ
microvascular sequelae,[8] dan nefropati.[9] Simtomaklinis infark otot lurik berupa nekrosis pada sel
otot dan edema,[10] juga dapat ditimbulkan oleh tromboflebitis, rabdomiolisisatau piomiositis.[11]

Infark miokardial
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit jantung yang banyak menimbulkan kematian, bahkan
seringkali menimbulkan kematian mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta
pengobatan yang tepat dan cepat. Infark miokard akut atau disebut juga dengan AMI (akut miokard
infark) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke
bagian otot jantung terhambat atau juga terganggu. Infark miokard akut ini disebabkan adanya
penyempitan ataupun sumbatan pembuluh darah koroner. Dan pembuluh darah koroner ini adalah
pembuluih darah yang memberikan makan serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan
fungsinya.
Etiologi
Pada umumnya etiologi dari infark miokard akut didasari oleh adanya aterosklerotik pembuluh darah
koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh
trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak
pada arteri koroner dengan stenosis ringan ( 50-60% )
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplet dan irreversibel dalam
3 – 4 jam. Secara morfologis, infark miokard akut ini dapat terjadi secara transmural atau
subendocardial. Akut Miokard Infark transmural mengenai seluruh bagian dari dinding miokard dan
juga terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada kejadian Akut Miokard
Infark subendocardial nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel jantung.
Infark miokard akut ini pada dasarnya terjadi bila suplai oksigen yang tidak sesuai dengan
kebutuhan dan tidak tertangani dengan baik sehingga hal tersebut bisa menyebabkan kematian
daripada sel-sel jantung.
Gangguan oksigenasi dapat terjadi karena beberapa faktor dan diantaranya yaitu:
1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.
Penyebab dari berkurangnya suplai oksigen ini bisa karena:

 Faktor pembuluh darah: Hal ini berkaitan dengan kepatenan dari pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh
darah diantaranya yaitu karena spasme, aterosklerosis, dan arteritis. Spasme pembuluh darah
khususnya pembuluh darah koroner ini bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya terkait dengan beberapa hal juga dan di antara hal
tersebut adalah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu
dingin yang ekstrem, dan juga merokok.
 Faktor Sirkulasi: Faktor sirkulasi ini terkait dengan kelancaran peredaran darah dari jantung
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari faktor
pemompaan dan juga pada volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan
adanya gangguan pada sirkulasi diantaranya adalah keadaan saat hipotensi. Stenosis maupun
insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitral, atau trikuspidalis) menyebabkan
menurunnya Cardiac Out Put (COP). Penurunan Cardiac Out put yang diikuti oleh penurunan
sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian tubuh tidak tersuplay darah dengan baik serta adekuat,
termasuk dalam hal ini otot jantung sendiri.
 Faktor darah: Darah dalam hal ini merupakan pengangkut oksigen menuju ke seluruh bagian
tubuh. Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan itu (pembuluh darah) dan
pemompaan jantung maka hal tersebut tidak akan cukup membantu. Hal-hal yang bisa
menyebabkan terganggunya daya angkut darah ini diantaranya yaitu antara lain keadaan
anemia, hipoksemia, dan juga polisitemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh.
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi dengan baik yaitu
dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan cardiac out put. Akan tetapi jika orang
tersebut telah mengidap penyakit jantung, maka mekanisme kompensasi ini justru pada akhirnya
makin memperberat kondisinya karena hal tersebut otomatis akan membuat kebutuhan oksigen
semakin meningkat, sedangkan dari suplai oksigen itu sendiri tidak bertambah.
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu
terjadinya infark miokard ini. Aktifitas yang memicu terjadinya akut miokard infark diantaranya yaitu
aktifitas yang berlebihan, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard ini bisa
memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus disuplay oksigen, sedangkan
asupan oksigen itu sendiri menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektif.

3. Penyakit degeneratif (Hemofilia, Leukemia, Thalasemia)

3.1 Hemofilia
Definisi
Apa itu penyakit hemofilia?
Hemofilia adalah kelainan bawaan langka yang menyebabkan darah menjadi sulit membeku.
Kondisi ini disebabkan karena tubuh kekurangan protein pembekuan darah (faktor
pembekuan). Orang dengan kondisi ini cenderung mudah mengalami perdarahan dan sulit untuk
dihentikan, sehingga darah akan terus mengalirkeluar. Jika tidak segera ditangani, penyakit ini
dapat menyebabkan komplikasi serius.

Ada 13 jenis faktor pembekuan yang semuanya bekerja sama dengan trombosit untuk membantu
pembekuan darah. Jika faktor-faktor ini berkurang sangat rendah maka akan menyebabkan
gangguan pembekuan darah. Menurut World Federation Hemophilia (WFH), sekitar 1 dari 10
ribu orang dilahirkan dengan penyakit ini.

Luka goresan pada siku dan lutut umumnya adalah luka yang sepele. Namun, pada orang dengan
penyakit ini bisa sangat berbahaya. Perdarahan yang terus terjadi akan mengakibatkan luka pada
jaringan dan organ. Luka dalam bisa menyebabkan kerusakan organ dan jaringan bahkan
mengancam nyawa.

Penyakit satu ini tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang ada saat ini bertujuan untuk
meringankan gejala dan mencegah komplikasi kesehatan di kemudian hari.

Dalam kasus yang sangat jarang, penyakit ini juga dapat berkembang setelah lahir. Dalam istilah
medis kondisi ini dinamakan acquired hemophilia. Acquired hemophilia lebih rentan dialami
oleh orang dengan sistem imun membentuk antibodi yang menyerang faktor VIII atau IX.

Jenis-jenis penyakit hemofilia


Ada tiga jenis penyakit hemofilia yang perlu Anda ketahui, yaitu:

Hemofilia A

Hemofilia tipe A sering juga disebut sebagai hemofilia klasik atau hemofilia yang “didapat”
karena tidak disebabkan oleh faktor genetik. Gangguan darah tipe pertama ini terjadi saat tubuh
kekurangan faktor pembeku darah VIII yang umumnya terkait dengan kehamilan, kanker,
penggunaan obat-obatan tertentu, juga berkaitan dengan penyakit seperti lupus dan rematik.

Tipe hemofilia A termasuk sangat berbahaya. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute
(NHLBI) 8 dari 10 orang hemofilia terkena hemofilia jenis ini.

Hemofilia B

Hemofilia B terjadi karena tubuh kekurangan faktor pembeku darah IX. Kondisi ini biasanya
diwariskan oleh ibu, tapi bisa juga terjadi ketika gen berubah atau bermutasi sebelum bayi
dilahirkan.
Hemofilia B cenderung lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Di
samping itu, Medical News Today melaporkan bahwa sekitar 1 dari 5.000 bayi laki-laki yang
lahir mengalami hemofilia A. Sekitar 1 dari 30 ribu bayi laki-laki mengalami hemofilia B. Jadi,
penyakit hemofilia A sebenarnya lebih umum daripada hemofilia B.

Hemofilia C

Dibanding dua tipe yang sudah disebutkan di atas, gangguan pembekuan darah jenis ini
tergolong amat jarang ditemukan. Hemofilia tipe C disebabkan oleh tubuh yang kekurangan
faktor pembeku darah XI. Orang dengan jenis hemofilia yang satu ini sering tidak mengalami
perdarahan spontan. Perdarahan biasanya terjadi setelah seseorang mengalami trauma/ cedera
atau operasi.

Gangguan pembekuan darah jenis ini juga cukup sulit untuk didiagnosis. Pasalnya, meski
perdarahannya berlangsung lama, aliran darahnya sangat ringan sehingga lebih sulit diketahui
dan dikelola.

Seberapa umumkah penyakit ini?


Hemofilia adalah penyakit genetika langka dan lebih sering terjadi pada pria dibandingkan
wanita. Silakan diskusikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Tanda-tanda dan gejala hemofilia pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pada jumlah faktor
pembeku dalam darah Anda. Pada orang dengan gangguan pembekuan darah ringan, gejala
perdarahan biasanya hanya akan muncul ketika Anda mengalami cedera/ luka dan setelah
operasi.

Sementara orang dengan gangguan pembekuan darah berat mungkin akan lebih sering
mengalami perdarahan tanpa alasan, yang sering disebut sebagai perdarahan spontan.

Secara umum, tanda dan gejala hemofilia adalah:

 Mudah memar
 Gusi berdarah
 BAB berdarah
 Kencing berdarah
 Muntah darah
 Sering mimisan
 Nyeri sendi
 Mati rasa
 Kerusakan sendi

Segera konsultasi ke dokter terutama jika Anda menemukan gejala khas, yaitu bagian tubuh
mudah memar dan perdarahan yang sulit dihentikan. Mungkin ada beberapa tanda atau gejala
hemofilia yang tidak disebutkan. Jika Anda khawatir tentang gejala hemofilia, silakan
konsultasikan dengan dokter Anda.

Kapan sebaiknya ke dokter?


Segera hubungi dokter atau pergi ke rumah sakit terdekat jika Anda atau anak Anda mengalami
tanda dan gejala berikut ini:

 Sakit kepala parah


 Muntah berulang kali
 Sakit leher
 Pandangan buram
 Perdarahan besar yang tidak bisa dihentikan setelah cedera
 Sendi bengkak yang terasa panas jika disentuh dan sangat sakit ketika ditekuk

Jika Anda hamil atau berpikir untuk hamil, dan Anda memiliki sejarah keluarga dengan penyakit
ini, bicarakan dengan dokter. Anda mungkin diarahkan ke spesialis genetik medis atau gangguan
pendarahan, yang bisa membantu Anda menentukan apakah Anda memiliki penyakit ini atau
tidak. Jika Anda memilikinya, ada kemungkinan Anda akan melakukan pemeriksaan saat hamil
untuk mengetahui apakah janin terkena penyakit ini atau tidak.

Penyebab
Apa penyebab hemofilia?
Hemofilia adalah penyakit genetik yang diwariskan oleh orangtua. Penyakit ini disebabkan oleh
kecacatan pada gen pembuat faktor pembekuan darah. Orang dengan penyakit ini tidak dapat
memproduksi faktor VIII, IX, dan XI dalam jumlah yang cukup.

Oleh sebab itu, ketika operasi atau luka terbuka, pasien akan sangat sulit untuk menghentikan
perdarahan karena tubuh mereka tidak memproduksi cukup protein untuk penggumpalan darah.

Setiap orang mewarisi dua kromosom seks dari orangtua. Wanita memiliki dua kromosom X
(XX), sementara pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY).

Dalam banyak kasus, penyakit ini secara genetik diturunkan ke anak, biasanya karena ibu.
Kondisi ini disebut kelainan genetik yang berkaitan dengan kromosom seks (kromosom X). Jika
wanita memiliki salah satu kromosom X dengan hemofilia, ia tidak akan terkena penyakit ini.
Pasalnya, wanita dapat mengalami penyakit ini hanya bila kedua kromosom X membawa sifat
hemofilia. Namun wanita dapat menjadi pembawa gen penyakit ini dan menurunkannya pada
anaknya, sedangkan ia sendiri tidak kena penyakit ini.

Sedangkan pria hanya punya satu kromosom X. Jadi jika pria memiliki kromosom X dengan
kelainan hemofilia, maka ia sangat mungkin akan terkena penyakit ini.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko penyakit hemofilia?
Jika Anda mempunyai anggota keluarga yang memiliki gangguan penggumpalan darah genetik,
Anda juga bisa berisiko terkena penyakit ini.

Hemofilia A dan B lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan karena faktor transmisi
genetik. Sementara hemofilia C adalah bentuk penyakit bawaan autosomal, yang berarti penyakit
ini sama-sama dapat memengaruhi pria maupun wanita. Pasalnya, cacat genetik yang
menyebabkan hemofilia jenis ini tidak berhubungan dengan kromosom seks.

Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Obat & Pengobatan


Informasi yang diberikan bukan pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan dengan
dokter Anda.

Apa pilihan pengobatan penyakit hemofilia?


Penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikurangi gejala keparahannya dengan obat-
obatan. Jadi, orang dengan gangguan pembekuan darah dapat mencegah perdarahan dan
mengurangi gejala lain dari penyakit ini dengan obat-obatan secara berkala.

Pemberian obat tergantung pada jenis kelainan pembekuan darah yang dimiliki pasien. Untuk
hemofilia A, dokter akan memberikan hormon desmopressin yang disuntikkan ke pembuluh
darah. Kemudian, untuk hemofilia B, dokter akan memberikan partikel pembekuaan darah
buatan. Ini disebut juga dengan faktor pembekuan rekombinan. Sementara untuk kondisi lebih
parah, yaitu hemofilia C, pasien harus menggunakan infus plasma.

Selain itu, pasien dapat mengikuti terapi fisik jika ada sendi-sendi yang rusak. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. K. John Pasi, seorang direktur Haemophilia
Center di Barts Health NHS Trust. Dikutip dari Medical News Today, para ahli berpendapat
bahwa pengobatan berupa terapi gen memiliki kemungkinan untuk memperbaiki kesalahan
genetik pada pasien yang memiliki kelaianan pembekuan darah.

Dalam penelitian tersebut, dilakukan uji coba penyuntikkan terapi gen pada 13 orang dengan
hemofilia A. Selama satu tahun, hasil uji coba menunjukkan bahwa semua pasien mampu
menghentikan pengobatan yang sebelumnya mereka lakukan dan pembekuan darah mereka
hampir mendekati tingkat normal. Sayangnya, terapi gen ini belum benar-benar disempurnakan
sehingga belum bisa digunakan untuk menyembuhkan pasien yang memiliki gangguan
pembekuan darah sepenuhnya.

Apa tes yang umum dilakukan untuk penyakit hemofilia?


Kebanyakan kasus hemofilia adalah kondisi genetik. Maka, perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk mendiagnosisnya.

Jika Anda memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarga, biasanya dokter akan menyarankan
agar Anda segera melakukan pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
risiko hemifilia pada anak. Sama seperti prosedur medis lainnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan beberapa tes untuk menegakan diagnonis.

Setelah pemeriksaan fisik dasar, penyakit ini bisa didiagnosis dengan tes darah untuk kemudian
dicari tahu faktor pembekuan darah mana yang kurang jumlahnya. Cara ini juga dapat memberi
tahu dokter gangguan pembekuan darah jenis apa yang dimiliki oleh pasiennya.

Dari sampel darah akan diketahui juga tingkat keparahan gejala, seperti:

 Hemofilia ringan ditunjukkan dengan faktor pembekuan dalam plasma di antara 5 sampai 40
persen.
 Hemofilia sedang ditandai dengan faktor pembekuan dalam plasma sekitar 1 sampai 5 persen
 Hemofilia berat diindikasikan dengan faktor pembekuan dalam plasma kurang dari 1 persen.

Setelah dokter melakukan serangkaian pemeriksaan, maka pilihan pengobatan dan perawatan
sudah bisa ditentukan. Tentunya dokter akan mempertimbangkan pengobatan yang sesuai
dengan keparahan kelaianan pembekuan darah yang Anda miliki.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Jadi, sampai saat ini
belum ada pengobatan yang benar-benar menyembuhkan penyakit ini. Penggunaan obat-obatan
hanya mampu mengurangi gejala dan mencegah kondisi bertambah parah.

Komplikasi
Apa saja komplikasi penyakit hemofilia?
Bila gangguan pembekuan darah ini tidak segera diobati, kemungkinan besar akan terjadi
komplikasi. Beberapa komplikasi yang harus Anda waspadai di antaranya:

1. Perdarahan dalam

Perdarahan menyebabkan bagian tubuh tertentu membengkak karena perdarahannya terjadi di


dalam tubuh. Pembengkakan tersebut akan menekan saraf dan menyebabkan mati rasa (kebas)
atau nyeri.

2. Perdarahan pada sistem pencernaan

Perdarahan yang terus terjadi bisa menyebar pada sistem pencernaan sehingga darah akan
muncul pada muntahan dan feses. Darah akan terlihat seperti ampas kopi atau berwarna merah
gelap.
3. Hematuria

Selain pencernaan, darah bisa terbentuk di uretra sehingga menyebabkan darah dalam urine.
Inilah yang disebut dengan hematuria. Kondisi ini akan menyebabkan rasa sakit pada bagian
bawah perut karena urine (air kencing) yang keluar dari kandung kemih terhalang oleh darah.
Perdarahan ini tidak berbahaya jika segera ditangani dengan tepat.

2. Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen terjadi ketika perdarahan di otot memberi tekanan pada arteri dan saraf di
dalam otot. Tekanan yang sangat tinggi pada arteri dan saraf di dalam otot dapat menghalangi
aliran darah ke jaringan yang terkena.

Lambat laun, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pada otot dan menimbulkan rasa nyeri
parah. Jika tidak segera diobati, kondisi tersebut dapat membuat kehilangan fungsi organ dan
bahkan kematian.

5. Perdarahan intrakranial

Benjolan sederhana di kepala dapat menyebabkan pendarahan di otak pada pasien yang memiliki
gangguan pembekuan darah. Meski jarang terjadi, kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan
otak atau kematian jika tidak segera ditangani.

6. Kerusakan sendi

Perdarahan dalam yang terus menekan saraf dan sendi akan menyebabkan peradangan pada
sendi. Lambat laun, sendi akan mengalami kerusakan.

7. Anemia

Perdarahan yang terus terjadi menyebabkan jumlah sel darah merah turun jauh dari kadar
normal. Jika kondisi ini terjadi, tubuh akan mengalami kelelahan, badan terasa lemas, dan sakit
kepala. Untungnya anemia bisa diatasi dengan menerima transfusi darah.

Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang
membantu mengatasi penyakit ini?
Beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi
hemofilia adalah:

 Ikuti petunjuk dokter Anda apa yang harus dilakukan jika Anda mengalami perdarahan atau
cedera.
 Rutin medical check up setidaknya setiap 6 bulan sekali.
 Anda masih boleh berolahraga, tapi sebisa mungkin hindari olahraga yang melibatkan kontak
fisik seperti sepak bola, basket, tinju, bela diri, dan semacamnya. Agar aman, lakukan olahraga
yang direkomendasikan oleh dokter untuk menguatkan otot dan sendi Anda.
 Hindari suntikan intramuskular (penyuntikan obat langsung ke dalam jaringan otot).
 Hindari penggunaan obat pengencer darah yang dapat menghambat proses pembekuan darah,
misalnya warfarin atau obat lainnya sesuai dengan petunjuk dokter.
 Berkendaralah dengan aman dengan gunakan helm atau sabuk pengaman untuk menghindari
kecelakaan.
 Selalu menjaga kebersihan gigi serta rutin konsultasi ke dokter gigi supaya Anda terhindar dari
penyakit gigi dan mulut yang dapat menyebabkan perdarahan.
 Jaga berat badan Anda agar tetap terkendali. Kelebihan berat badan dan obesitas dapat
memengaruhi kesehatan sendi yang pada akhirnya meningkatkan risiko nyeri sendi. Untuk
mengetahui apakah Anda berada di atas berat badan normal yang dianjurkan, gunakan kalkulator
BMI (Indeks Massa Tubuh)

3.2 Leukimia

Kanker darah atau penyakit leukemia adalah kondisi di mana tubuh


memproduksi sel darah putih lebih banyak dari normal sehingga mengganggu
fungsi tubuh dalam melawan infeksi. Pengertian penyakit leukemia adalah
penyakit yang berkembang dari kelebihan produksi sel darah putih yang belum
matang.

Penyakit leukimia menjadi berbahaya karena jumlah sel darah putih yang
sangat banyak dalam aliran darah dan sumsum tulang bisa membuat sel-sel
darah lainnya terganggu proses pembuatannya. Akibatnya, sel-sel darah putih
dan sel darah lainnya tidak mampu berfungsi sebagaimana seharusnya. Untuk
diketahui, orang-orang dengan leukemia rentan terhadap memar, perdarahan,
dan infeksi. Penyakit leukemia adalah penyakit yang serius. Maka siapa pun
harus waspada terhadap penyakit leukimia ini.

Karena penumpukan sel darah putih terjadi di aliran darah, sel abnormal
tersebut juga dapat menyebar ke organ lain, seperti hati, limfa, paru-paru,
ginjal, bahkan hingga ke otak dan tulang belakang.

Penyebab Leukemia
Pengertian leukemia sudah anda ketahui. Penyebab dasar leukimia belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan kromosom, paparan polusi, paparan
radiasi, dan merokok adalah beberapa hal yang bisa menjadi faktor risiko.
Selain itu, perubahan lain dalam sel darah putih akibat faktor gen dan
lingkungan juga diperkirakan turut berperan memicu penyakit leukemia.

Jadi, penyebab leukemia adalah dari faktor eksternal maupun faktor internal
tubuh. Faktor internal penyebab leukemia adalah termasuk paparan radiasi,
polusi, atau zat kimia tertentu yang berbahaya. Biasakan untuk menjalani gaya
hidup sehat dan kurangi merokok agar tidak meningkatkan risiko leukemia.

Gejala Leukemia adalah Hal Yang Perlu Diperhatikan

Leukemia tidak memberikan gejala leukemia yang khas pada tahap awal. Ketika
timbul, salah satu dari gejala leukemia berikut dapat muncul:

 Anemia dan gejala yang terkait, seperti kelelahan, pucat di bibir, pucat
di konjungtiva mata bisa menjadi salah satu tanda gejala leukemia.
 Kecenderungan untuk memar atau mudah berdarah, termasuk
perdarahan dari gusi dan hidung, atau darah dalam tinja atau urine
bisa menjadi salah satu gejala leukemia.
 Selain itu, gejala leukemia salah satunya juga kerentanan terhadap
infeksi seperti sakit tenggorokan atau pneumonia bronkial, yang bisa
disertai dengan sakit kepala, demam ringan, sariawan, atau ruam kulit.
 Pembengkakan kelenjar getah bening, biasanya di
tenggorokan, ketiak, atau selangkangan.
 Kehilangan nafsu makan dan berat badan juga merupakan salah satu
gejala leukemia.
 Ketidaknyamanan di bawah tulang rusuk kiri bawah (yang disebabkan
oleh limpa bengkak).
 Jumlah sel darah putih yang sangat tinggi dapat mengakibatkan
masalah penglihatan karena perdarahan retina, telinga berdenging
(tinnitus), perubahan status mental, ereksi berkepanjangan
(priapismus), stroke, ataupun kejang karena perdarahan di otak. Jika
beberapa gejala leukemia ini muncul, maka siapa pun harus waspada.

Penanganan Leukimia

Ada hal-hal yang dapat dilakukan di rumah untuk membantu penderita leukimia
mengelola efek samping. Jika dokter telah memberikan instruksi atau obat-
obatan untuk mengobati gejala-gejala ini, patuhi obat-obatannya. Secara
umum, kebiasaan untuk mengkonsumsi menu sehat seperti makan makanan
seimbang dan cukup tidur serta olahraga dapat membantu penderita leukimia
mengontrol gejala.

Sementara perawatan di rumah bisa dilakukan untuk gejala seperti mual atau
muntah dan mengatasi tanda-tanda awal dehidrasi, seperti mulut kering atau
pusing ketika dalam posisi duduk ke berdiri. Konsumsi permen jahe atau teh
jahe juga mampu membantu mengatasi gejala. Jika ada gejala diare,
konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Masalah Penyakit Leukimia lain yang dapat diobati di


rumah:

 Masalah tidur.
 Merasa sangat lelah. Jika pasien kekurangan energi atau menjadi
lemah dengan mudah, cobalah untuk mengelola energi dan
menjadwalkan istirahat ekstra..
 Rambut rontok. Gunakanlah sampo yang ringan bahan kimia dan sisir
rambut dengan cara yang lembut.
 Rasa sakit. Perawatan di rumah dapat membantu Anda mengatasi rasa
sakit.
 Penanganan stres karena kanker: Pikiran yang berat untuk
menghadapi tantangan penyakit leukimia itu sendiri serta rasa sakit
yang dirasakan perlu mendapatkan dukungan keluarga dan orang-
orang terdekat. Menemukan cara baru untuk mengatasi gejala stres
dapat meningkatkan kualitas keseluruhan hidup Anda seperti
melakukan hal-hal yang disenangi pasien dan menyarankan pasien
untuk berpikiran positif.
 Berbagi kisah dan perasaan. Menemukan kelompok dukungan untuk
sesama penyandang penyakit kanker dapat meringankan pikiran.

Pengobatan Leukimia: Bagaimana Cara Mengobati


Leukemia?

Tujuan pengobatan leukemia adalah untuk menghancurkan sel-sel leukemia dan


memungkinkan sel-sel darah yang normal dibentuk di dalam sumsum tulang.
Keputusan pengobatan leukemia didasarkan pada jenis leukemia yang dimiliki,
stadium penyakit, usia dan kondisi kesehatan secara umum.

Jenis leukimia sendiri dilihat melalui pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang,


apakah jenis leukimia limfoblastik atau mieloblastik. Pemeriksaan ini juga dapat
menentukan apakah penderita leukimia masuk kategori akut atau kronis.

 Leukimia limfoblastik akut

Cara mengobati leukemia limfoblastik akut (ALL) memiliki 3 langkah yang terdiri
atas tahap induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan.

1. Terapi induksi leukemia adalah tahap puntuk membunuh sel-sel


leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Perawatan tahap ini
termasuk kemoterapi dan kortikosteroid. Induksi biasanya berlangsung
4 minggu dan dilakukan di rumah sakit. Tetapi beberapa pasien
memiliki sel-sel leukemia dengan perubahan gen tertentu. Gen ini
disebut kromosom Philadelphia. Pasien dengan gen tersebut akan
diberikan inhibitor tyrosine kinase.
2. Cara mengobati leukemia adalah dengan terapi konsolidasi membunuh
sel-sel leukemia yang mungkin masih tersisa. Jika sel-sel tersisa, sel
ini dapat tumbuh kembali dan dapat kambuh. Perawatan termasuk
kemoterapi dan mungkin transplantasi sumsum tulang. Konsolidasi
biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan tetapi tidak
memerlukan opname di rumah sakit.
3. Terapi pemeliharaan leukemia adalah cara pengobatan mencegah sel-
sel leukemia yang tersisa untuk tumbuh. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan dosis kemoterapi yang lebih rendah dari yang
digunakan selama induksi atau konsolidasi. Kemoterapi diberikan
dengan obat minum dan obat suntik intravena (IV). Terapi
pemeliharaan dilakukan selama 3 tahun berturut-turut, tapi selama ini,
kebanyakan pasien leukimia mengalami kekambuhan ketika sedang
dalam terapi pemeliharaan.

 Leukimia mieloblastik akut

Pengobatan leukemia mieloblastik akut (AML) didasarkan pada susunan genetik


dari sel myeloid normal. Rencana pengobatannya biasanya memiliki 2 langkah
yang meliputi induksi remisi dan terapi pasca-remisi.

1. Terapi remisi adalah pengobatan leukemia untuk membunuh sel-sel


leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Kemoterapi diberikan
pada penderita dengan cara pengobatan suntikan intravena (IV).
Induksi biasanya berlangsung 4 minggu, dengan diikuti 3 minggu
kemudian untuk pemulihan sumsum tulang. Terapi remisi biasanya
memerlukan opname di rumah sakit.
2. Terapi pasca-remisi dilakukan untuk membunuh sel-sel leukemia yang
mungkin ada meskipun mereka tidak terdeteksi. Terapi ini dapat
berupa kemoterapi tambahan atau transplantasi sumsum tulang.
Kemoterapi dapat diberikan kepada pasien di rumah sakit selama
beberapa hari setiap bulannya dan proses sebaiknya dijalani selama 3
sampai 4 bulan.

Terdapat subtipe dari AML disebut promyelocytic leukemia akut, sehingga


pasien atau penderita leukemia mendapatkan obat-obatan lain, seperti arsenik
trioksida dan obat all-trans retinoic acid (ATRA). Transplantasi sel induk dan
kemoterapi juga digunakan ketika leukemia tidak respon terhadap pengobatan
atau jika AML kambuh kembali.

 Leukemia Limfositik Kronis (CLL)

Berikut ini adalah pilihan pengobatan leukemia limfositik kronis, diantaranya:

1. Terapi radiasi. Ini dapat digunakan untuk mengobati kelenjar getah


bening yang bengkak karena terlalu banyak limfosit abnormal.
2. Cara ini merupakan kombinasi dari obat leukemia, termasuk antibodi
monoklonal.
3. Ketika CLL tidak respon terhadap pengobatan, atau jika kambuh
kembali setelah pasien telah reda gejalanya selama beberapa waktu
tertentu, cara mengobati leukemia yang seperti ini adalah dengan
kemoterapi lebih atau transplantasi sumsum tulang.

Pasien CLL tidak mampu melawan infeksi dengan baik. Pasien atau penderita
dan dokter perlu untuk waspada dan memeriksa apakah ada tanda-tanda
infeksi, seperti pneumonia (infeksi paru) atau infeksi jamur. Pengobatan dini
akan membantu pasien bertahan hidup lebih lama. Obat leukemia disesuaikan
dengan tingkat keparahan leukemia yang dideita oleh pasien.

 Leukimia Mieloblastik Kronis

Penyakit leukimia mieloblastik kronis (CML) perlu diobati dengan segera. Pilihan
obat leukemia untuk penyakit jenis ini yang paling umum termasuk:

1. Target terapi dengan inhibitor tyrosine kinase. Ini adalah pengobatan


pertama kali digunakan untuk CML.
2. Transplantasi sumsum tulang. Sebelum transplantasi bisa dilakukan,
kemoterapi atau radiasi digunakan untuk menghancurkan aktivitas
sumsum tulang.
Bagi orang-orang yang baru didiagnosis pada tahap awal CML (fase
kronis), tyrosine kinase inhibitor dapat bekerja selama bertahun-tahun. Jika
pasien tidak menunjukkan kekambuhan, pasien tidak perlu melakukan
transplantasi sumsum tulang. Tetapi jika pasien kambuh, sebaiknya pasien
melakukan transplantasi sumsum tulang.

Sementara untuk orang-orang yang didiagnosis CML pada tahap selanjutnya


(fase akselerasi atau fase krisis blast), pengobatan mungkin melibatkan
kemoterapi atau tyrosine kinase inhibitor sebelum
dilakukannya transplantasi sumsum tulang–guna meningkatkan kemungkinan
keberhasilan operasi transplantasi sumsum tulang.

Leukemia pada Anak-anak

Untuk diketahui, perawatan penderita leukimia untuk anak-anak yang leukemia


tidak sama dengan pengobatan untuk orang dewasa. Setelah leukemia telah
diobati, anak-anak memerlukan pantauan khusus untuk efek samping
pengobatan yang mungkin muncul dalam beberapa bulan hingga beberapa
tahun kemudian. Obat leukemia untuk anak juga disesuaikan dengan tingkat
keparahan penyakit leukimia tersebut.

3.3 Thalasemia

Pengertian Thalasemia

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika dan
menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah (hemoglobin) tidak berfungsi
secara normal.
Zat besi yang diperoleh tubuh dari makanan digunakan oleh sumsum tulang untuk
menghasilkan hemoglobin. Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah berfungsi
mengantarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh anggota tubuh. Penderita thalasemia
memiliki kadar hemoglobin yang rendah, oleh karena itu tingkat oksigen dalam tubuh
penderita thalasemia juga lebih rendah.
Terdapat 2 jenis thalasemia yang terjadi, yaitu alfa dan beta, dimana kedua jenis ini
memiliki kaitan gen yang menentukan kadar keparahan dari penyakit yang diturunkan
ini. Thalasemia beta merupakan jenis yang lebih sering terjadi.
Thalasemia terkadang dapat mengganggu aktivitas yang dijalani penderita dikarenakan
kadar oksigen yang lemah dalam tubuh. Beberapa hal yang dapat dialami penderita
adalah letih, mudah mengantuk, pingsan, hingga kesulitan bernapas. Selain itu,
thalasemia yang tidak ditangani dengan tepat juga dapat menyebabkan komplikasi
seperti gagal jantung, pertumbuhan yang terhambat, kerusakan pada organ tubuh,
gangguan hati, hingga kematian.

Gejala Thalasemia
Gejala thalasemia yang dialami oleh setiap orang itu berbeda-beda, tergantung pada
tingkat keparahan dan tipe thalasemia yang diderita. Untuk bekerja dengan normal,
hemoglobin memerlukan 2 protein alfa dan 2 protein beta. Kelainan pada protein alfa
disebut dengan thalasemia alfa, dan kelainan pada protein beta disebut thalasemia
beta.
Jika terjadi banyak mutasi pada material genetika yang membuat hemoglobin, maka
thalasemia yang diderita akan parah. Namun jika mutasi yang terjadi sedikit atau
terbatas, maka gejala bisa lebih ringan. Untuk kasus yang parah, transfusi darah akan
sering dibutuhkan.
Beberapa contoh gejala thalasemia adalah berat badan yang rendah, sesak napas,
mudah lelah, dan sakit kuning.

Penyebab Thalasemia
Mutasi pada DNA yang memproduksi hemoglobin pembawa oksigen ke seluruh tubuh
merupakan penyebab seseorang menderita thalasemia. Belum diketahui secara pasti
kenapa mutasi tersebut bisa terjadi.

Diagnosis Thalasemia
Tes darah dapat dilakukan untuk mendiagnosis thalasemia. Namun untuk mengetahui
tipe thalasemia yang diderita, penderita harus melakukan tes DNA.
Tes darah dapat digunakan untuk mengevaluasi hemoglobin dan mengukur jumlah zat
besi yang terkandung di dalam darah. Selain itu, metode ini juga bisa dilakukan untuk
menganalisis DNA guna mengetahui apakah seseorang memiliki gen hemoglobin yang
mengalami mutasi.
Pemeriksaan pada bayi yang dilakukan saat hamil (pemeriksaan antenatal) berguna
untuk memberikan informasi yang diperlukan orang tua untuk mempersiapkan diri.
Selain itu, pemeriksaan dini juga bertujuan untuk mengetahui keberadaan penyakit
genetika lainnya (misalnya anemia sel sabit).

Pengobatan Thalasemia
Thalasemia kemungkinan dapat diobati dengan transfusi darah tali pusat dan
transplantasi sumsum tulang. Namun kedua metode pengobatan ini tidak cocok untuk
semua penderita thalasemia dan bisa menyebabkan terjadinya sejumlah komplikasi.
Transfusi darah secara rutin diperlukan bagi penderita thalasemia beta, namun hal ini
bisa berakibat kepada menumpuknya zat besi di dalam tubuh dan menyebabkan
gangguan kesehatan yang serius. Perawatan untuk menyingkirkan zat besi berlebih di
dalam tubuh bisa dilakukan dengan terapi khelasi.

Komplikasi Thalasemia
Risiko terkena komplikasi thalasemia dapat dikurangi dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin. Beberapa kemungkinan komplikasi thalasemia yang dapat
terjadi adalah hepatitis, osteoporosis, pubertas terlambat, dan gangguan ritme jantung.

4. Diabetes Mellitus tipe 1 dan Tipe 2

Diabetes Tipe 1
Pengertian Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa
dalam darah. Berbeda dari diabetes tipe 2 yang terjadi akibat resistensi insulin atau
karena sel tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin, diabetes tipe 1
terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak memproduksi insulin. Akibatnya,
penderita diabetes tipe 1 memerlukan tambahan insulin dari luar.
Normalnya, kadar gula dalam darah dikontrol oleh hormon insulin yang dihasilkan oleh
pankreas. Ketika makanan yang masuk ke tubuh dicerna dan masuk ke aliran darah,
insulin akan mengikat glukosa dalam darah dan membawanya masuk ke sel untuk
diubah menjadi energi. Namun pada penderita diabetes, tubuh tidak dapat mengolah
glukosa menjadi energi. Kondisi ini terjadi karena tidak ada insulin untuk membawa
glukosa masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa akan menumpuk dalam darah.
Diabetes tipe 1 lebih jarang terjadi dibanding diabetes tipe 2. Diketahui hanya ada 10
persen penderita diabetes tipe 1 dari seluruh kasus diabetes di seluruh dunia.

Gejala Diabetes Tipe 1


Gejala diabetes tipe 1 dapat muncul secara tiba-tiba, dan dapat memburuk dengan
cepat dalam hitungan minggu. Pada umumnya, gejala berkembang di usia anak-anak
hingga remaja, namun bisa juga terjadi pada usia dewasa. Gejala tersebut meliputi:

 Sering buang air kecil (poliuria), terutama di malam hari.


 Sering merasa haus (polidipsia).
 Sering merasa lapar (polifagia) tetapi berat badan turun tanpa sebab.
 Mual dan muntah.
 Mulut kering.
 Luka di tubuh yang sulit sembuh.
 Pandangan kabur.
 Tubuh mudah lelah.

Segera temui dokter bila timbul gejala berupa sakit perut, sesak napas, napas berbau
seperti buah-buahan, hilang nafsu makan, dan penurunan kesadaran.

Penyebab Diabetes Tipe 1


Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun, yaitu suatu kondisi ketika sistem
kekebalan tubuh berbalik menyerang sel tubuh yang sehat. Pada penderita diabetes
tipe 1, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di dalam
pankreas, yang berfungsi menghasilkan insulin. Akibatnya, produksi insulin dalam tubuh
menjadi terhenti.
Bila sel beta dalam pankreas hancur dan tidak mampu lagi memproduksi insulin, maka
gula tidak dapat masuk ke sel. Kondisi ini mengakibatkan gula menumpuk dalam darah
dan memicu gula darah tinggi (hiperglikemia).
Belum diketahui apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta
dalam pankreas. Akan tetapi, sejumlah faktor dipercaya terkait dengan kondisi ini,
antara lain:

 Genetik. Individu yang memiliki keluarga inti (orang tua atau saudara kandung) dengan
diabetes tipe 1, lebih berisiko menderita penyakit yang sama. Hal ini diduga terkait
dengan gen HLA, yang berfungsi menghasilkan protein untuk sistem kekebalan tubuh.
 Usia. Meskipun dapat menyerang segala usia, diabetes tipe 1 lebih rentan terjadi pada
anak-anak, terutama pada usia 4-14 tahun.
 Letak geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin jauh tempat tinggal
seseorang dari garis ekuator atau khatulistiwa, makin tinggi risiko terserang diabetes
tipe 1.

Diagnosis Diabetes Tipe 1


Untuk mendiagnosis diabetes pada pasien, dokter akan menjalankan tes hemoglobin
A1C (HbA1C). Tes HbA1C dilakukan untuk mengukur kadar rata-rata gula darah pasien
dalam 2-3 bulan terakhir. Bila hasil tes HbA1C menunjukkan angka 6,5 atau lebih tinggi,
tandanya pasien mengalami diabetes.
Bila pasien sedang dalam kondisi yang dapat memengaruhi hasil tes HbA1C, misalnya
dalam masa kehamilan, dokter akan menjalankan tes lain, seperti:
Tes gula darah puasa
Dalam tes ini, dokter akan meminta pasien berpuasa semalam, sebelum sampel darah
diambil dan diperiksa di laboratorium. Kadar gula pasien dinilai normal bila kurang dari
100 mg/dL. Sedangkan bila kadar gula darah dalam kisaran 100-125 mg/dL, artinya
pasien dalam kondisi pradiabetes. Pasien baru akan didiagnosis diabetes bila kadar
gula darah 126 mg/dL atau lebih.
Tes gula darah sewaktu
Sampel darah pasien akan diambil kapan saja, tanpa memerhatikan kapan terakhir kali
pasien makan. Hasil tes darah yang menunjukkan 200 mg/dL atau lebih, artinya pasien
mengalami diabetes. Dokter mungkin akan mengulang tes untuk memastikan hasilnya.
Pada pasien yang didiagnosis diabetes, dokter dapat menjalankan tes antibodi, guna
memastikan apakah dia menderita diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2. Selain tes
antibodi, terdeteksinya keton pada tes urine lebih dicurigai menderita diabetes tipe 1
dibanding diabetes tipe 2.

Pengobatan Diabetes Tipe 1


Pengobatan diabetes tipe 1 bertujuan untuk menormalkan kadar gula darah, dan
mencegah komplikasi. Kadar gula darah pasien akan dijaga agar berada pada kisaran
80-130 mg/dL sebelum makan, dan di bawah 180 mg/dL dua jam setelah makan.
Metode pengobatan yang akan dilakukan, antara lain:
Pemberian insulin
Insulin diberikan beberapa kali dalam sehari. Pemberian dilakukan melalui suntikan,
karena insulin akan dicerna lambung dan tidak dapat masuk ke aliran darah bila
diberikan dalam bentuk pil. Dokter akan mengajarkan pasien cara menyuntikkan insulin,
agar selanjutnya dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Pasien juga akan diberi tahu
cara menyimpan insulin dan cara membuang jarum dengan benar.
Jenis insulin yang diberikan adalah kombinasi antara insulin kerja cepat dan insulin
kerja panjang, dengan dosis suntikan 2 kali sehari atau dapat ditingkatkan menjadi 3-4
suntikan sehari.
Selain melalui suntikan, insulin juga dapat diberikan menggunakan pompa insulin.
Pompa insulin berukuran sebesar ponsel, dan dilengkapi tabung yang tersambung ke
kateter. Kateter dapat dimasukkan ke perut, lengan, pinggul, paha atau bokong pasien.
Sedangkan pompanya dapat disematkan di ikat pinggang atau dimasukkan ke saku
celana.
Pompa insulin diprogram untuk memasukkan insulin ke dalam tubuh secara terus-
menerus, sedikit demi sedikit. Hal tersebut untuk menjaga kadar gula darah selalu
normal. Pada jam makan, pasien bisa menambah kadar insulin, tergantung kepada
kadar karbohidrat yang dikonsumsi.
Pengobatan dengan insulin harus disertai dengan pemeriksaan kadar gula darah
secara rutin, guna memastikan selalu dalam batas normal. Hal tersebut dikarenakan
kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti olahraga, obat-obatan,
dan kondisi kesehatan secara umum. Pada wanita, kadar gula darah juga dipengaruhi
oleh perubahan hormon dalam masa menstruasi.
Frekuensi pemeriksaan tergantung kepada jenis pengobatan insulin yang dijalani.
Pasien yang menjalani pengobatan dengan pompa insulin disarankan menjalani
pemeriksaan kadar gula darah minimal 4 kali sehari. Pemeriksaan dapat dilakukan
secara mandiri menggunakan alat cek gula darah atau glukometer.
Di samping pemeriksaan secara mandiri, pasien akan disarankan untuk menjalani tes
HbA1c tiap 2-6 bulan sekali. Tes HbA1c akan menunjukkan rata-rata kadar gula darah
pasien dalam 2-3 bulan terakhir, dan mengevaluasi apakah pengobatan pada pasien
berjalan baik. Pada penderita diabetes, target kadar HbA1c kurang dari 7 persen. Makin
tinggi kadar HbA1c, maka makin tinggi pula risiko penderita terserang komplikasi
diabetes.

Sistem pankreas buatan


Sistem pankreas buatan adalah serangkaian alat yang dirancang untuk meniru
kemampuan organ tersebut dalam mengatur kadar gula darah. Perangkat ini terdiri dari
pompa insulin, continuous glucose monitoring (CGM), dan alat yang menghubungkan
keduanya, yang digunakan sebagai kontrol dan pengatur dosis. Fungsi sistem pankreas
buatan adalah untuk mengukur kadar glukosa secara rutin dan menyesuaikan kadar
insulin yang disuntikkan, layaknya pankreas asli.
Obat-obatan
Di samping pemberian insulin, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat pada
penderita diabetes, seperti:

 Aspirin. Obat ini untuk menjaga kesehatan jantung pasien.


 Obat tekanan darah tinggi. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin
(ACE inhibitor), dan angiotensin II receptor blockers (ARB) dapat diberikan guna
menjaga kesehatan ginjal pasien. Jenis obat di atas diberikan pada pasien dengan
tekanan darah di atas 140/90 mm Hg.
 Obat penurun kolesterol. Obat ini diberikan agar kadar kolesterol selalu terjaga,
karena pasien dengan kondisi ini akan sangat berisiko terserang penyakit jantung.

Diet sehat
Untuk membantu proses penyembuhan, pasien dapat mengonsumsi makanan tinggi
serat dan rendah lemak, seperti gandum, sayur dan buah-buahan. Pasien juga akan
disarankan mengurangi asupan karbohidrat dan produk makanan hewani. Pola diet ini
juga disarankan bagi orang yang tidak mengalami diabetes.
Penting bagi pasien untuk mengetahui jumlah asupan karbohidrat pada makanan yang
dikonsumsi, agar kadar insulin yang disuntikkan berada dalam jumlah yang tepat. Bila
perlu, minta bantuan pada dokter gizi untuk membuat rencana pola dan jenis makan
yang sesuai dengan kebutuhan.

Olahraga
Pasien perlu melakukan olahraga, misalnya dengan berjalan kaki atau berenang.
Lakukan sedikitnya 150 menit dalam sepekan, dan jangan melewatkan lebih dari 2 hari
tanpa olahraga. Pada anak-anak, olahraga dapat dilakukan satu jam tiap hari.
Bila melakukan olahraga secara rutin, disarankan untuk memeriksa gula darah lebih
sering. Hal ini agar asupan nutrisi dan dosis insulin yang diberikan, sesuai dengan yang
dibutuhkan tubuh.

Komplikasi Diabetes Tipe 1


Diabetes tipe 1 dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berbahaya, antara lain:
Hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula darah yang terlalu rendah. Komplikasi ini dipicu
oleh suntik insulin yang terlalu banyak. Selain itu, hipoglikemia juga dapat disebabkan
oleh kurangnya asupan karbohidrat atau olahraga yang terlalu berlebihan.
Hiperglikemia.
Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula yang terlalu tinggi. Kondisi ini dapat terjadi
akibat porsi makan yang terlalu banyak atau kurangnya dosis insulin. Hiperglikemia
yang dibiarkan tidak tertangani bisa memicu komplikasi serius ketoasidosis diabetik,
suatu kondisi di mana tubuh bukan mengolah karbohidrat, melainkan lemak sebagai
sumber energi utama.
Penyakit jantung dan pembuluh darah.
Diabetes yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,
serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke.
Kerusakan saraf (neuropati).
Diabetes dapat merusak dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi nutrisi
pada saraf, terutama pada saraf di kaki. Kondisi tersebut akan memicu rasa nyeri,
sensasi terbakar, atau mati rasa di ujung jari kaki. Kerusakan saraf juga dapat terjadi di
saluran pencernaan, dan menyebabkan penderita mengalami mual, muntah, diare atau
malah sembelit.
Penderita yang mengalami kerusakan saraf disarankan untuk memeriksa kondisi
kakinya tiap hari. Segera ke dokter bila ada luka yang melepuh atau tidak kunjung
sembuh. Luka yang tidak tertangani akan memicu infeksi serius, sehingga perlu
dilakukan tindakan amputasi.
Kerusakan ginjal (nefropati).
Kadar gula tinggi dapat merusak sistem penyaringan pada ginjal. Bila kerusakan cukup
parah, penderita dapat mengalami gagal ginjal, atau bahkan perlu menjalani cuci
darah (dialisis) atau transplantasi ginjal.
Kerusakan mata.
Diabetes dapat meningkatkan risiko katarak dan glaukoma. Di samping itu, penyakit ini
juga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina (retinopati diabetik)
yang bisa memicu kebutaan.
Komplikasi kehamilan.
Gula darah tinggi meningkatkan risiko komplikasi berbahaya pada ibu hamil, seperti
ketoasidosis diabetik, retinopati diabetik, dan preeklamsia. Janin yang dikandung juga
berisiko mengalami keguguran atau kelainan saat lahir.
Disfungsi seksual.
Pada pria penderita diabetes, terutama yang merokok, kerusakan saraf dan pembuluh
darah dapat memicu disfungsi ereksi. Sedangkan pada penderita diabetes wanita,
disfungsi seksual yang terjadi dapat meliputi vagina kering, sulit meraih orgasme, atau
nyeri saat berhubungan intim.

Diabetes Tipe 2
Pengertian Diabetes Tipe 2
Diabetes adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika pankreas (kelenjar ludah
perut) tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak secara efektif
menggunakan insulin. Diabetes biasa ditandai dengan kadar gula darah di atas normal.
Sedangkan diabetes tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan tubuh tidak efektif
menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan kadar gula
darah.
Penderita Diabetes Tipe 2 di Indonesia
Pada tahun 2015, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang
dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Namun,
hanya sekitar separuh dari mereka yang menyadari kondisinya.
Hasil penelitian Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) dari Kementrian Kesehatan
Indonesia pada tahun 2013, sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 15
tahun menderita diabetes tipe 2. Ini berarti 6,9 persen dari total penduduk usia di atas
15 tahun. Tapi hanya 26 persen saja yang sudah terdiagnosis, sedangkan sisanya tidak
menyadari dirinya sebagai penderita diabetes tipe 2.

Penyebab Diabetes Tipe 2


Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk bisa
berfungsi dengan normal. Yang biasanya mengendalikan gula dalam darah adalah
hormon insulin. Insulin membantu sel mengambil dan menggunakan glukosa dari aliran
darah. Jika tubuh kekurangan insulin yang relatif, artinya kadar gula darah sangat
banyak akibat asupan berlebihan sehingga kadar insulin tampak berkurang; atau
muncul resistensi terhadap insulin pada sel-sel tubuh, kadar gula (glukosa) darah akan
meningkat drastis. Inilah yang memicu dan menjadi penyebab penyakit
diabetes (diabetes melitus).
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada orang-orang yang memiliki berat badan berlebih
dan kurang gerak fisik. Biasanya pola hidup yang tidak aktif banyak memicu terjadinya
penyakit ini. Itulah sebabnya diabetes tipe 2 sejak dahulu biasa ditemukan pada orang-
orang dewasa. Tapi sekarang, jumlah penderita diabetes tipe 2 pada anak-anak juga
mulai meningkat.

Gejala-gejala Diabetes
Gejala diabetes tipe 2 merupakan gejala klasik, artinya ini merupakan gejala yang
selalu ada di dalam diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2. Di antaranya:

 Sering buang air kecil, terutama di malam hari.


 Sering merasa haus.
 Rasa lapar yang bertambah sering.

Gejala lain yang bisa juga muncul pada diabetes tipe 2, antara lain:

 Kelelahan.
 Berkurangnya massa otot.
 Turunnya berat badan.
 Luka yang lambat sembuh atau sering mengalami infeksi.
 Pandangan yang kabur.
Konsultasikanlah kepada dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas
sehingga diagnosis serta pengobatan dini dapat dilakukan.

Pengobatan dan Komplikasi Diabetes Tipe 2


Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, diagnosis dini sangat penting agar diabetes
dapat segera ditangani. Pendeteksian dini memungkinkan kadar gula darah penderita
diabetes untuk dikendalikan.
Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula
darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Mengubah gaya hidup juga bisa mengendalikan gejala-gejala diabetes tipe 2, misalnya
dengan menerapkan pola makan sehat, teratur berolahraga, membatasi konsumsi
minuman beralkohol, serta berhenti merokok.
Jenis diabetes ini merupakan penyakit yang progresif. Karena itu, penderita diabetes
tipe 2 umumnya akan membutuhkan obat-obatan untuk menjaga keseimbangan kadar
gula darahnya.
Diabetes dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi jika diabaikan. Kadar gula darah
yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ
tubuh.

Diabetes yang Dialami Ibu Hamil


Diabetes juga bisa dialami oleh ibu hamil dan biasanya dikenal dengan istilah diabetes
gestasional. Ini terjadi karena wanita yang hamil terkadang memiliki kadar gula darah
yang melebihi normal tapi masih belum termasuk kadar gula pada diabetes, namun
insulin juga tidak bisa mengendalikannya.
Diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan pada ibu serta
janin. Karena itu, sangat penting bagi penderita diabetes yang sedang hamil untuk
menjaga keseimbangan kadar gula darahnya.

5. Penyakit Ginjal Kronik (CKD)


Definisi
Apa itu gagal ginjal kronis?
Gagal ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal di bawah batas normal. Bila Anda menderita
gagal ginjal kronis, itu artinya ginjal Anda tidak dapat menyaring kotoran, tidak mampu
mengontrol jumlah air dalam tubuh, juga kadar garam dan kalsium dalam darah. Zat-zat sisa
metabolisme yang tidak berguna akan tetap tinggal dan mengendap di dalam tubuh sehingga
lambat laun dapat membahayakan kondisi pasien.
Gagal ginjal kronis biasanya terjadi tiba-tiba dan pertumbuhannya secara bertahap. Penyakit ini
berlangsung lambat dan biasanya tidak muncul hingga pasien menunjukkan gejala parah dan
membahayakan kesehatannya.

Seberapa umumkah gagal ginjal kronis?


Gagal ginjal kronis adalah penyakit umum yang berkaitan dengan proses penuaan. Semakin tua
usia seseorang, maka risikonya semakin tinggi. Diperkirakan 1/5 dari pria dan 1/4 dari wanita
berusia 65-74 tahun memiliki kecenderungan yang lebih kuat untuk terkena penyakit ini. Anda
dapat menurunkan peluang terkena penyakit ini dengan mengurangi faktor risiko Anda. Silakan
konsultasikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala gagal ginjal kronis?
Gagal ginjal kronis sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal dan berkembang
secara perlahan-lahan. Namun, umumnya tanda dan gejala tahap akhir dari penyakit gagal ginjal
kronis adalah:

 Mual dan muntah


 Hilangnya nafsu makan
 Perasaan lemah dan lesu
 Sesak napas
 Sakit perut
 Masalah mulut
 Frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama di malam hari
 Mati rasa, kesemutan, terbakar kaki panas dan tangan
 Kram otot dan kejang otot
 Gangguan tidur
 Kulit gatal
 Menurunnya ketajaman mental
 Tekanan darah tinggi yang sulit dikontrol
 Nyeri pada dada karena penumpukan cairan di sekitar jantung
 Pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, atau tangan

Kemungkinan terdapat tanda-tanda atau gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda
mempunyai kekhawatiran tertentu mengenai gejala, silakan konsultasikan dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Silakan konsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala gagal ginjal kronis yang meliputi
mual, diare, masalah perut, kesemutan pada tungkai, kurang tidur, kejang-kejang atau gejala
seperti disebutkan di atas. Status dan kondisi kesehatan dapat bervariasi pada setiap orang. Selalu
diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis, pengobatan serta perawatan yang
terbaik bagi Anda.
Penyebab
Apa penyebab gagal ginjal kronis?
Penyakit ginjal kronis terjadi ketika suatu penyakit atau kondisi merusak fungsi ginjal,
menyebabkan ginjal rusak selama beberapa bulan atau tahun. Penyakit dan kondisi yang
menyebabkan penyakit gagal ginjal kronis meliputi:

 Diabetes tipe 1 atau tipe 2


 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Glomerulonefritis, peradangan pada ginjal
 Gangguan ginjal polikistik
 Obstruksi saluran kemih berkepanjangan
 Refluks Vesicoureteral, suatu kondisi yang menyebabkan urin kembali ke ginjal Anda.
 Infeksi ginjal berulang, juga disebut pielonefritis
 Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang, seperti ibuprofen dan aspirin

Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk gagal ginjal kronis?
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami gagal ginjal kronis adalah:

 Usia. Seiring bertambahnya usia risiko terkena penyakit ini juga meningkat.
 Etnisitas. Orang Afrika, Amerika, dan suku asli Amerika memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan ras lainnya.
 Jenis kelamin. Umumnya pria lebih berisiko daripada wanita.
 Riwayat kesehatan keluarga. Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
diabetes dan tekanan darah tinggi, pemicu utama gagal ginjal kronis.
 Makanan yang mengandung banyak protein dan lemak. Mengonsumsi makanan yang tidak
begitu banyak mengandung protein dan lemak dapat membantu Anda mengurangi risiko terkena
gagal ginjal.
 Penggunaan jenis obat tertentu. Hentikan penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal, misalnya analgesik serta beberapa jenis antibiotik NSAIDS.

Obat & Pengobatan


Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada
dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk gagal ginjal kronis?


Untuk mengobati dan menghambat perkembangan penyakit ginjal kronis, pasien perlu menjalani
sejumlah diet, pengobatan, mengontrol olahraga dan aktivitas yang dapat memperparah penyakit
ini, dialisis atau transplantasi ginjal juga dapat dilakukan atas saran dokter. Beberapa pilihan
pengobatan untuk penyakit gagal ginjal kronis adalah:

 Hindari makanan banyak mengandung kalium, fosfor, garam atau protein tinggi.
 Sangat penting untuk menjaga tekanan darah dan memeriksanya secara berkala.
 Dokter akan melakukan transfusi darah apabila pasien mengalami anemia.
 Obat yang bersifat diuretik dapat mencegah terjadinya penumpukan cairan dalam tubuh.
 Hentikan penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat memicu kerusakan pada ginjal.
 Menjalani pengobatan untuk hipertensi, diabetes, gagal jantung kongestif serta infeksi.
 Beberapa pasien perlu menjalani dialisis ginjal bia pengobatan tidak berhasil. Dialisis membantu
membersihkan ginjal dari zat-zat sisa metabolisme dalam darah ketika ginjal tak mampu
menjalankan tugasnya. Dialisis ginjal ini dapat bersifat sementara ataupun permanen.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk gagal ginjal kronis?
Dokter akan mengambil sampel darah serta tes urin untuk menentukan apakah terdapat
kerusakan pada ginjal atau tidak. Selain itu, akan dilakukan tes lain pula untuk memastikan
kondisi ginjal Anda. Dokter akan menggunakan sinar-X untuk memeriksa ukuran ginjal yang
mungkin menjadi penyebab ginjal rusak, selain adanya gangguan lain, gangguan pada saluran
urin, batu ginjal atau tumor ginjal.

Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal kronis?
Beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang mungkin dapat membantu Anda
mengatasi gagal ginjal kronis adalah:

 Ikuti petunjuk diet yang disarankan oleh ahli kesehatan Anda, termasuk menyeleksi cairan yang
masuk ke dalam tubuh.
 Gunakan obat sesuai dengan arahan dokter. Jangan melewatkan pengobatan atau penggunaan
dosisi obat.
 Catat berat bedan harian Anda. Catat jumlah cairan yang Anda minum dan jumlah urin yang
Anda keluarkan apabila dokter memintanya.
 Perhatikan asupan makanan. Konsumsi makanan bernutrisi seimbang, hindari garam berlebih,
serta makanan berlemak.
 Olahraga secara teratur namun hindari aktivitas berat.
 Hubungi dokter segera jika Anda mengalami demam, menggigil, sakit kepala, otot terasa sakit,
napas pendek, mual, muntah dan dada terasa sakit.

6. Transplantasi organ (ginjal, hati, kornea mata)


Mengenal Seluk-beluk Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal merupakan langkah medis yang dipakai untuk
menangani kondisi ginjal yang sudah tidak berfungsi dengan baik atau biasa disebut
gagal ginjal. Melalui metode ini, dokter akan melakukan pembedahan untuk mengganti
ginjal yang telah rusak dengan ginjal sehat dari pendonor.
Ginjal merupakan organ vital di tubuh yang berfungsi menyaring zat limbah dari darah
lalu mengeluarkannya melalui urine. Namun, ginjal yang telah rusak tidak bisa
melakukan proses hal itu. Hasilnya, zat limbah dapat menumpuk di tubuh. Jika
dibiarkan, kondisi ini berpotensi mengancam jiwa.
Sebenarnya zat limbah bisa dikeluarkan dengan jalan cuci darah, namun metode ini
bisa sangat merepotkan dan menyita waktu. Oleh karena itu, transplantasi ginjal kerap
dianggap sebagai penanganan terbaik untuk gagal ginjal.
Memahami Transplantasi Ginjal
Lantas, bagaimana cara mendapatkan ginjal tersebut? Salah satu caranya adalah dari
pendonor yang masih hidup. Pendonor bisa dari keluarga, teman, atau siapa pun yang
ingin memberikan ginjalnya dan siap hidup dengan satu ginjal di tubuhnya.
Ginjal juga bisa diperoleh dari orang yang baru meninggal yang telah mewariskan organ
tubuhnya untuk kepentingan medis. Kebanyakan kasus donor ginjal berasal dari
mereka.
Setelah mendapatkan ginjal dari pendonor, Anda akan menjalani rangkaian tes untuk
memastikan ginjal tersebut cocok dengan golongan darah dan jaringan tubuh Anda. Hal
ini guna mencegah kemungkinan terjadinya penolakan tubuh terhadap ginjal tersebut.
Anda disarankan untuk menjaga tubuh agar tetap sehat bila sedang menunggu
tersedianya ginjal yang cocok dengan melakukan aktivitas-aktivitas berikut:

 Mengonsumsi obat-obatan dan makanan yang telah dianjurkan oleh dokter.


 Berhenti merokok, jika Anda perokok.
 Membatasi minuman beralkohol.
 Berolahraga sesuai petunjuk dokter.
 Rutin berkonsultasi dengan tim medis.

Menjalani hidup sehat bisa membantu proses penyembuhan usai operasi.


Kenyataannya, transplantasi ginjal tidak bisa dilakukan jika Anda memiliki penyakit
mematikan seperti kanker, penyakit jantung, penyakit paru-paru, atau sedang
mengalami infeksi.
Bagaimana Proses Transplantasi Ginjal Dilakukan?
Setelah mendapatkan ginjal yang cocok, Anda bisa langsung menjalani operasi
transplantasi. Biasanya, operasi ini memakan waktu sekitar tiga hingga empat jam.
Selama itu Anda tidak akan sadarkan diri karena Anda akan dibius total.
Tim medis akan memulai operasi dengan membuat sayatan lalu menempatkan ginjal
baru di bagian bawah perut Anda. Jika ginjal lama Anda menyebabkan komplikasi
seperti batu ginjal, tekanan darah tinggi, kanker ginjal atau infeksi, tim medis akan
mengangkat ginjal tersebut dari tubuh Anda.
Kemudian tim medis akan menyambungkan pembuluh darah dari ginjal baru ke
pembuluh darah di bagian bawah perut dan menghubungkan ureter (saluran yang
menghubungkan ginjal ke kandung kemih) dari ginjal baru ke kandung kemih Anda.
Biasanya, ginjal baru sudah bisa langsung menjalankan fungsinya segera setelah darah
mengalir ke organ tersebut. Namun pada beberapa kasus, ginjal memerlukan waktu
yang lebih lama untuk memproduksi urine. Sementara menunggu ginjal baru bekerja
dengan optimal, Anda dapat melakukan cuci darah dan mengonsumsi obat-obatan
untuk membantu ginjal mengeluarkan kelebihan garam dan cairan dari dalam tubuh.

Apakah Metode ini Berisiko?


Tiap tindakan pembedahan pasti memiliki risiko komplikasi. Begitupun transplantasi
ginjal. Berikut risiko komplikasi jangka pendek dan jangka panjang yang mungkin terjadi
pada Anda:
Risiko komplikasi jangka pendek

 Infeksi.
 Penyempitan arteri.
 Penggumpalan darah.
 Tersumbatnya ureter atau saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
 Kebocoran urine.
 Penolakan tubuh terhadap ginjal baru.
 Kematian, serangan jantung dan stroke.

Risiko komplikasi jangka panjang

 Usai transplantasi ginjal, Anda harus mengonsumsi obat imunosupresan yang berfungsi
mencegah tubuh menolak ginjal yang baru. Pengonsumsiannya bukan dalam hitungan
hari, minggu, atau bulan, tapi seumur hidup. Efek samping obat imunosupresan seperti
jerawat, diare, sakit perut, peningkatan berat badan, gusi bengkak, osteoporosis,
diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, rambut rontok parah atau pertumbuhan rambut
yang berlebihan, melemahkan sistem imun, dan peningkatan risiko kanker (terutama
kanker kulit).

Jika usai menjalani transplantasi ginjal Anda merasa sakit kepala, diare, atau demam,
segera hubungi dokter.

Menjalani Hidup dengan Satu Ginjal


Pada minggu-minggu pertama setelah operasi, Anda diharuskan untuk mengontrol
kesehatan secara rutin ke rumah sakit, mungkin dua hingga tiga kali dalam seminggu.
Setelahnya kuantitas kunjungan akan mulai berkurang menjadi dua atau tiga bulan
sekali, dengan catatan jika Anda tidak memiliki gangguan kesehatan serius usai
transplantasi.
Risiko terkena kanker, khususnya kanker kulit, meningkat usai transplantasi. Oleh
karena itu, sangat disarankan untuk mengecek kondisi kulit dan bagian tubuh Anda
lainnya secara berkala guna memeriksa benih-benih kanker kulit dan jenis kanker
lainnya.
Selain hal di atas, Anda diharuskan untuk menjalani gaya hidup sehat karena kini hanya
ada satu ginjal yang berfungsi dengan baik di tubuh Anda. Berikut hal-hal yang perlu
Anda lakukan usai menjalani transplantasi ginjal:
Ubah pola makan. Kebanyakan orang masih bisa mengonsumsi beragam jenis
makanan usai transplantasi ginjal. Tapi ada kemungkinan Anda disarankan untuk
menghindari beberapa jenis makanan selama minggu-minggu pertama mengonsumsi
obat imunosupresan dengan dosis tinggi.
Makanan yang mungkin bisa menyebabkan infeksi, sebaiknya dihindari. Contoh asupan
itu antara lain makanan mengandung telur mentah seperti mayonaise, daging setengah
matang, dan produk susu yang belum dipasteurisasi.
Setelah dosis obat imunosupresan telah ditentukan dan ginjal baru telah berfungsi
dengan baik, Anda akan disarankan untuk menjalani diet sehat.
Pola makan yang harus masuk dalam diet Anda terdiri dari:

 Banyak buah dan sayuran.


 Sedikit produk susu.
 Banyak makanan terbuat dari gandum.
 Sedikit daging, telur, kacang-kacangan, dan makanan berprotein lainnya.

Hindari terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan
gula guna menghindari risiko tekanan darah tinggi dan diabetes.
Tidak merokok. Orang yang memiliki dua ginjal sehat saja dilarang untuk merokok,
apalagi Anda yang hanya punya satu ginjal. Jadi Anda sangat disarankan untuk
berhenti mengisap gulungan tembakau ini, karena merokok bisa mengurangi daya
tahan ginjal baru Anda. Selain itu, merokok juga bisa meningkatkan risiko terkena
kanker.
Rutin berolahraga. Setelah kondisi fisik Anda dinyatakan telah pulih, Anda disarankan
untuk rutin berolahraga. Setidaknya Anda meluangkan waktu untuk latihan aerobik 2,5
jam setiap minggunya. Olahraga yang bisa Anda lakukan yaitu jalan cepat,
berenang, bersepeda, dan bermain tenis.
Prosedur transplantasi ginjal di rumah sakit merupakan usaha untuk memperpanjang
usia penderita gagal ginjal. Kebanyakan ginjal baru bertahan 1 hingga 5 tahun, namun
ada pula yang bisa bertahan hingga 15 tahun. Ketahanan ginjal tergantung pada
seberapa cocoknya ginjal dengan tubuh, sumber ginjal tersebut, juga usia dan kondisi
kesehatan Anda secara menyeluruh.
Bagaimana Proses Transplantasi Hati
Dilakukan?
Apa itu transplantasi hati?
Transplantasi hati adalah prosedur medis yang digunakan untuk menggantikan hati Anda yang
gagal dengan hati yang baru dan sehat dari orang lain yang disebut donor. Hati dapat ditransfer
secara keseluruhan atau sebagian dari orang yang sudah meninggal atau hidup.

Ada tiga operasi yang terlibat dalam transplantasi hati: operasi donor, operasi back table, dan
operasi penerima. Tim medis Anda akan mengkoordinasikan operasi ini.

Operasi donor

Operasi donor adalah operasi untuk mengangkat hati yang sehat dari pendonor. Operasi akan
mendapatkan donor hati dari dua sumber yang memungkinkan.

 Hati mungkin berasal dari donor yang baru saja meninggal. Keluarga dari donor yang telah
meninggal membuat keputusan untuk menyumbangkan semua organ yang masih bekerja.
Dalam hal ini, penting untuk menjaga fungsi organ sampai diangkat. Donor diletakkan pada
mesin pernapasan untuk terus memasok oksigen ke organ-organ yang sehat. Operasi ini akan
menjadi operasi multi-organ di mana ginjal, jantung dan paru-paru dan, pada kesempatan
tertentu, pankreas, usus kecil, kornea mata, kulit dan tulang juga diangkat.
 Hati juga bisa berasal dari donor hidup. Operasi ini melibatkan transplantasi organ yang
melibatkan bagian dari hati yang diangkat dari donor hidup dan ditransplantasikan ke pasien.
Karena hati memiliki kemampuan untuk regenerasi, bagian yang ditransplantasikan dan bagian
yang tersisa dari hati donor dapat tumbuh kembali menjadi hati yang normal.

Operasi back table

Operasi back table dilakukan di rumah sakit penerima untuk membuat modifikasi yang
diperlukan untuk hati donor seperti mengurangi ukuran hati. Hal ini biasanya dilakukan tepat
sebelum operasi resipien.

Operasi resipien

Operasi resipien atau operasi pada pasien yang akan menerima hati adalah langkah terakhir
untuk transplantasi hati. Ini adalah ketika hati gagal diganti dengan hati yang sehat dari donor.
Anda akan berada di bawah bius untuk mengurangi rasa sakit dan diberi obat untuk mencegah
kehilangan darah terlalu banyak. Dokter bedah akan membuat luka di perut Anda untuk
menggantikan hati. Mereka juga akan menaruh beberapa tabung untuk membantu Anda
melaksanakan fungsi tubuh tertentu setelah operasi.

Siapa yang perlu transplantasi hati?


Transplantasi hati diperlukan bila hati tidak mampu untuk melakukan fungsi penting. Fungsi ini
meliputi penyaringan darah dari racun, memproduksi empedu untuk membantu pencernaan,
dan menyimpan energi sebagai gula untuk digunakan nanti. Gagal hati dapat terjadi pada setiap
orang pada usia berapa pun. Gagal hati memiliki banyak penyebab seperti penggunaan alkohol
yang berlebih, hepatitis, sirosis, overdosis paracetamol, dan penyakit hati lainnya.

Selama dua dekade terakhir, jumlah orang yang membutuhkan transplantasi hati telah
meningkat sebesar 90%, namun jumlah donasi yang tersedia tetap sama.

Apa saja syarat transplantasi hati?


Seperti pada banyak transplantasi, permintaan lebih besar dari pasokan. Anda perlu memenuhi
banyak persyaratan untuk melakukan transplantasi hati. Berikut adalah beberapa hal yang
dapat Anda perkirakan:

 Anda harus mengalami gejala yang sangat mempengaruhi kualitas hidup Anda.
 Anda harus memiliki penilaian tingkat kelangsungan hidup yang tinggi setelah transplantasi.
 Anda harus lulus semua tes fisik dan mental.
 Anda perlu secara finansial siap transplantasi.
 Ada donor tersedia.

Bagaimana persiapan untuk transplantasi


hati?
Sebelum melakukan transplantasi, Anda perlu mempersiapkan pikiran dan tubuh Anda. Anda
bisa berpikir apa yang mungkin terjadi setelah transplantasi. Pikirkan tentang hidup Anda
sebelum transplantasi dan bagaimana hal itu akan berubah.

Sementara Anda berada di daftar tunggu, Anda perlu memilah dokumen dan masalah
keuangan sebelum transplantasi. Mempertahankan gaya hidup sehat dengan makan sehat dan
berolahraga secara teratur.

Merupakan ide yang baik untuk membiarkan keluarga Anda tahu kapan operasi terjadi sehingga
mereka dapat meluangkan waktu untuk merawat Anda setelah transplantasi selesai.

Apa yang terjadi setelah transplantasi hati?


Diperkirakan bahwa setelah operasi, sekitar 85 dari 100 orang hidup setidaknya satu tahun dan
65 dari 100 hidup selama lima tahun atau lebih.

Setelah hati ditransplantasikan, tubuh sering memperlakukannya sebagai jaringan asing dan
akan menyerang hati yang baru. Ini disebut penolakan graft dan dapat menyebabkan organ
yang baru ditransplantasikan rusak. Untuk mencegah hal ini, ada beberapa obat yang
disebut immunosuppressant. Seorang pasien transplantasi hati perlu mengonsumsi obat ini
seumur hidup untuk mencegah penolakan dari hati baru mereka.
Selain penolakan, ada beberapa masalah lain yang harus Anda ketahui setelah transplantasi
hati.

 Infeksi. Seperti pada banyak operasi, ada risiko tinggi infeksi setelah operasi. Dokter Anda
mungkin akan memberikan antibiotik dan/atau obat antijamur untuk mencegah infeksi.
 Kondisi bilier. Hal ini mengacu pada kondisi yang berhubungan dengan saluran empedu, seperti
obstruksi atau kebocoran cairan empedu.
 Gagal ginjal. Ada kemungkinan bahwa imunosupresan yang Anda gunakan dapat
menyebabkan gagal ginjal. Dokter akan memantau fungsi ginjal Anda dengan ketat setelah
operasi.
 Kegagalan graft. Hati baru mungkin tidak bekerja dengan benar setelah transplantasi. Jika hal
ini terjadi, Anda mungkin perlu hati yang baru sesegera mungkin. Sementara itu, dokter akan
memberikan obat untuk mengontrol masalah tersebut.
 Kanker kulit. Kulit Anda akan lebih sensitif terhadap matahari. Penting untuk selalu
menggunakan tabir surya dan pakaian pelindung sebelum pergi ke luar ruangan.

Selain itu, ada juga risiko tinggi penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung koroner setelah
transplantasi. Diet sehat dan olahraga teratur dapat membantu menormalkan kehidupan setelah
transplantasi hati.

Operasi Transplantasi Kornea


Definisi
Apa itu kornea?

Mata Anda memiliki beberapa lapisan. Kornea adalah bagian yang tembus cahaya, dengan
bentuk cekung di lapisan terluar pada mata Anda. Kadang-kadang kornea bisa terkena
penyakit, memengaruhi penglihatan Anda.

Bagaimana kornea bisa terserang penyakit?

Ada banyak penyebab kornea bisa terserang penyakit. Tiga penyebab umum yang memerlukan
operasi adalah keratoconus (di mana permukaan kornea menjadi berbentuk kerucut,
menyebabkan penglihatan kabur), dekompensasi endothelial (di mana kornea bengkak dan
kabur), dan tergores.

Apa itu transplantasi kornea?

Transplantasi kornea adalah operasi yang digunakan untuk menghilangkan semua bagian
kornea yang rusak dan menggantinya dengan jaringan kornea yang sehat dari mata pendonor
yang sesuai.

Kapan saya harus menjalani transplantasi kornea?


Anda akan memerlukan transplantasi kornea untuk memperbaiki penglihatan Anda jika Anda
mengalami:

 kornea yang menonjol keluar (keratoconus)


 Fuchs’ dystrophy
 penipisan kornea
 kornea tergores, disebabkan infeksi atau cedera
 kornea buram
 kornea bengkak
 kornea borok, termasuk disebabkan infeksi
 komplikasi disebabkan operasi mata sebelumnya

Pencegahan & peringatan


Apa yang harus saya ketahui sebelum menjalani operasi transplantasi
kornea?

Sebagian besar orang yang menerima transplantasi kornea akan memiliki penglihatan yang
pulih setidaknya separuhnya. Hasil transplantasi kornea tergantung pada alasan operasi dan
kondisi kesehatan Anda. Risiko komplikasi dan penolakan kornea dapat terjadi beberapa tahun
setelah transplantasi kornea dilakukan. Karena itu, pastikan check up ke dokter mata setiap
tahun. Penolakan kornea biasanya bisa diatasi dengan pengobatan.

Mencari donor kornea

Kebanyakan kornea yang digunakan dalam transplantasi kornea didapatkan dari pendonor
yang sudah meninggal. Tidak seperti organ lain, seperti hati atau ginjal, orang yang
memerlukan transplantasi kornea umumnya tidak perlu menunggu terlalu lama. Ini karena
banyak orang secara spesifik mengizinkan kornea mereka untuk didonorkan setelah mereka
meninggal, kecuali jika mereka memiliki beberapa kondisi tertentu. Jadi ada cukup banyak
kornea tersedia untuk transplantasi dibandingkan organ lain. Kornea bisa tidak digunakan dari
pendonor yang memiliki beberapa kondisi, seperti kondisi sistem saraf sentral tertentu, infeksi,
operasi mata sebelumnya, atau penyakit mata, atau dari orang-orang yang meninggal karena
sebab yang tidak diketahui.

Apakah ada alternatif selain transplantasi kornea?

Berbagai jenis kacamat dan lensa kontak mungkin bisa membantu. Beberapa jenis keratoconus
bisa diatasi dengan operasi di mana cincin plastik kecil ditempatkan di dalam kornea. Jika Anda
memiliki dekompensasi endothelial, tetes mata bisa membantu. Semua metode ini akan
menjadi kurang efektif jika penyakit memburuk.

Proses
Apa yang harus saya lakukan sebelum melakukan operasi ini?

Sebelum operasi transplantasi kornea, Anda akan menjalani:


 pemeriksaan mata menyeluruh – dokter mata Anda mengecek kondisi yang bisa menyebabkan
komplikasi setelah operasi
 pengukuran mata – dokter mata Anda akan memeriksa berapa ukuran donor kornea yang Anda
perlukan
 ulasan tentang ssemua obat dan suplemen yang edang Anda gunakan – Anda mungkin perlu
berhenti menggunakan obat atau suplemen tertentu sebelum atau sesudah transplantasi
kornea
 pengobatan untuk masalah mata lainnya – masalah mata yang tidak berhubungan, seperti
infeksi atau peradangan, dapat mengurangi kesuksesan transplantasi kornea. Dokter mata
Anda akan berusaha mengatasi masalah ini sebelum operasi

Bagaimana proses operasi transplantasi kornea?

Beragam teknik obat bius dimungkinkan. Operasi biasanya memakan waktu 1-2 jam. Dokter
bedah Anda akan melepas bagian tengah kornea yang sakit, dan menggantinya dengan bagian
kornea dari pendonor. Dokter dapat mengganti semua kornea Anda, atau mengganti lapisan
luarnya saja, atau hanya lapisan dalamnya saja. Dokter akan menggunakan jahitan kecil untuk
menahan kornea atau bagian kornea yang baru pada tempatnya.

Apa yang harus saya lakukan setelah operasi?

Banyak orang harus bermalam di rumah sakit, tapi Anda juga mungkin bisa pulang ke rumah di
hari yang sama. Dokter akan memberikan Anda tetes mata dan kadang obat untuk dibawa
pulang. Anda sebaiknya tidak berenang atau mengangkat barang berat sampai Anda diperiksa
kembali oleh dokter bedah Anda. Sebelum berolahraga, mintalah nasihat dari dokter Anda
untuk memastikan olahraga ini aman untuk kondisi Anda. Banyak orang pulih dengan baik.
Namun mungkin membutuhkan waktu satu tahun untuk mata Anda sampai benar-benar
membaik. Anda mungkin membutuhkan operasi lain untuk mengganti bentuk kornea. Dokter
Anda akan meminta Anda untuk kembali ke klinik secara rutin jadi mereka bisa memeriksa
apakah transplantasi pulih dengan baik dan mengecek tanda-tanda penolakan.

Komplikasi
Komplikasi apa yang bisa terjadi?

Transplantasi kornea secara keseluruhan adalah prosedur yang aman. Namun, transplantasi
kornea juga memiliki risiko kecil terjadinya komplikasi serius, seperti:

 infeksi mata
 meningkatnya risiko kabut dalam lensa mata (katarak)
 tekanan meningkat di dalam bola mata (glaukoma)
 masalah dengan jahitan yang digunakan untuk menempelkan kornea pendonor
 penolakan terhadap kornea pendonor
 bengkak pada kornea
Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh Anda bisa salah menyerang donor kornea. Ini
disebut penolakan, dan ini dapat memerlukan pengobatan medis atau transplantasi kornea
lainnya.

Buat janji dengan dokter mata Anda jika Anda menyadari tanda-tanda atau gejala apapun dari
penolakan kornea, seperti:

 kehilangan penglihatan
 rasa sakit
 kemerahan
 sensitif terhadap cahaya

Penolakan terjadi sekitar 20 persen dari transplantasi kornea.

7. Fungsi posbindu PTM untuk mengontrol populasi hipertensi, DM, rematik,


kolesterol
DI PDF YA ME JUKNIS POSBINDU PTM

Anda mungkin juga menyukai