1. Kanker Serviks
Definisi
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat ada sel-sel di leher rahim alias serviks yang tidak
normal, dan berkembang terus dengan tidak terkendali.
Sel-sel abnormal tersebut bisa berkembang dengan cepat sehingga mengakibatkan tumor pada
serviks. Tumor yang ganas nantinya berkembang jadi penyebab kanker serviks.
Leher rahim sendiri adalah organ yang berbentuk seperti tabung silinder. Fungsinya yaitu
menghubungkan vagina dengan rahim.
Kanker ini adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi pada wanita di seluruh
dunia. Namun, tes pap smear yang rutin dapat membantu mengetahui adanya kanker serviks
secara dini.
Kanker serviks sering kali masih bisa disembuhkan jika ditemui sejak awal. Selain itu, ada
beberapa metode untuk mengendalikan risiko kanker serviks, yang membuat angka kasus kanker
serviks menurun.
Kanker serviks sangat umum ditemui di seluruh dunia. Menurut catatan Badan Kesehatan
Dunia atau WHO, kanker serviks merupakan jenis kanker nomor empat yang paling sering
menyerang wanita. Lebih jauh, WHO juga mengamati bahwa angka kejadian kanker leher rahim
lebih besar di negara-negara berkembang daripada di negara-negara maju.
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Namun, semakin bertambah usia,
risiko seseorang mengalami kanker leher rahim semakin besar.
Kanker serviks dapat ditangani dengan mengurangi fator-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter
untuk informasi lebih lanjut.
Apa saja ciri-ciri dan gejala kanker serviks (kanker leher rahim)?
Pada tahap awal, wanita dengan kanker serviks awal dan pre-kanker tidak akan mengalami
gejala. Pasalnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala hingga tumor terbentuk. Tumor
kemudian bisa mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat. Gejala kanker serviks
bisa ditandai dengan ciri-ciri berikut ini.
Perdarahan yang tidak wajar dari vagina. Misalnya perdarahan padahal Anda tidak sedang haid,
menstruasi yang lebih panjang, perdarahan setelah atau saat berhubungan seks, setelah
menopause, setelah buang air besar, atau setelah pemeriksaan panggul.
Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
Nyeri pada panggul (di perut bagian bawah).
Nyeri saat berhubungan seks atau berhubungan seks.
Nyeri di pinggang (punggung bawah) atau kaki.
Badan lemas dan mudah lelah.
Berat badan menurun padahal tidak sedang diet.
Kehilangan nafsu makan.
Cairan vagina yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
Salah satu kaki membengkak.
Ada beberapa kondisi lainnya, seperti infeksi, yang dapat menyebabkan berbagai ciri-ciri kanker
serviks tersebut. Namun, apa pun penyebabnya, Anda tetap harus mengunjungi dokter untuk
memeriksakannya. Mengabaikan kemungkinan gejala kanker serviks hanya akan membuat
kondisi memburuk dan kehilangan kesempatan perawatan yang efektif.
Lebih baik lagi, jangan menunggu hingga gejala kanker serviks muncul. Cara terbaik untuk
merawat kelamin Anda dengan melakukan tes pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin
ke dokter kandungan.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala kanker serviks yang tidak disebutkan di atas. Bila
Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Jika Anda menunjukkan beberapa tanda atau gejala kanker serviks di atas atau pertanyaan
lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu
konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda dan memeriksakan diri setiap
muncul ciri-ciri kanker serviks.
Akan tetapi, sebenarnya semua wanita (terutama yang sudah menikah atau aktif secara seksual)
harus ke dokter untuk memeriksakan diri dan mendapatkan vaksin HPV. Tidak perlu menunggu
sampai muncul ciri-ciri kanker serviks baru mencari bantuan medis.
Wanita yang berusia di atas 40 tahun juga sangat disarankan untuk periksa ke dokter dan
melakukan tes pap smear secara rutin. Pasalnya, semakin bertambah usia Anda makin rentan
terhadap kanker ini. Sedangkan Anda mungkin saja tidak merasakan berbagai gejala kanker
serviks yang sudah mulai menyerang.
Penyebab
Apa penyebab kanker serviks (kanker leher rahim)?
Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau disingkat HPV.
Ada lebih dari seratus jenis HPV, tapi sejauh ini hanya ada kira-kira 13 jenis virus yang bisa jadi
penyebab kanker serviks. Virus ini sering ditularkan melalui hubungan seksual.
Di dalam tubuh wanita, virus ini menghasilkan dua jenis protein, yaitu E6 dan E7. Kedua protein
ini berbahaya karena bisa menonaktifkan gen-gen tertentu dalam tubuh wanita yang berperan
dalam menghentikan perkembangan tumor.
Kedua protein ini juga memicu pertumbuhan sel-sel dinding rahim secara agresif. Pertumbuhan
sel yang tidak wajar ini akhirnya menyebabkan perubahan gen (disebut juga sebagai mutasi gen).
Mutasi gen inilah yang lantas menjadi penyebab kanker serviks berkembang dalam tubuh.
Beberapa jenis HPV tidak menyebabkan gejala sama sekali. Namun, sebagian jenis bisa
menyebabkan kutil pada kelamin, dan beberapa bisa jadi penyebab kanker serviks. Hanya dokter
yang bisa mendiagnosis dan memastikan seberapa bahaya jenis HPV yang Anda alami.
Dua turunan dari virus HPV (HPV 16 dan HPV 18) diketahui berperan dalam 70% dari kasus
kanker serviks. Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa pun, sehingga banyak
wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi. Faktanya, kebanyakan wanita dewasa
sebenarnya pernah menjadi “tuan rumah” HPV pada saat tertentu dalam hidup mereka.
HPV dapat dengan mudah ditemukan melalui tes pap smear. Inilah mengapa tes pap smear
sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Tes pap smear mampu mendeteksi perbedaan
pada sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Jika Anda menangani perubahan sel tersebut,
Anda dapat melindungi diri dari kanker leher rahim.
Faktor-faktor risiko
Sejauh ini HPV memang diketahui jadi penyebab kanker serviks yang utama. Akan tetapi, ada
beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang Anda kena kanker ini, meski Anda tidak
punya riwayat infeksi HPV sekalipun. Simak berbagai faktor risiko penyebab kanker serviks
berikut ini.
Infeksi human papilloma virus. Melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan dapat
meningkatkan risiko terkena HPV 16 dan 18. Begitu juga dengan perilaku seksual berisiko
seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang sama. Selain itu, wanita
yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV tentu lebih rentan terinfeksi HPV yang
bisa jadi penyebab kanker serviks.
Merokok. Tembakau mengandung banyak zat kimia yang tidak baik untuk tubuh. Wanita yang
merokok memiliki risiko hingga dua kali lebih besar dibanding wanita non-perokok dalam
terkena kanker serviks.
Imunosupresi. Pengobatan atau kondisi yang mempengaruhi sistem imun, seperti human
immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS, bisa meningkatkan risiko
terkena infeksi HPV dan jadi penyebab kanker serviks.
Infeksi klamidia. Beberapa penelitian menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari kanker serviks
pada wanita dengan hasil tes darah yang menunjukkan pernah atau sedang memiliki infeksi salah
satu penyakit menular seksual, yaitu klamidia.
Kurangnya konsumsi buah dan sayur. Wanita yang memiliki pola makan kurang sehat,
misalnya jarang makan buah dan sayur, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap kanker
serviks.
Berat badan berlebih (obesitas). Wanita dengan kelebihan berat badan lebih mudah memiliki
adenocarcinoma pada serviks.
Penggunaan kontrasepsi minum (pil KB) jangka panjang. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa minum kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari
sekitar lima tahun, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Kalau Anda sudah lama minum pil
KB untuk mencegah kehamilan, segera pertimbangkan untuk memilih kontrasepsi lain dan
bicarakan dengan dokter kandungan Anda. Penelitian terbaru menemukan bahwa wanita yang
menggunakan intrauterine device (IUD, perangkat yang dimasukkan ke dalam rahim untuk
mencegah kehamilan) memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker. Karena itu, alat kontrasepsi
jenis IUD bisa jadi alternatif buat Anda yang belum ingin hamil.
Sudah beberapa kali hamil dan melahirkan. Wanita yang pernah mengalami kehamilan
hingga melahirkan (tidak keguguran) 3 kali atau lebih memiliki risiko yang lebih tinggi terkena
kanker serviks.
Hamil atau melahirkan di usia sangat muda. Sangat muda berarti berusia di bawah 17 tahun
saat kehamilan hingga melahirkan pertama kalinya. Wanita yang berusia lebih muda dari 17
tahun saat hamil pertama (tidak keguguran) dua kali lebih rentan terkena kanker serviks.
Kemiskinan. Meskipun keadaan ekonomsi seseorang tidak serta-merta jadi penyebab kanker
serviks, kemiskinan sangat mungkin menghalangi akses wanita terhadap layanan serta
pendidikan kesehatan yang memadai, termasuk tes pap smear.
Diethylstilbestrol (DES). DES adalah obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk
mencegah keguguran. Ibu yang menggunakan obat ini saat kehamilan memiliki risiko lebih besar
terhadap kanker serviks. Anak perempuan yang dilahirkan juga memiliki risiko yang lebih besar.
Obat ini sudah tidak diresepkan lagi untuk ibu hamil sejak tahun 1980-an. Akan tetapi, buat
Anda yang pernah hamil atau dilahirkan sebelum 1980 masih berisiko mengalami kanker.
Faktor keturunan. Apabila dalam keluarga Anda, misalnya nenek, ibu, atau sepupu wanita
yang pernah kena kanker serviks, Anda pun jadi dua hingga kali lebih rentan mengalami kanker
serviks dibandingkan orang yang tidak punya faktor keturunan kanker. Masalahnya, mutasi gen
yang jadi penyebab kanker serviks bisa diturunkan ke generasi selanjutnya.
Usia. Perempuan di bawah usia lima belas tahun memiliki risiko paling rendah terhadap kanker
ini. Sedangkan risiko semakin meningkat pada wanita berusia di atas 40 tahun.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada
dokter Anda.
Dokter dapat merujuk Anda pada ginekolog (dokter spesialis kandungan, yaitu ahli kesehatan
sistem reproduksi wanita) jika hasil tes menunjukkan kelainan, atau jika dokter melihat adanya
pertumbuhan dalam serviks atau jika Anda memiliki perdarahan abnormal.
Penting diketahui bahwa perdarahan dari wanita tidak selalu berarti kanker serviks. Klamidia
adalah salah satu alasan mengapa wanita mengalami perdarahan vagina yang tidak biasa. Dokter
mungkin menyarankan Anda untuk melakukan tes terlebih dahulu sebelum dirujuk.
Beberapa tes yang mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi jika Anda memiliki kanker serviks
adalah sebagai berikut.
Kolposkopi. Prosedur dilakukan dengan mikroskop kecil dengan sumber cahaya di ujung
digunakan untuk memeriksa serviks Anda.
Cone biopsy. Prosedur kecil ini dilakukan di bawah obat bius. Bagian kecil berbentuk kerucut
pada serviks akan diangkat untuk diperiksa. Setelah itu, Anda mungkin mengalami perdarahan
vagina selama hingga empat minggu setelah prosedur. Anda juga dapat mengalami nyeri seperti
haid.
Apabila dokter yakin Anda memiliki gejala kanker serviks, dokter kemudian akan memeriksa
seberapa parah kondisi (tahap stadium) kanker. Tesnya dapat meliputi hal-hal di bawah ini.
Memeriksa rahim, vagina, rektum, dan kemih apabila terdapat kanker. Prosedur ini dilakukan
dengan obat bius.
Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ, seperti tulang, darah dan ginjal.
Tes imaging (pemindaian), yaitu dengan teknologi Computerised tomography (CT) scan,
Magnetic resonance imaging (MRI) scan, sinar X, dan Positive emission tomography (PET)
scan. Tujuan tes ini yaitu untuk mengidentifikasi tumor kanker dan apabila sel kanker telah
menyebar (metastasis).
Semakin cepat Anda mendeteksi gejala kanker serviks dan penyakitnya, semakin mudah pula
untuk mengobati kanker serviks.
Pengobatan untuk kanker serviks cukup rumit. Rumah sakit akan menyiapkan tim ahli yang
ditentukan untuk mengatasi tahap awal dan tahap lanjut kanker serviks. Walau idealnya
menangani kanker serviks pada tahap awal, biasanya kanker serviks tidak didiagnosis cukup
awal.
Biasanya, ada tiga pilihan penanganan utama untuk kanker serviks, operasi, radioterapi dan
kemoterapi.
1. Operasi
Tindakan ini akan mengangkat bagian yang terinfeksi kanker. Anda dan tim medis Anda harus
bekerja sama untuk hasil yang terbaik:
Radical trachelectomy – serviks, jaringan sekitar dan bagian atas vagina diangkat, namun rahim
tetap pada tempatnya sehingga Anda masih bisa punya anak. Karena itulah tindakan bedah ini
biasanya jadi prioritas untuk wanita yang memiliki kanker serviks tahap awal dan masih mau
punya anak.
Histerektomi – serviks dan rahim diangkat, tergantung pada tahap kanker, mungkin diperlukan
untuk mengangkat indung telur dan tuba falopi. Anda sudah tidak bisa memiliki anak lagi jika
Anda melakukan histerektomi.
Pelvic exenteration – operasi besar di mana serviks, vagina, rahim, kemih, indung telur, tuba
falopi dan rektum diangkat. Seperti histerektomi, Anda sudah tidak bisa punya anak lagi setelah
menjalani pembedahan ini.
2. Radioterapi
Pada tahap awal kanker serviks, Anda dapat ditangani dengan radioterapi atau dikombinasikan
dengan operasi. Kemudian, apabila kanker sudah pada tahap lanjut, dokter dapat merekomendasi
radioterapi dengan kemoterapi untuk mengurangi perdarahan dan rasa sakit pada pasien.
Pada prosedur ini, tubuh Anda dipaparkan dengan radiasi. Sumber radiasi dapat berasal dari
eksternal, dengan mesin yang memancarkan radiasi pada tubuh Anda, atau secara internal.
Dengan metode internal, sebuah implan akan dipasang ke dalam tubuh Anda untuk memberi
radiasi. Ada beberapa kasus di mana 2 metode ini dikombinasikan. Rangkaian radioterapi
biasanya berlangsung selama 5 hingga 8 minggu.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan radioterapi untuk menangani
kanker serviks. Pada kanker tahap lanjut, metode ini sering digunakan untuk mencegah
pertumbuhan kanker. Anda akan membuat janji untuk mendapatkan dosis kemoterapi melalui
infus.
Semua penanganan kanker serviks dapat memiliki efek samping. Anda harus mendiskusikannya
terlebih dahulu dengan dokter. Anda mungkin akan mengalami menopause dini, penyempitan
pada vagina, atau limfedema setelah menjalani perawatan kanker leher rahim.
Pencegahan
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker serviks (kanker leher rahim)?
Berikut adalah perubahan gaya hidup yang dapat membantu Anda mencegah kanker serviks
terjadi pada Anda:
Berbicara dengan keluarga, teman-teman atau konselor dapat membantu. Anda juga dapat
menanyakan dokter mengenai komunitas penyintas (survivor) dan pengidap kanker serviks.
Tes pap smear adalah cara terbaik untuk menemukan perubahan sel serviks atau HPV pada
serviks. Penting untuk melakukan follow up dengan dokter setelah hasil tes pap smear yang
abnormal agar Anda dapat mendapatkan perawatan dengan tepat waktu.
Jika Anda berusia di bawah 26 tahun, Anda dapat mendapatkan vaksin HPV yang dapat
melindungi dari 2 jenis HPV 16 dan HPV 18, jenis HPV yang dapat menyebabkan kanker
serviks.
Hindari terinfeksi HPV dengan melakukan hubungan seks yang aman, dengan menggunakan
kondom dan tidak berganti-ganti pasangan seksual.
Untuk mencegah kanker berkembang ke tahap stadium yang lebih serius, Anda perlu menjalani
gaya hidup sehat. Misalnya dengan menjaga pola makan bernutrisi seimbang, rajin berolahraga
sesuai dengan kemampuan dan saran dokter, istirahat yang cukup, mengelola stres, berhenti
merokok dan minum alkohol, serta mengurangi paparan zat berbahaya misalnya dari polusi,
pestisida, dan makanan kemasan.
2.1 Kanker
Definisi
Apa itu penyakit kanker?
Penyakit ini terjadi karena pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkendali, yang
menyebabkan jaringan tubuh normal rusak. Pada dasarnya, tubuh manusia terdiri dari triliunan
sel yang tersebar di setiap organ dan bagian. Sel-sel ini nantinya akan terus tumbuh dan
berkembang menjadi sel baru. Sementara sel-sel yang sudah tua, tidak sehat, dan tidak berfungsi
lagi akan mati secara alamiah.
Sementara sel kanker tidak akan mati dengan sendirinya. Sel ini akan terus mengganda dan
memperbanyak diri hingga jumlah yang sudah tak bisa dikendalikan lagi. Perubahan inilah yang
bisa memicu munculnya sel kanker.
Dibandingkan dengan sel tubuh, sel kanker memiliki banyak sekali perbedaan. Sel ini dapat
tumbuh secara agresif dan menyebar ke bagian tubuh lainnya guna membentuk sebuah jaringan
baru. Sel kanker juga tidak bisa mati dan rusak dengan sendirinya.
Penyakit kanker bisa muncul pada bagian tubuh mana pun karena asalnya dari sel dalam tubuh
manusia. Maka, ada banyak sekali jenis penyakit kanker yang ditemui pada manusia. Dilaporkan
bahwa terdapat lebih dari 200 jenis penyakit kanker yang berbeda.
Gejala kanker yang paling khas adalah munculnya benjolan tumor yang tidak lazim. Jika Anda
menemukan benjolan yang tumbuh dengan cepat dalam waktu singkat dan berbentuk tidak
wajar, bisa jadi ini merupakan gejala kanker payudara.
Selain di payudara, benjolan ini juga dapat muncul di bagian tubuh mana pun. Maka dari itu, jika
Anda menemukan benjolan baru atau benjolan yang mengalami perubahan di tubuh Anda,
periksakan ke dokter sesegera mungkin.
Jika Anda mencurigai adanya perubahan ukuran, bentuk, atau warna tahi lalat yang tak wajar,
waspadai gejala kanker kulit. Untuk memastikan segala perubahan yang terjadi pada kulit Anda
bukan gejala penyakit ini, segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan menyeluruh.
Anda juga sebaiknya melakukan pemeriksaan kulit secara rutin sendiri untuk mengetahui ada
tidaknya pertumbuhan yang tampak aneh pada kulit.
Kelenjar getah bening adalah struktur jaringan kecil berbentuk menyerupai kacang merah yang
memegang peranan besar dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Jadi, ketika terjadi infeksi,
kelenjar getah bening akan membengkak untuk memberikan tanda.
Oleh karena itu, pembengkakan kelenjar getah bening perlu diwaspadai karena bisa menjadi
tanda kanker, seperti leukimia dan limfoma. Kelenjar ini banyak terdapat pada leher, paha bagian
dalam, ketiak, di sekitar usus, dan di antara paru-paru.
Hal yang normal jika Anda mengalami penurunan berat badan karena sedang diet. Namun
apabila penurunan berat badan Anda terjadi tanpa sebab yang jelas, Anda perlu waspada.
Penurunan berat badan bisa saja menjadi gejala kanker usus besar, pankreas, atau pencernaan
lainnya. Tidak hanya itu, penurunan berat badan tiba-tiba juga bisa menjadi tanda penyakit ini
yang dapat menyebar ke hati sehingga akan mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan tubuh
Anda untuk melepaskan limbah makanan dalam tubuh.
Kebanyakan batuk mungkin tidak perlu diwaspadai. Akan tetapi jika batuk yang Anda alami tak
sembuh-sembuh, terjadi dalam waktu yang lama dan disertai dengan sesak napas ataupun darah,
Anda harus waspada. Pasalnya, ini bisa berbahaya karena menunjukkan bahwa paru-paru Anda
bermasalah. Dalam skenario terburuk, yang Anda alami bisa jadi kanker paru.
Maka dari itu, bila Anda terkena batuk yang berkepanjangan, pergilah ke pusat kesehatan untuk
melakukan X-ray atau CT scan dada.
Jika rasa sakit Anda akibat dari cedera fisik, ini mungkin bukan masalah serius. Namun, apabila
Anda mengalami rasa sakit yang tetap dan tanpa sebab ini patut diwaspadai.
Tergantung pada lokasi rasa sakitnya, ada berbagai macam jenis penyakit ini. Sakit kepala yang
tak kunjung sembuh meski sudah menjalani pengobatan bisa menjadi gejala kanker otak.
Perdarahan tidak normal bisa mengindikasikan kemungkinan bahwa Anda memiliki penyakit ini.
Misalnya, perdarahan vagina di luar menstruasi ataupun setelah berhubungan seksual bisa
menjadi tanda kanker endometrium dan serviks.
Mungkin ada gejala kanker yang tidak disebutkan di atas. Oleh sebab itu, segera konsultasikan
ke dokter jika Anda mencurigai perubahan yang tidak wajar pada tubuh Anda sebagai deteksi
dini penyakit ini. Semakin dini penyakit ini terdeteksi, peluang untuk sembuhnya juga akan
semakin besar.
Penyebab
Apa penyebab kanker?
Penyebab kanker paling umum adalah perubahan (mutasi) pada gen dalam sel. Di dalam gen,
terkandung ribuan DNA yang akan memberi instruksi pada sel untuk menjalankan fungsinya
pada organ tubuh tempat sel tersebut hidup.
Maka inti sel yang menjadi rumah bagi ribuan gen ini akan menentukan jenis sel apa yang
dibutuhkan organ tubuh tertentu, kapan sel perlu membelah diri, dan sel mana yang harus mati
dan digantikan.
Sayangnya, proses ini tidak selalu berjalan dengan sempurna. Ketika sel melakukan pembelahan
diri, ada risiko sel baru yang lahir dari pembelahan tersebut mengandung gen yang rusak atau
digandakan terlalu banyak. Perubahan struktur gen dalam sel ini disebut sebagai mutasi gen.
Ketika mutasi gen terjadi, sel sudah tidak bisa lagi menerima perintah dan instruksi dari sistem
pusat sehingga sel ini akan tumbuh di luar kendali dan menghasilkan protein yang tidak normal.
Kelainan pada protein yang diproduksi akan semakin memicu pembelahan sel-sel baru dengan
gen yang tidak sempurna. Pada kasus lain, protein yang dibutuhkan untuk menghentikan
kelahiran sel baru justru tidak diproduksi sama sekali.
Biasanya, mutasi gen baru akan berpotensi menimbulkan kanker jika terjadi lebih dari lima kali
dan melibatkan gen yang berbeda. Proses ini bisa berlangsung hingga bertahun-tahun sampai sel-
sel tersebut membelah diri dan membentuk sel kanker yang cukup besar. Barulah gejala-
gejalanya mulai muncul dan sel-sel kanker tampak ketika tubuh Anda diperiksa.
Namun, pada kasus anak-anak, kerusakan gen sudah terjadi sejak dalam kandungan atau sejak
lahir. Jadi, mereka memang memiliki gen bawaan yang rusak dalam sel tubuh sehingga proses
terbentuknya penyakit kanker tidak membutuhkan waktu yang lama.
Secara umum, ada dua faktor penyebab kanker yang paling sering terjadi, yaitu:
Faktor internal. Anda mungkin terlahir dengan mutasi genetik yang diwariskan dari orangtua
Anda. Jenis mutasi ini bertanggung jawab atas persentase kecil dari penyakit ini.
Faktor eksternal. Kebanyakan mutasi gen terjadi setelah kelahiran dan tidak diwariskan.
Sejumlah faktor dapat menyebabkan mutasi gen seperti merokok, radiasi, virus, bahan kimia
penyebab kanker (karsinogen), obesitas, hormon, peradangan kronis dan kurangnya berolahraga.
Para ilmuwan tidak mengetahui seberapa banyak mutasi yang harus terakumulasi sehingga bisa
jadi penyebab kanker. Meski begitu, para ilmuwan percaya bahwa penyebab kanker akan
bervariasi pada setiap orang tergantung jenis kanker yang dialaminya. Konsultasikan ke dokter
Anda untuk mengetahui penyebab kanker yang lebih lengkap. Dengan mengetahui berbagai
faktor penyebab kanker memungkinkan untuk menurunkan risiko Anda terkena penyakit ini di
masa yang akan datang.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya terkena penyakit kanker?
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini, seperti:
Usia. Penyakit ini bisa memerlukan waktu puluhan tahun untuk tumbuh. Oleh karena itu,
kebanyakan orang yang didiagnosis penyakit ini berusia 65 tahun atau lebih. Meski begitu,
penyakit ini bukanlah penyakit eksklusif untuk orang dewasa. Pasalnya, penyakit ini juga dapat
didiagnosis pada usia berapa pun.
Kebiasaan buruk. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, paparan sinar matahari berlebihan,
obesitas, dan seks yang tidak aman bisa jadi faktor penyebab kanker.
Riwayat keluarga. Dalam banyak kasus, penyakit ini sifatnya menurun. Maka, Anda harus
menjalani tes genetik untuk pencegahan lebih lanjut. Meski begitu, dengan memiliki mutasi
genetik yang diturunkan bukan berarti Anda akan terkena penyakit ini.
Kondisi kesehatan. Beberapa kondisi kesehatan kronis seperti ulcerative colitis dapat dengan
nyata meningkatkan risiko tumbuhnya penyakit ini jenis tertentu.
Lingkungan hidup. Bahan kimia berbahaya seperti asbes dan benzena di rumah atau tempat
kerja bisa menjadi faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini. Meskipun Anda tidak merokok,
Anda bisa menghirup asap rokok jika berada di sekitar orang yang merokok atau tinggal dengan
seseorang yang merokok.
Pemeriksaan fisik. Dokter mungkin akan melakukan colok dubur jika mencurigai Anda
mengalami penyakit ini di usus atau prostat. Metode pemeriksaan fisik lainnya juga mungkin
dilakukan dokter untuk memperjelas diagnosis penyakit pasien.
Tes laboratorium. Dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk untuk menggambarkan
kesehatan pasien secara keseluruhan dan mendeteksi ada tidaknya kelainan.
Tes pencitraan. Beragam tes pencitraan seperti PET scan, MRI, rontgen, ultrasound, dan CT
scan dapat digunakan untuk mencari tahu apakah penyakit ini telah menyebar.
Biopsi. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat sebagian kecil jaringan untuk diperiksa
dengan mikroskop. Sampel yang diambil dalam biopsi kemudian dianalisis oleh ahli patologi. Ia
akan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ dalam tes laboratorium untuk menentukan diagnosis
penyakit yang dialami pasien.
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah perawatan yang menggunakan zat kimia dengan intensitas kuat untuk
membunuh sel yang bertumbuh cepat pada tubuh. Kemoterapi paling sering digunakan sebagai
obat kanker, karena sel penyakit ini berkembang lebih cepat dari sel normal dalam tubuh.
Obat-obatan kemoterapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan sebagai obat kanker.
Kemoterapi adalah cara yang efektif untuk mengobati banyak jenis penyakit ini namun memiliki
risiko efek samping yang juga harus diwaspadai.
2. Radioterapi
3. Terapi target
Terapi target adalah terapi yang menggunakan obat-obatan atau bahan kimia lain untuk
mengidentifikasi dan menyerang sel kanker secara spesifik tanpa membunuh sel-sel normal.
Terapi ini antara lain:
Antibodi monoklonal
Penghambat tirosin kinase
Cyclin-dependent kinase inhibitors (penghambat cyclin-dependent kinase)
Terapi yang digunakan dapat berupa kombinasi dari beberapa terapi. Konsultasikan dengan
dokter Anda untuk pilihan terapi dan obat kanker yang tepat untuk Anda. Setiap pengobatan
penyakit ini memiliki efek samping yang berbeda-beda. Pertimbangkan risiko pengonsumsian
obat kanker dengan kondisi Anda.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi penyakit kanker?
Perubahan gaya hidup berikut dapat membantu Anda mencegah dan mengatasi penyakit kanker:
Jangan merokok. Merokok telah dikaitkan dengan berbagai jenis penyakit ini—termasuk paru-
paru, mulut, tenggorokan, laring, pankreas, kandung kemih, rahim dan ginjal.
Makanlah dengan pola makan yang sehat.
Makanlah banyak buah-buahan dan sayuran.
Batasilah daging olahan.
Pertahankanlah berat badan yang sehat dan aktif secara fisik. Mempertahankan berat badan yang
sehat dapat menurunkan risiko berbagai jenis penyakit ini, termasuk payudara, prostat, paru-
paru, usus besar, dan ginjal.
Lindungilah diri dari sinar matahari.
Dapatkan perawatan medis yang teratur.
2.2 Stroke
Definisi
Apa itu penyakit stroke?
Penyakit stroke adalah penyakit yang terjadi ketika pasokan darah menuju otak terganggu atau
sama sekali berkurang, sehingga jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Dalam beberapa
menit, sel-sel otak mulai mati. Penyakit ini merupakan kondisi yang dapat mengancam hidup
seseorang dan dapat menimbulkan kerusakan permanen.
Penyakit stroke iskemik adalah kondisi yang terjadi ketika pembuluh darah yang menyuplai
darah ke area otak terhalang oleh bekuan darah. Jenis penyakit ini bertanggung jawab atas 87
persen dari total kasus penyakit ini
Bekuan darah sering diakibatkan oleh aterosklerosis, yang merupakan penumpukan timbunan
lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Sebagian dari timbunan lemak ini bisa lepas dan
memblokir aliran darah di otak Anda. Konsepnya mirip dengan serangan jantung, di mana
gumpalan darah menghalangi aliran darah ke sebagian jantung Anda.
Kondisi ini bersifat embolik, yang berarti bekuan darah berasal dari bagian lain di tubuh Anda
dan kemudian berpindah menuju ke otak, lalu biasanya dari jantung dan arteri besar di dada
bagian atas dan leher.
Diperkirakan 15 persen kasus embolik ini disebabkan oleh kondisi yang disebut fibrilasi atrial In
adalah sebuah kondisi yang membuat jantung Anda berdetak tidak teratur. Ini menciptakan
kondisi di mana gumpalan bisa terbentuk di jantung, terlepas, dan berjalan ke otak. Bekuan darah
yang menyebabkan kondisi ini tidak akan hilang tanpa pengobatan.
2. Stroke hemoragik
Penyakit stroke hemoragik terjadi saat pembuluh darah di otak mengalami kebocoran atau pecah.
Stroke hemoragik menyumbang sekitar 13 persen dari total kasus penyakit ini
Kondisi ini berawal dari pembuluh darah yang melemah, kemudian pecah dan menumpahkan
darah ke sekitarnya. Darah yang bocor jadi menumpuk dan menghambat jaringan otak di
sekitarnya. Kematian atau koma panjang akan terjadi jika pendarahan berlanjut.
Ada dua jenis stroke hemoragik. Pertama adalah aneurisma, yang menyebabkan sebagian
pembuluh darah melemah hingga mengembang layaknya balon dan kadang pecah. Lalu lainnya
adalah malformasi arteriovenosa, yaitu kondisi pembuluh darah yang terbentuk secara abnormal.
Jika pembuluh darah semacam itu pecah, bisa menyebabkan stroke hemoragik.
3. Stroke ringan
Transient ischemic attack (TIA) atau sering disebut stroke ringan adalah kekurangan darah pada
sistem saraf yang berlangsung singkat, biasanya kurang dari 24 jam atau bahkan hanya dalam
beberapa menit. Kondisi ini terjadi saat bagian otak tidak mendapat pasokan darah yang cukup.
Anda memiliki risiko stroke ringan yang lebih tinggi apabila Anda pernah mengalami transient
ischemic attack.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala stroke yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Jika seseorang memiliki kecenderungan untuk terkena gejala stroke, Anda sebaiknya
memperhatikan aktivitasnya untuk menjaga dan membawa mereka ke dokter segera mungkin;
Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Periksa apakah satu sisi dari wajahnya tidak bereaksi
Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangannya. Perhatikan apabila ada satu tangan
yang menggeluyur ke bawah.
Mintalah orang tersebut untuk mengulangi kalimat sederhana. Periksa apakah ada kata-kata yang
tidak jelas dan apakah kalimat dapat diulang dengan benar.
Penyebab
Apa penyebab stroke?
Penyebab stroke dapat terjadi akibat:
Penyebab stroke iskemik: Kondisi ini terjadi ketika darah yang membeku menyumbat
pembuluh darah. Jenis ini merupakan jenis yang biasa terjadi pada orang lanjut usia.
Penyebab stroke hemoragik: Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah di dalam otak bocor
atau pecah sehingga darah mengalir ke dalam otak atau ke permukaan otak. Jenis stroke ini tidak
seumum iskemik namun lebih mematikan.
Penyebab stroke ringan: Kondisi ini terjadi ketika plak atau darah yang beku pada pembuluh
arteri menghambat pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Kondisi ini menyebabkan
aliran darah ke otak menjadi tersumbat dan menimbulkan kondisi ini terjadi.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan saya untuk berisiko terkena kondisi ini?
Ada banyak faktor risiko penyebab stroke :
Faktor risiko gaya hidup:
Berat badan berlebihan atau obesitas
Tubuh yang tidak aktif bergerak
Sering dan banyak mengonsumsi alkohol
Pengguna obat-obatan terlarang seperti kokain dan metamfetamin.
Tidak memiliki faktor-faktor risiko seperti di atas bukan berarti Anda tidak dapat terkena
penyakit ini. Faktor-faktor ini hanya sebagai referensi. Anda sebaiknya konsultasi dengan dokter
Anda untuk penjelasan yang lebih rinci.
Jika gejala stroke yang terjadi dialami disebabkan oleh gumpalan darah, obat stroke yang dapat
digunakan adalah obat untuk mencairkan darah. Agar efektif, perawatan obat stroke ini harus
segera dilakukan dalam jangka waktu 3 sampai 4 ½ jam setelah adanya gejala pertama yang
muncul. Selain itu, dokter juga bisa memberikan obat stroke lainnya yang dapat mencairkan
darah seperti Heparin, Warfarin (Coumadin), Aspirin atau Klopidogrel (Plavix).
Penyakit stroke dapat menyebabkan tidak bekerjanya beberapa fungsi tubuh. Seberapa besar
kemungkinan seseorang bisa pulih belum bisa diketahui. Banyak orang membutuhkan
rehabilitasi seperti terapi bicara, terapi fisik, dan terapi kerja.
Pengobatan juga harus dilakukan pada sejarah kondisi medis penderita seperti tekanan darah
tinggi, diabetes, perokok, gaya hidup, dan tingkat kolesterol yang tinggi.
Kondisi lainnya juga harus dicegah dengan cara mengurangi atau menghilangkan penyebab
stroke awal pada penderita. Banyak orang dapat melakukan ini dengan penggunaan obat-obatan
untuk mencegah penggumpalan darah.
Sering kali, mengonsumsi takaran kecil aspirin setiap hari dapat membantu. Selain itu, kita juga
harus mengendalikan tekanan darah yang tinggi dan mengurangi risiko komplikasi lainnya
seperti diabetes, tingkat kolesterol yang tinggi, merokok, dan berat badan yang berlebihan.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mendeteksi penyakit ini?
Dokter akan mendeteksi dan memberikan obat stroke berdasarkan sejarah medis dan
pemeriksaan fisik. CT scan atau MRI scan pada otak dapat dilakukan lebih lanjut untuk
mengevaluasi bagian otak mana yang terkena gejala stroke dan juga untuk menentukan apakah
kondisi yang Anda alami diakibatkan oleh penggumpalan darah atau pecahnya pembuluh darah.
Pemeriksaan aktivitas elektrik pada jantung (elektrokardiogram atau ECG) akan dilakukan untuk
mengetahui detak jantung yang tidak beraturan (fibilasi atrium) yang dapat menyebabkan stroke
dengan mempermudah penggumpalan darah di jantung dan menyebabkan kondisi ini terjadi.
Terapi stroke
Setelah mengalami stroke, tak jarang beberapa orang akan melakukan terapi stroke. Ini adalah
salah satu cara untuk membantu Anda mempelajari kembali keterampilan yang hilang ketika
penyakit ini menyerang bagian otak Anda. Terapi stroke dapat membantu Anda mendapatkan
kembali kemandirian dan meningkatkan kualitas hidup Anda.
Hasil penyembuhan atau pemulihan tergantung dengan tingkat keparahan penyakit yang dialami
masing-masing pasien. Para peneliti telah menemukan fakta bahwa orang yang menjalani
program terapi stroke bisa sembuh dan kembali normal lebih cepat daripada orang yang tidak
melakukan terapi stroke.
Terapi pikiran dan emosional juga mungkin dilakukan dengan beberapa jenis berikut:
Terapi gangguan kognitif. Terapi okupatif dan terapi wicara ini dapat membantu Anda dengan
kemampuan kognitif yang hilang, seperti memori, pemrosesan, pemecahan masalah,
keterampilan sosial, penilaian, dan kesadaran diri Anda Terapi untuk gangguan komunikasi.
Terapi wicara dapat membantu Anda mendapatkan kembali kemampuan yang hilang dalam
berbicara, mendengar, menulis, dan memahami perkataan lawan bicara.
Pengobatan psikologis. Emosional Anda mungkin akan diuji. Anda mungkin juga memiliki
konseling atau berpartisipasi dalam kelompok pendukung yang juga pernah mengalami kondisi
ini. Dokter Anda mungkin merekomendasikan antidepresan atau obat yang memengaruhi
kewaspadaan, rasa gelisah atau gerakan.
Obat alternatif. Perawatan seperti pijat, akupunktur, dan terapi oksigen mungkin bisa menjadi
salah satu terapi pada penderita kondisi ini.
Ketika seseorang terkena kondisis dan harus menjalani pengobatan di rumah sakit, biasanya
makanan yang harus dikonsumsi akan diatur oleh ahli gizi yang termasuk dalam tim medisnya.
Pasien yang mengalami kondisi ini, harus menjalani prinsip diet tertentu yang sesuai dengan
kondisinya. Ada beberapa jenis kondisi ini dari stroke ringan hingga berat. Tentunya, setiap jenis
kondisi ini akan membutuhkan makanan yang berbeda-beda. Berikut tips aturannya:
Lemak jenuh yang tinggi di dalam tubuh, hanya akan membuat kadar kolesterol naik. Hal ini
yang kemudian membuat seseorang rentan terkena kondisi ini atau serangan jantung mendadak.
Oleh karena itu, mulai sekarang hindarilah makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi,
contohnya makanan yang digoreng deep frying, gajih pada daging, jeroan, serta kulit ayam.
Sebagai gantinya, makanan untuk kondisi ini yang baik dikonsumsi yaitu kacang-kacangan yang
mengandung lemak baik, seperti kacang almond.
Jika memang Anda mengalami masalah sulit makan, maka sebaiknya kurangi porsi namun
perbanyak frekuensi makan Anda dalam satu hari. sesuaikan makanan yang dikonsumsi dengan
kebutuhan kalori yang Anda miliki. Bila bingung, Anda dapat berkonsultasi pada ahli gizi dalam
membuat perencanaan diet yang benar selama dan setelah terapi.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau obat stroke yang bisa dilakukan di rumah?
Berikut adalah gaya hidup dan perawatan obat stroke di rumah yang dapat membantu Anda
mengatasi penyakit stroke:
Berhenti merokok
Minumlah obat-obatan yang diberikan oleh dokter Anda
Olahraga sesuai dengan petunjuk dokter Anda
Makanlah makanan yang mengandung sedikit lemak dan kurangi meminum minuman beralkohol
minimal satu kali sehari
Kendalikan tekanan darah, tingkat kolesterol dan diabetes Anda.
2.3 Jantung
Gejala penyakit jantung sangat beragam, tergantung kepada jenis kondisi yang dialami.
Sejumlah gejala yang dapat muncul pada penyakit jantung, antara lain:
Penyakit jantung akan lebih mudah ditangani bila terdeteksi lebih awal. Oleh karena itu,
konsultasikan dengan dokter bila muncul gejala di atas. Konsultasikan juga mengenai
cara yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung, terutama
bila ada riwayat penyakit jantung pada keluarga.
Aneurisma. Aneurisma adalah pembesaran di dinding arteri, yang bila pecah dapat
menyebabkan kematian.
Penyakit arteri perifer. Kondisi ini ditandai dengan tersumbatnya aliran darah ke kaki,
sehingga menyebabkan nyeri saat berjalan (klaudikasio).
Stroke. Sejumlah faktor risiko yang memicu penyakit jantung koroner juga dapat
memicu stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika arteri ke otak tersumbat, sehingga
tidak menerima aliran darah yang cukup. Kondisi tersebut harus segera ditangani,
karena dapat mematikan jaringan otak dalam beberapa menit setelah serangan stroke
terjadi.
Gagal jantung. Kondisi ini terjadi ketika jantung tidak dapat memompa cukup darah ke
seluruh tubuh. Gagal jantung dapat terjadi akibat penyakit jantung koroner, penyakit
katup jantung, penyakit kelainan jantung, kardiomiopati, dan infeksi jantung.
Serangan jantung. Kondisi ini terjadi ketika bekuan darah menghambat aliran darah ke
jantung yang sudah menyempit sebelumnya, dan merusak bagian ototnya. Salah satu
yang dapat memicu menyempitnya pembuluh darah jantung adalah aterosklerosis.
Henti jantung mendadak. Kondisi ini terjadi ketika fungsi jantung berhenti mendadak,
sehingga penderita tidak bisa bernapas dan kehilangan kesadaran. Bila tidak segera
ditangani, dapat mengakibatkan kematian. Henti jantung mendadak seringkali dipicu
oleh aritmia.
Penyebab penyakit jantung sangat bervariasi, mulai dari masalah pada pembuluh darah
jantung, irama jantung, hingga bawaan lahir. Berikut akan dijelaskan penyebab penyakit
jantung berdasarkan jenisnya.
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner terjadi ketika jantung tidak cukup mendapatkan darah yang
kaya akan oksigen dan nutrisi. Kondisi ini disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner.
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh
darah akibat penumpukan plak. Pada kondisi yang jarang, penyempitan atau kerusakan
arteri koroner juga dapat terjadi akibat emboli arteri, arteritis (radang arteri), aneurisma,
dan diseksi aorta.
Diabetes.
Kelainan jantung saat lahir.
Konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan.
Merokok.
Obat-obatan.
Penyakit katup jantung.
Penyakit jantung koroner.
Penyalahgunaan NAPZA.
Stres.
Tekanan darah tinggi.
Hipertensi.
Kerusakan otot jantung akibat serangan jantung.
Gangguan metabolik, seperti penyakit tiroid dan diabetes.
Hemokromatosis.
Komplikasi kehamilan.
Kecanduan alkohol.
Penyalahgunaan NAPZA.
Infeksi jantung
Penyakit jantung juga dapat disebabkan oleh infeksi atau peradangan pada lapisan
dalam jantung (endokardium), otot jantung (miokardium), atau pada membran yang
melapisi jantung (perikardium). Beberapa contoh penyakit jantung akibat infeksi adalah
endokarditis, miokarditis, dan perikarditis.
Infeksi jantung dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, atau jamur. Pemicu
penyakit ini juga bervariasi, di antaranya AIDS, gagal ginjal, lupus, atau cedera pada
jantung akibat kecelakaan.
Usia. Bertambahnya usia meningkatkan risiko otot jantung melemah dan menebal.
Jenis kelamin. Pria lebih berisiko terserang penyakit jantung dibanding wanita. Akan
tetapi, risiko terserang penyakit ini akan meningkat pada wanita setelah masa
menopause.
Riwayat keluarga. Risiko seseorang untuk menderita penyakit jantung juga tinggi
apabila memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarga. Terutama, bila memiliki ayah atau
saudara laki-laki yang terserang penyakit jantung sebelum usia 55 tahun. Atau dalam
kasus lain, memiliki ibu atau saudara perempuan yang didiagnosis menderita penyakit
jantung sebelum usia 65 tahun.
Rokok. Kandungan nikotin dan karbonmonoksida dalam asap rokok dapat
menyempitkan pembuluh darah dan merusak lapisan dalam jantung. Oleh sebab itu,
serangan jantung lebih sering terjadi pada perokok.
Terapi kanker. Penggunaan obat kemoterapi dan radioterapi meningkatkan risiko
penyakit jantung.
Pola makan buruk. Konsumsi makanan tinggi lemak, gula, garam, dan kolesterol
berkontribusi pada penyakit jantung.
Hipertensi. Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali akan memicu penebalan pada
pembuluh darah, sehingga mempersempit aliran darah.
Kadar kolesterol tinggi. Kolesterol tinggi dapat membentuk timbunan plak pada
pembuluh darah dan meningkatkan risiko aterosklerosis.
Kurang menjaga kebersihan diri. Tidak rutin mencuci tangan atau menyikat gigi, dapat
membuat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh dan memicu infeksi jantung.
Selain sejumlah faktor di atas, kurang aktivitas, stres yang tidak ditangani dengan baik,
serta kondisi medis seperti diabetes atau obesitas, juga dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung.
Pengobatan tergantung kepada jenis penyakit jantung yang dialami pasien. Sebagai
contoh, pada penyakit jantung yang disebabkan infeksi, dokter akan meresepkan
antibiotik.
Pada umumnya, metode pengobatan penyakit jantung meliputi:
Perubahan gaya hidup. Menjalani pola hidup sehat dapat mencegah penyakit jantung
makin memburuk. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain dengan melakukan
olahraga ringan 30 menit sehari, mengonsumsi makanan rendah lemak dan rendah
sodium, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi minuman beralkohol.
Obat-obatan. Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung tergantung
kepada jenis penyakit jantung itu sendiri. Beberapa golongan obat yang umumnya
digunakan dalam pengobatan penyakit jantung, antara lain:
o ACE inhibitor – berfungsi menghambat tubuh menghasilkan angiotensin
sehingga menurunkan tekanan darah. Contohnya captopril dan ramipril.
o Angiotensin II receptor blockers – bekerja dengan menghambat efek
angiotensin sehingga menurunkan tekanan darah. Contohnya losartan.
o Antikoagulan – berfungsi mencegah penggumpalan darah dengan menghambat
kerja faktor pembekuan darah. Contohnya, heparin dan warfarin.
o Antiplatelet – Sama halnya dengan antikoagulan, antiplatelet berfungsi
mencegah terbentuknya gumpalan darah dengan cara yang berbeda.
Contohnya, aspirin dan clopidrogel.
o Antagonis kalsium – bekerja dengan mengatur kadar kalsium yang masuk ke
otot jantung dan pembuluh darah, sehingga melebarkan pembuluh darh.
Contohnya amlodipine dan nifedipine.
o Penghambat beta – bekerja dengan menekan efek adrenalin yang
meningkatkan detak jantung, sehingga jantung tidak bekerja terlalu keras.
Contohnya metoprololdan bisoprolol.
o Penurun kolesterol – berfungsi meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan
menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL). Contohnya atorvastatin.
o Obat digitalis – bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium pada sel jantung,
sehingga meningkatkan pompa jantung. Contohnya, digoxin.
o Nitrat – berfungsi melebarkan pembuluh darah.
Contohnya, nitrogliserin dan isosorbide dinitrate.
Prosedur Medis. Pada beberapa kasus, dokter akan menjalankan prosedur bedah,
agar kondisi pasien tidak semakin memburuk. Sebagai contoh, bila arteri pasien hampir
atau sudah tertutup seluruhnya, dokter akan memasang stent atau ring ke arteri, agar
aliran darah pasien kembali normal. Prosedur yang dilakukan tergantung kepada jenis
penyakit jantung dan tingkat kerusakan jantung yang dialami pasien. Prosedur lain yang
sering dilakukan adalah operasi bypass jantung. Prosedur operasi ini dilakukan dengan
mencangkok pembuluh darah lain, sehingga aliran darah melewati pembuluh darah
yang baru tersebut.
Pencegahan Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang disebabkan oleh kelainan tidak dapat dicegah. Namun demikian,
banyak jenis penyakit ini yang dapat dicegah, dengan menjalani pola hidup sehat.
Selain sebagai pencegahan, pola hidup sehat di bawah ini juga dapat membantu pasien
penyakit jantung dalam proses penyembuhan:
Berhenti merokok. Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung, terutama
penyakit jantung koroner.
Rutin memeriksakan diri. Lakukan pemeriksaan rutin terkait kadar kolesterol, gula
darah, dan tekanan darah. Ketahui kadar normal pada tiga kondisi tersebut, yaitu:
o Tekanan darah. Tekanan darah normal adalah di bawah 120/80 mm Hg.
o Kadar kolesterol jahat (LDL). Pada umumnya, kadar LDL normal adalah di
bawah 130 mg/dL. Namun pada orang dengan faktor risiko penyakit jantung,
kadar LDL sebaiknya berada di bawah 100 mg/dL. Sedangkan pada individu
dengan penyakit jantung atau diabetes, kadar LDL disarankan di bawah 70
mg/dL.
o Kadar gula darah. Kadar gula darah normal umumnya kurang dari 100 mg/dL
setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya 8 jam, dan kurang dari 140
mg/dL 2 jam setelah makan.
Latihan atau olahraga rutin. Selain membantu menjaga kesehatan, latihan rutin
selama 30-60 menit sehari dapat membantu mengontrol tekanan darah, serta kadar
kolesterol dan gula darah. Akan tetapi, pada pasien aritmia dan kelainan jantung
bawaan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai durasi
latihan yang aman.
Konsumsi makanan sehat. Perbanyak konsumsi buah, sayuran, gandum, dan lemak
omega-3. Selain itu, batasi konsumsi daging merah, serta hindari makanan tinggi gula,
lemak, kolesterol, dan garam. Ketahui juga batas kandungan kalori dalam makanan
yang dikonsumsi, dan usahakan untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan
rendah kalori.
Jaga berat badan ideal. Berat badan berlebih atau obesitas, dapat meningkatkan risiko
terserang penyakit jantung.
Kelola stres dengan baik. Stres dalam jangka panjang dapat menyebabkan jantung
bekerja lebih keras. Oleh karena itu, sebisa mungkin kurangi stres dengan menjalani
aktivitas fisik. Sebagai contoh, lakukan latihan yang melibatkan teknik pernapasan dan
relaksasi otot, seperti yoga. Konsultasikan dengan dokter bila Anda sering merasa
bingung, tertekan, dan marah tiap kali menghadapi masalah.
Menjaga kebersihan tubuh. Rutin mencuci tangan, menyikat gigi, dan hindari kontak
dengan orang yang sedang terserang penyakit infeksi seperti flu.
2.4 Infark
Infark
Infark (bahasa Latin: infarcire) adalah nekrosis iskemik pada satu tempat di otak, karena
perubahan sirkulasi darah, atau kurangnya pasokan oksigen. Infark biasanya terjadi karena
penyumbatan aliran pembuluh nadi dan kadang bisa terjadi pada pembuluh balik.
Sumbatan bisa saja terjadi secara pelan atau cepat. Sumbatan sering terjadi
karena embolus dan tromnbus.
Infark menurut bentuknya dapat dibagi menjadi:
Infark anemik, terjadi karena penyumbatan pembuluh nadi dan pada alat tubuh padat
seperti jantung dan ginjal;
Infark hemoragik, terjadi pada alat tubuh dengan jaringan renggang seperti usus.
Infark lakunar
Paling tidak terdapat 20 sindrom akibat infark lakunar, yang telah diteliti dan dikenali berdasarkan
fitur klinis. Infark lakunar, umumnya disebabkan oleh lipohialinosis,[2] dengan faktor risiko utama
berupa hipertensi dan diabetes mellitus.[3] Pada korteks otak besar, infark lakunar merupakan
penyebab terjadinya gangguan saraf motorik dan hemiparesis.
Infark splenik
Menurut etiologi, infark splenik meliputi kelainan
hematologik seperti anemia (53%), leukositosis (49%), dan trombositosis(7%);[5] kelainan
tromboembolik;[6] dan endokarditis bakterial.[7]
Infark miokardial
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit jantung yang banyak menimbulkan kematian, bahkan
seringkali menimbulkan kematian mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta
pengobatan yang tepat dan cepat. Infark miokard akut atau disebut juga dengan AMI (akut miokard
infark) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke
bagian otot jantung terhambat atau juga terganggu. Infark miokard akut ini disebabkan adanya
penyempitan ataupun sumbatan pembuluh darah koroner. Dan pembuluh darah koroner ini adalah
pembuluih darah yang memberikan makan serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan
fungsinya.
Etiologi
Pada umumnya etiologi dari infark miokard akut didasari oleh adanya aterosklerotik pembuluh darah
koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh
trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak
pada arteri koroner dengan stenosis ringan ( 50-60% )
Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplet dan irreversibel dalam
3 – 4 jam. Secara morfologis, infark miokard akut ini dapat terjadi secara transmural atau
subendocardial. Akut Miokard Infark transmural mengenai seluruh bagian dari dinding miokard dan
juga terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada kejadian Akut Miokard
Infark subendocardial nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel jantung.
Infark miokard akut ini pada dasarnya terjadi bila suplai oksigen yang tidak sesuai dengan
kebutuhan dan tidak tertangani dengan baik sehingga hal tersebut bisa menyebabkan kematian
daripada sel-sel jantung.
Gangguan oksigenasi dapat terjadi karena beberapa faktor dan diantaranya yaitu:
1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.
Penyebab dari berkurangnya suplai oksigen ini bisa karena:
Faktor pembuluh darah: Hal ini berkaitan dengan kepatenan dari pembuluh darah sebagai jalan
darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh
darah diantaranya yaitu karena spasme, aterosklerosis, dan arteritis. Spasme pembuluh darah
khususnya pembuluh darah koroner ini bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya terkait dengan beberapa hal juga dan di antara hal
tersebut adalah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress emosional atau nyeri, terpapar suhu
dingin yang ekstrem, dan juga merokok.
Faktor Sirkulasi: Faktor sirkulasi ini terkait dengan kelancaran peredaran darah dari jantung
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari faktor
pemompaan dan juga pada volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan
adanya gangguan pada sirkulasi diantaranya adalah keadaan saat hipotensi. Stenosis maupun
insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitral, atau trikuspidalis) menyebabkan
menurunnya Cardiac Out Put (COP). Penurunan Cardiac Out put yang diikuti oleh penurunan
sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian tubuh tidak tersuplay darah dengan baik serta adekuat,
termasuk dalam hal ini otot jantung sendiri.
Faktor darah: Darah dalam hal ini merupakan pengangkut oksigen menuju ke seluruh bagian
tubuh. Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan itu (pembuluh darah) dan
pemompaan jantung maka hal tersebut tidak akan cukup membantu. Hal-hal yang bisa
menyebabkan terganggunya daya angkut darah ini diantaranya yaitu antara lain keadaan
anemia, hipoksemia, dan juga polisitemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh.
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi dengan baik yaitu
dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan cardiac out put. Akan tetapi jika orang
tersebut telah mengidap penyakit jantung, maka mekanisme kompensasi ini justru pada akhirnya
makin memperberat kondisinya karena hal tersebut otomatis akan membuat kebutuhan oksigen
semakin meningkat, sedangkan dari suplai oksigen itu sendiri tidak bertambah.
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu
terjadinya infark miokard ini. Aktifitas yang memicu terjadinya akut miokard infark diantaranya yaitu
aktifitas yang berlebihan, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard ini bisa
memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus disuplay oksigen, sedangkan
asupan oksigen itu sendiri menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektif.
3.1 Hemofilia
Definisi
Apa itu penyakit hemofilia?
Hemofilia adalah kelainan bawaan langka yang menyebabkan darah menjadi sulit membeku.
Kondisi ini disebabkan karena tubuh kekurangan protein pembekuan darah (faktor
pembekuan). Orang dengan kondisi ini cenderung mudah mengalami perdarahan dan sulit untuk
dihentikan, sehingga darah akan terus mengalirkeluar. Jika tidak segera ditangani, penyakit ini
dapat menyebabkan komplikasi serius.
Ada 13 jenis faktor pembekuan yang semuanya bekerja sama dengan trombosit untuk membantu
pembekuan darah. Jika faktor-faktor ini berkurang sangat rendah maka akan menyebabkan
gangguan pembekuan darah. Menurut World Federation Hemophilia (WFH), sekitar 1 dari 10
ribu orang dilahirkan dengan penyakit ini.
Luka goresan pada siku dan lutut umumnya adalah luka yang sepele. Namun, pada orang dengan
penyakit ini bisa sangat berbahaya. Perdarahan yang terus terjadi akan mengakibatkan luka pada
jaringan dan organ. Luka dalam bisa menyebabkan kerusakan organ dan jaringan bahkan
mengancam nyawa.
Penyakit satu ini tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang ada saat ini bertujuan untuk
meringankan gejala dan mencegah komplikasi kesehatan di kemudian hari.
Dalam kasus yang sangat jarang, penyakit ini juga dapat berkembang setelah lahir. Dalam istilah
medis kondisi ini dinamakan acquired hemophilia. Acquired hemophilia lebih rentan dialami
oleh orang dengan sistem imun membentuk antibodi yang menyerang faktor VIII atau IX.
Hemofilia A
Hemofilia tipe A sering juga disebut sebagai hemofilia klasik atau hemofilia yang “didapat”
karena tidak disebabkan oleh faktor genetik. Gangguan darah tipe pertama ini terjadi saat tubuh
kekurangan faktor pembeku darah VIII yang umumnya terkait dengan kehamilan, kanker,
penggunaan obat-obatan tertentu, juga berkaitan dengan penyakit seperti lupus dan rematik.
Tipe hemofilia A termasuk sangat berbahaya. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute
(NHLBI) 8 dari 10 orang hemofilia terkena hemofilia jenis ini.
Hemofilia B
Hemofilia B terjadi karena tubuh kekurangan faktor pembeku darah IX. Kondisi ini biasanya
diwariskan oleh ibu, tapi bisa juga terjadi ketika gen berubah atau bermutasi sebelum bayi
dilahirkan.
Hemofilia B cenderung lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Di
samping itu, Medical News Today melaporkan bahwa sekitar 1 dari 5.000 bayi laki-laki yang
lahir mengalami hemofilia A. Sekitar 1 dari 30 ribu bayi laki-laki mengalami hemofilia B. Jadi,
penyakit hemofilia A sebenarnya lebih umum daripada hemofilia B.
Hemofilia C
Dibanding dua tipe yang sudah disebutkan di atas, gangguan pembekuan darah jenis ini
tergolong amat jarang ditemukan. Hemofilia tipe C disebabkan oleh tubuh yang kekurangan
faktor pembeku darah XI. Orang dengan jenis hemofilia yang satu ini sering tidak mengalami
perdarahan spontan. Perdarahan biasanya terjadi setelah seseorang mengalami trauma/ cedera
atau operasi.
Gangguan pembekuan darah jenis ini juga cukup sulit untuk didiagnosis. Pasalnya, meski
perdarahannya berlangsung lama, aliran darahnya sangat ringan sehingga lebih sulit diketahui
dan dikelola.
Sementara orang dengan gangguan pembekuan darah berat mungkin akan lebih sering
mengalami perdarahan tanpa alasan, yang sering disebut sebagai perdarahan spontan.
Mudah memar
Gusi berdarah
BAB berdarah
Kencing berdarah
Muntah darah
Sering mimisan
Nyeri sendi
Mati rasa
Kerusakan sendi
Segera konsultasi ke dokter terutama jika Anda menemukan gejala khas, yaitu bagian tubuh
mudah memar dan perdarahan yang sulit dihentikan. Mungkin ada beberapa tanda atau gejala
hemofilia yang tidak disebutkan. Jika Anda khawatir tentang gejala hemofilia, silakan
konsultasikan dengan dokter Anda.
Jika Anda hamil atau berpikir untuk hamil, dan Anda memiliki sejarah keluarga dengan penyakit
ini, bicarakan dengan dokter. Anda mungkin diarahkan ke spesialis genetik medis atau gangguan
pendarahan, yang bisa membantu Anda menentukan apakah Anda memiliki penyakit ini atau
tidak. Jika Anda memilikinya, ada kemungkinan Anda akan melakukan pemeriksaan saat hamil
untuk mengetahui apakah janin terkena penyakit ini atau tidak.
Penyebab
Apa penyebab hemofilia?
Hemofilia adalah penyakit genetik yang diwariskan oleh orangtua. Penyakit ini disebabkan oleh
kecacatan pada gen pembuat faktor pembekuan darah. Orang dengan penyakit ini tidak dapat
memproduksi faktor VIII, IX, dan XI dalam jumlah yang cukup.
Oleh sebab itu, ketika operasi atau luka terbuka, pasien akan sangat sulit untuk menghentikan
perdarahan karena tubuh mereka tidak memproduksi cukup protein untuk penggumpalan darah.
Setiap orang mewarisi dua kromosom seks dari orangtua. Wanita memiliki dua kromosom X
(XX), sementara pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY).
Dalam banyak kasus, penyakit ini secara genetik diturunkan ke anak, biasanya karena ibu.
Kondisi ini disebut kelainan genetik yang berkaitan dengan kromosom seks (kromosom X). Jika
wanita memiliki salah satu kromosom X dengan hemofilia, ia tidak akan terkena penyakit ini.
Pasalnya, wanita dapat mengalami penyakit ini hanya bila kedua kromosom X membawa sifat
hemofilia. Namun wanita dapat menjadi pembawa gen penyakit ini dan menurunkannya pada
anaknya, sedangkan ia sendiri tidak kena penyakit ini.
Sedangkan pria hanya punya satu kromosom X. Jadi jika pria memiliki kromosom X dengan
kelainan hemofilia, maka ia sangat mungkin akan terkena penyakit ini.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko penyakit hemofilia?
Jika Anda mempunyai anggota keluarga yang memiliki gangguan penggumpalan darah genetik,
Anda juga bisa berisiko terkena penyakit ini.
Hemofilia A dan B lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan karena faktor transmisi
genetik. Sementara hemofilia C adalah bentuk penyakit bawaan autosomal, yang berarti penyakit
ini sama-sama dapat memengaruhi pria maupun wanita. Pasalnya, cacat genetik yang
menyebabkan hemofilia jenis ini tidak berhubungan dengan kromosom seks.
Pemberian obat tergantung pada jenis kelainan pembekuan darah yang dimiliki pasien. Untuk
hemofilia A, dokter akan memberikan hormon desmopressin yang disuntikkan ke pembuluh
darah. Kemudian, untuk hemofilia B, dokter akan memberikan partikel pembekuaan darah
buatan. Ini disebut juga dengan faktor pembekuan rekombinan. Sementara untuk kondisi lebih
parah, yaitu hemofilia C, pasien harus menggunakan infus plasma.
Selain itu, pasien dapat mengikuti terapi fisik jika ada sendi-sendi yang rusak. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. K. John Pasi, seorang direktur Haemophilia
Center di Barts Health NHS Trust. Dikutip dari Medical News Today, para ahli berpendapat
bahwa pengobatan berupa terapi gen memiliki kemungkinan untuk memperbaiki kesalahan
genetik pada pasien yang memiliki kelaianan pembekuan darah.
Dalam penelitian tersebut, dilakukan uji coba penyuntikkan terapi gen pada 13 orang dengan
hemofilia A. Selama satu tahun, hasil uji coba menunjukkan bahwa semua pasien mampu
menghentikan pengobatan yang sebelumnya mereka lakukan dan pembekuan darah mereka
hampir mendekati tingkat normal. Sayangnya, terapi gen ini belum benar-benar disempurnakan
sehingga belum bisa digunakan untuk menyembuhkan pasien yang memiliki gangguan
pembekuan darah sepenuhnya.
Jika Anda memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarga, biasanya dokter akan menyarankan
agar Anda segera melakukan pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
risiko hemifilia pada anak. Sama seperti prosedur medis lainnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan beberapa tes untuk menegakan diagnonis.
Setelah pemeriksaan fisik dasar, penyakit ini bisa didiagnosis dengan tes darah untuk kemudian
dicari tahu faktor pembekuan darah mana yang kurang jumlahnya. Cara ini juga dapat memberi
tahu dokter gangguan pembekuan darah jenis apa yang dimiliki oleh pasiennya.
Dari sampel darah akan diketahui juga tingkat keparahan gejala, seperti:
Hemofilia ringan ditunjukkan dengan faktor pembekuan dalam plasma di antara 5 sampai 40
persen.
Hemofilia sedang ditandai dengan faktor pembekuan dalam plasma sekitar 1 sampai 5 persen
Hemofilia berat diindikasikan dengan faktor pembekuan dalam plasma kurang dari 1 persen.
Setelah dokter melakukan serangkaian pemeriksaan, maka pilihan pengobatan dan perawatan
sudah bisa ditentukan. Tentunya dokter akan mempertimbangkan pengobatan yang sesuai
dengan keparahan kelaianan pembekuan darah yang Anda miliki.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Jadi, sampai saat ini
belum ada pengobatan yang benar-benar menyembuhkan penyakit ini. Penggunaan obat-obatan
hanya mampu mengurangi gejala dan mencegah kondisi bertambah parah.
Komplikasi
Apa saja komplikasi penyakit hemofilia?
Bila gangguan pembekuan darah ini tidak segera diobati, kemungkinan besar akan terjadi
komplikasi. Beberapa komplikasi yang harus Anda waspadai di antaranya:
1. Perdarahan dalam
Perdarahan yang terus terjadi bisa menyebar pada sistem pencernaan sehingga darah akan
muncul pada muntahan dan feses. Darah akan terlihat seperti ampas kopi atau berwarna merah
gelap.
3. Hematuria
Selain pencernaan, darah bisa terbentuk di uretra sehingga menyebabkan darah dalam urine.
Inilah yang disebut dengan hematuria. Kondisi ini akan menyebabkan rasa sakit pada bagian
bawah perut karena urine (air kencing) yang keluar dari kandung kemih terhalang oleh darah.
Perdarahan ini tidak berbahaya jika segera ditangani dengan tepat.
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen terjadi ketika perdarahan di otot memberi tekanan pada arteri dan saraf di
dalam otot. Tekanan yang sangat tinggi pada arteri dan saraf di dalam otot dapat menghalangi
aliran darah ke jaringan yang terkena.
Lambat laun, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pada otot dan menimbulkan rasa nyeri
parah. Jika tidak segera diobati, kondisi tersebut dapat membuat kehilangan fungsi organ dan
bahkan kematian.
5. Perdarahan intrakranial
Benjolan sederhana di kepala dapat menyebabkan pendarahan di otak pada pasien yang memiliki
gangguan pembekuan darah. Meski jarang terjadi, kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan
otak atau kematian jika tidak segera ditangani.
6. Kerusakan sendi
Perdarahan dalam yang terus menekan saraf dan sendi akan menyebabkan peradangan pada
sendi. Lambat laun, sendi akan mengalami kerusakan.
7. Anemia
Perdarahan yang terus terjadi menyebabkan jumlah sel darah merah turun jauh dari kadar
normal. Jika kondisi ini terjadi, tubuh akan mengalami kelelahan, badan terasa lemas, dan sakit
kepala. Untungnya anemia bisa diatasi dengan menerima transfusi darah.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang
membantu mengatasi penyakit ini?
Beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi
hemofilia adalah:
Ikuti petunjuk dokter Anda apa yang harus dilakukan jika Anda mengalami perdarahan atau
cedera.
Rutin medical check up setidaknya setiap 6 bulan sekali.
Anda masih boleh berolahraga, tapi sebisa mungkin hindari olahraga yang melibatkan kontak
fisik seperti sepak bola, basket, tinju, bela diri, dan semacamnya. Agar aman, lakukan olahraga
yang direkomendasikan oleh dokter untuk menguatkan otot dan sendi Anda.
Hindari suntikan intramuskular (penyuntikan obat langsung ke dalam jaringan otot).
Hindari penggunaan obat pengencer darah yang dapat menghambat proses pembekuan darah,
misalnya warfarin atau obat lainnya sesuai dengan petunjuk dokter.
Berkendaralah dengan aman dengan gunakan helm atau sabuk pengaman untuk menghindari
kecelakaan.
Selalu menjaga kebersihan gigi serta rutin konsultasi ke dokter gigi supaya Anda terhindar dari
penyakit gigi dan mulut yang dapat menyebabkan perdarahan.
Jaga berat badan Anda agar tetap terkendali. Kelebihan berat badan dan obesitas dapat
memengaruhi kesehatan sendi yang pada akhirnya meningkatkan risiko nyeri sendi. Untuk
mengetahui apakah Anda berada di atas berat badan normal yang dianjurkan, gunakan kalkulator
BMI (Indeks Massa Tubuh)
3.2 Leukimia
Penyakit leukimia menjadi berbahaya karena jumlah sel darah putih yang
sangat banyak dalam aliran darah dan sumsum tulang bisa membuat sel-sel
darah lainnya terganggu proses pembuatannya. Akibatnya, sel-sel darah putih
dan sel darah lainnya tidak mampu berfungsi sebagaimana seharusnya. Untuk
diketahui, orang-orang dengan leukemia rentan terhadap memar, perdarahan,
dan infeksi. Penyakit leukemia adalah penyakit yang serius. Maka siapa pun
harus waspada terhadap penyakit leukimia ini.
Karena penumpukan sel darah putih terjadi di aliran darah, sel abnormal
tersebut juga dapat menyebar ke organ lain, seperti hati, limfa, paru-paru,
ginjal, bahkan hingga ke otak dan tulang belakang.
Penyebab Leukemia
Pengertian leukemia sudah anda ketahui. Penyebab dasar leukimia belum
diketahui secara pasti, tetapi kelainan kromosom, paparan polusi, paparan
radiasi, dan merokok adalah beberapa hal yang bisa menjadi faktor risiko.
Selain itu, perubahan lain dalam sel darah putih akibat faktor gen dan
lingkungan juga diperkirakan turut berperan memicu penyakit leukemia.
Jadi, penyebab leukemia adalah dari faktor eksternal maupun faktor internal
tubuh. Faktor internal penyebab leukemia adalah termasuk paparan radiasi,
polusi, atau zat kimia tertentu yang berbahaya. Biasakan untuk menjalani gaya
hidup sehat dan kurangi merokok agar tidak meningkatkan risiko leukemia.
Leukemia tidak memberikan gejala leukemia yang khas pada tahap awal. Ketika
timbul, salah satu dari gejala leukemia berikut dapat muncul:
Anemia dan gejala yang terkait, seperti kelelahan, pucat di bibir, pucat
di konjungtiva mata bisa menjadi salah satu tanda gejala leukemia.
Kecenderungan untuk memar atau mudah berdarah, termasuk
perdarahan dari gusi dan hidung, atau darah dalam tinja atau urine
bisa menjadi salah satu gejala leukemia.
Selain itu, gejala leukemia salah satunya juga kerentanan terhadap
infeksi seperti sakit tenggorokan atau pneumonia bronkial, yang bisa
disertai dengan sakit kepala, demam ringan, sariawan, atau ruam kulit.
Pembengkakan kelenjar getah bening, biasanya di
tenggorokan, ketiak, atau selangkangan.
Kehilangan nafsu makan dan berat badan juga merupakan salah satu
gejala leukemia.
Ketidaknyamanan di bawah tulang rusuk kiri bawah (yang disebabkan
oleh limpa bengkak).
Jumlah sel darah putih yang sangat tinggi dapat mengakibatkan
masalah penglihatan karena perdarahan retina, telinga berdenging
(tinnitus), perubahan status mental, ereksi berkepanjangan
(priapismus), stroke, ataupun kejang karena perdarahan di otak. Jika
beberapa gejala leukemia ini muncul, maka siapa pun harus waspada.
Penanganan Leukimia
Ada hal-hal yang dapat dilakukan di rumah untuk membantu penderita leukimia
mengelola efek samping. Jika dokter telah memberikan instruksi atau obat-
obatan untuk mengobati gejala-gejala ini, patuhi obat-obatannya. Secara
umum, kebiasaan untuk mengkonsumsi menu sehat seperti makan makanan
seimbang dan cukup tidur serta olahraga dapat membantu penderita leukimia
mengontrol gejala.
Sementara perawatan di rumah bisa dilakukan untuk gejala seperti mual atau
muntah dan mengatasi tanda-tanda awal dehidrasi, seperti mulut kering atau
pusing ketika dalam posisi duduk ke berdiri. Konsumsi permen jahe atau teh
jahe juga mampu membantu mengatasi gejala. Jika ada gejala diare,
konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Masalah tidur.
Merasa sangat lelah. Jika pasien kekurangan energi atau menjadi
lemah dengan mudah, cobalah untuk mengelola energi dan
menjadwalkan istirahat ekstra..
Rambut rontok. Gunakanlah sampo yang ringan bahan kimia dan sisir
rambut dengan cara yang lembut.
Rasa sakit. Perawatan di rumah dapat membantu Anda mengatasi rasa
sakit.
Penanganan stres karena kanker: Pikiran yang berat untuk
menghadapi tantangan penyakit leukimia itu sendiri serta rasa sakit
yang dirasakan perlu mendapatkan dukungan keluarga dan orang-
orang terdekat. Menemukan cara baru untuk mengatasi gejala stres
dapat meningkatkan kualitas keseluruhan hidup Anda seperti
melakukan hal-hal yang disenangi pasien dan menyarankan pasien
untuk berpikiran positif.
Berbagi kisah dan perasaan. Menemukan kelompok dukungan untuk
sesama penyandang penyakit kanker dapat meringankan pikiran.
Cara mengobati leukemia limfoblastik akut (ALL) memiliki 3 langkah yang terdiri
atas tahap induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan.
Pasien CLL tidak mampu melawan infeksi dengan baik. Pasien atau penderita
dan dokter perlu untuk waspada dan memeriksa apakah ada tanda-tanda
infeksi, seperti pneumonia (infeksi paru) atau infeksi jamur. Pengobatan dini
akan membantu pasien bertahan hidup lebih lama. Obat leukemia disesuaikan
dengan tingkat keparahan leukemia yang dideita oleh pasien.
Penyakit leukimia mieloblastik kronis (CML) perlu diobati dengan segera. Pilihan
obat leukemia untuk penyakit jenis ini yang paling umum termasuk:
3.3 Thalasemia
Pengertian Thalasemia
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika dan
menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah (hemoglobin) tidak berfungsi
secara normal.
Zat besi yang diperoleh tubuh dari makanan digunakan oleh sumsum tulang untuk
menghasilkan hemoglobin. Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah berfungsi
mengantarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh anggota tubuh. Penderita thalasemia
memiliki kadar hemoglobin yang rendah, oleh karena itu tingkat oksigen dalam tubuh
penderita thalasemia juga lebih rendah.
Terdapat 2 jenis thalasemia yang terjadi, yaitu alfa dan beta, dimana kedua jenis ini
memiliki kaitan gen yang menentukan kadar keparahan dari penyakit yang diturunkan
ini. Thalasemia beta merupakan jenis yang lebih sering terjadi.
Thalasemia terkadang dapat mengganggu aktivitas yang dijalani penderita dikarenakan
kadar oksigen yang lemah dalam tubuh. Beberapa hal yang dapat dialami penderita
adalah letih, mudah mengantuk, pingsan, hingga kesulitan bernapas. Selain itu,
thalasemia yang tidak ditangani dengan tepat juga dapat menyebabkan komplikasi
seperti gagal jantung, pertumbuhan yang terhambat, kerusakan pada organ tubuh,
gangguan hati, hingga kematian.
Gejala Thalasemia
Gejala thalasemia yang dialami oleh setiap orang itu berbeda-beda, tergantung pada
tingkat keparahan dan tipe thalasemia yang diderita. Untuk bekerja dengan normal,
hemoglobin memerlukan 2 protein alfa dan 2 protein beta. Kelainan pada protein alfa
disebut dengan thalasemia alfa, dan kelainan pada protein beta disebut thalasemia
beta.
Jika terjadi banyak mutasi pada material genetika yang membuat hemoglobin, maka
thalasemia yang diderita akan parah. Namun jika mutasi yang terjadi sedikit atau
terbatas, maka gejala bisa lebih ringan. Untuk kasus yang parah, transfusi darah akan
sering dibutuhkan.
Beberapa contoh gejala thalasemia adalah berat badan yang rendah, sesak napas,
mudah lelah, dan sakit kuning.
Penyebab Thalasemia
Mutasi pada DNA yang memproduksi hemoglobin pembawa oksigen ke seluruh tubuh
merupakan penyebab seseorang menderita thalasemia. Belum diketahui secara pasti
kenapa mutasi tersebut bisa terjadi.
Diagnosis Thalasemia
Tes darah dapat dilakukan untuk mendiagnosis thalasemia. Namun untuk mengetahui
tipe thalasemia yang diderita, penderita harus melakukan tes DNA.
Tes darah dapat digunakan untuk mengevaluasi hemoglobin dan mengukur jumlah zat
besi yang terkandung di dalam darah. Selain itu, metode ini juga bisa dilakukan untuk
menganalisis DNA guna mengetahui apakah seseorang memiliki gen hemoglobin yang
mengalami mutasi.
Pemeriksaan pada bayi yang dilakukan saat hamil (pemeriksaan antenatal) berguna
untuk memberikan informasi yang diperlukan orang tua untuk mempersiapkan diri.
Selain itu, pemeriksaan dini juga bertujuan untuk mengetahui keberadaan penyakit
genetika lainnya (misalnya anemia sel sabit).
Pengobatan Thalasemia
Thalasemia kemungkinan dapat diobati dengan transfusi darah tali pusat dan
transplantasi sumsum tulang. Namun kedua metode pengobatan ini tidak cocok untuk
semua penderita thalasemia dan bisa menyebabkan terjadinya sejumlah komplikasi.
Transfusi darah secara rutin diperlukan bagi penderita thalasemia beta, namun hal ini
bisa berakibat kepada menumpuknya zat besi di dalam tubuh dan menyebabkan
gangguan kesehatan yang serius. Perawatan untuk menyingkirkan zat besi berlebih di
dalam tubuh bisa dilakukan dengan terapi khelasi.
Komplikasi Thalasemia
Risiko terkena komplikasi thalasemia dapat dikurangi dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin. Beberapa kemungkinan komplikasi thalasemia yang dapat
terjadi adalah hepatitis, osteoporosis, pubertas terlambat, dan gangguan ritme jantung.
Diabetes Tipe 1
Pengertian Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa
dalam darah. Berbeda dari diabetes tipe 2 yang terjadi akibat resistensi insulin atau
karena sel tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin, diabetes tipe 1
terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak memproduksi insulin. Akibatnya,
penderita diabetes tipe 1 memerlukan tambahan insulin dari luar.
Normalnya, kadar gula dalam darah dikontrol oleh hormon insulin yang dihasilkan oleh
pankreas. Ketika makanan yang masuk ke tubuh dicerna dan masuk ke aliran darah,
insulin akan mengikat glukosa dalam darah dan membawanya masuk ke sel untuk
diubah menjadi energi. Namun pada penderita diabetes, tubuh tidak dapat mengolah
glukosa menjadi energi. Kondisi ini terjadi karena tidak ada insulin untuk membawa
glukosa masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa akan menumpuk dalam darah.
Diabetes tipe 1 lebih jarang terjadi dibanding diabetes tipe 2. Diketahui hanya ada 10
persen penderita diabetes tipe 1 dari seluruh kasus diabetes di seluruh dunia.
Segera temui dokter bila timbul gejala berupa sakit perut, sesak napas, napas berbau
seperti buah-buahan, hilang nafsu makan, dan penurunan kesadaran.
Genetik. Individu yang memiliki keluarga inti (orang tua atau saudara kandung) dengan
diabetes tipe 1, lebih berisiko menderita penyakit yang sama. Hal ini diduga terkait
dengan gen HLA, yang berfungsi menghasilkan protein untuk sistem kekebalan tubuh.
Usia. Meskipun dapat menyerang segala usia, diabetes tipe 1 lebih rentan terjadi pada
anak-anak, terutama pada usia 4-14 tahun.
Letak geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin jauh tempat tinggal
seseorang dari garis ekuator atau khatulistiwa, makin tinggi risiko terserang diabetes
tipe 1.
Diet sehat
Untuk membantu proses penyembuhan, pasien dapat mengonsumsi makanan tinggi
serat dan rendah lemak, seperti gandum, sayur dan buah-buahan. Pasien juga akan
disarankan mengurangi asupan karbohidrat dan produk makanan hewani. Pola diet ini
juga disarankan bagi orang yang tidak mengalami diabetes.
Penting bagi pasien untuk mengetahui jumlah asupan karbohidrat pada makanan yang
dikonsumsi, agar kadar insulin yang disuntikkan berada dalam jumlah yang tepat. Bila
perlu, minta bantuan pada dokter gizi untuk membuat rencana pola dan jenis makan
yang sesuai dengan kebutuhan.
Olahraga
Pasien perlu melakukan olahraga, misalnya dengan berjalan kaki atau berenang.
Lakukan sedikitnya 150 menit dalam sepekan, dan jangan melewatkan lebih dari 2 hari
tanpa olahraga. Pada anak-anak, olahraga dapat dilakukan satu jam tiap hari.
Bila melakukan olahraga secara rutin, disarankan untuk memeriksa gula darah lebih
sering. Hal ini agar asupan nutrisi dan dosis insulin yang diberikan, sesuai dengan yang
dibutuhkan tubuh.
Diabetes Tipe 2
Pengertian Diabetes Tipe 2
Diabetes adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika pankreas (kelenjar ludah
perut) tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak secara efektif
menggunakan insulin. Diabetes biasa ditandai dengan kadar gula darah di atas normal.
Sedangkan diabetes tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan tubuh tidak efektif
menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan kadar gula
darah.
Penderita Diabetes Tipe 2 di Indonesia
Pada tahun 2015, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang
dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Namun,
hanya sekitar separuh dari mereka yang menyadari kondisinya.
Hasil penelitian Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) dari Kementrian Kesehatan
Indonesia pada tahun 2013, sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 15
tahun menderita diabetes tipe 2. Ini berarti 6,9 persen dari total penduduk usia di atas
15 tahun. Tapi hanya 26 persen saja yang sudah terdiagnosis, sedangkan sisanya tidak
menyadari dirinya sebagai penderita diabetes tipe 2.
Gejala-gejala Diabetes
Gejala diabetes tipe 2 merupakan gejala klasik, artinya ini merupakan gejala yang
selalu ada di dalam diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2. Di antaranya:
Gejala lain yang bisa juga muncul pada diabetes tipe 2, antara lain:
Kelelahan.
Berkurangnya massa otot.
Turunnya berat badan.
Luka yang lambat sembuh atau sering mengalami infeksi.
Pandangan yang kabur.
Konsultasikanlah kepada dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas
sehingga diagnosis serta pengobatan dini dapat dilakukan.
Kemungkinan terdapat tanda-tanda atau gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda
mempunyai kekhawatiran tertentu mengenai gejala, silakan konsultasikan dengan dokter Anda.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk gagal ginjal kronis?
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami gagal ginjal kronis adalah:
Usia. Seiring bertambahnya usia risiko terkena penyakit ini juga meningkat.
Etnisitas. Orang Afrika, Amerika, dan suku asli Amerika memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan ras lainnya.
Jenis kelamin. Umumnya pria lebih berisiko daripada wanita.
Riwayat kesehatan keluarga. Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
diabetes dan tekanan darah tinggi, pemicu utama gagal ginjal kronis.
Makanan yang mengandung banyak protein dan lemak. Mengonsumsi makanan yang tidak
begitu banyak mengandung protein dan lemak dapat membantu Anda mengurangi risiko terkena
gagal ginjal.
Penggunaan jenis obat tertentu. Hentikan penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal, misalnya analgesik serta beberapa jenis antibiotik NSAIDS.
Hindari makanan banyak mengandung kalium, fosfor, garam atau protein tinggi.
Sangat penting untuk menjaga tekanan darah dan memeriksanya secara berkala.
Dokter akan melakukan transfusi darah apabila pasien mengalami anemia.
Obat yang bersifat diuretik dapat mencegah terjadinya penumpukan cairan dalam tubuh.
Hentikan penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat memicu kerusakan pada ginjal.
Menjalani pengobatan untuk hipertensi, diabetes, gagal jantung kongestif serta infeksi.
Beberapa pasien perlu menjalani dialisis ginjal bia pengobatan tidak berhasil. Dialisis membantu
membersihkan ginjal dari zat-zat sisa metabolisme dalam darah ketika ginjal tak mampu
menjalankan tugasnya. Dialisis ginjal ini dapat bersifat sementara ataupun permanen.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk gagal ginjal kronis?
Dokter akan mengambil sampel darah serta tes urin untuk menentukan apakah terdapat
kerusakan pada ginjal atau tidak. Selain itu, akan dilakukan tes lain pula untuk memastikan
kondisi ginjal Anda. Dokter akan menggunakan sinar-X untuk memeriksa ukuran ginjal yang
mungkin menjadi penyebab ginjal rusak, selain adanya gangguan lain, gangguan pada saluran
urin, batu ginjal atau tumor ginjal.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal kronis?
Beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang mungkin dapat membantu Anda
mengatasi gagal ginjal kronis adalah:
Ikuti petunjuk diet yang disarankan oleh ahli kesehatan Anda, termasuk menyeleksi cairan yang
masuk ke dalam tubuh.
Gunakan obat sesuai dengan arahan dokter. Jangan melewatkan pengobatan atau penggunaan
dosisi obat.
Catat berat bedan harian Anda. Catat jumlah cairan yang Anda minum dan jumlah urin yang
Anda keluarkan apabila dokter memintanya.
Perhatikan asupan makanan. Konsumsi makanan bernutrisi seimbang, hindari garam berlebih,
serta makanan berlemak.
Olahraga secara teratur namun hindari aktivitas berat.
Hubungi dokter segera jika Anda mengalami demam, menggigil, sakit kepala, otot terasa sakit,
napas pendek, mual, muntah dan dada terasa sakit.
Infeksi.
Penyempitan arteri.
Penggumpalan darah.
Tersumbatnya ureter atau saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
Kebocoran urine.
Penolakan tubuh terhadap ginjal baru.
Kematian, serangan jantung dan stroke.
Usai transplantasi ginjal, Anda harus mengonsumsi obat imunosupresan yang berfungsi
mencegah tubuh menolak ginjal yang baru. Pengonsumsiannya bukan dalam hitungan
hari, minggu, atau bulan, tapi seumur hidup. Efek samping obat imunosupresan seperti
jerawat, diare, sakit perut, peningkatan berat badan, gusi bengkak, osteoporosis,
diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, rambut rontok parah atau pertumbuhan rambut
yang berlebihan, melemahkan sistem imun, dan peningkatan risiko kanker (terutama
kanker kulit).
Jika usai menjalani transplantasi ginjal Anda merasa sakit kepala, diare, atau demam,
segera hubungi dokter.
Hindari terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan
gula guna menghindari risiko tekanan darah tinggi dan diabetes.
Tidak merokok. Orang yang memiliki dua ginjal sehat saja dilarang untuk merokok,
apalagi Anda yang hanya punya satu ginjal. Jadi Anda sangat disarankan untuk
berhenti mengisap gulungan tembakau ini, karena merokok bisa mengurangi daya
tahan ginjal baru Anda. Selain itu, merokok juga bisa meningkatkan risiko terkena
kanker.
Rutin berolahraga. Setelah kondisi fisik Anda dinyatakan telah pulih, Anda disarankan
untuk rutin berolahraga. Setidaknya Anda meluangkan waktu untuk latihan aerobik 2,5
jam setiap minggunya. Olahraga yang bisa Anda lakukan yaitu jalan cepat,
berenang, bersepeda, dan bermain tenis.
Prosedur transplantasi ginjal di rumah sakit merupakan usaha untuk memperpanjang
usia penderita gagal ginjal. Kebanyakan ginjal baru bertahan 1 hingga 5 tahun, namun
ada pula yang bisa bertahan hingga 15 tahun. Ketahanan ginjal tergantung pada
seberapa cocoknya ginjal dengan tubuh, sumber ginjal tersebut, juga usia dan kondisi
kesehatan Anda secara menyeluruh.
Bagaimana Proses Transplantasi Hati
Dilakukan?
Apa itu transplantasi hati?
Transplantasi hati adalah prosedur medis yang digunakan untuk menggantikan hati Anda yang
gagal dengan hati yang baru dan sehat dari orang lain yang disebut donor. Hati dapat ditransfer
secara keseluruhan atau sebagian dari orang yang sudah meninggal atau hidup.
Ada tiga operasi yang terlibat dalam transplantasi hati: operasi donor, operasi back table, dan
operasi penerima. Tim medis Anda akan mengkoordinasikan operasi ini.
Operasi donor
Operasi donor adalah operasi untuk mengangkat hati yang sehat dari pendonor. Operasi akan
mendapatkan donor hati dari dua sumber yang memungkinkan.
Hati mungkin berasal dari donor yang baru saja meninggal. Keluarga dari donor yang telah
meninggal membuat keputusan untuk menyumbangkan semua organ yang masih bekerja.
Dalam hal ini, penting untuk menjaga fungsi organ sampai diangkat. Donor diletakkan pada
mesin pernapasan untuk terus memasok oksigen ke organ-organ yang sehat. Operasi ini akan
menjadi operasi multi-organ di mana ginjal, jantung dan paru-paru dan, pada kesempatan
tertentu, pankreas, usus kecil, kornea mata, kulit dan tulang juga diangkat.
Hati juga bisa berasal dari donor hidup. Operasi ini melibatkan transplantasi organ yang
melibatkan bagian dari hati yang diangkat dari donor hidup dan ditransplantasikan ke pasien.
Karena hati memiliki kemampuan untuk regenerasi, bagian yang ditransplantasikan dan bagian
yang tersisa dari hati donor dapat tumbuh kembali menjadi hati yang normal.
Operasi back table dilakukan di rumah sakit penerima untuk membuat modifikasi yang
diperlukan untuk hati donor seperti mengurangi ukuran hati. Hal ini biasanya dilakukan tepat
sebelum operasi resipien.
Operasi resipien
Operasi resipien atau operasi pada pasien yang akan menerima hati adalah langkah terakhir
untuk transplantasi hati. Ini adalah ketika hati gagal diganti dengan hati yang sehat dari donor.
Anda akan berada di bawah bius untuk mengurangi rasa sakit dan diberi obat untuk mencegah
kehilangan darah terlalu banyak. Dokter bedah akan membuat luka di perut Anda untuk
menggantikan hati. Mereka juga akan menaruh beberapa tabung untuk membantu Anda
melaksanakan fungsi tubuh tertentu setelah operasi.
Selama dua dekade terakhir, jumlah orang yang membutuhkan transplantasi hati telah
meningkat sebesar 90%, namun jumlah donasi yang tersedia tetap sama.
Anda harus mengalami gejala yang sangat mempengaruhi kualitas hidup Anda.
Anda harus memiliki penilaian tingkat kelangsungan hidup yang tinggi setelah transplantasi.
Anda harus lulus semua tes fisik dan mental.
Anda perlu secara finansial siap transplantasi.
Ada donor tersedia.
Sementara Anda berada di daftar tunggu, Anda perlu memilah dokumen dan masalah
keuangan sebelum transplantasi. Mempertahankan gaya hidup sehat dengan makan sehat dan
berolahraga secara teratur.
Merupakan ide yang baik untuk membiarkan keluarga Anda tahu kapan operasi terjadi sehingga
mereka dapat meluangkan waktu untuk merawat Anda setelah transplantasi selesai.
Setelah hati ditransplantasikan, tubuh sering memperlakukannya sebagai jaringan asing dan
akan menyerang hati yang baru. Ini disebut penolakan graft dan dapat menyebabkan organ
yang baru ditransplantasikan rusak. Untuk mencegah hal ini, ada beberapa obat yang
disebut immunosuppressant. Seorang pasien transplantasi hati perlu mengonsumsi obat ini
seumur hidup untuk mencegah penolakan dari hati baru mereka.
Selain penolakan, ada beberapa masalah lain yang harus Anda ketahui setelah transplantasi
hati.
Infeksi. Seperti pada banyak operasi, ada risiko tinggi infeksi setelah operasi. Dokter Anda
mungkin akan memberikan antibiotik dan/atau obat antijamur untuk mencegah infeksi.
Kondisi bilier. Hal ini mengacu pada kondisi yang berhubungan dengan saluran empedu, seperti
obstruksi atau kebocoran cairan empedu.
Gagal ginjal. Ada kemungkinan bahwa imunosupresan yang Anda gunakan dapat
menyebabkan gagal ginjal. Dokter akan memantau fungsi ginjal Anda dengan ketat setelah
operasi.
Kegagalan graft. Hati baru mungkin tidak bekerja dengan benar setelah transplantasi. Jika hal
ini terjadi, Anda mungkin perlu hati yang baru sesegera mungkin. Sementara itu, dokter akan
memberikan obat untuk mengontrol masalah tersebut.
Kanker kulit. Kulit Anda akan lebih sensitif terhadap matahari. Penting untuk selalu
menggunakan tabir surya dan pakaian pelindung sebelum pergi ke luar ruangan.
Selain itu, ada juga risiko tinggi penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung koroner setelah
transplantasi. Diet sehat dan olahraga teratur dapat membantu menormalkan kehidupan setelah
transplantasi hati.
Mata Anda memiliki beberapa lapisan. Kornea adalah bagian yang tembus cahaya, dengan
bentuk cekung di lapisan terluar pada mata Anda. Kadang-kadang kornea bisa terkena
penyakit, memengaruhi penglihatan Anda.
Ada banyak penyebab kornea bisa terserang penyakit. Tiga penyebab umum yang memerlukan
operasi adalah keratoconus (di mana permukaan kornea menjadi berbentuk kerucut,
menyebabkan penglihatan kabur), dekompensasi endothelial (di mana kornea bengkak dan
kabur), dan tergores.
Transplantasi kornea adalah operasi yang digunakan untuk menghilangkan semua bagian
kornea yang rusak dan menggantinya dengan jaringan kornea yang sehat dari mata pendonor
yang sesuai.
Sebagian besar orang yang menerima transplantasi kornea akan memiliki penglihatan yang
pulih setidaknya separuhnya. Hasil transplantasi kornea tergantung pada alasan operasi dan
kondisi kesehatan Anda. Risiko komplikasi dan penolakan kornea dapat terjadi beberapa tahun
setelah transplantasi kornea dilakukan. Karena itu, pastikan check up ke dokter mata setiap
tahun. Penolakan kornea biasanya bisa diatasi dengan pengobatan.
Kebanyakan kornea yang digunakan dalam transplantasi kornea didapatkan dari pendonor
yang sudah meninggal. Tidak seperti organ lain, seperti hati atau ginjal, orang yang
memerlukan transplantasi kornea umumnya tidak perlu menunggu terlalu lama. Ini karena
banyak orang secara spesifik mengizinkan kornea mereka untuk didonorkan setelah mereka
meninggal, kecuali jika mereka memiliki beberapa kondisi tertentu. Jadi ada cukup banyak
kornea tersedia untuk transplantasi dibandingkan organ lain. Kornea bisa tidak digunakan dari
pendonor yang memiliki beberapa kondisi, seperti kondisi sistem saraf sentral tertentu, infeksi,
operasi mata sebelumnya, atau penyakit mata, atau dari orang-orang yang meninggal karena
sebab yang tidak diketahui.
Berbagai jenis kacamat dan lensa kontak mungkin bisa membantu. Beberapa jenis keratoconus
bisa diatasi dengan operasi di mana cincin plastik kecil ditempatkan di dalam kornea. Jika Anda
memiliki dekompensasi endothelial, tetes mata bisa membantu. Semua metode ini akan
menjadi kurang efektif jika penyakit memburuk.
Proses
Apa yang harus saya lakukan sebelum melakukan operasi ini?
Beragam teknik obat bius dimungkinkan. Operasi biasanya memakan waktu 1-2 jam. Dokter
bedah Anda akan melepas bagian tengah kornea yang sakit, dan menggantinya dengan bagian
kornea dari pendonor. Dokter dapat mengganti semua kornea Anda, atau mengganti lapisan
luarnya saja, atau hanya lapisan dalamnya saja. Dokter akan menggunakan jahitan kecil untuk
menahan kornea atau bagian kornea yang baru pada tempatnya.
Banyak orang harus bermalam di rumah sakit, tapi Anda juga mungkin bisa pulang ke rumah di
hari yang sama. Dokter akan memberikan Anda tetes mata dan kadang obat untuk dibawa
pulang. Anda sebaiknya tidak berenang atau mengangkat barang berat sampai Anda diperiksa
kembali oleh dokter bedah Anda. Sebelum berolahraga, mintalah nasihat dari dokter Anda
untuk memastikan olahraga ini aman untuk kondisi Anda. Banyak orang pulih dengan baik.
Namun mungkin membutuhkan waktu satu tahun untuk mata Anda sampai benar-benar
membaik. Anda mungkin membutuhkan operasi lain untuk mengganti bentuk kornea. Dokter
Anda akan meminta Anda untuk kembali ke klinik secara rutin jadi mereka bisa memeriksa
apakah transplantasi pulih dengan baik dan mengecek tanda-tanda penolakan.
Komplikasi
Komplikasi apa yang bisa terjadi?
Transplantasi kornea secara keseluruhan adalah prosedur yang aman. Namun, transplantasi
kornea juga memiliki risiko kecil terjadinya komplikasi serius, seperti:
infeksi mata
meningkatnya risiko kabut dalam lensa mata (katarak)
tekanan meningkat di dalam bola mata (glaukoma)
masalah dengan jahitan yang digunakan untuk menempelkan kornea pendonor
penolakan terhadap kornea pendonor
bengkak pada kornea
Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh Anda bisa salah menyerang donor kornea. Ini
disebut penolakan, dan ini dapat memerlukan pengobatan medis atau transplantasi kornea
lainnya.
Buat janji dengan dokter mata Anda jika Anda menyadari tanda-tanda atau gejala apapun dari
penolakan kornea, seperti:
kehilangan penglihatan
rasa sakit
kemerahan
sensitif terhadap cahaya