Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PENGUJIAN KONDUKTIVITAS TERMAL

3.1 PENDAHULUAN
Proses perpindahan panas adalah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi
yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Proses
perpindahan panas dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu secara konduksi, konveksi
dan radiasi. Perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas yang tanpa
disertai dengan pergerakan objek, perpindahan panas konduksi ini sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari–hari [1]
Perpindahan panas konduksi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu konduksi
keadaan tunak (steady state) dan konduksi keadaan tak tunak (unsteady state).
Konduksi tunak adalah proses konduksi dimana nilai panas (kalor) sama terhadap
waktu, sedangkan konduksi keadaan tak tunak adalah proses konduksi yang nilai
panasnya berubah terhadap waktu [1]

Konduksi kalor dapat dipandang sebagai akibat perpindahan kinetik dari suatu
partikel ke partikel yang lain melalui tumbukan. Akibatnya partikel-partikel
tetangganya bergetar dengan energi kinetik yang besar pula. Selanjutnya partikel-
partikel ini memindahkan lagi energi kinetiknya ke tetangga berikutnya, demikian
seterusnya. Secara keseluruhan tidak ada perpindahan partikel di zat tersebut. Ada
zat yang mudah sekali menghantarkan atau merambatkan kalor, misalnya besi, baja,
perak, tembaga alumunium dan jenis-jenis logam lainnya. Benda-benda yang mudah
menghantarkan panas ini disebut dengan konduktor. Sebaliknya ada zat yang sulit
merambatkan atau menghantarkan kalor, misalnya karet, plastik, kaca dan
sebagainya. Zat yang sulit menghantarkan kalor ini disebut dengan isolator [2]

Penerapan ilmu perpindahan panas konduksi sangat luas, dapat kita temui pada
kehidupan sehari hari maupun pada dunia industri. Sebagai salah satu contohnya
pada kehidupan sehari hari sealer plastik dan pada dunia industri digunakan ada
injection unit mesin plastik. [2]
Dengan berkembangnya teknologi, penelitian tentang perpindahan panas
konduksi dengan simulasi pemrograman komputer telah banyak diterapkan dalam
bidang industri, salah satunya dapat diterapkan dalam proses pengelasan. Pengelasan
adalah proses dimana dua bahan digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu
sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan atau
tekanan. Teknik pengelasan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah teknik
penyambungan dua jenis logam yang berbeda (dissimilar-metal welding) [2]
Konduktivitas termal tergantung pada suhu dan ketergantungan agak kuat untuk
berbagai konstruksi dan bahan teknik lainnya. Ketergantungan ini biasanya
dinyatakan dengan suatu hubungan linier. Akan tetapi suhu rata-rata bahan itu sering
tidak diketahui. Hal ini pada umumnya benar untuk dinding berlapis banyak, dimana
halnya beda suhu menyeluruh yang pada mulanya ditentukan. Dalam hal-hal
demikian,jika data memungkinkan, masalah ditangani dengan mengandaikan nilai-
nilai yang dianggap wajar untuk suhusuhu antar muka, sehingga k untuk masing-
masing bahan bisa didapatkan dan fluks kalor per satuan luas dapat
ditentukan.Konduksi merupakan perpindahan kalor melalui suatu benda tanpa
disertai perpindahan partikel benda tersebut, namun partikel hanya bergetar disekitar
posisinya saja. Perpindahan kalor secara konduksi terjadi pada benda patat, terutama
logam. Benda yang dapat menghantarkan kalor dengan baik disebut konduktor,
karena dalam benda konduktor partikel dapat bergerak lebih bebas dibandingkan
partikel pada benda isolator, yakni benda yang tidak dapat menghantarkan kalor
dengan baik. Perpindahan panas terbagi menjadi beberapa kondisi. Salah satu yang
paling rumit ialah perpindahan panas pada dinding berlapis. Dianggap paling rumit
karena dinding berlapis memiliki konduktivitas bahan yang berbeda-beda disetiap
bahan lapisan yang digunakan.Rangkaian termal biasa digunakanyaitu pada sistem
yang kompleks, seperti dinding berlapis. Sebuah dinding satu lapis, berbentuk
silinder, terbuat dari bahan homogen dengan konduktivitas termal tetap dan suhu
permukaan dalam dan suhu permukaan luar seragam.[2]
3.1.1 Latar Belakang
Setiap bahan memiliki sifat yang berbedabeda mulai dari sifat fisis, sifat mekanis
dan sifat kimiawi. Sifat fisis yaitu sifat yang dimiliki suatu bahan yang dapat kita amati
secara langsung, sedangkan untuk mengetahui sifat mekanik dan kimiawinya itu tidak
bisa dilihat secara langsung, maka haruslah dilakukan percobaan untuk mengetahui sifat
mekanik dan kimiawinya. Suatu bahan memiliki sifat penghantaran panas yang berbeda
ada yang bersifat konduksi, konveksi dan radiasi. Untuk mengetahui seberapa cepat dan
seberapa besar suhu yang dapat berubah pada sebuah benda dapat menghantarkan panas
seberapa besar [1]
Pada beberapa keadaan yang terjadi pada perpindahan kalor secara
konduksi,sering terjadi pada bagian logam yang mengalami perbedaan
temperature,dan pada dasar dari permasalahan konduksi sering terjadi pada plat
logam,yang diberikan nilai perbedaan temperatur dan sering terjadi pula permasalhan
konduksi 1 dimensi pada dinding ,komposit dan material yang berfungsi sebagai
insulator yang berfungsi untuk menahan panas dari kalor yang diberikan [1]
Dalam beberapa keadaan ini maka konduksi dapat diperhitungkan akibat
perbedaan temperature karena pada dasarnya konduksi memiliki nilai konduktivitas
termaldari setiap masing-masing material,oleh karena itu perhitungan dan percobaan
konduksi digunakan pada praktikum kali ini [1]
Dalam beberapa permasalahan yang ditawarkan pada perpindahan kalor
konduksi yaitu nilai konduktivitas termalnya suatu bahan ,karena nilai konduktivitas
berfungsi sebagai penentu kalor itu memiliki nilai yang besar perpindahan kalornya
atau sebaliknya,maka dari itu nilai k berpengaruh terhadap perpindahan kalor
konduksi [1]
Berdasarkan penyelidikan fenomena di alam, Panas itu dapat merambat dari
suatu bagian ke bagian lain melalui zat atau benda yang diam. Panas juga dapat
dibawa oleh partikel-partikel zat yang mengalir. Ada beberapa alat penukar panas
yang umum digunakan pada industri. Alat-alat penukar panas tersebut antara lain:
double pipe, shell and tube, plate-frame, spiral, dan lamella [1]
Penukar panas jenis plate and frame mulai dikembangkan pada akhir tahun 1950.
Banyak penelitian yang dilakukan pada penukar panas jenis ini, namun umumnya fluida
operasi yang digunakan adalah air. Pada percobaan ini kita akan membahas perpindahan
panas secara konduksi. Joseph Fourier adalah salah seorang yang mempelajari proses
perpindahan panas secara konduksi. Pada tahun 1822, Joseph Fourier telah
merumuskan hukumnya yang berkenaan dengan konduksi. Tinjauan terhadap peristiwa
konduktif dapat diambil dengan berbagai macam cara. Pada prinsipnya berakar dari
hukum Fourier, mulai dari subjek yang sederhana yaitu hanya sebatang logam
(composite bar). Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa konduksi. Diantaranya
pengaruh luas penampang yang berbeda, pengaruh luas penampang yang berbeda,
pengaruh geomeri, pengaruh permukaan kontak, pengaruh adanya insulasi dan lain-
lainnya. Faktor-faktor tersebut nantinya akan sangat berpengaruh pula pada saat kita
melakukan perhitungan dalam panas konduksi ini [2]
Selain itu, sering kali ditemui kesulitan dalam membuktikan penerapan hukum
Fourier untuk berbagai variasi kondisi percobaan. Oleh karena itu pada percobaan ini
diatur sedemikian rupa, yakni percobaan dilakukan dalam empat tipe yang tentunya
dengan menggunakan rumus-rumus yang berbeda dan dengan asumsi-asumsi yang
sesuai. Dengan demikian tentu akan mengurangi kesulitan dalam melakukan percobaan.
Sehingga peristiwa perpindahan panas secara konduksi ini nantinya akan diketahui pula
bagaimana hasil dari panas perhitungan yang didapat berdasarkan perhitungan hasil
percobaan dengan besarnya jumlah panas yang disupplai. Hal ini tentunya akan lebih
dipahami setelah percobaan mengenai panas konduksi ini dilakukan [2]
Bahan yang mempunyai konduktivitas yang baik disebut dengan konduktor,
misalnya tembaga, alumunium, perak. Sedangkan bahan yang mempunyai
konduktivitas jelek disebut isolator, contohnya adalah asbes, wol, kaca. Namun dalam
hal ini, pada penjabaran rumus perpindahan panas konduksi, nilai konduktivitas panas
selalu dianggap tetap terhadap suhu [2]
3.1.2 Tujuan Praktikum
Memahami peristiwa perpindahan panas secara konduksi serta parameter
parameter yang mempengaruhinya.

1. Melakukan pengujian untuk menentukan nilai konduktivitas termal material.


2. Membandingkan hasil pengujian nilai konduktivitas termal dengan data
literatur.
3. Membandingkan hasil pengujian nilai konduktivitas termal dengan data
literatur.

3.1.3 Batasan Masalah


1. Objek yang diuji yaitu hanya menggunakan material Alumunium dan
Kuningan
2. Objek yang dicari yaitu nilai konduktivitas termal dari Aluminium dan
Kuningan dari hasil praktikum kali ini
3 Membandingkan hasil pengujian nilai konduktivitas termal dengan data
literatur
3.2 DASAR TEORI
Perpindahan panas memiliki arah serta besarnya. Laju konduksi panas dalam arah
tertentu sebanding dengan gradien suhu, yang merupakan perubahan suhu per satuan
panjang ke arah itu. Panas konduksi secara umum, adalah tiga dimensi dan tergantung
waktu. Artinya, T=T (x, y, z, t) dan suhu di media bervariasi dengan posisi serta waktu.
Panas konduksi di media dikatakan steady saat suhu tidak bervariasi dengan waktu, dan
unsteady atau transient ketika suhu bervariasi terhadap waktu.
Panas konduksi di media dikatakan satu-dimensi ketika konduksi signifikan dalam satu
dimensi saja dan diabaikan dalam dua dimensi lainnya, dua dimensi ketika konduksi
dalam dimensi ketiga diabaikan, dan tiga-dimensi ketika konduksi dalam semua
dimensi adalah penting [1].

Gambar 1.1 Skema Konduksi [1]


Proses penghantaraan panas dalam peristiwa konduksi disebab kan oleh gertaran atom
dan molekul penyusun bahan yang meningkat saat di kenakan energy dalam bentuk
panas. Getaran atom ini selanjutnya akan mempengaruhi atom atom di sekitarnya dan
menyebabkan atom di sekiranya ikut bergetar. Kondisi ini terus berlangsung hingga
energy panas menyebar ke seluruh bahan. Perpindahan energy ini di angkut oleh aliran
elektron bebas pada material [1].
3.2.1 Pengetahuan Umum Konduktivitas Termal
a. Hukum Dasar Konduksi Panas
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi perpndahan
energi dari bagian suhu tinggi ke bagian suhu rendah. Laju perpindahan kalor pada
perindahan panas konduksi berbanding dengan gradien suhu normal dan jika
dimasukan konstanta proprsionalitas maka :
Konduktivitas termal (thermal conductivity) didefinisikan oleh persamaan Fourier :

T
q  kA (1)
x
Dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya
perpindahan kalor (ft² atau m²)
T
= gradien atau landaian suhu (temperature
x
gradient) dalam arah arah perpindahan kalor
(oF/ft atau oC/m)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.°F atau
W/m.°C)

b. Persamaan Konduksi Panas pada Keadaan Steady-Satu Dimensi


1. Dinding Datar
Perpindahan panas dalam arah tertentu didorong oleh gradien suhu. Tidak akan
ada perpindahan panas ke arah di mana tidak ada perubahan suhu. pengukuran suhu di
beberapa lokasi pada dinding dalam atau luar permukaan akan mengkonfirmasi bahwa
permukaan dinding hampir isotermal. Artinya, suhu di bagian atas dan bawah dinding
permukaan serta di kanan atau ujung kiri yang hampir sama. Oleh karena itu, tidak akan
ada transfer panas melalui dinding dari atas ke bawah, atau dari kiri ke kanan, tapi akan
ada perbedaan suhu yang cukup besar antara permukaan dalam dan permukaan luar dari
dinding, dan dengan demikian maka perpndahan panas yang terjadi satu dimensi.
Ketebalan kecil dinding menyebabkan gradien suhu dalam arah menjadi besar.
Selanjutnya, jika suhu udara di dalam dan di luar rumah tetap konstan, maka
perpindahan panas melalui dinding rumah dapat dimodelkan stedi dan satu dimensi.
Persamaan pada dinding datar dapat didefinisikan sebagai berikut: [1]

𝑄̇ convd wall = k A T1-T2 (1.2)


L
Atau

𝑄̇ Cond Wall = T1-T2 (1.3)


Rwall

dimana :

Q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)

A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)

T1 = Temperatur pada dinding bagian satu (OF atau OC)

T2 = Temperatur pada dinding bagian dua (OF atau OC)

k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)

L = Lebar dinding (ft atau m)

RWALL = Tahanan termal (OF/Btu atau (OC/W)


3.2.3 APLIKASI KONDUKTIVITAS THERMAL
Dalam aplikasi konduktivitas termal pada bidang industri yang sering
digunakan ialah aplikasi dengan memanfaatkan sumber panas sebagai medium
perantaranya,diamataranya pada kehidupan sehari-hari dan bidang industri.
3.2.3.1 Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Pada penerapan kehidupan sehari-hari yang sering kita jumpa dalam hal
yang pengaplikasian perpindahan kalor adalah pada Setrika listrik yang dimana
keping antar logam bertemu ketika ada panas yang di inputkan dari listrik dan
panas dari hasil pemanasan digunakan untuk meluruskan pakaian

Gambar 3.1 Setrika Listrik [1]


Setrika pada dasarnya bekerja dengan memanfaatkan nilai rambat panas yang
diberikan aliran panas listrik dari daya yang di inputkan ,kemudian logam akan
mendistribusikan panas tersebut dari logam yang satunya.
3.2.3.2 Aplikasi Dalam Dunia Industri
Dalam dunia industry salh satu aplikasi yang digunakan pada industri
pengelasan baja,yang dimana kalor yang diberikan berhubungan dengan daya
listrik pada mesin las yang di inputkan,sehingga kebutuhan ditribusi panas pada
pengelasan logam jenis (Dissimiliar Metal)yang dimana ketika panas yang
berlebih pada pengelasan jenis SMAW (Sheet Metal Arc Welding)
Gambar 3.2 Pengelasan Beda Logam (Disimiliar Metal Welding)
Pengelasan logam berbeda (dissimilar – metal welding) dapat diartikan
sebagai penyambungan dua logam yang berbeda jenis dan karakteristiknya
dengan cara dilas. Sebagai contoh yaitu pengelasan antara baja tahan karat dan
baja karbon. Dalam pengelasan logam berbeda banyak faktor yang harus
diketahui dan diperhitungkan. Sifat mekanik kedua logam yang akan dilas harus
diketahui secara pasti, sehingga dalam proses pengelasan tidak terjadi kegagalan
dan dihasilkan lasan yang baik. Konduktivitas termal, titik cair dan koefisien
ekspansi termal akan menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis
pengelasan yang akan dilakukan.
3.2.3.3 Aplikasi Dalam Industri Otomotif

Pada aplikasi didunia otomotif salah satunya yaitu pendesaianan yang


dilakukan pada sirip atau Fin pada bagian Engine Block yang bertujuan untuk
mengurangi kalor yang berlebihan pada Engine Block.

Gambar 3.3 Susunan Sirip Pada Engine [3]

Anda mungkin juga menyukai