Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
DASAR TEORI
Fluida merupakan suatu zat yang dalam keadaan setimbang tak dapat menahan
gaya atau tegangan geser (shear force). Definisi lain dari fluida adalah zat yang dapat
mengalir yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa
pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga
fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruang.
Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Fluida gas, merupakan fluida dengan partikel yang renggang dimana gaya tarik
antara molekul sejenis relatif lemah dan sangat ringan sehingga dapat melayang
dengan bebas serta volumenya tidak menentu.
Fluida cair, merupakan fluida dengan partikel yang rapat dimana gaya tarik antara
molekul sejenisnya sangat kuat dan mempunyai permukaan bebas serta cenderung
untuk mempertahankan volumenya
Untuk memahami segala hal tentang aliran fluida, maka terlebih dahulu harus
mengetahui beberapa sifat dasar fluida. Sifat–sifat dasar fluida tersebut yaitu: berat
jenis, kerapatan, tekanan, temperatur, kekentalan.
W mg g
g (1)
5
2.1.2 Kerapatan
Kerapatan suatu fluida didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume pada
suatu temperatur dan tekanan tertentu. Kerapatan dinyatakan dengan ρ (adalah huruf
kecil Yunani yang dibaca “rho”) dan dirumuskan sebagai berikut :
(kg/m3) (2)
2.1.4 Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai besarnya gaya (F) tiap satuan luas bidang yang
dikenainya (A). Apabila suatu zat (padat, cair, dan gas) menerima gaya yang bekerja
secara tegak lurus terhadap luas permukaan zat tersebut, maka dapat dirumuskan :
F
P (5)
A
dimana;
6
P = tekanan (N/m2)
F = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
m g Ah g
Ph gh (6)
A A
Pemahaman tekanan hidrostatis dengan melakukan percobaan yang
menggunakan kaleng bekas tanpa tutup yang diberi lubang berbeda pada ketinggian,
7
tetapi terletak pada satu garis vertical, maka seluruh lubang akan memancarkan air.
Tetapi, masing-masing lubang memancarkan air dengan jarak yang berbeda. Lubang
paling dasarlah yang memancrakan air paling deras. Jadi, gaya gravitasi menyebabkan
zat cair dalam wadah selalu tertarik kebawah. Semakin tinggi zat cair dalam wadah,
maka akan semakin besar tekanan zat cair itu, sehingga makin besar juga tekanan zat
cair pada dasar wadahnya.
Tekanan Gauge adalah selisih antara tekanan yang tidak diketahui dengan
tekanan atmosfer (tekanan udara luar). Nilai tekanan yang diukur oleh alat pengukur
tekanan adalah tekanan gauge.Adapun tekanan sesungguhnya disebut dengan tekanan
mutlak.
Tekanan mutlak = tekanan gauge + tekanan atmosfer
P = Pgauge + Patm (7)
Alat ukur tekanan dan beberapa jenis alat lainnya telah diciptakan untuk
mengukur tekanan, diantaranya yang paling sederhana adalah manometer tabung
terbuka, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Manometer tersebut digunakan untuk
mengukur tekanan tera yang terdiri dari sebuah tabung yang berbentuk U yang berisi
cairan, umumnya mercury (air raksa) atau air.
8
P1 Z1 Z 2 g m P2 Z 5 Z 4 g sl Z 4 Z 2 g sl (8)
P1 P2 Z 4 Z 2 g m sl (9)
2.1.5 Temperatur
Temperatur berkaitan dengan tingkat energi internal dari suatu fluida. Setiap
atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan
maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi temperatur benda tersebut.
C : R : ( F-320 ) = 5 : 4 : 9 dan
K = C + 2730
2.1.6 Kekentalan
9
tegangan geser, yang disebut dengan viskos fluid. Rheology adalah ilmu yang
mempelajari aliran suatu benda. Yang didalamnya terdapat juga konsep viskositas,
thermofluid dan hubungan lainnya.
Hubungan antara tegangan geser dan viskositas dan perubahan kecepatan dapat
dipahami pada kasus aliran diantara dua plat datar seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.3. Misalkan jarak antar plat adalah y dan diantara plat tersebut terdapat fluida
dengan isi yang homogen. Asumsikan bahwa plat sangat luas. Dengan luas A yang
besar, pengaruh rusuk dapat dianggap tidak ada. Pada plat bagian bawah diaanggap
tetap lalu diberikan gaya sebesar F pada plat atas. Bila ternyata gaya ini menyebabkan
material diantara dua plat bergerak dengan perubahan kecepatan u, gaya yang diberikan
proposional dengan luas dan perubahan kecepatan.
Gambar 2.3 Perubahan bentuk akibat dari penerapan tegangan geser [13]
Gaya yang diberikan sebanding dengan luas dan gradien kecepatan dalam fluida:
u
F A (10)
y
u
(11)
y
10
dimana;
= tegangan geser (N/m2)
= viskositas dinamik (Pa s)
A = luas penampang lempeng (m2)
du/dy = gradien kecepatan (s-1)
Tegangan geser berbanding lurus dengan perubahan kecepatan dengan arah tegak
lurus layer.
Teganan geser juga berbanding lurus dengan nilai viskositas suatu fluida, semakin
besar nilai viskositas fluida, semakin besar pula tegangan geser yang dibutuhkan
untuk mengalirkan fluida.
Gambar 2.4 Perbandingan laju regangan geser terhadap tegangan geser [15]
Keterangan:
Newtonian: fluida yang memiliki nilai viskositas konstan, misalnya air dan juga
sebagian besar gas.
Shear thickening: viskositas akan naik dengan kenaikan laju geseran.
Shear thinning: viskostias menurun dengan pertambahan geseran.
11
Thixotropic: material yang mempunyai viskositas rendah ketika digerakkan,
diberikan tegangan
Rheopectic: materials yang mempunyai viskositas meningkat ketika digerakkan,
terkena benturan, maupun diberi tegangan.
A Bingham plastic adalah material yang mempunyai wujud solid ketika teganan
kecil tetapi mengalir ketika diberi tegangan besar is a material that behaves as a
solid at low stresses but flows as a viscous fluid at high stresses.
(12)
12
mudah, seperti madu dan aspal. Sementara itu, fluida tak-viskos adalah fluida yang
mengalir dengan mudah, seperti air.
Aliran fluida dapat dibedakan menjadi aliran laminar dan aliran turbulen,
tergantung pada jenis garis alir yang dihasilkan oleh partikel-partikel fluida. Jika aliran
dari seluruh partikel fluida bergerak sepanjang garis yang sejajar dengah arah aliran
(atau sejajar dengan garis tengah pipa, jika fluida mengalir di dalam pipa), fluida yang
seperti ini dikatakan laminar.
Fluida laminar kadang-kadang disebut dengan fluida viskos atau fluida garis
alir (streamline). Kata laminar berasal dari bahasa latin lamina, yang berarti lapisan atau
plat tipis. Sehingga, aliran laminar berarti aliran yang berlapis-lapis. Lapisan-lapisan
fluida akan saling bertindihan satu sama lain tanpa bersilangan seperti pada Gambar 2.5
(atas).
Jika gerakan partikel fluida tidak lagi sejajar, mulai saling bersilang satu sama
lain sehingga terbentuk pusaran di dalam fluida, aliran yang seperti ini disebut dengan
aliran turbulen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 (bawah).
Gambar 2.5 Aliran laminar (atas) dan aliran turbulen (bawah) [16]
13
dipaparkan oleh Osborne Reynolds pada tahun 1883. Eksperimen itu dijalankan
dengan menyuntikkan cairan berwarna ke dalam aliran air yang mengalir di dalam
tabung kaca. Jika fluida bergerak dengan kecepatan cukup rendah, cairan berwarna akan
mengalir di dalam sistem membentuk garis lurus tidak bercampur dengan aliaran air,
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6 (a).
Pada kondisi seperti ini, fluida masih mengalir secara laminar. Jadi pada
prinsipnya, jika fluida mengalir cukup rendah seperti kondisi eksperimen ini, maka
terdapat garis alir. Bila kecepatan fluida ditingkatkan, maka akan dicapai suatu
kecepatan kritis. Fluida mencapai kecepatan kritis dapat ditandai dengan terbentuknya
gelombang cairan warna. Artinya garis alir tidak lagi lurus, tetapi mulai bergelombang
dan kemudian garis alir menghilang, karena cairan berwarna mulai menyebar secara
seragam ke seluruh arah fluida air, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.6 (b).
Perilaku ketika fluida mulai bergerak secara acak (tak menentu) dalam bentuk
arus-silang dan pusaran, menunjukkan bahwa aliran air tidak lagi laminar. Pada kondisi
seperti ini garis alir fluida tidak lagi lurus dan sejajar, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.6 (b).
Gambar 2.6 Percobaan Reynold tentang Aliran laminar (a) dan aliran turbulen (b) [17]
Menurut Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau laminar
dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan Bilangan Reynold.
14
Bilangan ini dihitung dengan persamaan berikut :
(13)
dimana;
Re = Bilangan Reynold (tak berdimensi)
V = kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = diameter pipa (ft atau m)
v = / viskositas kinematik (m2/s)
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminer.
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada Re = 2300-4000 terdapat daerah transisi
Gambar 2.7 Gerakan sebuah elemen fluida dalam sebuah pipa silindris [9]
15
Jika gaya gravitasi diabaikan, tekanan hanya berbeda dalam arah x. Jika tekanan
berkurang dalam arah x, maka
Menerapkan hukum kedua Newton (F = ma) tentang gerak untuk elemen fluida
silinder
P 2
(15)
l r
Gambar 2.8 Diagram benda bebas dari sebuah silinder fluida [9]
(16)
Tegangan geser bervariasi dari garis tengah pipa (pada r = 0) hingga dinding
pipa (pada r = D/2), maka
(17)
16
(18)
Berdasarkan teori aliran laminer fluida Newton, tegangan geser hanya sebanding
dengan gradien kecepatan ( = du/dr). Dan dalam notasi yang terkait dengan aliran
pipa, persamaan menjadi :
(19)
Tanda negatif diindikasikan untuk memberikan > 0 dengan du/dr < 0 (kecepatan
menurun dari garis tengah pipa hingga dinding pipa)
Gambar 2.9 Distribusi tegangan geser dalam fluida dalam pipa (aliran laminar atau turbulen)
dan profil kecepatan khusus [9]
(20)
Dimana Vc adalah kecepatan garis tengah. Profil kecepatan yang diplot seperti dalam
Gambar 2.8 adalah parabola dalam koordinat radial r, memiliki kecepatan maksimal Vc
di tengah pipa, dan kecepatan minimum (nol) di dinding pipa tersebut.
17
Untuk profil kecepatan sebagai fungsi tegangan geser dinding :
(21)
(22)
Persamaan [19] biasa disebut Hukum Poiseuille. Dan aliran laminer dalam pipa disebut
aliran Hagen-Poiseuille.
Kecepatan rata-rata :
(23)
Gambar 2.10 Time-averaged, , dan fluctuating, u’, deskripsi parameter untuk aliran turbulen
[9]
18
Kecepatan fluida dalam aliran pada suatu titik dapat dianggap sebagai waktu
rata-rata dari kecepatan fluida. Jadi jika u = u (x,y,z,t) adalah komponan kecepatan
fluida sesaat di beberapa titik, maka nilai waktu rata-rata, , adalah
(24)
dimana interval waktu T harus lebih besar dari waktu untuk fluktuasi terpanjang.
Dalam konsep tegangan geser untuk aliran turbulen, ini tidak sebanding dengan
gradien kecepatan waktu rata-rata ( ≠ d /dy). Aliran ini juga berisi kontribusi yang
disebabkan oleh fluktuasi acak dari komponen kecepatan. Tegangan geser turbulen
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
(25)
Dimana lm panjang pencampuran antar partikel fluida secara acak, dari daerah yang
kecepatannya sama ke daerah yang kecepatannya berbeda.
Profil kecepatan untuk aliran turbulen pada pipa halus dapat dinyatakan dalam
bentuk profil kecepatan hukum pangkat (power-law velocity profile) yaitu :
(26)
Dalam pernyataan ini, nilai n adalah fungsi dari bilangan Reynolds, dengan nilai-nilai
tertentu antara n = 6 dan n = 10. Karakteristik profil kecepatan turbulen yang didasarkan
pada pernyataan power-law ditunjukkan pada Gambar 2.11.
19
Gambar 2.11 Karakteristik profil kecepatan aliran laminar dan aliran turbulen [9]
Fluida yang mengalir melalui suatu penampang saluran akan selalu memenuhi
hukum kontinuitas yaitu laju massa fluida yang masuk 1 akan selalu sama dengan laju
massa fluida yang keluar 2 , persamaan kontinuitas adalah sebagai berikut :
1 = 2
20
A = luas penampang dalam pipa (m2)
mV 2 mV 2
mgh P = mgh P (30)
2 1 2 2
dibagi dengan “m” menjadi bentuk energi spesifik Y (J/kg) :
21
V 2 P V 2 P
gh gh
m 1 m 2
= (31)
2 2
V 2 P dengan
V2 P gh
gh 2 2 1
2 1
= (32)
m
V2 P V2 P
h h
2 g 1 2 g 2
= (33)
Pada persamaan Bernoulli diatas sering dalam bentuk persamaan energi "Head".
Head pada persamaan diatas terdiri dari head ketinggian "h", head kecepatan "v2/2g",
dan head tekanan "p/ρg". Head ketinggian menyatakan energi potensial yang
dibutuhkan untuk mengangkat air setinggi "m" kolom air. Head kecepatan menyatakan
energi kinetik yang dibutuhkan untuk mengalirkan air setinggi "m" kolom air. Yang
terakhir, head tekanan adalah energi aliran dari "m" kolom air yang mempunyai berat
sama dengan tekanan dari kolom "m" air tersebut.
22
Apabila penampang pipa diatas bukan permukaan sempurna sehingga terjadi
gesekan antara aliran fluida dengan permukaan pipa maka persamaan energi menjadi:
V2 P V2 P
h h hl
2 g 1 2 g 2
= (34)
Apabila pada penampang saluran ditambahkan energi seperti yang dapat dilihat
pada gambar 2.6, maka pompa akan memberikan energi tambahan pada aliran fluida
sebesar H, persamaan menjadi :
V2 P V2 P
h H h hl
2 g 1
= (35)
2 g 2
dimana; H = Hpompa
Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu
lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa disebut sebagai daerah
masuk (Entrance Region). Daerah tersebut sekitar beberapa kali permulaan dari sebuah
23
pipa yang dihubungkan pada sebuah tangki atau bagian awal dari saluran duct udara
panas yang berasal dari sebuah tangki seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Daerah masuk, aliran berkembang, dan aliran berkembang penuh dalam sistem
pipa [9]
Fluida biasanya memasuki pipa dengan profil kecepatan yang hampir seragam
pada bagian (1). Selagi fluida bergerak melewati pipa, efek viskos menyebabkannya
tetap menempel pada dinding pipa (kondisi lapisan batas tanpa-slip). Hal ini berlaku
baik jika fluidanya adalah udara yang relatif invicial maupun minyak yang kental. Jadi,
sebuah lapisan batas (boundary layer) dimana efek viskos menjadi penting dihasilkan di
sepanjang dinding pipa. Sehingga profil kecepatan awal berubah menurut jarak x
sepanjang pipa, sampai fluidanya mencapai ujung akhir dari panjang daerah masuk,
bagian (2), dimana setelah di luar itu profil kecepatan tidak berubah lagi menurut x.
Lapisan batas telah bekembang ketebalannya sehingga mengisi pipa sepenuhnya. Efek
viskos sangat penting di dalam lapisan batas. Sedangkan efek viskos fluida di luar
lapisan batas (dalam inti inviscid) dapat diabaikan.
24
Panjang pipa antara awal dan titik di mana aliran mulai berkembang penuh
disebut Entrance Length. Dilambangkan oleh Le, Entrance Length merupakan fungsi
bilangan Reynolds dari aliran tersebut. Secara umum,
Aliran antara (2) dan (3) disebut aliran berkembang penuh (fully develoved
flow). Selanjutnya aliran tersebut terganggu oleh belokan, katup dll. Di luar gangguan
tersebut aliran secara bertahap mulai kembali ke karakternya berkembang penuhnya. Di
daerah inilah gradien tekanan dan gaya geser menyeimbangkan satu sama lain dan
aliran terus dengan profil kecepatan konstan. Gradien tekanan tersebut tetap konstan.
25
menggabungkan dengan persamaan deformasi linier fluida akan diperoleh persamaan
distribusi kecepatan dan distribusi tegangan geser. Sedangkan persamaan kapasitas
aliran diperoleh dari integrasi persamaan kecepatan pada luas penampang total.
2.3 Aliran Fluida Air-Minyak yang Mengalir Melalui Pipa Sudden Contraction
Densitas campuran
m Co o C w w (38)
dan
Viscositas campuran
m Co o C w w (39)
dengan
dan
26
dimana; m = densitas campuran (kg/m3)
o = densitas crude oil (kg/m3)
w = densitas air (kg/m3)
Qm (42)
Vm
A
Sehingga Bilangan Reynold campuran didefinisikan sebagai
m Vm D
Re m (43)
m
Terbentuknya beragam pola aliran akan tampak jika dua cairan yang tak dapat
bersatu seperti air-minyak mengalir secara bersama-sama dalam pipa horisontal dengan
variasi tertentu. Rasio fase yang masuk, laju aliran campuran, rasio densitas, rasio
viskositas, sifat pembasahan, tegangan permukaan dan geometri pipa menjadi parameter
yang menentukan dalam pembentukan berbagai macam pola aliran. Identifikasi pola
aliran dapat dilakukan dengan beberapa cara,diantaranya:
Secara visual, melalui pipa transparan menggunakan alat bantu seperti kamera
dan kamera video perekam. Studi terdahulu dengan cara tersebut dilakukan oleh
Russel et al. (1959) dan Charles et al. (1961) dan yang terbaru dilakukan oleh
Arirachakaran dkk. (1989). Kelemahan pengamatan visual ini adalah bahwa
27
penentuan pola aliran bersifat subjektif dan bahkan memiliki kelemahan jika
aliran terkena refraksi cahaya.
Penggunaan konduktivitas probe seperti yang dilakukan Trallero dkk. (1997)
serta Nadler dan Mewes (1995) dan juga penggunaan probe impedansi frekuensi
tinggi seperti pada Vigneaux dkk. (1988) dan Angeli dan Hewitt (2000).
Kelebihan metode ini adalah hasil yang lebih akurat dan obyektif.
Densitometri sinar Gamma seperti yang digunakan oleh Soleimani (1999),
Elseth dkk. (2000) merupakan metode lain yang akurat.
Russel dkk. (1959) menggambarkan tiga pola aliran pada aliran minyak-air yang
mengalir secara horizontal. Polanya adalah aliran mixed (M), aliran stratified (S) dan
bubble (B). Mereka memvariasikan rasio volume minyak-air, Rv, 0,1-10, dan kecepatan
superfisial 0,0354-1,082 m/s. Tabel 2.1 menunjukkan data eksperimen. Tujuannya
adalah untuk mempelajari pengaruh rasio input terhadap pola aliran. Gambar 2.15
menunjukkan pola aliran pada kecepatan superfisial dengan berbagai rasio input.
28
Gambar 2.16 Pola aliran mixed (M), stratified (S) dan bubble (B) untuk laju aliran tertentu [4]
Ketiga rezim aliran tersebut dapat teridentifikasi baik dalam keadaan aliran
laminar maupun aliran turbulen. Pada rasio input terendah, fase minyak tampak sebagai
bubble yang terbentang cukup luas . Seiring dengan meningkatnya rasio input, aliran
berubah menjadi stratified. Dengan peningkatan lebih lanjut dari rasio input aliran
menjadi mixed.
Charles dkk. (1961) melakukan penelitian yang sama pada tiga jenis minyak
yang berbeda yang masing-masing dicampur dengan air pada pipa horisontal. Rasio
input minyak-air berkisar 0,1-10,0. Tabel 2.2 menunjukkan data eksperimen.
Charles dkk. (1961) mengamati serangkaian pola aliran untuk penurunan laju
aliran minyak pada kecepatan aliran air konstan. Gambar 2.17, Gambar 2.18 dan
Gambar 2.19 berisi gambar-gambar dari fotografi rezim aliran yang berbeda.
29
Gambar 2.17 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai kecepatan
minyak, untuk kecepatan aliran air konstan rendah 0,03 m/s [4]
Gambar 2.18 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai kecepatan
minyak, untuk kecepatan aliran air konstan 0,21 m/s [4]
Gambar 2.19 Pola aliran air dan minyak dengan viskositas 16,8 mPa pada berbagai kecepatan
minyak, untuk kecepatan aliran air konstan tinggi 0,03 m/s [4]
30
pipa sudden contraction pada bagian pipa besar (upstream) dan pipa kecil
(downstream).
(a)
(b)
31
Gambar 2.20 Gambar fotografi aliran air-minyak akibat pipa sudden contraction (a) dan
sudden expansion (b) pada bagian upstream dan downstream [2]
Pengaruh kecepatan campuran dan penambahan air diteliti oleh Russell dkk.
(1959). Secara umum, kecepatan campuran rendah menyebabkan aliran terpisah atau
bertingkat, sementara kecepatan campuran tinggi menyebabkan aliran beremulsi.
Pengaruh viskositas, diteliti oleh Russell dkk. (1959), Charles dkk. (1961) dan
Arirachakaran dkk. (1989) yang hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut
hanya sedikit atau bahkan tidak berpengaruh pada pola aliran minyak-air yang diamati.
Urutan maupun jumlah pola aliran yang diamati adalah sama, hanya saja transisi dari
satu rezim aliran ke rezim aliran yang lainnya akan tampak pada kecepatan superfisial
yang berbeda jika viskositas minyak yang digunakan berbeda. Ini berarti bahwa ukuran
dari satu daerah rezim aliran bisa sedikit berbeda. Dalam aliran dua fase, dengan adanya
perbedaan densitas yang tinggi antarfase, maka pola aliran stratified umumnya akan
tampak dengan ketentuan rentang variasi kecepatan campuran yang cukup besar dan
variasi fraksi air dibandingkan pada kasus aliran dua fase dengan perbedaan densitas
yang rendah.
Geometri aliran seperti diameter pipa, design inlet, dipelajari oleh Soleimani
dkk. (1997), dan sudut kemiringan pipa sebagai parameter lain yang dapat
mempengaruhi pola aliran yang tampak. Inlet (yaitu pencampuran unit minyak/air)
dapat dibentuk dengan cara yang cenderung untuk menjaga aliran bertingkat. Atau, inlet
dapat dibentuk untuk aliran terdispersi. Sifat pelarutan juga dapat mempengaruhi pola
aliran sebagaimana yang telah diselidiki oleh Clark (1949), Angeli (1996) serta Angeli
dan Hewitt (2000). Secara umum, lebih dipilih pelarutan oleh minyak agar terjadi
32
kontinyuitas dispersi minyak dibanding dengan pelarutan oleh air untuk mendukung
dispersi air yang kontinyu.
Suhu dan tekanan mempengaruhi pola aliran dalam arti bahwa mereka
mempengaruhi sifat fisik seperti viskositas, densitas, dll.
Salah satu hal yang terkena pengaruh oleh berbagai variasi instalasi pipa seperti
perubahan ketinggian, perubahan kecepatan akibat perubahan penampang dan gesekan
fluida adalah adanya perubahan tekanan pada fluida yang mengalir dalam pipa.
Pada aliran tanpa gesekan, perubahan tekanan dapat dianalisa dengan persamaan
Bernoulli yang memperhitungkan perubahan tekanan ke dalam perubahan ketinggian
dan perubahan kecepatan. Sehingga perhatian utama dalam menganalisa kondisi aliran
nyata adalah pengaruh dari gesekan. Gesekan akan menimbulkan penurunan tekanan
atau kehilangan tekanan. Berdasarkan lokasi timbulnya kehilangan, secara umum
kehilangan tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
kerugian mayor dan kerugian minor.
Kerugian mayor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan aliran fluida pada
sistem aliran penampang pipa yang konstan. Sedangkan kerugian minor adalah
kehilangan tekanan akibat gesekan yang terjadi pada alat kelengkapan pipa seperti
katup, belokan, tee, filter dan pada penampang pipa yang tidak konstan. Kerugian ini
untuk selanjutnya akan disebutkan sebagai head loss.
33
Dengan mempergunakan persamaan keseimbangan energi, sesuai persamaan 42
untuk aliran inkompresibel dan steady yaitu :
(44)
Dimana hl adalah head loss antara bagian (1) dan (2). Dengan asumsi aliran
berkembang penuh, luas penampang konstan dan pipa horisontal, maka D1 = D2
(sehingga V1 = V2) dan z1 = z2. Persamaan energi menjadi :
(45)
Jadi head kerugian mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran fluida
berkembang penuh melalui pipa penampang konstan.
(46)
(47)
Untuk aliran turbulen, berkembang penuh, penurunan tekanan dan head loss
dievaluasi dengan menggunakan hasil eksperimen dan analisa dimensi. Penurunan
tekanan aliran turbulen disebabkan oleh gesekan pipa daerah-konstan horizontal dan
dapat ditulis dalam bentuk fungsional sebagai :
p = F (V, D, l, , , )
dimana V adalah kecepatan rata-rata, l adalah panjang pipa, ε adalah ukuran kekasaran
dinding pipa, adalah viskositas fluida, dan adalah densitas fluida.
34
(48)
dimana /D kekasaran relatif pipa. Dengan asumsi bahwa penurunan tekanan
berbanding lurus dengan panjang pipa, sehingga :
(49)
(50)
dimana
(51)
(52)
Faktor gesekan f untuk aliran laminer adalah f = 64/Re dan tidak bergantung
dengan kekasaran relatif pipa /D. Sedangkan untuk aliran turbulen, ketergantungan
fungsional f = (Re, /D) adalah kompleks. Hasil tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus Colebrook berikut :
1 / D 2.51
2.0 log (53)
f 3.7 Re f
35
Rumus tersebut diplot pada tahun 1944 oleh Moody ke dalam apa yang disebut
Diagram Moody (Gambar 2.20). Diagram Moody adalah diagram faktor gesekan fungsi
bilangan Reynold dan kekasaran relatif pipa. Nilai-nilai kekasaran yang khas untuk
berbagai permukaan pipa ditampilkan pada Tabel 2.5.
Kekasaran Ekivalen,
Material Pipa
Ft Mm
Paku baja 0.003–0.03 0.9–9.0
Beton 0.001–0.01 0.3–3.0
Kayu diamplas 0.0006–0.003 0.18–0.9
Besi tuang 0.00085 0.26
Besi galvanisir 0.0005 0.15
Besi komersial atau besi tempa 0.00015 0.045
Pipa saluran 0.000005 0.0015
Plastik, gelas 0,0 (halus) 0,0 (halus)
36
Gambar 2.21 Diagram Moody [20]
(54)
(55)
Fluida mungkin mengalir dari reservoir ke dalam pipa dengan bentuk ujung
masuk tertentu. Jika V menyatakan kecepatan aliran setelah masuk pipa, maka nilai
koefisien kerugian, K dari persamaan 56 untuk berbagai bentuk ujung masuk pipa yang
terhubung dengan reservoir diperlihatkan pada Gambar 2.21.
K = 0,8 K = 0,5
V V
K = 0,2 K = 0,04
37
V V
Gambar 2.22 Koefisien kerugian berbagai bentuk ujung masuk pipa (inlet) : (a) reentrant,
K = 0,8, (b) sharp edged, K = 0,5, (c) slightly rounded, K = 0,2, dan (d) well rounded, K = 0,04
[9]
Untuk menghitung kerugian pada ujung pipa keluar, menurut Sularso (1987)
digunakan rumus seperti persamaan:
V2
hl minor K
2g (56)
Belokan dalam pipa menghasilkan kerugian head yang lebih besar daripada pipa
yang lurus. Kerugian disebabkan daerah yang terpisah dari aliran dekat bagian dalam
belokan (terutama jika tikungan tajam) dan aliran sekunder berputar yang terjadi karena
adanya ketidakseimbangan gaya sentripetal akibat kelengkungan garis tengah pipa.
Efek-efek dan nilai-nilai terkait untuk besar Reynolds Numbers yang mengalir melalui
sebuah belokan ditunjukkan pada Gambar 2.16.
38
Gambar 2.23 Karakter aliran di belokan dan koefisien kerugian yang terkait [9]
c. Komponen-komponen pipa
Beberapa komponen pipa yang tersedia secara komersial (seperti katup, siku,
tee, dsb), nilai koefisien kerugian K sangat bergantung pada bentuk komponen dan
sangat lemah pada bilangan Reynolds yang besar. Nilai-nilai khas K untuk untuk
komponen tersebut diberikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Nilai koefisien kerugian minor K berbagai komponen sistem perpipaan [9]
39
d. Perubahan penampang pipa mendadak
Pada kerugian yang terjadi karena perubahan penampang, secara sederhana nilai
K merupakan fungsi aspek rasio. Aspek rasio adalah perbandingan penampang yang
lebih kecil dengan penampang yang lebih besar. Untuk perubahan penampang seperti
pembesaran penampang pipa mendadak (sudden expansion) dan pengecilan penampang
pipa mendadak (sudden contraction), nilai k diberikan dalam Gambar 2.24 dan Gambar
2.25.
(a)
Gambar 2.24 Koefisien kerugian pada perubahan pipa sudden expansion [9]
2
d2
K 1 1 2 (57)
d2
40
Gambar 2.25 Koefisien kerugian pada perubahan pipa sudden contraction [9]
Untuk penghitungan nilai k pada pipa sudden contraction, rumus (57) dapat
digunakan jika nilai d1/ d2 ≥ 0,76. Untuk nilai d1/ d2 ≤ 0,76, dapat digunakan hubungan
empiris
2
d1 2
K 0,421 2 (58)
d2
Terdapat tiga teknik lainnya yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai k
pada pipa pengecilan mendadak, yaitu: pendekatan terhadap profil gradien tekanan,
penghitungan dengan mempertimbangkan momentum impuls serta analisa terhadap
daerah efektif aliran.
Dari prinsip Bernoulli untuk perubahan diameter pada seksi uji, didapatkan:
P
4
1 V2
2
hf (59)
m 2
dimana Δp adalah beda tekanan pada seksi uji akibat perubahan diameter penampang
yang didapatkan dengan mengekstrapolasi profil penurunan tekanan berkembang penuh
pada upstream and downstream ke titik pengecilan (contraction). Data didapat secara
eksperimental menggunakan data bagian B pada Gambar 2.26.
f V 2
p (60)
D 2
41
Dimana
hf adalah rugi energi gesek tiap satuan massa. V2 adalah kecepatan rata-rata campuran
pada pipa yang lebih kecil. Sedangkan σ adalah is rasio antara diameter pipa yang lebih
kecil dan pipa yang lebih besar.
2
k hf 2 (62)
V2
Berikut ini adalah salah satu teknik untuk memprediksi koefisien rugi kontraksi,
k.
42
Gambar 2.27 Sudden contraction [3]
Head loss:
2
V2 2 1
hL 1 (63)
2 cc
2
1
k 1 (64)
Cc
Ac V2
cc (65)
A2 V c
Untuk aliran pada pipa sudden contraction, lihatlah Gambar 2.27. Vena
contracta terbentuk pada bagian 3 yaitu sesaat setelah aliran memasuki titik kontraksi
yang menyebabkan luas daerah efektif aliran Ac berkurang akibat pengaruh inersia.
Dapat disimpulakan bahwa daerah aliiran pada vena contracta lebih kecil dibanding
luas penampang pipa kecil (Ac < A2). Oleh karena itu, laju aliran aktual menjadi lebih
43
rendah dibanding yang diprediksikan secara analisa dimensional berdasarkan luas
penampang pipa (A2).
1
2 p1 u1 p2
2
uc ≅ umax =
2 (66)
Dari prinsip kontinuitas antara daerah 3 dan 2 untuk aliran inkompresibel, kecepatan
pada daerah 2 u2 adalah:
u2 A2 uc Ac (67)
A 2
k c 1 (68)
A2
44
45