DASAR TEORI
Untuk secara efektif mengatasi masalah yang dihadapi, sangat penting untuk
mendapatkan kedalaman Pemahaman tentang bus, jenis chassis yang berbeda dan
sejarahnya, bahan yang digunakan, perbedaan kasus pembebanan, jalur beban yang
relevan dan metode elemen hingga.
2.1 Bus
Bus merupakan jenis alat transportasi darat yang berfungsi untuk membawa
penumpang dalam jumlah banyak. Ukuran dan berat kendaraan bus ini lebih besar dari
pada mobil penumpang biasa. Istilah bus sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu omni
bus, yang berarti kendaraan yang berhenti di semua perhentian.
2.2 Chassis
Chassis adalah salah satu bagian paling penting dari kendaraan ringan maupun
berat yang bukan hanya untuk melindungi berbagai macam bagian dalam mobil tapi juga
berperan penting dalam kestabilan mobil. Tantangan utama dalam industri kendaraan
darat saat ini adalah untuk mengatasi meningkatnya tuntutan akan kinerja yang lebih
tinggi, bobot yang lebih rendah, dan umur komponen yang lebih lama, dengan biaya yang
masuk akal dalam waktu singkat. Chassis adalah kerangka kendaraan dan menyatukan
komponen utama. sistem seperti as roda, suspensi, mesin dan kabin (Solghar and
Arsalanloo 2013)
Gambar 2. 2 Tubular Space Frame (Ary Fadila dan Bustami Syam, 2013).
2.3.3 Monocoque
Monocoque merupakan satu kesatuan stuktur chassis dari bentuk kendaraannya
sehingga chassis ini memiliki bentuk yang beragam yang menyesuaikan dengan body
mobil. Chassis ini dapat dilihat pada Gambar 2.3 (Ary Fadila dan Bustami Syam, 2013).
Gambar 2. 3 Chassis Monocoque (Ary Fadila dan Bustami Syam, 2013).
2.3.4 Backbone
Ini adalah aplikasi langsung dari teori jenis rangka pipa. Ide awalnya adalah dengan
membuat struktur depan dan belakangnya yang terhubung dengan sebuah rangka tube
yang melintang disepanjang mobil Chassis Backbone memiliki kekakuan dari luas area
bagian ‘backbone’ itu sendiri. Ukuran luas penampangnya sekitar. Chassis ini dapat
dilihat pada Gambar 2.4 (Ary Fadila dan Bustami Syam, 2013).
Gambar 2. 6 Gambar desain chassis lengkap dengan mesin dan ban(new india 2016)
Gambar 2. 7 Gambar ladder frame bus yg menjadi acuan(new india 2016)
2.5 Konsep Tegangan
Salah satu masalah fundamental dalam mechanical engineering adalah menentukan
pengaruh beban pada komponen mesin atau peralatan. Hal ini sangat esensial dalam
perancangan mesin karena tanpa diketahuinya intensitas gaya di dalam elemen mesin,
maka pemilihan dimensi, material, dan parameter lainnya tidak dapat dilakukan.
Intensitas gaya dalam pada suatu benda didefinisikan sebagai tegangan (stress). Gambar
2.8 menunjukkan sebuah benda yang mendapat beban dalam bentuk gaya-gaya. Untuk
mengetahui intensitas gaya di dalam benda maka dapat dilakukan dengan membuat
potongan imajiner melalui titik O. Untuk menjaga prinsip kesetimbangan, tentu pada
penampang potongan imajiner tesebut terdapat gaya-gaya dalam yang bekerja. Kalau
penampang imaginer tersebut dibagi menjadi elemen-elemen yang sangat kecil ∆A, maka
pada masing masing ∆A tersebut akan bekerja gaya dalam sebesar ∆F’(Mulyati, ST.
2008)
Gambar 2. 8 Konsep intensitas gaya dalam sebuah benda yang mendapat
beban(Mulyati, ST. 2008)
Definisi vektor tegangan (Stress vector)
∆𝑃 𝑑𝐹
𝑇 = lim ≈ (2.1)
∆𝐴→0 ∆𝐴 𝑑𝐴
Vektor tegangan ini adalah intensitas gaya pada seluruh penampang dan arahnya
tidak harus sama antara satu dengan yang lain. Dari definisi ini jelas bahwa tegangan pada
suatu elemen mesin terjadi karena adanya beban yang bekerja pada elemen tersebut
(Mulyati, ST. 2008).
2.6 Pengaruh Beban Terhadap Kondisi Tegangan
Dalam analisis elemen mesin masing-masing jenis beban perlu dipelajari
pengaruhnya terhadap tegangan, regangan, maupun deformasi yang ditimbulkan.
Berdasarkan lokasi dan metoda aplikasi beban serta arah pembebanan, beban dapat
diklasifikasikan menjadi : beban normal, beban geser, beban lentur, beban torsi, dan
beban kombinasi. Pengaruh jenis-jenis pembebanan tersebut terhadap tegangan, regangan
maupun defleksi elemen mesin dapat ditentukan secara analitik untuk komponen yang
sederhana. Sedangkan untuk komponen yang kompleks, dapat digunakan metoda
numerik maupun metoda eksperimental (Mulyati, ST. 2008).
2.6.1 Beban uniaksial
Pembebanan uniaksial pada suatu elemen mesin sering terjadi pada suatu elemen
mesin seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9 tegangan yang terjadi pada elemen yang
mendapat beban uniaksial adalah tegangan normal yang arahnya selalu tegak lurus
penampang. Distribusi tegangan normal akibat ganya uniaksial dapat diasumsikan
terdistribusi secara seragam. Formula sederhana untuk menghitung tegangan normal
akibat beban uniaksial adalah:
𝑃
𝜎= (2.2)
𝐴
Dengan:
P = Beban uniaksial
A = Luas penampang tegak lurus arah beban
Gambar 2. 9 Distribusi tegangan normal akibat beban uniaksial (Mulyati, ST. 2008).
Dari definisi tegangan dan regangan maka hubungan tegangan regangan elemen yang
mengalami beban uniaksial dapat diformulasikan menjadi Hukum Hooke satu dimensi.
𝛿
𝜎 = 𝐸𝜀; 𝜀 = (2.3)
𝐿
Dengan :
𝜎 = Tegangan normal
𝐸 = Modulus Elastisitas
𝜀 = Regangan
𝛿 = Deformasi
𝐿 = Panjang Awal Spesimen
Perpindahan yang terjadi pada elemen yang mengalami beban uniaksial
diilustrasikan pada Gambar 2.10 formulasi untuk menghitung perpindahan dapat
dilakukan
dari definisi deformasi 𝛿 = 𝑢𝐵 − 𝑢𝐴 dan dengan menggunakan hukum Hooke, maka
dapat diturunkan bahwa.
𝐹𝐿
𝛿 = (𝑢𝐵 − 𝑢𝐴 ) = (2.4)
𝐴𝐸
Gambar 2. 10 Gaya dan perpindahan pada elemen yang mengalami beban uniaksial
(Kurt Gramoll).
2.6.2 Beban torsi
Beban torsi akan menimbulkan efek “puntiran” atau deformasi sudut (angular
deformation) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11. Poros adalah salah satu contoh elemen mesin
yang mengalami beban puntir. Tegangan yang terjadi akibat beban torsi adalah tegangan geser
dengan distribusi yang bervariasi linear dari titik tengah penampang ke permukaan. Tegangan
geser yang terjadi pada suatu elemen poros pada jarak r dari sumbu dan diakibatkan adanya torsi
T, diformulasikan sebagai berikut :
𝑇𝑟
𝜏= (2.5)
𝐽
J adalah momen inersia polar, besarnya tergantung pada dimensi dan bentuk penampang.
𝜏 = 𝐺𝛾 (2.6)
Dengan :
𝐸
𝐺 = Modulus Geser, 𝐺 =
2(1+𝜐)
Deformasi sudut yang diakibatkan adanya torsi bisa dilihat pada Gambar 2.12. Besarnya
adalah :
𝑇𝐿
𝜙 = 𝜙𝐵 − 𝜙𝐴 = 𝐺𝐽 (2.7)
Gambar 2. 12 Sebuah poros dengan panjang L yang diberi beban torsi T (Mulyati, ST.
2008).
2.6.3 Beban bending
Contoh sederhana pembebanan bending pada beam ditunjukkan pada Gambar 2.13.
Tegangan yang terjadi pada pembebanan momen bending M yang diakibatkan oleh beban
P adalah tegangan normal dan tegangan geser. Besarnya tegangan normal yang terjadi
bervariasi semakin membesar menjauhi sumbu netral dan besarnya adalah:
𝑀𝑦
𝜎𝑋 = (2.8)
𝐼𝑍
y adalah jarak titik yang ditinjau dari sumbu netral, I adalah momen inersia,
sedangkan A adalah luas penampang melintang beam (Mulyati, ST. 2008).
Gambar 2. 16 Paku keling yang dibebani dengan beban geser (Mulyati, ST. 2008).
Tegangan geser yang diakibatkan adanya beban P pada sebuah paku keling dengan
luas penampang A, diformulasikan sebagai berikut :
𝑃
2 𝑃
𝜏= = (2.9)
𝐴 2𝐴
Khusus pada pembebanan transversal pada beam, seperti pada gambar 2.17,
akan terjadi kombinasi tegangan bending dan tegangan geser.
Dengan b adalah tebal penampang. dM/dy adalah gaya geser pada setiap titik, V,
sehingga:
𝐶
Dengan 𝑄 = ∫𝑦1 𝑦𝑑𝐴, Maka :
𝑉𝑄
𝜏𝑋𝑌 = (2.10)
𝐼𝑏
Sehingga :
(2.11)
ℎ
Tegangan geser bervariasi seperti pada gambar 2.19. Pada 𝑦1 = 2 , τ=0. Pada 𝑦1 = 0,
2 3
𝑉ℎ 𝑏ℎ
τmax = 8𝐼 . Untuk penampang persegi panjang, I= 12 , sehingga :
3𝑉
𝜏𝑀𝑎𝑥 = (2.12)
2𝐴
Gambar 2. 19 Distribusi tegangan geser pada beam persegi panjang (Mulyati, ST.
2008).
2.7 Metode Elemen Hingga (MEH)
Metode elemen hingga atau Finite Element Method (FEM) adalah prosedur numeris
yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam bidang rekayasa
(engineering), seperti analisis tegangan pada struktur, frekuensi pribadi dan mode shape-
nya, perpindahaan panas, elektromagnetis, dan aliran fluida. Metode ini digunakan pada
masalah-masalah rekayasa dimana exact solution atau analytical solution tidak dapat
menyelesaikannya. Inti dari metode elemen hingga adalah membagi suatu benda yang
akan dianalisis, menjadi beberapa bagian dengan jumlah hingga (finite). Bagian-bagian
ini disebut elemen yang tiap elemen satu dengan elemen lainnya dihubungkan dengan
titik nodal (node). Kemudian dibangun persamaan matematika yang menjadi
reprensentasi benda tersebut. Proses pembagian benda menjadi beberapa bagian disebut
meshing.
Metode analisis elemen hingga pertama kali diperkenalkan oleh Turner dkk. pada
tahun 1956 (Madenci dan Guven, 2006). Saat ini, metode dan analisis desain telah banyak
menggunakan perhitungan matematis yang rumit dalam penggunaan sehari-hari. Metode
elemen hingga (MEH) banyak memberikan andil dalam melahirkan penemuan-penemuan
bidang riset dan industri, hal ini dikarenakan dapat berperan sebagai research tool pada
pengujian secara numerik. Aplikasi dari gagasan ini dapat kita temui dalam kehidupan
sehari-hari yang sama baiknya dalam keteknikan, seperti permainan bongkar pasang,
bangunan, perkiraan area lingkaran dan lain sebagainya, seperti terlihat pada Gambar 2.20
(Madenci & Guven)
Tegangan: 𝛿 X = Eℇ x ; 𝛿 Y = Eℇ Y ; 𝛿 Z = Eℇ Z
4. Menentukan Matrik Persamaandan Kekakuan Elemen
Ada tiga metode dalam penentuan persamaan tiga metode dalam penentuan
persamaan kekakuan elemen:
Metode Kesetimbangan Langsung (Direct Equilibrium Method). Matrik
persamaan elemen yang menunjukkan hubungan antara gaya, kekakuan dan
deformasi pada elemen ditentukan, dan deformasi pada elemen ditentukan
berdasarkan pada prinsip kesetimbangan gaya.
Metode Kerja atau Energi (Work or Energy Method). Metode ini adalah
pendekatan yang dapat mencakup hampir semua tingkat kerumitan dari suatu
model yang mencakup komponen material, dimensi, beban,dan syarat batas.
Metode yang menggunakan prinsip energi/kerja lainnya: Metode Castigliano
dan Metode yang berdasarkan Prinsip Energi Potensial Minimum. Keduanya
hanya berlaku untuk penurunan dengan material elastis.
Metode dengan Pemberatan pada Energi Sisa (Methods of Weighted
Residual). Metode ini yang terkenal adalah Metode Galerkin. Metode ini
memberikan hasil yang sama untuk semua penyelesaian Metode Energi.
Metode ini sebagai penyelesaian saat metode energi tidak bisa digunakan.
Metode ini dapat mengadopsi langsung persamaan diferensial.
Persamaan elemen yang dihasilkan secara umum dari prsamaan 2.13 adalah
sebagai berikut:
Teori ini menyatakan bahwa kekuatan luluh pada kekuatan geser diberikan oleh
persamaan :
S sy 0,5s y
(2.14)
2.8.3 Teori tegangan von Misses
Teori ini memperkirakan suatu kegagalan mengalah dalam tegangan geser yang
memadai lebih besar dari yang diperkirakan oleh teori tegangan geser maksimal. Untuk
analisis perancangan akan lebih mudah jika kita menggunakan tegangan von Misses, yaitu
persamaan yang berkaitan dengan suatu tegangan dalam tiga sumbu.
1
( 1 2 ) 2 ( 2 3 ) 2 ( 1 3 ) 2 2
'
2 (2.15)
' Sy
Hal ini akan terjadi kegagalan jika:
Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa teori
distorsi energi (von Misses) memperkirakan kegagalan dengan ketelitian tertinggi pada
semua kuadran (Budynas dan Nisbeth, 2008).
2.9 Faktor Keamanan
Disamping itu juga faktor yang perlu diperhatikan dalam desain kontruksi adalah
faktor keamanan. Keamanan suatu desain dapat ditunjukan dengan suatu nilai yang
disebut faktor keamanan atau safety factor (SF). Nilai dari safety factor dipengaruhi oleh
tegangan yang terjadi pada kontruksi. Hubungan tegangan dan safety factor dapat
digambarkan melalui persamaan berikut (Timoschenko, 1976):
𝑆𝑦
𝑆𝐹 = (2.16)
𝜏
2.10 ABAQUS
Software ABAQUS adalah salah satu software yang dapat digunakan untuk analisis
dengan metode elemen hingga. ABAQUS menyediakan program yang digunakan untuk
memodelkan benda yang akan dianalisis yang diberi nama ABAQUS CAE. Program ini
berfungsi sebagai desain model yang akan kita analisis kekuatannya. Seperti kebanyakan
program komputer yang banyak tersedia di pasaran, ABAQUS mempunyai fasilitas
CAD/CAM/CAE bisa difungsikan sebagai program analisis elastis dan plastis.
Keunggulan ABAQUS dibanding dengan program lain sejenis adalah lengkapnya menu
yang tersedia pada part module. Selain itu kita juga bisa melakukan test dengan
memasukkan data secara manual didalam input file. Pengembangan bahasa program
dalam ABAQUS memungkinkan para desainer lebih mudah dalam memilih metode yang
digunakan dalam melakukan proses simulasi dan analisis (referensi pengertian abaqus)
Secara garis besar langkah kerja ABAQUS adalah sebagai berikut :
a. Part Module
Part Module adalah bagian dari modul yang akan digunakan untuk menggambar benda
yang akan disimulasikan didalam ABAQUS CAE 6.5-1. Modul part menyediakan menu
tool bar yang berfungsi untuk melakukan modifikasi benda maupun bentuk sesuai
dengan model yang akan kita buat.
b. Property Module
Property Module berfungsi untuk memasukan sifat mekanis bahan, jenis material,
kekuatan bahan, dan spesifikasi teknis dari material yang akan dianalisis. Modul property
ini sangat penting sebelum kita masuk kelangkah berikutnya, karena property dari
material harus diberikan sebelum kita melakukan proses assembly
c. Assembly Module
Assembly adalah menyusun bagian-bagian komponen (instance part) yang kita
buat menjadi satu kesatuan model sehingga memungkinkan untuk dilakukan analisis
numerik.
d. Step Module
Step berfungsi untuk menentukan urutan langkah-langkah yang ada akan
didefinisikan sebagai letak pemberian beban atau kecepatan. Modul step menyediakan
menu Set dan surface untuk meletakkan beban yang akan dikerjakan pada benda.
e. Interaction Module
Interaction berfungsi untuk menentukan bagian material yang akan mengalami
kontak. Interaction juga berguna untuk memberikan constraint pada benda yang
dianalisis untuk mencegah bergesernya benda dari kedudukan awalnya.
f. Load Module
Load digunakan untuk memberikan beban, kecepatan, boundary pada benda uji.
Modul load juga digunakan sebagai sarana untuk memasukkan tipe kondisi batas
(boundary conditions) yang akan kita buat.
g. Mesh Module
Mesh berfungsi membagi geometri dari benda yang akan kita buat menjadi node
dan elemen. Kita bisa menentukan jenis mesh yang akan kita gunakan serta mengontrol
jenis mesh yang kita berikan pada benda.
h. Job Module
Job berfungsi untuk melakukan proses running terhadap model yang telah kita buat.
Setelah data yang kita masukkan selesai selanjutnya kita serahkan pada job module untuk
melakukan proses penyelesaian secara numerik. Selama proses numerik di dalam
software kita bisa memonitor dari message area yang berada dibawah viewport apakah
submit job berhasil atau tidak, apabila terjadi error message kita kembali kepada module
untuk melakukan modifikasi terhadap bagian–bagian yang masih terdapat kesalahan.