Anda di halaman 1dari 130

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG SOEPARJO RUSTAM RSUD Prof. Dr MARGONO


SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5

1. Syamsul Sani, S.Kep


2. Ita Nurfidiniyah, S.Kep
3. Ratna Minarsih, S.Kep
4. Wiji Hastuti, S.Kep
5. Dwi Anggoro, S.Kep
6. Sawenda Kusuma Mawar Dani Tugiyo, S.Kep
7. Febri Alifianto, S.Kep
8. Sri Wahyuni, S.Kep
9. Dwi Roro Anggraeni, S.Kep
10. Retno Maichatun, S.Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2014

1
2
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Era globalisasi perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut

perawat sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi, dimana didalam manajemen

tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervise terhadap staf, sarana,

prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey dalam

Nursalam, 2002). Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai

pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan keperawatan

meruakan fakto penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh

karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan

ditingkatkan seoptimal mungkin.

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan

sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional,

sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses

keperawatan dalam manajemen keperawatan dalam manajemen keperawatan

terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi hasil.


4

Berdasarkan alasan tersebut diatas, manajemen keperawatan perlu

mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di

masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan

global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan

secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi

(Nursalam, 2002).

Manajer keperawatan untuk untuk merencanakan, mengorganisir,

memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat

memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi

individu, keluarga, dan masyarakat. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka

diperlukan suatu cara pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti

prinsip-prinsip manajemen.

Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang memiliki sarana

rawat inap. Rumah sakit dapat dimiliki dan dikelola oleh pemerintah atau

swasta. Rumah sakit pemerintah terdiri dari Rumah Sakit Umum baik Daerah

(RSUD) maupun Rumah Sakit Pusat (RSP) dan Rumah Sakit Khusus (Konsil

Kedokteran Indonesia, 2006, Jakarta).

Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto merupakan

salah satu rumah sakit pendidikan yang mempunyai visi sebagai rumah sakit

pusat rujukan pelayanan kesehatan yang prima dan rumah sakit pendidikan

yang berkualitas. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan,

dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga

pelayanan yang diberikan mampu memuaskan dan memenuhi kebutuhan


5

klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui

bebagai cara. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan

manajerial yang baik selain didapatkan bangku kuliah juga melalui

pembelajaran di lahan praktek.

Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong dituntut untuk dapat

mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang Soeparjo

Roestam Atas RSUD Margono Soekarjo Purwokerto dengan arahan dari

pembinbing pendidikan maupun pembimbing lapangan. Pada proses

pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan berbagai

pengetahuan langsung pada klien yang dirawat di rumah sakit dan berusaha

memberikan asuhan keperawatan profesional yang berkualitas. Mahasiswa

juga diharapkan mahasiswa mampu menerapkan berbagai pengetahuan

langsung pada klien yang dirawat di rumah sakit dan berusaha memberikan

asuhan keperawatan profesional yang berkualitas. Mahasiswa juga

diharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang

perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

B. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Pelaksanaan Praktik Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan

dilakukan selama 4 minggu yaitu mulai tanggal 24 Februari 2014 sampai

dengan 22 maret 2014, bertempat di Ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD

Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto (RSMS).


6

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti program profesi stase managemen keperawatan,

mahasiswa mampu mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan serta

bimbingan praktik klinik keperawatan diruang rawat inap dengan

menggunakan ketrampilan manajemen dan kepemimpinan dalam

keperawatan, untuk dapat mencapai pelayanan dan asuhan serta bimbingan

praktik klinik keperawatan yang profesional dan berkualitas tinggi.

2. Tujuan khusus

Setelah mengikuti program profesi stase managemen keperawatan

mahasiswa mampu :

a. Melaksanakan praktik manajemen dalam keperawatan di ruang rawat

inap yang meliputi aspek pelayanan dan asuhan serta bimbingan

praktik klinik keperawatan.

1) Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah dan

prioritas masalah.

2) Merencanakan kegiatan berdasarkan prioritas masalah

3) Mengorganisasikan kegiatan berdasarkan perencanaan yang telah

ditetapkan

4) Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

5) Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam

upaya pencapaian hasil yang optimal


7

6) Memberikan alternatif usulan dan saran sebagai upaya tindak

lanjut untuk perbaikan.

b. Melaksanakan kepemimpinan dalam keperawatan di ruang rawat inap

untuk dapat terselenggaranya pelayanan dan asuhan serta bimbingan

praktik klinik keperawatan profesional.

1) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai

dengan situasi dan kondisi

2) Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam

mempengaruhi orang lain

3) Memperkenalkan perubahan yang bermanfaat bagi ruangan

4) Mengidentifikasi, menganalisa serta menetapkan masalah dan

prioritas masalah.

D. CARA PENGUMPULAN DATA

Dalam melakukan pengkajian di Ruang Soeparjo Roestam RSUD Prof. Dr.

MARGONO SOEKARJO diperoleh dengan cara :

1. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data dan informasi yang

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada

responden dan jawaban yang diterima dari responden dicatat secara

langsung.
8

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dan informasi dengan

melakukan pengamatan terhadap kegiatan suatu organisasi, observasi

dalam pengertian sempit merupakan suatu pengamatan dengan

menggunakan alat indera.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dan informasi

yang tidak secara langsung ditujukan kepada instansi atau unit kerja dan

organisasi yang dievaluasi, dokumen yang digunakan dalam tahapan

survei dapat berupa catatan, laporan maupun informasi lain yang

berkaitan dengan instansi atau unit kerja yang dievaluasi.

4. Kuesioner

Kuesionermerupakan teknik pengumpulan data atau informasi dengan

menyerahkan serangkaian daftar pertanyaan yang akan diisi oleh instansi

atau unit kerja secara mandiri. Daftar pertanyaan yang diajukan dalam

angket dapat bersifat terbuka maupun tertutup, pertanyaan terbuka

merupakan bentuk pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan,

sehingga responden secara mandiri mengisi jawabannya. Pertanyaan

tertutup merupakan bentuk pertanyaan yang jawabannya telah disediakan

sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan.


9

E. PRAKTIKAN

Mahasiswa praktik manajemen di Ruang Soeparjo Roestam Atas adalah

mahasiswa Profesi Ners STiKesMuhammadiyah Gombong Tahun 2014 dari

Kelompok V. Nama anggota kelompok yang melakukan praktik di Ruang

Soeparjo Roestam Atas adalah:

11. Syamsul Sani, S.Kep

12. Ita Nurfidiniyah, S.Kep

13. Ratna Minarsih, S.Kep

14. Wiji Hastuti, S.Kep

15. Dwi Anggoro, S.Kep

16. Sawenda Kusuma Mawar Dani Tugiyo, S.Kep

17. Febri Alifianto, S.Kep

18. Sri Wahyuni, S.Kep

19. Dwi Roro Anggraeni, S.Kep

20. Retno Maichatun, S.Kep


10

BAB II

HASIL PENGKAJIAN

A. Profil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

1. Profil dan Gambaran Umum

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo semula merupakan fungsi dari

RSU Purwokerto yang berlokasi Jl. Dr. Angka No.2 Purwokerto. RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto ini menempati satu paket rumah

sakit yang terdiri atas dua lantai yang berlokasi di Jl. Dr. Gumbreg No. 1

Purwokerto. Fungsionalisasi lokasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto diresmikan secara keseluruhan pada tanggal 12 November

1995. Dilihat dari aspek geografis lokasi RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto sangat menguntungkan, karena terletak di pusat

pengembangan wilayah Jawa Tengah bagian selatan - barat, dan terletak

di kota yang terus berkembang menjadi kota besar dan kota perdagangan,

pendididkan dan pariwisata. Dipihak lain, kota Purwokerto terletak di

pertemuan tiga jalur transportasi menuju pusat rujukan pelayanan

kesehatan yang lebih tinggi, dengan jarak sekitar 200 km. Dari kota

Semarang, Yogyakarta dan Bandung. Kondisi ini sangat strategis bagi

pengembangan dan pemasaran RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto.

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebagai RSUD

milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dalam menyusun struktur


11

organisasi dan tata kerja Rumah Sakit berpedoman pada perda No. 8

tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah

dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008 No. 8 Seri D No. 4, tambahan

lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 14) dan peraturan Gubernur

Jawa Tengah No. 94 Tahun 2008 tentang penjabaran tugas pokok, fungsi

dan Tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo

Propinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Propinsi Jawa Tengah tahun 2008

No. 94). Dalam Peraturan Daerah (perda) No. 8 tahun 2008 tersebut

disebutkan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut

RSUD adalah lembaga teknis daerah yang merupakan unsur pendukung

tugas Pemerintah Daerah dibidang pelayanan Rumah Sakit yang masing-

masing dipimpin oleh seorang direktur yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Untuk

menunjang pengelola RSUD dapat dibentuk komite-komite, instalasi dan

satuan pengawas intern yang pengaturannya ditetapkan dengan keputusan

Direktur.

Menurut UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.


12

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo adalah sebuah rumah sakit

tipe B pendidikan milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada di

kota Purwokerto.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur tentang Visi, misi dan

motto RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo nomor 445/16307/XII/2008

tanggal 24 Desember 2008 adalah sebagai berikut :

a. Visi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Prima dalam pelayanan sub spesialistik dan pendidikan profesi.

b. Misi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan sub spesialistik

yang prima dan mandiri

2) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian

masyarakat yang berkualitas di bidang kesehatan

3) Mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui

peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan.

4) Mengembangkan sarana dan prasarana RS yang tepat untuk

mendukung pelayanan prima.

5) Mengembangkan sistem manajemen yang handal, transparan,

akuntabel, efektif dan efisien.

c. Motto RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Melayani dengan sepenuh hati.


13

d. Falsafah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

1) Paradigma keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan,

sehat dan keperawatan diyakini oleh keperawatan menjadi fokus

dalam memberikan dan mencapai tujuan pelayanan/asuhan

keperawatan.

2) Manusia merupakan klien merupakan manusia yang utuh

meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, spiritual, dan

bersifat unik yang dipengaruhi oleh karakteristik klien itu

sendiri dan lingkungannya.

3) Lingkungan merupakan semua kegiatan, pengaruh dan kondisi

disekeliling klien yang mempengaruhi kesehatannya.

Lingkungan ini termasuk budaya yang dapat meningkatkan dan

mengganggu status kesehatan klien.

4) Sehat/kesehatan suatu rentang yang bersifat dinamis. Status

kesehatan klien sangat bervariasi dari hari ke hari tergantung

dari berbagai faktor seperti istirahat, nutrisi dan stressor yang

ada.

5) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan

pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio, psiko,

sosio, spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,

keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang

mencakup seluruh rentang kehidupan manusia. Pelayanan


14

keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta

kurangnya kemauan menuju kemampuan melaksanakan

kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Ruang Soeparjo Roestam Atas merupakan bagian dari instalasi

rawat inap non bedah kelas I dengan kapasitas tempat tidur 21. Ruang

Soeparjo Roestam terletak di lantai II menghadap ke Barat berbatasan

dengan ruang Aster.

Tarif pelayanan perawatan di Ruang Soeparjo Roestam

berdasarkan ketentuan tarif terbaru di RSUD Prof. Dr. MARGONO

SOEKARJO, yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Tarif Pelayanan Instalansi Rawat Inap Di Ruang Soeparjo


Roestam Atas

No Jenis Pelayanan Tarif


1. Kelas I Rp 250.000
Sumber: data tarif rawat inap di ruang Soeparjo Roestam Atas

Dari tabel diatas didapatkan data bahwa tarif pelayanan Ruang

Soeparjo Roestam yaitu untuk tarif kelas I dengan biaya Rp 250.000/hari.

Ruang Soeparjo Roestam dipimpin oleh seorang Kepala Ruang

dan dibantu oleh 3 orang perawat primer dan 12 orang perawat assosiate,

1 orang administrasi dan 1 orang house kepper.


15

Letak ruang Soeparjo Roestam Atas berada dilantai dua, lantai

bawahnya ruang Soeparjo Roestam Bawah, sebelah barat Ruang Aster.

Ruang Soeparjo Roestam Atas memiliki 28 tempat tidur yang terdiri dari

kelas I.

B. Input

1. Pasien

Kajian teori

RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO sebagai rumah sakit

tipe B pendidikan dan rujukan untuk Propinsi Daerah Jawa Tengah

bagian selatan.

Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang

membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu kondisi

kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO, 1990). Menurut

Soejadi (1996) pasien merupakan individu terpenting di rumah sakit,

yaitu sebagai konsumen, sebagai pasien yang mempercayakan

penyembuhannya kepada rumah sakit yang dipilih, mereka mempunyai

kebutuhan yang diharapkan dapat diperoleh melalui rumah sakit tersebut.

Karakteristik pasien yang dirawat disuatu ruangan berpengaruh dalam

pemberian pelayanan keperawatan. Semakin banyak ragam kasus

penyakit yang dirawat di ruangan menuntut semakin banyak pula

pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat.

Demikian juga perangkat lunak yang harus dimiliki ruangan seperti


16

petunjuk teknis standar asuhan keperawatan juga semakin banyak yang

harus disediakan.

Ruang Soeparjo Roestam adalah ruang rawat inap yang

memberikan perawatan pada berbagai macam penyakit non Bedah.

Kajian Data

a. Distribusi Jumlah Pasien Masuk periode November 2013 -

Januari 2014

Ruang Soeparjo Roestam Atas adalah ruang rawat inap kelas I,

Ruang perawatan ini memiliki daya tampung maksimal 28 tempat

tidur.

Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi Jumlah pasien masuk periode


November 2013-Januari 2014 di Ruang Soeparjo Roestam
Atas RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (n=261)

No Bulan Jumlah
1 November 93
2 Desember 85
3 Januari 83
Jumlah 261
Sumber: Laporan bulanan ruang Soeparjo Roestam Atas periode
November 2013-Januari 2014

Analisis: Jumlah pasien masuk yang dirawat di ruang

Soeparjo Roestam Atas selama periode November 2013-Januari

2014 yaitu bulan November 93 pasien, Desember 85 pasien dan

Januari 83 pasien.
17

b. Distribusi 10 besar penyakit di Ruang Soeparjo Roestam Atas

Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi 10 besar penyakit periode November


2013-Januari 2014 Ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD
Margono Soekardjo (n=116)

No Jenis Penyakit Jumlah Pasien Persentase (%)


1 Febris 31 27%
2 CHF 18 16%
3 DM 12 10%
4 Stroke 10 9%
5 CRF 10 9%
6 Diare 10 9%
7 Katarak 7 6%
8 Anemia 6 5%
9 Ca Mamae 6 5%
10 Abdominal Pain 6 5%
Jumlah 116 100%
Sumber: Laporan bulanan ruang Soeparjo Roestam Atas periode
November 2013-Januari 2014
Analisis : Dari tabel diatas diperoleh data jenis penyakit

terbanyak pada bulan Januari 2014 adalah Febris sebanyak 31 pasien

(27%), selebihnya yaitu CHF sebanyak 18 pasien (16%), DM

sebanyak 12 pasien (10%), Stroke sebanyak 10 pasien (9%), CRF

sebanyak 10 pasien (9%), Diare sebanyak 10 pasien (9%), Katarak

sebanyak 7 pasien (6%), Anemia sebanyak 6 pasien (5%), Ca

Mamae sebanyak 6 pasien (5%) dan Abdominal Pain sebanyak 6

pasien (5%).
18

c. Distribusi Pasien Berdasarkan Penjamin Pasien

Tabel 2.4 Distribusi Frekuensi Jenis Pembayaran/Penjamin Pasien di


Ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto periode November 2013-Januari
2014 (n=261)

Jenis Bulan Presentase (%)


No
Pembayaran Januari
1 UMUM 81 31%
2 ASKES 119 46%
3 BPJS 48 18%
4 Jamsostek 13 5%
Jumlah 261 100%
Sumber: Laporan bulanan ruang Soeparjo Roestam Atas periode
November 2013-Januari 2014
Analisis: Dari data hasil tabel diatas didapatkan kesimpulan

bahwa sumber pembayaran atau jaminan kesehatan pasien adalah

Umum sebanyak 81 pasien (31%), Askes sebanyak 119 pasien

(46%), BPJS sebanyak 48 pasien (18%), dan Jamsostek sebanyak

13 pasien (5%).

d. Distribusi Pasien Berdasarkan Asal Daerah

Pasien yang dirawat di Ruang Soeparjo Roestam berasal dari

dalam dan luar wilayah Barlingmascakeb. Pasien yang berasal dari

wilayah Barlingmascakeb diantaranya : Banyumas, Purbalingga,

Cilacap, Banjarnegara, Kebumen sedangkan yang berasal dari luar

adalah Brebes, Pemalang, Tegal, Wonosobo.


19

Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Pasien Ruang Soeparjo Roestam


Atas Berdasarkan Asal Daerah periode November 2013-
Januari 2014 (n=261)

No Asal Daerah Pasien Jumlah Pasien Persentase (%)


1. Banyumas 86 33%
2. Cilacap 37 14%
3. Pemalang 31 12%
4. Purbalingga 35 13%
5. Banjarnegara 7 3%
6. Brebes 25 10%
7. Kebumen 10 4%
8. Lain lain 30 11%
Jumlah 261 100%
Sumber: Laporan bulanan ruang Soeparjo Roestam Atas periode
November 2013-Januari 2014

Analisa: RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

merupakan rumah sakit rujukan di Jawa Tengah bagian barat selatan.

Kenyataan ini dapat dilihat pada tabel diatas, dimana pasien yang

dirawat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto datang

dari berbagai daerah. Daerah asal pasien yang terbanyak yaitu dari

Banyumas (33%), kemudian Cilacap (14%), Purbalingga (13%),

Pemalang (12%), Brebes (10%), Banjarnegara (3%), Kebumen (4%),

dan lain-lain (11%).


20

2. Mahasiswa Praktek

Kajian Teori

Visi dari RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO adalah prima

dalam pelayanan sub spesialistik dan pendidikan profesi. Dalam rangka

mewujudkan visi tersebut RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

sebagai kelas B pendidikan, salah satu fungsinya adalah

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan

termasuk SDM keperawatan, yang dimaksud dengan “Rumah Sakit

Umum Daerah Kelas B Pendidikan” adalah Rumah Sakit Umum yang

mempunyai fungsi dan fasilitas pendidikan, penelitian, pengembangan

dan pengabdian masyarakat bagi tenaga dari institusi pendidikan

kesehatan dan mempunyai kemampuan pelayanan medis sekurang-

kurangnya 11 sub spesialistik dan subsub spesialistik luas (Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008).

RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO sebagai rumah sakit

pendidikan, yang digunakan sebagai lahan praktek dari berbagai institusi

pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan. Untuk

menghasilkan lulusan peserta didik keperawatan yang berkualitas, perlu

adanya pengelolaan bimbingan, bermutu tinggi, serasi dan selaras dengan

perkembangan iptek.
21

Kajian data

Data Asal Mahasiswa Praktek Di Ruang Soeparjo Roestam Atas

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Periode Januari sampai

Februari, sebagai berikut:

Tabel 2.6 Distribusi Asal Mahasiswa Praktek di Ruang Soeparjo


Roestam Atas RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Periode Januari- Februari 2014 (n=31)

No Institusi Januari Februari Jumlah

1 UNSIQ Wonosobo 5 20 25

2 Stikes Muhammadiyah Gombong - 6 6

Total 31

Sumber : Data Arsip Mahasiswa Praktek Ruang Soeparjo Roestam Atas


RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto bulan Januari-
Februari 2014.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

yang praktik di Ruang Soeparjo Roestam Atas selama periode bulan

Januari sampai Februari berasal dari UNSIQ Wonosobo sebanyak 25

mahasiswa dan Stikes Muhammadiyah Gombong sebanyak 6 mahasiswa.

Semua mahasiswa praktikan terdiri dari mahasiswa D III Keperawatan.

3. Ketenagakerjaan

1. Kuantitas

Kajian Teori

Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu

proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak

tenaga yang dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu

unit untuk setiap shiftnya.untuk penetapan ini ada beberapa rumus


22

yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk menetapkan rumus

ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah

tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih. Rumus tersebut

antara lain :

1) Menurut Gillies (1982)

Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan

dengan perhitungan sebagai berikut :

Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365

(365-C) x jam kerja/hari

Keterangan :

A : jam efektif/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien)

B : sensus harian → BOR x Jumlah tempat tidur

C : jumlah hari libur

365 : jumlah hari kerja selama 1 tahun

Kajian Data

Pada Stase Manajemen Keperawatan tanggal 26-28 Februari

2014 dengan diketahui bahwa jam efektif Ruang Soeparjo Roestam

Atas berdasarkan perhitungan selama 1x24 jam untuk perawatan

penyakit dalam dan bedah sebesar 3,4 jam, dengan rata – rata BOR

sebesar 53,28%.

Berikut ini adalah kajian data ketenagaan yang kami

dapatkan melalui beberapa proses pendataan dan penghitungan.


23

Berdasarkan lembar catatan dinas dan laporan pola

ketenagaan perawat tanggal 26-28 Februari 2014 di Ruang Soeparjo

Roestam Atas didapatkan data sebagai berikut :

Ruang Soeparjo Roestam Atas dipimpin oleh 1 orang kepala ruang

dan dibantu oleh 3 orang Perawat Primer dan 12 orang perawat

asosiate, 1 orang Administrasi, 1 House Kipper. Bedasarkan dari

data dasar ini maka :

Penetapan kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan rumus Gillies:

ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
BOR = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑇 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖

436
BOR November = 28 𝑥 30 𝑥 100%

= 51,90%

501
BOR Desember = 28 𝑥 31 𝑥 100%

= 57,71%
436
BOR Januari = 𝑥 100%
28 𝑥 31

= 50,23%

Rata-rata BOR = BOR November + BOR Desember + BOR Januari

= (51,90% + 57,71% + 50,23%)

= 53,28%

TP = (jam efektif per 24 jam) x (BOR x jumlah tempat tidur) x 365

(365 – jumlah hari libur) x jam kerja per hari


24

3,4x (53,28%x28)x 365


TP = (365−78) x 7

18513,7344
= 2009

= 9,21 ≈ 9 orang

Analisa: Berdasarkan perhitungan ketenagaan menurut gillies

jumlah perawat yang di butuhkan 9 orang perawat ditambah 1 orang

kepala ruang sehingga jumlah semuanya adalah 10. Sedangkan

perawat di ruang Soeparjo Roestam adalah 16 sehingga sudah

tercukupi. Namun hasil perhitungan ini belum dapat digunakan

untuk mewakili perhitungan kebutuhan sesungguhnya mengingat

data yang digunakan hanya data 3 bulan yaitu periode November

2013-Januari 2014, sedangkan penggunaan rumus minimal

merupakan data 8 bulan atau lebih akurat untuk data 1 tahun.

2) Menurut Douglas (1984)

Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut


Douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan setiap
shift klien dan hasil keseluruhan ditambah sepertiga (1/3) untuk
perawat yang libur atau cuti. Kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk setiap shift
jaga seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.7 Jumlah tenaga keperawatan berdasarkan klasifikasi


ketergantungan klien
Waktu klasifikasi Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0 0 0
25

Sumber:hasil observasi mahasiswa Profesi Ners STIKES


Muhammadiyah Gombong tanggal 26-28 Februari 2014

Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien


terhadap keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria
sebagai berikut:

a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24


jam, dengan kriteria:
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri.
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b) Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
dengan kriteria:
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley catheter/intake output dicatat
- Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6
jam/24jam dengan kriteria :
- Segalanya diberikan/dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
- Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi
intravena
- Pemakaian sucsion
- Gelisah, disorientasi
26

Penghitungan tenaga menurut Dauglas

Sesuai dengan klasifikasi derajat ketergantungan pasien, pasien


di ruang Soeparjo Roestam adalah sebagai berikut:

Tabel 2.8 Jumlah pasien tanggal 26-28 Februari 2014 Di Ruang


Soeparjo Roestam RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
Derajat ketergantungan Jumlah
Minimal care 11
Intermediate care 4
Total care 0
Sumber : hasil observasi mahasiswa profesi ners STIKES
Muhammadiyah Gombong tanggal 26-28 Februari 2014
Jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga adalah pagi, siang
dan malam.
Tabel 2.9 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

Waktu Jumlah perawat


klasifikasi Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 x 11= 0,14 x 11 = 0,07 x 11 =
1,87 1,54 0,77
Intermediet
0,27 x 4 0,15 x 4 = 0,6 0,10 x 4 = 0,4
=1,08
Sub total 2,95 1,6 1,11
Sumber : hasil observasi mahasiswa profesi ners STIKES
Muhammadiyah Gombong tanggal 26-28 Februari 2014

Berdasarkan hasil perhitungan maka rata-rata perawat untuk


dinas:

Pagi : 2,95 = 3 orang

Sore : 1,6 = 2 orang

Malam : 1, 11 = 1 orang

Jumlah perawat jaga dalam 24 jam = 6 orang

Perawat libu/cuti = 1/3x6 orang = 2 orang


27

Perawat pengelola = 1 orang

Jadi dihitung menurut formula Douglas = 9 orang

Analisa: Berdasarkan perhitungan ketenagaan menurut Douglas


jumlah perawat yang di butuhkan 9 orang perawat. Perhitungan
ini belum dapat dijadikan tolak ukur untuk menghitung
kebutuhan tenaga di ruang Soeparjo Roestam Atas mengingat
perhitungan ini hanya melalui observasi pasien dirawat selama 3
hari yaitu pada tanggal 26 – 28 Februari 2014.

3) Menurut Depkes (2002)


Kebutuhan tenaga perawat di unit perawatan rawat inap
menggunakan rumus:

Kebutuhan tenaga I = jumlah jam perawatan di ruangan/hari

jam efektif perawat


Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan: hari libur/cuti/hari besar (loss day).

Loss Day = jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besarx keb.tenaga I

Jumlah hari kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-


keperawatan diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

Faktor koreksi = kebutuhan tenaga I + loss day x 25%

100

Kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga I + Loss Day


28

Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes :

a) Asuhan keperawatan minimal :

- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan

sendiri.

- Makan dan minum dilakukan sendiri.

- Ambulasi dengan pengawasan.

- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

- Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

b) Asuhan keperawatan sedang :

- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.

- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

c) Asuhan keperawatan agak berat :

- Sebagian besar aktifitas dibantu

- Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali

- Terpasang folley cateter, intake output dicatat

- Terpasang infus

- Pengobatan lebih dari sekali

- Persiapan pengobatan perlu prosedur

- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

d) Asuhan keperawatan agak berat :

- Sebagian besar aktifitas dibantu

- Observasi tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali


29

- Terpasang folley cateter, intake output dicatat

- Terpasang infus

- Pengobatan lebih dari sekali

- Persiapan pengobatan perlu prosedur

e) Perawatan maksimal :

- Segala aktifitas diberikan perawat

- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

- Makan memerlukan NGT, terapi intra vena

- Penggunaan suction

- Gelisah/disorientasi

Kebutuhan Tenaga (I) = Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif per shift

= (11x2) + (4x3,4) + (0x6)


7

= 22 +13,6 +0
7
= 5,1

Loss Day = Hari minggu +Cuti tahunan+Hari Besar x I


Hari kerja efektif

= (53 + 12 + 14) x 5
( 365 – 78 )
= 1,3
Faktor koreksi = ( I + Loss day ) x 25 %
= (5 + 1,5) x 25%
= 6,5 x 25 %
= 1,6
30

Jumlah kebutuhan perawat total :


= I + Loss day + Faktor Koreksi
= 5,1 + 1,3 + 1,6
= 8 orang

ANALISA DATA

Tabel 2.10 Penghitungan kebutuhan tenaga perawat di Ruang Soeparjo


Roestam RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo

Jumlah tenaga Jumlah tenaga Interpretasi


No Rumus yang tersedia yang dibutuhkan

1. Gillies 16 orang 9 orang Cukup

2 Douglas 16 orang 9 orang Cukup

3. Depkes 16 orang 8 orang Cukup

Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners STIKES Muhammadiyah


Gombong Februari 2014
Analisa

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga

perawat yang diperlukan ruang Soeparjo Roestam menurut Gillies

sebanyak 9 orang, menurut Douglas 9 orang, sedangkan menurut

Depkes 8 orang. Untuk perhitungan tolak ukur ini tidak bisa

dijadikan tolak ukur, karena observasi hanya dilakukan 3 hari, begitu

pula untuk perhitungan menurut gillies juga tidak bisa dijadikan

tolak ukur, karena data hanya berdasarkan data 3 bulan. Sedangkan

dalam perhitungan tenaga data yang digunakan minimal dalam satu

tahun.
31

2. Kualitas

Kajian Teori

Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang

berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam

pelayanan berdasarkan kenutuhan atau pandangan konsumen. Dalam

keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan

bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilkan

sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002).

Keberhasilan sebuah organisasi rumah sakit sangat

bergantung pada kemempuan manajemen dalam menyelaraskan

unsur-unsur karyawan (tenaga perawat) dengan system, struktur

organisasi, teknologi, tugas, budaya kerja dan lingkungannya. Hal ini

telah disadari bahwa sumber daya manusia seringkali menjadi

penyebab kegagalan suatu organisasi di rumah sakit.

Menurut analisa Teng (2002) dalam Soeroso (2003)

penyebab kegagalan organisasi dari sisi sumber daya manusia yaitu

sikap serta poal piker yang negative, staff Turnover (tingkat

penggantian staff) yang tinggi, program insentif yang buruk,

program pelatihan yang buruk, dan rendahnya kemampuan

mengembangkan dan memotivasi karyawan.

Secara teori indikator keberhasilan rumah sakit dalam

memberikan pelayanan kesehatan salah satunya ditentukan oelh

pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Supaya dapat


32

memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas diperlukan

sumber daya yang cukup dengan kualitas yang tinggi dan

professional sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menurut Darmanto

Djojosubroto (1997) konsep pengembangan sumber daya manusia

yang disebut Human Resources Development (HRD) memiliki 3

program yaitu:

1) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan pada

pekerjaan saat ini.

2) Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan untuk

pekerjaan yang akan datang.

3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan

untuk pekerjan pegawai yang bersangkutan secara langsung.

Pelatihan, kursus dan lokakarya yang umumnya diperlukan

oleh perawat adalah sebagai berikut :

1) Etika komunikasi

2) Komunikasi terapeutik dalam keperawatan

3) Etika keperawatan

4) Manajemen keperawatan

5) Manajemen rumah sakit

6) Audit medis

7) Pencegahan penyakit nosokomial

8) Sanitasi RS

9) Standar asuhan keperawatan.


33

Kajian Data

Kualifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan

dan pelatihan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.


34

Tabel 2.11 Distribusi perawat berdasarkan jabatan, masa kerja, pendidikan dan
pelatihan di ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD Margono Soekardjo
tahun 2014 (n=16)

Jenis
No Nama Pend. Jabatan Masa Kerja Gol
Pelatihan
1 Bekti Haryadi, S.Kep, Ns S1 Kepala Ruang 19 tahun III c
Perawat
2 Suwarko, AMK D3 16 tahun II b
Primer
Uswatun Wachidah, Perawat
3 S1 12 tahun III c
S.Kep primer
Perawat
4 Purwatiningsih, AMK D3 II d
Primer
Perawat
5 Khotijah, AMK D3 4 tahun III a BTCLS
asosiet
Perawat
6 Nilasari Kusuma, AMK D3 -
Asosiet
Perawat
7 Sinta Mariana, AMK D3 - BTCLS
Asosiet
Perawat
8 Marsudi, S.Kep, Ns S1 -
Asosiet
Perawat
9 Wigati, AMK D3 II d
Asosiet
Perawat
10 Fitri Ariawati, AMK D3 -
Asosiet
Perawat
11 Irwanyu, AMK D3 -
Asosiet
Reswatiningsih, S.Kep, Perawat
12 S1 Asosiet III a
Ns
Perawat
13 Puput J, AMK D3 -
Asosiet
Perawat
14 Harni Wahyuni, AMK D3 - BTCLS
Asosiet
Perawat
15 Derry Adelita, AMK D3 -
Asosiet
Perawat
16 Ragil Panggarjito, AMK D3 -
Asosiet
35

Tabel 2.12 Kualifikasi Tenaga Perawat Berdasarkan Pendidikan Di


Ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD Margono
Soekardjo Purwokerto Tahun 2014 (n=16)

No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1 S1 4 25%
2 D3 12 75%
Jumlah 16 100%
Sumber : Data Kepegawaian Ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo

Analisis: dari hasil tabel tingkat pendidikan tenaga perawat di


ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
rata-rata adalah sarjana keperawatan 4 orang (25%) dan D3
keperawatan sebanyak 12 orang (75%).

4. Sumber Dana

1. Kajian Teori

Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non


medis merupakan salah satu fungsi rumah sakit, agar pelayanan
rumah sakit tersebut dapat berjalan secara optimal dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit perlu
mempersiapkan peralatan atau bahan medis dan jasa pemborongan.
RSUD Margono Soekarjo mempunyai dana yang bersumber
dari pemerintah yang diperoleh melalui APBD dan sebagian dana
diperoleh dari APBN dan BLUD, yang oleh rumah sakit sendiri
untuk memajukan dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Menurut Djoyodibroto 1997 ada tiga komponen biaya tarif
pelayanan rumah sakit yaitu :
1) Jasa pelayanan rumah sakit yang terdiri atas : biaya tenaga kerja,

biaya material, biaya over head.


36

2) Jasa medis dan anestesi adalah biaya professional medis yang

diberikan oleh tenaga medis.

3) Jasa sarana, penggunaan bahan dan alat yang digunakan

langsung untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien

2. Kajian Data

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang dan perawat ruang


Soeparjo Roestam, ruang Soeparjo Roestam tidak mengelola
keuangan sendiri tetapi rumah sakit yang mengelola. Jika ruang
Soeparjo Roestam memerlukan sesuatu yang kaitannya dengan
operasional bangsal, kepala ruang mengajukan permohonan kepada
Direktur Rumah Sakit. Untuk pemenuhan permintaan bangsal
disesuaikan dengan prioritas kebutuhan dan besar dana yang dimiliki
rumah sakit. Jika ada peralatan yang rusak, kepala ruang mengajukan
perbaikan peralatan atau pengajuan pengadaaan peralatan yang baru.
3. Analisis

Sumber dana dan pengelolaan keuangan Ruang Soeparjo Roestam


sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.

5. Fasilitas Atau Alat (Material)

Kajian Teori

Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya


pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanaan keperawaratan.
Perawatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan dan kebidanan
merupakan semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dan kebidanan dalam menunjang
37

kelancaran pelaksanaan sehingga diperoleh tujuan keperawatan yang


efisien dan efektif.
Untuk menjamin pelayanan yang baik, desain fasilitas dan
perlengkapan harus baik dan harus ada program pelatihan penggunaan
serta pemeliharaan alat.Kriteria:
a. Lokasi, desain dan fungsi ruangan serta kelengkapan kamar bersalin
dan kamar bayi harus memenuhi syarat kebutuhan dan kondisi
klinis pasien.
b. Tersedia ruangan dan kelengkapan peralatan untuk mendukung
pelayanan keperawatan, masing-masing rumah sakit.
c. Ada buku inventaris peralatan dan mutasinya.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan
dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis
kegiatan, jumlah yang dibutuhkan. Juga didasarkan atas pertimbangan
bahan yang dipakai, disimpan maupun dicuci. Untuk ruang Soeparjo
Roestam penyediaan alat-alat menggunakan pedoman buku standar
fasilitas dan peralatan keperawatan yang disusun oleh RSUD Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO tahun 2012, standar tersebut meliputi: fasilitas
kelas atau ruang perawatan kelas : alat keperawatan/medis; alat rumah
tangga; alat pencatatan dan pelaporan; alat tenun.

Kajian Data
Penyediaan bahan dan alat di Ruang Soeparjo Roestam sudah
menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan peralatan keperawatan
dan rencana pengadaan alat dan bahan langsung dikelola oleh tingkat
devisi. Kepala ruang memberikan usulan untuk kebutuhan alat dan bahan
di ruangan. Fasilitas alat di Ruang Soeparjo Roestam dan fasilitas rawat
seperti pada tabel berikut ini.
38

Tabel 2.13 Standar Alat Keperawatan Di Ruang Soeparjo Roestam


RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Jumlah Jumlah Analisis
No Keterangan Standar
Standar yang ada
1 Ambu Bag Anak 1/ruangan 1 Cukup
2 Ambu Bag Dewasa 1/ruangan 1 1 Cukup
3 Bengkok 1/5 pasien 6 7 Lebih
4 Blood warmer/Animex 1/ruangan 1 2 Lebih
5 Bak instrumen 2/ruangan 2 2 Cukup
6 Dopler 1/ruangan 1 1 Cukup
7 Gleserin Spuit 1 Cukup
8 Gudle Anak 1 Cukup
9 Gudle Dewasa 1 Cukup
10 Gunting Pembalut 3/ruangan 3 2 Kurang
11 Irigator 1 Cukup
12 Kom + Tutup stenlis 3/ruangan 2 6 Lebih
13 Kursi roda 3 Cukup
14 Keranjang Barang 1 Cukup
Lumpang & Mortir Cukup
15 1
obat
16 Lampu Tindakan 3/ruangan 3 1 Kurang
17 Lampu Emergency 6 Cukup
18 Lemari Obat 1 Cukup
19 Lampu Baca Rontgen 1 Cukup
20 Manometer 02 Tabung 4/ruangan 4 1 Kurang
Manometer 02 central/ Cukup
21 20/ruangan 20 20
HUMIDI
22 Meja Tindakan 1 Cukup
23 02 kecil lengkap 1/pasien 2 Kurang
24 Pispot Stenlis 7/ruangan 7 25 Lebih
25 Senter 3/ruangan 3 1 Kurang
1/ 2-3 Lebih
26 Standar Infus 9 23
pasien
1/ 2-3 Lebih
27 Standar Waskom 1 20
pasien
28 Stetoskop Dewasa 1/PP 1 4 Lebih
29 Stetoskop Cardiolog 1 Cukup
30 Tensimeter Biasa 1/PP 1 2 Lebih
31 Tensimeter Beroda 2 Cukup
32 Thermometer Suhu 1/5 pasien 6 1 Kurang
33 Thermometer Obat 1 Cukup
39

34 Thermometer Digital 1/5 pasien 6 1 Kurang


35 Thermometer Axila 3 Cukup
36 Timbangan Bayi 1/ruangan 1 1 Cukup
37 Timbangan BB/ TB 1/ruangan 1 2 Lebih
38 Tongue spatel 2 Cukup
39 Tromol 18 cm 3/ruangan 3 1 Kurang
40 Tromol 20 cm 1/ruangan 1 1 Cukup
41 Tromol 27 cm 1/ruangan 1 1 Cukup
42 Troli Obat / Medicino 1/ruangan 1 Cukup
43 Troli Dresing 1/ruangan 3 Lebih
44 Troli Angkut Air panas 1/ruangan 1 Cukup
45 Troli Linen Kotor 1 Cukup
46 Titik 02 Central 1/10pasien 5 20 Lebih
47 Titik Central Suction 20 Cukup
48 Torniquet 2/ruangan 2 2 Cukup
Urinal Stenlis Laki – Cukup
49 25
laki
50 Urinal Stenlis Wanita 4 Cukup
51 Waskom Stenlis 40 Cukup
52 WWZ 1 Cukup
Sumber : daftar inventaris Ruang Soeparjo Roestam RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo

Analisa : Berdasarkan tabel di atas didapatkan data bahwa kebutuhan


alat di ruang Soeparjo Roestam yang masih kurang adalah gunting
pembalut, lampu tindakan, manometer 02 tabung, 02 kecil lengkap,
senter, termometer biasa, termometer suhu, termometer digital dan
tromol 18 cm. Kemudian alat yang sudah melebihi standar yaitu blood
warmer/animex, kom+tutup stenlis, pispot stenlis, standar infus,
stetoskop dewasa, timbangan BB/TB, troli dresing, titik 02 central, dan
sisanya sudah cukup memenuhi standar.
40

Tabel 2.14 Daftar Inventaris Ruangan Di Ruang Soeparjo Roestam


RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
No Nama Barang Standar Jumlah Jumlah Analisis
Standar Yang Ada
1 AC 7 22 Lebih
2 Almari Ganti Petugas 1/ ruangan 1 2 Lebih
3 Almari Ganti Petugas 1/ ruangan 1 2 Lebih
4 Almari Gantung 1/ ruangan 1 2 Lebih
5 Almari Linen 1/ruangan 1 2 Lebih
6 Almari Obat 1/ ruangan 28 14 Kurang
7 Almari Pakaian 35 Cukup
8 Box Bayi kecil 19 Cukup
9 Box Sedang 5 Cukup
10 Break Cu Set 3 Cukup
11 Computer 1 Cukup
12 Dopler 1 Cukup
13 EKG 1 Cukup
`4 Jam Dinding 17 Cukup
15 Kalkulator 1/ruangan 3 2 Cukup
16 Kipas Angin no 9 3 Cukup
17 Kotak Saran 1 Cukup
18 Kranjang Plastic 6 Cukup
Obat
19 Kulkas Obat 1 Cukup
20 Kulkas Rumah 2 Cukup
Tangga
21 Kursi Bar atau Kafe 30 Cukup
22 Kursi Petugas 5/ruangan 8 Lebih
23 Lampu Baca Ro 1 Cukup
24 Lampu Emergency 5 Cukup
25 Lampu Tindakan 1 Cukup
26 Meja Memandikan 1/ ruangan 1 1 Cukup
Bayi
27 Meja Obat pasien 14 Cukup
28 Meja Tindakan 1 Cukup
29 Meja Tulis 7 Cukup
30 Meja Tulis Besi 3 Cukup
31 Meja Tulis Kayu 1 Cukup
32 Pemadam 1/ ruangan 1 1 Cukup
33 Pispot 27 Cukup
34 Rak Barang Besi 3 Cukup
35 Rak Handuk 15 Cukup
36 Rak Handuk Kotor 2 Cukup
37 Rak Pispot Kelas 3 1/ ruangan 1 2 Lebih
41

38 Rak Sepatu 2/ ruangan 2 2 Cukup


39 Sketsel 4 Cukup
40 Speaker 1 Cukup
41 Suction 1 Cukup
42 Tang Spatel 1 Cukup
43 Telepon 2 Cukup
44 Tempat Sampah 10 Cukup
Tertutup
45 Tempat Tidur Biasa 35 Cukup
46 Tempat Tidur 5 Cukup
Paramount
47 Tempat Tidur 15 Cukup
Supramak
48 Tool Box Emergency 1 Cukup
49 TV 1 Cukup
50 Water Heater 1 Cukup
Sumber : daftar inventaris Ruang Soeparjo Roestam RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo

Analisa : Berdasarkan tabel di atas didapatkan data bahwa inventaris


ruangan di ruang Soeparjo Roestam yang melebihi standar yaitu almari
ganti petugas, almari gantung, almari linen, almari obat, kursi petugas,
rak pispot, dan sisanya sudah cukup memenuhi standar.

Tabel 2.15 Daftar Mesin Ruangan Soeparjo Roestam Di Ruang Soeparjo


Roestam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
No Keterangan Standar Jumlah Jumlah Analisis
Standar Yang Ada

1 EKG 1/ruangan 2 1 Cukup

2 Syiring pump 2/ ruangan 2 2 Cukup

3 Suction 1/ruangan 1 2 Lebih

4 Dopler 1/ ruangan 1 1 Cukup

5 Blood Warmer 1/3 pasien 3 1 Kurang

6 Aerocom 1/ruangan 1 1 Cukup

Sumber : Daftar inventaris Ruang Soeparjo Roestam RSUD Prof. Dr.


Margono Soekarjo
42

Analisa : Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa kebutuhan


mesin di ruang Soeparjo Roestam yang masih kurang adalah blood
warmer. Kemudian mesin yang sudah melebihi standar yaitu suction, dan
sisanya sudah cukup memenuhi standar.

6. Standar/ Pedoman

Kajian teori

Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman dan

instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh

Depkes yaitu:

a. standar I pengkajian keperawatan

pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa, observasi

yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus

tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan

sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi semua anggota

tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan

data, dan perumusan masalah.

b. Standar II diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan

berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan

dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan komponennya

terdiri atas dari masalah penyebab dan gejala (PES) bersifat aktual

dan potensial, serta dapat ditanggulangi perawat.

c. Standar III perencanaan intervensi keperawatan


43

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah tujuan asuhan

keperawatan dan rencana tindakan.

d. Standar IV implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara

maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, dan

pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga.

e. Standar V evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,

terencana untuk menilai perkembangan pasien.

f. Standar VI dokumentasi keperawatan

Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat

selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan

sebagai informasikomunikasi dan laporan. Dokumentasi dilakukan

sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus

mencantumkan inisisal atau paraf atau nama perawat, menggunakan

formulir yang baku, yang disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

Ruang perawatan mempunyai prosedur tetap sesuai tindakan

perawatan dan SAK (Standar asuhan keperawatan) minimal 10 kasus

terbanyak penyakit yang ada diruangan. Standar diperlukan untuk

menentukan mutu, bagaimana kegiatan-kegiatan akan dikerjakan dan

untuk menilai mutu, seberapa baik kegiatan-kegiatan dikerjakan.


44

Kajian Data

Di Ruang Soeparjo Roestam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto dalam melakukan asuhan keperawatan mengacu pada SAK

di ruang Soeparjo Roestam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto.

Tabel 2.16 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Di Ruang Soeparjo Roestam


RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
No Jenis Kasus Ketersediaan SAK
1. Febris Tidak ada
2. CHF Tidak ada
3. DM Tidak ada
4. Stroke Tidak ada
5. CRF Tidak ada
6. Diare Ada
7. Katarak Tidak ada
8. Anemia Tidak ada
9. Ca Mamae Ada
10 Abdominal Pain Tidak ada
Sumber: dokumentasi standar asuhan keperawatan (SAK) ruang Soeparjo
Roestam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

C. UNSUR PROSES
1. Penerapan SAK
Untuk penerapan SAK di Ruang Soeparjo Roestam belum
dilaksanakan, karena SAK di ruang Soeparjo Roestam belum ada.
2. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan
dengan melalui orang lain (Adikoesoema, 1994). Menurut Monica (1998)
cit Hersey dan Blancard (1977) menyebutkan bahwa manajemen yang
komprehensif yaitu bekerja dengan dan melalui individu dan kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi.
45

Proses manajemen pelayanan keperawatan terdiri dari:

a. Perencanaan

Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang


berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan dimana
akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan dimaksudkan untuk
menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua
pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan,
membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas
staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.

Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan rumah


sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama
rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan kekuatan,
kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal yang harus
diantisipasi. Kerangka perencanaan yang matang sangat membantu dalam
upaya melakukan perbaikan atau improvisasi apabila dalam perjalanan
kegiatan usaha keluaran yang tidak diharapkan. Dengan demikian
perencanaan dapat dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi.

Kerangka perencanaan terdiri dari :

1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah


mencapai visi.
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan.
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
6) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang.
46

Model perencanaan meliputi:

1) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung


melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang
terjadi tidak pasti karena dipengauhi oleh masalah dan kondisi yang
ada.
2) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan
masalah).
3) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti
(sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah
tujuan yang akan dicapai jelas, tedapat pembatasan waktu
peencanaan belangsung, terdapat indikator pencapaian target, risiko
dan ketidakpastian jelas.
4) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu
digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan
sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang disusun
berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu dan
sekarang.
Perencanaan berdasarkan periode meliputi:

1) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau


bulan).
2) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun).
3) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang).
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi:

1) Menyusun rencana kerja kepala unit


2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang yang bersangkutan.
47

3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi


jumlah maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan
instalasi.

b. Pengorganisasian

1) Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur


formal paling sederhana dan tertua. Dalam organisasi dengan
ukuran tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang
besar kemungkinan untuk berkembang melalui proses
evolusioner karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan dan jumlah pekerja yang mengerjakannya ada
kecenderungan untuk membagi pekerjaan ke dalam tugas khusus
dan untuk mengatur pekerja yang terikat dalam tugas yang sama
ke dalam kelompok yang jelas menurut definisi pekerja yang
logis.
2) Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang,
tanggung jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-
masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi
pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2002):
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.

b) Merumuskan tujuan metode penugasan.

c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.

d) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua

tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.

e) Mengatur dan mengendalikan logistik unit.

f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.


48

g) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di

tempat kepada ketua tim.

h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi klien.

i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.

j) Identifikasi masalah dan cara penanganan.

Pengorganisasian Pelaksanaan Asuhan Perawatan

Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktek Keperawatan


Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai
profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian
asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen sub sistem antara lain:

1) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)

2) Pendekatan manajemen

3) Metode pemberian asuhan keperawatan

4) Hubungan professional

5) Sistem kompensasi dan penghargaan

Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori


mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gilles (1989) metode asuhan
keperawatan terdiri dari metode kasus, metode fungsional, metode tim dan
metode primer.

Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat perencanaan


49

dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah

tanggung jawab timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan

kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan

perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik

dengan menggunakan sejumlah staf yang tersedia.

Keuntungan dari metode ini adalah:

1) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien

2) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal

3) Komprehensif dan holistic

4) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral

Kerugian dari metode ini adalah:

1) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik.

2) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi.

3) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah.

4) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non

profesional.

MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) di Ruang Soeparjo


Roestam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo sudah menggunakan metode


MPKP di ruang rawat inap sejak ditetapkannya buku “Administrasi dan
Manajemen Model Praktek Keperawatan Profesional”. Aplikasi MPKP di
ruang rawat inap yang diterapkan adalah metode penugasan Tim di
dalam memberikan asuhan keperawatan.
50

Berdasarkan model Praktek Keperawatan Profesional dalam


metode penugasan tim, adalah sebagai berikut :
1. Uraian Tugas Kepala Ruang
a. Memimpin meeting morning pertemuan
1) Menyampaikan salam pembuka
2) Memimpin do’a bersama untuk memulai pekerjaan pada
shift pagi dan mengakhiri pekerjaan untuk shift malam
3) Menyampaikan hasil apel pagi dan operan jaga bagi PA
yang tugas malam
4) Mempersilahkan kepada perawat malam untuk melaporkan
asuhan keperawatan saat jaga malam
5) Membagi PA dan mahasiswa praktekan untuk
melaksanakan tugas sesuai PP masing-masing
6) Menutup meeting morning dengan membaca doa
b. Mengikuti timbang terima pasien dari PA sift malam
1) Mengobservasi keadaan pasien
2) Mengobservasi fasilitas yang ada di ruangan
c. Mengikuti pre conference antara PP dan PA
d. Memberikan arahan kepada PP dalam pembuatan rencana
keperawatan dan PP dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan
e. Melakukan supervisi ke ruang perawatan pada saat PP dan PA
melakukan tindakan keperawatan
f. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
agar senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar
pasien dalam upaya pencegahan terhadap infeksi.
g. Mengikuti post conference dan membahas kesulitan atau
hambatan yang ditemui selama tugas jaga pagi.
h. Memberikan reinforcement positif secara lisan kepada PP dan
PA yang tugas jaga pagi karena sudah melakukan tugas dengan
baik
51

i. Mengikuti timbang terima pasien kepada PA yang tugas jaga


pagi ke yang sore.
2. Uraian Tugas Kepala Tim
a. Bertugas pada pagi hari
b. Bersama PA menerima operan tugas jaga dari PA yang tugas
malam
c. Bersama PA melekukan konfirmasi tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan tugas jaga malam
d. Bersama PA melekukan doa bersama sebagai awal dan akhir
tugas dilakukan setelah selesai operan tugasjaga malam.
e. Melakukan pre conference dengna semua PA yang ada dalam
grupnya setiap awal dinas
f. Membagi tugas atau pasien sesuai dengan kemempuan dan
beban kerja
g. Melakukan pengkjaian, menetapkan diagnosa keperawatan dan
perencanaan kepada semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
h. Membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan asuhan
pasien
i. Mengoreksi merevisi dan melengkapi catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh PA yang ada di bawah
tanggung jawabnya.
j. Melakukan eveluasi hasil pada setiap pasien sesuai tujuan yang
ada dalam perencanaan asuhan keperawatan
k. Mendampingi PA dalam operan tugas jaga kepada PA yang
tugas jaga berikutnya
l. Memperkenalkan PA yang ada dalam 1 group atau yang akan
merawat selama pasien di rawat atau kepada pasien / keluarga
baru
m. Melakukan post conference pada setiap akhir dinas dan
menerima laporan akhir tugas jaga berikutnya.
52

n. Menerima konsultasi/keluhan pasien dan berusaha


mengatasinya.
o. Membuat laporan tugas pada kepala ruang setiap akhir tugas

3. Uraian Tugas Perawat Pelaksana


a. Melaksanakan rencana keperawatan yang sudah dibuat oleh
penanggung jawab group primer (PN).
b. Dalam keadaan insidentil membuat pengkajian, diagnose dan
perencanaan keperawatan yang kemudian disyahkan oleh
penanggung jawab group primer (PN)
c. Memberikan perawatan paripurna pada sejumlah pasien yang
sudah didelegasikan oleh penanggung jawab (PN).
d. Melakukan kerjasama dan berkonsultasi kepada penanggung
jawab / PN bila terjadi masalah-masalah yang berhubungan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan.
e. Mengambil keputusan bila terjadi masalah-masalah yang
berhubungan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
waktu dinas sore, malam dan hari libur dan melapor pada PPJR.
f. Menata ruangan perawatan dengan mengawasi kebersihan,
kelengkapan peralatan dan mebelair untuk kelancaran
pelaksanaan pelayanan pasien.
g. Memberikan bimbingan kepada pasien atau keluarga tentang
penggunaan obat, kebersihan perorangan, makanan dan cara
hidup sehat serta memberi motivasi dalam rangka memberikan
pelayanan pada pasien.
h. Menghadiri konferensi keperawatan, tim kesehatan lain untuk
membicarakan dan membahas kasus-kasus untuk mendapatkan
cara pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan pada pasien.
i. Mengikuti serah terima tugas yang dipimpin oleh penanggung
jawab / PN.
53

j. Melaksanakan tugas sore, malam dan hari libur secara bergilir


sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh PPJR / PN.
k. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang
keperawatan dengan mengikuti pertemuan ilmiah atau rapat-
rapat khusus.
l. Melakukan kegiatan penunjang sesuai dengan juknis jabatan
fungsional keperawatan.
m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dalam rangka
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di ruang
keperawatan.
3. Pelaksanaan Standar Precautions

a) Kajian Teori

Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit


dimaksudkan untuk menghindari terjadinya infeksi selama pasien
dirawat di rumah sakit. Pelaksanaan upaya pencegahan infeksi
nosokomial terdiri atas kewaspadaan universal, tindakan invasif,
tindakan noninvasif, tindakan terhadap anak dan neonatus,
sterilisasi dan desinfeksi. Universal precautions atau kewaspadaan
universal adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Centers of
Disease Controland Prevention (CDC) (1985) untuk mencegah
penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di
lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan
lainnya. Adapun konsep yang dianut adalah bahwa semua darah
dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang dapat
menularkan HIV, HBV, HCV dan berbagai penyakit lain yang
ditularkan melalui darah (RSUP Dr Sardjito, 2004).
Alasan kewaspadaan universal adalah : 1) semua infeksi dari
darah pasien tidak dapat diidentifikasi pada saat perawatan
54

diberikan kepada mereka, 2) kewaspadaan barier yang tepat harus


digunakan secara utuh untuk semua pasien dan ditentukan oleh
kemungkinan yang lebih besar bahwa perawat akan terpajan pada
darah atau sekresi yang mengandung darah dari pasien yang
terinfeksi tersebut. Cairan yang berkaitan dengan penularan
patogen darah adalah sekresi semen dan vagina, cairan
serebrospinal, cairan senovial, cairan pleural, cairan peritoneal,
cairan perikardial dan cairan amniotik (Smeltzer & Bare, 2002).
Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal dalam
pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu,
hygiene sanitasi ruangan, dan sterilisasi peralatan. Prinsip tersebut
dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu : 1) cuci tangan untuk
mencegah infeksi silang, 2) pemakaian alat pelindung, diantaranya
masker dan skort, 3) mengetahui batasan-batasan daerah steril dan
daerah tidak steril 4) pengelolaan alat bekas pakai, 5) pengelolaan
jarum dan alat tajam untuk pencegahan perlukaan, 6) pengelolaan
limbah dan sanitasi lingkungan.

Uraian Kegiatan Universal Precaution


a) Cuci tangan

Tangan harus dicuci sebelum dan setelah kontak dengan


setiap pasien dan setelah melepas sarung tangan.
Tiga cara cuci tangan yang sesuai dengan kebutuhan yaitu :
- Cuci tangan higienis atau rutin, tujuannya mengurangi
kotoran dan flora yang ada ditangan dengan
menggunakan sabun atau deterjen.
55

- Cuci tangan aseptik, tujuannya untuk tindakan-


tindakan aseptik pada pasien.

- Cuci tangan bedah, digunakan sebelum melakukan


tindakan bedah.

b) Alat pelindung

Sarung tangan direkomendasikan pada saat kontak dengan


klien berkaitan dengan darah, feses, sekret hidung,
sputum, urin, muntahan dan saliva. Mata dan mulut harus
ditutup untuk menghindari percikan, semburan dari
droplet, darah atau material lain yang berpotensi infeksi ke
wajah. Risiko kontak kulit dengan sumber infeksi dapat
diturunkan dengan menggunakan pakaian pelindung yang
tepat seperti skort, apron, dan jaket laboratorium. Jenis
alat pelindung meliputi sarung tangan, masker, penutup
kepala, gaun pelindung, sepatu pelindung. Tidak semua
alat pelindung dipakai bersamaan, namun pemakaiannya
disesuaikan dengan kebutuhan.
c) Pengelolaan alat kesehatan

Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah


penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk
menjamin alat tersebut steril setiap saat dan siap dipakai.
Semua alat dan bahan yang dimasukkan dalam jaringan di
bawah kulit harus dalam keadaan steril. Proses
penatalaksanaan pengelolaan dilakukan melalui 4 tahap
kegiatan yaitu : 1) dekontaminasi, 2) pencucian, 3)
sterilisasi atau DTT, 4) penyimpanan.
d) Pengelolaan benda tajam
56

Benda tajam sangat berisiko menyebabkan perlukaan


sehingga meningkatkan terjadinya penularan penyakit
melalui kontak darah. Penularan infeksi HIV, Hepatitis B
dan C di sarana pelayanan kesehatan sebagian besar
disebabkan oleh kecelakaan yang dapat dicegah yaitu
tertusuk jarum suntik, dan perlukaan oleh alat tajam
lainnya yang akan mengakibatkan terjadinya cedera
precutaneus. Menurut Smeltzer & Bare (2002), aspek
paling penting dari kewaspadaan universal berhubungan
dengan penghindaran terhadap cedera prekutaneus.
Tempatkan spuit dan jarum disposible, scalpel dan benda
tajam lainnya yang sudah tidak terpakai dalam wadah
antitembus yang diletakkan di dekat tempat benda-benda
tadi digunakan.
e) Pengelolaan limbah

Pengelolaan limbah diperlukan dalam kewaspadaan


universal untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial
terhadap pasien dan keluarga serta perawat. Limbah
berasal dari rumah sakit/ sarana kesehatan secara umum
dibedakan atas: 1) limbah rumah tangga atau limbah non
medis, yaitu limbah yang tidak kontakdengan darah atau
cairan tubuh sehingga disebut sebagai limbah risiko
rendah; 2) limbah medis yaitu bagian dari sampah rumah
sakit atau sarana kesehatan yang berasal dari bahan yang
mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien
dan dikategorikan sebagai limbah berisiko tinggi yang
bersifat menularkan penyakit. Limbah medis dapat berupa
limbah klinis dan laboratorium. Tempatkan semua sampah
dan kain kotor dalam kantong yang tertutup rapat dan
57

kenakan sarung tangan serta pakaian pelindung lainnya


ketika menangani sampah dan kain kotor, bersihkan semua
ruangan secara teratur (Smeltzer & Bare, 2002).
b) Kajian Data

Hasil observasi dan wawancara dengan perawat didapatkan


bahwa kewaspadaan universal di Ruang Soeparjo Roestam
termasukbelum optimal. Pemakaian alat pelindung standar
seperti sarung tangan dan masker sudah diterapkan. Kesadaran
perawat untuk menerapkan Universal Precaution sudahtinggi.
Hasil observasi Universal Precaution di ruang Soeparjo
Roestam pada tabel di bawah ini:
58

Pelaksanaan Standar Precaution Di ruang Soeparjo Roestam

Tabel 2.18 Pelaksanaan Standar Precaution Di ruang Soeparjo Roestam RSUD Margono Soekardjo
Pelaksanaan

I II III
No Aspek Yang dinilai
SL SR KD TP SL SR KD TP SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0) (3) (2) (1) (0) (3) (2) (1) (0)
Perawat mencuci tangan ketika
1 akan kontak dengan pasien √ √ √
atau melakukan tindakan

Perawat cuci tangan ketika


setelah selesai kontak dengan
2 pasien atau telah selesai √ √ √
melakukan tindakan terhadap
pasien

Perawat mencuci tangan


3 dengan sabun/detergen/ √ √ √
desinfektan

Perawat mencuci tangan


4 ditempat air mengalir √ √ √
(Wastafel)

5 Perawat menggunakan sarung √ √ √


tangan ketika kontak/
59

melakukan tindakan dengan


pasien

Perawat menggunakan masker


6 ketika melakukan tindakan √ √ √
terhadap pasien

Perawat menggunakan baju


7 pelindung ketika melakukan √ √ √
tindakan kepada pasien

Perawat menggunakan alat-


8 √ √ √
alat steril untuk satu pasien

Setelah menggunakan alat- alat


9 dispossible hanya untuk sekali √ √ √
pakai

Setelah menggunakan alat- alat


non-dispossible perawat
10 √ √ √
mencucinya pada larutan
desinfektan

Perawat mensterilkan alat- alat


11 sterilisasi di instalasi sterilisasi √ √ √
sentral

Parawat menyiapkan alat- alat


12 √ √ √
kesehatan di tempat khusus
60

Perawat membuang benda-


13 benda tajam ditempat khusus √ √ √
benda- benda tajam

Perawat membuang sampah


14 √ √ √
medis di tempat sampah medis

Perawat membuang sampah


15 non medis di tempat samaph √ √ √
non medis

Jumlah 24 26 25

Sumber: data observasi di ruang Soeparjo Roestam pada tanggal 26-28 Februari 2014
Keterangan:
SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)
SR : Sering (2) TP : Tidak Pernah (0)

Baik : > 75 %
Cukup : 50 % - 75 %
Kurang : < 50 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 75
Perhitungan : × 100 % 𝑥 100% = 55,56 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 135

Analisis: dari hasil tabel didapatkan bahwa Pelaksanaan Standar Precaution Di ruang Soeparjo Roestam dikategorikan cukup
yaitu 55,5 %.
61

Pelaksanaan Pasien Safety

Tabel 2.19 Kajian Pelaksanaan Pasien Safety Di Ruang Soeparjo Roestam RSUD Margono Soekardjo

Pelaksanaan
I II III
No Komponen Yang Dinilai
SL SR KD TP SL SR KD TP SL SR KD SL
3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 3
1 Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Norum)
a. Perawat memberi obat sesuai dengan prinsip 7 benar 1 1 1
b. Perawat melakukan pendokumentasian setelah memberi obat 2 2 2
c. Obat disusun perklien pada tempatnya masing- masing 3 3 3
d. Dokumentasi berlapis 3 2 2
e. Adanya pencatatan obat masuk dan keluar 3 2 2
f. Memastikan resep obat yang diterima dan obat yang diberikan 3 3 3
g. Adanya pedoman pengelolaan obat 2 1 1
h. Ada SOP pemberian obat (IM, IV, SC) 2 2 1
2 Pastikan identifikasi pasein
Perawat menuliskan identitas klien dengan lengkap dan jelas dalam 3 2 2
setiap pendokumentasian asuhan keperawatan
a. Perawat menuliskan No. CM setiap klien dengan lengkap dan 3 2 2
jelas
b. Semua dokumen mengenai klien diisi dengan lengkap dan jelas 1 1 1
62

c. Status klien terpisah antara 1 klien dengan klien yang lain 3 2 3


d. Memanggil nama klien pada saat mau memberikan asuhan 1 1 1
keperawatan
3 Komunikasi secara benar saat serah terima / operan klien
a. Menyebutkan identitas klien, diagnose keperawatan, tindakan 1 1 1
keperawatan yang telah dilakukan serta pelaksanaannnya
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan yang belum 2 2 2
dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan klien yang ada selama shift 2 2 2
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya 3 3 3
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift 3 2 2
4 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar sebelum
tindakan operasi (Misalnya pengendalian jaringan), tempat atau sisi
tubuh diberi tanda :
a. Ada dokumentasi tindakan status klien 3 3 3
b. Memastikan data pada catatan keperawatan sebelum melakukan 2 2 2
tindakan
c. Memberikan terapi sesuai dengan program pengobatan 3 3 2
5 Kendalikan cairan elektrolit pekat (Konsentrasi)
a. Ada dokumentasi mengenai pemberian cairan 2 2 2
b. Perawat mengecek program terapi sebelum memberikan terapi 3 3 3
cairan pada klien
c. Perawat memprogram pemberian terapi cairan elektrolit pekat 2 2 2
sesuai aturan pemberian
d. Perawat memonitor reaksi pemberian cairan 1 1 1
63

e. Perawat menggunakan alat yang tepat dalam pemberian cairan 1 2 1


f. Perawat mengatur tetesan infuse atau hasil perhitungan sesuai 2 2 1
dengan order
g. Perawat menuliskan catatan pemberian infuse secara terperinci 2 2 2
(Tanggal, jam, dan macam cairan)
6 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi tentang obat- obatan yang sudah diberikan 3 2 2
dan waktu pemberiannya
b. Ada dokumentasi serah terima klien 3 3 3
c. Perawat mengisi catatan perkembangan keadaan klien saat ini 3 2 2
dengan jelas
7 Hindari salah kateter, salah sambung selang ( Tube) 2 2
a. Perawat mengecek order adanya pemberian tindakan misalnya 3 3 2
pemasangan kateter atau NGT
b. Sebelum melakukan tindakan ada persetujuan klien dan keluarga 3 3 3
c. Perawat memastikan selang kateter dan selang NGT sesuai 3 2 2
dengan ukurannya
d. Perawat menggunakan alat yang steril 2 2 2
e. Perawat memastikan bahwa selang masuk kedalam kandung 2 2 2
kemih
f. Perawat memastikan balon sudah terfiksasi 3 1 1
g. Perawat melakukan tindakan pemasangan secara traumatic 1 0 0
8 Gunakan alat injeksi sekali pakai
a. Perawat mengecek program pemberian obat dalam catatan 3 3 3
perawat
64

b. Satu spuit digunakan satu kali pakai untuk satu obat 3 3 3


c. Perawat memastikan bahwa spuit dibuang ditempat sampah 3 3 3
medis
d. Perawat membuang spuit dalam keadaan tertutup 2 2 2
9 Tingkat kebersihan tangan untuk pencegahan inos
a. Perawat mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 1 1 1
b. Perawat mencuci tangan sesudah melakukan tindakan 2 2 1
c. Perawat mencuci tangan menggunakan antiseptic 1 1 1
d. Perawat mencuci tangan dengan tekhnik yang benar 1 1 1
e. Ada pedoman mencuci tangan yang benar 2 2 2
Jumlah 86 93 88

Sumber: data observasi di ruang Soeparjo Roestam pada tanggal 26-28 Februari 2014

Keterangan:

SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)

SR : Sering (2) TP : Tidak Pernah (0)

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %
65

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 267


Perhitungan : 𝑥 100% = 414 × 100 % = 64,5 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

Analisis: dari hasil tabel didapatkan bahwa Pelaksanaan Pasien Safety Di ruang Soeparjo Roestam dikategorikan baik yaitu 64,5%.
65

Uraian Tugas Pokok Kepala Ruang

Tabel 2.20 Evaluasi Penilaian Pelaksanaan Tugas Pokok Kepala Ruang RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo
No Variabel yang dinilai Observasi
A Melaksanakan fungsi perencanaan P1 P2 P3
dengan cara:
1 Mengkaji dan merencanakan jumlah 3 3 2
jenis dan mutu tenaga lainnya
sesuai dengan kebutuhan Ruang
Rawat yang berada dibawah
tangguang jawabnya
2 Merencanakan jumlah dan jenis 1 1 2
peralatan keperawatan, bahan habis
pakai, yang diperlukan sebagai
penunjang tercapainya pelayanan di
runga rawat yang menjadi
tanggungjawabnya

3 Merencanakan perawatan pasien 1 1 1


oleh sejumlah tenaga keperawatan
yang berada diwilayah
tangguangjawabnya secara
bersinambungan
4 Merencanakan pengelolaan rungan 2 2 1
perawatan dan lingkungan ruang
perawatan diwilayah
tangguangjawabnya untuk
menunjang asuhan keperawatan

B Melaksanakan fungsi pergerakan


dan pelaksanaan dengan cara
1 Mengatur dan mengkoordinir 3 3 3
seluruh kegiatan pelayanan diruang
rawat yang diwilayah tangung
jawabnya melalui pertemuan pagi
setiap akan memulai kegiatan setiap
paginya
2 Menyusun dan mengatur jadwal 3 3 3
dinas tenaga perawatan dan tenaga
lainya dirunag perawtan yang
berada ditnggungjawabnya, sesuai
dengan kebutuhanya dan ketentuan
yang berlaku (Bulanan, mingguan ,
harian)
66

3 Mengidentifikasi tingkat 1 1 2
ketergantungan pasien
4 Mengidentifikasi jumlah tenaga 3 2 2
keperawatan yang dibutuhkan dan
mengatur penugasan dan
penjadwalan
5 Mengatur dan mengendalikan 3 3 3
tenaga keperawatan dalam unit
kerjanya untuk pelayanan asuahan
keperawatan
6 Memberikan bimbingan dan 1 3 2
pengarahan kepada staf yang
mengalamia kesulitan dalam
melaksanakan tugas
7 Mengatur dan mengendalikan 1 1 2
kelengkapan dokumen asuhan
keperawatan dan rekam medik
lainnya sesuai standar
8 Menginformasikan hal-hal penting 1 2 1
kepada tenaga keperawatan, tenaga
kesehatan lainya dan pasien yang
berhubungan dengan pelayanan
keperawatan

9 Melaksanakan penilaian kinerja 2 2 2


staf, mengusulkan pengembangan
kinerja sta dan melakukan
dokumentasi
10 Mengembangkan usulan kebijakan, 1 1 1
peraturan dan memberikan usulan
revisi sesuai dengan kebutuhan unit
11 Menjelaskan membimbing dan 2 2 2
mengarahkan peran dan fungsi
masing-masing staf
12 Mengkoordinasi pekerjaan dan 2 1 1
pelayanan dengan biaya efektif
13 Memberikan program orentasi 3 2 2
kepada tenaga perawat baru atau
tenaga lainya yang berkerja di runga
rawat yang menjadi
tanggungjawabnya
67

14 Mengadakan pertemuan berkala 3 2 3


dengan pelaksanakan perawatan dan
tenaga lainnya yang berada
diwilayah tanggungjawabnya
15 Memberikan pengarahan dan 2 1 1
motivasi kepada tenaga
keperawatan untuk melaksanakan
tugasnya sesuai ketentun standar
16 Mengkoordiansi seluruh kegiatan 3 3 2
yang ada dengan cara kerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat
dalam pelayanan diruang rawat
tersebut
17 Meningkatkan pengetahuan dan 1 1 1
keterampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertetemuan
rutin
18 Mengenal jenis dan keguanaan 3 2 1
barang/peralatan serta
mengusahakan pengadaanya sesuai
kebutuhaan pasien di ruang rawat
agar tercapai pelayanan optimal

19 Menyususn permintaan kebutuhan 2 2 2


rutin, alat, obat, dan bahan yang
diperlukan di ruang perawatan
20 Mangatur dan mengkoordinasikan 3 2 2
pemeliharaan peralatan agar selalu
siap pakai
21 Mementau dan 2 2 2
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan inventarisasi dalam
unit kerjanya
22 Mamantau dan melaksanakan 1 1 1
program orientasi terhadap pasien
dan keluarganya yang meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah
sakit, tata tertib ruang rawat,
keadaan ruang rawat, fasilitas yang
ada dan cara penggunaanya serta
kegiatan rutin sehari-hari diruangan
serta persyaratan administrasi yang
dibutuhkan
68

23 Mengantikan perawat primer/ ketua 2 2 2


tim saat berhalangan dalam
melaksanakan kunjungan keliling
(visite) bersama BPJP untuk
memeriksa pasien dan mencatat
program pengobatan serta
menyampaikanya kepada staf untuk
melaksanakanya
24 Mengadakan pendekatan kepada 3 3 3
setiap pasien yang dirawat, untuk
mengetahui keadaanya dan
menampung keluahan serta
membantu memecahkan masalah
yang dihadapainya
25 Menjaga perasaan pasien agar 1 1 1
merasa aman dan terlindung selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
26 Memberi penyuluhan kesehatan 0 0 0
terhadap pasien dalam batas
kewenanganya
27 Menjaga perasaan petugas agar 3 2 1
merasa aman dan terlindung selama
pelasanaan pelayanan berlangsung
28 Mempertahankan dan meningkatkan 3 3 3
sistem pencatatan dan pelaporan
dan perkembangan pasien dengan
kegiatan lain yang dilakukan secara
tepat dan benar. hal ini sangat
penting untuk tindakan perawatan
selanjutnya
29 Mengadakan kerja sama dan 3 3 3
hubungan baik dengan kepala ruwat
lainya, seluruh kepala bidang,
kepala bagian , kepala instalasi dan
staf medis fungsional rumah sakit

30 Memotivasi tenaga penunjang atau 3 2 2


tenaga non perawatan dalam
mempersiapkan serta memelihara
kebersihan ruang rawat dan
lingkingan
69

31 Menciptakan dan memelihara 3 2 2


lingkungan kerja dan suasana kerja
yang baik antara petugas , pasien
dan keluarganya sehingga
memberikan ketenangan

32 Memeriksa dan meneliti pengisian 2 1 1


formulir sensus harian diruang
rawat secara tepat dan benar
33 Memeriksa dan meneliti pengisian 1 1 1
daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis
makanan
34 Memelihara dan memantau 2 2 2
kebenaran pencatatan dalam buku
register dan berkas catatan medik
35 Membuat laporan harian dan 3 3 3
bulanan mengenai pelaksanaan
kegiatan pelayanan keperawatan
serta kegiatan lain di ruang rawat.
selanjutnya menyampaikanya
kepada kepala instalasi dengan
tembusan kepada kepala seksi
perawatan/kepala bidang perawatan
36 Melakukan verifikasi terhadap 2 2 2
seluruh dokumentasi asuhan
keperawatan yang dibuat oleh
perawat primer (PP) dalam wilayah
tangguangjawabnya
37 Memegang teguh rahasia jabatan 3 3 3
38 Melasanakan dan mengawasi 2 2 2
penerapan peraturan dan kebijakan
pelayanan keperawatan dan
peraturan standar rumah sakit yang
berlaku
C Melaksanakan fungsi pengawasan,
pengendalian dan penilaian dengan
cara:
1 Mengawasi, mengoreksi dan 3 3 3
menilai pelaksanaan pelayanan
keprawatan yang telah ditentukan
70

2 Melaksanakan penilaian terhadap 3 3 3


upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dibidang perawatan
3 Mengawasi dan mengendaliakan 3 2 2
pendayagunaan peralatan
keperawatan serta obat, obatan
secara efektif dan efisien
4 Mengawasi pelasanaan sistem 1 1 1
pencatatan pelaporan kegiatan
pelayanaan keperawatan serta
mendokumentasikan kegiatan lainya
diruang rawat

Total 99 90 87
Presentase 73,01 %
Sumber: data observasi di ruang Soeparjo Roestam pada tanggal 26-28 Februari
2014
Keterangan:

Baik : > 75 %
Cukup : 50 % - 75 %
Kurang : < 50 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

276
= × 100 %
378

= 73,01%

Analisa : dari tabel evaluasi Penilaian Pelaksanaan Tugas Pokok Kepala Ruang
dikategorikan cukup dengan presentase 73,01%.
71

Uraian Tugas Pokok Primer (PP) atau Ketua Tim

Tabel 2.21 Evaluasi Pelaksanaan Tugas Pokok Perawat Primer (PP) atau Ketua
Tim RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Observasi
No Variabel
I II II
1. Bertugas pada pagi hari 3 3 3
Memberi informasi dan orientasi kepada
2. setiap pasien baru/keluarga, mengenai 2 2 3
ruang perawatan, grup perawatan,
peraturan dan tata tertib ruang perawatan
Memberi penjelasan tentang perawatan
3. dirumah/lanjutan bagi pasien/keluarga 3 3 3
yang akan pulang

4. Bersama PA menerima operan tugas jaga 3 3 3


dari PA yang tugas jaga malam
Bersama PA melakukan konformasi atau
supervise tentang kondisi pasien segera
5. 3 3 3
setelah selesai operan tugas jaga setiap
pasien
Melakukan pre conference dengan semua
6. PA yang ada dalam grupnya pada setia 0 0 0
awal dinas pagi
Membagi tugas atau pasien kepada PA
7. sesuai kemampuan dan beban kerja pada 0 0 0
setiap shift jaga
Melakukan pengkajian menetapkan
masalah atau diagnose keperawatan dan
perencanaan keperawatan kepada semua
8. 3 3 2
pasienyang jadi tanggungjawabnya dan
direkam dalam format baku dokumentasi
asuhan keperawatan
9. Memonitor penerapan standar selama 2 3 3
pelaksanaan tugas PA
Membimbing PA dalam melaksanaan
10.
tugasnya 2 3 3

11. Memfasilitasi tugas PA untuk kelancaran 2 3 3


pelaksanaan asuhan pasien
Mengoreksi merevisi dan melengkapi
catatan askep dan rekam keperawatan
12. 2 3 2
yang dilakukan oleh PA yang ada
dibawah tanggungjawabnya
72

Melakukan evaluasi atau follow up asuhan


keperawatan setiap pasien sesuai tujuan
13. yang ada dalam perencanaan asuhan 2 3 3
keperawatan dan merekam dalam format
baku dokumentasi asuhan keperawatan
Melaksanakan post conference pada setiap
akhir dinas dan menerima laporan akhir
14. 0 0 0
tugas jaga dari PA untuk persiapan operan
tugas jaga berikutnya
Mendampingi PA dalam operan tugas jaga
15. 2 2 2
kepada PA yang tugas jaga berikutnya
Memperkenalkan PA yang ada dalam satu
grup atau yang akan merawat selama
16. 1 2 2
pasien dirawat kepada pasien/keluarga
baru
17. Mendelegasikan tugas kepada PA pada 3 3 3
S/M/HL
Melaksanakan pendelegasian tugas
18. Kepala Ruang saat Ka. Ruang tidak bisa 3 3 3
melaksanakan tugasnya (cuti/ijin/sakit)
Menyelenggarakan atau mengikuti diskusi
19. kasus atau conference dengan dokter atau 0 0 0
tim kesehatan lain setiap minggu sekali
Menyelenggarakan diskusi kasus atau
conference dalam pertemuan rutin
20. 0 0 0
keperawatan di ruang minimal sebulan
sekali
Membuat laporan kronologis pada
21. KTD/KNC yang terjadi pada pasien 3 3 3
dibawah tanggungjawabnya

22. Bertanggungjawab terhadap pasien selama 3 3 3


perawtan pasien
Memberikan bimbingan dan perlindungan
kepada setiap PA yang menjadi
tanggungjawabnya untuk melaksanakan
23. 2 3 3
tugas sesuai dengan standar prosedur
standar asuhan keperawatan dan standar
profesi
Melaksanakan tugas lain sesuai uraian
24.
tugas 2 3 3
Total 46 54 53
Persentase 70,83%
73

Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas

Keterangan:

SL : Selalu (3)

SR : Sering (2)

KD : Kadang – kadang (1)

TP : Tidak Pernah (0)

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : × 100 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

153
: 216 × 100 %

: 70,83%
Analisis : Dari hasil tabel evaluasi Pelaksanaan Tugas Pokok Perawat Primer (PP)
atau Ketua Tim dikategorikan Cukup dengan hasil 70,83%.
74

Uraian Tugas Perawat Asosiet

Tabel 2.22 Evaluasi Penilaian Pelaksanaan Tugas Perawat Asosiet RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo
Observasi
No Variabel yang dinilai
I II III
Melaksanakan operan tugas setiap
1. awal dan akhir jaga dari dan kepada 3 3 3
PA yang ada dalam satu group
Melakukan konfirmasi / supervise
2. tentang kondisi pasien segera setelah 2 2 2
selesai operan setiap pasien
Melakukan do’a bersama setiap awal
dan akhir tugas yang dilakukan
3. 2 2 2
setelah selesai serah terima operan
tugas jaga
Mengikuti pre conference yang
4. dilakukan PP / ketua Tim setiap awal 0 0 0
tugas
Melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai prosedur baku dan
melaksanakan rencana asuhan
keperawatan pada setiap pasien yang
5. menjadi tanggung jawabnya sesuai 2 2 2
dengan rencana yang telah di buat
dan mendokumentasikan proses
keperawatan pada format baku
asuhan keperawatan
Melakukan monitoring respon pasien
6. dan mendokumentasikan hasil 2 2 2
monitoring pada format baku
Melakukan konsultasi / melaporkan
7. masalah klien / keluarga pada PP / 2 3 3
Kepala Tim
Membimbing, melakukan pendidikan
kesehatan dan memberikan informasi
sesuai dengan kewenangannya pada
8. pasien yang menjadi tanggung 1 2 1
jawabnya dan mendokumentasikan
kegiatannya pada format baku
75

Mendengarkan keluhan pasien /


keluarga dan berusaha untuk
9. 2 2 2
memberikan solusi sesuai dengan
kewenangannya
Melengkapi catatan asuhan
10. keperawatan pada semua pasien yang 2 2 2
menjadi tanggung jawabnya
Melakukan evaluasi / reassessment
pasien sesuai rencana asuhan
keperawatan setiap akhir tugas pada
11. 2 1 2
semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
Mengikuti post conference yang
diadakan oleh PP pada setiap akhir
tugas dan melaporkan kondisi /
12. 0 0 0
perkembangan semua pasien yang
menjadi tanggung jawabnya kepada
PP / kepala Tim
Bila PP tidak ada, wajib mengenalkan
anggota group keperawatan yang ada
dalam satu group yang akan
13. 1 1 1
memberikan asuhan keperawatan
pada jangka berikutnya kepada pasien
/ keluarga baru
Melaksanakan tugas delegasi /
kategori independen dan
14. 2 2 2
interdependen sesuai dengan
kewenangannya
Berkoordinasi dengan DPJP/ dokter /
15. Tim kesehatan lain bila ada masalah 2 3 2
pasien pada S / M / HL
Mengikuti diskusi kasus / conference
16. dengan dokter / Tim kesehatan lain 1 1 1
setiap minggu sekali
Mengikutti diskusi kasus / conference
17. dalam pertemuan rutin keperawatan 1 1 1
di ruangan
Melaksanankan tugas lain yang
18. diberikan oleh atasan 2 2 2

Jumlah 29 31 30
Persentase 55,56%
76

Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas

Perhitungan :

Keterangan:

SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)

SR : Sering (2) TP : Tidak Pernah (0)

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 90
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 % = 162 × 100 % = 55,56

Analisis : Dari hasil tabel evaluasi Pelaksanaan Tugas Pokok Perawat Asosiet
dikategorikan cukup dengan hasil 55,56%.
77

Hubungan Profesional Antar Staf Perawat Dengan Pasien

Tabel 2.23 Penilaian Hubungan Antar Staf Perawat dengan Pasien Di Ruang
Soeparjo Roestam Atas RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
I II II
Ka. Ruang melakukan supervisi seluruh
1. pasien yang ada di ruangan tiap awal tugas 3 3 3
PP dan PA melakukan supervisi seluruh
2. pasien yang menjadi tanggung jawabnya 3 3 3
segera setelah menerima operan tugas
PP menginformasikan peraturan dan tata
3. tertib RS yang berlaku pada tiap pasien 3 3 3
atau keluarga pasien
PP mengenalkan perawat dalam satu group
4. 1 1 1
yang akan merawat selama pasien di RS
PP atau PA melakukan visit/monitoring
5. pasien untuk mengetahui perkembangan 3 3 3
pasien
PP memberi penjelasan tiap rencana
6. tindakan atau program pengobatan sesuai 3 3 3
wewenang dan tanggung jawabnya
Setiap akan melakukan tindakan perawatan
PP atau PA memberi penjelasan atas
7. 3 3 3
tindakan yang akan dilakukan pada
pasien/keluarga pasien
PP atau PA bersedia menerima
8 konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan 3 3 3
berupaya mengatasi
Pasien atau keluarga mengetahui siapa PP
9. atau PA yang bertanggung jawab selama 0 0 0
pasien dirawat
PP atau PA memberitahu dan
10. mempersiapkan pasien yang akan 3 3 3
pulang/melakukan discharge planning
JUMLAH 25 25 25
Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas
Keterangan:
SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)

SR : Sering (2) TP : Tidak Pernah (0)


78

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 75
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 % = 𝑥 100% = 83.3 %
90

Analisis: dari hasil tabel didapatkan bahwa Hubungan Profesional Antar Staf
Perawat Dengan Pasien Di Ruang Soeparjo Roestam dikategorikan baik yaitu
83.3%.
79

Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan Yang Dapat Menjamin


Asuhan Keperawatan
Tabel 2.24 Penilaian Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan Yang Dapat
Menjamin Asuhan Keperawatan Di Ruang Soeparjo Roestam Atas
RSUD Margono Soekardjo Purwokerto

No Variabel Yang Dinilai Observasi


Ka Ru mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh
1. 1
staf keperawatan minimal sebulan sekali
Ka Ru mengadakan pertemuan rutin dengan PP
2. 0
minimal seminggu sekali
PP mengadakan pre-post conference pada tiap awal
3. 0
dan akhir jaga pagi
PP menerima serah terima dari PA dari tugas jaga
4. 1
sebelumnya
PP mendampingi serah terima dari PA dan tugas jaga
5. 1
berikutnya
PA melakukan serah terima dengan PA tugas jaga
6. 1
berikutnya
PP Melengkapi catatan askep/ dokumentasi terutama
7. dalam pengkajian, diagnosa dan rencana keperawatan 1
pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
PA melakukan catatan askep /dokumentasi terutama
8 1
dalam pelaksanaan dan evaluasi keperawaan
PP membuat laporan tugas pada Ka Ru setiap akhir
9. tugas terutama keadaan umum pasien dan 0
permasalahan yang ada
PP memberi motivasi/ bimbingan/ reinforcement
10. 0
dengan PA setiap hari
11. PA mengantikan tugas PP bila PP tidak ada 0
12. PP mengantikan tugas Ka Ru pada tugas S/M/HL 1
JUMLAH 7
Persentasi 58,33%
Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas
Keterangan:

SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)

SR : Sering (2) TP : Tidak Pernah (0)

Baik : > 75 %
80

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 70
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 % = 𝑥 100% = 64.8 %
108

Analisis: dari hasil tabel didapatkan bahwa Hubungan Profesional Antar Staf
Keperawatan Yang Dapat Menjamin Asuhan Keperawatan Di Ruang Soeparjo
Roestam Atas dikategorikan cukup yaitu 64.8%
81

Hubungan ProfesionalAntar Staf Perawat Dengan Dokter/Tim Kesehatan


Lain
Tabel 2.25 Penilaian Hubungan Profesional Antar Staf Perawat Dengan
Dokter/Tim Kesehatan Lain Di Soeparjo Roestam Atas RSUD
Margono Soekardjo Purwokerto
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
I II III
PP atau PA melakukan visite bersama
1. 3 3 3
dokter atau petugas kesehatan lain
PP melakukan diskusi kasus dengan
2. 2 2 2
dokter/tim kesehatan minimal 1x/minggu
Hubungan profesional/kemitraan dengan
3. dokter /tim kesehatan lain tercermin dalam 1 1 1
dokumen rekam medik
PP atau PA dapat segera memberikan data
pasien yang akurat dengan cepat dan tepat
4. 3 3 3
kepada dokter/tim kesehatan lain bila
dibutuhkan
PP/PA menggunakan rekam medik sebagai
5. sarana hubungan profesional dalam rangka 3 3 3
pelaksanaan program kolaborasi
Dokter/tim kesehatan lain menggunakan
rekam keperawatan sebagai sarana
6. 3 3 3
hubungan profesional dalam rangka
program kolaborasi
Dokter/tim kesehatan lain mengetahui
7. 1 1 1
setiap pasien siapa PP nya
PP memfasilitasi pelaksanaan konsultasi
8. pasien/keluarga dengan dokter/tim 2 2 2
kesehatan lain
JUMLAH 18 18 18
Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas
Keterangan:

SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)

SR : Sering (2) TP : Tidak Pernah (0)

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %
82

Kurang : < 50 %

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 54
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 = 𝑥 100% = 75 %
72

Analisis: dari hasil tabel didapatkan bahwa Hubungan Profesional Antar Staf
Perawat Dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain dikategorikan baik yaitu 75%.
83

Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga

Tabel 2.26 Evaluasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga Di Ruang Soeparjo
Roestam RSUD Margono Soekardjo

Observasi

No Variabel Yang Dinilai I II III

P S M P S M P S M

1. Didahului do’a bersama 1 0 0 1 0 0 1 0 0

2. Komunikasi antar pemberi


tanggung jawab dan
penerima tanggung jawab
0 0 1 1 0 1 0 0 1
dilakukan didepan pintu
dengan suara
perlahan/tidak ribut

3. Menyebutkan identitas
pasien, dx medis, dx
keperawatan, tindakan
1 1 1 1 1 1 1 1 1
keperawatan yang telah
dilakukan beserta waktu
pelaksanaan

4. Menginformasikan jenis,
dan waktu rencana tindakan
1 1 1 1 1 1 1 1 1
keperawatan yang belum
dilakukan

5. Menyebutkan
perkembangan pasien yang 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ada selama shift

6. Menginformasikan
pendidikan kesehatan yang 0 1 0 0 1 0 0 1 1
telah dilakukan

7. Mengevaluasi hasil
1 1 1 1 1 1 1 1 1
tindakan keperawatan

8. Menyebutkan terapi dan


tindakan medis beserta
0 0 0 0 0 0 0 0 0
waktunya yang dilakukan
selama shift
84

9. Menyebutkan tindakan
medis yang belum 1 1 1 1 0 1 1 0 1
dilakukan selama shift

10. Menginformasikan pada


pasien/keluarga nama
1 0 0 1 0 0 1 0 0
perawat shift berikutnya
pada akhir tugas

11 Memberi salam pada


pasien, keluarga, serta
mengobservasi dan
menginspeksi keadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pasien, menanyakan
keluhan pasien (dalam
rangka klarifikasi)

JUMLAH 8 7 7 8 6 7 8 6 8

Persentasi 72.7 63.6 63.6 72.7 54.5 63.6 72.7 54.5 72.7
% % % % % % % % %

Rata-rata 65.6%

Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas
Keterangan:
SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)
TP : Tidak Pernah (0) SR : Sering (2)

Baik : > 75 %
Cukup : 50 % - 75 %
Kurang : < 50 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

Analisis : dari table Evaluasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga didapatkan
hasil cukup baik yaitu 65.6 %
85

Pelaksanaan Meeting Morning

Tabel 2.27 Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Di Ruang Soeparjo Roestam


Atas Prof. Dr Margono Soekardjo

Observasi
No Variabel Yang Dinilai
I II II

1 Karu menyiapkan tempat untuk meeting morning 3 3 3

2. Karu memberikan arahan pada staf dengan materi


3 2 2
yang telah disiapkan sebelumnya

3. Karu memberikan klarifikasi apa yang telah


3 3 3
disampaikan pada staf

4. Memberikan pada staf untuk mengungkapkan


3 3 3
permasalahan yang muncul di ruangan

5. Bersama staf mendiskusikan pemecahan masalah


3 3 3
yang dapat ditempuh

6. Karu memberi motifasi dan reinforcement pada staf 3 2 3

7. Meeting morning diikuti oleh seluruh staff 3 3 3

Jumlah 21 20 20

Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas
Keterangan:
SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)
SR : Sering (2) TP : Tidak Pernah (0)

Baik : > 75 %
Cukup : 50 % - 75 %
Kurang : < 50 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

61
: 63 𝑥 100% = 96.8 %
86

Analisis: berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa pelaksanaan


mething morning ruang di ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo dikategorikan baik yaitu 96,8%.
87

Pelaksanaan Pre Conference

Tabel 2.28 Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference Ruang Soeparjo Roestam Atas
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
I II III
Ka Ru mengadakan pertemuan rutin dengan
1. seluruh staf keperawatan minimal sebulan sekali 0 0 0
Ka Ru mengadakan pertemuan rutin dengan PP
2. minimal seminggu sekali 0 0 0

PP mengadakan pre-post conference pada tiap awal


3. dan akhir jaga pagi 0 0 0

PP menerima serah terima dari PA dari tugas jaga


4. sebelumnya 0 0 0

PP mendampingi serah terima dari PA dan tugas


5. jaga berikutnya 0 0 0

PA melakukan serah terima dengan PA tugas jaga


6. berikutnya 0 0 0

PP Melengkapi catatan askep/ dokumentasi


terutama dalam pengkajian, diagnosa dan rencana
7. keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung 0 0 0
jawabnya

PA melakukan catatan askep /dokumentasi


8 terutama dalam pelaksanaan dan evaluasi 0 0 0
keperawaan
PP membuat laporan tugas pada Ka Ru setiap akhir
9. tugas terutama keadaan umum pasien dan 0 0 0
permasalahan yang ada
PP memberi motivasi/ bimbingan/ reinforcement
10. dengan PA setiap hari 0 0 0

11. PA mengantikan tugas PP bila PP tidak ada 0 0 0


12. PP mengantikan tugas Ka Ru pada tugas S/M/HL 0 0 0
Jumlah 0 0 0
Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas
Keterangan:

SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)


88

SR : Sering (2) TP : Tidak Pernah (0)

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

0
: 0 𝑥 100% = 0 %

Analisis: dari hasil tabel didapatkan bahwa Pelaksanaan Pre Conference Ruang
Soeparjo Roestam dikategorikan kurang (0%).
89

Pelaksanaan Post Conference

Tabel 2.29 Evaluasi Pelaksanaan Post Conference Ruang Soeparjo Roestam Atas
RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
I II III

1. Menyiapkan tempat untuk post coference 0 0 0

2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi


0 0 0
tanggung jawab

3. Menjelaskan tujuan dilakukan post conference 0 0 0

4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil


tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah 0 0 0
dilakukan

5. Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan


dalam memberikan askep pada pasien dan mencari 0 0 0
upaya penyelesaian masalah

6. Memberi reinforcemen pada PA 0 0 0

7. Menyimpulkan hasil post conference 0 0 0

8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan


tugas jaga shift berikutnya (melakukan ronde 0 0 0
keperawatan)

JUMLAH 0 0 0

Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas
Keterangan:

SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)

TP : Tidak Pernah (0) SR : Sering (2)

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %
90

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

0
: 0 𝑥 100% = 0 %

Analisis: dari hasil tabel didapatkan bahwa Pelaksanaan Post Conference Ruang
Soeparjo Roestam Atas dikategorikan Kurang yaitu 0%.
91

Penerimaan Informasi Pasien Baru

Tabel 2.30 Prosedur Penerimaan Informasi Pasien Baru Ruang Soeparjo Roestam
Atas RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Observasi
No Kegiatan
I II III
1. Perawat memberikan informasi tentang
0 1 1
ruang perawat
2. Perawat memberikan informasi hak-hak
1 1 1
dan kewajiban pasien
3. Perawat memberikan informasi tentang
fasilitas ruangan dan cara penggunaan 1 0 0

4. Perawat memberikan informasi tentang


1 1 0
tata tertib kunjungan rumah sakit
5. Perawat memberikan informasi tentang
orientasi dengan petugas yang terkait 0 0 1

6. Perawat memberikan informasi tarif


pelayanan 1 1 0

7. Perawat memberikan informasi peraturan


1 0 0
dan tata tertib rumah sakit
8. Perawat memberikan informasi syarat
pengurusan administrasi, informasi 1 1 1
persiapan pasien pulang
9. Perawat memberikan informasi tentang
hak-hak dan kewajiban perawat 0 0 0

Jumlah 6 5 4
Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Atas
Keterangan:
Ya : (1)
Tidak : (0)

Baik : > 75 %
Cukup : 50 % - 75 %
Kurang : < 50 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %
92

15
= × 100 %
27

= 55,56 %
Analisa: Berdasarkan hasil observasi didapatkan pelaksanaan informasi pasien
baru terlaksana 55,56%.Angka ini menunjukkan bahwa pelaksanaan informasi
pasien baru, belum berjalan secara optimal. Hal ini dilihat dari kurangnya perawat
dalam memberikan informasi tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan informasi pasien baru.
93

Pelaksanaan Ronde Keperawatan

Tabel 2.31 Evaluasi Pelaksanaan Ronde Keperawatan Di Ruang Soeparjo


Roestam
RSUD Prof.DR. Margono Soekarjo Purwokerto
Observasi
No Pernyataan
I II III

1 Pra ronde : Menentukan kasus dan topic 0 0 0

2 Menentukan tim ronde 0 0 0

3 Menentukan literature 0 0 0

4 Membuat proposal 0 0 0

5 Mempersiapkan pasien 0 0 0

6 Diskusi pelaksanaan 0 0 0

7 Pembukaan : Salam pembuka 0 0 0

8 Memperkenalkan tim ronde 0 0 0

9 Menyampaikan identitas dan masalah pasien 0 0 0

10 Menjelaskan tujuan ronde 0 0 0

11 Penyajian masalah : Memberi salam dan


memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim 0 0 0
ronde

12 Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan


0 0 0
pasien

13 Menjelaskan masalah pasien dan rencana yang


telah dilaksanakan dan serta menetapkan prioritas 0 0 0
yang perlu didiskusikan

14 Validasi data : Mencocokan dan menjelaskan


0 0 0
kembali data yang telah disampaikan

15 Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang


0 0 0
masalah keperawatan tersebut

16 Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor atau


kepala ruang tentang masalah pasien serta rencana 0 0 0
tindakan yang akan dilakukan
94

17 Menentukan tindakan keperawatan pada masalah


0 0 0
prioritas yang telah ditetapkan

18 Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan 0 0 0

19 Penutup 0 0 0

Jumlah 0 0 0

Persentase 0%

Sumber: Observasi pada tanggal 26-28 Februari 2014 di ruang Soeparjo Roestam
Keterangan:

SL : Selalu (3) KD : Kadang – kadang (1)

TP : Tidak Pernah (0) SR : Sering (2)

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

0
: 0 𝑥 100% = 0 %

Analisis: dari hasil tabel didapatkan pelaksanaan ronde keperawatan di ruang


Soeparjo Roestam dikategorikan kurang yaitu 0 %.
95

D. OUTPUT

Standar Indikator Efisiensi Ruangan


Kajian Teori
Efisiensi pelayanan ruang rawat meliputi empat indikator mutu pelayanan
kesehatan, yaitu :
1. BOR (Bed Occupancy Rate) yang menunjukan tinggi rendahnya
pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di suatu ruang rawat dalam
jangka waktu tertentu. Standar nasional BOR dalam satu tahun adalah
60%-85%. Angka pencapaian BOR diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut :

BOR = (Jumlah hari rawat/ periode waktu tertentu) x 100%


Tempat tidur

2. LOS (Lengh of stay) menunjukan rata-rata lamanya hari dirawat setiap


pasien. Lama waktu rawat pada satu pasien maksimal 1 hari. Standar
nasionak untuk rumah sakit dalam sati tahun adalah 6-10 hari. Angka
capaian LOS di peroleh dengan perhitungan sebagai berikut :

LOS = jumlah hari dirawat


Jumlah pasien keluar hidup dan mati

3. TOI (Turn Over Interval) menunjukan rata-rata waktu satu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur di tinggalkan oleh pasien
sampai dengan di isi lagi. Standar adalah 3-5 hari. Angka capaian TOI di
peroleh dengan perhitungan sebagai berikut :

TOI = ( ( Jumlah TT x 365 ) – jumlah hari perawatan )


Jumlah pasien keluar hidup dan mati
96

4. BTO (bed turn Over) menunjukan frekwensi pemakaian tempat tidur


rumah sakit dalam satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan
gambaran tentang tingkat pemanfaatan tempat tidur standar adalah 30-40
kali dalam satu tahun. Angka capaian BTO diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut :
BTO = Jumlah pasien keluar hidup dan mati

Jumlah TT

Tabel 2.32 Standar Indikator Efisiensi Ruangan RSUD Margono Sokardjo


Purwokerto
No Indikator Standar
1 BOR 60-85%
2 LOS 6-10 Hari
3 TOI 3-5 Hari
4 BTO 30-40 kali
Sumber: Arsip Laporan Perkembangan Per ruang rawat

Analisa Data

1. BOR ruang Soeparjo Roestam RSUD Margono Soekarjo Purwokerto

pada bulan November adalah 51.90%, Desember 57.71% sedangkan

bulan Januari 50.23% dengan demikian rata-rata BOR dari bulan

November sampai Januari 2014 adalah 53.28 %, apabila dibandingkan

dengan standar depkes yaitu 60-85% maka pemakaian tempat tidur yang

tersedia di ruang Soeparjo Roestam pada bulan November 2013 - Januari

2014 sudah sesuai dengan standar yang ditentukan.

2. LOS (lama rata-rata hari perawatan) pasien di ruang Soeparjo Roestam

RSUD Prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan November

2013-Januari 2014 yaitu 5 hari menunjukan lama rata-rata hari perawatan


97

baik yaitu 6-10 hari. Hal ini menunjukkan rata-rata hari rawat di Ruang

Soeparjo Roestam cukup baik.

3. TOI (waktu rata-rata satu tempat tidur kosong) pasien di ruang Soeparjo

Roestam RSUD Prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan

November 2013 - Januari 2014 adalah 5 hari, hal ini menunjukan bahwa

ruang Soeparjo Roestam sudah memenuhi indikator standar ruangan.

4. BTO (frekuensi pemakaian tempat tidur) pasien di ruang Soeparjo

Roestam RSUD Prof.dr.Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan

November 2013 - Januari 2014 adalah 37 kali, sedangkan standar dari

depkes adalah 40-50 kali, ini menunjukan frekuensi pemakaian tempat

tidur sesuai dengan depkes.


98

Evaluasi Penerapan
a. Instrumen A
Tabel 2.33 Kode Berkas Rekam Medik Pasien

No Aspek yang dinilai Kode berkas rekam medic pasien

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A Pengkajian

1 Mencatat data yang dikaji 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1


sesuai dengan pedoman
pengkajian
2 Data dikelompokan (bio- 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
psiko-sosial-sepiritual)
3 Data dikaji dari pasien 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
masuk sampai pulang
4 Masalah dirumuskan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
berdasarkan kesenjangan
antar status kesehatan
dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
Sub Total 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4

Total 37

B Diagnose

1 DX keperawatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
berdasarkan masalah
yang telah dirumuskan
2 Dx keperawatan 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
mencerminkan PE/PES
3 Merumuskan diagnose 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
keperawatan aktual atau
potensial
Sub Total 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3

Total 27

C Perencanaan

1 Berdasarkan DX 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
keperawatan
2 Disusun menurut 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
prioritas
3 Rumusan tujuan 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
mengandung komponen
99

pasien/subjek, perubahan,
perilaku, kondisi pasien
atau kriteria waktu
4 Rencana tindakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
mengacu pada tujuan
kalimat perintah terinci
dan jelas
5 Rencana tindakan 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0
menggambarkan
keterlibatan
pasien/keluarga
6 Rencan tindakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
menggambarkan
kerjasama dengan tim
kesehatan lain
Sub Total 5 5 6 6 6 6 6 5 5 5

Total 55

D Tindakan

1 Tindakan dilaksanakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
mengacu pada rencana
perawatan
2 Perawat mengobservasi 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
respon pasien terhadap
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
berdasarkan hasil
evaluasi
4 Semua tindakan yang 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
telah dilaksanakan dicatat
ringkas dan jelas
Sub Total 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4

Total 35

E Evaluasi

1 Evaluasi mengacu pada 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1


tujuan
2 Hasil evaluasi dicatat 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

Sub Total 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2

Total 18

F Catatan asuhan
keperawtan
1 Menulis pada format 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
yang baku
100

2 Pencatatan dilakukan 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
sesuai dengan tindakan
yang dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1
denganjelas,ringkas,
istilah yang baku dan
benar
4 Setiap memerlukan 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
tindakan/ kegiatan
perawat mencantumkan
paraf/nama jelas dan
tanggal jamdilakukanya
tindakan
5 Berkas catatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
keperawatan disimpan
sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Sub Total 5 4 4 4 4 3 4 4 5 4

Total 41

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

213
: x 100 = 88,75 %
240
103

Instrumen B

a. Proporsi Latar belakang pendidikan responden persepsi mutu asuhan


keperawatan
Tabel 2.34 Proporsi Latar Belakang Pendidikan Responden persepsi mutu
asuhan keperawatan di ruang Soeparjo Roestam Atas Prof Dr.
RSUD Margono Soekarjo

No Pendidikan Jumlah %

1 SD 4 40%

2 SLTP 2 20%

3 SLTA 2 20%

4 PT 2 20%

Jumlah 10 100%

b. Proporsi Latar belakang pekerjaan responden persepsi mutu asuhan


keperawatan

Tabel 2.35 Proporsi Latar belakang pekerjaan responden persepsi mutu


asuhan keperawatan di ruang Soparjo Roestam Atas RSUD
Margono Soekarjo
No Pekerjaan Jumlah %

1 PNS 2 20%

3 Swasta 3 30%

4 IRT 5 50%

Jumlah 10 100%

Sumber: Rekam medik pada 27 Februari 2014 dengan jumlah responden 10


pasien
104

c. Proporsi Lama Rawat Responden Persepsi Mutu Asuhan Keperawatan

Tabel 2.36 Proporsi Lama Rawat Responden Persepsi Mutu Asuhan


Keperawatandi ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD Margono
Soekarjo
No Lama rawat Jumlah %

1 3- 6 hari 182 69,7%

2 >7 hari 79 30,3%

Jumlah 261 100%

Sumber: Rekam medik pada tanggal

Analisis: dari tabel diatas didapatkan porposi responden berdasarkan tingkat


pendidikan dari 10 adalah SD sebesar 40 %, untuk porposi responden
berdasarkan pekerjaan paling besar sebagai IRT dengan persentase 50 %, dan
lama rawat responden sebanyak 69,7% lama rawat 3-6 hari.
103

Tabel 2.37 Evaluasi Kepuasan Pasien di ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD
Margono Soekarjo
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri? 6 4
2 Apakah perawat melarang anda/ pengunjung merokok
9 1
diruangan?
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu
8 2
makan anda/ keluarga?
4 Apakah perawat pernah menanyakan adanya makanan
6 4
pantangan dalam keluarga?
5 Apakah perawat memperhatikan jumlah diet yang
5 5
dimakan oleh klien?
6 Bila klien tidak mampu makan sendiri, apakah perawat
0 10
membantu menyuapi ?
7 Pada saat klien dipasang infus, apakah perawat selalu
memeriksa cairan/ tetesan dan area sekitar pemasangan 10 0
infuse?
8 Bila klien mengalami kesulitan buang air besar, apakah
perawat menganjurkan makan buah, sayur, minum yang 7 3
cukup dan banyak bergerak?
9 Pada saat perawat membantu klien BAK/ BAB, apakah
perawat memasang sampiran/ selimut, menutup pintu/ 10 0
jendela, mempersilahkan pengunjung keluar ruangan?
10 Apakah ruangan tidur klien selalu dijaga kebersihannya? 10 0
11 Apakah lantai kamar mandi/ WC selalu bersih, tidak
8 2
licin, tidak berbau, cukup terang?
12 Selama klien belum mampu mandi, apakah dimandikan
0 10
oleh perawat?
13 Apakah klien dibantu oleh perawat bila tidak mampu
menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti 0 10
pakaian atau menyisir rambut?
14 Apakah alat- alat tenun seperti sprei, selimut, dll diganti
10 0
setiap kotor?
15 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat
8 2
dari kurang bergerak, berbaring terlalu lama?
16 Pada saat klien masuk ruangan, apakah perawat
memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia
4 6
dan cara penggunaannya, peraturan/ tata tertib yang
berlaku di RS?11
17 Selama klien dalam perawatan, apakah perawat
10 0
memanggil nama klien dengan benar?
18 Selama klien dalam perawatan. Apakah perawat
mengawasi keadaan klien secara teratur pada pagi, sore 8 2
maupun malam hari?
19 Selama klien dalam perawatan, apakah perawat segera 10 0
104

memberi bantuan bila diperlukan?


20 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah? 10 0
21 Apakah klien/ keluarga mengetahui perawat yang
5 5
bertanggungjawab setiap kali pergantian dinas?
22 Apakah perawat selalu memberikan penjelasan sebelum
9 1
melakukan tindakan perawatan/ pengobatan?
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan
8 2
memperhatikan setiap keluhan klien?
24 Dalam hal memberikan obat, apakah perawat membantu
0 10
menyiapkan/ meminumkan obat?
25 Selama klien dirawat , apakah diberikan penjelasan
tentang perawatan/ pengobatan/ pemeriksaan lanjutan 10 0
setelah klien diperbolehkan pulang?
Jumlah 171 79
Prosentase 68,4 %
Sumber: kuisioner mahasiswa Ners Stikes Gombong pada tanggal 26-28 Februari
2014 dengan jumlah responden 10 pasien
Keterangan:

Ya : (1)

Tidak : (0)

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

171
: x 100 = 68,4 %
250

Analisis : dari hasil tabel didapatkan bahwa kepuasan pasien di ruang Soeparjo
Roestam Atas dikategorikan cukup yaitu 68,4%
Instrumen C
Tabel 2.38 Observasi Tindakan Keperawatan Di Ruang Soeparjo Roestam Atas
RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
No Tindakan Observasi Nilai (%) Keterangan

1. Pengambilan Item yang masih rendah adalah


sampel darah tidak memasang perlak pada
saat tindakan selain itu juga
perawat juga kurang
4 65,4%
memperhatikan respon pasien
selama tindakan (komunikasi).
Mengenai privasi kurang
diperhatikan.

2 Memberikan Jarang memberikan penjelasan


obat injeksi tentang obat kepada keluarga
pasien yang akan diberikan
4 68,4% serta respon selama dan setelah
dilakukan tindakan.prinsip
lima benar obat telah
terlaksana.

3 Memasang Yang perlu diperhatikan yaitu


Infuse sebelum melakukan tindakan
memasang pengalas dan
4 73.5% bengkok, dalam melakukan
antiseptic kapas alcohol
dilakukan berkali kali tanpa 1
kali oles

Jumlah 207,3%

Rata-rata 69,1%

Sumber : Observasi pada tanggal 26 – 28 Februari 2014

110
111

Tabel 2.39 Evaluasi kepuasan perawat ruang Soeparjo Roestam Atas

SP P TP STP
No Pertanyaan
(4) (3) (2) (1)

1 Jumlah gaji yang diterima sebanding 3 8 2 2


dengan pekerjaan yang saudara lakukan

2 System penggajian yang dilakukan oleh 3 7 4 1


institusi tempat saudara bekerja

3 Jumlah gaji yang saudara terima 1 10 3 1


sebanding dengan pendidikan saudara

4 Pemberian insentif tambahan atas suatu 5 8 1 1


prestasi atau kerja sama

5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan 1 11 2 1


yang mendukung pekerjaan

6 Tersedianya fasilitas penunjang, seperti 5 8 1 1


kamar mandi, tempat parkir dan kantin

7 Kondisi ruang kerja terutama berkaitan 3 10 1 1


dengan ventilasi udara, kebersihan dan
kebisingan

8 Adanya jaminan atas kesehatan/ 1 9 4 1


keselamatan kerja

9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap 1 8 5 1


saudara

10 Hubungan antar karyawan dan 5 8 1 1


kelompok kerja

11 Kemampuan dalam bekerja sama antar 3 9 2 1


karyawan

12 Sikap teman- teman terhadap saudara 3 10 1 1

13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar 1 12 1 1


belakang pendidikan saudara

14 Kemampuan dalam menggunakan 2 10 2 1


waktu bekerja dengan penugasan yang
diberikan

15 Kemampuan supervise/ pengawas 1 10 3 1


112

dalam membuat keputusan

16 Perlakuan atasan selama saudara 3 10 1 1


bekerja disini

17 Kebebasan dalam melakukan metode 1 9 3 2


sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan

18 Kesempatan untuk meningkatkan 1 8 5 1


kemampuan kerja melalui pelatihan dan
pendidikan tambahan

19 Kesempatan untuk mendapatkan posisi 1 7 4 3


yang lebih tinggi

20 Kesempatan untuk mendapat prestasi 1 5 4 5


dan mendapatkan kenaikan pangkat

Jumlah 45 177 50 28

Jumlah seluruh 180 531 100 28

Sumber : Kuisioner pada tanggal 26-28 Februari 2014 dengan jumlah responden
15 perawat

Keterangan :

SP : sangat puas TP : tidak puas

P : puas STP : sangat tidak puas

Baik : > 75 %

Cukup : 50 % - 75 %

Kurang : < 50 %

𝟏𝟖𝟎
SP : x 100 = 21,5 %
𝟖𝟑𝟗

𝟓𝟑𝟏
P: x 100 = 63,3%
𝟖𝟑𝟗

𝟏𝟎𝟎
TP : x 100 = 11,9 %
𝟖𝟑𝟗
113

𝟐𝟖
STP : x 100 = 3,3 %
𝟖𝟑𝟗

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

531
: x 100 = 63,3 %
839

Analisis: Berdasarkan scoring pada 15 responden didapatkan bahwa kepuasan


perawat di ruang Soeparjo Roestam Atasdikategorikan cukup dengan presentase
63,3 %. Dengan 21,5 % menyatakan sangat puas pada item tertinggi pemberian
insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja sama serta hubungan antar karyawan
dan kelompok kerja, 63,3 % menyatakan puas dengan item tertinggi kesesuaian
antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan, 11,9 % menyatakan tidak puas serta
pada item tertinggi perhatian institusi rumah sakit serta kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan dan pendidikan tambahan, 3,3 %
mengatakan sangat tidak puas dengan item tertinggi kesempatan untuk mendapat
prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat.
114

Tabel 2.40 Evaluasi Kepuasan Mahasiswa Ruang Soeparjo Roestam Atas


RSUD Margono Soekardjo Periode Februari 2014

No Pertanyaan SS S TS STS
1. Jumlah pasien memadai untuk 2 2 1 1
pelaksanaan praktek
2. Ada kesempatan untuk berinteraksi 2 2 1 1
dengan pasien

3. Ada kesempatan untuk memilih 1 2 2 1


pasien dengan kasus yang sama

4. Proses interaksi dengan pasien bisa 3 1 1 1


dilaksanakan dengan mudah
5. Mahasiswa mengetahui tujuan 3 1 1 1
praktik klinik
6. Ada penjelasan praktik klinik oleh 2 2 1 1
pembimbing klinik

7. Mahasiswa memahami target 1 3 1 1


pencapaian praktik klinik
8. Pembimbingan mengarah pada 1 3 1 1
tujuan praktik klinik
9. Pemimbing klinik/perawat 1 3 1 1
melaksanakan perannya sebagai
nara sumber
10. Pembimbing klinik/perawat 3 1 1 1
memfasilitasi proses
pembimbingan
11. Pembimbing klinik/perawat 2 2 1 1
ruangan mendemonstrasikan
perasat perawatan dan memberi
kesempatan kepada mahasiswa
12. Ada evaluasi yang dilaksanakan 1 3 1 1
oleh mahasiswa dan pembimbing
klinik tentang proses praktik
keperawatan
13. Ada kesempatan untuk 2 2 1 1
melaksanakan perasat keperawatan
14. Target pencapaian keperawatan 1 3 1 1
terpenuhi
115

15. Pelaksanaan praktik keperawatan 1 3 1 1


mendapatkan bimbingan
pembimbing klinik
16. Pelaksanaan praktik keperawatan 2 2 1 1
mendapatkan pengawasan
pembimbing klinik
17. Ada pemberian motivasi/dukungan 1 3 1 1
oleh pembimbing klinik
18. Ada dasar rasional untuk tiap 1 3 1 1
pemberian tindakan perawatan dari
pembimbing klinik.
19. Ada rangsangan/penerapan 1 3 1 1
landasan berpikir kritis dalam
proses praktik klinik
20. Ada pembahasan proses 2 2 1 1
keperawatan dalam penerapan
praktik klinik
21. Dirasakan ada tambahan 2 2 1 1
pengetahuan praktik klinik
Jumlah 35 48 22 21
Jumlah total 140 144 44 21

Sumber: Kuisioner pada tanggal 26 - 28 Februari 2014 dengan jumlah 6


Mahasiswa

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

140
SS : 349 𝑥 100% = 40,1%

144
S : 349 𝑥 100% = 41,3 %

44
TS : 349 𝑥 100% = 12,6 %

21
STS :349 𝑥 100% = 6 %
116

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100 %

144
: x 100 = 41,3 %
849

Analisis: Berdasarkan scoring pada 6 mahasiswa didapatkan bahwa kepuasan


mahasiswa di ruang Soeparjo Roestam Atas dikategorikan setuju dengan
presentase 41.3 %. Dengan 40.1% menyatakan sangat setuju pada item
pembimbingan mengarah pada tujuan praktik klinik serta pelaksanaan praktik
keperawatan mendapatkan bimbingan pembimbing klinik, 12.6% menyatakan
tidak setuju dengan item ada kesempatan untuk memilih pasien dengan kasus
yang sama, serta 6% menyatakan sangat tidak setuju.
117

BAB III

PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Inventarisasi Masalah

Berdasarkan pendataan yang dilakukan dapat diidentifikasi masalah-masalah

sebagai berikut :

1. Unsur input

a. Man

Jumlah tenaga perawat di Ruang Soeparjo Rustam Atas sudah sesuai standar.

b. Material

Jumlah alat keperawatan dan alat kesehatan di Ruang Soeparjo Rustam RS

Margono Soeparjo secara kuantitatif peralatan cukup, secara kualitatif masih

layak pakai.

c. Metode

Ruang Soeparjo Rustam Atas memiliki SAK yang sudah disahkan dan

digunakan di ruang rawat inap di RS Margono Soeparjo, antara lain SAK

Keperawatan Bedah dan SAK Keperawatan Anak.


118

a. Proses asuhan keperawatan

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pendokumentasian asuhan

keperawatan di ruang Soeparjo Roestam Atas belum optimal.

b. Pasien

Berdasarkan observasi pengamatan kami, data yang didapat di Ruang

Soeparjo Rustam RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo bahwa pada saat pasien

akan pulang kegiatan discharge planning tidak disertai dengan pemberian

leaflet.

c. Peserta didik

Dilihat dari jumlah mahasiswa praktikan yang melaksanakan praktek di

ruang Soeparjo Rustam Atas periode Januari-Februari 2014 terdapat

beberapa jumlah mahasiswa praktikan sebanyak 31 mahasiswa.

2. Unsur proses

a. Proses asuhan keperawatan

Rencana tindakan tidak didokumentasikan sesuai dengan masalah

keperawatan yang ada, terdapat diagnosa keperawatan yang tidak sesuai

dengan masalah yang telah dirumuskan, serta diagnosa keperawatan tidak

mencerminkan PE/PES.

b. Proses manajemen keperawatan

1) Perencanaan proses manajemen keperawatan belum optimal

Perencanaan pelayanan belum dilaksanakan secara optimal terutama

dalam pelaksanaan pre conference dan post coference. Dalam proses

serah terima jarang dilakukan pengenalan nama perawat shift selanjutnya


119

kepada pasien dan keluarga pasien.

2) Pelaksanaan manajemen keperawatan belum sesuai dengan struktur dan

tupoksi.

Hasil pelaksanaan MPKP dari Karu 73%, PP 70,8 %, dan PA 55,5%.

Hubungan profesionalisme perawat dengan klien kurang dalam hal

memperkenalkan PP atau perawat yang bertanggung jawab selama pasien

dirawat dan ditulis pada papan nama pasien.

c. Proses PKK mahasiswa oleh CI ruang Soeparjo Rustam

Proses PKK mahasiswa belum optimal, baik dalam pelaksanaan bed side

teeching maupun ronde keperawatan belum dilaksanakan.

3. Unsur output

a. BTO (frekuensi pemakaian tempat tidur) selama 37kali sesuai standar

nasional RS yaitu 5 – 45 kali dalam satu tahun.

b. Kepuasan pasien kurang optimal

Dari hasil yang didapat bahwa kepuasan pasien di ruang Soeparjo Rustam

Atas yaitu 68.4 %.

c. Program PKK bagi Mahasiswa Keperawatan belum optimal

1) Berdasarkan hasil wawancara, pembimbing klinik mengatakan

pelaksanaan bed site teaching dan ronde keperawatan belum optimal

dan belum bisa dilaksanakan secara teratur/terjadwal, hal ini juga

dikarenakan kurangnya inisiatif dari mahasiswa untuk mengadakan bed

site teaching dan ronde keperawatan.


120

B. Perumusan Posisi Stategi Ruang Soeparjo Roestam Atas

a. Kekuatan

No Variable Bobot Rating Skor

1 Pelaksanaan meeting morning ruang di 0,128 0,11 0,017


ruang Soeparjo Roestam Atas RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo sudah
baik yaitu 96,8%

2 Tugas Pokok Fungsi Kepala Ruangan 0,13 0,11 0,014


73.01%, Perawat Primer 70.8 %,
perawat asosiet 55.5 %

3 Pelaksanaan pasien Safety di ruang 0,13 0,11 0,014


Soeparjo Roestam Atas cukup dengan
presentase 64.5 %

4 Hubungan profesional antar staf 0,10 0,07 0,007


dengan perawat 83.3 %

5 Hubungan profesional antar staf 0,12 0,17 0,01


dengan dokter/tim kesehatan lainnya
75 %

6 Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga 0,11 0,11 0,012


yaitu 65.6%

7 Fasilitas atau alat keperawatan di 0,12 0,07 0,008


ruang Soeparjo Roestam Atas masih
baik dan cukup

8 Standar indicator efisiensi ruangan 0,14 0,07 0,018


BOR 53.8%, LOS 5 hari, TOI 5 hari
BTO 37 kali

Jumlah 0,10

Kekuatan di ruang Soeparjo Roestam Atas yaitu Standar indicator efisiensi


ruangan BOR 53.8%, LOS 5 hari, TOI 5 hari BTO 37 kali dengan 0,018.

b. Kelemahan
121

No Variable Bobot Rating Skor

1 Pre dan Post confronce 0 % 0,11 0,14 0,01

2 Ronde keperawatan 0 % 0,10 0,11 0,01

3 Pelaksanaan serah terima tugas jaga di 0,12 0,11 0,09


dapatkan hasil 65.6%

4 10 SAK kasus terbesar di ruang Post 0,09 0,07 0,006


confronce belum ada

5 Kepuasan Mahasiswa 41.3 % 0,09 0,07 0,006

6 Kepuasan pasien 68.4% dan kepuasan 0,10 0,11 0,089


perawat 63.3%

7 Pasien/keluarga tidak mengetahui 0,08 0,14 0,008


perawat yang bertangguang jawab
setiap kali berganti dinas
8 Pelaksanaan Standar Precaution Di ruang 0,12 0,07 0,008
Soeparjo Roestam Atas baikyaitu 55.56%

Jumlah 0.338

Kelemahan di ruang Soeparjo Roestam Atas yaitu Pre dan Post Conference 0 %
dan ronde keperawatan 0 % dengan 0,01.

c. Peluang
No Variable Bobot Rating Skor

1 RSUD Prof. Dr. Margono menjadi rumah 0,16 0,17 0,03


sakit rujukan tipe B

2 Kebijakan pemerintah tentang BPJS 2014 0,17 0,17 0,03

3 Tingkat kepercayaan instansi terhadap 0,2 0,25 0,05


RSUD Prof Dr Margono Soekarjo

4 Akses jalur kerumah sakit margono sangat 0,17 0,25 0,04


mudah
122

5 Meningkatkan kerjasama dengan rumah 0,19 0,17 0,019


sakit disekitar RSMS, dokter praktek, bidan
dan perawat

6 Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,11 0,17 0,019


mendapatkan pelayanan yang lebih
professional

Jumlah 0,36

Peluang terbesar ruang Soeparjo Roestam Atas yaitu tingkat kepercayaan


instansi terhadap RSUD Prof Dr Margono Soekarjo dengan 0,05.

d. Ancaman
No Variable Bobot Rating Skor

1 Masyarakat sekarang lebih mengetahui 0.3 0,4 0,12


aspek hokum etika, malpraktek serta
tuntutan pengadilan terhadap tenaga
kesehatan, UU No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen.

2 Ketidakpatuhan setiap anggota tim di 0.2 0,2 0,04


ruangan untuk melaksanakan pre dan
postconfrence (komunikasi menurun)

3 Tuntutan hukum yang semakin kuat dalam 0.3 0,2 0,06


aspek legalitas pendokumentasian
123

Jumlah 0,22

Ancaman terbesar khususnya ruang Soeparjo Roestam Atas adalah

Masyarakat sekarang lebih mengetahui aspek hukum etika, malpraktek serta

tuntutan pengadilan terhadap tenaga kesehatan, UU No 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen dengan 0,12.

Untuk menentukan posisi strategi keperawatan ruang Soeparjo Roestam

Atas adalah dengan menggunakan diagram Cartesius, nilai total kekuatan

dikurangi nilai total kelemahan ditempatkan pada sumbu X, dan nilai total

peluang di kurangi nilai total ancaman berada pada sumbu Y. dari perhitungan

diperoleh untuk sumbu X adalah 0,10-0,33= -0,23, sedangkan untuk sumbu Y

adalah 0,36-0,22= 0,14 yaitu terletak pada kuadran III artinya ruang Soeparjo

Roestam Atas memiliki kekekuatan yang besar di pihak lain menghadapi

berbagai kendala/kelemahan internal. Maka focus strategi di kuadran ini adalah

mendukung strategi Trunaround yaitu meningkatkan kekuatan internal sehingga

dapat meminimalkan ancaman.

Adapun kemungkinan strategi yang dapat diambil untuk implementasi

MPKP di ruang Soeparjo Roestam Atas adalah seperti tabel di bawah ini:

0,14
124

-0,23

Tabel
125

Penentuan Strategi Implementasi MPKP di Ruang Soeparjo Roestam Atas

INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

 Pelaksanaan meeting  Pre dan Post confrence 0


morning ruang di ruang %
Soeparjo Roestam Atas  Ronde keperawatan 0 %
RSUD Prof. Dr. Margono  Pelaksanaan serah terima
Soekarjo sudah baik yaitu tugas jaga di dapatkan
96,8% hasil 65.6%
 Tugas Pokok Fungsi  10 SAK kasus terbesar di
Kepala Ruangan 73.01%, ruang Post confronce
Perawat Primer 70.8 %, belum ada
EKSTERNAL perawat asosiet 55.5 %  Kepuasan Mahasiswa
 Pelaksanaan pasien Safety 41.3 %
di ruang Soeparjo Roestam  Kepuasan pasien 68.4%
Atas cukup dengan dan kepuasan perawat
presentase 64.5 % 63.3%
 Hubungan profesional  Pasien/keluarga tidak
antar staf dengan perawat mengetahui perawat
83.3 % yang bertangguang
 Hubungan profesional jawab setiap kali berganti
antar staf dengan dinas
dokter/tim kesehatan  Pelaksanaan Standar
lainnya 75 % Precaution Di ruang
 Pelaksanaan Serah Terima Soeparjo Roestam Atas
Tugas Jaga yaitu 65.6% yaitu 55.56%

 Fasilitas atau alat


keperawatan di ruang
126

Soeparjo Roestam Atas


masih baik dan cukup
 Standar indicator efisiensi
ruangan BOR 53.8%, LOS
5 hari, TOI 5 hari BTO 37
kali

PELUANG (O) Strategi SO Strategi WO

 RSUD Prof. Dr.  Perbaiki standar efisiensi  Tingkatkan kepuasan


Margono menjadi rumah ruangan Ruang Soeparjo pasien lebih di utamakan
sakit rujukan tipe B Roestam Atas karena kepada pengguna
RSUD Prof Margono kebijakan pemerintah
 Kebijakan pemerintah Soekarjo menjadi salah BPJS
tentang BPJS 2014 satu rumah sakit yang  Tingkatkan hubungan
 Tingkat kepercayaan dipertimbangkan sebagai antar staf keperawatan
instansi terhadap RSUD rumah sakit rujukan di demi berlangsungnya
Prof Dr Margono daerah Banyumas kerjasama antar staf
Soekarjo meningkat  Tingkatkan lebih baik lagi dalam memberikan
 Akses jalur kerumah kerjasama dengan pelayanan keperawatan

sakit margono sangat rumahsakit lain dan dokter yang maksimal

mudah praktek dan bidan di  Tingkatkan pelaksanaan

 Meningkatkan kerjasama dukung dengan sudah pre dan post conference,

dengan rumah sakit baiknya fasilitas dan alat ronde keperawatan dan

disekitar RSMS, dokter  Tingkatkan pelaksanaan pelaksanaan terima tugas

praktek, bidan dan pasien Safety di ruang jaga

perawat Soeparjo Roestam Atas

 Adanya tuntutan dengan pertimbangan

masyarakat untuk RSUD Prof. Dr. Margono

mendapatkan pelayanan menjadi rumah sakit

yang lebih professional rujukan tipe B


127

Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT

 Masyarakat sekarang  Maksimalkan tupoksi  Buat SAK penyakit 10


lebih mengetahui aspek kepala ruang, perawat besar yang belum jumpai
hokum etika, malpraktek primer, perawata sosiet di ruang Soeparjo Roestam
serta tuntutan pengadilan lebih di didikasihnya Atas
terhadap tenaga dibidang keperawatan  Tingkatkan kepuasan
kesehatan, UU No 8 untuk menjawab tuntutan pasien untuk menjawab
tahun 1999 tentang masyarakat untuk tuntutan masyarakat dalam
perlindungan konsumen. mendapatkan pelayanan mendapatkan pelayanan
 Ketidakpatuhan setiap yang lebih professional yang lebih professional
anggota tim di ruangan
untuk melaksanakan pre
dan postconference
(komunikasimenurun)
 Tuntutan hukum yang
semakin kuat dalam
aspek legalitas
pendokumentasian
128
129

Plan of Action (POA) Praktik Manajemen Keperawatan

Mahasiswa Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Gombong

di Ruang Soeparjo Rustam Atas RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

No Masalah Pokok Kegiatan dan Tujuan Waktu Target Sasaran Penanggung Yang Terkait
Rencana Kegiatan Jawab

1 - Belum 1. Melaksanakan Melaksanakan MPKP Maret Pelaksanaan a. KaRu PJ : Syamsul a. KaRu


optimalnya MPKP sesuai secara optimal 2014 tugas Karu, PP b. PP Sani, S.Kep b. PP
pelaksanaan pedoman dan PA c. PA c. PA
MPKP di 2. Membuat buku d. Mahasis- d. Mahasiswa
mencapai 90%
Ruang profil ruangan wa
Soeparjo 3. Membuat lembar Anggota: Ita
Rustam informasi hak dan Nurfidiniyah,
- Pelaksanaan kewajiban pasien S.Kep
tugas Karu 4. Mengaktifkan
73% kembali papan
- Pelaksanaan informasi petugas
tugas PP jaga
70,8% 5. Memperbaharui
- Pelaksanaan papan struktur
tugas PA ruangan
55,5%
130

2 Belum 1. Komunikasi antar a. Memberikan Maret Pelaksanaan a. KaRu PJ : Dwi a. KaRu


optimalnya perawat tentang asuhan 2014 pre dan post b. PP Anggoro, b. PP
pelaksanaaan pre serah terima jaga keperawatan secara conference c. PA S.Kep c. PA
pasien yang optimal d. Mahasis- d. Mahasiswa
dan post 90%
dikelola b. meningkatkan wa
conference 0% 2. Membagi pasien kerjasama antar
kelolaan sesuai perawat Anggota: Ratna
dengan jumlah Minarsih,
perawat yang ada
S.Kep
3. Melaksanakan
pre dan post
conference
4. Evaluasi
3 Belum Melaksanakan a. Meningkatkan Maret Pelaksanaan a. KaRu PJ : Wiji a. KaRu
optimalnya pedoman orientasi mutu pelayanan 2014 orientasi b. PP Hastuti, S.Kep b. PP
orientasi pasien pasien baru yang diruang Soeparjo pasien baru c. PA c. PA
Roestam Atas d. Mahasis- d. Mahasiswa
131

baru (55,6%) sudah ada b. Pasien mengetahui tercapai 90% wa


hak dan kewajiban e. keluarga
pasien Anggota: Febri
c. Keluarga Pasien Alifianto,
mengetahui tentang S.Kep
kondisi kesehatan
dengan baik Retno
Maichatun,
S.Kep

4 Belum 5. Menentukan c. membahas masalah Maret Terlaksanya a. KaRu PJ : Sawenda a. KaRu


terlaksanakan- topik ronde pasien yang belum 2014 ronde b. PP Kusuma MDT, b. PP
6. Diskusi dengan teratasi keperawatan c. PA S.Kep c. PA
nya ronde kepala ruang d. meningkatkan ilmu d. Mahasis- d. Mahasiswa
keperawatan 7. Menyiapkan pengetahuan wa
(0%) proposal e. terjalinnya
8. Melaksanakan kerjasama yang Anggota:
ronde baik
9. Evaluasi Sri Wahyuni,
S.Kep

Dwi Roro A,
S.Kep
T RUANG T
201 RUANG MEMANDIKAN RUANG RUANG KM RUANG RUANG 211
BAYI
KM PRIA KA
TRANSIT LOGISTIK WANITA CUCI TINDAKAN
RUWAT
202 212

E E
203 214

204 RUANG RUANG RUANG KANTOR 215


PERTEMUAN
GUDANG GUDANG DAPUR MUSHOLLA GUDANG
CUCI ADMIN PERAWAT
R R
205 216

206 217

A A
207 218
DENAH RUANG SOEPARJO RUSTAM LANTAI II

208 T 219

S U S S
209 220
B
210 LIFT
KAMI MELAYANI DENGAN SEPENUH HATI
TAN
GGA

1
133

STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN

PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

RUANG SOEPARJO RUSTAM

Wakil Direktur Pelayanan dan Kerjasama

Dr. Lilijani, MMR

NIP. 19390413 19802 2 001


Ka. BIDANG KEPERAWATAN
Kepala IRNA I KOMITE
Supriyatin, S.Kep, Ns
Darmini, S.Kep, Ns KEPERAWATAN
NIP.19620916 198309 2 001
SUPERVISOR NIP. 19731115196032004
Kepala Ruang
KEPERAWATAN
Nip.Bekti Haryadi,
19550827 S.Kep10002
198202
NIP. 197510041994031002

PERAWAT PRIMER I PERAWAT PRIMER II PERAWAT PRIMER III

SUWARKO USWATUN WACHIDAH, S.Kep PURWATININGSIH

NIP. 197403121994031008 NIP. 197511281998032003 NIP. 19661130199203 2 009


PERAWAT ASOSIATE PERAWAT ASOSIATE PERAWAT ASOSIATE

MARSUDI, S.Kep JKJKKJHJ


NILASARI KUSUMA SINTA MARIANA

PKWTT PKWTT PKWTT

IRWANYU FITRI ARIAWATI WIGATI

PKWTT PKWTT NIP. 1979101320070112004


134

Anda mungkin juga menyukai