Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Fraktur adalah terputusanya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan cedera
jaringan lunak, kerusakan otot rupture tendon, kerusakan pembuluh darah dan
luka organ-organ tubuh. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang fraktur
diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang.
Fraktur terbuka (compound) adalah fraktur dengan fragmen tulang
menembus kulit.

B. ETIOLOGI
Faktor risiko terjadinya fraktur meliputi :
1. Trauma
2. Kejadian terjatuh
3. Kecelakaan kendaraan
4. Olahraga
5. Usia muda (imaturitas tulang)
6. Tumor tulang
7. Penyakit metabolic

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
C. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala klinis fraktur mencakup :
1. Deformitas akibat kehilangan kelurusan (alignment) yang alami
2. Pembengkakan akibat vasodilatasi dan infiltrasi leukosit serta sel-sel mast
3. Spasme otot
4. Nyeri
5. Kerusakan sensibilitas di sebelah distal lokasi fraktur akibat unsure-unsur
neurovaskuler terjepit atau tertekan oleh trauma atau fragmen tulang
6. Kisaran gerak yang terbatas
7. Krepitasi atau bunyi “berderik” ketika bagian fraktur digerakkan, bunyi
ini disebabkan oleh gesekan fragmen tulang

D. PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosteum serta
pembuluh darah di dalam korteks, sumsum tulang, dan jaringan lunak
disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk diantara
kedua ujung patahan tulang serta dibawah periosteum, dan akhirnya jaringan
granulasi menggantikan hematoma tersebut.
Kerusakan jaringan tulang memicu respon inflamasi intensif yang
menyebabkan sel-sel dari jaringan lunak di sekitarnya serta dari rongga
sumsung tulang akan menginvasi daerah fraktur dan aliran darah keseluruh
tulang akan mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast di dalam periosteum,
endosteum, dan sumsum tulang akan memproduksi osteoid (tulang muda dari
jaringan kolagen yang belum mengalami klasifikasi, yang juga disebut kalus).
Osteoid ini akan mengeras di sepanjang permukaan luar korpus tulang dan
pada kedua ujung patahan tulang. Sel-sel osteoklast mereabsorpsi material
dari tulang yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast membangun
kembali tulang tersebut. Kemudian osteoblast mengadakan transformasi
menjadi osteosit (sel-sel tulang yang matur).

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
E. KLASIFIKASI FRAKTUR TERBUKA
Pada fraktur terbuka terdapat klasifikasi berdasarkan derajat luka
antara lain :
Derajat I :
1. Luka < 1 cm
2. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
3. Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
4. Kontaminasi minimal
Derajat II :
1. Luka > 1 cm
2. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
3. Fraktur kominutif sedang
4. Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
otot dan neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III
terbagi atas:
1. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas/flap/avulse atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat ukuran luka.
2. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar
kontaminasi massif
3. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa
melihat kerusakan jaringan lunak.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
F. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur yang mungkin terjadi meliputi :
1. Deformitas dan disfungsi permanen jika tulang yang fraktur tidak bisa
sembuh (nonunion) atau mengalami kesembuhan yang tidak sempurna
(malunion)
2. Nekrosis aseptic (bukan disebabkan oleh infeksi) pada segmen tulang
akibat gangguan sirkulasi
3. Syok hipovolemik akibat kerusakan pembuluh darah (khususnya pada
fraktur femur)
4. Kontraktur otot
5. Sindrom kompartemen
6. Emboli lemak akibat disrupsi sumsum tulang atau aktivasi sistem saraf
simpatik pascatrauma (yang dapat menimbulkan distress pernapasan atau
sistem saraf pusat).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic untuk fraktur terbuka, yaitu :
1. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi/luasnya fraktur trauma
2. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI : memperlihatkan fraktur juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun, pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ respon stress
normal setelah trauma
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kliners ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfuse
multiple, atau cedera hati.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan fraktur berat yang menyebabkan kehilangan darah
meliputi :
1. Penekanan langsung untuk mengendalikan perdarahan
2. Penggantian cairan dengan memasang infuse secepat mungkin untuk
mencegah atau mengatasi syok hipovolemik
Sesudah memastikan diagnose fraktur, penanganan dimulai dengan
reposisi. Reposisi tertutup meliputi:
1. Manipulasi manual
2. Anestesi lokal seperti lidokain (Xylocaine)
3. Obat analgetik (seperti menyuntikkan morfin IM)
4. Obat relaksan otot (seperti diazepam (valium) IV) atau sedative (seperti
midazolam (versed) untuk memudahkan peregangan otot yang diperlukan
untuk meluruskan tulang yang patah.
Kalau reposisi tertutup tidak mungkin dikerjakan, maka tindakan
reposisi terbuka dengan pembedahan meliputi :
1. Imobilisasi fraktur dengan bantuan paku, plat atau skrup, dan pemasangan
gips
2. Terapi profilaksis tetanus
3. Terapi profilaksis antibiotic
4. Pembedahan untuk memperbaiki kerusakan pada jaringan lunak
5. Pembersihan atau debridement luka secara cermat
6. Fisioterapi sesudah gips dilepas untuk memulihkan mobilitas anggota
gerak.
Kalau pemasangan bidai atau gips tidak berhasil mempertahankan
reposisi maka kita dapat melakukan imobilisasi yang memerlukan traksi kulit
atau skeletal dengan menggunakan serangkaian beban dan katrol. Tindakan
ini dapat meliputi :
1. Pemasangan pembalut elastis dan tutup kulit domba untuk memasang alat
traksi pada kulit pasien (traksi kulit)

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
2. Pemasangan pen atau kawat pada ujung tulang disebelah distal fraktur
yang kemudian disambung dengan beban untuk memungkinkan traksi
dalam waktu lama (traksi skeletal).

I. PERTIMBANGAN KHUSUS
1. Awasi timbulnya tanda-tanda syok pada pasien fraktur terbuka tulang-
panjang yang parah, seperti fraktur terbuka femur
2. Pantau tanda-tanda vital dan waspadai khususnya denyut nadi yang cepat,
tekanan darah yang menurun, pasien yang tampak pucat, serta kulit yang
teraba dingin dan basah. Semua gejala ini dapat menunjukkan bahwa
pasien dalam keadaan syok.
3. Beri infuse cairan sebagaimana diinstruksikan
4. Tentramkan kekhawatiran pasien yang mungkin merasa takut dan nyeri
5. Redakan rasa nyeri dengan obat analgetik jika diperlukan
6. Jika fraktur tersebut memerlukan imobilisasi yang lama dengan
pemasangan traksi, atur kembali posisi tubuh pasien dengan sering untuk
meningkatkan kenyamanannnya dan mencegah dekubitus. Bantu pasien
melakukan latihan RPS aktif untuk mencegah atrofi otot. Dorong pasien
agar mau bernapas dalam dan batuk untuk menghindari pneumonia
hipostatik
7. Anjurkan pasien agar minum dengan jumlah cukup untuk mencegah statis
urine dan konstipasi. Awasi kemungkinan timbul tanda-tanda batu ginjal
(sakit pinggang, mual dan muntah)
8. Lakukan perawatan gips yang baik dan sanggah anggota gerak yang di
gips itu dengan bantal. Amati kemungkinan iritasi kulit dekat bagian tepi
gips dan periksa apakah tercium bau busuk atau terlihat secret. Beritahu
pasien agar segera melaporkan tanda dan gejala yang menunjukkan
gangguan sirkulasi (kulit dingin, mati rasa (baal), kesemutan, atau
perubahan warna kulit). Ingatkan agar jangan membasahi gips dan
menyisipkan benda asing di balik gips.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
9. Dorong pasien agar secept mungkin mulai bergerak menurut
kemampuannya. Bantu pasien berjalan. (ingat pasien telah berbaring
selama beberapa lama di tempat tidur sehingga mungkin saja ia merasa
pening ketika pertama kali berdiri). Perhatikan cara menggunakan kruk
(tongkat penopang) dengan benar.
10. Sesudah gips dilepas, rujuk pasien kepada petugas fisioterapi untuk
memuluhkan mobilitas anggota gerak.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh. Pengkajian Pasien Fraktur dengan post ORIF menurut
(Doenges, 2000, hal 761-762). meliputi:
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala: keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder
pembengkakan jaringan dan nyeri).
2. Sirkulasi
a. Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap
nyeri atau ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah
bila terjadi perdarahan.
b. Takikardia
c. Penurunan atau tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera,
pengisian kapiler lambat dan pucat pada area fraktur.
d. Hematoma area fraktur.
3. Neurosensori
Gejala:
a. Hilang gerakan atau sensasi
b. Kesemutan (parestesia)
Tanda:
1) Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.
2) Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder
pembengkakan jaringan dan nyeri).
3) Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri, ansietas atau trauma
lain).

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
4. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala:
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area fraktur, berkurang pada imobilisasi.
b. Spasme atau kram otot setelah imobilisasi.
5. Keamanan
Tanda:
a. Laserasi kulit dan perdarahan.
b. Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba).
6. Penyuluhan atau Pembelajaran
a. Imobilisasi.
b. Bantuan aktivitas perawatan diri.
c. Prosedur terapi medis dan keperawatan.
d. Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
2) CT Scan tulang, fomogram MRI (Magnetic Resonance
Imaging).
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
3) Arteriogram
Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4) Hitung darah lengkap
Hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap
peradangan.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (mis Inflamasi,
Iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia
iritan), agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operatif, trauma, latihan fisk berlebihan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabolism,
penurunan kekuatan otot, kekakuan sendi, malnutrisi, nyeri, program
pembatasan gerak, kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik,
kecemasan, gangguan kognitif, gangguan sensori persepsi
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (mis diabetes
mellitus) efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organism
pathogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulut. Ketidak adekuatan
pertahanan tubuh sekunder : penurunan hemoglobin.
5. Resiko Syok (Hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan volume
darah akibat trauma.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Luaran
Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut berhubungan Nyeri Berkurang  Identifikasi tingkat nyeri yang  Untuk mengetahui lokasi,
dengan agen pencedera komprehensif karakteristik, kualitas nyeri,
fisiologi (mis Inflamasi,  Observasi isyarat nonverbal frekuensi dan faktor pencetus
Iskemia, neoplasma), agen ketidaknyamanan  Untuk lebih mengetahui keadaan
pencedera kimiawi (mis,  Berikan tindakan nyaman misalnya umum klien
terbakar, bahan kimia ubah posisi yang membuat klien  Untuk meningkatkan relaksasi
iritan), agen pencedera merasa nyaman  Agar klien mampu mengontrol
fisik (mis, abses, amputasi,  Berikan informasi tentang nyeri nyeri
terbakar, terpotong, seperti penyebab nyeri dan berapa  Untuk memberikan pengetahuan
mengangkat berat, lama akan berlangsung kepada pasien dan keluarga
prosedur operatif, trauma,  Ajarkan penggunaan teknik pasien apabila nyeri datang
latihan fisk berlebihan. nonfarmakologi manajemen nyeri  Untuk mengurangi rasa nyeri
(misalnya imajinasi terbimbing,
distraksi, kompres hangat atau

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
dingin, dan masase)
 Kolaborasi pemberianan algetik
Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fsik  observasi kebutuhan terhadap  Untuk mengidentifikasi masalah
berhubungan dengan Membaik bantuan pemenuhan aktifitas  Agar keluarga pasien mampu
perubahan metabolism,  Ajarkan teknik ambulasi dan melakukan secara mandiri
penurunan kekuatan otot, berpindah yang aman  Untuk mempertahankan atau
kekakuan sendi,  Ajarkan pasien dan dukung pasien meningkatkan ketahahan otot
malnutrisi, nyeri, program dalam latihan ROM aktif atau pasif  Agar klien bersemangat dalam
pembatasan gerak, kurang  Berikan penguatan positif selama pemenuhan aktifitas
terpapar informasi tentang aktifitas  Untuk mengatur program latihan
aktivitas fisik, kecemasan,  Kolaborasi dengan ahli terapi fisik aktifitas pada klien
gangguan kognitif, untuk program latihan
gangguan sensori persepsi
Kerusakan integritas Integritas jaringan  Observasi integritas luka dan  mengidentifikasi tingkat
jaringan b.d fraktur membaik observasi terhadap tanda infeksi atau keparahan luka akan
drainage mempermudah intervensi.
 Monitor suhu tubuh  suhu tubuh yang meningkat
 Lakukan perawatan kulit, dengan dapat diidentifikasikan sebagai

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
sering pada patah tulang yang adanya proses peradangan
menonjol  Mencegah terjadinya kerusakan
 Beri bantalan di bawah kulit yang kulit.
terpasang traksi.  Meminimalkan tekanan pada
area yang terpasang gips atau
traksi.
Resiko infeksi Resiko infeksi  Observasi tanda-tanda infeksi dan  Mengetahui adanya tanda-tanda
berhubungan dengan menurun peradangan infeksi dan peradangan
penyakit kronis (mis  Observasi warna kulit, turgor dan  Untuk mengetahui proses
diabetes mellitus) efek tekstur, cuci kulit dengan hati-hati. perbaikan kulit
prosedur invasif,  Tingkatkan upaya pencegahan  Mencegah timbulnya infeksi
malnutrisi, peningkatan dengan mencuci tangan bagi semua nosokomial
paparan organism orang yang berhubungan dengan  Agar tidak menjadi meia
pathogen lingkungan, pasien pertumbuhan kuman
ketidakadekuatan  Pertahankan tekhnik aseptic  Agar pasien dan keluarga dapat
pertahanan tubuh primer : prosedur invasive menghindari infeksi
gangguan peristaltic,  Ajarkan pasien dan keluar cara  Penanganan awal dapat
kerusakan integritas kulut. menghindari Infeksi membatu mencegah timbulnya
Ketidak adekuatan

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
pertahanan tubuh sekunder  Kolaborasi pemberian terapi sepsis.
: penurunan hemoglobin. antibiotic bila perlu
Resiko Syok Resiko syok  Monitor warna kulit, suhu kulit,  mengetahui adanya tanda
(Hipovolemik) hipovolemik denyut jantung. kekurangan volume cairan
berhubungan dengan menurun  Monitor intake dan output  mengetahui masukan dan
kehilangan volume darah  Atur posisi pasien dengan posisi haluaran
akibat trauma. supinasi  untuk peningkatan preload
 Berikan Cairan IV atau Oral yang dengan tepat
tepat  mengatasi gejala syok

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu
pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan
yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan.

E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
PATHWAY

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).


Yogyakarta: Mocomedia.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I
Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa oleh
Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead, Sue, dkk., 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta:
Mocomedia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Edisi1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. XIV


Hajaratul Azwaningsih Ibrahim, S.Kep (70900118025)

Anda mungkin juga menyukai