Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

REKAYASA LALU LINTAS

KEBISINGAN DAN CUACA

DIBUAT OLEH:

NAMA : AGUS SALIM

NIM : 03115103

UNIVERSITAS NAROTAMA

FAKULTAS TEKNIK

2015
KEBISINGAN DAN CUACA AKIBAT VOLUME KENDARAAN
BERMOTOR DI JALAN RAYA

1. LATAR BELAKANG

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi pada kondisi lalulintas
heterogen di kota-kota besar di Indonesia, telah memberikan dampak-dampak yang
serius terhadap manusia dan lingkungan, salah satunya adalah peningkatan
kebisingan dan cuaca lalulintas pada jaringan jalan yang bersumber dari bunyi
knalpot, asap kendaraan, debu jalan, gesekan antara jalan dan ban kendaraan bahkan
bunyi klakson. Adanya dampak-dampak yang timbul akibat meningkatnya
kendaraan bermotor, maka perlu dilakukan upaya-upaya mendasar untuk
pengurangan tingkat kebisingan dan pengaruh cuaca. Dalam konteks tersebut,
pembahasan makalah ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik tingkat
kebisingan yang dihasilkan kendaraan bermotor di kota-kota besar dan
memodelkan hubungan antara tingkat kebisingan dengan volume kendaraan dan
kecepatan kendaraan bermotor.

Pada pembahasan ini, dilakukan survei primer terhadap karakteristik lalulintas,


yaitu volume dan kecepatan lalulintas, serta survey terhadap besaran tingkat
kebisingan lalulintas yang ada pada jaringan jalan. Survei karakteristik lalulintas
menggunakan metode pengamatan jalan raya di kota besar untuk karakteristik
volume lalulintas, dan kecepatan kendaraan bermotor di jalan raya.

2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, maka
perumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Kebisingan
dan Cuaca Lalu Lintas di jalan raya kota-kota besar.

3. BATASAN MASALAH
Agar makalah ini sesuai dengan yang direncanakan, serta lebih jelas dan terarah
kerangka analisanya maka perlu dibuat batasan masalah sebagai berikut :
1. Kebisingan di kota-kota besar di akibatkan oleh volume kendaraan bermotor
yang terus meningkat.
2. Polusi udara yang berdampak langsung terhadap masyarakat adalah polusi
kendaraan bermotor.

4. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Dapat memahami banyak faktor dari kebisingan yang timbul di lalu lintas
jalan raya.
2. Dapat memahami banyak faktor dari polusi udara yang timbul di lalu lintas
jalan raya.

5. MANFAAT MAKALAH
Adapun manfaat makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Bagi Penulis :
Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh
dari dunia akademis yang salah satunya adalah pada mata kuliah rekayasa lalu
lintas.
3. Bagi Mahasiswa lain :
Menambah literatur pada mata kuliah rekayasa lalu lintas tentang kebisingan
dan cuaca.

6. PEMBAHASAN

6.1 Kebisingan
Kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan dimana
kebisingan lingkungan adalah setiap suara luar yang tidak diinginkan atau
berbahaya yang diciptakan oleh aktivitas manusia yang merugikan kualitas
hidup individu (Ubuoh, dkk, 2012).
Suara adalah sensasi atau rasa yang dihasilkan oleh organ pendengaran manusia
ketika gelombang-gelombang suara dibentuk di udara sekeliling manusia
melalui getaran yang diterimanya. Gelombang suara merupakan gelombang
longitudinal yang terdengar sebagai bunyi bila masuk ke telinga berada pada
frekuensi 20 – 20.000 Hz atau disebut jangkauan suara yang dapat didengar
(Anggraini, dkk, 2013).
Gambar 1. Kemacetan di kota-kota besar yang menimbulkan kebisingan

a. Kebisingan dari Kendaraan Bermotor


Secara umum, kendaraan yang beroperasi di jalan raya dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa kategori. Menurut sistem pengoperasiannya, kendaraan
dibedakan menjadi kendaraan bermotor beroda dua, empat, dan lebih dari
empat. Kendaraan beroda empat dan lebih dari empat, masih dapat
dikategorikan sebagai kendaraan komersial berat, komersial ringan, angkutan
umum, mobil dengan kapasitas atau cc (sentimeter kubik, volume ruang bakar
dalam mesin kendaraan) kecil, kapasitas besar dan mobil mewah. Klasifikasi
ini sebenarnya menunjukkan bahwa masing-masing kategori kendaraan
menghasilkan spektrum bunyi yang berbeda. Pada kelompok kendaraan-
kendaraan tidak bermotor, kita membedakannya menjadi yang beroda dua,
seperti sepeda; dan yang beroda lebih dari dua, seperti becak, dokar, sado dan
sejenisnya. Kendaraan tidak bermotor dapat dipastikan tidak menghasilkan
kebisingan secara langsung, namun sangat mungkin bahwa, penggunaan
kendaraan tidak bermotor yang cenderung berjalan lebih lambat dapat
meningkatkan kebisingan secara tidak langsung. Sebagai contoh, lambatnya
laju kendaraan tidak bermotor pada jalan dengan lebar terbatas akan menahan
laju kendaraan bermotor. Hal ini meningkatkan kebsiingan, karena kendaraan
bermotor terkumpul pada satu titik, yaitu di belakang kendaraan tidak bermotor
yang lambat tersebut.
Kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor berasal dari beberapa
sumber, yaitu mesin, transmisi, rem, klakson, knalpot dan gesekan ban dengan
jalan. Berdasarkan sumber kebisingan tersebut dapat dilihat pada gambar 2
dibawah ini :

Gambar 2 Macam dan letak kebisingan yang ditimbulkan kendaraan bermotor

Kebisingan akibat gesekan roda dengan jalan tergantung pada beberapa faktor,
jenis ban, kecepatan kendaraan, kondisi permukaan jalan, dan kemiringan jalan.
Kecepatan kendaraan mempengaruhi kebisingan yang dimunculkan akibat
gesekan ban kendaraan dengan permukaan jalan, seperti jalan yang tidak halus
dan basah, akan menimbulkan kebisingan yang lebih tinggi akibat terjadinya
gesekan yang lebih hebat antara ban dengan permukaan jalan.
Pada sisi lain kemiringan jalan juga mempengaruhi kebisingan. Pada jalan yang
menanjak dibutuhkan torsi (momen puntir) yang lebih besar dibandingkan saat
jalan rata, agar kendaraan dapat bergerak. Untuk menghasilkan torsi yang lebih
besar dibutuhkan posisi mesin kendaraan pada gigi atau perseneling rendah
dengan putaran mesin per menit yang tinggi (Mediastika, 2005).

b. Nilai Ambang Batas


Menurut Kepmenaker/Men/1999, standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja, tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam/hari dan 40
jam/minggu.
Gangguan pendengaran adalah perubahan daya dengar seseorang dari tahap
permukaan sampai ketulian, dengan ambang batas sebagai berikut:
20-40 dB : ringan.
40-55 dB : sedang.
55-70 dB : berat.
70-90 dB : sangat berat.
Diatas 90 dB : tuli total.

c. Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan (Sastrowinoto,
1985):
Zona A: Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat
penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.
Zona B: Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan,
tempat Pendidikan dan rekreasi.
Zona C: Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran,
Perdagangan dan pasar.
Zona D: Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri,
pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)
Zona A: Intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari
ZonaB: Intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai
pelindung telinga (earmuff dan earplug)
Zona C : 115-135 dB → perlu memakai earmuff
Zona D : 100-115 dB → perlu memakai earplug

Berisi analisa data yang di dapat pembahasannya. Data-data yang dikumpulkan


adalah beberapa kajian menjelaskan bahwa setiap kendaraan yang beroperasi
menghasilkan kebisingan, tetapi sumber dan besarnya bising dapat bervariasi
tergantung dari jenis mesin dan klakson kendaraan. Menurut Tanvir dan
Rahman (2011), lalu lintas kendaraan bermotor merupakan sumber utama
penyebab kebisingan hingga melampaui batas toleransi. Peningkatan
kebisingan ini sangat mengganggu kegiatan dasar masyarakat khususnya
masyarakat kota seperti tidur, belajar dan berkomunikasi menjadi terganggu.
Pada daerah perkotaan keberadaan bangunan dengan jalan raya tidak dapat lagi
dipisahkan maka semua bangunan berpotensi menjadi korban kebisingan yang
bersumber dari jalan raya. Begitu pula dengan manusia, baik yang beraktivitas
di luar banguan maupun di dalam bangunan pada area yang berdekatan dengan
jalan raya sangat potensial menjadi korban kebisingan. Jarak bangunan dengan
jalan raya sangat mempengaruhi tingkat kebisingan yang diterima semakin
dekat jarak sumber bunyi maka semakin besar pula tingkat kebisingan yang
diterima. Disepanjang jalan kota-kota besar, baik jalan arteri maupun jalan
kolektor dipenuhi bangunan, dan telah menjadi aktivitas sehari-hari bagi
manusia pada area tersebut baik digunakan untuk tempat tinggal, perdangan,
kantor dan lain sebagainya. Namun rendahnya tingkat kesadaran masyarakat
kota akan cemaran bunyi yang terjadi di sekitarnya.

d. Volume kendaraan
Volume kendaraan adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu jalur gerak
persatuan waktu. Untuk mendapatkan data lalu lintas suatu jalan maka
dilakukan survai lalu lintas yang biasanya dilakukan oleh dinas perhubungan.
Data yang ada mencakup pengelompokan kendaraan berdasarkan jenis dan
muatan sumbu.
Volume biasanya dihitung dalam kendaraan/hari atau kendaraan/jam. Namun
volume dapat juga dinyatakan dalam satuan yang lain tergantung kepada
kedalaman analisis yang diinginkan. Volume dirumuskan sebagai persamaan
berikut:
1 n
q= ----- atau q = ------- ………(1)
h T
dimana : q = volume
h = headway/waktu antara
T = interval waktu pengamatan
n = jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan
Karena volume ini berinteraksi dengan sistem jaringan jalan, maka ketika arus
meningkat pada suatu ruas jalan dengan sendirinya waktu tempuh akan
meningkat karena kecepatan turun. Satuan yang umum untuk lalu lintas adalah
lalu lintas harian rata-rata (LHR), LHR didapat dari jumlah lalu lintas pada satu
tahun dibagi 365, untuk menjadikan satuan mobil penumpang (SPM) harus
dikalikan dengan suatu faktor, dimana faktor tersebut dipengaruhi oleh kondisi
geometrik jalan, lokasi jalan, kondisi cuaca, jenis jalur/gerak( ruas/simpang).
Gambar 3. Volume kendaraan di jalan raya

e. Kecepatan kendaraan
Kecepatan kendaraan adalah waktu yang dibutuhkan kendaraan untuk melalui
suatu jalur tertentu yang sering diukur dalam satuan panjang per satuan waktu
dinyatakan dalam kilometer per jam.
Kecepatan (spot speed) merupakan salah satu parameter arus lalu lintas dalam
hal ini dibedakan menjadi:
Kecepatan rata-rata waktu ( time mean speed/ TMS) yaitu rata-rata dari
kecepatan kendaraan yang melalui salah satu titik pada jalan dalam suatu
interval waktu tertentu.
Kecepatan rata-rata waktu didefinisikan sebagai berikut:
1
V = n ∑ni=1 Vi ……………..…...(2)

Dimana:
V = kecepatan rata-rata waktu
Vi = kecepatan kendaraan I yang melewati suatu titik pada jalur gerak.

Kecepatan rata-rata ruang ( space mean speed /SMS) yaitu kecepatan rata-rata
kendaraan yang didapat dengan membagi jumlah jarak yang ditempuh dengan
jumlah waktu yang dibutuhkan
Kecepatan rata-rata ruang didefinisikan sebagai berikut:

.....…………………(3)
Dimana: U = Kecepatan rata-rata ruang
Si = jarak yang ditempuh
mi= waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak.

6.2. Efek Pencemaran Udara


Salah satu banyaknya polusi yang terjadi diakibatkan oleh udara yang tercemar
yang berasal dari baik itu pembuagan akhir asap kendaraan bermotor yang
kurang sehat atau pun pembuangan asap dari kegiatan indurstri.
Hal ini tentunya menimbulkan efek pencemaran udara pada kehidupan manusia
dapat dibagi menjadi efek umum, efek terhadap ekosistem, efek terhadap
kesehatan, efek terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, efek terhadap cuaca
dan iklim, dan efek terhadap sosial-ekonomi.

a. Efek Umum
Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain:
Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora, dan fauna.
Memengaruhi kuantitas dan kualitas sinar matahari yang sampai ke per-mukaan
bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.
Memengaruhi dan mengubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 di
udara. Kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan bawah
atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect). Pencemaran
udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda yang terbuat
dari logam. Meningkatkan biaya perawatan bangunan, monumen, jembatan,
dan lainnya. Mengganggu penglihatan dan dapat meningkatkan angka kasus
kecelakaan lalulintas di darat, sungai, maupun udara. Menyebabkan wama kain
dan pakaian menjadi cepat buram dan bernoda.

6.3 Dampak Kendaraan bermotor terhadap Lingkungan


Dampak-dampak kendaraan bermotor (mobil,motor,dll) yaitu, bisa
menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya kemacetan dan tingginya
kadar polutan udara akibat berbagai pencemaran dari asap kendaraan bermotor.
Dampak yang dirasakan akibat menurunnya kualitas udara perkotaan adalah
adanya pemanasan kota akibat perubahan iklim, penipisan lapisan ozon secara
regional, dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat yang ditandai
terjadinya infeksi saluran pencernaan, timbulnya penyakit pernapasan, adanya
Pb (timbal) dalam darah, dan menurunnya kualitas air bila terjadi hujan (hujan
asam).

Gambar 4. Polusi Udara di Jalan Raya

Polutan (bahan pencemar) yang ada di udara–seperti gas buangan CO


(karbon monoksida)– lambat laun telah memengaruhi komposisi udara normal
di atmosfer. Hal ini dapat memengaruhi kondisi lingkungan dengan adanya
dampak perubahan iklim. Ketidakpastian masih banyak dijumpai dalam “model
prediktif” yang ada sekarang, antara lain mengenai respons alam terhadap
kenaikan temperatur bumi sendiri, serta disagregasi perubahan iklim global ke
tingkat regional, dan sebagainya.
Dalam sebuah bukunya tentang pencemaran udara (2001), Dr, Ir.
Moestikahadi Soedomo, M.Sc, DEA, menyebutkan tentang pengaruh
pencemaran udara bagi lingkungan–khususnya bagi terjadinya pemanasan
global dalam setengah abad mendatang– diperkirakan akan meliputi kenaikan
permukaan laut, perubahan pola angin, penumpukan es dan salju di kutub.
Selain itu juga akan terjadi peningkatan badai atmosferik, bertambahnya
populasi dan jenis organisme penyebab penyakit dan dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat, perubahan pola curah hujan, dan perubahan ekosistem
hutan, daratan serta ekosistem lainnya.
Adapun dampak negatif bagi kesehatan masyarakat, diketahui kontak antara
manusia dengan CO, misalnya, pada konsentrasi yang relatif rendah, yakni 100
ppm (mg/lt) akan berdampak pada gangguan kesehatan. Hal ini perlu diketahui
terutama dalam hubungannya dengan masalah lingkungan karena konsentrasi
CO di udara umumnya memang kurang dari 100 ppm. Senyawa CO dapat
menimbulkan reaksi pada hemoglobin (Hb) dalam darah.
Adapun faktor penting yang menentukan pengaruh COHb terdapat dalam darah,
makin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin
fatal pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.
Polusi yang berasal dari pembakaran energi kendaraan bermotor merupakan
salah satu penyebab pemanasan global. Akibat pemanasan global itu, cuaca
menjadi ekstrem dan temperatur di Bumi bertambah panas dan berisiko
menyebabkan pencairan es di wilayah kutub. Tidak hanya itu, permukaan air
laut pun naik sehingga bisa menenggelamkan daratan yang notabennya menjadi
tempat tinggal makhluk hidup.
Mengingat betapa bahayanya dampak dari pemanasan global itu, para ahli
lingkungan terus berupaya mengurangi faktor penyebabnya, yakni emisi karbon
yang dihasilkan kendaraan berbahan bakar fosil. Selain menjadi penyebab
pemanasan global, emisi karbon juga sangat membahayakan kesehatan tubuh
dan mempercepat kerusakan lapisan ozon.
Dalam upaya pengurangan emisi karbon itu, para ilmuwan merancang beragam
teknologi, mulai dari teknologi sederhana hingga canggih.

7. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari latar belakang dan pembahasan yang telah di uraian di atas ada beberapa
kesimpulan dan saran yang di peroleh yaitu:
1. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi pada kondisi
lalulintas heterogen di kota-kota besar di Indonesia, telah memberikan
dampak-dampak yang serius terhadap manusia dan lingkungan, salah
satunya adalah peningkatan kebisingan dan cuaca lalulintas pada jaringan
jalan yang bersumber dari bunyi knalpot, asap kendaraan, debu jalan,
gesekan antara jalan dan ban kendaraan bahkan bunyi klakson.
2. Menurut Kepmenaker/Men/1999, standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja, tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8
jam/hari dan 40 jam/minggu.
3. Polusi yang berasal dari pembakaran energi kendaraan bermotor merupakan
salah satu penyebab pemanasan global. Akibat pemanasan global itu, cuaca
menjadi ekstrem dan temperatur di Bumi bertambah panas dan berisiko
menyebabkan pencairan es di wilayah kutub. Tidak hanya itu, permukaan
air laut pun naik sehingga bisa menenggelamkan daratan yang notabennya
menjadi tempat tinggal makhluk hidup.

SARAN
1. Diperhitungkan secara mendalam oleh pemerintah, khususnya dinas
perhubungan dalam pengontrolan jumlah kendaraan di jalan raya, dari segi
kelayakan kendaraan tersebut maupun pengaturan penggunaan kendaraan
dan jalur kendaraan sesuai tempatnya.
2. Diharapkan dapat memprediksikan jarak alat kebisingan dengan jalan raya
agar dalam membangun kawasan atau bangunan dapat mengetahui seberapa
besar jarak yang dibutuhkan agar bangunan tersebut ramah lingkunagan
terhindar dari suara bising lalu lintas.
3. Pemerintah sebaiknya memperhatikan persentase pertumbuhan kendaraan
lalu lintas agar dapat memprediksi tingkat kebisingan yang terjadi. Apabila
tingkat kebisingan telah melebihi ambang batas baku mutu yang telah
ditentukan. Maka pemerintah perlu mengambil tindakan penanggulan.

DAFTAR PUSTAKA

Nababan, Sriastuti. 2014. Model prediksi kebisingan lalu lintas heterogen yang
mempertimbangkan suara klakson kendaraan. Universitas Hasanuddin Makasar.

Syarifuddin, Saldi. 2015. Analisis Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Jalan Berbasis Model
Empiris. Universitas Hasanuddin Makasar.

http://www.artikellingkunganhidup.com/efek-pencemaran-udara.html

Chandra, Dr. Budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai