Disusun oleh:
Memahami kasus bedah yang dihadapi serta didukung oleh pengetahuan tentang keadaan
fisiologis pasien secara menyeluruh adalah sangat penting. Penilaian dapat melalui anamnesis
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang lengkap, dan pemeriksaan laboratorium serta radiologi
yang sesuai.
1. Riwayat Penyakit
Harus di tanyakan secara lengkap, teliti, dan dalam keadaan yang menyenangkan
agar pasien tidak merasa tertekan..
Dokter diharapkan mampu menganalisa dengan cepat informasi tentang penyakit
yang pernah diderita pasien dan juga keterangan mengenai kemungkinan perdarahan,
pengobatan yang diberikan, dan alergi yang diderita.
Jika hal ini dilakukan dengan baik serta melibatkan tinjauan lengkap terhadap
seluruh system, maka akan diperoleh hasil yang relevan
2. Pemeriksaan Fisik
Seluruh bagian dari tubuh pasien sebaiknya di periksa secara sistematis meskipun
tidak ada gejala yang spesifik pada daerah tersebut.
Pemeriksaan sebaiknya meliputi pemeriksaa neurologis, pemeriksaan rectal,
pemeriksaan panggul pada wanita dewasa, dan pemeriksaan denyut nadi perifer,
beserta pemeriksaan pada daerha kepala, leher, dada, dan abdomen.
Seluruh data di catat pada status sebagai dasar guna perbandingan terhadap
perubahan yang terjadi di kemudian hari selama pasien dirawat di rumah sakit.
Penilaian status gizi yang lengkap sebaiknya dilakukan pada pasien dengan:
- Mengalami penurunan berat badan sebanyak 10 pons,
- Menderita kanker, dan
- Kadar albumin serumnya dibawah 3,5.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Satu-satunya pemeriksaan laboratotium yang di lakukan secara rutin sebelum
suatu tindakan bedah adalah pemeriksaan jumlah sel darah merah dan urinalisis.
Pemeriksaan lainnya disesuaikan dengan keadaan dan usis pasien serta jenis operasi
yang akan di lakukan. Indikasi pemeriksaan ini di tentukan berdasarkan keadaan
penyakit pasien.
5. Pemeriksaan Penunjang
Elekktrokardiogram (EKG) tidak dibutuhkan secara rutin pada orang muda yang
harus menjalani prosedur pembedahan yang tidak berat. Namun, pada operasi
emergency, monitoring EKG bersama dengan pengukuran tekanan darah sangat
diperlukan untuk menilai status hemodinamik secara keseluruhan.
PERSIAPAN PRABEDAH
Persiapan prabedah penting dilakukan guna mengurangi faktor resiko karena hasil akhir
suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita. Persiapan ini dapat
menentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah, dan di
tetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan.
A. Daerah Operasi
Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi dengan kulit yang steril pada daerah yang
akan di operasi. Pasien yang menderita peradangan kulit dianjurkan untuk menggosok
daerah operasi dengan sabun antiseptic secara periodic selama beberapa hari sebelum
operasi untuk meningkatkan kebersihan kulit.
Rumah sakit menjalankan kebijakan untuk mencukur dan membersihkan daerah
operasi pada malam hari sebelum operasi. Lalu daerah dibungkus kassa steril. Namun,
saat ini pencukuran dilakukan langsung di kamar operasi untuk menghindari terjadinya
infeksi kulit akibat pisau cukur.
B. Pasien
Pasien sebaiknya diberikan sedasi semalam sebelum operasi untuk mengurangi
rasa cemas. Dosis disesuaikan dengan umur dan keadaan umum pasien. Pasien usia
lanjut, senile, atau lemah membutuhkan dosis obat yang lebih rendah dibandingkan
dengan pasien muda yang sehat. Sedasi membuat pasien lebih rileks dan tidur nyanyak
semalam sebelum operasi.
C. Kateterisasi
Tindakan ini akan mencegah kandung kemih yang penuh mengganggu lapangan
operasi. Pasien yang akan menjalani operasi yang serius sebaiknya dipasangkan kateter
untuk memonitori produksi urine selama operasi.
E. Persiapan Mental
Secara mental, pasien harus dipersiapkan untuk menjalani operasi karena ada rasa
cemas atau takut terhadap penyuntikan., nyeri luka, anastesia, atau bahkan rasa terhadap
kemungkinan cacat atau mati.
Dalam hal ini, hubungan baik antara penderita, keluarga, dan dokter sangat
menentukan. Kecemasan merupakan reaksi normal yang sering terjadi.
F. Persiapan Fisik
Meliputi:
1. Berbagai Organ dan Sistem
Pasien puasa 6 jam sebelum operasi untuk mengosongkan lambung.
Kulit harus bebas infeksi dan pasien harus mandi dengan sabun atau larutan
antiseptic.
Suhu badan dipertahankan agar tetap normal. Hipotermia dapat menyebabkan
metabolism berlangsung lambat sehingga pembekuan darah melambat.
Keadaan syok harus diatasi secepat mungkin sebelum pembedahan.
Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam – basa harus di pulihkan.
Perokok dianjurkan berhenti merokok minimal seminggu sebelum rencana
operasi. Karena penyulit pasca bedah banyak terjadi di paru. Merokok
melumpuhkan silia mukosa dan meningkatkan sekresi jalan napas sehingga
jalan napas terganggu dan proses pembersihan jalan napas sangat terganggu.
Mengkoreksi gangguan faal hati yang sering ditemukan, seperti anemia,
hipoalbuminemia, dan gangguan pembekuan darah.
2. Keadaan Gizi
Kebanyakan pasien tidak membutuhkan perawatan gizi sebelum menjalani
operasi, namun tidak jarang pasien dating dalam keadaan gizi kurang baik, misalnya
pada penderita masalah saluran cerna, keganasan, infeksi kronik, dan trauma berat.
Malnutrisi mempengaruhi morbiditas karena terganggunya penyembuhan luka
dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Oleh karena itu, harus di lakukan
pemeriksaan meliputi:
o Penilaian status gizi.
o Kebutuhan gizi.
o Gizi kurang.
3. Penyulit Jantung
Penyulit jantung pasca bedah mengancam jiwa pasien. Aritmia, angina pectoris
yang tidak stabil, gangguan faal jantung, dan hipertensi berat harus segera ditangani.
Anemia dan malnutrisi dapat meningkatkan resiko terjadinya penyulit
jantung.
Anastesia umum menyebabkan depresi miokard dan beberapa anastesia
umum menyebabkan terjadinya disritmia.
Aritmia bisa terjadi saat pembedahan ataupun 3 hari pasca bedah.
Infark jantung umumnya terjadi cepat dalam waktu beberapa hari setelah
pembedahan. Tidak disertai keluhan sehingga sulit di diagnosis dan resiko
serta mortatitasnya tinggi.
4. Persiapan pada Anak
Suatu usaha agar anak tidak terganggu pertumbuhannya dan usaha
mengembalikan anatomi dan fungsi organ agar kembali normal. Hal yang harus
diperhatikan meliputi:
Persiapan prabedah.
Pramedikasi.
Pengawasan saat pembedahan.
Pengawasan pascabedah.
Keseimbangan cairan dan elektrolit.
Menjaga jalan napas.
5. Antibiotik
Gangguan antibiotik saat prabedah ditunjukkan untuk menangggulangi infeksi
agar resiko pembedahan dapat ditekan segera mungkin. Pemberian antibiotic
profilaksis merupakan tindakan antisepsis dan asepsis.
PENYULIT PRABEDAH
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Menurut Long
B.C (2001), pasien preoperasi akan mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai
alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body
image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit
yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat mempengaruhi respon
fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya
frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan
yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering
berkemih.
1. Umur
Penderita yang sangat muda atau lanjut usia mempunyai resiko komplikasi atau
kematian yang lebih besar. Kesalahan kecil yang dapat ditoleransi dengan baik oleh
usia muda dengan cepat menimbulkan aibat yang membahayakan pada anak-anak
atau penderita lanjut usia dan kadang mematikan.
2. Obesitas
Pasien gemuk mempunyai kecenderungan lebih besar dari orang normal terjangkit
penyakit sampingan yang berat dan kemungkinan terdapat luka sesudah operasi.
Kegemukan juga meningkatkan kesukaran teknis dalam pembedahan dan pembiusan.
Kadang-kadang disarankan untuk menangguhkan pembedahan elektif hingga berat
badan penderita turun sesuai dengan ukuran yang berlaku.
Masa pasca bedah selesai saat berakhirnya katabolisme pasca bedah. Pasien di angkut
dari ruang bedah dalam keadaan berbaring tanpa bantal dan kepala di miringkan untuk mencegah
terjadinya aspirasi cairan regurgitasi dari lambung.
Jarak ruang bedah dengan recovery room sebaiknya tidak terlalu jauh. Perlu ada tenaga
perawat khusus untuk mengatasi penderita dalam masa kritis. Dalam recovery room harus
tersedia tabung oksigen, nampan trakeostomi, perangkat pencegah syok, cairan intravena, alat
transfuse, pompa isap, perlengkapan perawatan luka.
Perintah dokter untuk perawatan penderita pasca bedah harus di tulis secara urut dan
rapih dan harus di patuhi oleh perawat lain. Instruksi pasca bedah sebaiknya diulangi secara
terperinci. Nadi, tekanan darah, dan pernafasan sebaiknya diperiksa secara berkala sampai pasien
sadar sepenuhnya dari anastesi. Frekuensi pemeriksaannya bervariasi menurut keadaan pasien
dan besar kecilnya operasi.
Dokter hendaknya memeriksa pasien secara berkala dan teratur untuk meyakinkan bahwa
keadaan pasien baik. Status pasien yang berisi catatan suhu tubuh, nadi, tekanan darah, dan
pernafasan sebaiknya selalu diperhatikan dan di arsipkan.
Balutan operasi diperiksa namun jangan dibuka, kecuali:
Ada perdarahan,
Balutan basah atau tampak kotor, atau
Ikatan yang terlalu kencang sehingga mungkin dapat mengganggu peredaran
darah atau pernafasan.
Daerah toraks diperiksa secara rutin untuk meyakinkan ventilasi dalam keadaan baik.
Betis diraba untuk memeriksa adanya flebitis, dan nadi perifer diperiksa pada lipat paha,
poplitea, dan kaki. Tanyakan keluhan khusus pada pasien, catat makanan yang diberikan untuk
mengantisipasi kemungkinan timbulnya komplikasi.
JENIS PERAWATAN PASCA BEDAH
Pada saat melakukan observasi di ruang pulih, agar lebih sistematis dan lebih mudah
dapat dilakukan monitoring B6, yaitu:
3. Sistem Ventilasi
a. Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan penyaringan udara
dengan menggunaKan filter. Idealnya menggunakan sentral AC.
b. Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda.
5. Sistem Penerangan
a. Lampu Operasi
Menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya terang,
tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.
b. Lampu Penerangan
Menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.
6. Peralatan
a. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan.
b. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat tersebut agar
mudah dibaca.
c. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk memusatkan
arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
8. Pintu
a. Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda.
b. Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri
c. Setiap pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan)
d. Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa membuka
pintu.
9. Pembagian Area
a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat.
b. Ada ruangan persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan kepada
perawat kamar operasi.
A. Perdarahan Eksternal
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling dini dan mungkin terjadi setelah
operasi. Perdarahan bisa langsung tampak atau bahkan tersembunyi dan tidak diketahui
letaknya. Salah satu tempat yang paling sering mengalami perdarahan eksternal adalah
daerah drainase. Pipa drainase biasanya keluar dari lubang insisi yang terpisah ( a
separate stab incision), dan mungkin terjadi rembesan darah yang terus – menerus dari
pembuluh darah kulit atau tepat di bawah kulit. Jika insisi di buat segera sebelum operasi
selesai, maka memungkinkan perdarahan yang terjadi tidak tampak.
Perdarahan ini biasanya di temukan pertama kali saat balutan bekas operasi di
periksa. Jika balutan penuh dengan darah, sebaiknya segera periksa luka yang ada. Darah
yang terdapat pada balutan kemungkinan adalah darah yang berasal dari luka itu sendiri
melalui pipa drainase. Jika perdarahan tetap terjadi dan keadaan umum pasien tidak dapat
di atasi, maka harus dilakukan operasi ulang untuk menghentikan perdarahan. Terdapat
dua daerah perdarahan eksternal yang perlu mendapatkan pertimbangan khusus, yaitu:
daerah tiroid dan hemoroid.
Seringkali, setelah seluruh bekuan darah diangkat dari luka akan tidak tampak lagi
daerah yang berdarah, dan jika luka tetap kering maka dapat di tutup tanpa akan terjadi
perdarahan kembali.
2. Perdarahan Hemoroid
B. Perdarahan Internal
Hal ini terjadi karena rembesan dari kandung kemih yang penuh (overflow
from a distended bladder). Dibutuhkan drainase kateter.
f. Distensi Abdomen
Disebabkan oleh salah satu dari beberapa kemungkinan. Penyebab yang lebih
serius adalah peritonitis dan obstruksi gastrointestinal. Penyebab paling seringnya
adalah distensi lambung akut yang merupakan gangguan iatrogenik. Hal ini terjadi
karena pasien diberi makan sebelum saluran pencernaan bekerja dengan baik.
g. Gangguan Defeksi
Yang paling sering terjadi adalah pada pasien yang menjalani pemeriksaan
sinar x dengan barium pada saluran pencernaannya untuk mengobati ulkus. Terjadi
juga pada penderita kanker. Gejala yang paling sering terjadi adalah diare.
h. Infeksi
Komplikasi pasca bedah yang paling sering terjadi. Manifestasi pertama yang
sering timbul adalah meningkatnya suhu tubuh karena secret pulmoner tertahan.
i. Infeksi Pulmoner
j. Infeksi Luka
Manifestasi awalnya adalah kenaikan suhu tubuh. Daerah yang paling sering
terkena infeksi ini adalah jaringan lemak superficial dekat fascia, namun sepsis dapat
terjadi pada setiap jaringan. Ditemukan pus pada pemeriksaan..
l. Peritonitis
m. Abses Subfrenik
o. Flebotrombosis
Ditandai dengan tidak adanya kemerahan, namun tungkai pasien terasa berat
(fullness) dan terdapat edema di sepanjang tibia. Bekuan darah pada tungkai melekat
secara longgar, mudah lepas, dan menimbulkan emboli paru.
Pasien mengeluh nyeri dada disertai dengan hemomptisis dan sesak napas.
Bisa menyebabkan kematian.
Sering terjadi setelah tindakan bedah pada abdomen bagian atas dan sering
dihubungkan dengan insisi vertical. Gangguan penyembuhan luka dapat disebabkan
oleh batuk, muntah, cegukan, atau infeksi pada luka bekas operasi. Penyebab yang
sering terjadi namun tidak diperhatikan adalah sumbatan parsial pada usus yang
menaikan tekanan intraabdominal.
Biasanya baru timbul setelah hari ketujuh sampai kesepuluh pasca bedah.
Tanda awal gangguan ini adalah keluarnya sejumlah besar serum yang berwarna
merah muda. Bersifat patognomonik.
r. Uremia
Sebagai akibat dari ekskresi ginjal yang tidak adekuat terhadap pembongkaran
nitrogen. Paling sering terjadi setelah operasi pada pasien lanjut usia dengan fungsi
ginjal yang tidak baik, peritonitis atau obstruksi usus, ginjal kronis atau ikterus
obstruktif yang lama. Diagnosis di tegakkan dengan pemeriksaan kadar urea dalam
darah.
s. Obstruksi Intestinal
1. Takikardia
Pemindahan dari ruang operasi ke unit perawatan pasca – anesthesia (PACU) atau biasa
disebut ruang pasca – anesthesia (PARR). Memindahkan pasien pasca – operative dari ruang
operasi ke unit perawatan pasca – ansthesia (PACU) adalah tanggung jawab ahli anastesi,
perawat, dan ahli bedah yang bertugas. PACU biasanya terletak berdekatan dengan ruang
operasi.
RUANG PERAWATAN
ICU ( Intensive Care Unit )
Layanan rumah sakit yang memberikan asuhan keperawatan secara terkonsentrasi dan
lengkap. Unit ini memiliki tenaga perawat yang terlatih khusus dan berisi peralatan pemantauan
dan dukungan khusus untuk pasien yang membutuhkan perawatan dan observasi intensif dan
komprehensif, karena syok, trauma, atau kondisi yang mengancam jiwa.
Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-
waktu karena kegagalan atau disfungsi satu atau multiple organ atau sistem dan masih ada
kemungkinan dapat disembuhkan kembali melalui perawatan, pemantauan dan pengobatan
intensif. Selain adanya indikasi medik tersebut, masih ada indikasi sosial yang memungkinkan
seorang pasien dengan kekritisan dapat dirawat di ICU.
Yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah pasien dengan penyakit yang sangat
menular, misalnya gas gangren. Pada prinsipnya pasien yang masuk ICU tidak boleh ada yang
mempunyai riwayat penyakit menular.
IW ( Intermediate Ward )
Merupakan ruang perawatan intensif setelah HCU sebelum bisa dipindahkan ke kamar
perawatan biasa. Ruangan ini merupakan ruang perawatan sementara. Pasien yang setelah
dibawa dari IGD, ketika hendak dibawa ke ruang perawatan tapi penuh, dirawat di ruangan ini.
Jadi, ini merupakan ruang perawatan sementara.
SUMBER / REFRENSI
1. Win de Jong, R. Sjamsuhidajat. 2005. Buku – Ajar ILMU BEDAH Edisi II.
EGC.
2. William H. Nealon, Thomas F. Nealon. 1996. KETERAMPILAN POKOK
ILMU BEDAH Edisi IV. EGC.
3. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2012.
4. http://roby-murora.blogspot.co.id/2012/11/dokumentasi-unit-perawatan-
pasca-bedah.html?m=1
5. https://books.google.co.id/books?id=qgdPlhd-
lc0C&pg=PA94&lpg=PA94&dq=masalah+yang+sering+terjadi+sebelum+dil
akukan+pembedahan&source=bl&ots=YKVjZrqfJH&sig=HmjGumc6-
FJ6KbFyEo2R8TqF4Cs&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjE6JLJp6vJAhVTcY
4KHd0uBAsQ6AEIIzAB#v=onepage&q=masalah%20yang%20sering%20ter
jadi%20sebelum%20dilakukan%20pembedahan&f=false
6. http://dokumen.tips/documents/persiapan-pra-bedah-55c381b61ef5e.html
7. Wikipedia.
8. Google Image
9. https://abrorshodiq.wordpress.com/kamar-operasi-1/
10. http://blogjoss-ridwan.blogspot.co.id/2010/10/pengertian-ruang-
perawatan.html
11. http://kamuskesehatan.com/arti/icu/
12. https://dwaney.wordpress.com/2011/05/09/konsep-dasar-icu/
13. http://www.kompasiana.com/wienndy/apa-itu-
nicu_55298e3e6ea8348773552d1f