Anda di halaman 1dari 88

IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK


PADA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN (PUSKESMAS)
DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat

Oleh :
CUCU HENDAYANA
NPM: 0101130018

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
TAHUN 2015
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Cucu Hendayana

NPM : 0101130018

Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat

Angkatan : 2013

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi

saya yang berjudul “Implementasi Peraturan Walikota Nomor 18 tahun 2011 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) Di Wilayah

Kota Tasikmalaya Tahun 2015”.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindak plagiat, maka saya bersedia

menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat

dengan sebenar-benarnya.

Tasikmalaya, 12 Agustus 2015

CUCU HENDAYANA
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati Tasikmalaya guna melengkapi syarat-syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Tasikmalaya, 12 Agustus 2015

Ketua,

Dr. Setiawan, SH.,M.Kes


NIK: 9.04.04.0007

Anggota,

Sinta Fitriani, S.KM.,M.KM


NIK: 9.01.0207.02

Anggota,

H. Adang Riana, S.KM.,M.Kes


NIP: 19640818 198312 1 001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : CUCU HENDAYANA

JenisKelamin : Perempuan

Tempat/TanggalLahir : Tasikmalaya, 05 Juni 1974

Alamat : Sindang Suka RT:03 RW:01 Kelurahan Sukamaju


Kidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya,
46151
RiwayatPendidikan : 1. SDN Jayanugraha Tahun 1986
2. SMPN Taraju Tahun 1989
3. SPRG Depkes Tasikmalaya Tahun 1992
4. D3 Kesehatan Gigi Poltekkes Tasikmalaya
Tahun 2003
RiwayatPekerjaan : 1. Tenaga Pelaksana Perawat Gigi Puskesmas
Salopa Tahun 1995-1998
2. Tenaga Pelaksana Perawat Gigi Puskesmas
Mangkubumi Tahun 1998-2009
3. Tenaga Pelaksana Perawat Gigi Puskesmas
Parakannyasag Tahun 2009 sampai dengan
sekarang
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh, yang memberikan rakhmat dan berkahNya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Walikota

Nomor 18 tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (Puskesmas) Di Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2015”. Penyusunan

skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan,

saran dan kritik sehingga penulis dapat meyelesaikannya sesuai dengan yang

diharapkan, untuk itu penulis meyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dr.Setiawan, SH.,M.Kes, selaku Ketua STIKes Respati Tasikmalaya dan

sebagai Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.

2. Hariyani Sulistyoningsih, SKM.,M.KM selaku Ketua Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat STIKes Respati Tasikmalaya.

3. H. Cecep Zainal Kholis dr.,M.M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

4. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Respati Tasikmalaya yang telah memberikan

perhatian dan motivasinya.


5. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Respati

Tasikmalaya angkatan 2013 yang telah banyak membantu dan memotivasi

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan penulis.

Demikianlah skripsi ini kami susun, semoga bermanfaat sebagai bahan

masukan untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya bagi

seluruh Puskesmas yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya.

Tasikmalaya, 12 Agustus 2015

Penulis,
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RESPATI TASIKMALAYA
SKRIPSI, AGUSTUS 2015

ABSTRAK
CUCU HENDAYANA

IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 18


TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PADA FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN (PUSKESMAS) DI WILAYAH KOTA
TASIKMALAYA
TAHUN 2015

xv + 64 +12 tabel + 8 lampiran

Pemerintah berupaya untuk melindungi dan memelihara kesehatan warga


negaranya dengan membuat kebijakan dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan
Pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Implementasi
Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa
Rokok pada fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas) di Wilayah Kota Tasikmalaya
Tahun 2015.Manfaat penelitian ini sebagai bahan informasi dan rekomendasi dalam
menentukan kebijakan dan perencanaan kegiatan dalam mewujudkan puskesmas
sebagai kawasan tanpa rokok.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif,
denganpopulasi seluruh puskesmas yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya yang
berjumlah 21 puskesmas. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi dan kuesioner yang diwawancarakan kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada puskesmas yang sudah menjadi
Kawasan Tanpa Rokok sesuai dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18
tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok.Puskesmasbaru melaksanakan sebagian
saja, yaitu sebanyak 3 puskesmas (14,1%) yang paling banyak melaksanakan syarat-
syarat tersebut.
Implementasi Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 tahun 2011 tentang
Kawasan Tanpa Rokok pada fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas) di Wilayah
Kota Tasikmalaya Tahun 2015 belum terlaksana sesuai dengan ketentuan. Maka
disarankan kepada Pemerintah Kota Tasikmalaya maupun Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya untuk lebih meningkatkan sosialisasi, pengawasan dan monitoring
dalam pelaksanaan peraturan tersebut.
Kata Kunci: Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011, Kawasan
Tanpa Rokok, Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas).
Bahan bacaan : 22 (2002-2014)
S1 STUDY PROGRAM PUBLIC HEALTH
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
RESPATI TASIKMALAYA
THESIS, AUGUST 2015

ABSTRACT

CUCU HENDAYANA

IMPLEMENTATION OF MAYOR TASIKMALAYA REGULATION NUMBER 18


OF 2011 ON CIGARETTES IN THE AREA WITHOUT HEALTH CARE
FACILITY (HEALTH) IN THE CITY TASIKMALAYA
2015

xv+ 64 + 12 tables+ 8 appendix

Government seeks to protect and maintain the health of its citizens to make policy in
the form of legislation and government regulation. This study aims to describe the
implementation of Tasikmalaya Mayor Regulation No. 18 of 2011 on No Smoking
Area in health care facilities (puskesmas) in Region Tasikmalaya City Year 2015. The
benefits of this research as information and recommendations in determining policy
and planning activities in realizing health centers as non-smoking area.
This type ofresearch used in this research is quantitative descriptive, with a
population of all health centers in the city of Tasikmalaya, amounting to 21 health
centers. Data were collected by using observation sheets and questionnaires
diwawancarakan then analyzed using univariate analysis.
The results showed that there are no health centers that have become Smoking
Area Tasikmalaya Mayor in accordance with Regulation No. 18 of 2011 on No
Smoking Area. New health centers to implement part of it, as many as three health
centers (14.1%) are the most widely implement these requirements
Implementation of Tasikmalaya Mayor Regulation No. 18 of 2011 on No
Smoking Area in health care facilities (puskesmas) in Tasikmalaya City area in 2015
has not been implemented in accordance with the provisions. Then suggested to the
City of Tasikmalaya and Tasikmalaya City Health Department to further improve
socialization, supervision and monitoring of the implementation of the regulation.
Keywords: Tasikmalaya Mayor Regulation No. 18 Year 2011, Regions Without
Cigarettes, health care (PHC).
Reading materials: 22 (2002-2014)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR SINGKATAN xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat penelitian 5
E. Ruang Lingkup 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
A. Pengertian Implementasi 8
B. Pengertian Peraturan 9
C. Kawasan Tanpa Rokok 9
D. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 10
E. Peraturan Walikota Nomor 18 tahun 2011 tentang
Kawasan Tanpa Rokok 15
F. Kerangka Teori 25
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL 26
A. Kerangka Konsep 26
B. Definisi Operasional 27
BAB IV METODE PENELITIAN 28
A. Jenis penelitian 28
B. Populasi 28
C. Variabel Penelitian 29
D. Lokasi Penelitian 30
E. Pengumpulan Data 30
F. Instrumen Penelitian 31
G. Pengolahan Data dan Analisis Data 31
BAB V HASIL PENELITIAN 34
A. Gambaran Umum 34
B. Hasil Penelitian 37
BAB VI PEMBAHASAN 48
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 60
A. Simpulan 60
B. Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka Teori.......................................................................... 24

3.1 Kerangka Konsep...................................................................... 25


DAFTAR SINGKATAN

IAKMI : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Permenkes RI : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

TCSC : Tobacco Control Support Center

UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat

UKP : Upaya Kesehatan Perorangan

UU : Undang-Undang

UUD : Undang-Undang Dasar

WHO : Word Health Organization


DAFTAR TABEL

Hal

3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 27

5.1 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan di Kota

Tasikmalaya Tahun 2013........................................................ 35

5.2 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Tempat Khusus Untuk Merokok

di Puskesmas Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun

2015................................................................................................. 39

5.3 Distribusi Frekuensi Pemasangan Tanda/Petunjuk/ Peringatan

Larangan Merokok di Puskesmas Wilayah Kota TasikmalayaTahun

2015................................................................. 40

5.4 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Tempat untuk Mematikandan

Membuang Puntung Rokok, yang Ditempatkan Sebelum Pintu

Masuk di Puskesmas Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun

2015...................................................................................... 41

5.5 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Kantin atau Warung di

Lingkungan Puskesmas di Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun

2015................................................................. 42

5.6 Distribusi Frekuensi Pemasangan Iklan Rokok Di Dalam Gedung

atau di Lingkungan Puskesmas di Wilayah Kota Tasikmalaya

Tahun 2015................................................................. 42
5.7 Distribusi Frekuensi Kegiatan Promosi Rokok Di Dalam

Gedungatau di Lingkungan Puskesmas tidak ada Promosi Rokok

di Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2015...................................... 43

5.8 Distribusi Frekuensi Teguran dan/atau Peringatan kepada Setiap

Orang dan/atauBadan yang Melanggar di Wilayah Kota

Tasikmalaya Tahun 2015.................... 44

5.9 Distribusi Frekuensi Sanksi kepada Setiap Orang yang Merokok di

Lingkungan Puskesmas Meskipun sudah diberikan Teguran di

Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun

2015................................................................................................. 45

5.10 Distribusi Frekuensi Ruangan Khusus Bagi Petugas/Karyawan

untuk Merokok di Puskesmas Wilayah Kota Tasikmalaya

Tahun 2015...................................................................................... 46

5.11 Distribusi Frekuensi Ruangan/Tempat Khusus Bagi Pengunjung

(Pasien, Keluarga atau Tamu) Puskesmas untuk Merokok di

Wilayah Kota TasikmalayaTahun 2015......................................... 47


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent

Lampiran2 : Pernyataan Persetujuan Partisipasi

Lampiran3 : Lembar Observasi

Lampiran4 : Kuesioner

Lampiran5 : Data Penelitian

Lampiran6 : Hasil SPSS

Lampiran7 : Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011

Tentang Kawasan Tanpa Rokok

Lampiran 8 : Surat-surat penelitian


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih dianggap

sebagai perilaku yang wajar, bagian dari kehidupan sosial dan gaya hidup,

tanpa memahami risiko dan bahaya kesehatan terhadap dirinya dan orang

serta masyarakat di sekitarnya. Para perokok tidak menyadari bahwa mereka

terjerat dalam kondisi ketergantungan yang sangat sulit dilepaskan (Kemenkes

RI, 2012). Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan

untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih

termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang

mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Kemenkes

RI,2010).

Umumnya perokok tidak menyadari bahwa di dalam sebatang rokok

terkandung 4000 jenis senyawa kimia, dengan 3 komponen utama yaitu:

1)Nikotin, adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan (adiktif), 2)

Tar, adalah zat berbahaya yang menyebabkan kanker(karsinogenik), 3)

Karbon Monoksida (CO), adalah salah satu gas beracun yang menurunkan

kandungan oksigen dalam darah. Berbagai penelitian ilmiah telah

membuktikan bahwa rokok merupakan faktor resiko utama dari penyakit


jantung, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus, termasuk juga

fertilitas dan impotensi (Kemenkes RI, 2012).

WHO Report on Global Tobacco Epidemic pada tahun 2008

menyampaikan bahwa jumlah perokok di dunia mencapai 1,3 milyar.

Konsumsi rokok di Indonesia memberikan masalah kesehatan global dengan

menjadi salah satu dari lima negara yang mengkonsumsi rokok terbanyak di

dunia. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat dari tahun 1998 sebanyak 182

milyar batang menjadi 260,8 milyar batang pada tahun 2009 (TCSC-

IAKMI,2012). Proporsi perokok pada penduduk umur ≥ 15 tahun cenderung

meningkat, Riskesdas 2007 sebesar 34,2%, tahun 2010 sebesar 34,7%, dan

2013 menjadi 36,3%. Prevalensi jumlah perokok aktif di Propinsi Jawa Barat

adalah 27,1% (Riskesdas Tahun 2013). Perokok di Kota Tasikmalaya 33,7%

(Riskesdas Provinsi Jawa Barat Tahun 2007).

Pemerintah memiliki fungsi pembuat kebijakan khususnya dalam rangka

mengendalikan suatu kegiatan yang menyangkut dan berdampak luas pada

masyarakat. Sebagai upaya untuk melindungi dan memelihara keadaan

kesehatan warga negara Indonesia, pemerintah dalam UUD 1945 tentang hak-

hak warga negara untuk hidup sehat dan mendapatkan lingkungan yang sehat

(Imelda,2012).
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Bab VI

bagian ke tujuh belas tentang pengamanan zat adiktif, pasal 115 ayat 1

menyatakan bahwa kawasan-kawasan yang diwajibkan untuk bebas dari asap

rokok adalah fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar,

tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan

tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Ayat 2 berisi pernyataan

pemerintah yang mewajibkan pemerintah daerah untuk menetapkan kawasan

tanpa rokok di wilayahnya (Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan).

Kementerian Kesehatan RI dalam Laporan Akuntabilitas Kinerjanya

Tahun 2013 memaparkan tentang pencapaian indikator kinerja Presentase

Provinsi yang telah memiliki peraturan (Perda/surat

edaran/instruksi/SK/Peraturan Gubernur) tentang Kawasan Tanpa Rokok

(KTR) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, selalu mencapai target

yaitu tahun 2010 target 40% sedangkan pencapaian 45,5%, tahun 2011 target

60% pencapaian 63,6%, tahun 2012 target 80% pencapaian 81,8%. Pada

tahun 2013 target adalah 90%, hasil evaluasi sebanyak 90,9% provinsi yang

telah memiliki Perda (Perda/surat edaran/instruksi/SK/Peraturan Gubernur)

tentang Kawasan Tanpa Rokok yaitu 30 provinsi.


Kota Tasikmalaya adalah salah satu kota yang ada di Wilayah Provinsi

Jawa Barat yang ikut serta dalam mewujudkan terciptanya kawasan tanpa

rokok dengan menerbitkan Peraturan Walikota Nomor 18 tahun 2011 tentang

Kawasan Tanpa Rokok . Tetapi sampai dengan saat ini belum ada pendataan

tentang kawasan tanpa rokok yang dilakukan baik oleh Dinas Kesehatan Kota

maupun pihak terkait lainnya terutama di puskesmas sebagai fasilitas

pelayanan kesehatan yang menjadi garda terdepan, sebagai contoh bagi

masyarakat di wilayah kerjanya dalam mewujudkan kawasan tanpa rokok.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis bermaksud untuk melaksanakan

penelitian tentang Implementasi Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18

tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (puskesmas) di Wilayah Kota Tasikmalaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana Implementasi Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18

Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (Puskesmas) di Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2015?”


C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) di Wilayah Kota Tasikmalaya

2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan referensi

guna pengembangan keilmuan kesehatan masyarakat khususnya Promosi

Kesehatan dan Administrasi Kebijakan Kesehatan.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk Puskesmas

Melalui informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini puskesmas

merencanakan kegiatan dan pendanaan untuk menciptakan

puskesmas sebagai lingkungan yang sehat dan bebas asap rokok.

b. Untuk Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

Sebagai bahan informasi dan rekomendasi dalam menentukan

dukungan kebijakan sebagai dasar perencanaan program dan kegiatan

di puskesmas.

c. Untuk Pemerintah Kota Tasikmalaya

Sebagai bahan evaluasi dan masukan kepada pemerintah tentang

pelaksanaan peraturan yang telah ditetapkan.


d. Untuk Institusi Pendidikan (STIKes Respati Tasikmalaya)

Melalui informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan

dapat meningkatkan dan mengembangkan pemahaman materi dengan

melihat permasalahan yang lebih luas yang terjadi di lapangan atau

masyarakat.

e. Untuk Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan

rekomendasi bagi penelitian selanjutnya tentang Kebijakan Kawasan

Tanpa Rokok di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di

puskesmas.

E. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah keilmuan kesehatan

masyarakat khususnya Promosi Kesehatan dan Administrasi Kebijakan

Kesehatan

2. Lingkup Masalah

Lingkup masalah dalam penelitian ini adalah mencakup ruang lingkup

kawasan tanpa rokok serta kewajiban dan larangan dalam implementasi

Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan

Tanpa Rokok di Fasilitas Pelayanan Kesehatan khususnya Puskesmas

Tahun 2015.
3. Lingkup Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode

deskriptif.

4. Lingkup Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal Mei-Juni 2015 dengan tempat

penelitian di Puskesmas yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi

1. Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi

suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan

(Usman, 2002:70).

2. Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses

interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif (Setiawan, 2004:39).

3. Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi

tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan

kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program (Harsono,

2002:67).

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan

bahwa implementasi merupakan proses untuk melaksanakan ide dan bukan

sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan.
B. Pengertian Peraturan

Pengertian peraturan dalam kamus besar bahasa indonesia adalah tatanan

(petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur atau mengikat

warga kelompok masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan

kendalikan tingkah laku yang sesuai dan diterima, dimana setiap warga

masyarakat harus menaati aturan yang berlaku. Peraturan juga berarti ukuran,

kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau membandingkan

sesuatu (Departemen Pendidikan Nasional,2008).

C. Kawasan Tanpa Rokok

1. Pengertian

Kawasan adalah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu

(Departemen Pendidikan Nasional,2008). Kawasan tanpa rokok adalah

ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau

kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau mempromosikan

produk tembakau (Kemenkes RI, 2011).

2. Tempat-tempat dengan Kawasan Tanpa Rokok

Berdasarkan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011

tentang Kawasan Tanpa Rokok bab IV pasal 5, tempat-tempat tertentu

yang ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok dalam meliputi:

a. Fasilitas pelayanan kesehatan

b. Tempat proses belajar mengajar


c. Tempat anak bermain

d. Tempat ibadah

e. Angkutan umum

f. Tempat kerja

D. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik

promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI No.36,

tahun 2009 tentang Kesehatan).

2. Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan dalam UU RI No.36 tentang Kesehatan

tahun 2009, menurut jenis pelayanannya adalah:

a. Pelayanan kesehatan perseorangan

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Tingkat Fasilitas pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Yang Tidak Diminati adalah:


a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua, yaitu pelayanan kesehatan yang

memberikan fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan spesialistik.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga, yaitu pelayanan kesehatan yang

memberikan fasilitas pelayanan kesehatan dasar, spesialistik dan sub

spesialistik.

3. Puskesmas

Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya

dalam bentuk kegiatan pokok.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun

2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa Pusat

Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,

untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.


a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama adalah puskesmas

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan

dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama adalah puskesmas

melaksanakan kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,

pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan

perseorangan.

Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

1. Wilayah Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau

sebagian dari kecamatan. Dipengaruhi juga oleh faktor kepadatan

penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infra

struktur lainnya. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan,

maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan

yang lebih sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas

Keliling. Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa hanya

meliputi satu kelurahan karena kepadatan penduduknya yang


mencapai satu juta atau lebih. Sasaran penduduk yang dilayani

oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.

Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya puskesmas yang

ada di wilayah Kota Tasikmalaya termasuk puskesmas kawasan

perkotaan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

75 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Bab IV Pasal 22 pasal 1

menjelaskan tentang kriteria kawasan perkotaan adalah:

a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya

pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan

jasa;

b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5

km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang

dari 5 km, bioskop, atau hotel;

c. Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga

memiliki listrik; dan/atau

d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas

perkotaan
Sedangkan untuk Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh

Puskesmas kawasan perkotaan memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a. Memprioritaskan pelayanan UKM;

b. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan

partisipasi masyarakat;

c. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

pemerintah atau masyarakat;

d. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan

pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan

kesehatan; dan

e. Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan

kebutuhan dan permasalahan yang sesuai dengan pola

kehidupan masyarakat perkotaan (Permenkes RI No.75

Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat).

2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

Pelayanan yang diberikan di Puskesmas meliputi:

a. Preventif (upaya pencegahan)

b. Promotif (peningkatan kesehatan melalui penyuluhan)

c. Kuratif (pengobatan)

d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)


3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu)

Sistem pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas adalah

berbagai kegiatan pokok Puskesmas yang dilaksanakan secara

bersama-sama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan yaitu

Kepala Puskesmas (Depkes RI, 1991).

E. Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan

Tanpa Rokok

1. Dasar Pembentukan

Pembentukkan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011

tentang Kawasan Tanpa Rokok berdasar kepada:

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974

Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43

Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3890).


b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3821).

c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886)

d. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota

Tasikmalaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4117).

e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235).

f. Undang-Undang Nomor 13 Tahun2003 tentang Ketenagakerjaan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

39,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279).

g. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).


h. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4389).

i. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

j. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5059).

k. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063).


l. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan

Rokok Bagi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4276).

m. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593).

n. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

o. Peraturan Pemerintah Nomor 41Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4741).

p. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas


Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5157).

q. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kota

Tasikmalaya (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2008

Nomor 83).

r. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota

Tasikmalaya Tahun 2008 Nomor 88) sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 8 Tahun 2008

tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran

Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Nomor 119).

s. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2009

Nomor 109).

t. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 12 Tahun 2009 tentang

Pembangunan Tata Nilai Kehidupan Kemasyarakatan yang

Berlandaskan pada Ajaran Agama Islam dan Norma-Norma Sosial


Masyarakat Kota Tasikmalaya (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya

Tahun 2009 Nomor 110).

u. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 3 Tahun 2010 tentang

Sistem Kesehatan di Kota Tasikmalaya (Lembaran Daerah Kota

Tasikmalaya Tahun 2010 Nomor 116).

2. Maksud dan Tujuan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun

2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

a. Maksud Pembentukan

Pembentukan Peraturan Walikota ini dimaksudkan untuk

mengatur kawasan tanpa rokok dalam upaya penanggulangan

terhadap dampak bahaya asap rokok untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat Kota Tasikmalaya yang setinggi-tingginya.

b. Tujuan

Tujuan pembentukan Peraturan Walikota ini adalah untuk :

1) Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian akibat

bahaya asap rokok dengan cara mengubah perilaku masyarakat

untuk hidup sehat;

2) Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih dari asap

rokok;
3) Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;

4) Melindungi kesehatan perokok pasif;

5) Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal; dan

6) Mewujudkan generasi muda yang sehat

3. Ruang Lingkup Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011

tentang Kawasan Tanpa Rokok

Ruang lingkup Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011

tentang Kawasan Tanpa Rokok tentang Kawasan Tanpa Rokok mengatur

hal-hal sebagai berikut :

a. Kawasan tanpa rokok

b. Kewajiban dan larangan

c. Peran serta masyarakat

d. Pembinaan dan pengawasan

e. Sanksi administratif

f. Ketentuan penutup.

Tempat khusus untuk merokok yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut

mengharuskan bahwa:

1. Tempat kerja harus menyediakan tempat khusus untuk merokok.

2. Tempat khusus untuk merokok dapat berupa ruang tertutup atau terbuka.
3. Tempat khusus untuk merokok di ruang tertutup dibuat dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Tempatnya tidak bercampur dengan kawasan tanpa rokok

b. Memasang tanda/petunjuk tempat khusus untuk merokok

c. Dilengkapi alat penghisap udara atau memiliki sistem sirkulasi udara

d. Dilengkapi asbak atau tempat pembuangan puntung rokok dan

dilengkapi dengan data dan informasi bahaya merokok bagi

kesehatan.

4. Tempat khusus untuk merokok di ruang terbuka dibuat dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Terpisah secara fisik dan terletak di luar gedung, tidak berdekatan

dengan pintu keluar masuk gedung

b. Memasang tanda/petunjuk tempat khusus untuk merokok

c. Dilengkapi asbak atau tempat pembuangan puntung rokok, dan

d. Dilengkapi dengan data dan informasi bahaya merokok bagi

kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dalam upaya

menciptakan kawasan tanpa rokok berkewajiban untuk:

1. Memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok

2. Menyediakan tempat untuk mematikan dan membuang puntung rokok,

yang ditempatkan sebelum pintu masuk

3. Memberikan teguran dan/atau peringatan kepada setiap orang dan/atau

badan yang melanggar.

Larangan bagi setiap orang dan/atau badan termasuk puskesmas di

kawasan tanpa rokok adalah:

1. Memproduksi atau membuat rokok;

2. Menjual rokok;

3. Memasang iklan rokok;

4. Mempromosikan rokok; dan/atau

5. Merokok

Menurut hasil dari penelitian Nizwardi Azka tentang Studi Efektivitas

Penerapan Kebijakan Perda Kota Tentang Kawasan Tanpa Rokok dalam Upaya

Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013 dalam jurnal

Kebijakan Kesehatan Indonesia (2013), gambaran responden terhadap rokok


pada 3 kota yaitu Padang, Padang Panjang dan Payakumbuh di Provinsi

Sumatera Barat adalah:

1. Sebanyak 6% merokok di area kantor.

2. Sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan program KTR sudah

memadai, yaitu berupa spanduk, banner, stiker dan baju difasilitasi oleh

Dinas Kesehatan kepada seluruh Puskesmas. Untuk Kota Padang Panjang

dan Payakumbuh sudah cukup memadai, sedangkan Kota Padang belum

banyak terlihat karena masih dalam sosialisasi KTR.

3. Penerapan kawasan tanpa rokok (KTR) tidak terlepas dari komitmen

Kepala Daerah yaitu kegiatan pemantauan secara rutin dan memberikan

teguran kepada warga yang tidak mengindahkan peraturan tersebut ,

gambaran pelaksanaan di 3 kota di Provinsi Sumatera Barat, yaitu:

a. Di Kota Padang Panjang adanya larangan pemasangan iklan rokok

di sepanjang kota dan menunjuk institusi kesehatan dan pendidikan

sebagai pelopor dari kawasan tanpa rokok.

b. Di Kota Payakumbuh masih terbatas di institusi kesehatan dan

rumah sakit

c. Di Kota Padang belum nampak penerapan kawasan tanpa rokok,

pelarangan pemasangan iklan belum terlaksana, lokasi KTR baru

dilaksanakan di kantor BUMN. Iklan-iklan rokok masih

mendominasi iklan disepanjang jalan, diperkantoran maupun

institusi pendidikan masih ada yang merokok.


F. Kerangka Teori

1. Memasang
tanda/petunjuk/peringatan
larangan merokok
2. Menyediakan tempat untuk
mematikan dan membuang
puntung rokok, yang Kawasan Tanpa Rokok di
Fasilitas Pelayanan
ditempatkan sebelum pintu
Kesehatan (Puskesmas)
masuk
3. Memberikan teguran dan/atau
peringatan kepada setiap orang
dan/atau badan yang melanggar
4. Tidak Memproduksi atau
membuat rokok
5. Tidak Menjual rokok
6. Tidak Memasang iklan rokok
7. Tidak Mempromosikan rokok
8. Tidak Merokok

Sumber: Peraturan Walikota nomor 18 tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Gambar 2.1
Kerangka Teori
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kawasan tanpa rokok dirancang sebagai upaya penanggulangan terhadap

dampak bahaya asap rokok terhadap kesehatan masyarakat. Pembentukkan

Peraturan Walikota nomor 18 tahun 2011 ini dimaksudkan untuk mengatur

kawasan tanpa rokok tersebut.

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana implementasi Peraturan Walikota nomor 18 tahun 2011 tentang

Kawasan Tanpa Rokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) di

Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2015.

Implementasi Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di


Walikota nomor 18 Fasilitas Pelayanan
tahun 2011 tentang Kesehatan (Puskesmas)
Kawasan Tanpa Rokok

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep di atas, penulis dapat mejabarkan definisi

operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Indikator Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur


1. Implementasi Pelaksanaan Lembar Membandingkan 1. Dilaksana
Peraturan Peraturan Observasi hasil observasi kan
Walikota Walikota nomor dan dengan seluruhnya
nomor 18 18 tahun Kuesioner ketentuan yang (bila
tahun 2011 2011dalam yang tercantum dalam semua
tentang bentuk diwawanca Peraturan jawaban
Kawasan kebijakan, rakan Walikota nomor ya)
Tanpa Rokok tindakan atau 18 tahun 2011 2. Dilaksana
kegiatan tentang Kawasan kan
sehingga Tanpa Rokok sebagian
terciptanya (bila ada
kawasan tanpa jawaban
rokok ya pada
sebagian
pertanyaan
yang
diajukan)
3. Tidak
dilaksanak
an (bila
tidak ada
jawaban
ya )
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif yang

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok pada

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) di Wilayah Kota Tasikmalaya

Tahun 2015.

Penelitian ini menggambarkan keadaan Puskesmas sebagai salah satu

kawasan yang harus bebas rokok sesuai dengan ketentuan yang tercantum

dalam Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

B. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh puskesmas yang ada di

wilayah Kota Tasikmalaya yang berjumlah 21 puskesmas, yaitu:

1. Puskesmas Sukalaksana

2. Puskesmas Sambongpari

3. Puskesmas Bantar

4. Puskesmas Urug

5. Puskesmas Tawang
6. Puskesmas Cipedes

7. Puskesmas Cihideung

8. Puskesmas Indihiang

9. Puskesmas Kawalu

10. Puskesmas Karanganyar

11. Puskesmas Cibeureum

12. Puskesmas Tamansari

13. Puskesmas Mangkubumi

14. Puskesmas Kahuripan

15. Puskesmas Cigeureung

16. Puskesmas Cilembang

17. Puskesmas Purbaratu

18. Puskesmas Panglayungan

19. Puskesmas Bungursari

20. Puskesmas Parakannyasag

21. Puskesmas Sangkali

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini hanya mengandung satu variabel yaitu

Implementasi Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang

Kawasan Tanpa Rokok pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan difokuskan di

puskesmas.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di seluruh puskesmas yang ada di

wilayah Kota Tasikmalaya yang berjumlah 21 puskesmas, waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan data primer

dan data sekunder dengan bantuan enumerator yaitu sdr. Yadi Budi

Herdiansyah yang terlebih dahulu melakukan upaya penyamaan persepsi

tentang pengisian lembar observasi dan kuesioner yang diwawancarakan.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan melihat

dan mengamati keadaan dan kelengkapan puskesmas sebagai kawasan

tanpa rokok sesuai dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18

Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok melalui pengisian lembar

observasi dan kuesioner yang diwawancarakan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok.


F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi

dan kuesioner yang diwawancarakan berisi tentang kewajiban dan larangan di

puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan untuk mewujudkan kawasan

tanpa rokok sesuai dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun

2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

G. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan

yang dikumpulkan, diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Dilakukan pengecekan atau pengkoreksian data yang telah

dikumpulkan sudah terisi semua dan layak untuk digunakan sebagai

data dalam penelitian.

b. Coding

Dilakukan pengkodean pada setiap jawaban yang diberikan dengan

tujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data.

c. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang dikumpulkan ke

dalam master tabel atau data base komputer.


d. Tabulating

Dilakukan tabulasi yaitu membuat tabel yang berisikan jawaban yang

sudah diberi kode, kategori jawaban dimaksukan ke dalam tabel.

2. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat.

Dilakukan untuk mendeskripsikan variabel implementasi Peraturan

Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa

Rokok. Rumus yang digunakan adalah deskriptif persentase yang diolah

dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah puskesmas dikali 100 persen,

seperti dikemukakan Sudjana (2001) adalah sebagai berikut:

f
P = ------- x 100%
N

Keterangan:

P : Persentase

f : Frekuensi

N : Jumlah Puskesmas

100% : Bilangan Tetap


Perhitungan di atas akan mendapatkan persentase dari hasil pengukuran sesuai

dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan

Tanpa Rokok, yaitu:

1. Persentase puskesmas yang melaksanakan seluruh syarat-syarat kawasan tanpa

rokok.

2. Persentase puskesmas yang melaksanakan sebagian dari syarat-syarat kawasan

tanpa rokok.

3. Persentase puskesmas yang tidak melaksanakan seluruh/sebagian dari syarat-

syarat kawasan tanpa rokok.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Sarana Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan/pengelola adalah

sarana – sarana pelayanan kesehatan baik yang dimiliki oleh pemerintah

kota, TNI/POLRI, BUMN maupun swasta.

Sarana pelayanan kesehatan tersebut terdiri dari rumah sakit umum,

rumah sakit bersalin, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas

keliling, praktek perorangan, praktek bersama/berkelompok, rumah

bersalin, balai pengobatan/klinik, laboratorium klinik, apotik, toko obat,

gudang farmasi kota, industri obat tradisional, pedagang besar farmasi, sub

cabang penyalur alat kesehatan, produksi kosmetika dan perbekalan kecil

rumah tangga.

Secara rinci jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan

di Kota Tasikmalaya tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 5.1
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Menurut Kepemilikan
di Kota Tasikmalaya
Tahun 2013

Pemilikan/Pengelola
No Fasilitas Kesehatan Pemerintah TNI /
BUMN Swasta Jumlah
Kota POLRI
1 Rumah Sakit Umum 1 0 6 7
2 Rumah Sakit Bersalin 6 6
3 Puskesmas 20 20
4 Puskesmas Pembantu 20 20
5 Puskesmas Keliling 20 20
6 Praktek Perorangan 0 0 328 328
7 Poskesdes 87
8 Pos UKK 2
9 Polindes 55 0 0 55
10 Pos Obat Desa 9
11 Puskesmas Poned 5 5
12 Posyandu 803
13 Apotek 2 111 113
14 Toko Obat 14 14
15 Gudang Farmasi 1 1

Perbekalan Kecil
16 1 1
Rumah Tangga (PKRT)

17 Pedagang Besar Farmasi 1 7 8


Sumber: Laporan Seksi Yandasru dan Seksi Kefarmasian Dinkes Kota Tasikmalaya
Tahun 2013

2. Pertimbangan Pemerintah Kota Tasikmalaya Dalam Mengeluarkan


Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan
Tanpa Rokok

Penetapan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011

tentang Kawasan Tanpa Rokok ini adalah berdasarkan pertimbangan

bahwa:
a. Rokok merupakan produk yang mengandung zat adiktif yang

apabila digunakan dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan

bagi individu dan masyarakat baik selaku perokok aktif maupun pasif,

oleh sebab itu diperlukan upaya penanggulangan terhadap dampak

bahaya asap rokok bagi kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan guna terwujudnya derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya

b. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 huruf f Peraturan Daerah

Kota Tasikmalaya Nomor 11 Tahun 2009 tentang Ketertiban

Umum dan Pasal 45 Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya

Nomor 3 Tahun 2010 tentang Sistem Kesehatan di Kota Tasikmalaya,

perlu dilakukan pengaturan mengenai kawasan tanpa rokok

3. Sosialisasi Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang


Kawasan Tanpa Rokok

Berbagai kegiatan dilaksanakan sebagai upaya sosialisasi diantaranya

adalah talk show di radio, pembuatan artikel tentang dampak bahaya rokok

di media cetak, sosialisasi di berbagai tatanan, kampanye anti rokok,

pengadaan media, pengadaan area khusus merokok di perkantoran dan

pengadaaan alat kesehatan.


Kegiatan yang dilaksanakan sebagai implementasi di fasilitas pelayanan

kesehatan (puskesmas) adalah sebagai berikut:

a. Peringatan Hari Tembakau Sedunia (HTTS) pada tanggal 31 Mei

2011 dan 31 Mei 2012 dengan himbauan: mengingatkan pegawai

dan pengunjung untuk tidak merokok pada tanggal 31 Mei 2011,

menyediakan tempat khusus merokok dilingkungan kerja sesuai

Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang

Kawasan Tanpa Rokok dan tidak merokok di dalam ruangan sesuai

pedoman PHBS.

b. Sosialisasi di tatanan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk

puskesmas pada bulan Juli-Agustus 2011 sebagai upaya pembinaan

dan pemantauan.

c. Evaluasi kegiatan dan hambatan untuk perencanaan kegiatan

selanjutnya yang dilaksanakan pada bulan September dan Nopember

2011.

d. Penyediaan media penyuluhan sebagai alat untuk membantu petugas

dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Media berupa banner,

leaflet dan stiker yang dilaksanakan pada triwulan ke 4 tahun 2011.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui observasi dan lembar

kuesioner yang diwawancarakan yang dilakukan pada 21 puskesmas yang ada

di wilayah Kota Tasikmalaya dapat digambarkan bahwa semua puskesmas


baru melaksanakan sebagian peraturan yang berupa kewajiban dan larangan

bagi tempat-tempat tertentu yang menjadi kawasan tanpa rokok seperti yang

tercantum dalam Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011

tentang Kawasan Tanpa Rokok. Hasil penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:

1. Distribusi Pelaksanaan Syarat-syarat Kawasan Tanpa Rokok di

Puskesmas

a. Puskesmas yang melaksanakan seluruh syarat-syarat kawasan tanpa

rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015 adalah 0% (tidak ada).

b. Puskesmas yang melaksanakan sebagian syarat-syarat kawasan tanpa

rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015 yang dituangkan

dalam 10 point pertanyaan adalah:

1) Melaksanakan 4 point 7 puskesmas (33,3%)

2) Melaksanakan 5 point 7 puskesmas (33,3%)

3) Melaksanakan 6 point 4 puskesmas (19,04%)

4) Melaksanakan 7 point 3 puskesmas (14,1%)

c. Puskesmas yang sama sekali tidak melaksanakan syarat-syarat

kawasan tanpa rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015 adalah

0% (tidak ada).

2. Indikator Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas

Berikut uraian mengenai indikator kewajiban dan larangan bagi

puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dalam upaya


menciptakan kawasan tanpa rokok sesuai dengan Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

a. Ketersedian Tempat Khusus Untuk Merokok

Gambaran puskesmas yang mempunyai tempat khusus untuk

merokok dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Puskesmas Yang Mempunyai
Tempat Khusus Untuk Merokok di Wilayah
Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Ketersedian Tempat Khusus Untuk


No n %
Merokok
1 Ya 0 0
2 Tidak 21 100
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa semua puskesmas (21

puskesmas) yang ada di Wilayah Kota Tasikmalaya tidak mempunyai

tempat khusus untuk merokok (100%).

b. Pemasangan tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok

Gambaran pemasangan tanda/petunjuk/peringatan larangan

merokok di puskesmas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Puskesmas yang Memasang
Tanda/Petunjuk/Peringatan Larangan Merokok
di Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Pemasangan Tanda/Petunjuk/
No n %
Peringatan Larangan Merokok
1 Ya 21 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa semua puskesmas (21

puskesmas) yang ada di Wilayah Kota Tasikmalaya memasang

tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok (100%). Pemasangan

tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok ini berupa tulisan

larangan yang ditempel di dinding atau kaca gedung dan berupa

standing baner yang dipasang dipintu masuk maupun di ruang tunggu

pasien.

c. Ketersediaan tempat untuk mematikan dan membuang puntung


rokok, yang ditempatkan sebelum pintu masuk

Gambaran ketersediaan tempat untuk mematikan dan membuang

puntung rokok, yang ditempatkan sebelum pintu masuk puskesmas

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Ketersediaan Tempat Untuk Mematikan dan
Membuang Puntung Rokok,yang DitempatkanSebelum Pintu
Masuk Puskesmas di Wilayah Kota Tasikmalaya
Tahun 2015

Ketersediaan Tempat Untuk


Mematikan dan Membuang Puntung
No n %
Rokok, yang Ditempatkan
Sebelum Pintu Masuk Puskesmas
1 Ya 5 23,8
2 Tidak 16 76,2
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

puskesmas yang tidak menyediakan tempat untuk mematikan dan

membuang puntung rokok, yang ditempatkan sebelum pintu masuk

sebanyak 16 puskesmas (76,2%). Tempat yang disediakan oleh lima

(5) puskesmas yang menyediakan tempat untuk mematikan rokok

sebelum pintu masuk hanya berupa tempat sampah dengan penutup

yang terbuat dari plastik, bukan tempat yang dirancang khusus untuk

mematikan puntung rokok seperti yang terbuat dari bahan steinless.

d. Ketersediaan Kantin Tidak Menjual Rokok di Lingkungan

Puskesmas

Gambaran puskesmas dengan kantin atau warung di lingkungan

tidak menjual rokok dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Ketersediaan Kantin Tidak Menjual Rokok
di Lingkungan Puskesmas di Wilayah
Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Ketersediaan Kantin Tidak Menjual


No n %
Rokok di Lingkungan Puskesmas
1 Ya 6 28,6
2 Tidak 15 71,4
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data tabel 5.5 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi puskesmas

dengan kantin atau warung di lingkungan menjual rokok sebanyak 15

puskesmas (71,4%).

e. Pemasangan Iklan Rokok Di Dalam Gedung atau di Lingkungan


Puskesmas

Gambaran puskesmas yang di dalam gedung dan di lingkungan

puskesmas ada pemasangan iklan rokok dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Pemasangan Iklan Rokok Di Dalam Gedung
atau di Lingkungan Puskesmas di Wilayah Kota Tasikmalaya
Tahun 2015

Pemasangan Iklan Rokok Di Dalam


No Gedung atau di Lingkungan n %
Puskesmas
1 Ya 0 0
2 Tidak 21 100
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015
Data tabel 5.6 menunjukkan bahwa semua puskesmas yang ada di

wilayah Kota Tasikmalaya baik di dalam gedung maupun di

lingkungan puskesmas tidak ada pemasangan iklan rokok (100%).

f. Kegiatan Promosi Rokok Di Dalam Gedung atau di Lingkungan


Puskesmas

Gambaran puskesmas yang di dalam gedung dan di lingkungan

puskesmas tidak melakukan kegiatan Promosi Rokok dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Tidak Melakukan Kegiatan Promosi Rokok
Di Dalam Gedung atau di Lingkungan Puskesmas
di Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Tidak Melakukan Kegiatan Promosi


No Rokok Di Dalam Gedung atau di n %
Lingkungan Puskesmas
1 Ya 21 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data tabel 5.7 menunjukkan bahwa semua puskesmas yang ada di

wilayah Kota Tasikmalaya baik di dalam gedung maupun di

lingkungan puskesmas tidak ada promosi rokok (100%).


g. Teguran dan/atau peringatan kepada setiap orang dan/atau badan
yang melanggar

Gambaran puskesmas yang memberikan teguran dan/atau

peringatan kepada setiap orang dan/atau badan yang melanggar dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Puskesmas yang Memberikan Teguran
dan/atau Peringatan kepada Setiap Orang dan/atau
Badan yang Melanggar di Wilayah
Kota TasikmalayaTahun 2015

Memberikan Teguran dan/atau


No Peringatan kepada Setiap Orang n %
dan/atau Badan yang Melanggar
1 Ya 19 90,5
2 Tidak 2 9,5
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data tabel 5.8 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi puskesmas

yang memberikan teguran dan/atau peringatan kepada setiap orang

dan/atau badan yang melanggar sebanyak 19 puskesmas (90,5%).

Teguran yang diberikan berupa teguran lisan .

h. Sanksi kepada Setiap Orang yang Merokok di Lingkungan


Puskesmas Meskipun sudah diberikan Teguran

Gambaran puskesmas yang memberikan sanksi kepada setiap

orang yang merokok di lingkungan puskesmas meskipun sudah

diberikan teguran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Pemberikan Sanksi kepada Setiap Orang
yang Merokok di Lingkungan Puskesmas Meskipun sudah
diberikan Teguran di Wilayah Kota Tasikmalaya
Tahun 2015

Pemberikan Sanksi kepada Setiap


Orang yang Merokok di Lingkungan
No n %
Puskesmas Meskipun sudah
diberikan Teguran
1 Ya 2 9,5
2 Tidak 19 90,5
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data tabel 5.9 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi puskesmas

yang tidak memberikan sanksi kepada setiap orang yang merokok di

lingkungan puskesmas meskipun sudah diberikan teguran sebanyak 19

puskesmas (90,5%). Sanksi yang ditentukan hanya berlaku untuk

petugas atau karyawan saja, tidak untuk pengunjung atau pasien.

Bentuk sanksi yang diberikan sesuai dengan kesepakatan dari seluruh

petugas dan karyawan yang ada di puskesmas tersebut. Puskesmas

Cibeureum memberikan sanksi dengan membayar uang sebesar Rp.

50.000,- bagi yang melanggar, sedangkan Puskesmas Sambongpari

berupa pengusiran dari ruangan.


i. Ruangan Khusus bagi Petugas/Karyawan untuk Merokok

Gambaran puskesmas dengan ruangan khusus bagi

petugas/karyawan untuk merokok dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Puskesmas Dengan Ruangan Khusus
bagi Petugas/Karyawan untuk Merokok di Wilayah
Kota TasikmalayaTahun 2015

Ruangan Khusus bagi


No n %
Petugas/Karyawan untuk Merokok
1 Ya 8 38,1
2 Tidak 13 61,9
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data tabel 5.10 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

puskesmas yang tidak ada ruangan khusus bagi petugas/karyawan

untuk merokok sebanyak 13 puskesmas (61,9%). Sedangkan 8

puskesmas lainnya sudah menyediakan ruangan, tetapi tidak berupa

ruangan khusus seperti yang disyaratkan dalam Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok,

hanya ruangan kerja yang tersedia yang dipergunakan oleh

petugas/karyawan untuk kegiatan merokok.


j. Ruangan/tempat Khusus bagi Pengunjung (Pasien, Keluarga atau
Tamu) Puskesmas untuk Merokok

Gambaran puskesmas dengan ruangan/tempat khusus bagi

pengunjung (pasien atau tamu) untuk merokok dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Puskesmas Dengan Pengunjung (Pasien,
Keluarga atau Tamu) Merokok di Ruang yang sudah ditetapkan
di Wilayah Kota Tasikmalaya
Tahun 2015

Ruang/tempat Khusus bagi


No n %
Pengunjung untuk Merokok
1 Ya 5 23,8
2 Tidak 16 76,2
Jumlah 21 100
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2015

Data tabel 5.11 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

puskesmas dengan pengunjung (pasien atau tamu) merokok tidak

dilakukan di ruang yang sudah ditetapkan sebanyak 16 puskesmas

(76,2%). Ruang atau tempat yang dipakai oleh pengunjung puskesmas

untuk merokok yaitu di luar gedung (halaman). Tetapi masih ada

pengunjung yang merokok di dalam gedung puskesmas seperti di

ruang tunggu atau ruang pendaftaran.


BAB VI

PEMBAHASAN

Sebagai salah satu upaya penanggulangan terhadap dampak bahaya asap

rokok bagi kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan

guna terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pemerintah mulai dari tingkat pusat dengan Undang-undang Nomor 36

Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dimana pasal 113 menyatakan bahwa

tembakau mengandung zat adiktif dan pasal 115 ayat 2 mewajibkan

pemerintah daerah untuk menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya.

Sedangkan dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor

188/Menkes/Pb/I/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa

Rokok disebutkan dalam pasal 2 tujuan pengaturan pelaksanaan Kawasan

Tanpa Rokok salah satunya adalah sebagai acuan bagi pemerintah daerah

dalam menetapkan Kawasan Tanpa Rokok.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

dan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor

188/Menkes/Pb/I/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa

Rokok, maka Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya mengeluarkan Peraturan

Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa

Rokok. Peraturan ini menetapkan tempat-tempat tertentu yang ditetapkan

sebagai kawasan tanpa rokok yang salah satunya adalah fasilitas pelayanan

kesehatan.
A. Distribusi Pelaksanaan Syarat-syarat Kawasan Tanpa Rokok di

Puskesmas

Hasil penelitian mengenai Implementasi Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) di Wilayah Kota

Tasikmalaya Tahun 2015 berdasarkan syarat-syarat (kewajiban dan

larangan) tentang kawasan tanpa rokok adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas yang melaksanakan seluruh syarat-syarat kawasan tanpa

rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015 adalah 0% (tidak

ada).

2. Puskesmas yang melaksanakan sebagian syarat-syarat kawasan

tanpa rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015 yang

dituangkan dalam 10 point pertanyaan adalah:

a. Melaksanakan 4 point 7 puskesmas (33,3%)

b. Melaksanakan 5 point 7 puskesmas (33,3%)

c. Melaksanakan 6 point 4 puskesmas (19,04%)

d. Melaksanakan 7 point 3 puskesmas (14,1%)

3. Puskesmas yang sama sekali tidak melaksanakan syarat-syarat

kawasan tanpa rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015

adalah 0% (tidak ada).

Sebaran variabel yang tersedia dan dilaksanakan mayoritas oleh

puskesmas adalah 3 variabel yaitu: memasang


tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok,tidak ada pemasangan

iklan rokok dan tidak ada promosi rokok di dalam gedung maupun

dilingkungan puskesmas. Sedangkan variabel minoritas adalah

ketersediaan tempat khusus untuk merokok, belum ada puskesmas yang

memiliki tempat khusus ini.

B. Indikator Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas

Puskesmas yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya belum

mengimplementasikanya secara menyeluruh sesuai dengan yang

tercantum di dalam Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18

Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Tetapi

puskesmas baru melaksanakan sebagian dari kewajiban dan larangan

sebagai kawasan tanpa rokok tersebut dengan uraian sebagai berikut:

1. Ketersediaan Tempat Khusus Untuk Merokok

Puskesmas sebagai salah satu tempat kerja yang harus

memiliki tempat khusus untuk merokok, dimana tempat khusus

ini dapat berupa ruang tertutup dan ruang terbuka seperti yang

ditetapkan dalam Bab IV Pasal 6 Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa

Rokok. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 21 puskesmas

yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya tidak ada yang memiliki

tempat khusus untuk merokok, baik berupa ruang tertutup

maupun ruang terbuka.


Tempat khusus untuk merokok berfungsi sebagai tempat

untuk melakukan kegiatan merokok yang disediakan ditempat-

tempat umum misalnya perkantoran/tempat kerja, sekolah,

kawasan perbelanjaan, tempat-tempat ibadah baik berupa ruang

tertutup maupun ruang terbuka. Dengan lokasi jauh dari gedung

atau tempat dimana banyak orang melakukan kegiatan. Seperti

yang disampaikan oleh dr Widyastuti, ahli kesehatan masyarakat

dari bagian pendataan Jaringan Pengendalian Tembakau (JPT).

Menurutnya, tujuan untuk membebaskan gedung-gedung dari

asap rokok tidak akan sukses bila masih tersedia ruang khusus

merokok di dalam gedung. Karena isolasi asap itu sulit, celah

sekecil apapun masih bisa membuat asap rokok merembes

kaluar. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan

bahwa cara ini tidak efektif karena masih berpotensi

menyebabkan asap bocor dan mencemari udara di ruangan yang

lain. Pilihan terbaik sesuai rekomendasi WHO adalah dengan

menciptakan lingkungan yang 100 persen bebas asap rokok.

Caranya tidak lagi dengan ruangan khusus merokok yang ada di

dalam gedung, melainkan sebuah ruang atau tempat khusus yang

lokasinya berada di ruang terbuka yang terpisah dari gedung

(Pramudiarja:2012)

.
2. Pemasangan Tanda/Petunjuk/Peringatan Larangan
Merokok

Memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok

adalah merupakan salah satu kewajiban dari pemilik, pengelola,

pimpinan dan/atau penanggung jawab dari tempat-tempat

tertentu yang telah ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa seluruh puskesmas

(100%) yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya sudah memasang

tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok. Pemasangan

dilakukan di dalam maupun diluar gedung puskesmas berupa

standing banner, poster dan gambar-gambar atau tulisan-tulisan

kecil yang ditempel di dinding maupun kaca yang dapat terlihat

oleh pengunjung yang datang ke puskesmas. Media promosi

kesehatan yang paling efektif dalam penyampaian pesan ini

adalah poster, karena poster dapat ditempatkan dengan cara

ditempel di tempat-tempat umum maupun di kendaraan.

Pemasangan tanda atau peringatan larangan merokok

merupakan media atau alat bantu bagi petugas kesehatan dalam

menyampaikan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat

disampaikan lebih jelas dan masyarakat atau sasaran dapat

menerima pesan dengan jelas dan tetap (Fitriani,2011). Dalam

penyampaian pesan kesehatan media sangat diperlukan untuk


mempermudah, memperjelas informasi, menghundari kesalahan

persepsi, mempermudah pengertian dan mengurangi

komunikasin verbal (Reskiadin:2012).

3. Ketrsediaan Tempat Untuk Mematikan dan Membuang


Puntung Rokok, yang ditempatkan sebelum pintu masuk

Hasil penelitian menggambarkan semua puskesmas sudah

memasang tempat untuk mematikan rokok tetapi hanya 5

puskesmas saja yang memasang sebelum pintu masuk,

sedangkan 16 puskesmas menyediakannya di berbagai tempat

misalnya di ruang tunggu pasien atau di pintu masuk bagian

dalam ruangan. Tempat untuk mematikan dan membuang

puntung rokok harus ditempatkan sebelum pintu masuk

puskesmas, dimaksudkan agar ruangan puskesmas tidak tercemar

oleh asap rokok. Bahan dari tempat yang digunakan harus

terbuat dari bahan anti panas, agar tidak mudah terbakar.

Sedangkan dari hasil penelitian tempat yang digunakan banyak

yang terbuat dari bahan plastik, sehingga tidak tahan panas.

Tempat khusus yang dianjurkan terbuat dari bahan stanles baik

yang bertutup atau yang terbuka dan bisa juga dibuat seperti pot

bunga berisi tanah yang berfungsi untuk memudahkan

mematikan rokok.
4. Ketersediaan Kantin atau Warung Penjual Rokok di
Lingkungan Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian kantin atau warung yang ada di

lingkungan puskesmas masih banyak yang menjual rokok, yaitu

15 puskesmas (71,4%).

Kawasan tanpa rokok akan terwujud dengan dukungan

berbagai pihak baik individu maupun badan atau tempat kerja,

termasuk tempat berjualan/kantin/warung yang ada di

lingkungan puskesmas dengan tidak menjual rokok. Karena

dengan begitu akan menghindari kegiatan merokok yang

dilakukan di lingkungan puskesmas, yang akan menimbulkan

pencemaran asap rokok di lingkungan puskesmas.

5. Pemasangan Iklan dan Promosi Rokok di Dalam Gedung


atau di Lingkungan Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian semua puskesmas yang ada di

wilayah Kota Tasikmalaya tidak ada yang memasang iklan

maupun melakukan promosi rokok di dalam gedung maupun di

lingkungan puskesmas (100%).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam

kamus versi online/daring pengertian iklan adalah berita pesanan

untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada

barang dan jasa yang ditawarkan, dan diartikan juga sebagai

pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang


dijual, dipasang di dalam media massa (surat kabar, majalah)

atau di tempat umum. Sedangkan promosi adalah perkenalan

dalam rangka memajukan usaha, dagang dan sebagainya

(Pranala:2013).

Promosi secara lebih luas berarti suatu kegiatan kampanye

bagi sebuah produk yang selalu ditandai oleh adanya insentif

atau rewards untuk merangsang pasar bergerak dan bertindak

(membeli) produk yang dikampanyekan dalam ajang promosi

tersebut.

Iklan rokok adalah kegiatan untuk memperkenalkan,

memasyarakatkan dan/atau mempromosikan rokok dengan atau

tanpa imbalan kepada masyarakat dengan tujuan mempengaruhi

konsumen agar menggunakan rokok yang ditawarkan (Peraturan

Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan

Tanpa Rokok).

Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat), dan sebagai kawasan yang


ditetapkan dalam Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18

Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok, dimana puskesmas

harus bebas dari segala bentuk iklan dan promosi rokok baik di

dalam gedung maupun di lingkungan puskesmas.

Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan

Masyarakat Indonesia bekerjasama dengan Souteheast Asia

Tobacco Control Alliance (SEATCA) dan organisasi kesehatan

dunia (WHO) Indonesia menyampaikan 4 alternatif kebijakan

terbaik untuk pengendalian tembakau, 2 diantaranya adalah

melarang semua bentuk iklan rokok dan memperbesar peringatan

merokok dibungkus rokok dan menambahkan gambar akibat

kebiasaan merokok pada bungkus rokok (Imelda:2012).

Tidak adanya pemasangan iklan dan promosi rokok sesuai

dengan penelitian Nizwardi Azkha (2013) di Sumatera Barat

menyebutkan bahwa di Kota Padang Panjang penerapan kawasan

tanpa rokok ini sudah dapat melarang adanya iklan rokok di

sepanjang kota dan menunjuk institusi kesehatan dan pendidikan

sebagai pelopor dari dari pelaksanaan kawasan tanpa rokok.

6. Teguran dan/atau peringatan kepada setiap orang dan/atau


badan yang melanggar

Berdasarkan hasil penelitian puskesmas yang memberikan

teguran dan/atau peringatan kepada setiap orang dan/atau badan


yang melanggar sebanyak 19 puskesmas (90,5%). Teguran

dilakukan pada petugas/karyawan puskesmas maupun

pengunjung yang datang ke puskesmas apabila ada yang

melakukan kegiatan merokok di dalam maupun luar gedung

puskesmas yang bukan pada tempat yang sudah ditentukan.

7. Sanksi kepada setiap orang yang merokok di lingkungan


puskesmas meskipun sudah diberikan teguran

Puskesmas yang memberikan sanksi kepada setiap orang

yang merokok di lingkungan puskesmas meskipun sudah

diberikan teguran sebanyak 2 puskesmas (9,5%), yaitu

Puskesmas Cibeureum dengan bentuk sanksi berupa pembayaran

uang sebesar Rp. 50.000,- berlaku hanya untuk

petugas/karyawan. Sanksi ini merupakan hasil kesepakatan dari

semua karyawan di Puskesmas Cibeureum. Sedangkan untuk

Puskesmas Sambongpari sanksi berupa pengusiran dari ruangan

kerja. Adapun sanksi ini hanya berlaku untuk petugas /karyawan

saja, sedangkan untuk pengunjung hanya dilakukan teguran lisan

agar tidak merokok di lingkungan puskesmas.

Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab dari

instansi pemerintah yang tidak melaksanakan sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 7 yaitu tidak memasang

tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok, tidak menyediakan


tempat untuk mematikan rokok dan membuang puntung rokok

harus ditempatkan sebelum pintu masuk puskesmas, tidak

memberikan teguran dan/atau peringatan kepada setiap orang

dan/atau badan yang melanggar dan tidak menyediakan tempat

khusus untuk merokok, maka akan dikenakan sanksi

administrstif sesuai dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya

Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok berupa:

1. Teguran lisan

2. Peringatan tertulis

3. Dilaporkan kepada atasan yang berwenang

4. Sanksi kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Sesuai dengan penelitian Nizwardi Azkha (2013) di

Sumatera Barat menyebutkan bahwa 58% responden

menyatakan perlu diberikan sanksi kepada perokok di lokasi

KTR.

8. Ruangan Khusus bagi Petugas/Karyawan dan Pengunjung


Puskesmas untuk Merokok

Berdasarkan hasil penelitian petugas/karyawan puskesmas

apabila merokok masih ada yang tidak pada ruang tertentu

(61,9%). Hasil dari pengisian kuesioner yang diwawancarakan


didapatkan informasi bahwa sebanyak 13 puskesmas tersebut

tidak menentukan tempat untuk merokok, jadi kegiatan merokok

dilakukan diruangan mana saja. 86,2%) yang tidak memiliki

ruang/tempat untuk merokok bagi pengunjung (pasien atau tamu)

puskesmas. Sedangkan 5 puskesmas menempatkan di luar

ruangan/gedung puskesmas bagi pengunjung (pasien atau tamu)

puskesmas yang melakukan kegiatan merokok.

Merokok di dalam ruangan atau bukan di tempat khusus

untuk merokok sesuai dengan penelitian Nizwardi Azkha (2013)

di Sumatera Barat menunjukkan bahwa merokok yang dilakukan

tidak ditempat yang ditetapkan adalah sebanyak 81,8% yang

tersebar diberbagai tempat yaitu: kendaraan umum,plaza,

restoran, rumah dan kantor.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui observasi dan

pengisian kuesioner yang diwawancarakan yang dilakukan pada 21

puskesmas yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya dapat digambarkan bahwa

semua puskesmas baru melaksanakan sebagian peraturan yang berupa

kewajiban dan larangan bagi tempat-tempat tertentu yang menjadi kawasan

tanpa rokok seperti yang tercantum dalam Peraturan Walikota Tasikmalaya

Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Hasil penelitian dapat

digambarkan sebagai berikut:

1. Puskesmas yang melaksanakan seluruh syarat-syarat kawasan tanpa

rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015 adalah 0% (tidak ada).

2. Puskesmas yang melaksanakan sebagian syarat-syarat kawasan tanpa

rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015 yang dituangkan dalam

10 point pertanyaan adalah: puskesmas yang melaksanakan 4 point dan

5 pont 33,3%, melaksanakan 6 point 19,04%, melaksanakan 7 point

14,1%.

3. Puskesmas yang sama sekali tidak melaksanakan syarat-syarat kawasan

tanpa rokok di wilayah Kota Tasikmlaya tahun 2015 adalah 0% (tidak

ada).
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, penulis mencoba

memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk Puskesmas

Puskesmas dapat merencanakan kegiatan berupa sosialisasi Peraturan

Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa

Rokok kepada petugas/karyawan puskesmas maupun kepada pengunjung

puskesmas mengenai tempat merokok, sanksi apabila melanggar dan

pendanaan untuk memfasilitasi syarat-syarat untuk menjadi kawasan

tanpa rokok sesuai dengan Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18

Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok

2. Untuk Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

Melakukan kerjasama lintas sektoral dengan memberikan informasi

dan rekomendasi misalnya pengusulan rancangan Perda tentang Kawasan

Tanpa Rokok dalam mendukung terlaksananya perencanaan program dan

kegiatan di puskesmas atau dengan membuat surat keputusan untuk

mempertegas Peraturan Walikota tersebut untuk lingkungan Dinas

Kesehatan tentang pelaksanaan kawasan tanpa rokok di puskesmas

sehingga akan tercipta puskesmas sebagai kawasan tanpa rokok dengan

melakukan sosialisasi, monitoring rutin dan evaluasi pada pelaksanaan

kegiatan.
3. Untuk pemerintah Kota Tasikmalaya

Sebagai bahan evaluasi tentang pelaksanaan Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok di

fasilitas pelayanan kesehatan terutama puskesmas, dan untuk lebih

meningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan dan sosialisasi peraturan

kawasan tanpa rokok.

4. Untuk Institusi Pendidikan (STIKes Respati Tasikmalaya)

Meningkatkan dan mengembangkan pemahaman tentang kawasan

tanpa rokok khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas)

dalam pengendalian kebiasaan merokok dan mengurangi dampak rokok

terhadap kesehatan.

5. Untuk Peneliti

Peneliti selanjutnya dapat lebih menggali lagi tentang implementasi

Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok tidak hanya di puskesmas tetapi di

sarana fasilitas kesehatan lainnya, sehingga dapat menjadi bahan

perbandingan tentang pelaksanaan kebijakan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Azka Nizwardi, (2013), Studi Eektivitas Penerapan Kebijakan Perda Kota Tentang
Kawasan Tanpa Rokok dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di
Sumatera Barat Tahun 2013, jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia,Vol.02,No.04:173-175
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2009), Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Barat Tahun 2007,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013), Riset Kesehatan Dasar,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, (1991/1992), Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Fitriani Sinta, (2011), Promosi Kesehatan, Graha Ilmu,Yogyakarta
Harsono Hanifah. (2002), Implementasi Kebijakan dan Politik, Rineka Cipta, Jakarta
Hasan Iqbal. (2002), Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor Selatan
Imelda Christina. (2012): Pengaruh pengetahuan dan sikap guru dan siswa tentang
rokok dan kebijakan kawasan tanpa rokok terhadap partisipasi dalam
penerapan kawasan tanpa rokok di SMPN 1 Kota Medan Tahun 2012,
Skripsi, FKM-USU Medan
Kementerian Kesehatan RI. (2010), Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2012), Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
semester II, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2013), Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Kesehatan Tahun 2013 , Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok, Kota Tasikmalaya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang
Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Diminati, Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta
Pramudiarja Uyung. (2012): Ruang Merokok Harusnya di Luar Gedung, Bukan
Diruang Khusus, Availabel from http://health.detik.com/read/
2012/04/20/123313/1897229/763/tempat-merokok-harusnya-di-luar-gedung-
bukan-di-ruang-khusus
Pranala. (2013): Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus Versi Online/daring.
Availabel from http://kbbi.web.id/iklan. Diakses 07 Juli 2015
Reskiadin Laode. (2012), Peranan Media Dalam Penyuluhan Kesehatan, Availabel
from http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/11/peranan-media-dalam-
penyuluhan-kesehatan.html
Setiawan Guntur. (2004), Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung
TCSC-IAKMI, 2012, Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun
2012, Jakarta, Bunga Rampai
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
Jakarta
Usman Nurdin. (2002), Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
LAMPIRAN-LAMPIRAN
INFORMED CONSENT

Saya Cucu Hendayana, mahasiswi STIKes Respati Tasikmalaya Program Studi

S1 Kesehatan Masyarakat. Saat ini saya sedang melakukan tugas akhir penelitian

(skripsi) untuk mengetahui bagaimana “Implementasi Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Fasilitas

Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) di Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2015”.

Proses pengambilan data dalam penelitian ini melalui observasi dan lembar

kuesioner. Indikator dalam lembar observasi dan lembar kuesioner sesuai dengan

Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa

Rokok. Pada pengambilan data ini, peneliti mengharapkan bisa mendapatkan

keterangan secara menyeluruh yang menjadi tujuan penelitian. Untuk itu saya sangat

mengharapkan ketersediaan waktu Bapak/Ibu dalam pelaksnaan penelitian ini.

Keseluruhan data yang saya dapatkan dalam penelitian ini akan diolah hanya untuk

kepentingan penelitian dan akan saya jamin kerahasiaannya.

Atas segala bantuan dan kerjasama yang Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan terima

kasih.

Hormat saya,

CUCU HENDAYANA
NIM: 0101130018
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Dengan ini saya menyatakan persetujuan saya untuk dapat ikut berpartisipasi

sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Peraturan Walikota

Tasikmalaya Nomor 18 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Fasilitas

Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) di Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2015”. Saya

menyatakan bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini saya lakukan secara

sukarela atau tanpa paksaan dari pihak manapun.

Saya memperkenankan kepada peneliti untuk menggunakan data-data melalui

observasi dan pengisian kuesioner di puskesmas kami tentang kawasan tanpa rokok

untuk dipergunakan sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian.

Demikian surat pernyataan persetujuan partisipasi ini saya sampaikan untuk

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tasikmalaya, Juni 2015


Responden,
Peneliti,

CUCU HENDAYANA ---------------------------------


NIM: 0101130018
FORM OBSERVASI IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK
PADA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN (PUSKESMAS)
DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

A. INFORMASI UMUM
NAMA PUSKESMAS :
ALAMAT :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kota : Tasikmalaya

B. INDIKATOR KAWASAN TANPA ROKOK DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

NO INDIKATOR YA TIDAK
Tersedia tempat khusus untuk
1
merokok
Bila jawaban nomor 1 ya teruskan
mengisi nomor 2 dan 7, apabila tidak,
maka diabaikan.
Tersedia tempat khusus untuk
2
merokok di ruang tertutup
Bila jawaban nomor 2 ya, maka
teruskan mengisi sampai nomor 6
tetapi apabila jawaban nomor 2 tidak,
maka nomor 3-6 diabaikan.
Tempatnya tidak bercampur dengan
3
kawasan tanpa rokok
Memasang tanda/petunjuk tempat
4
khusus untuk merokok
Dilengkapi alat penghisap udara atau
5
memiliki sistem sirkulasi udara
Dilengkapi asbak atau tempat
pembuangan puntung rokok dan
6
dilengkapi dengan data dan informasi
bahaya merokok bagi kesehatan.
Tersedia tempat khusus untuk
7
merokok di ruang terbuka
Bila jawaban nomor 7 ya, maka
teruskan mengisi sampai nomor 11
tetapi apabila jawaban nomor 7 tidak,
maka nomor 8-11 diabaikan.
Tempatnya terpisah secara fisik dan
terletak di luar gedung, tidak
8
berdekatan dengan pintu keluar masuk
gedung
Memasang tanda/petunjuk tempat
9
khusus untuk merokok

Dilengkapi asbak atau tempat


10
pembuangan puntung rokok, dan

Dilengkapi dengan data dan informasi


11
bahaya merokok bagi kesehatan.

Memasang tanda/petunjuk/peringatan
12
larangan merokok

Menyediakan tempat untuk mematikan


13 dan membuang puntung rokok, yang
ditempatkan sebelum pintu masuk

Kantin atau warung di lingkungan


14
puskesmas tidak menjual rokok
Di dalam gedung atau di lingkungan
15 puskesmas ada pemasangan iklan
rokok

Di dalam gedung atau di lingkungan


16
puskesmas tidak ada promosi rokok
KUESIONER IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PADA
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN (PUSKESMAS)
DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

A. INFORMASI UMUM
NAMA PUSKESMAS :
ALAMAT :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kota : Tasikmalaya

B. INDIKATOR KAWASAN TANPA ROKOK DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

NO INDIKATOR YA TIDAK

Memberikan teguran dan/atau peringatan


1 kepada setiap orang yang merokok di
lingkungan puskesmas

Memberikan sanksi kepada setiap orang


2 yang merokok di lingkungan puskesmas
meskipun sudah pernah diberikan teguran

Apabila ada petugas/karyawan puskesmas


3 yang merokok, dilakukan di ruang yang
sudah ditetapkan

Apabila ada pengunjung (pasien, keluarga


4 atau tamu) puskesmas yang merokok,
dilakukan di ruang yang sudah ditetapkan
Frequency Table

Ketersediaan tempat khusus untuk merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 21 100.0 100.0 100.0

Pemasangan tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 21 100.0 100.0 100.0

Ketersediaan tempat untuk mematikan dan membuang puntung rokok,


yang ditempatkan sebelum pintu masuk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 5 23.8 23.8 23.8

Tidak 16 76.2 76.2 100.0

Total 21 100.0 100.0

Ketersediaan Kantin atau warung di lingkungan puskesmas yang tidak


menjual rokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 6 28.6 28.6 28.6

Tidak 15 71.4 71.4 100.0

Total 21 100.0 100.0


Pemasangan Iklan Rokok Di dalam gedung atau di lingkungan puskesmas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 21 100.0 100.0 100.0

Tidak ada Promosi Rokok Di dalam gedung atau di lingkungan puskesmas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 21 100.0 100.0 100.0

Teguran dan/atau peringatan kepada setiap orang yang merokok di


lingkungan puskesmas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 19 90.5 90.5 90.5

Tidak 2 9.5 9.5 100.0

Total 21 100.0 100.0

Sanksi kepada setiap orang yang merokok di lingkungan puskesmas


meskipun sudah pernah diberikan teguran

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 2 9.5 9.5 9.5

Tidak 19 90.5 90.5 100.0

Total 21 100.0 100.0


Ruangan Khusus bagi petugas/karyawan puskesmas untuk merokok,

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 8 38.1 38.1 38.1

Tidak 13 61.9 61.9 100.0

Total 21 100.0 100.0

Ruangan Khusus bagi pengunjung (pasien, keluarga atau tamu)


puskesmas untuk merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 5 23.8 23.8 23.8

Tidak 16 76.2 76.2 100.0

Total 21 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai