Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HUKUM MENDEL

Disusun oleh :

Nur Afifah (18103241001)

Annikmah Khoirunnisa (18103241019)

Ihsan Marvel Khoirullah (18103241022)

Tatkala Pancar Lintang Runspa (18103241024)

Ismaya Alfitri (18103241029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Genetika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal mengenai keturunan dimulai
sejak zaman purbakala,kira-kira 4000 tahun yang lalu di Sumaria, Mesir, ketika para petani
mengetahui bahwa hasil pertaniannya dan ternaknya dapat ditingkatkan melalui persilangan.
Meskipun pengetahuan mereka masih sangat primitif namun mereka menyadari bahwa
beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Mereka menjalankan berbagai persilangan tanpa didasari pengetahuan
karena belum dikenal adanya gen, apalagi hukum keturunan.1

Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada dekade kedua dari abad ke 19
setelah Mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan persilangan
yang dibuatnya pada tanaman ercis/kapri (Pisum sativum).

Percobaan-percobaan yang dilakukan Mendel itu sesungguhnya sangat sederhana,


tetapi karena ketekunannya menganalisis data yang diperolehnya, ia berhasil menyusun
prinsip yang penting mengenai pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Penemuan itu
mengantar Mendel mencapai kemasyhurannya sehingga ia dinyatakan sebagai Bapak
Genetika.

Sesudah tanaman ercis/kapri yang digunakan Mendel dalam percobaannya,


menyusullah lalatbuah Drosophilla melanogaster, tanaman jagung, ayam, tikus, cendawan,
dan bakteri untuk bahan penelitian Genetika.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah Hukum Mendel?
2. Bagaimanakah Hukum Mendel I ?
3. Bagaimana Hukum Mendel II ?
4. Bagaimana penyimpangan Hukum Mendel ?
5. Bagaimana perkembangan Hukum Mendel ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Hukum Mendel
2. Untuk mengetahui Hukum Mendel I
1
Ir. Suryo, Departemen pendidikan dan kebudayaan rektorat jenderal pendidikan tinggi proyek pendidikan
tenaga guru, 1996), hlm. vii
3. Untuk mengetahui Hukum Mendel II
4. Untuk mengetahui penyimpangan Hukum Mendel
5. Untuk mengetahui perkembangan Hukum Mendel

BAB II

ISI
A. Sejarah Hukum Mendel2

Gregor Johann Mendel seorang botanist yang dilahirkan di Hynčice atau Heinzendorf
bei Odrau, sebuah kota yang terletak di Kekaisaran Austria, pada tanggal 20 Juli 1822. Beliau
meninggal dunia di Brno, Kekaisaran Austria-Hungaria, tanggal 6 Januari 1884 pada saat
umurnya 61 tahun.

Oleh para saintist di kemudian hari, beliau dinobatkan sebagai Bapak Pendiri
Genetika. Gregor Mendel menghabiskan hidupnya di Brno, Austria. Sebenarnya beliau adalah
seorang pendeta Katolik yang juga menjadi guru di sekolah.3

Rasa keingintahuannya yang begitu besar, mendorong beliau melakukan persilangan


dan pemurnian pada tanaman kacang ercis. Lewat percobaannya ini ia mendapatkan sebuah
kesimpulan yang akhirnya dijadikan sebuah aturan atau hukum mengenai pola pewarisan sifat
keturunan yang kini dikenal dengan nama Hukum Pewarisan Mendel.

Kisah hidup Gregor Mendel tidaklah semulus seperti yang banyak dibayangkan orang.
Liku-liku kehidupannya sehingga akhirnya membuahkan sebuah penemuan yang spektakuler
dilaluinya dengan penuh liku. Saat menjadi pastor, pada tahun tahun 1850 beliau mengikuti
ujian dalam upayanya memperoleh ijazah guru. Tapi apa hendak dikata, ia gagal meraih
ijazah itu, bahkan ia mendapatkan angka terburuk dalam pelajaran biologi.

Walaupun begitu, sang kepala pastor di biaranya tempat ia bertugas berbaik hati
mengirim Mendel ke Universitas Wina. Terhitung dari tahun 1851-1853, dia menempuh ilmu
disana dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Dalam pendidikannya itu,
Mendel tak pernah berhasil mengantongi ijasah guru yang resmi, akan tetapi dari tahun 1854-
1868 dia menjadi guru cadangan ilmu alam di sekolah modern kota Brunn.

Walau dalam hal jabatan resmi beliau kurang beruntung, tetapi pada tahun 1856 dia
memperlihatkan pengalaman-pengalamannya yang terkenal di bidang pembiakan tumbuh-
tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia mampu menemukan hukum keturunannya dan mampu
mempresentasikan hasil penemuannya itu di depan perkumpulan peminat sejarah alam kota
Brunn.

Pada tahun 1866, hasil penyelidikannya itu diterbitkan oleh majalah Transactions
milik perkumpulan itu dengan judul "Experiments with Plant Hybrids." Kertas kerja keduanya

2
Biograf Gregor Mendel – Bapak genetika, https://www.pintarbiologi.com/2012/02/biograf-gregor-mendel-
bapak-pendiri.html, diakses pada 20 September 2018 pukul 18.55 WIB
3
diterbitkan kembali oleh majalah yang sama tiga tahun kemudian. Walaupun majalah yang
menerbitkan hasil penelitiannya itu bukanlah majalah besar, tetapi majalah itu banyak
dikoleksi oleh berbagai perpustakaan besar.

Selain itu, Mendel juga mengirimkan satu salinan hasil penelitiannya itu kepada Karl
Nageli. Karl Nageli adalah seorang tokoh yang amat disegani di bidang ilmu genetika. Setelah
Nageli membaca salinan hasil penelitian Mendel itu, lalu ia membalas kepada Mendel. Akan
tetapi ia tidak paham terhadap pentingnya dalam salinan kertas kerja Mendel itu.

Kertas kerja Mendel itupun terabaikan dan hampir dilupakan orang hampir tiga puluh
tahun lamanya. Pada tahun 1866, Mendel ditunjuk menjadi pastor kepala di biaranya.
Kesibukan urusan administrasi rutin membuat Mendel hampir kehabisan waktu untuk
melanjutkan penyelidikannya dalam bidang tanam-tanaman. Terlebih ketika beliau meninggal
tahun 1884 di usia enam puluh satu tahun, penelitiannya itu nyaris dilupakan orang dan dia
tak memperoleh pengakuan apa pun untuk penelitiannya itu.

Baru pada tahun 1900, tepat 16 tahun setelah meninggalnya Mendel, hasil jerih payah
penelitiannya itu kembali diangkat oleh tiga orang ilmuwan dari negara yang berbeda-beda.
Mereka itu adalah (1) Hugo de Vries dari Belanda, (2) Carl Correns dari Jerman dan (3) Erich
von Tschermak dari Austria.

B. Hukum Mendel I4
1. Terminologi
Untuk dapat memahami prinsip Mendel mengenai keturunan, sebaiknya mengenal
terlebih dahulu beberapa istilah seperti :
a. Parental (P) = tetua, orang tua atau induk.
b. Hibrid = hasil persilangan dua individu yang memiliki sifat beda.

Dikenal : monohibrid = hibrid dengan 1 sifat beda

dihibrid = hibrid dengan 2 sifat beda

trihibrid = hibrid dengan 3 sifat beda

c. Hibridisasi = persilangan dua individu yang memiliki sifat berbeda.


d. Fenotip = penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu yang
tergantung dari susunan genetikanya, biasanya dinyatakan dengan kata-kata (misalnya
mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa dan sebagainya)

4
Ir. Suryo, Departemen pendidikan dan kebudayaan rektorat jenderal pendidikan tinggi proyek pendidikan
tenaga guru, 1996), hlm. 7-21
e. Genotip = susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada
hubungannya dengan symbol/tanda huruf pertama dari fenotip. Oleh karena individu
itu bersifat diploid, maka genotip dinyatakan dengan huruf double, misalnya AA, Aa,
aa, AABB, AaBb dst.
f. Gen = suatu unit keturunan berupa suatu segmen tertentu dari molekul
DNA, umumnya terletak dalam kromosom, dan memperlihatkan ekspresinya berupa
fenotip. Biasanya dinyatakan dengan symbol/tanda berupa huruf tunggal dan
merupakan huruf pertama dari suatu sifat keturunan misalnya T = tinggi; M = merah;
B = bulat dst.
g. Alel = anggota dari sepasang atau suatu seri gen-gen yang terdapat pada
suatu lokus (tempat) tertentu pada kromosom-kromosom homolog. Misalnya : T dan t
merupakan alel; M dan m merupakan alel. Tetapi T dan m bukan alel.
h. Dominan = sifat yang mengalahkan/menutupi sifat lain. Misalnya warna merah
dominan terhadap warna putih.
i. Resesif = sifat yang dikalahkan/ditutupi oleh sifat lain. Misalnya warna putih
resesif terhadap warna merah.
j. Intermediet = sifat antara dari sifat dominan dan resesif. Misalnya merah adalah
dominan, putih resesif, maka merah jambu adalah sifat intermediet.
k. Homozigot = individu yang kromosom-kromosomnya memiliki gen-gen identic
dari sepasang atau satu seri sel. Individu homozigot hanya membentuk satu macam
gamet saja. Misalnya individu homozigot BB hanya membentuk gamet B saja, dank
arena itu individu homozigot selalu berkembangbiak secara murni.
l. Heterozigot = individu yang kromosom-kromosomnya memiliki gen-gen berlainan
dari sepasang atau suatu seri alel tertentu. Misalnya individu dengan genotip Aa, Bb,
AaBb adalah heterozigot. Individu ini membentuk lebih dari satu macam gamet.
Contohnya individu Aa membentuk gamet A dan a.
 Simbol (♂) = simbol untuk organisme jantan.
 Simbol (♀) = simbol untuk organisme betina.

2. Percobaan Mendel

Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman ercis/kapri (Pisum sativum). Ia


pandai sekali memilih tanaman itu karena selain umurnya pendek (kira-kira 3 bulan) dan
bijinya mudah didapat. Mendel dapat mengamati 7 sifat pada tanaman itu, seperti :

1. Batang tinggi dan pendek


2. Bunga letaknya terminal (di ujung batang/cabang) dan aksial (diketiak cabang)
3. Bunga ungu dan putih
4. Buah polong berwarna hijau dan kuning
5. Buah polong rata dan bergelombang
6. Biji bulat dan keriput
7. Kotiledon hijau dan kuning

Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan


dalam mengamati :
a. Sifat Dominan Penuh
Misalnya : T = gen dominan untuk batang tinggi.
t = gen resesif untuk batang pendek
Mendel menyilangkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan tanaman yang berbatang
pendek. Hasilnya sebagi berikut :
 Semua tanaman F1 seragam, yaitu berupa tanaman berbatang tinggi. Tanaman F1
ini disebut monohibrid.
 Jika tanaman F1 ini menyerbuk sendiri maka bunganya membentuk :
- Serbuk sari yang membawa gen T atau t
- Sel telur yang membawa gen T atau t

Gambar 1 bersumber dari http://bionomipa.blogspot.com/2015/04/indikator-32-


persilangan-berdasarkan6.html

Mendel mengemukakan beberapa kesimpulan penting :


1. Gen-gen diwariskan dari induk kepada keturunan lewat gamet.
2. Gen-gen yang sealel memisah. Ini dikenal sebagai Hukum I Mendel yang
berbunyi : Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (“the Law of Segregation of
Allelic Genes”).
3. Banyaknya macam gamet yang dibentuk oleh suatu hibrid mengikuti rumus
2n dimana n adalah banyaknya sifat beda.
4. Keturunan F1 adalah seragam.
5. Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka persilangan monohibrid (Tt x
Tt) menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip = 3:1

3. Perkawinan Monohibrid Pada Hewan

Tak hanya pada tumbuhan Mendel juga melakukan percobaan pada hewan. Contohnya
adalah pada marmot (Cavia cobaya) dengan gen yang berwarna hitam (H) dan gen yang
berwarna putih atau (h).
Perkawinan antara marmot jantan hitam homozigot dengan marmot betina putih akan
menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berwarna hitam, sedangkan keturunan F2 akan
memisah dengan perbandingan fenotip = 3 hitam : 1 putih. Genotipnya akan memperlihatkan
perbandingan 1 HH : 2 Hh : 1hh atau 1:2:1.

Gambar 2 bersumber dari buku Ir. Suryo., 1996, Genetika, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru hlm., 11

4. Perkawinan Monohibrid Pada Manusia


Pada manusia dikenal banyak sekali sifat-sifat keturunan. Salah satunya adalah
polidaktili yang disebabkan oleh gen dominan. Polidaktili adalah jari lebih. Normalnya orang
memiliki lima jari, tetapi pada orang polidaktili mempunyai enam jari pada satu tangan
atau/dan kaki. Bahkan ada yang sampai tujuh jari.
Kelainan tersebut diterangkan sebagai berikut :
P = gen untuk polidaktili
p = gen untuk normal
Gambar 3 bersumber dari buku Ir. Suryo., 1996, Genetika, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
hlm., 12

Seorang laki-laki polidaktili yang menikah dengan seorang perempuan normal akan
mempunyai anak polidaktili.
Masih banyak sifat keturunan pada manusia yang disebabkan oleh gen dominan,
antara lain rambut ikal, lekuk di pipi, lekuk di dagu.

5. Sifat Intermediet
Mendel dalam percobaannya kadang-kadang dapat mengetahui bahwa ada gen-gen yang
tidak dominan dan tidak pula resesif. Dengan perkataan lain gen-gen tersebut tidak
memperlihatkan sifat dominan sepenuhnya. Akibatnya keturunan dari perkawinan individu
dengan satu sifat beda akan mempunyai sifat antara dari kedua induknya. Sifat itu dinamakan
sifat intermediet.
Mendel membuat persilangan dengan menggunakan tanaman mulut singa (Antirrhinum
majus) yang bunganya berwarna merah dengan yang putih. Semua tanaman keturunan F 1
berbunga merah muda. Ini berarti sifat dari kedua induknya ikut mengambil peranan.
Gambar 4 bersumber dari buku Ir. Suryo., 1996, Genetika, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
hlm., 16

6. Persilangan Balik (Backcross)

Persilangan balik (backcross) ialah persilangan antara individu hibrida F1


dengan induknya. Contohnya : tikus.

H = gen yang menentukan warna hitam

h = gen yang menentukan warna putih

Mula-mula tikus jantan homozigot hitan (HH) dikawinkan dengan tikus betina
putih (hh). Keturunan F1 akan berupa tikus hitam heterogen (Hh) karena hitam
memperlihatkan dominan sepenuhnya. Kemudian tikus monohibrida hitam ini dipilih
yang betina dan disilangkan dengan induknya jantan yang homozigot hitam.
Persilangan ini merupakan persilangan balik. Keturunan ke dua (F 2) semuanya akan
berupa tikus tikus hitam walaupun genotipnya berbeda.
Gambar 5 bersumber dari buku Ir. Suryo., 1996, Genetika, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
hlm., 18

7. Uji Silang (Testcross)


Pada contoh ini, kita mengawinkan keturunan F1 dengan induknya yang homozigot
dominan. Uji silang (testcross) adalah persilangan antara individu F1 dengan individu yang
resesif. Jadi apabila kita menggunakan contoh persilangan di depan, maka pada uji silang ini
kita memilih tikus jantan dari keturunan F1 dan dikawinkan dengan induk betinanya, yaitu
putih (hh).
Uji silang ini menghasilkan 50% tikus putih dengan genotip (hh) dan 50% tikus hitam
dengan genotip (Hh). Dengan kata lain, uji silang pada monohybrid (Hh x hh) menghasilkan
keturunan dengan perbandingan genotip maupun fenotip 1:1.
Gambar 6 bersumber dari buku Ir. Suryo., 1996, Genetika, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
hlm., 19

8. Perkawinan Resiprok (Perkawinan sebaliknya)


Contohnya adalah tanaman pukul empat atau Mirabilis japala dimana (M) merupakan
gen yang menyebabkan bunga berwarna merah dan (m) merupakan gen yang menyebabkan
bunga berwarna putih.
Mula-mula kita melakukan penyerbukan dengan menggunakan serbuk sari yang
berasal dari bunga merah. Semua tanaman keturunan F1 berbunga merah. Keturunan F2
memisah dengan perbandingan 3 merah : 1 putih. Pada persilangan resiproknya, kita
melakukan penyerbukan dengan menggunakan serbuk sari yang berasal dari bunga putih.
Semua tanaman keturunan F1 berbunga merah. Keturunan F2 memisahkan dengan
perbandingan 3 merah : 1 putih. Jelaslah bahwa pada umumnya persilangan resiprok
menghasilkan keturunan yang sama.
Gambar 7 bersumber dari buku Ir. Suryo., 1996, Genetika, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru
hlm., 20

B. Hukum Mendel II5

Mendel melakukan eksperimen dengan menanam tanaman kacang ercis (Pisum


sativum) yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji
bulat warna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji kisut warna
hijau. Oleh karena sifat bulat dan kuning dominan terhadap sifat kisut dan hijau, maka ini
kemudian ditanam lagi dan tanaman-tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan
penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2.

Bila : B = simbol untuk gen yang menentukan buah bulat

b = simbol untuk gen yang menentukan buah kisut

K = simbol untuk gen yang menentukan warna kuning

k = simbol untuk gen yang menentukan warna hijau

5
Prinsip-prinsip hukum mendel 1 & 2, https://biologyeducationforcampus.wordpress.com/2016/06/14/prinsip-
hukum-mendel-1-2/ diakses pada 20 September 2018 pukul 20.42 WIB.
P : BBKK (bulat,kuning) X bbkk (keriput,hijau)
Gamet : BK Gamet : bk

F1 : BbKk (bulat,kuning)
F1 x F1 : BbKk (bulat,kuning) X BbKk (bulat,kuning)
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk

Gamet-gamet ini dapat berpasangan secara bebas (Hukum Mendel 2) sehingga F2 dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 8 bersumber dari


https://biologyeducationforcampus.wordpress.com/2016/06/14/prinsip-hukum-mendel-1-2/

Dapat dilihat bahwa persilangan dihibrida (BbKk x BbKk) menghasilkan F 2 dengan 16


kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat kuning :3/16 bulat
hijau : 3/16 kisut hijau : 1/16 kisut hijau atau 9:3:3:1.
Selain itu bila kita memperhatikan pembagian kotak-kotak dalam F2 dapat dilihat
bahwa :

a. Tanam-tanaman yang homozigot terletak dalam kotak-kotak nomor 1,6,11 dan


16, jadi, dalam kotak-kotak yang letaknya diagonal dari kiri ke atas ke kanan
bawah.
b. Tanam-tanaman yang genotip maupun fenotipnya persis seperti dihibridanya
terletak dalam kotak-kotak nomor 4,7,10,13, jadi dalam kotak-kotak yang
letaknya diagonal kanan atas kiri bawah.
c. Diantara F2 ternyata muncul dua kombinasi sifat yang tidak dimiliki oleh kedua
induk (P). Kombinasi baru itu adalah tanaman berbiji bulat hijau dan kisut
kuning. Berhubung dengan hal itu Mendel mempunyai asumsi bahwa dalam
pembentukan gamet (sel kelamin), tiap alel diturunkan secara bebas kepada
tiap gamet. Jadi gamet yang dihasilkan oleh individu F 1 (BbKk) mempunyai
komposisi BK, Bk, bK, bk. Tidak pernah gamet-gamet itu mempunyai
komposisi BB, Bb, KK, Kk, lagipula semua gamet itu dibentuk dalam jumlah
yang sama. Prinsip Mendel ini kemudian dirumuskan sebagai Hukum Mendel
II yaitu Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas (“ The Law of
Independent Assortment of Genes”)

C. Penyimpangangan pada Hukum Mendel6

1. Penyimpangan Semu
a. Epistasis-Hipostasis

Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi


pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, dan
yang ditutupi disebut hipostasis.

Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit kuning.

P : hitam x kuning

HHkk hhKK

F1 : HhKh = hitam

6
Penyimpangan pada Hukum Mendel, http://froozehold.blogspot.com/2010/12/hukum-mendel-dan-
penyimpangan-hukum.html?m=1 diakses pada 20 September 2018 pukul 20.57 WIB
Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Tetapi karakter
yang muncul adalah hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning/kuning
hipostasis (ditutupi) terhadap hitam

P2 : HhKk x HhKk

F2 : 9 H-K- : hitam

3 H-kk : hitam

3 hhK- : kuning

1 hhkk : putih

Rasio fenotif F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1

b. Kriptomeri

Kriptomeri merupakan suatu peristiwa di mana suatu faktor tidak tampak pengaruhnya
bila berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang menyertainya.
Kriptomeri memiliki ciri khas: ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan bukan alel
berada bersama.

Contoh: persilangan Linaria maroccana

A : ada anthosianin B : protoplasma basa

a : tak ada anthosianin b : protoplasma tidak basa

P : merah x putih

AAbb aaBB

F1 : AaBb = ungu - warna ungu muncul karena A dan B berada bersama

P2 : AaBb x AaBb

F2 : 9 A-B- : ungu

3 A-bb : merah

3 aaB- : putih

1 aabb : putih
Rasio fenotif F2 ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4

c. Polimeri

Polimeri adalah suatu gejala di mana terdapat banyak gen bukan alel tetapi
mempengaruhi karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki ciri: makin banyak gen dominan,
maka sifat karakternya makin kuat. Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah
dengan gandum berkulit putih

P : gandum berkulit merah x gandum berkulit putih

M1M1M2M2 m1m1m2m2

F1 : M1m1M2m2 = merah muda

P2 : M1m1M2m2 x M1m1M2m2

F2 : 9 M1- M2 - : merah – merah tua sekali

3 M1- m2m2 : merah muda – merah tua

3 m1m1M2 - : merah muda – merah tua

1 m1m1m2m2 : putih

Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-sama
berpengaruh terhadap warna merah gandum.

Semakin banyak gen dominan, maka semakin merah warna gandum.

4M = merah tua sekali

3M = merah tua

2M = merah

M = merah muda

m = putih

Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih, diperoleh:

Rasio fenotif F2 merah : putih = 15 : 1

d. Gen Komplementer
Gen komplementer adalah gen yang saling berinteraksi dan saling melengkapi
sehingga memunculkan fenotip tertentu. Apabila ada salah satu gen tidak hadir maka
muncullah karakter fenotip tersebut terhambat. Contohnya pada bunga tanaman kacang.
Tanaman berbunga putih (CCpp) dengan tanaman berbunga putih (ccPP) menghasilkan
perbandingan fenotip

F2 = ungu : putih = 9 : 7.

e. Interaksi alel (Atavisme)

Interaksi alel merupakan suatu peristiwa di mana muncul suatu karakter akibat
interaksi antar gen dominan maupun antar gen resesif. Contoh: mengenai pial/jengger pada
ayam.

R-pp : pial Ros/Gerigi rrP- : pial Pea/Biji

R-P- : pial Walnut/Sumpel rrpp : pial Single/Bilah

P : Ros x Pea

R-pp rrP-

F1 : RrPp Walnut

P2 : RrPp X RrPp

F2 : 9 R-P- : Walnut

3 R-pp : Ros

3 rrP- : Pea

1 rrpp : Single

Pada contoh di atas ada 2 karakter baru muncul:

- Walnut : muncul karena interaksi 2 gen dominan

- Singel : muncul karena interaksi 2 gen resesif

Rasio fenotif F2 Walnut : Ros : Pea : Single = 9 : 3 : 3 : 1

2. Pautan Gen (Gen Linkage)


Pautan/Tautan Gen (gen linkage) adalah suatu keadaan di mana terdapat banyak gen
dalam satu kromosom. Pengertian ini biasanya mengacu pada kromosom tubuh (autosom).
Akibatnya bila kromosom memisah dari kromosom homolognya, gen-gen yang berpautan
tersebut selalu bersama.

Semisal suatu genotif AaBb mengalami pautan antargen dominan dan antar gen
resesif, maka A dan B terdapat dalam satu kromosom, sedangkan a dan b terdapat pada
kromosom homolognya. Bila terjadi pembelahan meiosis maka gamet yang terbentuk ada dua
macam, yaitu AB dan ab.

Ciri Pautan:

- semisal pada AaBb, gamet hanya 2 macam

- jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1

1. Pindah Silang (Crossing Over)

Pindah silang (crossing over) merupakan peristiwa pertukaran gen karena kromosom
homolog saling melilit saat meiosis. Misalkan suatu genotif AaBb mengalami pindah silang
saat pembelahan meiosis akan diperoleh gamet sebanyak empat macam, yaitu AB, ab, Ab, dan
aB.

Dua yang pertama (homogamet) disebut kombinasi parental (KP) yang merupakan
hasil peristiwa pautan, dan dua yang terakhir (heterogamet) disebut kombinasi baru (KB) atau
rekombinan (RK) yang merupakan hasil peristiwa pindah silang. Prosentase terbentuknya
kombinasi baru saat terjadi pindah silang disebut Nilai Pindah Silang (NPS) yang dapat
dihitung dengan rumus berikut:

Gambar 6 bersumber dari https://biologiterlengkap.blogspot.com/2013/12/pindah-silang-dan-nilai-


pindah-silang.html

Ciri Pindah silang:

- semisal pada AaBb, gamet 4 macam


- jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1 : 1 : 1

2. Gagal Berpisah (non-disjunction)

Gagal berpisah (non-disjunction) merupakan kegagalan kromosom homolog untuk


memisahkan diri saat pembelahan meiosis. Akibatnya terdapat gamet yang lebih atau kurang
jumlah kromosomnya.

Contohnya persilangan antara Drosophilla melanogaster dimana lalat betina


mengalami gagal berpisah. Lalat betina yang mengalami gagal berpisah membentuk tiga
macam kemungkinan gamet yaitu X, XX, dan 0. Bila lalat jantan yang mengalami gagal
berpisah kemungkinan gametnya adalah X, Y, XX, YY, dan 0.

P : XY x XX (gagal berpisah)

G : X X

Y XX

F : XX : betina normal

XY : jantan normal

XXX : betina super (biasanya mati)

XXY : betina (fertil)

XO : jantan (steril)

YO : jantan (lethal)

Gamet hasil gagal berpisah pada:

- betina : X, XX, 0

- jantan : X, Y, XX, YY, 0

5. Pautan Sexs

Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan di mana terdapat banyak gen
tertentu yang selalu terdapat pada kromosom sex. Adanya pautan sex menyebabkan suatu sifat
muncul hanya pada jenis kelamin tertentu. Ada dua jenis pautan sex, yaitu pautan X dan
pautan Y.

Contoh: persilangan antara lalat Drosophilla melanogaster bermata merah dan putih.

P: jantan mata putih X betina mata merah

XmY XMXM

F1 : XMY : jantan mata merah

XMXm : betina mata merah

P2 : XMY >< XMXm

F2 : XMY : jantan mata merah

XmY : jantan mata putih

XMXM : betina mata merah

XMXm : betina mata merah

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa gen yang menyebabkan warna mata pada lalat
terdapat pada kromosom X. Mata merah disebabkan gen dominan M, dan mata putih
disebabkan gen resesif m. Hasil persilangan pada F, induk jantan yang bermata putih
mewariskan gen m pada anak betina, sedangkan induk betina yang bermata merah
mewariskan gen M pada anak jantan.

D. Perkembangan Hukum Mendel7

Setelah ditemukannya hukum Mendel, banyak ahli yang melakukan penelitian


untuk mengembangkan hukum mendel, diantaranya:

1. Bateson & Punnet (1861-1926)


Pada tahun 1907 melakukan percobaan pada ayam untuk membuktikan apakah
percobaan Mendel berlaku pada hewan. Mereka menemukan adanya sifat-sifat yang

7
Sejarah Perkembangan Genetika, https://www.e-jurnal.com/2013/09/sejarah-
perkembangan-genetika.html?m=1 diakses pada 20 September pukul 21.34 WIB
menyimpang dari matematika Mendel. Selain itu juga menemukan adanya interaksi
antara gen dalam menumbuhkan suatu variasi.
2. Van Beneden & Boeveri
Mengatakan bahwa kromosom dalam nucleus merupakan pembawa bahan genetis.
3. Flemming & Roux, mengamati proses pembelahan sel somatic yang kemudian diberi
nama mitosis dan miosis.
4. Weissmann, mengatakan bahwa kromosom dalam nucleus merupakan pembawa bahan
genetis.
5. Sutton, mengumumkan adanya kesejajaran antara tingkah laku kromosom ketika sel
sedang membelah dengan segregasi bahan genetis penemuan Mendel.
6. Morgan, mengatakan gen merupakan unit terkecil bahan genetis, (istilah gen
diperkenalkan oleh Johansen) dan gen terdapat banyak dalam satu kromosom, dengan
kata lain gen-gen berangkai. Bahan genetis tidak baku, dapat mengalami perubahan.
Perubahan genetis yang bukan karena hybrid disebut mutasi.
7. Garrod (1909), menemukan banyak penyakit bawaan disebabkan keabnormalan
kegiatan enzim itu diproduksi oleh gen.
8. Ingram (1956), mengatakan terdapat perbedaan hemoglobin normal dengan abnormal
yang penyebabnya adalah karena terdapat perbedaan pada urut-urutan asam-asam
amino dalam molekul globinnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya mutasi.
9. Muller (1927) & Auerbach (1926), dalam penelitiannya melihat bahwa mutasi dapat
terjadi dangan cara buatan (induksi).
10. Watson & Crick (1953) – Wilkins (1961), mengatakan susunan molekul gen adalah
ADN.
11. Nirenberg (1961), menyusun kode genetis yang menentukan urut-urutan asam amino
dalam sintesa protein, dan mengetahui gen bekerja menumbuhkan suatu karakter lewat
sintesis protein dalam tubuh.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada dekade kedua dari abad ke-19 setelah
Gregor Johann Mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan
persilangan yang dibuatnya pada tanaman ercis/kapri (Pisum sativum). Penemuan itu
menghantarkan Mendel mencapai kemashurannya sehingga ia dinyatakan sebagai Bapak
Genetika.

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme
yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya “Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua bagian yaitu :

1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel yang dikenal sebagai hukum


Pertama Mendel.
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel yang
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Dari percobaan yang dilakukan oleh Mendel, ada berbagai macam penyimpangan
seperti penyimpangan semu, pautan gen, gagal berpisah dan lain sebagainnya. Oleh karena itu
genetika terus berkembang dengan percobaan penelitian ahli-ahli lainnya setelah
ditemukannya hukum genetika oleh Mendel. Ahli-ahli tersebut seperti Muller (1927) &
Auerbach (1926), Watson & Crick (1953) – Wilkins (1961), Nirenberg (1961) dan lain
sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Suryo., 1996, Genetika, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Rektorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru

https://www.e-jurnal.com/2013/09/sejarah-perkembangan-genetika.html?m=1

https://www.pintarbiologi.com/2012/02/biografi-gregor-mendel-bapak-pendiri.html
http://bangharri.blogspot.com/2012/02/mengenal-berbagai-simbol-genderjenis.html

https://biologyeducationforcampus.wordpress.com/2016/06/14/prinsip-hukum-mendel-1-2/

http://bionomipa.blogspot.com/2015/04/indikator-32-persilangan-berdasarkan_6.html

https://www.ahlipengertian.com/hukum-mendel/

http://froozehold.blogspot.com/2010/12/hukum-mendel-dan-penyimpangan-hukum.html?m=1

https://biologiterlengkap.blogspot.com/2013/12/pindah-silang-dan-nilai-pindah-silang.html

Anda mungkin juga menyukai