Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.

2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) D-317

Analisis Six Sigma pada Produk Casing Pompa Tipe


X di PT. Zenith Allmart Precisindo sebagai Metode
Perbaikan Kualitas Produk
Nanda Praba Pramudita dan Haryono
Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: haryono@statistika.its.ac.id

Abstrak—Salah satu perusahaan yang bergerak keliatan, dan kemampuan khusus lainnya tetap baik. Unsur-
dibidang manufaktur baja adalah PT. Zenith Allmart unsur tersebut antara lain: Mangaan (Mn), Chromium (Cr),
Precisindo (ZAP). Namun pada proses produksi casing Molybdenum (Mo), Nikel (Ni) dan tembaga (Cu). Tetapi
pompa Tipe X terjadi reject yang melebihi batasan proporsional pertambahan kekuatannya tidak sebesar karbon.
perusahaan. Reject pada bulan Februari mencapai 3,2% Pertambahan kekuatannya semata –mata karena unsur tersebut
(level sigma 3,35). Padahal batasan reject hanya 2% (level memperbaiki struktur mikro baja [1].
Sigma 3,55). Selain itu sistem pengukuran visual masih Data dari Bereau of Resources and Energy Economics,
belum diketahui kapabilitasnya. Penelitian ini bertujuan World Steel menunjukkan kebutuhan baja dunia surplus 21
menganalisis kapabilitas proses produksi serta level juta ton dari total produksi sebesar 1,6 miliar ton pada 2013.
sigmanya dan kapabilitas sistem pengukuran menggunakan Sementara itu, China sebagai produsen baja terbesar di dunia
metode six sigma yang didalamnya terdapat metode kappa dengan total produksi 775 harus menelan pil pahit dengan
statistik. Setelah dilakukan analisis terhadap data inspeksi surplus produksi sebesar 46 juta ton pada tahun yang sama.
visual terhadap produk pada Maret dan April 2015 diperoleh Berdasarkan data Indonesia Iron and Steel Asosiation (IISIA)
hasil bahwa sistem pengukuran inspeksi visual di PT. ZAP menunjukan produksi baja nasional 6 juta ton pada 2014 dari
sudah kapabel untuk masing-masing hasil within appraiser total kapasitas 9 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan
dan between appraiser. Hal ini menandakan bahwa sistem nasional mencapai 13 juta ton per tahun, sehingga sisanya
pengukuran visual tidak memerlukan perbaikan. Level
sebesar 55% kebutuhan baja nasional dipenuhi oleh produk
Sigma dari proses produksi pompa casing tipe x secara
impor. Hal ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
keseluruhan di PT ZAP adalah 3,65 yang artinya terdapat
15647 produk cacat dari 1 juta produksi casing pompa tipe yaitu pada tahun 2013 Indonesia mengimpor 8,19 juta ton baja
x. Jenis defect bocor menjadi jenis defect yang paling sering atau sama dengan 65% dari total kebutuhan baja di Indonesia
dijumpai di dalam area produksi Dipping. Area produksi sebesar 12,69 juta ton [2].
tersebut memiliki level sigma terkecil yaitu hanya 3.25. Hal- Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur
hal yang paling berpengaruh terhadap jenis defect bocor baja adalah PT. Zenith Allmart Precisindo (ZAP) yang
adalah cetakan keramik kurang tebal dan bahan campuran beralamat di Krian, Sidoarjo, Jawa Timur. PT. ZAP
yang kurang sesuai dengan spesifikasi. memproduksi berbagai sparepart mesin kendaraan, pompaa
air, kaliber, dan sebagainya. Meskipun sebagaian besar produk
Kata Kunci—casing pompa tipe x, Six Sigma, PT ZAP, yang dihasilkan PT. ZAP diekspor ke luar negeri, ternyata
kapabilitas sistem pengukuran, reject, kapabilitas proses proses produksinya masih banyak menggunakan tenaga kerja
produksi, inspeksi visual manusia daripada mesin produksi otomatis. Mereka (operator,
quality controller (QC), inspektor) bekerja dalam 2 tim
berbeda, dan dalam 1 hari terdiri dari 2 shift dengan masing-
I. PENDAHULUAN masing 10 jam kerja.
aja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur Namun pada proses produksi casing pompa Tipe X terjadi
B karbon (C) maksimal sampai dengan kadar 1.67%.
Apabila kadar unsur karbon (C) lebih dari 1.67% maka
reject yang melebihi batasan perusahaan. Reject pada bulan
Februari mencapau 3,2% (level sigma 3,35). Padahal batasan
material tersebut biasanya disebut sebagai besi cor (Cast Iron). reject hanya 2% (level Sigma 3,55). Di sisi lain sistem
Makin tinggi kadar karbon dalam baja akan mengakibatkan pengukuran visual masih belum diketahui kapabilitasnya.
kuat leleh dan kuat tarik baja akan naik sedangkan keliatan Penelitian ini bertujuan menganalisis kapabelitas proses
(elongasi) baja berkurang sehingga akan mengakibatkan produksi serta level sigmanya dan kapabelitas sistem
semakin sukar dilas. Penambahan unsur-unsur ini pengukuran menggunakan metode six sigma yang didalamnya
dikombinasikan dengan proses heat treatment akan terdapat metode kappa statistik. Pada kasus yang terjadi di PT.
menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi, tetapi keuletan dan ZAP, dilakukan pengamatan banyaknya produk reject yang
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) D-318

terjadi pada bulan Maret dan April 2015. Dengan H1 : pengelompokan penilaian sesuai (κj > 0)
menggunakan analisis serupa untuk data atribut, digunakan dengan statistik uji:
metode Six Sigma untuk memberikan saran perbaikan proses ˆ j ˆ j
kepada perusahaan, sehingga diharapkan jumlah produk reject Z  (3)
se0 (ˆ j ) 2
akan berkurang dan level sigma meningkat.
nm(m  1)
Tolak H0 jika Z > Zα..
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Six Sigma 3. Fase Analyze
Six sigma adalah level kinerja proses yang mampu Pada fase ini dilakukan perhitunga kapabilitas proses serta
memproduksi 3,4 produk cacat dalam 1 juta produk. Metode level sigma kemudian menggunakan peta p, diagram pareto
yang umumnya digunakan yaitu define, measure, analyze, serta diagram ishikawa untuk mengetahui penyebab cacat.
improve, & control (DMAIC) [4]. Ukuran kapabilitas data atribut yaitu sebagai berikut,
1. Fase Define Equivalent Z MIN . LT Z ( p)
Equivalent PPK% =  (4)
Di fase define, didefinisikan permasalahan, konsumen & 3 3
CTQ, pemetaan proses, lingkup penelitian, & membuat ppmTOTAL. LT  p 10 6 (5)
project charter. CTQ didapatkan dari voice of customer
dimana p ialah proporsi reject tiap subgroup dan Z ( p) adalah
(VOC) pada supplier, input, process, output, and customer
(SIPOC) [5]. inverse cumulative distribution function distribusi normal
2. Fase Measure standar dengan peluang p . Semakin kecil Equivalent PPK%
Pada fase measure dilakukan measurement system analysis berarti kondisi buruk untuk kapabilitas proses [9].
(MSA), mengumpulkan data, membuat capability analysis, & Level sigma dicari menggunakan rumus berikut [10],
analisis sigma proses. Pada MSA diukur repeatability (variasi  1.000.000  DPMO 
karena gauge/alat ukur) dan reproducibility (variasi karena Level sigma = Z    1,5 (6)
 1.000.000 
karyawan yang berbeda) [6].
Jika dari penilaian QC/appraiser dihasilkan data atribut, dengan DPMO  DPO 1.000.000 (7)
digunakan attribute agreement analysis [7]. Beberapa QC jumlah produk reject
DPO  (8)
menginspeksi kondisi (reject atau good) beberapa bagian dari jumlah produk yang diamati  DO
suatu produk. Inspeksi dilakukan berulang-ulang pada produk dimana DO (defect opportunities) adalah CTQ.
yang sama. Hasil dari inspeksi masing-masing saling Di fase analyze, diterapkan alat analisis dalam bentuk grafik
bandingkan (reproducibility), dan dibandingkan dengan (Pareto chart dan fishbone diagram) dan identifikasi sumber
penilaiannya sendiri dalam beberapa kali pengulangannya variance [4], serta dilihat peta kendali prosesnya (peta kendali
(repeatability) [5]. Reproducibility adalah untuk mengukur p). Estimasi rata-rata proses peta kendali p sebagai berikut.
variasi yang diakibatkan oleh operator yang berbeda k

menggunakan alat ukur yang sama. Sedangkan repeatability  (np) i


(9)
mengukur variasi yag diakibatkan oleh operator mengulangi pˆ i  p  i 1
k
penguuran. n i
Kappa (  ) adalah ukuran untuk kesepakatan/pengelom- i 1

pokan penilaian dengan harapannya [8]. dimana np ialah jumlah produk reject tiap subgrup dan n ialah
n ukuran subgrup. Jika ukuran subgrup berbeda, maka batas
 x (m  x ij ij
) kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL) pada peta p
κˆ j  1  i 1 juga berbeda-beda pada setiap subgrup [11].
(1)
nm(m  1 )p j q j BKBi  p  3
p (1  p) (10)
ni

k
dengan xij  m (2)
i 1
p (1  p) (11)
dimana: BKAi  p  3
ni
xij : banyaknya penilaian di titik pengamatan ke-i (i=1,2,…,n)
yang dikelompokkan ke dalam kategori ke-j (j=1,2,…,k)
m : banyaknya penilaian tiap titik pengamatan III. METODOLOGI PENELITIAN
n : banyaknya titik pengamatan
A. Data Penelitian
p j : proporsi banyaknya penilaian secara keseluruhan yang
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini terdapat 2
dikelompokkan ke dalam kategori j ( p j  1  q j )
kelompok data utama. Kedua kelompok data yang akan
Jika κ < 0,7, sistem penilaian perlu perbaikan dan jika κ > 0,9, digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh di PT ZAP
sistem penilaian baik [8]. Hipotesis yag digunakan yaitu mengenai cacat produk casing pompa tipe X. Kelompok data
H0 : pengelompokan penilaian tidak sesuai (κj = 0) pertama tentang hasil inspeksi visual pada 3 produk reject oleh
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) D-319

Inspektor QC. Kelompok data kedua tentang jumlah produk Tabel 1. Project charter analisis Six Sigma
casing pompa tipe X yang reject pada proses produksi Institusi : Nama Penelitian :
Jurusan Statistika FMIPA Analisis Six Sigma Pada Produk
assembly, dipping dan pouring berdasarkan variabel CTQ
Institut Teknologi Sepuluh Casing pompa Tipe X di PT. Zenith
yaitu bocor, coldshut, inklusi keramik , kurang cairan , patah Nopember Surabaya Allmart Precisindo Sebagai metode
terbentur , patah tidak kuat , porosity, keramik jatuh, salah perbaikan Kualitas Produk
komposisi kimia , dan penetrasi logam oleh QC pada bulan Mulai Penelitian : Februari Peneliti :
Maret dan April 2015 dengan subgrup adalah hari dan data 2015 Nanda Praba Pramudita
yang digunakan merupakan adalah total dari produksi pada Selesai Penelitian : Inspektor :
hari tersebut sejumlah 50 hari. Juni 2015 Diksa Christyan H.A.
Pembimbing : Drs. Haryono, MSIE
Permasalahan :
B. Diagram Alir Analisis Pada bulan Februari 2015 produk casing pompa mengalami reject
yang cukup besar yaitu 3,2% (Level Sigma 3,35). Padahal
Langkah analisis dalam penelitian ini disajikan dalam perusahaan menetapkan target mak-simal reject produk casing
diagram pada Gambar 1 berikut. pompa adalah 2% perbulan(Level Sigma 3,55). Hal ini
mengindikasikan adanya gap sebesar 1,2%.
Tujuan dan Lingkup Penelitian :
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menghitung kapabilitas dan level
sigma produksi casing pompa. Kemudian menentukan area mana
yang perlu dianalisis lebih lanjut. Kemudian menentukan jenis
defect yang paling banyak pada area tersebut sehingga nantinya akan
diketahui apa saja penyebab jenis defecti tersebut. Lingkup
penelitian ini adalah pada kualitas produk, dan tidak menghitung
biaya produksi.
Sedangkan Gambar 2 berikut adalah diagram SIPOC
(Supplier, Input, Process, Output, Customer) casing pompa
tipe x. Diagram SIPOC ini disusun dari diagram proses
produksi. Data yang digunkan pada penelitian ini diambil dari
proses produksi yang menghasilkan cacat yaitu pada proses
assembly, dipping dan pouring.

Gambar. 2. SIPOC diagram

2. Fase Measure
Pada fase measure dilakukan attribute agreement analysis.
Tiga QC (Basuki, Suwito dan Tantowi,) melakukan inspeksi
visual 30 titik pengamatan pada 3 casing pompa. Semua QC
memberikan penilaian good (0) atau reject (1) secara
Gambar. 1. Diagram Alir penelitian
bergantian & dengan pengulangan 3 kali.
Seorang inspektor perusahaan telah menyiapkan kunci
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN jawaban (known standard) untuk setiap titik pengamatan.
Gambar 3 merupakan hasil analisis attribute agreement
A. Analisis Six Sigma analysis. Pada bagian within appraisers, hasil inspeksi Basuki
1. Fase Define paling konsisten dari 3 kali pengulangan, diikuti Suwito dan
Pada fase define dilakukan pembuatan project charter, peta Tantowi . Grafik ketepatan hasil inspeksi QC terhadap known
proses, dan menentukan CTQ. Project charter disajikan pada standard, menunjukkan hasil inspeksi Basuki 100% sama
Tabel 1. Selanjutnya adalah membuat peta proses produksi dengan known standard, sedangkan Suwito dan Tantowi
yang ditunjukkan pada Gambar 2. SIPOC diagram untuk 96,7%,.
menentukan CTQ ditunjukkan pada Gambar 3. QC Pada Tabel 2, nilai κ Basuki untuk respon good & respon
menentukan CTQ, yaitu: bocor, cold shut, inklusi keramik, reject masing-masing 1,00. Ini menunjukkan konsistensi
kurang cairan, patah terbentur, patah tidak kuat, porosity, sempurna & sistem penilaian sudah baik.
keramik jatuh, salah komposisi kimia, dan penetrasi logam.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) D-320

Within Appraisers Appraiser vs Standard inklusi keramik, dan penetrasi logam. CTQ yang penyebabnya
100 95,0% C I
P ercent
100 95,0% C I
P ercent
berasal dari area pouring adalah cold shut, kurang cairan,
patah terbentur, porosity, keramik terjatuh, dan salah
95 95
komposisi kimia.
Tabel 4.
Percent

Percent
Analisis kapabilitas dan sigma proses produksi casing pompaa
90 90
Area %
Equivalent PPK 𝑝𝑝𝑚𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿,𝐿𝑇
Proses
85 85 Asembly 0,008826 0,79095 8825,88
Dipping 0,155403 0,33784 155403,99
Basuki Suwito Tantowi Basuki Suwito Tantowi Pouring 0,047882 0,55525 47881,74
Appraiser Appraiser
Overall 0,212110 0,26637 212110,62
Gambar. 3. Grafik assessment agreement
Pada tabel 4 bisa diketahui seberapa kapabilitas proses
Sedangkan nilai κ untuk respon 0 dan 1 inspektor lainnya
adalah 0,98 & 0,98 untuk Suwito dan 0,95 & 0,95 untuk
%
produksi dengan nilai dari Equivalent PPK dan 𝑝𝑝𝑚𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿, .
Tantowi, dikatakan sudah konsisten sempurna dan sistem Secara keseluruhan (Overall) proses produksi casing pompa
penilaian sudah baik. Jadi tidak perlu mendapatkan pelatihan tipe x memiliki kapabilitas yang rendah karena nilai
inspeksi visual produk. %
Equivalent PPK hanya 0,26637dan 𝑝𝑝𝑚𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿,𝐿𝑇 sebesar
Tabel 2.
Hasil attribute agreement analysis (within appraiser)
212110,62. Area yang paling kapabel adalah area proses
%
Inspektor Standard Assembly dengan nilai Equivalent PPK sebesar 0,79095. Hal
Respon Z
QC Error ini berarti pada proses Assembly menyebabkan paling sedikit
0 1 0,105 9,49 cacat dibandingkan dengan area lain. Berikutnya adalah
Basuki 1
1 1 0,105 9,49 analisis sigma proses untuk mengetahui level sigma dari
0 0,98 0,105 9,25 proses produksi.
Suwito 0,98
1 0,98 0,105 9,25 Tabel 5.
0 0,95 0,105 8,99 Hasil attribute agreement analysis (between appraisers)
Tantowi 0,95 Area Proses DO DPO DPMO Level Sigma
1 0,95 0,105 8,99
Asembly 1 0,00642 6417,26 3,98833
Dipping 3 0,03973 39732,39 3,25380
Untuk Basuki respon good (0) dengan hipotesis alternatif: κ0 >
Pouring 6 0,00514 5142,91 4,06607
0 (pengelompokan hasil inspeksi Basuki untuk respon good
Overall 10 0,01565 15647,19 3,65331
setiap kali pengulangan sesuai), didapatkan Z > Z0,05 = 1,65
maka tolak H0. Analisis serupa untuk QC lain dengan respon Dari 5 Level sigma terbesar diperoleh pada area pouring
masing-masing, sehingga disimpulkan bahwa pengelompokan dengan level sigma mencapai 4,06607 yang berarti dari satu
hasil inspeksi masing-masing respon setiap kali pengulangan juta produk yang diproduksi hanya ditemukan 5142 produk
yang dilakukan oleh setiap QC telah sesuai. Ini menunjukkan reject. Sedangkan secara keseluruhan proses produksi casing
repeatability sistem pengukuran sudah bagus. Bagian Between pompa tipe x mendapatkan level sigma sebesar 3,65331. Hal
Appraisers mengukur reproducibility. tersebut berarti dari satu juta proses produksi hanya ditemukan
Tabel 3. reject sebanyak 15647 buah. Sedangkan untuk proses dengan
Hasil attribute agreement analysis (between appraisers) level sigma terendah adalah pada area dipping dengan level
Respon Standard Error Z sigma hanya 3,25. Sehingga jumlah ditemukannya produk
0 0,9539 0,0304 31,35 reject adalah sebanyak 39732 dari satu juta produk. Oleh
1 0,9539 0,0304 31,35 kerena itu maka selanjutnya pembahasan akan lebih
Nilai κ = 0,954 menunjukkan sistem pengukuran sudah difokuskan untuk area dipping karena memiliki level sigma
konsisten sempurna & sudah baik. Nilai Z = 31,35 > Z0,05 = terendah diantara area produksi yang diamati.
1,65 maka tolak H0, jadi pengelompokan hasil inspeksi untuk Pada fase analyze, dibuat diagram pareto dari CTQ di
respon good dan respon reject oleh semua QC telah sesuai. Ini dipping. Pada Gambar 4 disajikan diagram pareto utuk jenis
berarti reproducibility sistem pengukuran sudah bagus. cacat di area dippig.
Berdasarkan kedua hasil analisis tersebut, diketahui
repeatability dan reproducibility sistem pengukuran sudah
bagus. Semua QC dianggap telah ahli dalam inspeksi visual
produk casing pompaa. Dengan demikian, data hasil inspeksi
visual oleh QC selanjutnya dapat dijamin kevalidannya.
Ada 3 area produksi yang dilakukan analisis kapabilitas &
sigma proses, yaitu assembly, dipping, & pouring. Di ketiga
area ini sering dijumpai produk reject. CTQ yang
penyebabnya berasal dari area assembly adalah patah tidak
kuat, sedangkan yang berasal dari area dipping adalah bocor,
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) D-321

Sedangkan Tim B terdapat 4 cetakan yang bocor dari 10


900
100 cetakan yang dibuat..
800 0,8 1

700 80 0,7

600 0,6
frekuensi

60

Percent
500 0,5

Proportion
1
400 0,4
40
300 0,3 1
11 1
1
200 0,2 1 UCL=0,1905
20
_
100 0,1 P=0,1004

0,0 1 1 LCL=0,0102
0 0 1
defect Bocor Inklusi Keramik Other
frekuensi 735 110 28 et et et et et il r il r il r il r il
ar ar ar ar ar A pr Ap Ap Ap Ap
Percent 84,2 12,6 3,2 M M M M M
02 07 13 21 26 02 08 14 20 25
Cum % 84,2 96,8 100,0
Tanggal
Gambar. 4. Pareto chart yang disebabkan pada dipping Tests performed with unequal sample sizes
Gambar. 6. Peta kendali p proses dipping
Sebagian besar reject pada area dipping disebabkan oleh
defect jenis bocor dengan jumlah 735. Jumlah tersebut setara Pada gambar 6 terlihat proporsi cacat produk tersebut
84,2% dari keseluruhan jumlah defect yang ditemukan di area sebesar 0,1004. Selanjutnya titik yang out of control
dipping. Melihat diagram pareto tersebut selanjutnya dikeluarkan sehingga akan didapatkan peta kendali baru.
pembahasan akan lebih memfokuskan pada jenis defect bocor Ddiketahui juga ada 8 titik yang out of control out of control
pada proses dipping maka defect jenis ini dianalisis lebih dan perlu dikeluarkan. Namun dalam pembauatan peta kendali
lanjut dengan peta kendali p dan fishbone diagram. yang baru setelah titik tersebut dikeluarkan mengahasilkan
titik out of control yang baru. Hal tersebut dilakukan beberapa
kali sehingga akhirnya didapatkan peta kendali yang tidak
terdapat titik out of control.
0,25

0,20

0,15
Proportion

UCL=0,1360

0,10
_
P=0,0631
0,05
Gambar. 5. Pie Chart jenis bocor
Bocor produk adalah bocor yang terjadi pada cetakan 0,00 LCL=0

keramik bagian produk. Sedangkan bocor gating adalah bocor et et et et et et r il r il r il pr


il
pr
il
ar ar ar ar ar ar Ap Ap Ap A A
M M M M M M
yang terdapat pada bagian selain produk yaitu bagian tangkai 03 06 10 17 22 28 02 11 15 20 29
Tanggal
dan saluran masuk cairan. Jumlah bocor produk mencapai 447
Tests performed with unequal sample sizes
(61%) sedangkan untuk bocor gating sebesar 288 (39%). Gambar. 7. Peta kendali p proses dipping (revisi)
Jumlah bocor produk yang mencapai 1,5 kali lipat dari bocor
gating. Pada gambar 6 terlihat proporsi defect bocor produk
Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa peta kendali masih tersebut sebesar 0,1004. Sedangkan pada gambar 7 hanya
belum terkendali dngan rata-rata proporsi terdapat defect 0,0631. Jadi proporsi defect bocor akan turun sebesar 4%
sebesar 0,1004. Ada titik yang berada di atas batas kendali apabila perusahaan mampu mengendalikan jenis defect bocor.
atas dan diantaranya terdapat 2 titik yang sangat berbeda dari Gambar 6 menjelaskan penyebab bocor berdasarkan diskusi
yang lain. Titik tersebut memiliki nilai yang sangat tinggi dengan inspektor. Dari beberapa penyebab bocor, penyebab
yaitu 0,75 pada tanggal 13 Maret dan 0,424 pada 24 April. utamanya yaitu cetakan keramik kurang tebal dan
Pada tanggal 13 Maret besarnya proporsi ditemukannya pelapisan/penambalan cetakan keramik tidak merata
defect bocor disebabkan oleh Tim A yang belum baik dalam ketebalannya.
membuat cetakan sehingga dari 8 cetakan keramik yang dibuat Faktor yang menyebabkan bocor juga berasal dari material
terjadi kebocoran pada 6 cetakan keramik. Pada tanggal 13 yang tidak sesuai spesifikasi. Pada pembuatan cetakan
Maret tersbut produksi dalam sehari hanya 8 buah dan keramik terdapat berbagai bahan komposisi. Pada lapisan
semuanya diproduksi oleh Tim A. pertama terdapat campuran zircon sand dan zircon flour.
Pada tanggal 24 April masing-masing tim memproduksi Sedangkan pada lapisan ke dua terdapat campuran dari mullite
barang yang kurang memenuhi spsifikasi sehingga terjadi sand dan mullite flour. Untuk sebagai bahan merekatkan
kebocoran. Pada tanggal tersebut dari Tim A terdapat 15 bahan-bahan tersebut digunakan colloidal silica
cetakan keramik yang bocor dari produksi 23 cetakan.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) D-322

Materi Man Saran atau rekomendasi kepada perusahaan adalah


al dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi bahan baku
Pembuatan lilin tidak
Zirkon sand dan rapi (ada profil tajam)
keramik, training ISO 9001:2008, serta sosialalisasi proyek
zirkon flour kurang
Penambalan cetakan Six Sigma.
bercampur dengan
Colloidal silika baik
keramik kurang tebal Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar membuat
kurang bisa Pelapisan cetakan
merekatkan dengan keramik tidak merata penjadwlan yang baik dan memeperhatikan waktu penelitian
baik
Mullite sand dan agar siklus DMAIC mampu dilakukan secara keseluruhan.
tidak hati-hati saat
mullite flour urang
ambil cetakan Operator Assembly
bisa bercampur
keramik yang belum terlatih
dengan baik
Cacat UCAPAN TERIMA KASIH
Bocor
Penulis menyampaikan terima kasih kepada PT. ZAP atas
Cetakan
keramik kurang kesediaannya membantu penelitian tentang Six Sigma ini.
Area pouring yang tebal Kondisi mesin
kurang rapi pouring yang sulit
Temperatur pouring diperkirakan
terlalu tinggi temperaturnya DAFTAR PUSTAKA

Environme Method Machine [1] SteelIndonesia, "Komposisi Kimia Baja," 2014. [Online].
nt s
Gambar. 6. Fishbone diagram
s
penyebab bocor Available: http://steelindonesia.com/article/01-
. komposisi_kimia_baja.htm. [Accessed 24 February
Ketepatan spesifikasi dari bahan-bahan tersebut juga sangat 2015].
penting. Apabila bahan-bahan campuran tidak sesuai dengan [2] Kementrian Perindustrian, "Permintaan Baja Nasional
spesifikasi maka campuran tidak bisa merekat dengan kuat. Capai 15 Juta Ton," 2015. [Online]. Available:
Begitu juga apabila bahan pengikatnya yaitu colloidal silica http://www.kemenperin.go.id/artikel/10836/Baja-
tidak sesuai maka campurannya pun tdak bisa merekat dengan Indonesia-Berharap-Arena-Bertarung-Seimbang.
baik. Sehingga campuran pada lapisan pertama dan kedua bisa [Accessed 24 February 2015].
menghasilkan cetakan yang bagus apabila bisa bercampur [3] Walpole, Pengantar Statistika, Jakarta: Gramedia Pustaka
dengan baik. Utama, 1995.
[4] D. H. Stamatis, Six Sigma and Beyond. Vol: 3.
Foundations of Excellent Performance, Boca Raton,
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Florida: St. Lucia Press, 2002.
Sistem pengukuran inspeksi visual di PT. ZAP sudah baik [5] S. Hamza, "Design Process Improvement through the
untuk masing-masing hasil within appraiser dan between DMAIC Six Sigma Approach: A Case Study from the
appraiser. Untuk hasil within appraiser nilai tertinggi Middle East," Int. J. Six Sigma and Competitive
didapatkan oleh inspektor Basui dengan nilai Kappa sempurna Advantage, vol. Vol. 4 No. 1, pp. 35-47, 2008.
yaitu 1. Sedangkan untuk hasil between appraiser juga sudah
sangat baik dengan nilai Kappa 0,9539. Hal ini menandakan [6] Q. Brook, Six Sigma and MINITAB–A Tool Box Guide
bahwa sistem pengukuran visual tidak memerlukan perbaikan. for Managers, Black Belts, and Green Belts, London:
Kapabilitas produksi casing pompa tipe x di PT ZAP QSB Consulting Ltd, 2004.
masih cukup rendah dengan nilai Equivalent PPK %
hanya [7] H. P. Rakasiwi, Analisis Six Sigma pada Produk Casing
Pompaa sebagai Metode Perbaikan Kualitas (Studi Kasus
0,26637dan 𝑝𝑝𝑚𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿, sebesar 212110,62. Area yang paling
: Pt. Zenith Allmart Precisindo), Surabaya: ITS, 2014.
kapabel adalah area proses Assembly dengan nilai
%
Equivalent PPK sebesar 0,79095. [8] J. L. Fleiss, B. Levin and M. C. Paik, Statistical Methods
for Rates and Proportions, 3rd ed., Hoboken: NJ: John
Level Sigma dari PT ZAP adalah 3,653 yang artinya Wiley & Sons, Inc, 2003.
terdapat 15647 produk cacat dari 1 juta produksi casing
pompa tipe x. Level sigma terbesar diperoleh pada area [9] D. R. Bothe, Measuring Process Capability: Techniques
pouring dengan level sigma mencapai 4,06607 yang berarti and Calculations for Quality and Manufacturing
dari satu juta produk yang diproduksi hanya ditemukan 5142 Engineers, New York: McGraw-Hill, 1997.
produk reject. level sigma terendah adalah pada area dipping [10] J. R. Evans and W. M. Lindsay, An Introduction to six
dengan level sigma hanya 3,25 sigma & process improvement, Jakarta: Salemba Empat,
Jenis defect bocor menjadi jenis defect yang paling sering 2007.
dijumpai di dalam area produksi Dipping. Area produksi [11] D. C. Montgomery, Introduction to Statistical Quality
tersebut memiliki level sigma terkecil yaitu hanya 3.25. Hal- Control (5th ed), Hoboken: NJ : John Wiley & Sons,
hal yang paling berpengaruh terhadap jenis defect bocor 2005.
adalah cetakan keramik kurang tebal dan pelapisan cetakan
keramik tidak merata ketebalannya. Selain itu penyebab
utamanya adalah bahan campuran pada lapisan keramik tidak
sesuai dengan spesifikasi sehingga tidak merekat dengan kuat.

Anda mungkin juga menyukai