Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI PENGELOLAHAN

LIMBAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
Achmad Fareszy Pratama (061740421552)
Amalia Adriatna Putri (061740421552)
Anhar (061740421552)
Dadang S Manaf (061740421552)
Dytha Florenza (061740421552)
Indriani (061740421552)
Ratu Aqso Has (061740421552)
Sari Rizky Amelia (061740421552)
Umi Nopitasari (061740421552)

DOSEN PEMBIMBING : HILWATULISAN, S.T., M.T

DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
Daftar isi

PENGUKURAN PARAMETER AIR LIMBAH......................................................................3

PENENTUAN KONDISI PENGENDAPAN OPTIMUM DARI KOAGULASI –


FLOKULASI............................................................................................................................ 15

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN ION EXCHANGE..........23

PENJERNIHAN MINYAK JELANTAH................................................................................ 38

2
PENGUKURAN PARAMETER AIR LIMBAH

I. TUJUAN
- Menentukan kadar kandungan COD pada sampel air limbah artificial bekas cucian
-Menguji karakteristik air ( pH, TDS, DO, Kekeruhan) pada limbah air rumah tangga

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan :
-Cyberscan water Proof -Neraca Analitik
-Turbidity -Hot Plate
-Erlenmeyer -Spatula
-Biuret -Kaca Arloji
-Pipet Ukur -pH Meter
-Bola Karet -Gelas Kimia
-Labu takar -Gelas Ukur

2.2 Bahan Yang Digunakan :


-Air Limbah
-KmnO4
-H2SO4
-H2C2O4

III. DASAR TEORI


Limbah domestik atau limbah rumah tangga terdiri dari pembuangan air kotor
dari kamar mandi, kakus dan dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan campuran dari zat-
zat bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar
dan kecil, benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larrutan dalam keadaan terapung dan
dalam bentuk koloid dan setengah koloid (Martopo, 1987). Menurut keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.12 Tahun 2003 yang dimaksud dengan limbah domestik adalah
air limbah yang berasal dari usaha dan kegiatan permukiman, rumah makan,
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Parameter air limbah rumah tangga
terdiri dari suhu, kekeruhan dan padatan tersuspesi. Sedangkan untuk parameter kimia

3
air limbah domestik terdiri dari nilai pH, DHL( daya hantar listrik). BOD(Biological
Oxygen Demand) dan COD ( Chemical Oxygen Demand).
DO, BOD dan COD
Do adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan
absorbsi atau udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh makhluk dalam air. Oksigen terlarut atau juga sering disebut
dengan kebutuhan oksigen merupakan ssalah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air ( Fioca, 2009). Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam
air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.
Dapat diketahui dengan menggunakan uji BOD dan COD.
BOD atau kebutuhan oksigen biologi, untuk memecah (mendegradasi) bahan
buangan di dalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini buangan organik akan
dioksidasi oleh mikroorganisme di dalam air limbah , proses ini adalah alamiah yang
mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang vukup. Sedangkan
COD atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air,
dalam hal ini buangan akan dioksidasi oleh bahan kimia yang di gunakan sebagai
sumber oksigen oxiding agent.

TEORI TAMBAHAN
Parameter fisika, kimia dan biologi perairan dapat menjadi ciri pembeda
beberapa macam ekosistem perairan. Perbedaan pada ciri tersebut erat kaitannya dengan
interaksi yang terjadi pada suatu ekosistem perairan.
1. Suhu
Suhuberperansebagaipengatur proses
metabolismedanfungsifisiologisorganisme.Suhujugasangatberperandalammengendalika
nkondisiekosistemperairan. Organismeakuatikmemilikikisaransuhutertentu yang
baikbagipertumbuhannya. Suhu air adalah parameter fisika yang
dipengaruhiolehkecerahabndankedalaman. Air yang
dangkaldandayatembuscahayamatahari yang tinggidapatmeningkatkansuhuperairan.
Pengukuransuhudilakukandengantermometer.

2. DerajatKeasaman (pH)

4
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan
konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat
mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Batas toleransi
organisme terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu, oksigen terlarut, dan
kandungan garam-garam ionik suatu perairan. Kebanyakan perairan alami memiliki pH
berkisar antara 6-9. Sebagian besar biota perairan sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7–8,5. Pengukuranderajatkeasaman (pH) menggunakan pH-
meter.

3. OksigenTerlarut (Dissolved Oxygen/ DO)


DO atau Dissolved Oxygen atauoksigenterlarutadalah parameter kimiaperairan
yang menunjukkanbanyaknyaoksigen yang terlarutdalamekosistemperairan.
Sistemperairanmengalirumumnyamempunyaikandunganoksigenterlarut yang
tinggidankandungankarbondioksidabebas yang rendah. Hal inidisebabkanolehperanarus
yang membantudalammemberikansumbanganoksigen. Di perairantawar,
kandunganoksigenterlarutberkisarantara 8 mg/liter padasuhu 25° C. Kadar
oksigenterlarut di perairanalamibiasanyakurangdari 10 mg/liter. Pengukuran DO
menggunakan DO-meter. Ada duajenis DO-meter yaitu Do-meter manual dan DO-meter
digital.

DO-meter manual DO-meter digital

4. Biochemical Oxygen Demand BOD)


BOD merupakan parameter kimia yang menunjukkanbanyaknyaoksigen yang
dikonsumsiolehmikrobaaerobdalam proses respirasiuntukmenguraikanbahanorganik
yang terdapatdalambotol BOD yang diinkubasipadasuhusekitar 20°C selama lima hari,
dalamkeadaantanpacahaya. Secaratidaklangsung, BOD
menggambarkanjumlahbahanorganik yang

5
dapatdiuraikansecarabiologidanmerupakanindikatordarijumlahoksigenterlarut yang
digunakanolehmikroorganismeuntukmenguraikanbahanpencemarorganik.
Padaperairanalami, yang berperansebagaisumberbahanorganikadalahtanamandanhewan
yang telahmati. Perairanalamimemilikinilai BOD antara 0,5-7,0 mg/L.
Selainitubuanganhasillimbahdomestikdanindustrijugadapatmempengaruhinilai BOD.
BOD dalamsuatuperairandapatdigunakansebagaipetunjukterjadinyapencemaran
.
5. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD merupakan parameter kimia yang menggambarkanjumlahoksigen total
yang dibutuhkanuntukmengoksidasibahanorganiksecarakimiawi, baik yang
dapatdidegradasisecarabiologis (biodegradable) maupun yang
sukardidegradasisecarabiologis (non biodegradable), menjadi CO2 dan H2O. Nilai
COD padaperairantidaktercemarbiasanyakurangdari 20 mg/L, sedangkanpadaperairan
yang tercemardapatlebihdari 200 mg/L.

6. Salinitas
Salinitas menunjukkan kadar garam pada suatu perairan. Kadar
garammerupakanciripembedaantaraekosistem air tawardan air asin.
Pengukurantingkatsalinitasdenganmenggunakanrefraktometer.
Refraktomete

7. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya
tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan, begitu juga sebaliknya.
Pengukurantingkatkecerahan air menggunakan ‘Secchi disc’.

6
Secchi disc
8. BakteriE.coli
Jika di dalam air tanahtersebutterdapatbakteriE.colimaka virus, bakteri,
parasitdanamubalainnyabisasajaada di dalam air tersebut.
TapijikatidakadabakteriE.colikemungkinan virus, bakteriatauparasit yang ada di
sanamerupakankuman yang non-patogenatautidakberbahaya. Hal inilah yang
menyebabkanE.colidapatdigunakansebagai parameter biologispadaujikualitas air. Cara
pengujiankandunganE.colidalamujikualitas air dilakukandenganmenggunakanmetode
Most Probable Number (MPN)
denganhasilakhirakandikonversimenjadiangkaperkiraanterdekatdarijumlahkoloniE.coli
yang ada.
9. Plankton
Kelimpahan plankton yang terdiridari phytoplankton dan zooplankton
sangatdiperlukanuntukmengetahuikesuburansuatuperairan yang
akandipergunakanuntukkegiatanbudidaya. Plankton
sebagaiorganismeperairantingkatrendah yang melayang-layang di air dalamwaktu yang
relatif lama mengikutipergerakan air. Plankton
padaumumnyasangatpekaterhadapperubahanlingkunganhidupnya (suhu, pH, salinitas,
gerakan air, cahayamataharidll) baikuntukmempercepatperkembanganatau yang
mematikan.
Berdasarkanukurannya, plankton dapatdibedakansebagaiberikut :
 Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan
mikroskop).
 Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang
mata netnya 0,03 - 0,04 mm).
 Nannoplanktonataumicroplankton (dapatlolosdengan plankton net diatas).
Berdasarkantempathidupnyadandaerahpenyebarannya, plankton
dapatmerupakan :Limnoplankton (plankton air tawar/danau), Haliplankton (hidupdalam

7
air asin), Hypalmyroplankton (khusushidup di air payau), Heleoplankton
(khusushidupdalamkolam-kolam). Petamoplanktonataurheoplankton (hidupdalam air
mengalir, sungai).
10. Arus
Kecepatan arus dipengaruhi oleh perbedaan gradien atau ketinggian antara hulu
dengan hilir sungai. Apabila perbedaan ketinggiannya cukup besar, maka arus air
akan semakin deras. Kecepatan arus akan mempengaruhi jenis dan sifat organisme
yang hidup di perairan tersebut, kecepatan arus adalah faktor penting di perairan
mengalir. Kecepatan arus yang besar (> 5 m/detik) mengurangi jenis flora yang
dapat tinggal sehingga hanya jenis-jenis yang melekat saja yang tahan terhadap arus
dan tidak mengalami kerusakan fisik.

IV. PROSEDUR KERJA


a. Menentukan nilai pH, tegangan, TDS, NaCl, resistensi. % DO dengan
menggunakan alat Water Proof Cyberscan
b. Mengukur kekeruhan dengan Turbidimeter
c. Melakukan kalibrasi pada kedua alat yang hendak dipakai
d. Mengukur nilai COD dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat larutan KMnO4 0,05 M
2. Membuat larutan Asam Sulfat 0,1 N
3. Memipet 100 ml sampel air limbah
4. Menambahkan 10 ml larutan KMnO4 0,05 M
5. Menambahkan Asam Sulfat sebanyak 5 ml
6. Memanaskan larutan tersebut sampai mendidih, kemudian menambahkan
10 ml Asam Oksalat 0,1 N
7. Mentitrasi larutan dengan KMnO4 hingga merah muda

VI. DATA PENGAMATAN

Sampel Air Kekeruhan


No PH COD (mg/l)
Limbah (NTU)

1 Air Selokan 10,2 6,5 189,6

8
Air Sungai
2 15,1 7 205,4
Sahang

3 Air Cucian 3,61 6 165,9

No Sampel Air Limbah Volume Titran

1 Air Selokan 2 ml

2 Air Sungai Sahang 3 ml

3 Air Cucian 0,5 ml

VI. PERHITUNGAN
PERHITUNGAN COD

1. Air Selokan
COD = V Titran x N Titran x BE Titran x 1000 mg/gr
100 ml
= (10 + 2) ml x 0,05 grek/L x 31,6 gr/gek x 1000 mg/gr
100 ml
= 189,6 mg/L

2. Air Sungai Sahang


COD = V Titran x N Titran x BE Titran x 1000 mg/gr
100 ml

= (10 + 3) ml x 0,05 grek/L x 31,6 gr/gek x 1000 mg/gr


100 ml
= 205,4 mg/L

3. Air Cucian
COD = V Titran x N Titran x BE Titran x 1000 mg/gr
100 ml

9
= (10 + 0,5 ) ml x 0,05 grek/L x 31,6 gr/gek x 1000 mg/gr
100 ml
= 165,9 mg/L

VII. TUGAS

1. Apa yang dimaksud air limbah dan tuliskan metode penjernihan air limbah yang
diketahui ?
Jawab :
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh
anusia, pada umumnya mengandung bahan-bahan taua zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
Metode penjernihan air:
 Koagulasi
 Flokulasi
 Sedimentasi
 Filtrasi
 Desifeksi
 Reservoir

10
3.Apa saja sumber pencemaran air sehingga air menjadi tercemar ?
Jawab :
a. Limbah rumah tangga
b. Limbah industri
c. Limbah pertanian
d. Limbah pertambangan

VIII. ANALISA PERCOBAAN

Pada percobaan analisa air kali ini bertujuan untuk menentukan


karakteristik air limbah dengan menganalisa air dengan menggunakan alat water
proof cyber scan dan turbidity meter. Parameter dan kualitas air yang diuji
terhadap sampel adalah kekeruhan, PH, dan COD. Adapun sampel yang
digunakan adalah air selokan, air sungai sahang, dan air cucian
Alat water proof PCD 650 ini dapat digunakan dengan baterai ataupun
arus listrik,jika menggunakan arus listrik sebaiknya baterainya dicabut terlebih
dahulu agar tidak terjadi korsleting yang menyebabkan rusaknya alat. Alat water
proof TCD ini mempunyai akurasi dan tingkat kepekaan yang tinggi jadi setelah
memakai alat sebaiknya elektrodanya dibilas.
Sampel yang dianalisa yaitu air limbah selokan air sungai sahang dengan
menggunakan alat Turbidity meter. Nilai kekeruhan pada sampel air sungai
sahang adalah yang tertinggi yaitu 15,1 NTU yang menunjukkan bahwa jumlah
adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (lupur dan
pasir halus) serta mikro organisme dan plankton paling besar dibandingkan
sampel lainnya. Kekeruhan juga dapat dilihat secara langsung dari warna sampel
itu sendiri, adapun sampel air cucian memiliki kekeruhan yang terkecil yaitu
3,61 NTU. Secara teoritis, tingkat kekeruhan air sungai akan meningkat dari
siang ke sore. Hal ini disebabkan karena aktivitas manusia yang makin
meningkat seiring naiknya matahari.
Pegukuran berikutnya yaitu pengukuran PH. Secara umum nilai PH
menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman dan kebasahan suatu perairan.
Pada sampel air sungai sahang, nilai PH menunjukkan angka 7 yang
menandakan perairan memiliki kondisi perairan yang netral. Sedangkan, sampel
air selokan dan air cucian memiliki PH 6,5 dan 6 yang menandakan kondisi
perairan yang asam dan adanya asam asam mineral bebas dan asam karbonat
yang menaikkan keasaman pada perairan tersebut.
Pada penentuan nilai COD, nilai tertinggi dimiliki sampel air sungai
sahang yaitu 205,4 mg/L dengan volume titran pada saat penentuan COD yaitu 3
ml, tingkat COD yang tinggi pada air sungai sahang menandakan banyaknya
jumlah bahan organik yang teroksidasi pada sampel yag kan mengurangi tingkat
oksidasi oksigen terlarut. Pada sampel air selokan dan air cucian, memiliki nilai
COD 189,6 mg/L dan 165,9 mg/L. Nilai atau tingkat COD yang rendah pada
kedua sampel menunjukkan bahwa sedikitnya jumlah oksigen terlarut didalam
air yang disebabkan effluen limbah industri, limpasan perkotaan, pertanian dan
lain lain.

XI. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini didapatlah bahwa :
1. Parameter yang diukur dalam praktikum ini yaitu kekeruhan, PH,
dan COD
2. Parameter air limbah meliputi :
 Fisika yaitu pH, bentuk, warna dan bau
 Kimia yaitu COD, BOD, DO
 Biologi yaitu mikroba yang terkadungg didalamnya seperti

patogen
3. Kekeruhan
 Air selokan = 10,2
 Air sungai sahang = 15,1
 Air cucian = 3,61
4. PH
 Air selokan = 6,5
 Air sungai sahang = 7
 Air cucian =6
5. COD (mg/L)
 Air selokan = 189,6
 Air sungai sahang = 205,4
 Air cucian = 165,9
GAMBAR ALAT

Waterproof Cyberscan PCD 650

Turbidity meter Gelas Kimia

Kaca arloji Spatula Aquades


PENENTUAN KONDISI PENGENDAPAN OPTIMUM DARI KOAGULASI
– FLOKULASI

I. TUJUAN
- Menentukan kondisi optimum pengendapan dari koagulasi dan flokulasi
dengan metoda jar test
- Mendapatkan dosis optimum dari koagulan.

II. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
- Jar-test kit - Stopwatch
- Gelas Piala 1L, 6 buah - Labu ukur 1 liter, 1 buah
- PH meter - Pipet 10 ml, 2 buah
- Turbiditimeter - Pipet 1 ml, 1 buah
- Kerucut imhorff
b. Bahan yang digunakan
- Tawas
- Aquadest

III. DASAR TEORI


Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena
penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral
dan membentuk endapan karenaadanya gaya grafitasi. Koagulasi juga
merupakan penambahan koagulan dapat menetralkan muatan dan
meruntuhkannya yang berada di sekitar koloid sehingga dapat menggumpal.
Sedangkan koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi
muatannegatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan
positip yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatip partikel.
Flokulasi orthokinetik adalah suatu proses terbentuknya flok yang diakibatkan
oleh terbentuknya gerak media (air) misalnya pengadukan (Sank R.K, 1986). Pada
umumnya kecepatan aliran cairan akan berubah terhadap tempat dan waktu.
Perubahan kecepatan dari satu titik ke titik lainnya dikeal sebagai gradien
kecepatan, dengan notasi G. Dengan adanya perbedaan kecepatan aliran media
cair akan mempunyai aliran kecepatan yang berbeda pula akibatnya akan terjadi
tumbukan atau kontak antar partikel.
Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah :
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit ; 100 rpm)
2. Pengadukan lambat untuk membentuk dan menggambung flok (10 menit ;
60 rpm)
3. Pemisahan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui
pengendapan.

*Faktor – faktor yang mempengaruhi flokulasi :


Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapafaktor yang
harus diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
7. Penetapan pH pada proses koagulasi

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:


Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 →2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium
hidroksida relatif tidak terlarut
Jar Test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan
kondisi operasi optimum pada proses pengolahan air dan airlimbah. Metode ini
dapat menentukan nilai pH, variasi dalam penambahandosis koagulan atau
polimer, kecepatan putar, variasi jenis koagulan ataujenis polimer, pada skala
laboratorium untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang sebenarnya.
Metode Jar Test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk
menghilangkan padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat – zat organik yang
dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau, dan rasa. Jar Test mensimulasikan
beberapa tipe pengadukan dan pengendapan yang terjadi di clarification plant
pada skala laboratorium. Dalam skala laboratorium, memungkinkan untuk
dilakukannya 6 tes individual yang dijalankan secara bersamaan. Jartest memiliki
variabel kecepatan putar pengaduk yang dapat mengontrol energi yang diperlukan
untuk proses.
Prinsip jar test suatu larutan koloid yang mengandung partikel-partikel kecil dan
koloid dapat dianggap stabil bila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu
yang pendek (beberapa jam).
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi
partikel yang lebihbesar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan
elektrostatis antara partikel satudengan yang lainnya. Dengan pembubuhan
koagulan tersebut, maka stabilitas akan terganggu karena :
 Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air, molekul-molekul ini dapat
menempelpada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya
karena sebagian molekul Albermuatan positif sedangkan koloid bisanya
bermuatan negatif (pada pH 5 – 8).
Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al(OH)
3yang dapat mengurung koloid dan membawanya kebawah
Kekeruhan, slah satu parameter fisik dalam persyaratan kualitas air
minum, disebabkan adanya partikel-partikel kecil dan koloid dalam air.
Partikel dan koloid itu antara lain zat organik, protein, kuarts, tanah liat, dan
lain-lain.
Koloid memiliki muatan listrikdi permukaannya yang
mengakibatkan kestabilannya dalam air. Untuk menstabilkan muatan koloid
digunakan koagulan, seperti ssenyawa garam besi atau garam aluminium
sulfat. Destabilisasi koloid ,menggunakan koagulan dilakukan dengan
pengadukan cepat beberapa saat. Lalu dengan pengadukan lambat koloid
tidak stabil tersebut akan bertumbukan dan menyatu membentuk flok-flok
yang lebih besar. Karena gaya gravitasi, maka flok yang besar akan lebih
cepat mengendap.
Koagulan garam aluminium sulfat yang umum dipakai adalah
tawas (alum).Hidrolisa atom Al dalam air menurut reaksi umum :

Al2(SO4)3 + 6 H2O 2 Al (OH)3 + 6H+ + SO4

Adanya ion H+ akan menyebabkan penurunan pH. Di sisi lain, Proses


flokulasi akan berlangsung baik pada pH 6-8, pada saat pembentukan Al
(OH)3 secara efektif. Sehingga apabila koagulasi - flokulasi dilakukan pada
air dengan alkilasi rendah, perlu contoh reaksi :

Al2(SO4)3. 14 H2O + 3 Ca(OH)3 2 Al (OH) + 3CaSO4 + 14 H2O

Endapan CaSO3 dapat berperan sebagai pembantu pengendapan


Jar-test merupakan media simulasi proses koagulasi-flokulasi. Hal ini untuk
menentukan dosis koagulan dan kondisi lain, seperti pH, waktu pengendapan,
dan lain-lain, yang optimum. Tanpa adanya simulasi ini, biasanya
penambahan dosis berlebih sekitar 30-40 %, sehingga berpengaruh terhadap
pengolahan air berikutnya.

IV. PROSEDUR KERJA


1. Menyiapkan gelas piala 1 L sebanyak 6 buah
2. Menyiapkan contoh air dan ukur pH dan kekeruhan
3. Dalam masing-masing gelas diisi contoh air sebanyak 400ml. Apabila pH
awal tidak netral, pH limbah diatur hingga mencapai kisaran 6-8,
kemudian ditaruh dibawah alat jar test.
4. Menambahkan larutan tawas 1% secara bertingkat mulai 1ml, 25ml, 5ml,
7,5ml, dan 10ml ke dalam masing-masing gelas piala.
5. Mengaduk dengan kecepatan 120rpm selama 1 menit. Melanjutkan dengan
pengadukan cepat, dengan kecepatan 45rpm selama 10 menit.
6. Menuangkan secara perlahan dan hati-hati larutan dalam gelas kedala
kerucut imporf.
7. Membiarkan flok-flok yang terjadi mengendap
8. Mengamati bentuk flok-flok yang terjadi, waktu pengendapan dan volume
flok yang terbentuk
9. Mengukur dan mencatat pH, kekeruhan dan warna dari supernatan yang
ada.

V. DATA PENGAMATAN

Turbidity
NO. Volume Al2(SO4)3 (ml) pH awal pH akhir
Awal Akhir

1 0 6 - 21,5 21,5

2 2,5 6 5,5 21,5 3,8

3 5 6 5 21,5 2,45

4 7,5 6 4,5 21,5 2,07

5 10 6 5,5 21,5 1,57


VI. ANALISA DATA
Pada percobaan kali ini, limbah yang dipilih adalah air sumur bor
yang mengandung partikel kecil dan koloid. Air tersebut sebanyak 2 liter
ditempatkan di dalam gelas kimia yang masing-masing terisi 500ml air.
Untuk membantu proses penggumpalan dan pembentukan flok dari air yang
diolah, ditambahkan larutan tawas 1% pada tiap masing-masing gelas kimia
dengan volume yang berbeda-beda, yaitu 2,5ml, 5ml, 7,5ml, 10ml. Sebelum
diaduk di jar test, air dianalisa kekeruhannya kemudian diaduk dengan
kecepatan yang sama selama 5 menit. Proses pengadukan juga membantu
untuk mempercepat pembentukan flok dan koagulan. Setelah diaduk,
endapan dibiarkan turun dan diukur kembali turbudutasnya, dan dapat
dibuktikan bahwa proses koagulasi dan flokulasi dapat mengurangi
kekeruhan air. Namun kesalahan dapat terjadi disebabkan oleh kecepatan
pengadukan yang tidak sama.

VII. KESIMPULAN
Dari percobaan koagulasi-flokulasi dapat disimpulkan bahwa :
1. Turbidity air setelah ditambah tawas 2,5ml adalah 3,8
2. Turbidity air setelah ditambah tawas 5ml adalah 2,45
3. Turbidity air setelah ditambah tawas 7,5ml adalah 2,07
4. Turbidity air setelah ditambah tawas 10ml adalah 1,57
TUGAS

1. Tentukan dosis Optimum dari koagulan yang digunakan


: Penambahan 10ml Al2(SO4)3 dalam 500ml air adalah kondisi optimum
untuk pengurangan partikel dan koloid dalam air.

2. Uraikan mengeai proses koagulasi


: Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi gumpalan
lunak baik secara keseluruhan maupun sebagian.

3. Uraikan mengenai flokulasi


: Flokulasi adalah proses pembentukan flok menggunakan pengelompokan
aglomerasi antara partikel dengan koagulan.

4. Uraikan jenis pengolahan air secara fisik


: 1. Screening adalah proses pemisahan yang bertujuan untuk menyisihkan
padatan yang berukuran relatif besar.
2. Filtrasi adalah proses pemisahan yang bertujuan untuk menyisihkan
padatan yang berukuran kecil dan sulit mengendap.
3. Sedimentasi adalah proses pemisahan yang bertujuan untuk partikel
kecil yang mudah mengendap.
4. Flotasi adalah proses pemisahan yang bertujuan untuk menyisihkan
padatan yang mengapung di permukaan.
GAMBAR ALAT
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN
ION EXCHANGE

I. TUJUAN PERCOBAAN
- Menghasilkan produk berupa air yang bebas ion-ion pengotor
- Membandingkan kualitas air sebelum dan sesudah dikontakkan
kedalam kolom

II. ALAT DAN BAHAN


 Alat yang digunakan :
- Unit ion exchange
- Tempat sampel
- Gelas kimia
- Erlenmeyer
- Buret
- Pipet ukur
- Bola karet
- Corong

 Bahan yang digunakan:


- Larutan CaCO3
- Dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat
- MgCl2. 6H2O
- Indikator errochrome T
- Aquadest

III. DASAR TEORI


Penukar ion (ion exchange)
Dalam kolom resin penukar kation terjadi reaksi pertukaran kation
pengotor air dengan H+ dari resin penukar ion terjadi pertukaran kation
pengotor air dengan ion OH- dari resin penukar anion. Pertukaran kation
pengotor air dengan OH- dari resin penukar anion.
Resin Penukar Ion
Resin penukar ion adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi
sampai tingkat yang tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubungan
silang(cross linking) serta gugusan yang mengandung ion-ion yang
dipertukarkan berdasarkan gugusan fungsionalnya, resin penukar ion
terbagi menjadi dua, yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion.
Resin penukar kation, mengandung kation yang dapat dipertukarkan
sedangkan resin penukar anion mengandung anion yang dapat
dipertukarkan.
Sifat-Sifat penting resin penukar ion adalah sebagai berikut :
a. Kapasitas penukar ion
b. Selektivitas
c. Derajat ikat silang
d. Porositas
e. Kestabilan resin

Aplikasi Penukar Ion (ion exchanger)

Dengan memahami prinsip dasar reaksi pertukaran ion dan sifat-


sifat resin, maka dengan mudah dapat dipahami berbagai aplikasi resin
penukar ion dalam industry diantaranya adalah :

1. Pelunakan Air (water softening)


Banyak air tanah yang dipakai dalam industry mengandung
unsure-unsur kalsium (Ca), dan magnesium (Ma), terutama air tanah
yang diambil di daerah-daerah bergunung kapur. Unsure-unsur
tersebut berada dalam senyawa hidrokarbonat yang larut dalam air,
sehingga terlihat tetap jernih.
Air tersebut yang disebut air sadah mempunyai banyak kerugian
diantaranya :
a. Sebagai air minum mungkin akan menyebabkan kecenderungan
terbentuknya batu kandung kemih
b. Sebagai pencuci, air tersebut akan mengurangi daya cuci sabun
c. Sebagai air minum umpan boiler akan menyebabkan timbulnya
kerak CaCO3 atau MgCO3 yang menghambat hantaran panas.
Oleh karena itu ion Ca2+ dan Mg2+ harus diambil dan salah satu
cara adalah resin penukar ion dalam bentuk R-Na :
2 R-Na + Ca2+ R2Ca + 2 Na2+
2 R-Na + Mg2+ R2Mg + 2 Na2+
Gambar 1. Pelunakan Air

2. Demineralisasi Air (water demenaralizer)


Air didalam banyak mengandung ion-ion baik kation maupun
anion. Air tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan resin
penukar ion, kation – kation seperti Na+ , K+ , Ca+ , Mg+ , Fe+ dan
sebagainya dapat diambil ileh resin dalam bentuk R-H dengan reaksi :
R – H + K+ R–K+H
Diamna K+ adalah kation. Sedangkan anion – anion seperti Cl - ,
NO3-, SO43- dapat diserap oleh resin penukar anion dalam bentuk R –
OH dengan reaksi :
R – OH + A- R – A + OH-
Dimana A adalah anion. Produk H dan OH- dari reaksi akan
- +

menjadi :
H+ + OH- H2O
Dengan demikian air akan keluar bebas ion – ion atau disebut
bebas mineral. Oleh karena itu prosesnya disebut demineralisasi atau
biasanya disebut dengan aqua DM. apabila resin telah jenuh, maka
prosesx regenerasi dapat dilakukan dengan mengalirkan asam 4N
untuk resin anion dengan reaksi :
R – K + H- (4N) R – H + K-
R – A+ OH- (4N) R – OH + A-

Dalam industry atau lab dan kesehatan, banyak diperlukan air


bebas dari ion-ion tersebut atau ion bebas mineral.

Dalam pembuatan alat demineral air, dapat 3 model yaitu :


a. System 2 kolom (double bed)
Gambar 2. Sistem Dua Kolom

b. Sistem satu kolom (mixed bed)

Gambar 3. Sistem Satu Kolom

c. System kombinasi
Gambar 4. Sistem Kombinasi

3. Detoksifikasi air limbah dan daur ulang


Dengan kemampuan penukar ion seperti diatas, sudah dapat diduga
bahwa resin amat berpotensi dalam pengolahan air limbah.
Kontaminan atau polutan beracun seperti logam-logam berat.
Dengan demikian proses yang terjadi adalah pengambilan senyawa
berbahaya yang dapat didaur ulang dan dihasilkan air yang bebas
mineral yang dapat digunakan kembali.

IV. PROSEDUR KERJA

1. Mempersiapkan unit ion exchanger.


2. Menyiapkan larutan sampel yang akan dihilangkan kandungan ion-ion
atau limbah cair buatan seperti sabun.
3. Mengatur bukaan valve sesuai arah alirannya.
4. Menghidupkan pompa yang digunakan.
5. Mengambil sampel hasil dari pengontakan dengan resin dengan
membuka valve produk kolom ion exchanger untuk kemudian
melakukan analisa.

A. Kation
1. Membuat larutan CaCO3
Menimbang 0,4 gr CaCO3, kemudian melarutkan dalam 1000 ml
aquadest.
2. Memipet 50 ml larutan CaCO3 yang telah dibuat, sisanya memasukkan
ke dalam unit ion exchanger.
3. Memipet 50 ml larutan CaCO3 yang telah dikontakkan ke unit ion
exchanger kedalam Erlenmeyer.

Standarisasi Larutan CaCO3


1. Menambahkan 5 ml indikator buffer amoniak pada masing-masing
Erlenmeyer.
2. Menambahkan 5 tetes indikator eriocrom.
3. Mentitrasi dengan EDTA hingga berubah warna dari merah anggur
menjadi biru.
4. Mencatat volume titrasi.

Penentuan Kesadahan
1. Memipet 50 ml aquadest ( sebagai sampel) ke dalam Erlenmeyer.
2. Memipet 50 ml aquadest yang sebelumnya telah dikontakkan pada ion
exchanger, ke dalam Erlenmeyer yang berbeda.
3. Menambahkan 1 ml indikator buffer amoniak pada masing-masing
Erlenmeyer.
4. Menambahkan 5 tetes indikator eriocrom.
5. Mentitrasi dengan EDTA hingga berubah warna dari merah anggur
menjadi biru.
6. Mencatat volume titrasi.

B. Kation

Standarisasi Lrutan Baru HCl dengan NaCl


1. Membuat larutan 0,1 M HCl dengan volume 500 ml.
2. Menimbang dengan teliti 2,5 gr NaCl, melarutkan dengan aquadest
sampai 500 ml.
3. Menyiapkan 2 buah Erlenmeyer.
4. Menambahkan masing-masing 26 ml NaCl sebelum dan yang sesudah
dikontakkan dengan ion exchanger dalam Erlenmeyer.
5. Menambahkan 2 tetes indikator metil merah, kemudian mentitrasi
dengan HCl.
6. Mencatat volume titrasi.

Penentuan Karbonat Bikarbonat


1. Menyiapkan 2 buah Erlenmeyer, mengisi masing-masing dengan 25 ml
aquadest murni dan 25 ml aquadest yang telah dikontakkan dalam ion
exchanger.
2. Menambahkan 2 tetes indikator metil merah.
3. Mentitrasi dengan HCl hingga berubah warna dari kuning menjadi
merah muda.
4. Mencatat volume titrasi.

V. PERTANYAAN
(Terlampir)

VI. DATA PENGAMATAN

A. Kation

Volume EDTA (ml)


Kekeruhan
Percobaan PH VOL.
VOL. 1 VOL.2 (NTU)
RATA
CaCO3
sebelum
5,5 1,5 1,5 1.5 3,68
masuk ion
exc.
CaCO3
setelah
6 4,5 4,5 4,5 3,66
masuk ion
exc.

B. Anion

Volume EDTA (ml)


Kekeruhan
Percobaan PH VOL.
VOL. 1 VOL.2 (NTU)
RATA
NaCl 7 7 6,7 6,85 0,09
sebelum
masuk ion
exc.
NaCl setelah
masuk ion 6 3 3,5 3,25 0,08
exc.

VII. PERHITUNGAN

A. Percobaan dengan Resin Kation


- Pembuat Larutan EDTA (500 ppm)
gr = MEDTA x V
= 500 mg/L x 1 L
= 500 mg = 0,5 gr

- Pembuatan Larutan CaCO3 (500 ppm)


gr = xV
= 500 mg/L x 1 L
= 500 mg = 0,5 gr

- Penentuan unsur kation sebelum dikontakkan pada Unit Ion Exchanger


CaCO3

= 2,4997 %

- Penentuan unsur kation setelah dikontakkan pada Unit Ion Exchanger


CaCO3
= 0,841 %

B. Percobaan dengan Resin Anion


- Pembuat Larutan NaCl (300 ppm)
gr = MNaCl x V
= 300 mg/L x 1 L
= 300 mg = 0,3 gr

- Penentuan unsur anion sebelum dikontakkan pada Unit Ion Exchanger


NaCl

= 30,356 %

- Penentuan unsur anion sesudah dikontakkan pada Unit Ion Exchanger


NaCl
= 6,404 %

VIII. ANALISA DATA

Pada percobaan dengan menggunakan ion exchanger dapat dianalisa


bahwa prinsip kerja dari alat ini dengan menukar ion-ion pengotor dengan
resin penukar ion. Resin penukar kation, mengandung kation yang dapat
dipertukarkan sedangkan resin penukar ion mengandung anion yang dapat
dipertukarkan.
Pada percobaan pertama, dilakukan dengan memurnikan aquadest
sebagai sampel dan larutan CaCO3 sebagai larutan baku untuk dilakukan
standarisasi. Dimana, pada percobaan ini membandingkan sampel ketika
dimasukkan kedalam unit ion exchanger dengan sampel yang tidak
dimasukkan kedalam unit ion exchanger. Dari data yang didapat bisa
langsung diketahui bahwa unit ion exchanger dapat meminimalizir
konsentrasi ion kation dalam sampel dengan resin kation. Pada larutan CaCO 3
kadar kation sebelum dimasukkan ke dalam unit ion exchanger sebesar
2,4497 %, sedangkan setelah dimasukkan ion exchanger sebesar 0,841 %.
Pada percobaan kedua, dilakukan dengan menurunkan aquadest
sebagai sampel dan larutan NaCl sebagai larutan baku. Sama seperti
percobaan sebelumnya, pada percobaan ini juga membandingkan sampel baik
sebelum maupun yang sesudah dikontakkan dengan resin penukar ion. Dari
data dapat diketahui bahwa resin penukar anion dapat meminimalizir atau
mengurangi kadar anion dalam sampel dengan cara mengikat unsur anion
dalam bentuk R-OH. Pada larutan NaCl kadar anion sebelum dikontakkan
sebesar 30,356 % sedangkan setelah dikontakkan sebesar 6,404 %.
Pada percobaan pertama, sampel dititrasi dengan EDTA sedangkan
pada percobaan kedua sampel dititrasi dengan AgNO3. Indikator yang
digunakan dalam percobaan pertama yaitu indikator eriocrom dan buffer
amoniak. Dimana, tujuan dari indikator ini agar warna larutan berubah dari
merah anggur menjadi biru saat dititrasi.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Unit ion exchange bertujuan untuk menyerap unsur-unsur anion ataupun
kation dengan menggunakan resin penukar ion.
2. Pada percobaan, didapat data kadar anion dan kation dalam sampel
sebesar :
- NaCl sebelum = 30,356 %
- NaCl setelah = 6,404 %
- CaCO3 sebelum = 2,4997 %
- CaCO3 setelah = 0,841 %
LAMPIRAN (Pertanyaan)

1. Unit ion exchanger

Jadi, dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sampel dimasukkan


ke dalam kolom sampel. Misalnya pada kolom kation. Sampel akan
mengalir melalui beberapa valve yang terbuka. Bukaan valve ini telah
diatur sebelumnya. Pompa berguna untuk memberikan daya agar sampel
terdorong masuk kedalam resin kation. Sampel akan merambat melalui
celah-celah resin. Disinilah akan terjadi proses pertukaran ion. Setelah
dikontakkan dengan resin, sampel akan keluar melalui valve yang terbuka.

2. Bagaimana menentukan kejenuhan unit ion exchanger ?


Jawab :
Kejenuhan unit ion exchanger dapat dilihat dari warna sampel yang sudah
berwarna atau tidak bening setelah dimasukkan dalam resin penukar ion.
Pada resin anion, unit ion exchanger bisa dikatakan sudah jenuh, karena
setelah sampel melewati resin tersebut, sampel sudah berwarna sedikit
kuning.

3. Hitung effisiensi penyisihan dari senyawa yang terkandung di dalam air


limbah misalnya penyisihan senyawa besi.
Penyelesaian :
- Effisiensi Resin Penukar Ion Positif (Kation)
CaCO3
= x 100%

= 25 %
H2O ( 1 kali dikontakkan )

= x 100%

= 77,4 %
H2O ( 1 kali dikontakkan )

= x 100%

= 87,67 %

- Effisiensi Resin Penukar Ion Positif (Kation)


NaCl

= x 100%

= 62,34 %
H2O

= x 100%

= 28,36 %

GAMBAR ALAT
Alat ion exchange buret

Erlenmeyer Pipet Ukur Bola Karet


PENJERNIHAN MINYAK JELANTAH

I. TUJUAN
- Mampu menganalisa awal dan akhir minyak goreng bekas
(jelantah)
- Mampu menjernihkan minyak bekas gorengan (jelantah) dengan
berbagai adsorben

II. ALAT DAN BAHAN

2.1. Alat yang digunakan:

- Kertas Saring

- Spatula

- Hot plate

- Gelas kimia 500 ml

- Pipet ukur 25 ml

- Kaca Arloji

- Termometer

- Magnetic stirrer

- Erlenmeyer

2.2. Bahan yang digunakan:

- Minyak goreng bekas

- Arang/karbon aktif
- KOH

- Alcohol (methanol dan etanol)

- Tymol blue

- Aquades

- Bentonite

- Kulit Pisang

III. DASAR TEORI


Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam
pengolahan bahan makanan. Setelah digunakan minyak goreng akan
mengalami perubahan sifat yang menyebabkan minyak goreng tersebut tidak
layak lagi digunakan. Agar minyak goreng tersebut dapat dimanfaatkan lagi
maka perlu dilakukan pengolahan sekunder dengan metode adsorpsi.
Praktikum yang dilakukan ini mencoba meningkatkan kualitas minyak
goreng bekas dengan adsorben karbon aktif.Minyak goreng bekas dipanaskan
pada suhu 60oC kemudian dicampurkan dengan karbon aktif dengan berbagai
variasi berat yaitu 2, 3, 4 gram dan waktu pengadukan selama 30 menit.
Adsorpsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika fluida terikatpada suatu padatan dan
akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaann padatan
tersebut. Berbeda dengan adsopsi dimanafluida terserap oleh fluida lainnya
dengan membentuk suatu larutan.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan
pada lapisan permukaan atau antar fasa. Dimana molekul dan suatu materi
terkumpul pada bahan pengadsorps.
Advorpsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu adsorpsi fisika yang di
sebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadnya kendensasi gas untuk
membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorben dan adsorpsi kimia
yang terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat
yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan
fungsi tekanan dan suhu.
Faktor yang mempengaruhi adsorpsi:

1. Kecepatan pengadukan
Berpengaruh pada kecepatan proses adsorpsi dan kualitas bahan yang
dihasilakan, jika pengadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan
lambat pula, namun bial pengadukan terlalu cepat aka nada kemungkinan
struktur adsorban mengalami kerusakan

2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak zat yang bisa
teradsorpsi

3. Temperatur
Naik turunnya tingkat adsorpsi dipengaruhi oleh temperatur. Pemanasan
adsorben akan menyebabkan pori-pori adsorben terbuka dan menyebabkan
daya serapnya meningkat. Tetapi pemanasan yang terlalu tinggi juga dapat
membuat struktur adsorben rusak.

4. pH
Tingkat keasaman juga berpengaruh, adsorbat yang bersifat asam atau
asam organic lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbs
basa organic efektif pada pH tinggi.

5. Jenis dan Karakteristik adsorban


Jenis adsorban yang digunakan umumnya dalah karbon aktif. Karbon aktif
adalah suatu bahan pada berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan
yang mengandung karbon dan dilakukan aktivitas dengan menggunakan
gas CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka
dan dengan demikian daya adsorpsinya lebih tinggi.

Karbon Aktif dan Pembuatannya

Karbon aktif berbentuk Kristal berukuran mikro, karbon non grafit yang
pori-porinya telah mengalami pengembangan sehingga kemampuan
menyerap fluida yang dimiliknya meningkat.Karbon aktif dapat di buat dari
semua bahan yang mengandung karbon dengan syarat bahan tersebut
mempunyai struktur berpori. Bahan-bahan tersebut antara lain, kayu,
batubara muda, tulang, termpurung kelapa, tandan kelapa sawit, kulit buah
kopi, sabut buah coklat, sekam padi dan lainnya, pembuatan meliputi proses
karbonisasi pada suhu tinggi dan proses aktivasi yang dapat meningkatkan
porositas karbon aktif.

IV. TEORI TAMBAHAN

Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu
jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar.Hal ini bisa
dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan satu
gram dari karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki luas
permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi gas
nitrogen). Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas
permukaannya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan
meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri.
Karbon aktif adalah karbon padat yang memiliki luas permukaan yang
cukup tinggi berkisar antara 100 sampai dengan 2000 m2/g. Bahkan ada
peneliti yang mengklaim luas permukaan karbon aktif yang dikembangkan
memiliki luas permukaan melebihi 3000 m2/g. Bisa dibayangkan dalam
setiap gram zat ini mengandung luas permukaan puluhan kali luasan
lapangan sepak bola. Hal ini dikarenakan zat ini memiliki pori – pori yang
sangat kompleks yang berkisar dari ukuran mikro dibawah 20 A (Angstrom),
ukuran meso antara 20 sampai 50 Angstrom dan ukuran makro yang melebihi
500 A (pembagian ukuran pori berdasarkan IUPAC). Sehingga luas
permukaan disini lebih dimaksudkan luas permukaan internal yang
diakibatkan dari adanya pori – pori yang berukuran sangat kecil. Karena
memiliki luas permukaan yang sangat besar, maka karbon aktif sangat cocok
digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan luas kontak yang besar seperti
pada bidang adsorpsi (penyerapan), dan pada bidang reaksi dan
katalisis.Contoh yang mudah dari karbon aktif adalah yang banyak dikenal
dengan sebutan norit yang digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan.
Prinsip kerja norit adalah ketika masuk kedalam perut dia akan mampu
menjerap bahan – bahan racun dan berbahaya yang menyebabkan gangguan
pencernaan. Kemudian menyimpannya di dalam permukaan porinya sehingga
nantinya keluar nantinya bersama tinja. Secara umum karbon aktif ini dibuat
dari bahan dasar batu bara dan biomasa. Intinya bahan dasar pembuat karbon
aktif haruslah mengandung unsur karbon yang besar.Dewasa ini karbon aktif
yang berasal dari biomasa banyak dikembangkan para peneliti karena
bersumber dari bahan yang terbarukan dan lebih murah.Bahkan karbon aktif
dapat dibuat dari limbah biomasa seperti kulit kacang-kacangan, limbah
padat pengepresan biji – bijiaan, ampas, kulit buah dan lain sebagainya.
Proses pembuatan arang aktif dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
pengaktifan secara fisika dan secara kimia. Pengaktifan secara fisika pada
dasarnya dilakukan dengan cara memanaskan bahan baku pada suhu yang
cukup tinggi (600 – 900 C) pada kondisi miskin udara(oksigen), kemudian
pada suhu tinggi tersebut dialirkan media pengaktif seperti uap air dan CO2.
Sedangkan pada pengaktifan kimiawi, bahan baku sebelum dipanaskan
dicampur dengan bahan kimia tertentu seperti KOH, NaOH, K2CO3 dan lain
sebagainya. Biasanya pengaktifan secara kimiawi tidak membutuhkan suhu
tinggi seperti pada pengaktifan secara fisis, namun diperlukan tahap
pencucian setelah diaktifkan untuk membuang sisa – sisa bahan kimia yang
dipakai. Sekarang ini telah dikembangkan pengabungan antara metode fisika
dan kimia untuk mendapatkan sekaligus kelebihan dari kedua tipe
pengaktifan tersebut
Berikut berbagai cara penjernihan minyak jelantah :

1. Menggunakan Buah Mengkudu


Sari buah mengkudu sudah sejak lama digunakan orang untuk
menjernihkan minyak jelantah.Satu buah mengkudu berukuran besar
bisa menjernihkan minyak jelantah hingga sebanyak 250 mL.
Petunjuk
Buah mengkudu yang telah masak ditumbuk kemudian diambil
sarinya.Sari yang diperoleh kemudian dicampur ke dalam minyak
jelantah dan didiamkan selama 5 - 10 menit.Setelah itu minyak
dipanasakan sampai suhu 50 derajat celcius dan dipertahankan sampai
minyak berwarna jernih.Minyak kemudian disaring untuk dipisahkan
dengan endapan yang terbentuk.

2. Menggunakan arang sekam


Arang sekam yang dicampur kemudian digoreng dengan minyak
jelantah ternyata mampu menjernihkan minyak tersebut. Hasilnya telah
diuji secara fisika dan kimia menunjukkan bahwa penggunaan arang
sekam dapat mendaur ulang minyak jelantah menjadi minyak baru yang
kualtiasnya mendekati minyak goreng segar
Petunjuk
Masukkan sebanyak 1% b/b arang sekam kedalam minyak jelantah
kemudian dipanaskan sambil diaduk.misal 1 gram arang sekam untuk
100 gram minyak jelantah. Jika minyak sudah tampak jernih, campuran
diendpakan lalu disaring untuk memisahkan antara minyak dengan arang
sekam.

3. Menggunakan arang kayu


Arang kayu lebih mudah ditemui dan harganya lebih murah.Dalam
prakteknya, arang atau karbon bisa menjadi aktif atau disebut karbon
aktif yang dapat menyerap berbagai senyawa sehingga sering digunakan
sebagai absorbent.
Petunjuk
Arang kayu kira-kira sebesar genggaman tangan orang dewasa sebanyak
2 buah, digerus sampai halus menjadi serbuk.Serbuk tersebut lalu
dicampur ke dalam minyak jelantah tanpa dilakukan pemanasan.Biarkan
selama kurang lebih 5 menit kemudian disaring menggunakan kain.

4. Menggunakan arang biji salak


Biji salak yang biasanya dibuang begitu saja dapat diproses lebih lanjut
menjadi arang biji salak yang fungsinya lebih bagus dari arang biasa
ketika digukanan untuk menjernihkan minyak jelantah.
Petunjuk
Minyak goreng bekas dipanaskan pada suhu 40, 50, 60 dan 70 derajat
Celcius, kemudian direaksikan dengan arang biji salak dengan variasi
berat 10, 25, 50 gram dan variasi waktu pengadukan 20, 40, 60, 80, 100
dan 120 menit. Campuran minyak goreng bekas dengan arang biji salak
kemudian dilakukan proses pemisahan dengan cara
filltrasi/penyaringan.

5. Menggunakan ampas nanas


Ampas nanas memiliki kemampuan menyerap seperti karbon aktif
sehingga dapat menjernihkan minyak. Bukti perbaikan kualitas minyak
terlihat dari meningkatnya titik didih, titik asap dan menurunnya kadar
asam lemak bebas serta angka peroksida.
Petunjuk
Pertama ampas nanas sebanyak 1-3 Kg di cuci bersih, lalu dikeringkan
dengan suhu 160 derajat celcius dengan oven biasa selama 60 menit
hingga terbentuk karbon. Setelah itu dihaluskan dengan blender. Setelah
terbentuk serbuk, direndam lagi selama 3 jam di minyak jelantah.
Perbandingannya 3 liter ampas nanas untuk menjernihkan 20 liter
minyak jelantah. Setelah 3 jam, disaring menggunakan kain.

6. Menggunakan Nasi
Nasi yang biasanya digunakn sebagai makanan pokok ternyata dapat
menjernihkan minyak yang kotor akibat remah-remah sisa penggorengan
yang tertinggal di dalam minyak.
Petunjuk
Segenggam nasi dipadatkan hingga keras setelah itu dimasukan
kedalam penggorengan yang masih panas.Nasi tadi kemudian ditekan-
tekan dan digoreng. Endapan akan menempel pada nasi dan minyak
kembali jernih.

7. Menggunakan Filter Sederhana


Filter ini menggunakan Arang dan Zeolit. Bahan lain yang digunakan
adalah Air dan Soda Api ( KOH atau Potassium Hidroksida ).
Petunjuk
Mula-mula disiapkan sebanyak 3 botol kaca, botol pertama diisi dengan
zeolit kemudian arang kayu. Botol kedua diisi dengan bahan yang sama
hanya saja ukuran dari zeolit dan arang kayu lebih kecil ( dihaluskan ).
Botol ketiga tidak diisi.
Minyak jelantah dimasukkan pada botol pertama, ditunggu beberapa
menit kemudian disaring dan dimasukkan ke botol kedua. Dari botol
kedua, dimasukkan botol ketiga, dicampur dengan air dan soda api.
Didiamkan beberapa menit sampai jernih lalu disaring.Minyak siap
dipakai.
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bias berasal dari jenis-jenis
goreng seperti minyak kelapa sawit, miyak sayur, minyak samin dan
sebagainya. Minyak jelantah merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
rumah tangga. Dan jika ditinjau dari komposisi kimianya , minyak jelantah
mengandung senyawa karsiogenik yang terjadi selama proses penggorengan.
Jadi pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak jesehatan
manusia menimbulkan penyakit kanker dan akibat selanjutnya dapat
mengurangi kesehatan generasi berikutnya.

Asam Lemak Bebas


Asam lemak bebas dalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigeliserida. Asam lemak bebas dihasilakan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi dan biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil
reaksi hidrolisis minyak sawit adalah gliserol dan alb. Reaksi ini akan
dipercepat dengan factor panas, air, keasam dan katalis enzim. Semakin lama
reaksi berlangsung maka semakin banyak kadar alb yang terbentuk.
Asam lemak bebas merupakan pengotor yang tidak boleh ada dalam reaksi
transesterifikasi. Asam lemak bebas bereaksi dengan basa membentuk sabun
dan air. Penentuan ALB pada minyak jelantah menggunakan metode titrasi
asam-basa dengan menggunakan titran larutan KOH dengan indicator thymol
Blue.

V. LANGKAH KERJA

1. Penjernihan Minyak Goreng Bekas Secara Fisik

- Memasukkan 50 ml minyak kedalam 3 gelas kimia

- Menambahkan karbon aktif dengan berbagai variasi ( 5 gr dan 10


gr) kedalam masing – masing sampel minyak jelantah 100 ml yang
telah disiapkan

- Mengaduk sampel diatas hot plate dengan stirrer selama kurang


lebih 15 menit, pemanas tidak dihidupkan

- Mengendapkan sampel selama 1 jam

- Mengulangi langkah dengan mengganti adsorben berupa bentonite,


dengan variasi berat tetap.

2. Penjernihan Minyak Goreng Bekas Secara Kimia

- Memasukkan 50 ml minyak ke dalam gelas kimia

- Menambahkan 17 alkohol

- Menambahkan 2 ml H2SO4
- Mengaduk sampel diatas hot plate dengan stirrer selama ± 15
menit, pemanas tidak dihidupkan

- Mengendapkan sampel selama 1 jam

- Mengulangi langkah dengan variasi volume alkohol dan H2SO4

3. Penentuan ALB

- Sebanyak 5 ml minyak goreng bekas ditempatkan pada erlenmeyer

- Tymol blue ditambahkan sebanyak 3 tetes

- Melakukan titrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna


menjadi putih kebiru – biruan

- Melakukan perhitungan penentuan kadar ALB

- Mengulangi langkah untuk masing – masing sampel.

VI. TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan ALB dan Angka Penyabunan!

Jawab:

 Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang


dibebaskan pada proses hidrolisis lemak oleh enzim.
Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang juga
terdapat dalam buah, tetapi berada diluar sel yang
mengandung minyak.

 Angka penyabunan atau Bilangan penyabunan


(Besarnya bilangan) adalah jumlah miligram KOH yang
di perlukan untuk menyabunkan satu gram lemak atau
minyak. penyabunan tergantung pada massa molekul
lemak tersebut. Angka penyabunan tersebut
menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara
kasar.
2. Apa yang membuat minyak jelantah berbau tengik

Jawab: Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami


oksidasi. Maka minyak jelantah telah mengalami penguraian
molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila
disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi berbau tengik.
Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah dalam
jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan
trigliserida menjadi gliserol dan free fatty acid (FFA) atau asam
lemak jenuh. Selain itu, minyak jelantah ini juga sangat disukai
oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun
aflatoksin yang dapat menyebabkan penyakit pada hati.

3. Jelaskan proses adsorbs dengan menggunakan Adsorber

Jawab: Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat


padat permukaan zat lain. Molekul-molekul pad aperukaan zat
padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam,
karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adapun gaya-
gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya
adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorbsi. Pada absorbsi, zat
yang diserap masuk ke absorben sedangkan pada adsorpsi, zat
yang diserap hanya pada permukaan.

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses penjernihan minyak


jelantah?

Jawab:

- Kecepatan pengadukan

- Luas permukan adsorben

- Temperatur
- pH

- jenis dan karekteristik adsorben

VII. DATA PENGAMATAN

 Percobaan Pekan Ke-1

No Absorben dan Perlakuan pH Volume Titran (mL)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1. Bentonite (Dipanaskan) 5 5,5 1,2 0,8

2. Bentonite 5 5,5 1,2 1


(Tanpa Dipanaskan)

3. Alkohol 5 3 1,2 0,7


(Dipanaskan)

4. Alkohol 5 1 1,2 1
(Tanpa Dipanaskan)

 Percobaan Pekan Ke-2

No Absorben Massa pH Volume Titran (mL)


(gram) Sebelum Setelah Sebelum Setelah

1. Kulit Pisang 10 5 5 0,7 0,6

2. Kulit Pisang 15 5 5 0,7 0,5


VIII. PERHITUNGAN

 Pembuatan Larutan KOH 1N

Massa =

=
= 14 gram

 Penentuan ALB (Asam Lemak Bebas)

a. Sebelum Penjernihan

- Bentonite dan Alkohol (Pekan Ke-1)

VKOH = 1,2 mL
BECPO = 256 gr/mol.ek
NKOH = 1N
minyak goreng = 0,92 gr/cm3
Massa Contoh = 0,92 gr/cm3 × 5 cm3 = 4,6 gram

%ALB =

= 6,68 %

- Kulit Pisang (Pekan Ke-2)

VKOH = 0,7 mL
BECPO = 256 gr/mol.ek
NKOH = 1N
Massa Contoh = 0,92 gr/cm3 × 5 cm3 = 4,6 gram

%ALB =

= 3,90 %

b. Setelah Penjernihan
- Bentonite (Dipanaskan)

VKOH = 0,8 mL
BECPO = 256 gr/mol.ek
NKOH = 1N
Massa Contoh = 0,92 gr/cm3 × 5 cm3 = 4,6 gram

%ALB =

= 4,45 %

- Bentonite (Tanpa dipanaskan)

VKOH = 1 mL
BECPO = 256 gr/mol.ek
NKOH = 1N
Massa Contoh = 0,92 gr/cm3 × 5 cm3 = 4,6 gram

%ALB =

= 5,56 %

- Alkohol (Dipanaskan)

VKOH = 0,7 mL
BECPO = 256 gr/mol.ek
NKOH = 1N
Massa Contoh = 0,92 gr/cm3 × 5 cm3 = 4,6 gram

%ALB =

= 3,90 %

- Alkohol (Tanpa dipanaskan)

VKOH = 1 mL
BECPO = 256 gr/mol.ek
NKOH = 1N
Massa Contoh = 0,92 gr/cm3 × 5 cm3 = 4,6 gram
%ALB =

= 5,56 %

- Kulit Pisang 10 gram

VKOH = 0,6 mL
BECPO = 256 gr/mol.ek
NKOH = 1N
Massa Contoh = 0,92 gr/cm3 × 5 cm3 = 4,6 gram

%ALB =

= 3,34 %

- Kulit Pisang 20 gram

VKOH = 0,5 mL
BECPO = 256 gr/mol.ek
NKOH = 1N
Massa Contoh = 0,92 gr/cm3 × 5 cm3 = 4,6 gram

%ALB =

= 2,78 %

Penurunan jumlah ALB pada Minyak Jelantah

No. Absorben & Perlakuan Kadar ALB (%)

Sebelum Sesudah

1 Bentonite (Dipanaskan) 6,68 4,45

2 Bentonite (Tanpa 6,68 5,56


Dipanaskan)
3 Alkohol (Dipanaskan) 6,68 3,90

4 Alkohol (Tanpa Dipanaskan) 6,68 5,56

5 Kulit Pisang 10 gram 3,90 3,34

6 Kulit Pisang 20 gram 3,90 2,78

IX. ANALISA PERCOBAAN

Dari percobaan yang dilakukan dapat dianalisa bahwa tujuan


praktikum adalah melakukan penjernihan minyak goreng bekas dengan
menggunakan prinsip adsorbs. Dalam praktek kali ini, adsorben yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah dan jenis adsorben
terhadap proses adsorbs.
Pada praktikumm penjernihan minyak goreng bekas (minyak
jelantah) ini prinsipnya adalah mengurangi kadar asam lemak bebas di
dalam minyak. Dimana kadar asam lemak bebas ini dapat dikurangi
dengan penambahan adsorben baik adsorben kimia maupun alami.
Selain mengurangi kadar asam lemak bebas, penambahan adsorben ini
juga dapat memperbaiki sifat fisik dari minyak jelantah seperti
menjernihknnya dan menghilangakn bau tengik. Namun untuk rantai
ang telah rusak tidak dapat diperbaiki dengan adsorben ini.
Pada percobaan penjernihan minyak jelantah ini dapat ditentukan
kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak jelantah, serta
dapat menjernihkan minyak jelantah dengan menggunakan adsorben.
Adsorben yang digunakan ada dua macam, yaitu adsorben alami
berupa kulit pisang dan adsorben kimia berupa bentonite dan
campuran asam sulfat dan alkohol.
Dari percobaan dapat dianalisa bahwa penjernihan minyak jelantah
secara fisik dapat pula menggunakan karbon aktif. Karbon aktif
berfungsi sebagai adsorben, sehingga minyak jelantah yang tidak baik
dikonsumsi lagi dapat digunakan untuk bahan membuat sabun ataupun
biodiesel. Penjernihan minyak jelantah dengan karbon aktif tidak
dipanaskan, hal ini dikarenakan penjernihan secara fisik, dimana
komponen zat pengotor pada minyak jelantah dijernihkan dengan cara
penyerapan tanpa terjadi reaksi perubahan pada minyak jelantah.
Untuk mengetahui keefektifan adsorben yang digunakan, untuk
adsorben kimia diberi perlakuan berbeda yaitu dengan pemanasan dan
tidak dipanaskan. Sedangkan untuk adsorben alami divariasikan
beratnya. Parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas minyak
goreng bekas ini adalah Ph dan kadar ALB. Yang mana sebelum diberi
perlakuan seperti diatas, pH minyak jelantah yang akan dijernihkan
adalah sama yaitu 5. Namun setelah penambahan adsorben pH minyak
berbeda untuk setiap perlakuan yang mana dengan adsorben bentonite
pH nya sama-sama 5,5 baik yang dipanaskan maupun yang tidak
dipanaskan, sedangkan untuk penambahan alkohol (adsorben) pH nya
adalah 1 dan yang dipanaskan pH nya adalah 3. Perubahan pH pada
penambahan bentonite adalah karena adanya zat pada betonite yang pH
nya lebih besar dari pH minyak jelan tah (sampel). Sedangkan pada
adsorben alkohol pHnya cenderung menurun menuju ke pH asam, hal
ini dikarenakan pada adsorben alkohol ini juga ditambah suatu asam
kuat yaitu asam sulfat. Perbedaan pH pada adsorben alkohol yang
dipanaskan dan yang tidak adalah pada pemanasan. Zat asam persebut
menguap sehingga pH pada pemanasan tiak lebih asam terhadap yang
tidak dipanaskan.
Karakteristik yang dapat menjadi paremeter kualitas minyak adalah
kadar ALB. Yang mana jika persen ALB-nya semakin kecil maka
kualitas minyak juga semakin bagus. Pada percobaan ini adsorben
kimia yang lebih efektif adalah adsorben yang dipanaskan. Hal ini
dikarenakan tumbukan antar partikel lebih cepat dan pengadukannya
juga lebih stabil karena menggunakan magnetic stirer.
Pada percobaan dengan adsorben alami yang lebih efektif adalah
kulit pisang dengan massa 20 gram hal ini dikarenakan semakin
banyak jumlah adsorben maka penyerapan akan lebih maksimal. Jika
dibandingkan dengan adsorben kimia maka keefektifan adsorben alami
lebih rendah dibandingkan adsorben kimia.
X. KESIMPULAN

 Jumlah penambahan adsorben pada penjernihan minyak


jelantah mempengaruhi pengurangan kadar ALB.

 Semakin banyak karbon aktif maka kadar ALB yang berkurang


makin banyak

 Kadar ALB yang besar dapat menurunkan kualitas minyak


goring.

 Adsorbsi adalah proses penyerapan zat cair/gas (adsorbat) pada


permukaan zat lainnya (padatan/adsorben).

 Pemanasan suhu dilakukan agar pori-pori dari adsorben terbuka


dan menyebabkan daya serap meningkat.

 Adsorben akan bekerja aktif pada alkohol dibandingkan


bentonite.

 Semakin banyak adsorbennya maka ALB dan kejernihannya


semakin baik.

 Adsorben kimia lebih efektif dibandingkan adsorben alami.


XI. GAMBAR ALAT

Magnetic Stirer Pipet Tetes pH Meter

Kertas Saring Gelas Kimia Labu Ukur

Pipet Ukur Gelas Ukur Erlenmeyer

Spatula Hot Plate Kaca Arloji

Anda mungkin juga menyukai