ARTIKEL SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAURAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
MAULI BISEL RAYPA SARAGIH
NIM. 135080600111085
ARTIKEL SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAURAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
MAULI BISEL RAYPA SARAGIH
NIM. 135080600111085
1
ANALISIS POTENSI GELOMBANG LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT (PLTGL) DENGAN SISTEM
OSCILLATING WATER COLUMN (OWC) DI PERAIRAN SELATAN BALI
Oleh :
MAULI BISEL RAYPA SARAGIH
NIM. 135080600111085
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan PSPK
2
ANALISIS POTENSI GELOMBANG LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT (PLTGL) DENGAN SISTEM
OSCILLATING WATER COLUMN (OWC) DI PERAIRAN SELATAN BALI
Mauli Bisel Raypa Saragih1), Nurin Hidayati2), Andik Isdianto2)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
Abstrak
Pembangkit listrik yang ada di Indonesia terutama di Bali masih memanfaatkan sumber
energi yang tidak dapat diperbaharui seperti pembangkit listrik tenaga diesel, tenaga uap, dan tenaga
gas bumi. Gelombang laut merupakan salah satu sumber energi terbarukan, dimana tinggi, periode dan
arah gelombang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan menggunakan sistem Oscillating
Water Column (OWC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perairan selatan Bali untuk
dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga gelombang laut. Perairan selatan Bali selama
kurun waktu 2007-2016 memiliki nilai tinggi gelombang berkisar diantara 1,41 m sampai 2,14 m dan
besar daya listrik yang dapat dihasilkan berkisar diantara 10.132,65 watt sampai 25.733,10 watt dengan
nilai tinggi gelombang dan daya listrik yang dihasilkan di wilayah barat dan selatan lebih tinggi
dibandingkan wilayah timur perairan selatan pulau bali. Arah datangnya gelombang di perairan selatan
Bali berasal dari Barat Daya yang digunakan untuk menentukan arah mulut kolom osilasi dibangun
sehingga energi listrik yang dihasilkan dapat maksimum.
Kata kunci: Gelombang, Oscillating Water Column (OWC)
Power plants in Indonesia, especially in Bali, still utilize non-renewable energy sources such
as diesel power plants, steam power, and natural gas power. Sea waves are one of renewable energy
sources, where height, period and wave direction can be utilized as a power plant by using Oscillating
Water Column (OWC) system. This study aims to determine the potential of southern waters of Bali
to be utilized as a wave power plant. The southern waters of Bali during the period 2007-2016 had
wave height values ranging between 1.41 m to 2.14 m and the amount of electric power that could be
generated ranged between 10,132.65 watt to 25,733.10 watt with high wave values and electrical power
produced in the western and southern regions are higher than the eastern region of the southern
waters of Bali. The direction of waves in the southern waters of Bali come from the Southwest that
are used to determine the direction of the column of the oscillation column are built so that the
electrical energy are generated can be maximum.
3
1. PENDAHULUAN yang cukup konstan. Konsistensi tinggi
Kebutuhan manusia akan energi gelombang yang dihasilkan di perairan Selatan
terutama energi listrik mengalami peningkatan Bali dikarenakan perairan tersebut berhadapan
seiring dengan bertambahnya jumlah populasi langsung dengan laut lepas (Samudera Hindia)
manusia. Di Indonesia terutama di Bali, sehingga tinggi gelombang laut yang dihasilkan
pemanfaatan sumber energi masih cukup besar dan konstan. Nilai tinggi
memanfaatan energi yang tidak dapat gelombang yang cukup besar dan konstan ini
diperbaharui seperti dengan adanya yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit
pambangkit listrik tenaga diesel, tenaga uap listrik alternatif dengan memanfaatkan
dan gas. Keseluruhan pembangkit listrik yang teknologi Oscillating Water Column (OWC)
telah berdiri ini tentu saja nantinya akan karena energi listrik yang dihasilkan cenderung
menimbulkan permasalahan baru baik itu stabil (Sriartha and Putra, 2015).
terhadap lingkungan, kesehatan dan ekonomi Oscillating Water Column (OWC)
(Wijaya, 2010). merupakan salah satu alternatif teknologi
Mengurangi dampak negatif yang untuk mengkonversi energi gelombang laut
diakibatkan oleh pembangkit listrik yang dengan menggunakan sistem kolom air
memanfaatkan bahan bakar fosil ini, maka berosilasi. Pada dasarnya prinsip kerja
perlu dilakukan suatu upaya dengan teknologi yang mengkonversi energi
penyediaan energi listrik berbahan bakar gelombang laut menjadi energi listrik adalah
alternatif yang sifatnya non konvensional. mengakumulasi energi gelombang laut untuk
Salah satu pembangkit listrik yang ramah dapat menggerakkan turbin generator.
lingkungan adalah dengan memanfaatkan Teknologi konversi gelombang laut sistem
energi gelombang (Satria et al., 2014). OWC dipilih karena cocok di daerah dengan
Gelombang laut merupakan salah satu topografi pantai curam dan memiliki nilai
sumber energi terbarukan, dimana energi yang tinggi gelombang diantara 0,2 m hingga 1,19
dapat dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi m bahkan melebihi sehingga daya listrik yang
gelombang, panjang gelombang dan dihasilkan lebih besar (Mardiansyah et al.,
periodenya. Energi potensial dan kinetik yang 2014).
terkandung pada gelombang laut dapat Pemanfaatan teknologi oscillating water
dikonversikan untuk pemanfaatan tenaga column (OWC) untuk pembangkit listrik sangat
listrik. Energi gelombang ini dapat ramah lingkungan dan dalam proses
dimanfaatkan sebagai salah satu energi konstruksi dan pengoperasiannya tidak akan
alternatif untuk mengatasi krisis energi saat ini, merusak ekosistem alam yang ada. Teknologi
yaitu sebagai pembangkit listrik tenaga ombak ini sangat baik untuk dimanfaatkan di wilayah
atau energi gelombang (Subagio et al., 2012). Bali karena keindahan alamnya tetap terjaga.
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut Pemanfaatan teknologi pembangkit listrik
ini telah banyak dikembangkan, diantaranya : tenaga gelombang laut dengan sistem OWC
teknologi buoy tipe, teknologi overtopping devices, diharapkan nantinya mampu menghasilkan
teknologi oscillating water column. Perairan energi listrik yang dapat melayani konsumen
Selatan Bali memiliki nilai tinggi gelombang yang ada di Pulau Bali. Maka dari itu penelitian
4
ini diperlukan untuk menghasilkan teknologi Analisis dan pengolahan data dilakukan di
terbarukan yang ramah lingkungan dalam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
membangun pembangkit listrik terutama Universitas Brawijaya dan BMKG (Badan
dengan memanfaatkan tenaga gelombang laut Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
(Ubaidillah et al., 2014). Maritim Perak II Surabaya. Lokasi penelitian
2. METODE PENELITIAN ini dilakukan di perairan Selatan pulau Bali
2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian (Gambar 1).
Penelitian skripsi ini dilakukan dari bulan
November 2016 sampai bulan April 2017.
2.2 Prosedur Pengumpulan Data tahun 2007 hingga 2016 dengan menggunakan
Penelitian ini berfokus pada pengolahan nilai grid 0,25 yang memisahkan satu stasiun
data sekunder dikarenakan keterbatasan alat dengan stasiun lainnya. ECMWF menyediakan
dan waktu karena membutuhkan data time data tinggi gelombang, arah gelombang,
series. Data sekunder meliputi data tinggi, periode gelombang yang akan digunakan
periode, dana rah gelombang yang diperoleh dalam pengolahan data. Data tersebut tersedia
dari ECMWF (European Centre for Medium- dalam setiap 6 jam pengukuran dimulai dari
Range Weather Forecast) dan BMKG sebagai pukul 00:00, 06:00, 12:00, 18:00. Data yang
data pembanding untuk uji akurasi data. telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan
2.3 Pengolahan Data ECMWF stasiunnya masing-masing dan dihitung rata-
Data yang diunduh dari website ECMWF rata nilai tinggi, periode dan arah gelombang.
ialah data gelombang. Data gelombang
diunduh secara time series selama 10 tahun dari
5
2.4 Uji MRE 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Mean Relative Error (MRE) merupakan 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
salah satu uji statistik yang digunakan untuk Provinsi Bali terletak pada titik
mengetahui tingkat akurasi data hasil ECMWF koordinat 8˚03’40’’ - 8˚50’48’’ LS dan
dengan data BMKG dengan melakukan 114˚25’53’’ - 115˚42’40’’ BT, dengan batas –
perhitungan kesalahan relatifnya. MRE ini batas wilayah sebagai berikut (Wijaya, 2010) :
menggunakan persamaan sebagai berikut : Sebelah Utara adalah Laut Bali
RE = 100% Sebelah Timur adalah Selat Lombok
Sebelah Selatan adalah Samudra
MRE = ∑
Hindia
Dimana : Sebelah Barat adalah Selat Bali
RE = Relative Error (%) Perairan Selatan Bali merupakan daerah
MRE = Mean Relative Error (%) pesisir yang berhadapan langsung dengan
= data hasil simulasi Samudera Hindia dengan karakteristik
Uji akurasi data antara ECMWF dan satu daerah dengan kekuatan angin dan
BMKG dapat diterima apabila nilai MRE yang gelombang yang cukup tinggi yang diakibatkan
dihasilkan memiliki nilai kurang dari 40%, dan dari implikasi dari benua Australia dan Asia
apabila nilai MRE yang dihasilkan melebihi (monsun) dan berbatasan dengan samudera.
40% maka data ECMWF dan data BMKG Pola sirkulasi angin dan gelombang ini
tidak memiliki keakurasian yang tidak cukup berfluktuasi dengan musim yang berlangsung
Perhitungan besar daya listrik mengemukakan bahwa wilayah Selatan Bali ini
menggunakan metode oscillating water column layak untuk dijadikan sebagai wilayah studi
(OWC) dengan mengetahui tinggi, perioded kasus pengembangan energi terbarukan yang
an arah gelombang. Besar daya listrik dihitung berasal dari angin dan gelombang (Purba,
6
19 pada tahun 2016 dan dapat dilihat pada
Tabel 1.
7
Tabel 1. Data uji validasi MRE
Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi
Gelombang Gelombang
Gelombang Gelombang
Stasiun dari Stasiun dari
dari BMKG dari BMKG
ECMWF ECMWF
(m) (m)
(m) (m)
3 1,54 1,66 16 1,67 0,54
3 1,77 1,39 16 2,08 0,86
3 2,18 2,18 16 1,83 0,77
3 1,92 1,83 19 1,42 1,60
9 1,46 1,52 19 1,61 1,34
9 1,66 1,25 19 1,99 2,12
9 2,05 2,01 19 1,76 1,75
9 1,82 1,69
16 1,47 0,74
Berdasarkan hasil uji validasi antara data hingga 2016 diolah dengan mencari rata-rata
ECMWF dan BMKG menghasilkan nilai mean data gelombang dalam satu tahun. Stasiun 1
relative error sebesar 17,48 % dengan nilai dan stasiun 4 pada lokasi penelitian, data
kebenaran sebesar 82,52 %. Berdasarakan tinggi dan periode gelombang yang disediakan
hasil dari validasi data ini menurut Sugiyono ECMWF tidak valid, sehingga perhitungan
(2006), verifikasi model dengan nilai error dilakukan dengan menggunakan interpolasi
dibawah 40% masih dapat diterima. Sehingga data. Hasil dari pengolahan data gelombang
dapat disimpulkan bawah data dari ECMWF dapat dilihat pada Tabel 2.
dapat menggantikan data yang berasal dari
BMKG.
3.2.2 Analisis Data Gelombang Tahun
2007–2016
Pengolahan data gelombang yang
diperoleh dari data ECMWF dari tahun 2007
Tabel 2. Hasil pengolahan rata-rata data gelombang
Periode Tinggi
Tahun Arah Gelombang (˚)
Gelombang (s) Gelombang (m)
8
Tinggi rata-rata gelombang tahunan penelitian dalam kurun waktu 10 tahun
terdapat diantara 1,6 meter sampai 1,85 meter terakhir (2007-2016) memiliki nilai yang tidak
yang dimana nilai tinggi gelombang tertinggi signifikan perbedaannya. Pengolahan data
terjadi pada tahun 2008 dengan nilai 1,8 meter bersumber dari data gelombang ECMWF dan
dan gelombang terendah terjadi pada tahun dikelompokkan ke dalam 4 musim yaitu
2010 dengan nilai 1,63 meter. Pola ketinggian musim barat, peralihan 1, timur dan juga
gelombang laut yang terjadi di kawasan ini musim peralihan 2. Hasil dari pengolahan
tergolong konstan dan cukup besar, hal ini tinggi gelombang (Gambar 2) dan periode
dikarenakan laut yang ada di kawasan ini gelombang (Gambar 3) memiliki nilai yang
berhadapan langsung dengan laut lepas sama pada hasil pengolahan data pada musim
(Samudera Hindia). peralihan 1 dan peralihan 2. Pengolahan
3.2.3 Analisis Data Gelombang Tahun berdasarkan musim ini dilakukan dari rata-rata
2007-2016 Berdasarkan Musim tahun 2007 sampai 2016.
Perhitungan tinggi dan periode
gelombang laut dengan mengambil 19 titik
2.2
Tinggi Gelombang (m)
2.1
2
1.9
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
9
12.000
Hasil dari grafik dapat ditunjukkan pada Pengolahan rata-rata data gelombang
nilai tinggi gelombang musim barat memiliki dari tahun 2007 hingga 2016 adalah dengan
anomali nilai tinggi gelombang dibandingkan menghitung nilai rata-rata tinggi gelombang,
dengan musim lainnya. Periode gelombang periode gelombang, dan arah gelombang pada
dari tahun 2007 sampai tahun 2016 pada satu titik pengamatan selama kurun waktu 10
keempat musim memiliki nilai yang lebih tahun (2007-2016). Hasil dari pengolahan data
beragam dibandingkan nilai tinggi gelombang. ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang merupakan
3.2.4 Analisis Rata-Rata Data Gelombang rata-rata data gelombang dari titik
Tahun 2007-2016
pengamatan.
10
Distribusi tinggi gelombang yang terjadi semakin tinggi ini juga di sebabkan oleh arah
pada perairan Bali memiliki nilai tinggi datangnya gelombang berasal dari Barat Daya
gelombang yang meningkat apabila semakin dan Selatan yang mengarah ke Timur Laut dan
mengarah ke Selatan. Gelombang yang Timur (Gambar 4).
mengarah ke Selatan tinggi gelombang
11
Arah Periode Tinggi
Tahun Daya Listrik (watt)
Gelombang (˚) Gelombang (s) Gelombang (m)
2015 202,71 10,76 1,65 14783,30
2016 205,09 11,18 1,69 16317,59
3.3.2 Analisis Daya Listrik Tahun 2007- pada musim barat, peralihan 1, timur dan
2016 Berdasarkan Musim peralihan 2 dapat dilihat pada Gambar 5. Dari
Perhitungan besar daya listrik yang grafik yang dihasilkan, besar daya listrik yang
terdapat di wilayah Selatan Bali dengan dapat dihasilkan pada 4 musim terjadi pada
memanfaatkan tenaga gelombang laut yang range 10.000 watt hingga 28.000 watt.
dilakukan dalam kurun waktu 10 tahun (2007
– 2016) dibagi atas 4 musim. Besar daya listrik
30000
25000
Daya Listrik (watt)
20000
15000
10000
5000
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Musim Barat Musim Peralihan 1
Musim Timur Musim Peralihan 2
3.3.3 Analisis Rata-Rata Daya Listrik gelombang dari setiap titik pengamatan. Rata-
Tahun 2007-2016
rata tinggi dan periode gelombang ini yang
Rata-rata daya listrik dari tahun 2007
diolah menghasilkan rata-rata daya listrik dari
sampai 2016 dilakukan dengan menghitung
tahun 2007 sampai 2016 yang dapat dilihat
rata-rata data tinggi gelombang dan periode
pada Tabel 5.
12
Daya
Longitud Latitud Arah Periode Tinggi
Stasiun Listrik
e e Gelombang (˚) Gelombang (s) Gelombang (m)
(watt)
11 115,25 -8,75 204,86 10,92 1,75 16569,17
12 115,25 -9 204,82 10,92 1,75 16592,37
13 115,25 -9,25 204,42 10,86 1,80 17548,70
14 115,5 -9 205,24 10,96 1,71 15890,59
15 115,5 -9,25 204,82 10,88 1,77 16917,31
16 115,75 -8,5 197,88 9,31 1,14 5993,94
17 115,75 -8,75 202,11 10,15 1,41 9953,50
18 115,75 -9 205,73 11,00 1,67 15200,76
19 115,75 -9,25 205,28 10,91 1,73 16293,58
Persebaran potensi yang dapat dengan dengan Selat Bali dan semakin besar
menghasilkan daya listrik di wilayah Bali pada nilai daya yang dihasilkan apabila semakin ke
tahun 2007 sampai 2016 terdapat di daerah wilayah Selatan yang berbatasan langsung
bagian Barat Pulau Bali yang berdekatan dengan Samudera Hindia (Gambar 6).
3.4 Rekomendasi Wilayah Potensial datangnya gelombang berasal dari Barat Daya
Perencanaan pembangunan pembangkit menuju ke arah Timur Laut dan Timur
listrik tenaga gelombang laut dengan sistem (Gambar 7).
OWC ini membutuhkan data arah dominan
datangnya gelombang untuk mengetahui
peletakan mulut kolom OWC. Pada penelitian
yang dilakukan di perairan Selatan Bali dalam
kurun waktu 2007 sampai 2016, arah dominan
13
Gambar 7. Peta arah gelombang tahun 2007-
Gambar 8. Peta kedalaman perairan Selatan
2016
Bali
Pembangkit listrik tenaga gelombang Pengolahan data arah gelombang, tinggi
laut umumnya dibangun di pesisir pantai dan gelombang, periode gelombang dan
juga sebagai break water. Sistem OWC ini kedalaman wilayah perairan Bali dapat
mengalami beberapa modifikasi untuk dapat menunjukkan lokasi yang paling optimal
dimanfaatkan di perairan lepas pantai dengan dibangun pembangkit sistem OWC ini baik di
mengetahui kedalaman suatu perairan. pesisir pantai maupun dengan memanfaatkan
Pembangunan sistem OWC di lepas pantai ini sistem floating. Wilayah Bali dengan nilai tinggi
memanfaatkan sistem floating dengan gelombang yang cukup tinggi dan kedalaman
menambatkan bangunan OWC dengan dasar yang dimiliki wilayah Selatan Bali yang
perairan. Sistem floating ini membutuhkan berbatasan dengan Samudera Hindia yang
data kedalaman dari suatu perairan yang melebihi 100 meter maka pembangunan
direncanakan akan dibangun sistem floating ini. pembangkit listrik dengan memanfaatkan
Pemanfaatan sistem floating dengan mooring ini tenaga gelombang laut sebaiknya dibangun di
dapat dilakukan pada kedalaman 40 meter pesisir pantai. Daerah pesisir Selatan Bali
sampai 100 meter (Vicente et al., 2009). memenuhi syarat untuk dibangun pembangkit
Wilayah perairan di Pulau Bali memiliki listrik tenaga gelombang laut karena memiliki
kedalaman yang sangat beragam di setiap nilai tinggi gelombang melebihi 1,2 meter
daerahnya. Kedalaman yang terdapat di dengan topografi dasar laut berupa pasir dan
wilayah Selatan Bali pada jarak 50 kilometer batuan sangat baik untuk direkomendasikan
dari garis pantai memiliki kedalam 0 meter dibangun pembangkit listrik tenaga gelombang
sampai 60 meter. Kedalaman suatu perairan laut. Pembangunan pembangkit listrik tenaga
yang memiliki nilai 40 meter sampai 60 meter gelombang laut di pesisir pantai memiliki nilai
merupakan kedalaman yang cukup baik jika efisiensi yang sangat baik dengan biaya
pemanfaatan pembangkit listrik tenaga pembangunan konstruksi minim dibandingkan
gelombang laut dengan sistem floating OWC dengan sistem floating (Ubaidillah et al., 2014).
ini akan dibangun. Peta kedalaman perairan Pembangunan sistem pembangkit OWC ini
Bali dengan pengolahan data yang didapatkan lebih baik dikarenakan tidak akan mengganggu
dari GEBCO tahun 2016 dapat dilihat pada jalur pelayaran dibandingkan sistem floating
Gambar 8. yang akan dibangun di lepas pantai.
Rekomendasi pembangunan sistem OWC ini
14
terdapat di wilayah Selat Bali, Jembrana, dan bidang wisata bahari maupun perhotelan.
Uluwatu yang dapat dilihat pada Gambar 9. Potensi keadaan gelombang yang berada di
Wilayah Selat Bali merupakan termasuk daerah pesisir Uluwatu dapat dimanfaatkan
kedalam kabupaten Jembrana dan masih dengan membangun pembangkit listrik tenaga
terdapat beberapa desa terpencil yang masih gelombang laut untuk dapat memenuhi
membutuhkan sumber daya listrik seperti kebutuhan akan sumber daya listrik secara
Desa Yeh Embang, Yeh Buah, Pergung, dan mandiri dan juga dapat sebagai penarik untuk
Poh Santen. Daerah Uluwatu yang berada di menjadi objek kunjungan wisata tentang
wilayah Selatan Bali merupakan daerah yang pembangkit listrik dengan memanfaatkan
sedang mengalami perkembangan dalam energi gelombang laut.
15
sistem OWC adalah di pesisir Kabupaten Oscillating Water Column di
Perairan Pulau Sempu Kabupaten
Jembrana dan Uluwatu.
Malang. Tek. Elektro.
4.1.2 Saran Vicente, P.C., Falcao, A.F. de O., Gato,
L.M.C., Justino, P.A.P., 2009.
Adapun saran dari penelitian ini adalah
Hydrodynamics of Triangular-Grid
diharapkan data persebaran gelombang dapat Arrays of Floating Point-Absorber
Wave Energy Converters With Inter-
dimanfaatkan untuk mengetahui alur
Body and Bottom Slack-Mooring
pelayaran dan menjadi pertimbangan untuk Connections. Proc. 8th Eur. Wave
Tindal Energy Conf. 538–547.
rencana pembangunan pembangkit listrik
Wijaya, I.W.A., 2010. Pembangkit Listrik
tenaga gelombang laut dengan tipe OWC Tenaga Gelombang Laut
Menggunakan Teknologi Oscillating
(Oscillating Water Column) karena perairan
Water Column di Perairan Bali. Tek.
Selatan Pulau Bali memiliki potensi yang Elektro Vol. 9 No.2.
sangat baik untuk dibangun pembangkit listrik
alternatif.
5. DAFTAR PUSTAKA
Mardiansyah, L.A., Ismanto, A., Setyawan,
W.B., 2014. Kajian Potensi
Gelombang Laut sebagai Sumber
Energi Alternatif Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)
dengan Sistem Oscillating Water
Column (OWC) di Perairan Pantai
Bengkulu. J-OCE UNDIP Volume 3
Nomor 3, 328–337.
Purba, N.P., 2014. Variabilitas Angin dan
Gelombang Laut Sebagai Energi
Terbarukan di Pantai Selatan Jawa
Barat. J. Akuatika Vol. V No. 1.
Satria, D., Chan, Y., Kurniawan, D., 2014.
Rancang Bangun Alat Pembangkit
Listrik Tenaga Gelombang Laut
Sistem Bandul Ganda (PLTGL-
SBG) Skala Laboratorium. Simp.
Nas. RAPI XIII.
Sriartha, I.P., Putra, I.W.K.E., 2015. Distribusi
Spasial Genangan Air Laut
Berdasarkan Analisis Data Satelit
Altimetri Envisat di Wilayah Pesisir
Barat Kabupaten Buleleng, Bali. J.
Bumi Lestari Volume 15 No. 2, 165–
175.
Subagio, M.B., Fitri, S.P., Soemartojo, 2012.
Analisa Teknis Sistem Konversi
Pneumatis Energi Gelombang Laut
Sebagai Pembangkit Listrik. J. Tek.
POMITS Vol. 1 No. 1, 1–6.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Ubaidillah, A.R., Soemarwanto, Purnomo, H.,
2014. Studi Potensi Pembangkit
Listrik Tenaga Ombak Tipe
16