Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2010).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan sepermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan 7 hari menurut kalender
internasional. ( SarwonoPrawirohardjo,2010 : 213)
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.

2.1.2 Masa Kehamilan


Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu).
Kehamilan wanita di bagi menjadi tiga triwulan pertama 0-12 minggu, triwulan
ke dua 13-28 minggu, dan triwulan ke tiga 28-42 minggu (Manuaba, 2009).
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari bulan keempat sampai
6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Pantikawati, 2010).

2.1.3 Evidence Base Practice Asuhan Kehamilan

Paktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil


penelitian dan pengalaman praktek.Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya
sekarang tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan Evidence Based
Practic,pemerintah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:
1. Kehamilan
a. Kunjungan ANC
Dilakukan minimal 4x selama kehamilan, di bagi sbb:
1) Trimester I (sebelum kehamilan 14 minggu)
Tujuan nya:
a) mencegah masalah yang dapat di tangani sebelum
membahayakan jiwa ibu dan janin
b) mencegah masalah
c) membangun hubungan saling percaya
d) mendorong perilaku hidup sehat

2) Trimester II (14-28 minggu)

Tujuan nya :
a) sama dengan trimerter1 ditambah kewaspadaan
khusus terhadap hipertensi kehamilan(deteksi pra-
ekslamsi, pantau TD, odema, protein urine)

3) Trimester III (28-36)

Tujuan nya:

a) sama, ditambah deteksi kehamilan ganda

b) Setelah 36 minggu : sama, ditambah deteksi


kelainan letak / kondisi yang memerlukan persalinan
di RS
b. Memperkirakan kadar hemoglobulin dalam kehamilan

Kehamilan normal akan mengalami penurunan kadar


hemoglobin.Penurunan terendah akan tejadi pada umur kehamilan 30
minggu yang disebabkan oleh hemodilusa.Sehingga diharapkan ibu
hamil perlu dilakukan pemeriksaan hemoglobin minimal dua (2) kali
selama kehamilan yaitu pada awal periksa kehamilan dan pada
kehamilan usia 30 minggu.
Bila kadar Hb mengalami abnormal ( kurang dari 9 % ) harus
dilakukan pemeriksaan lanjut dan pengobatan yang sesuai sehingga
dapat mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan.

c. Hipotensi saat tidur terlentang


Supine hipotensive syndrome dapat menyebabkan wanita hamil
merasa pusing, pingsan, bahkan meninggal jika penyebabnya tidak
cepat diatasi. Hal tersebut tejadi ketika ibu hamil dalam posisi tidur
terlentang terutama pada usia kehamilan lanjut, karena bobot badan
yang berat pembesaran rahim dan vena cava anferior pada sistem
venous. Pembuluh vena mengalami hambatan yang akan mengurangi
jumlah darah yang menuju hati dan jantung. Selain itu tersebut juga
dapat menyebabkan hipotensi. Akibat bobot rahim yang berat juga
menekan aorta yang dapat mengakibatkan perubahan pada tekanan
darah arteri ( Varney,2004 ).
d. Pemberian suplemen
Pemberian tablet Fe 90 tablet selama hamil, yang mengandung
FeSO4 320 mg ( zat besi 60 mg) dan asam folat 500mg dalam 1tablet
sehari.Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh/kopi
karena akan mengganggu penyerapan, sebaiknya diminum dengan
air jeruk.
e. Imunisasi TT
Imunisasi TT dengan dosis 0,5cc/injeksi. Dilakulan 2kali selama
kehamilan dengan intervensi sbb:
1) TT I : pada kunjungan awal kehamilan
2) TT ll : 4 minggu dari TTI
3) TT III: 6 bln dari TT II
4) TT IV: 1 tahun dari TT III
5) TT V : 1 tahun dari TT IV
2. Persalinan
a. Dukungan pada persalinan
b. Periksa dalam dilakukan sesuai kebutuhan
c. Posisi dan gerakan ibu dalam persalinan
d. Makan dan minum selama persalinan
e. Pengaturan nafas kala II
f. Episiotomi
g. Penggunaan vacum ekstraktor
3. Nifas
a. Memulai pemberian ASI
b. Regulasi suhu BBL dengan kontak kulit dengan kulit
c. Perawatan BBL
d. Menjahit perinium
e. Memotong tali pusat
f. Perawatan tali pusat

2.1.4 Tanda-Tanda Kehamilan

Untuk menentukan hamil atau tidak harus mencari tanda-tanda


kehamilan yaitu tanda pasti dan tidak mungkin.
A. Tanda Pasti
1. Mendengar DJJ (denyut jantung janin)
2. Melihat, meraba, merasakan pergerakan anak saat diperiksa
3. Melihat rangka janin saat USG, foto sinar rontgen

Jika salah satu tanda pasti ditemukan diagnosa kehamilan dapat dibuat
dengan pasti, ditemukan umur kehamilan > 4 mgg dengan USG, kantong
kehamilan selalu dapat terdeteksi pada umur 10 mgg dan DJJ pada umur 12
mgg.Tanda pasti bisa didapat dari tanda obyetif oleh pemeriksa.

B. Tanda Mungkin

Sudah timbul sejak hamil muda tapi hanya boleh diduga, makin banyak
tanda ini didapat makin banyak kemungkinan adanya kehamilan. Tanda
mungkin bisa :

1. Diperoleh oleh pemeriksa


2. Dirasakan oleh klien
Tanda 1-10 mgg tanda obyektif

Tanda 11-15 mgg tanda subyektif

1. Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim


Diraba membesar dan makin lama makin bundar bentuknya,
kadang pembesaran tidak rata, tapi didaerah telur bernidasi lebih cepat
tumbuhnya tanda ini di sebut tanda piskacek.
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak
terutama daerah itshmus sedemikian lunaknya hingga kalau diletakkan
2 jari dalam fornik posterior dan satunya pada dinding perut atas
sympisis maka itshmus ini akan teraba seolah-olah corpus uteri
terpisah dari serviks.
2. Perubahan pada serviks
Diluar kehamilan konsistensi cerviks keras seperti meraba
ujung hidung dalam kehamilan cerviks teraba selunak bibir/ujung
bawah daun telinga.
3. Konstraksi braxton hicks
Waktu dipalpasi pada rahim yang lunak tiba-tiba menjadi keras
4. Ballotement
Pada bulan 4-5 janin kecil dibandingkan banyak air ketuban,
maka kalau rahim didorong dengan tiba-tiba digoyang maka janin
melenting didalam rahim.Ballotement dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luar atau dalam.
5. Meraba bagian janin
Bisa dilakukan apabila janin sudah besar
6. Pemeriksaan biologis
Tidak dimasukan tanda pasti dalam keadaan lain pun dapat
menimbulkan reaksi positif.
7. Pembesaran perut
Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai
membesarkan perut
8. Keluarnya kolostrum
9. Hiperpigmentasi pada kulit
Pada muka (chloasma gravidarum) hiperpigmentasi pada
areolla mammae dan papilla mammae, hiperpigmentasi linea alba
(putih) yang menjadi linea fusca (coklat) linea nigra (hitam).

10. Tanda chadwick; warna selaput lendir vulva dan vagina berwarna ungu
11. Adanya amenorhea, pada wanita sehat dengan haid yang teratur
amenorhea menandakan adanya kemungkinan kehamilan, tapi kadang
amenorhea disebabkan, penyakit berat seperti TBC, anemia, typhus,
pengaruh psikis, perubahan lingkungan.
12. Mual dan muntah
13. Ibu merasakan pergerakan janin
14. Sering BAK (rahim membesar menekan blaas)
15. Perasaan dada dan nyeri
Pembesaran rahim karena hamil harus dibedakan dari tumor
lain dalam rongga rahim seperti myoma, cystoma, haematometra
(darah terbendung dalam rongga rahim). Suatu keadaan pada wanita
yang ingin sekali punya anak disebut pseudocyesis atau kehamilan
palsu gejalanya : perut besar karena kembung, pasien merasa adanya
pergerakan padahal pergerakan usus, mamae membesar, mual dan
muntah kadang timbul hiperpegmentasi, tanda pasti tidak mungkin
ditemukan.

2.1.5 Perubahan Anatomi Fisiologi pada Ibu Hamil

2.1.5.1 Uterus

1) Trimester I

Pada minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk


aslinya seperti buah apokat. Seiring dengan perkembangan
kehamilan, daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan
menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu.(Suryati
Roumli, 2011:75)

Panjang uterus akan bertambah lebih cepat dibandingkan


lebarnya sehingga akan berbentuk oval. Ismus uteri pada minggu
pertama mengadakan hipertropi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ismus lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan
tanda hegar.(Suryati Roumli, 2011:75)

2) Trimester II

Pada saat itu rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi


otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik
dan endometrium menjadi desidua.(Suryati Roumli, 2011:75)

3) Trimester III
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000
gram (berat uterus normal 30 gramdengan panjang 20cm dan
dinding 2,5 cm.

Pada trimester 3, istimus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri


dan berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah
rahim (SBR).Pada kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas
uterus menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis (tampak batas
yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah
yang lebih tipis).Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi
fisiologik. Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal
daripada SBR

2.1.5.2 Serviks Uteri

1) Trimester I

Pada trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi


kurang kuat terbungkus.hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi
kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot polos dan jaringan
elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah paralel terhadap
sesamanya sehingga serviks menjadi lunak pada dinding kondisi tidak
hamil, tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilannya.(Suryati
Roumli, 2011:74)

2) Trimester II
Konsistensi serviks menjadi lebih lunak dan kelenjar-kelenjar
di serviks akan berfungsi lebih dan mengeluarkan sekresi lebih
banyak.(Suryati Roumli, 2011:75)

3) Trimester III

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan


karena hormon esterogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan
dengan adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi
lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang
terdiri dari atas kolagen. Karena serviks terdiri atas jaringan ikat dan
hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks tidak
mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks
akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan
tekanan bagian bawah janin kebawah.

2.1.5.3 Vulva dan Vagina

1) Trimester I
Pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami
peningkatan sirkulasi darah karena pengaruh estrogen, sehingga
tampak makin merah dan kebiru-biruan (Tanda Piscaseck).Hormon
kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan
dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat
longgar, hipertropi otot polos dan pemanjangan vagina.Sel-sel vagina
yang kaya glikogen terjadi akibat stimulasi estrogen.(Suryati Roumli,
2011:73)
2) Trimester II

Karena hormon estrogen dan progesteron terus meningkat


terajadi hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh
darah alat genitalia membesar.Hal ini dapat dimengerti karena
oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genitalia tersebut
meningkat.Peningkatan sensivitas dapat meningkatkan keinginan dan
kebangkitan seksual.(Suryati Roumli, 2011:73)

3) Trimester III
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang
merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu
persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertropi sel otot polos. Perubahan ini
mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.(Suryati
Roumli, 2011:74). Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina
mulai meningkat dan lebih kental.

2.1.5.4 Mamae

1) Trimester I

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon


somatomamotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropik sistem saluran
sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada payudara.(Suryati
Roumli, 2011:77)Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-
sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi
pembuatan kasein. Dengan demikian payudara di persiapkan untuk
laktasi.Disamping itu perubahan progesteron dan somatomamotropin
terbentuk lemak disekitar alveolua-alveolus, sehingga payudara menjadi
besar. Papila mammae akan membesar, lebih tegang dan tambah lebih
hitam, seperti seluruh areola mammae karena hyperpigmentasi. Lemak
yang muncul di areola primer disebut lemak tuberkel montgomery.
Grandula montgomery tampak lenih jelas menonjol dipermukaan areola
mammae.(Suryati Roumli, 2011:77)

2) Trimester II

Pada kehamilan setelah 12 minggu, dari putting susu dapat


mengeluarkan cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.
Kolostrum ini berasal dari asinus yang mulai bersekresi.(Suryati Roumli,
2011:77)

3) Trimester III
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mammae membuat
ukuran payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu warna
cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna
kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut
kolostrum.(Suryati Roumli, 2011:78)

2.1.5.5 Perut
- Linea alba adalah garis hitam yang terbentang dari symphisis sampai
pusat, pada saat kehamilan warnanya akan menjadi lebih hitam. Selain
itu akan timbul garis baru yang terbentang di tengah-tengah atas pusat
ke atas yang disebut linea nigra.
- Terdapat juga striae gravidarum yang merupakan garis-garis pada
kulit, ada 2 macam striae :
1. Striae lividae adalah garis-garis yang warnanya biru pada
kulit, karena merupakan striae yang masih baru (primigravida).
2. Striae albicans adalah striae lividae yang menjadi putih
mengkilat dan meninggalkan bekas seperti parut/cicatric
(multigravida).
2.1.5.6 Sistem Respirasi

1) Trimester I
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap
percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen
jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan suatu
cara untuk membuang karbondioksida. (Suryati Roumli, 2011:88)
2) Trimester II
Karena adanya penurunan tekanan CO2 seorang wanita hamil
mengeluhkan sesak napas sehingga meningkatkan usaha
bernapas.(Suryati Roumli, 2011:88)
3) Trimester III
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang
membesar ke arah difragma sehinggan diafrgma kurang leluasa
bergerak mengakibatkan wanita hamil derajat kesulitan bernapas.
(Suryati Roumli, 2011:88)
2.1.5.7 Traktus Urinarius

1) Trimester I
Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
sehingga sering timbul kencing.Keadaan ini hilang dengan tuanya
kehamilan bila uterus grvidarus keluar dari rongga panggul dan
ginjal waita harus mengkomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi
tubuh ibu yang meningkat dan juga mengekresi produk sampah
janin.Fungsi ginjal berubah karena adanya hormon kehamilan,
peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan
makanan. Sejak minggu kesepuluh gestasi pelvik ginjal dan ureter
berdilatasi.(Suryati Roumli, 2011:79).
2) Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai
berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus.Pada
trimester kedua, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari
panggul sejati kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm
karena kandung kemih bergeser kearah keatas.
Kongesti panggul pada masa hamil ditujukan oleh hiperemia
kandung dan uretra. Peningkatan vaskularisasi membuat mukosa
kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah.(Suryati Roumli,
2011:79)
3) Trimester III
Pada kehamilan kepala janin mulai turun kepintu atas panggul
keluhan sering akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai
tertekan kembali. Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan
dan ureter lebih berdelatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran
uterus yang berat ke kanan. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis
dan ureter mampu menampung urin dalam volume yang lebih besar
dan juga memperlambat laju aliran urin.(Suryati Roumli, 2011:80)

2.1.5.8 Sistem Pencernaan

1) Trimetser I
Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas
otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam
hidroklorid dan peptin dilambung sehingga akan menimbulkan gejala
berupa pyrosis yang disebabkan oleh refleks asam lambung ke
esofagus bahwa sebagai akibat perubahan posisi lambung dan
menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah. Mual terjadi
akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas serat
konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas usus besar.
Mual yang sering terjadi pada pagi hari disebut “morning
sickness”. Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompenisasi dari mual
dan muntah yang terjadi, pada beberapa wanita ditemukan adanya
(ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu
wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan
muntah. (Suryati Roumli, 2011:80)
2) Trimester II
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesteron yang meningkat.Salain itu perut kembung juga terjadi
karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga
perutyang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran
pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral.Wasir cukup sering
pada kehamilan sebagian besar akibat konstipasi dan naiknya
tekanan vena-venadi bawah uterus termasuk haemorrhoid.(Suryati
Roumli, 2011:81)
3) Trimester III
Biasanya terjadinya konstipasi karena pengaruh hormon progesteron
yang meningkat.Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya
tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak
organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar,
ke arah atas dan lateral.(Suryati Roumli, 2011:81)

2.1.6. Perubahan Psikologis Dalam Kehamilan


A. Trimester I (Pariode Penyesuaian)
1. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya.
2. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan.
Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
3. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekadar untuk meyakinkan dirinya.
4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat
perhatian dengan seksama.
5. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang
ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah
dirahasiakannya.
6. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita,
tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.
7. Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan,
tetapi bercampur dengan keprikhatinan akan kesiapan untuk mencari
nafkah bagi keluarga. Seorang calon mungkin akan sangat
memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan menghindari
hubungan seksual karena takut akan mencederai bayinya.(Suryati
Roumli, 2011:89)
B. Trimester II (Periode Kesehatan yang Baik)
1. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan keadaan hormon yang
tinggi.
2. Ibu sudah menerima kehamilannya.
3. Merasakan gerakan anak
4. Merasa terlepas dari ketidak nyamanan dan kekhawatiran.
5. Libido meningkat.
6. Menuntut perhatian dan cinta
7. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari
dirinya.
8. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada
orang lain yang baru menjadi ibu.
9. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada
kehamilan,kelahiran,danpersiapan untuk peran ibu.
10. Ibu merasa lebih stabil, kesanggupan mengatur dirinya lebih
baik, kondisi atau keadaan ibu lebih menyenangkan,ibu mulai terbiasa
dengan perubahan fisik tubuhnya, janin belum terlalu besar sehingga
belum menimbulkan ketidaknyamanan
11. Ibu sudah mulai menerima dan mengerti tentangkehamilannya. (Suryati
Roumli, 2011:89)

C. TrimesterIII (Periode Penantian Dengan Penuh Kewaspadaan)


Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya.
1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik.
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
4. Khawatir bayi akan lahir dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang membahayakan bayinnya.
6. Merasa sedih karena akan terpisah pada bayinnya.
7. Merasa kehilangan perhatian.
8. Perasaan mudah terluka (senstif).
9. Libido menurun.
10. Pada trimester ini,ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami,
keluarga, dan bidan.
11. Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi
orang tua.
12. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayi mereka laki-laki atau
perempuan dan akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama untuk
bayi mereka.
(Suryati Roumli, 2011:90)
Masa ini disebut jugamasa krusial/penuh kemelut untuk beberapa
wanita karena ada kritis identitas, karena mereka mulai berhenti bekerja,
kehilangan kontak dengan teman (Oakley, dalam Sweet,1999). Mereka merasa
kesepian dan terisolasidi rumah.Wanita mempunyai banyak kekhawatiran
seperti tindakan medikalisasi saat persalinan, perubahan body image merasa
kehamilannya sangat berat, tidak praktis, kurang atraktif, takut kehilangan
pasangan.Bidan harus mampu mengkaji dengan teliti/hati-hati sejumlah stres
yang dialami ibu hamil, mampu menilai kemampuan coping dan memberikan
dukungan.

2.1.6.1 Support keluarga terhadap ibu hamil pada trimester III, di


antaranya yaitu:
a. Memberi dukungan moril terhadap sang ibu dalam
mempersiapkan persalinan, dapat berupa nasihat maupun
dukungan emosional mengenai gambaran proses persalinan.
b. Suami berusaha membaca banyak buku tentang anak dan peran
orangtua.
c. Menyiapkan berbagai fasilitas untuk mempersiapkan kedatangan
bayinya.
d. Suami menjadi tampak semakin hati-hati, penuh memahami dan
selalu berusaha menjaga hubungan damai dengan istrinya.

2.1.6.2 Pengaruh Suport Tenaga Kesehatan Terhadap Kebutuhan


Psikologis Ibu Hamil Pada Trimester 3.

Pada masa kehamilan usia 7 sampai 9 bulan (trimester III)


keberadaan tenaga kesehatan baik bidan, dokter yang berada di BPS,
polindes, puskesmas, rumah bersalin, maupun rumah sakit sangat
dicari keberadaannya oleh klien .Karena pada saat ini keluarga lebih
berhati-hati dan sering mengkonsultasikan keadaan kehamilan si ibu.
Pada kesempatan ini tenaga kesehatan berpotensi untuk
menganjurkan persalinan yang normal, alamiah dan sehat serta yang
paling penting proses persalinan tersebut dilakukan oleh tenaga
kesehatan bukan oleh seorang dukun.

Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannnya melalui dukungan.

a. Aktif: melalui kelas antenatal.


b. Pasif :
1) Dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang
mengalami masalah untuk berkonsultasi.
2) Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tentang keadaan
yang ada disekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu:bapak,
kakak, dan pengunjung.
3) Suport tenaga kesehatan biasanya dilakukan kepada sang ibu
diantaranya:
- Menjelaskan bahwa persalinan merupakanproses alamiah,
normal dan sehat.

Biasanya para tim medis membantu memberikan konseling


dan ancangan mengenai proses persalinan yang diambil kelak serta
memberikan pengertian mengenai persalinan yang akan diambil
sebaiknya oleh tenaga kesehatan dan bukan ke dukun.

- Menjelaskaan mengenai biaya-biayapersalinan.

Tidak semua ibu dapat mejalani trimester III dengan


tenang, seringkali ibu cemas akan biaya yang akan dihadapinya. Di
sinilah tenaga kesehatan memberikan solusi, seperti tabulin
(tabungan bersalin) yang bisa dimulai sejak ibu mengalami
kecemasan akan biaya. Tenaga kesehatan juga bisa memberikan
beberapa perkiraan-perkiraan harga bersalin di BPS, rumah sakit
maupun puskesmas.

- Memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan


dengan kesehatan ibu dan janin.

Selama hamil tubuh seorang ibu lebih rentan terkena


penyakit, sehingga faktor makanan harus benar-benar
diperhatikan.Gizi ibu hamil juga perlu diperhatikan, terutama pada
trimester III yang semakin mendekati persalinan.Selain itu ibu juga
harus di berikan konseling mengenai aspek yang berkaitan dengan
pemenuhan ASI eksklusif misalnya memperbanyak konsumsi
sayur-sayuran hijau dan perawatan payudara.

- Memberikan sugesti yang positif terhadap ibu


Tenaga kesehatan harus meyakinkan ibu jika ibu pasti bisa
melewati trimester III dengan baik yang di sertai dengan persalinan
yang normal, di harapkan hal ini mampu mengurangi kecemasan
yang di rasakan ibu lebih-lebih ibu primi gravida.

- Memberika pendidikan kepada pasangan ibu.

Hal ini dikarenakan seorang pasangan juga berpengaruh


pada psikologis ibu. Pasangan diharapkan juga memahami tentang
apa yang dialami sang istri.

2.1.7 Ketidaknyamanan Fisiologis Ibu Hamil


Ketidaknyamanan kehamilan trimester I, II dan III adalah keadaan
tidaknyaman yang dirasakan oleh ibu hamil trimester I, II dan III.Tidak semua
wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum muncul selama
kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga
berat.
Bebasnya seorang wanita dari ketidaknyamanan tersebut dapat
membuat perbedaan signifikan terhadap cara wanita memandang pengalaman
kehamilannya. Aspek fisiologis, anatomis dan psikologis yang mendasari
setiap ketidaknyamanan (jika diketahui) dijelaskan untuk merangsang pikiran
ibu hamil mencari upaya lebih lanjut untuk mengatasinya.Cara mengatasi
ketidanyamanan ini didasarkan pada gejala yang muncul.

No Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1. Sering buang air kecil. a. Kurangi asupan karbohidrat murni dan
Trimester I dan III makan yang mengandung gula
b. Batasi minum kopi, teh dan soda
c. Kurangi minum pada malam hari
2. Striae gravidarum. a) Gunakan emolien topikan atau antipruritik
Tampak jelas pada jika ada indikasinya.
bulan 6-7 b) Gunakan baju longgar yang dapat
menopang payudaran dan abdomen
3 Haemorhoid a. Makan makanan yang berserat, buah dan
Trimester II dan II sayuran serta banyak minum air putih dari
buah.
b. Lakukan senam hamil untuk mengatasi
haemorrhoid.
c. Jika haemorrhoid menonjol oleskan lotion
witch hazel
4 Kelelahan a. Istirahat yang cukup, minimal 2 jam pada
Trimester I siang hari
b. Lakukan tehnik relaksasi
5 Keputihan a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap
Terjadi pada trimester I, hari
II, III b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun
dan mudah menyerap
c. Tingkatkan daya tahan tubuh derngan
makan buah dan sayur
6 Keringat bertambah. a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar
Secara perlahan terus b. Tingkat asupan cairan
meningkat sampai akhir c. Mandi secara teratur
kehamilan (kegerahan)
7 Sembelit. a. Minum 3 liter cairan tiap hari terutama air
Trimester II dan III putih sari buah
b. Makan makanan yang kaya serat dan juga
vitamin C
c. Lakukan senam hamil atau olahraga ringan
(Jogging)
d. Membiasakan BAB secara teratur
8 Kram pada kaki a. Rendam kaki dengan air yang telah diberi
Setelah usia kehamilan minyak essensial siprus
24 minggu b. Kurangi konsumsi susu (kandungan
fosfatnya tinggi)
c. Latihan dorsofleksi pada kaki
9 Mengidam a. Tidak perlu dikhawatirkan selama diet
Trimester I memenuhi kebutuhannya
b. Jelaskan tetang bahaya makanan yang tidak
bisa di terima, mencakup gizi yang
diperlukan serta memuaskan rasa mengidam
atau kesukaan menurut kultur.
10 Napas sesak a. Jelaskan penyebab fisiologisnya
Trimester II dan III b. Merentangkan tangan di atas kepala serta
menarik napas panjang
c. Mendorong postur tubuh yang baik
11 Nyeri ligamentum a. Berikan penjelasan mengenai penyebab
rotondum nyeri
Trimester II dan III b. Tekuk lutut kearah abdomen
c. Mandi air hangat
d. Gunakan sebuat bantal untuk menopang
uterus dan bantal lainnya letakkan diantara
lutuh sewaktu dalam posisi berbaring miring
12 Panas perut a. Makan sedikit-sedikit tapi sering
mulaibertambah b. Hindari makan berlemak dan berbumbu
sejaktrimester II dan tajam
bertmbah semakin c. Hindari berbaring setelah makan
lamanya kehamilan. d. Hindari minum air putih saat makan
Hilang pada waktu e. Tidur dengan kaki ditinggikan
persalinan
13 Perut kembung a. Hindari makan yang mengandung gas
Trimester II dan III b. Mengunyah makanan secara teratur
c. Lakukan senam secara terattur
14 Pusing atau sakit a. Bangun secara perlahan dalam posisi
kepala. istirahat
Trimester II dan III b. Hindari berbaring dalam posisi terlentang
15 Mual dan muntah a. Makan sedikit tetapi sering
Trimester I b. Hindari makanan berlemak dan gorengan
c. Minum suplemen vitamin B6 dan zat besi
juga khrom
16 Sakit punggung atas a. Posisi / sikap tubuh yang selama lakukan
dan bawah aktivitas
Trimester II dan III b. Hindari mengangkat barang berat
c. Gunakan bantal ketika tidur untuk
meluruskan punggung
17 Varises pada kaki a. Istrirahat dengan menaikkan kaki setinggi
Trimester II dan III mungkin untuk membalikan efek gravitasi
b. Jaga agar kaki tidak bersilangan
c. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama.
18 Edema/Pembengkakan a. Hindari menggunakan pakaian ketat
pada kaki b. Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari
Trimester III c. Posisi menghadap kesamping saat berbaring
d. Penggunaan penyokong atau korset
19 Insomnia a. Hindari rokok dan minuman beralkohol
Trimester I dan III b. Hindari minum kafein (kopi, soda)
c. Sejukkan kamar tidur. Hentikan olahraga, 3
atau 4 jam sebelum tidur lakukan aktivitas
fisik
d. Usahakan tidur siang walaupun sebentar
e. Buat jadwal teratur
f. Biasakan miring kiri
g. Kurangi minum pada malam hari
h. Minum segelas susu hangat

(Suryati Roumli, 2011:149)

2.1.8 Tanda Bahaya Pada Kehamilan Muda


2.1.8.1 Perdarahan Pervaginam
a) Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-
akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar uterus.
b) Molahidatidosa (Kehamilan Anggur)
Di sebut kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion
(chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-
gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai anggur atau mata ikan merupakan bentuk neoplasma
trofoblas yang jinak (benigna)
c) Kehamilan Ektopik Terganggau (KET)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di luar uterus yaitu berada
di endometrium. Keadaan ini akan meningkat menjadi kehamilan
dengan hasil ektopik terganggu (KET) pada usia kehamilan 10
minggu. Sebagian besar KET terjadi pada kehamilan yang terletak di
tuba.
2.1.8.2Hipertensi Gravidarum
a. Hipertensi Kronik
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah
ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, hipertensi
yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan.
b. Superimposed preeklampsia
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dandiperberat
oleh kehamilan.(Suryati Roumli, 2011:200)

2.1.8.3 Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang


berlebihan, semua apa yang di makan oleh ibu hamil di muntahkan
kembali dan bisa menyebabkan syok. (Askeb Patologi).

2.1.9 Tanda Bahaya Pada Kehamilan Lanjut


2.1.9.1 Perdarahan pervaginam
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil
setelah 28 minggu disebut perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum harus mendapat perhatian penuh, karena merupakan tanda
bahaya yang mengancam nyawa ibu dan atau janinnya.
Perdarahan dapat keluar sedikit-sedikit tetapi terus menerus,
lama-lama ibu menderita anemia berat. Perdarahan dapat juga keluar
sekaligus banyak yangmenyebabkan ibu syok, lemas/ nadi kecil dan
tekanan darah menurun.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut yang termasuk
kriteria tanda bahaya adalah perdarahan yang banyak, berwarna merah,
dan kadang-kadang tetapi tidak selalu disertai dengan nyeri. Assesmen
yang mungkin adalah plasenta previa atau absruptio plasenta.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta
yaitu plasenta previa dan abruptio plasenta. Plasenta previa adalah
keadaan dimana plasenta berimplantasi pada temmpat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
permukaan jalan lahir. Abruptio plasenta adalah suatu keadaan dimana
plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum
janin lahir.

2.1.9.2 Sakit kepala yang hebat


Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala ini bisa terjadi apabila ibu kurang istirahat, kecapean, atau
menderitan tekanan darah tinggi. Sakit kepala yang menunjukkan
suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap
dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit
kepala yang hebat tersebut ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Assesment yang
mungkin adalah gejala preeklampsia.
2.1.9.3 Penglihatan kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat
berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah normal. Masalah
visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa ibu
adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau
berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit
kepala yang hebat. Assesment yang mungkin adalah gejala dari
preeklampsia.
2.1.9.4 Bengkak di wajah dan jari tangan
Edema (bengkak) adalah penimbunan cairan secara umum dan
berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dan
dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, hari tangan, dan
muka.
Bangkak bisa menunjukkan adanya masalah yang serius jika
muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
disertai dengan keluhan fisik lain. Asessmen yang mungkin adalah
gejala dari anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.

2.1.9.5 Keluar cairan pervaginam


Pecahnya selaput janin dalam kehamilan merupakan tanda
bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada
janin. Pecahnya selaput ketuban juga dapat diikuti dengan keluarnya
bagian kacil janin seperti tali pusat, tangan, atau kaki. Oleh karena itu
bila saat hamil ditemukan ada pengeluaran cairan apalagi bila belum
cukup bulan harus segera datang ke rumah sakit dengan fasilitas
memadai. Assesmen yang mungkin adalah Ketuban Pecah Dini
(KPD).
Diagnosis ketuban pecah dini didasarkan pada riwayat
hilangnya cairan vagina dan pemastian adanya cairan amnion dalam
vagina. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah
penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur
dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan penyebabkan
infeksi pada ibu.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena kurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh
karena kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan
usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan
adanya tanda-tanda persalinan.
2.1.9.6 Gerakan janin tidak terasa
Gerakan fetus dapat dirasakan oleh Ibu pada kehamilan 18
minggu, jantung fetus dapat didengar stetoskop pada kehamilan 20
minggu (Suryati Romauli, 2011 : 62). Ibu dapat merasakan gerakan
janinnya lebih awal. Jika janin tidur gerakannya akan melemah. Janin
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam, gerakan
janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan
jika ibu makan dan minum dengan baik. Yang termasuk tanda bahaya
adalah bila gerakan janin mulai berkurang bahkan tidak ada sama
sekali. Assesment yang mungkin adalah kematian janin dalam rahim.
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin
setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan.
Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1 % kehamilan. Penyebab
yang berakitan antara lain komplikasi plasenta dan tali pusat, penyakit
hipertensi, komplikasi medis, anomali bawaan,infeksi dalam rahim
dan lain-lain.
Kematian janin harus dicurigai bila ibu hamil mengeluh tidak
terasa gerakan janin, perut terasa mengecil, dan payudara mengecil.
Selain itu dari hasil pemeriksaan DJJ tidak terdengar sementara uji
kehamilan masih tetap positif karena plasenta dapat terus
menghasilkan HCG.Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan
kematian janin dalam rahim yaitu janin mati terlalu lama dalam
menimbulkan gangguan pada ibu. Bahaya yang terjadi berupa
gangguan pembekuan darah, disebabkan oleh zat-zat berasal dari
jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu.
2.1.9.7 Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya dalam
kehamilan. Apabila perut ibu terasa sangat nyeri secara tiba-tiba
bahkan jika disentuh sedikit saja dan terasa sangat keras seperti papan
serta disertai perdarahan pervaginam. Ini menandakan terjadinya
solusio plasenta. Nyeri perut yang hebat normal terjadi pada akhir
kehamilan akibat dari kontraksi dari rahim ibu yang akan
mengeluarkan isi dalam kandungan atau bayi. Jadi harus dapat
dibedakan apakah nyeri perut tersebut disebabkan karena ibu kan
melahirkan atau terjadi abrupsio plasenta.

2.2.0 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan

2.2.0.1 Filosofi Asuhan Kehamilan


1. Kehamilan adalah proses normal dan fisiologis
Setiap wanita usia subur akan mengalami proses
kehamilan. Sebagai bidan, kita meyakini bahwa asuhan
kehamilan yang membantu serta melindungi proses kehamilan
dan kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian
besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak
didukung oleh bukti ilmiah (evidence based).
2. Pemberdayaan
Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan.Oleh
karena itu, bidan harus memberdayakan ibu dan keluarga
dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka
melalui pendidikan kesehehatan agar dapat merawat dan
menolong diri sendiri pada kondisi tertentu.
3. Otonomi
Pengambil keputusan adalah ibu dan keluarga.Bidan
harus, memberikan informasi yang akurat tentang resiko dan
manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun
test/pemeriksaan sebelum mereka memutuskan untuk
menyetujuinya. Bidan juga harus membantu membuat
keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu dan bayinya
berdasarkan system nilai dan kepercayaan ibu dan keluarga.
4. Tidak membahayakan
Intervensi harus dilakukan atas dasar indikasi yang
spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab, obat atau prosedur lain
pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan
harus tahu kapan harus melakukan sesuatu dan intervensi yang
dilakukannya harus aman berdasarkan bukti.
5. Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang harus diberikan bidan harus
didasari ilmu, analisa dan pertimbangan yang matang.Akibat
yang timbul dan tindakan yang dilakukan menjadi tanggung
jawab bidan.Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan
kebutuhan ibu dan janin, bukan atas dasar kebutuhan
bidan.Asuhan yang berkualitas, terfokus pada klien dan sayang
ibu serta berdasarkan bukti ilmiah menjadi tanggung jawab
bidan.

2.2.0.2 Prinsip Asuhan Kehamilan


- Kehamilan dan persalinan adalah proses alami dan fisiologi
- Menggunakan cara sederhana
- Aman berdasarkan fakta dan konstribusi pada keselamatan ibu
- Terpusat pada ibu, bukan asuhan kesehatan (sayang
ibu)Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu
- Membantu ibu aman, Nyaman
- Memastikan ibu dapat infrmasi, consent dan konseling
- Mendorong ibu dan keluarga aktif dalam membantu keputusan
- Membantu praktek-prektek adat dan keyakinan agama
- Memantau kesejahteraan fisik, psikologi, spiritual, dan social

2.2.0.3 Tujuan Asuhan Kehamilan


1. Untuk memfasilitasi hamil yang sehat dan positif bagi ibu
hamil maupun bayi dengan menegakkan hubungan kepercayaan
dengan ibu.
2. Memantau kehamilan dengan memastikan ibu dan tumbuh
kembang anak sehat.
3. Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa selama
hamil (penyakit umum, keguguran, pembedahan)
4. Mempersiapkan kelahiran cukup bulan dengan selamat, ibu dan
bayi dengan trauma minimal.
5. Mempersiapkan ibu, agar nifas berjalan normal dan dapat
memberikan asi ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang normal.
7. Membantu ibu mengambil keputusan klinik.
Tujuan Utama Anc:
Menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan perinatal
dengan upaya bidan :
1. Memonitor kemajuan kehamilan dalam upaya memastikan
kesehatan ibu dan perkembangan bayi normal.
2. Mengenali penyimpangan dari keadaan normal dan memberikan
pelaksanaan dan pengobatan yang diperlukan.
3. Mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik emosional dan
psikologis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan
komplikasi.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian asuhan antenatal
berfokus pada :
1. Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan gawat darurat.
2. Mengidentifikasikan dan menangani masalah dalam kehamilan.
3. Mempromosikan prilaku sehat yang dapat mencegah komplikasi.
4. Menangani komplikasi secara efektif, tepat waktu.
5. Mengidentifikasi dan mendeteksi masalah-masalah lebih awal sehingga
tindakan yang sesuai dapat dilakukan serta menangani kompliksi yang
mengancam jiwa.
2.2.0.4. Standar Asuhan Kehamilan
Standar 1 : identifikasi ibu hamil melalui kunjungan rumah,
penyuluhan dan motivasi untuk memeriksakan kehamilan sejak dini
dan teratur
Standar 2 :pemeriksaan dan pemantauan ANC, dari anamnesa sampai
dengan mengenal adanya kelainan
Standar 3 :palpasi abdomen untuk menentukan usia kehamilan, posisi,
bagian terendah dan deteksi kelainan
Standar 4 :pengelolaan anemia pada kehamilan, meliputi pencegahan,
penemuan, penanganan dan atau rujukan
Standar 5: pengelolaan dini hipertensi kehamilan, deteksi dini dengan
mengenali tanda-tanda, tindakan tepat dan cepat, rujukan
Standar 6: persiapan persalinan, bidan memberi saran tepat untuk
persiapan persalianan.
2.2.0.5. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kebidanan
Peran adalah perangkat tingkah laku yangdiharapkan dan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media pena,2002 :
112 )

Peran bidan yang diharapkan adalah:


1. Sebagai Pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu
tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan
a. Tugas Mandiri/Primer
Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab
bidan sesuai kewenangannya, meliputi:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
2) Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan
melibatkan mereka sebagai klien.
3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal.
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien/keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
6) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien /keluarga.
7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan KB.
8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakretium dan
nifas.

b. Tugas Kolaborasi
Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah
satu urutan dari proses kegiatan pelayanan kesehatan.
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
dengan klien dan keluarga.
5) Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan
yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan meliatkan klien dan keluarga.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko
tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan keluarga.
c. Tugas Ketergantungan / Merujuk
yaitu tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan
sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong
persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh
bidan ke tempat / fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horisintal maupun vertikal atau ke profesi
kesehatan lainnya.
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi rujukan keterlibatan klien
dan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawat
daruratan.
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu
dengan melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu
dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi
dan rujukan dengan melibatkan keluarga.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatan yang memerlukan
konsultasi dan rujukan dengan melibatkan.
Langkah yang diperlukan dalam melakukan peran sebagai
pelaksana:
- Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan
klien
- Menentukan diagnosa / masalah
- Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
- Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah disusun
- Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
- Membuat rencana tindak lanjut tindakan
- Membuat dokumentasi kegiatan klien dan keluarga

2. Peran Sebagai Pengelola


Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a. Pengembangan pelayanan dasar kesehatan
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga kelompok
khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat/ klien meliputi :
1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan serta
mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama
masyarakat.
3) Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnya KIA/KB
sesuai dengan rencana.
4) Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan
dukun atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan
program/ kegiatan pelayanan KIA/KB.
5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat khususnya KIA KB termasuk pemanfaatan
sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
6) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan
masyarakat serta memelihara kesehatannya dengan
memanfaatkan potensi yang ada.
7) Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan
praktik profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang,
dan kegiatan dalam kelompok profesi.
8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan.
b. Berpartisipasi dalam tim
Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan
dan sektor lain melalui peningkatan kemampuan dukun bayi,
kader, dan tenaga kesehatan lain yang berada di wilayah kerjanya,
meliputi :
1) Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai
anggota tim dalam memberi asuhan kepada klien bentuk
konsultasi, rujukan & tindak lanjut
2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader
kesehatan, PLKB dan masyarakat
3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi,
kader dan petugas kesehatan lain
4) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5) Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan
dengan kesehatan.

3. Peran Sebagai Pendidik


Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai pendidik
dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing
kader:
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
individu, keluarga dan masyarakat tentang penanggulanagan
masalah kesehatan khususnya KIA/KB.
b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa
bidan/keperawatan serta membina dukun di wilayah kerjanya.
Langkah-langkah dalam memberikan pendidikan dan
penyuluhan yaitu :
- Mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan
kesehatan.
- Menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk
penyuluhan.
- Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan.
- Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan.
- Mengevaluasi hasil pendidikan dan penyuluhan.
- Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program
bimbingan.
- Mendokumentasikan kegiatan
4. Peran Sebagai Peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun kelompok.

a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi/penelitian


b. Menyusun rencana kerja
c. Melaksanakan investigasi
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.

2.2.1 Standar 10 T

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan.


Kenaikan berat badannormal selama hamil 6,5-16,5
kg.(Prawirohardjo, 2001).Tinggi badan normal badan ibu hamil yaitu
145 cm (Ratna, 2009).
2. Ukur Tekanan Darah
Batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
>110/70 mmHg dan <130/85 mmHg. ( Prawirohardjo, 2006 )
3. Ukur LILA (Lingkar Lengan Atas)
Mengukur LILA untuk mengetahui status gizi pada ibu hamil,
Batasan LILA normal yaitu 23,5 cm (Ratna, 2009). LILA < 23,5 berarti
status gizi buruk (KEK). Ibu hamil yang KEK potensial melahirkan
dengan BBLR.
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Tinggi Fundus Uteri normal nya yaitu < 40 cm.
Usia Kehamilan Tinggi Fundus
(minggu) Menggunakan Penunjuk
Dalam cm
Badan

sebelum 12 minggu - Belum teraba

± 3 jari diatas simfisis


12 -
pubis

Pertengahan simfisis pubis


16 -
dan pusat

20 20 cm (+2 cm) 3 jari dibawah pusat

24 UK(minggu)=cm (+2 cm) setinggi pusat

28 28 cm (+2 cm) ± 3 cm jari diatas pusat

Pertengahan pusat dan


32 UK(minggu)=cm (+2 cm)
prosesus xipoideus

3 jari dibawah prosesus


36 -
xipoideus

± pertengahan prosesus
40 -
xipoideus dan pusat

Tabel 1. Tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan

5. Tentukan Presentasi Janin dan DJJ


Pada akhir kehamilan, presentasi janin kepala.DJJ bersifat
regular dan berada pada kisaran 120-160 x/menit.
6. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) sebanyak 2 kali
Imunisasi TT untuk mencegah tetanus pada ibu hamil.
7. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet
Pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia selama
kehamilan. Karena ibu yang anemia potensial terjadi perdarahan pada
persalinan.
8. Tes Laboratorium dan PMS
Pemeriksaan kadar Haemoglobin, protein urine dan glukosa
urine dengan hasil normal protein urine (-), glukosa urine (-), dan
Haemoglobin 11gr% pada trimester I dan III,<10,5 gr % pada trimester
II (Saifuddin, 2005).

9. Tata Laksana Kasus


Dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ibu.
10. Temu Wicara

Konseling pada klien setiap kunjungan.

Anda mungkin juga menyukai