PB Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENGELOLAAN BENCANA

DISUSUN OLEH :

ANGGIT PARAMITHA
AYU DEWI ATIKA
BAYU AGUNG NUGROHO
DWITYA INDRI LESTARI
EKO YANUARI HANAFI
INTAN PARDYANI
M. AGUS AINUR
NUR SEPTIANA WULANDARI
SITI DIRRAYA TELAFIANI
REZA SURYADINATA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
TAHUN 2013
Pendahuluan

Menanggapi bencana yang akhir- akhir ini sering melanda Indonesia, memang salah satu
sebab yaitu dari keadaan alam Indonesia itu sendiri. Ternyata Indonesia dan beberapa
negara di Asia Tenggara merupakan negara yang dilalui pegunungan lipatan muda
Mediterania dan juga Sabuk Pasifik ( Sirkum Pasifik). Pegunungan muda Mediterania
terbentang mulai dari Pegunungan Arakan, Yoma (Myanmar) sebagai kelanjutan
Pegunungan Himalaya, Kepulauan Andaman dan Nokobar, di sebelah utara Pulau
Sumatera. Pegunungan ini terus berlanjut ke Pegunungan Bukit Barisan di Sumatera,
Pegunungan yang membentang dari barat ke timur Pulau Jawa, terus ke Kepulauan Nusa
Tenggara dan berakhir di Laut Banda.
Sedangkan Pegunungan lipatan yang kedua ialah Sabuk Pasifik ( Sirkum Pasifik) yang
dimulai dari ujung selatan Amerika Selatan menyusuri pantai barat Amerika Selatan
membentuk pegunungan Andes, terus ke utara yakni ke Meksiko, Pegunungan di
Amerika Serikat dan berlanjut ke Asia. Akibat dari pertemuan dua pegunungan lipatan
muda tersebut, membuat Indonesia rentan terhadap berbagai bencana. Secara umum
gejala- gejala alam tersebut seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor,
kebakaran hutan, dan lain-lain.

A. Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa/ kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
(Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. (Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana).
1. Definisi Bahaya/ Hazard
Hazard adalah suatu ancaman yang berasal dari peristiwa alam yang bersifat ekstrim
yang dapat berakibat buruk atau keadaan yang tidak menyenangkan. Tingkat ancaman
ditentukan oleh probabilitas dari lamanya waktu kejadian (periode waktu), tempat
(lokasi), dan sifatnya saat peristiwa itu terjadi. Bahaya alam (Natural hazard) adalah
probabilitas potensi kerusakan yang mungkin terjadi dari fenomena alam di suatu area
/ wilayah.

B. Jenis-Jenis Bencana

Bencana diklasifikasikan kedalam 2 kategori yaitu:


1. Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
WHO mendefinisikan bencana alam hasil dari gangguan ekologi atau ancaman yang
melebihi kapasitas yang berdampak kepada masyarakat
2. Buatan manusia
a. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
b. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
3. Kombinasi
Bencana yang dapat terjadi karena perbuatan manusia dan alam.
Contohnya : Banjir, tanah longsor dan kebakaran.

C. Peraturan Penanganan Bencana di Indonesia

Meliputi:
1. Undang-Undang
a. Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
b. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
c. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil.
2. Peraturan pemerintah
a. Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
b. Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana.
c. Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan
Bencana.
3. Keputusan Presiden
a. Keputusan Presiden nomor 3 tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Penanggulangan
Bencana dan Penanganan Pengungsi.
b. Keputusan Presiden nomor 111 tahun 2001 Perubahan Atas Keputusan Presiden No
3 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsi.
c. Keputusan Presiden nomor 24 tahun 2009 tentang Anggota Unsur Pengarah
Penanggulangan Bencana dari Masyarakat Profesional.
d. Keputusan Presiden nomor 59 tahun 2009 tentang Anggota Unsur Pengarah
Penanggulangan Bencana dari Instansi Pemerintah.

D. Siklus Bencana

Secara umum tahapan bencana dibagi empat, meliputi:


1. Tahap Pencegahan
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi ancaman.
Mitigasi, adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko.
Contoh:
a. Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan
tanggul sungai dan lainnya.
b. Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai
penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan.
c. Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan
penanggulangan bencana.
2. Tahap Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali


berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan
agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana

Contoh tindakan kesiapsiagaan:

 Pembuatan sistem peringatan dini


 Membuat sistem pemantauan ancaman
 Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman
 Pembuatan rencana evakuasi
 Membuat tempat dan sarana evakuasi
 Penyusunan rencana darurat, rencana siaga
 Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba
 Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini

3. Tahap Respon Bencana/ Tanggap Darurat


Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana terjadi untuk
mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta benda.
Beberapa contoh tindakan tanggap darurat:
a. Evakuasi.
b. Pencarian dan penyelamatan.
c. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD).
d. Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan.
e. Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan,
kesehatan, konseling.
f. Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan
air untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat.
4. Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Adalah upaya yang dilakukan untuk membangun kembali sarana dan prasarana agar
tercipta keadaan yang lebih baik.
a. Tahap rehabilitatif meliputi memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik,
pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan,
prasarana transportasi, penyusunan kebijakan dan pembaharuan struktur
penanggulangan bencana di pemerintahan.
b. Tahap rekonstruksi meliputi membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan,
pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang
memperhitungkan faktor risiko bencana.

E. Macam-macam Bencana

1. Tanah Longsor
Tanah longsor adalah terjadinya pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar
secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi didaerah terjal yang tidak stabil.
Faktor penyebab terjadinya tanah longsor secara garis besar dapat dibedakan sebagai
faktor alami dan manusia.
a. Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
1) Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan.
2) batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api.
3) Iklim: curah hujan yang tinggi.
4) Keadaan topografi: lereng yang curam.
5) Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi
dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
6) Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis
b. Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
1) Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
2) Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
3) Penggundulan hutan.
4) Budidaya kolam ikan diatas lereng.
5) Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
6) Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
Jenis tanah longsor

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah bergeraknya


massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelom-
bang landai.

2. Longsoran Rotasi Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa


tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok Pergerakan blok adalah perpindahan batuan


yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga
longsoran translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar


batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal hingga
menggantung, terutama di daerah pantai.
Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.

5. Rayapan Tanah Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor


yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah
longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama, longsor
jenis rayapan ini bisa menyebab-kan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa
tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di
sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat
bisa sampai ribuan meter, seperti di daerah
aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran
tanah ini dapat menelan korban cukup
banyak.

2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi secara tiba-tiba dalam bentuk rambatan
gelombang seismik pada permukaan kulit bumi yang menjalar ke segala arah dari
sumbernya. Kekuatan getaran dan lokasi gempa bumi diukur dengan alat seismograf.
Besar gempa terjadi dinyatakan dengan Skala Richter (SR) atau bisa juga dengan skala
intensitas gempa Modified Mercalli Intensity (MMI). Proses berguncangnya bumi
yang menjadi suatu gempa dapat disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi ,
patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan.
Jenis gempa, meliputi:
a. Berdasarkan Penyebab:
1) Gempa bumi tektonik
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari
yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak
menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang
kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan
oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik
seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
2) Gempa bumi tumbukan
Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke
bumi, jenis gempa Bumi ini jarang terjadi.
3) Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
4) Gempa bumi buatan
5) Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari
manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke
permukaan bumi.
6) Gempa bumi vulkanik (gunung api)
7) Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan
menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya
gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
b. Berdasarkan Kedalaman
1) Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari
300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak
terlalu berbahaya.
2) Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara
60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada
umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
3) Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang
dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan
kerusakan yang besar.
3. Gunung Meletus
Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong
keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung
berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras
sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius
90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang
besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi putaran iklim
di bumi ini.
Bahaya Gunung Berapi
a. Aliran Lava
Lava adalah magma yang meleler ke permukaan bumi melalui lubang kepundan
atau rekahan, suhunya > 1000° C, dapat merusak segala bentuk infrastruktur.
b. Aliran Piroklastik / awan panas
Aliran piroklastik/ awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri
atas batuan berat (padat), ringan (berongga) lava massif dan butiran klastik yang
pergerakannya dipengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah
dengan kecepatan 10-100 m/detik pada suhu antara 100-1000°C.
c. Jatuhan Piroklastik
Adalah material yang disemburkan ke udara oleh suatu letusan gunung berapi
kemudian jatuh kembali ke permukaan bumi, material ringan seperti abu dapat
tertiup angin sampai jauh puluhan bahkann ribuan kilometer. Dapat menyebabkan
menimbulkan hujan abu, membahayakan penerbangan, membahayakan saluran
pernafasan, dapat merobohkan bangunan.
d. Gas Beracun
Adalah gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila terhirup ke dalam
tubuh dalam konsentrasi di atas ambang batas. Gas tersebut antara lain : CO2, SO2,
Rn, H2S, HCI, HF, H2SO4. Gas tersebut pada umumnya tidak berwarna dan tidak
berbau.
e. Longsor Gunung Berapi
Longsoran pada tubuh gunung berapi yang terjadi bukan/ akibat gunung berapi
tetapi akibat lemahnya ikatan bebatuan pada tubuh gunung berapidan akibat
dorongan energi letusan yang menyamping.
f. Lahar Dingin
Lahar dingin terjadi akibat endapan material yang diletuskan diangkut oleh hujan
menyebabkan banjir, lumpur, panas, atau dingin.
4. Kebakaran
Kebakaran ialah suatu reaksi kimia atau serangkaian reaksi yang melibatkan adanya
proses oksidasi, yang menimbulkan panas, serta cahaya dan juga asap. Klasifikasi
Kebakaran
a. Kelas A: Bahan mudah terbakar atau bahan berserabut seperti kayu, kertas, kain,
getah dan plastik.
b. Kelas B: Cairan mudah menyala dan mudah terbakar seperti minyak petrol, minyak
tanah, pelarut cat dan pelarut organik biasa yang digunakan di dalam makmal.
c. Kelas C: Peralatan elektrik seperti perkakasan elektrik, suis, kotak panel, hot plates
dll.
d. Kelas D: Bahan logam tertentu mudah terbakar seperti magnesium, titanium,
kalium dan natrium termasuk reagen organologam seperti alkyllitiums, Grignards
dan diethylzinc. Bahan-bahan ini terbakar pada suhu yang tinggi dan memberikan
oksigen yang secukupnya untuk membantu pembakaran.
5. Banjir
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan
karena volume air yang meningkat. Secara umum banjir disebabkan oleh dua hal:
a. Alam
Curah hujan yang tinggi, proses sedimentasi/ pendangkalan sungai, pasang dari air
laut, dan lain-lain.
b. Manusia
1) Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.
2) Pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya.
3) Permukaan yang dilapis (disemen, diaspal dan lain-lain), seperti jalan atau
lapangan parkir tidak dapat menyerap air hujan.
4) Dibangunnya permukiman di daerah dataran banjir dan bantaran sungai.
Bermukim terlalu dekat dengan sungai berisiko terkena banjir akibat limpahan
air sungai. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat sebaiknya tidak membangun
rumah mereka di daerah bantaran sungai untuk memberikan tempat untuk
sungai untuk melimpah.
REFERENSI

Cipta, Hendra. 2012. Siklus Manajemen Bencana. http://gureekebencanaan.blogspot.co


m/2012/01/style-definitions-table.html. Diakses 13 Februari 2013.
http://tambangunsri.blogspot.com/2011/03/pengelolaan-resiko-bencana-disaster.html
www.bnpb.go.id

http://weenbee.wordpress.com/2011/07/28/prinsip-penanggulangan-bencana/. Diakses 14
Februari 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir. Diakses 14 Februari 2013.
http://solusibanjirindonesia.wordpress.com/2012/04/28/dampak-banjir/. Diakses 14 Februari
2013.
http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana. Diakses 14 Februari 2013.

Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 2 Agustus 2008 Hlm. 90-98
Veenema, Tener Goodwin. 2nd ed. Disaster nursing and emergency preparedness or
chemical, biological, and radiological terrorism and other hazard. 2007. Springer publishing
Company, LLC
Rikito, Abdillah. 2010. Pengertian Gunung Meletus. http://alampenuhbencana.blogspot.com
/p/gunung-meletus.html. Diakses 13 Februari 2013.
Sharul. 2008. Potensi Bencana dan Penganggulangan Akibat Letusan Gunung Merapi Di
Kabupaten Sleman. http://sahrul1987.wordpress.com/2008/11/06/potensi-bencana-dan-
penanggulangan-akibat-letusan-gunung-merapi-di-kabupaten-sleman/. Diakses 13
Februari 2013.
Sholeh, Muh. 2012. Karakteristik dan Penanggulangan Bencana Gunung Meletus.
http://muhsholeh.blogspot.com/2012/03/karakteristik-dan-penanggulangan_30.html.
Diakses 13 Februari 2013.

Anda mungkin juga menyukai