Anda di halaman 1dari 13

Gambaran Pasien Astrositoma Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lokasi Tumor,

Manifestasi Klinis, Diagnosis Histopatologi, dan Jenis Terapi di Rumah Sakit


Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung Periode 2013-2016

1 2 3
Arfan Bagja Nugraha , Endah Hamidah , Suryosubianto
1 2
Fakultas Kedokteran Unjani Cimahi, Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
3
Unjani Cimahi, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Unjani Cimahi

ABSTRACT
Astrocytoma is a brain tumor derived from an astrocytic cell. These tumors vary
greatly depending on its location in the central nervous system (CNS), potentially
becoming invasive, progressive, and causing various clinical symptoms. Most
astrocytomas occur intracranial, only about 3% of cases are found intraspinal. Data
or research on astrositoma is still rare. This study was aimed to find out the
description of astrocytoma patients by age, sex, tumor location, histopathologic
diagnosis, clinical manifestations, and type of therapy. This study used descriptive
method with secondary data retrieval in the form of medical records of patients
diagnosed with astrocytoma in Neurosurgery Department of Dr. Hasan Sadikin
General Hospital Bandung period 2013-2016. Based on the research conducted,
there are 66 cases of astrocytoma and there are 25 medical records that meets the
inclusion criteria. Astrocytomas occur mostly at the age of 46 to 55 years as many as
5 cases (20%), and more commonly found in males as many as 16 cases (64%).
The most common sites are in the cerebral hemispheres with 17 cases (68%),
especially in the parietal (20%). The most frequent is grade I astrocytoma and that
occurs in children with 5 cases (20%). Pilocytic astrocytoma is the most common
variant with 14 cases (56%). The most common clinical manifestations are headache
with 19 cases (21.59%). The most common type of therapy is surgery with 18 cases
(72%). The conclusions are astroctoma is highest at 46-55 years old, male sex,
location in cerebral hemisphere, clinical manifestation of headache, and type of
surgical therapy.
Keywords : Diagnosis of histopatology, astrocytoma, pilocytic astrocytoma

1
ABSTRAK
Astrositoma merupakan tumor otak yang berasal dari sel astrosit. Tumor ini sangat
bervariasi bergantung lokasinya di susunan saraf pusat (SSP), berpotensi untuk
tumbuh menjadi invasif, progresif, dan menyebabkan timbulnya berbagai gejala
klinik. Sebagian besar astrositoma terjadi intrakranial, hanya kira – kira 3% kasus
ditemukan intraspinal. Data atau penelitian mengenai astrositoma masih jarang
dilakukan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran pasien astrositoma
berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi tumor, diagnosis histopatologi, manifestasi
klinis, dan jenis terapi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pengambilan data sekunder berupa rekam medis pasien yang didiagnosis
astrositoma di Bagian Bedah Saraf RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 2013-
2016. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan kejadian astrositoma
sebanyak 66 kasus dan terdapat 25 rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi.
Astrositoma paling banyak terjadi pada usia 46 hingga 55 tahun sebanyak 5 kasus
(20%), dan lebih sering ditemukan pada laki - laki sebanyak 16 kasus (64%). Lokasi
yang paling sering ditemukan adalah di daerah hemisfer serebri yaitu 17 kasus
(68%), khususnya pada parietal (20%). Grading yang paling sering yaitu astrositoma
grade I dan yang terjadi pada anak yaitu 5 kasus (20%). Pilocytic astrocytoma
merupakan varian yang paling sering ditemukan sebanyak 14 kasus (56%).
Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan yaitu nyeri kepala sebanyak 19 kasus
(21,59%). Jenis terapi paling sering dilakukan yaitu bedah sebanyak 18 kasus (72%).
Kesimpulannya yaitu astrositoma paling banyak pada usia 46-55 tahun, jenis kelamin
laki-laki, lokasi di hemisfer serebri, manifestasi klinis nyeri kepala, dan jenis terapi
bedah.
Kata Kunci: Diagnosis histopatologi, astrositoma, pilocytic astrocytoma

PENDAHULUAN
Tumor otak terdiri dari tumor otak primer yang timbul dari jaringan otak itu sendiri
1,2
dan tumor otak sekunder yang merupakan metastasis dari organ lain. Astrositoma
merupakan tumor otak yang berasal dari sel astrosit. Tumor yang sangat bervariasi
bergantung lokasinya di susunan saraf pusat (SSP), berpotensi untuk tumbuh
3,4
menjadi invasif, progresif, dan menyebabkan timbulnya berbagai gejala klinik.
Sebagian besar astrositoma terjadi intrakranial, hanya kira – kira 3% kasus
5
ditemukan intraspinal. Data dari Central Brain Tumor Registry of The United States

2
(CBTRUS) tahun 2009 – 2013 di Amerika Serikat menujukan insidensi tumor otak
primer terjadi sekitar 5,47 kasus dari 100.000 populasi per tahun dan angka kejadian
6
astrositoma sekitar 20,5% dari seluruh tumor primer susunan saraf pusat (SSP).
Berdasarkan penelitian di dua rumah sakit di Bandar Lampung selama tahun 2009 -
2013, didapatkan bahwa astrositoma merupakan tumor otak primer yang paling
sering ditemukan setelah meningioma dengan ditemukan 50 kasus (28,9%) dari total
7
173 penderita tumor otak. Berdasarkan penelitian di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado selama tahun 2014 – 2015, didapatkan bahwa astrositoma merupakan
tumor intrakranial paling sering ditemukan setelah menigioma dengan ditemukan 14
8
kasus (23,7%) dari total 59 penderita tumor intrakranial. Kejadian astrositoma di
Departemen Patologi Anatomi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2001 – 2010
9
sebanyak 177 kasus (20%) dari 892 kasus tumor intrakranial.
Astrositoma dapat terjadi pada semua golongan usia, rata – rata berkisar antara
35 – 40 tahun. Astrositoma yang diferensiasinya baik cenderung pada kelompok usia
yang lebih muda, sedangkan yang anaplastik lebih sering pada kelompok usia
menengah. Pada usia dewasa, jenis kelamin sedikit didominasi oleh pria dibanding
wanita. Tumor ini cenderung melibatkan hemisfer serebri, sedangkan predileksi
5
lokasi pada anak – anak lebih sering di serebelum.
Gejala yang timbul pada pasien astrositoma bergantung dari lokasi dan tingkat
pertumbuhan tumor. Astrositoma dapat mengakibatkan gejala dan tanda neurologis
fokal dan umum. Kombinasi gejala yang sering ditemukan adalah peningkatan
tekanan intrakranial, defisit neurologis yang progresif, kejang, dan penurunan fungsi
1,9
kognitif.
Terapi yang dapat diberikan pada pasien astrositoma yaitu dengan pembedahan
yang dilakukan berdasarkan besarnya tumor di dalam otak dan status fungsional
penderita. Tujuan utama pembedahan adalah untuk mengeluarkan sebanyak
mungkin tumor yang dapat diambil tanpa merusak jaringan otak yang normal. Terapi
radiasi dapat dilakukan namun sebaiknya ditunda pada kasus yang operabel sampai
ditegakkan diagnosis atau terjadi rekurensi. Kemoterapi dapat dipertimbangkan,
4,11,12,13
namun sejauh ini efektifitasnya terbatas.
Pembagian astrositoma menurut WHO yang didasarkan pada gambaran
histologis, yaitu: subependymal giant cell astrocytoma, pilocytic astrocytoma (WHO
Grade I), pilomyxoid astrocytoma, diffuse astrocytoma, pleomorphic
xanthoastrocytoma (WHO Grade II), anaplastic astrocytoma (WHO Grade III), dan
14
glioblastoma multiforme (WHO Grade IV).

3
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
keadaan yang berkaitan dengan suatu penyakit. Metode penelitian ini dipilih untuk
mengetahui gambaran astrositoma berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi tumor,
diagnosis histopatologi, manifestasi klinis, dan jenis terapi di Bagian Bedah Saraf
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode 2013-2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap data rekam medis
pasien astrositoma di Bagian Bedah Saraf RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
periode 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2016 didapatkan jumlah pasien kasus
astrositoma sebanyak 66 orang. Rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 25 rekam medis sedangkan 41 rekam medis lainnya termasuk ke dalam
kriteria eksklusi karena lokasi tumor yang tidak spesifik dan varian histopatologi yang
tidak dicantumkan sehingga jumlah sampel penelitian ini berjumlah 25 rekam medis.

Tabel 4.1 Gambaran pasien astrositoma berdasarkan usia.


No. Usia (tahun) f (%)
1 0-5 2 8,00
2 6-11 3 12,00
3 12-16 4 16,00
4 17-25 3 12,00
5 26-35 1 4,00
6 36-45 4 16,00
7 46-55 5 20,00
8 56-65 2 8,00
9 >65 1 4,00
Jumlah 25 100,00

Pada penelitian ini astrositoma paling banyak ditemukan pada usia 46 hingga
55 tahun sebanyak 5 kasus (20%) dengan rata-rata usia pasien 32 tahun.
Astrositoma pada anak-anak ditemukan usia 0 hingga 5 tahun sebanyak 2 kasus
(8%) dengan usia termuda yaitu 5 tahun, dan usia 6 hingga 11 tahun sebanyak 3
kasus (12%), sedangkan usia tertua pada penelitian ini didapatkan pada usia 66
tahun. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Lily di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 2010 – 2012 ditemukan bahwa astrositoma paling sering terjadi pada
15
usia 31 – 40 tahun sebanyak 7 kasus (33,33%) dari 21 kasus astrositoma.
4
Berdasarkan hasil penelitian Larita di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2007
– 2009 ditemukan bahwa astrositoma paling sering terjadi pada usia 20 – 34 tahun
16
sebanyak 9 kasus (19,60%) dari 46 kasus astrositoma. Menurut penelitian
Departemen Onkologi di Iran tahun 2000 – 2011 ditemukan bahwa dari 415 kasus
10
astrositoma didapatkan nilai median pada usia 43 tahun. Hasil ini tidak berbeda
jauh dengan literatur yang menyebutkan rata-rata usia pasien astrositoma berkisar
5
antara 35 - 40 tahun. Semakin bertambah usia, maka akan semakin tinggi kejadian
17
astrositoma dan menurun pada kelompok usia 70 tahun. Tidak ada keterangan
yang menyebutkan hubungan antara usia dengan terjadinya astrositoma.

Gambar 4.1 Gambaran pasien astrositoma berdasarkan jenis kelamin.

Pada penelitian ini astrositoma lebih banyak ditemukan pada laki-laki sebanyak
16 kasus (64%) dibandingkan perempuan yang berjumlah 9 kasus (36%).
Berdasarkan penelitian Departemen Onkologi di Iran tahun 2000 – 2011 didapatkan
bahwa astrositoma lebih sering terjadi pada laki - laki dibandingkan perempuan, yaitu
10
252 kasus (60,72%) dari 415 kasus astrositoma. Berdasarkan penelitian Lily di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2010 – 2012 ditemukan penderita laki - laki
lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, yaitu 12 kasus (57,14%) dari 21
15
kasus astrositoma. Berdasarkan hasil penelitian Larita di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 2007 – 2009 didapatkan bahwa penderita laki – laki dibandingkan
16
perempuan, yaitu sebanyak 24 kasus (52,20%) dari 46 kasus astrositoma. Hasil ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak
3
dibandingkan perempuan dengan rasio 2:1. Tidak ada keterangan yang
menyebutkan penyebab laki – laki lebih sering mengalami astrositoma dibandingkan
perempuan.

5
Tabel 4.2 Gambaran pasien astrositoma berdasarkan lokasi tumor.
No. Lokasi Tumor f (%)
1 Frontal 2 8,00
2 Parietal 5 20,00
3 Temporal 1 4,00
4 Oksipital 1 4,00
5 Serebelum 8 32,00
6 Frontotemporal 2 8,00
7 Frontoparietal 3 12,00
8 Parietooksipital 1 4,00
9 Temporoparietal 2 8,00
Jumlah 25 100,00

Pada penelitian ini astrositoma paling banyak ditemukan pada daerah hemisfer
serebri sebanyak 17 kasus (68%) dengan lokasi spesifik pada parietal sebanyak 5
kasus (20%), frontoparietal sebanyak 3 kasus (12%), frontal, frontotemporal, dan
temporoparietal masing - masing sebanyak 2 kasus (8%), temporal, oksipital, dan
parietooksipital masing – masing sebanyak 1 kasus (4%). Pada serebelum
ditemukan sebanyak 8 kasus (32%). Berdasarkan penelitian Departemen Onkologi di
Iran tahun 2000 – 2011 didapatkan bahwa lokasi astrositoma yang paling sering
adalah pada hemisfer serebri (93,5%), diikuti oleh otak tengah (2,7%), regio pineal
10
(0,7%), dan serebelum (2,2%). Berdasarkan penelitian Lily di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung tahun 2010 – 2012 didapatkan lokasi paling sering adalah pada
hemisfer serebri sebanyak 16 dari 21 kasus (76,19%) dengan lokasi spesifik pada
15
frontal sebanyak 3 kasus (28,54%), diikuti parietal sebanyak 4 kasus (19,04%).
Berdasarkan hasil penelitian Larita di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2007
– 2009 didapatkan lokasi paling sering adalah pada frontal sebanyak 8 kasus
16
(16,67%) dari 48 kasus astrositoma. Hasil ini sesuai dengan literatur yang
5
menyebutkan bahwa tumor ini cenderung melibatkan hemisfer serebri.
Pada penelitian ini tidak ditemukan kejadian astrositoma intraspinal. Literatur
menyebutkan bahwa angka kejadian astrositoma intraspinal secara keseluruhan
hanya 3% dari seluruh astrositoma, hal ini menunjukan bahwa frekuensi astrositoma
5
intraspinal lebih sedikit dibandingkan dengan astrositoma intrakranial.

6
Tabel 4.3 Manifestasi klinis pada pasien astrositoma.

No. Manifestasi Klinis f (%)


1 Nyeri kepala 19 21,59
2 Gangguan pengelihatan 10 11,36
3 Kejang 9 10,23
4 Muntah 13 14,77
5 Hemiparese 7 7,95
6 Mual 3 3,41
7 Benjolan di kepala 2 2,27
8 Gangguan bicara 1 1,14
9 Gangguan kesadaran 13 14,77
10 Gangguan pendengaran 1 1,14
11 Gangguan keseimbangan 4 4,55
12 Hidrosefalus 6 6,82
Jumlah 88 100,00

Manifestasi klinis pada pasien astrositoma yang paling sering terjadi yaitu nyeri
kepala sebanyak 19 kasus (21,59%), diikuti dengan muntah dan gangguan
kesadaran masing-masing sebanyak 13 kasus (14,77%). Pada penelitian ini,
manifestasi klinis nyeri kepala ditemukan pada pasien dengan diagnosis
histopatologi astrositoma grade I sampai grade IV. Hasil ini sesuai dengan literatur
yang menyebutkan bahwa 72% pasien astrositoma mempunyai keluhan nyeri kepala,
5
diikuti dengan muntah pada kira-kira 31% kasus. Nyeri kepala terjadi akibat
meningkatnya tekanan intrakranial karena adanya massa tumor.

Gambar 4.2 Gambaran pasien astrositoma berdasarkan grading WHO.

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa sebanyak 15 dari 25 kasus astrositoma


menurut grading dari WHO termasuk dalam grade I (60%), 1 kasus (4%) termasuk
astrositoma grade II, 1 kasus (4%) termasuk astrositoma grade III, dan 8 kasus

7
(32%) termasuk astrositoma grade IV. Berdasarkan penelitian Departemen Onkologi
di Iran tahun 2000 – 2011 didapatkan bahwa astrositoma grade I sebanyak 40 kasus
(9,6%), grade II sebanyak 88 kasus (21%), grade III sebanyak 71 kasus (17,1%), dan
10
yang paling banyak yaitu grade IV sebanyak 216 kasus (52%). Berdasarkan
penelitian Lily di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2010 – 2012 didapatkan
bahwa astrositoma grade I sebanyak 4 kasus (19,04%), grade II sebanyak 5 kasus
(23,8%), grade III sebanyak 5 kasus (23,8%), dan yang paling banyak yaitu grade IV
15
sebanyak 7 kasus (33,33%).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa diagnosis histopatologi terbanyak adalah
astrositoma grade I dengan varian pilocytic astrocytoma merupakan varian yang
terbanyak yaitu sebanyak 14 dari 25 kasus (56%).

Gambar 4.3 Gambaran pasien astrositoma berdasarkan varian histopatologi


astrositoma grade I.

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa varian histopatologi terbanyak yang ditemukan


untuk astrositoma grade I adalah varian pilocytic astrocytoma yaitu sebanyak 14
kasus (93,33%) dan pilomyxoid astrocytoma sebanyak 1 kasus (6,67%). Pada
astrositoma grade II ditemukan sebanyak 1 kasus dengan varian pleomorphic
xanthoastrocytoma. Pada astrositoma grade III atau anaplastic astrocytoma
ditemukan sebanyak 1 kasus. Astrositoma grade IV atau glioblastoma multiforme
ditemukan sebanyak 8 kasus. Hasil ini berbeda dengan literatur yang menyatakan
17
bahwa astrositoma grade I mencakup sekitar 5,1% dari semua tumor glioma.
Astrositoma grade II sekitar 8,1%, astrositoma grade III sekitar 6,3%, dan astrositoma
6
grade IV meliputi 55,4% dari semua tumor glioma.

8
Tabel 4.4 Jenis terapi pada pasien astrositoma.
No. Jenis Terapi f (%)
1 Bedah 18 72,00
2 Imunoterapi 0 0
3 Campuran
(Bedah+Radioterapi) 5 20,00
(Bedah+Radioterapi+Kemoterapi) 2 8,00
Jumlah 25 100,00

Jenis terapi yang paling banyak dilakukan pada pasien astrositoma yaitu
dengan tindakan bedah sebanyak 18 kasus (72%), diikuti dengan terapi campuran
sebanyak 7 kasus (28%). Hampir seluruh pasien dengan diagnosis astrositoma
grade I dan grade II hanya dilakukan terapi bedah saja. Sedangkan, pada pasien
dengan diagnosis astrositoma grade III dan grade IV, selain dilakukan tindakan
bedah, sebagian besar juga dilakukan tindakan lain. Tindakan bedah dengan
lanjutan radioterapi sebanyak 5 kasus dan dengan lanjutan kemoterapi dan
radioterapi sebanyak 2 kasus. Pada penelitian ini ditemukan 1 kasus grade III dan 1
kasus grade IV yang terjadi rekurensi. Hasil ini berkaitan dengan semakin tinggi
grade astrositoma maka kemungkinan rekurensi akan semakin tinggi. Pada
penelitian ini tidak ditemukan tindakan imunoterapi pada pasien astrositoma. Hal ini
dikarenakan imunoterapi yang merupakan pengobatan terbaru dan masih perlu
3
diteliti lebih lanjut.

Tabel 4.5 Gambaran usia pasien astrositoma berdasarkan grading WHO.


Grade
Usia (tahun) I II III IV
f (%) f (%) f (%) f (%)
0-5 2 13,33 0 0 0 0 0 0
6-11 3 20,00 0 0 0 0 0 0
12-16 3 20,00 1 100,00 0 0 0 0
17-25 2 13,33 0 0 0 0 1 12,50
26-35 1 6,67 0 0 0 0 0 0
36-45 2 13,33 0 0 0 0 2 25,00
46-55 2 13,33 0 0 0 0 3 37,50
56-65 0 0 0 0 1 100,00 1 12,50
>65 0 0 0 0 0 0 1 12,50
Jumlah 15 100,00 1 100,00 1 100,00 8 100,00

Pada penelitian ini didapatkan bahwa astrositoma grade I paling banyak terjadi
pada usia 6 hingga 11 tahun dan 12 hingga 16 tahun masing-masing sebanyak 3
kasus (20%). Astrositoma grade II berjumlah 1 kasus dengan usia 12 hingga 16

9
tahun. Astrositoma grade III berjumlah 1 kasus dengan usia 56 hingga 65 tahun.
Sedangkan untuk astrositoma grade IV didapatkan hasil sebanyak 8 kasus paling
banyak terjadi pada usia 46 hingga 55 tahun sebanyak 3 kasus (37,5%). Hasil ini
sesuai dengan hasil penelitian Lily di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2010
– 2012 ditemukan bahwa pada grade I paling banyak terjadi pada usia 11-20 tahun
sebanyak 2 kasus (9,5%). Pada grade II paling banyak terjadi pada usia 31-40 dan
41-50 tahun masing – masing 2 kasus (9,5%). Pada grade III paling banyak terjadi
pada usia 41-50 tahun sebanyak 2 kasus (9,5%). Pada grade IV paling banyak pada
usia 31-40 tahun sebanyak 4 kasus (19%). Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan dari 15 kasus grade I, sebanyak 5 kasus terjadi pada anak. Hasil ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa astrositoma grade I sering terjadi
6
pada anak. Astrositoma grade I paling sering pada usia dekade pertama dan
18
kedua. Rata-rata usia untuk grade II yaitu 6-10 tahun dan grade III yaitu 30-50
18,19
tahun. Sedangkan pada grade IV puncaknya pada usia 40-60 tahun. Astrositoma
yang diferensiasinya baik cenderung pada kelompok usia yang lebih muda,
5
sedangkan yang anaplastik lebih sering pada kelompok usia menengah. Dari hasil
penelitian ini didapatkan bahwa semakin bertambah usia, maka akan semakin tinggi
grading astrositoma yang terjadi.

Tabel 4.6 Gambaran jenis kelamin pasien astrositoma berdasarkan grading WHO.
Grade
Jenis
I II III IV
Kelamin
f (%) f (%) f (%) f (%)
Perempuan 5 33,33 0 0 1 100,00 3 37,50
Laki-laki 10 66,67 1 100,00 0 0 5 62,50
Jumlah 15 100,00 1 100,00 1 100,00 8 100,00

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada astrositoma grade I laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 10 dari 15 kasus (66,67%). Pada grade II
didapatkan laki-laki sebanyak 1 kasus (4%). Pada grade III didapatkan perempuan
sebanyak 1 kasus (4%). Pada grade IV laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan yaitu sebanyak 5 dari 8 kasus (62,5%). Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan hasil penelitian Lily di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2010 – 2012
ditemukan bahwa pada grade I perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu
sebanyak 2 dari 3 kasus (66,67%). Pada grade II laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan yaitu sebanyak 3 dari 5 kasus (60%). Pada grade III didapatkan
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 3 dari 5 kasus (60%).

1
0
Pada grade IV didapatkan laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu
15
sebanyak 5 dari 7 kasus (71,43%). Hasil ini sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa rasio terjadinya astrositoma 2:1 lebih tinggi pada laki-laki
3
dibandingkan dengan perempuan.

Tabel 4.7 Gambaran lokasi tumor astrositoma berdasarkan grading WHO.


Grade
Lokasi Tumor I II III IV
f (%) f (%) f (%) f (%)
Frontal 1 6,67 0 0 0 0 1 12,50
Parietal 2 13,33 0 0 0 0 3 37,50
Temporal 1 6,67 0 0 0 0 0 0
Oksipital 0 0 0 0 0 0 1 12,50
Serebelum 8 53,33 0 0 0 0 0 0
Frontotemporal 0 0 1 100,00 0 0 1 12,50
Frontoparietal 0 0 0 0 1 100,00 2 25,00
Parietooksipital 1 6,67 0 0 0 0 0 0
Temporoparietal 2 13,33 0 0 0 0 0 0
Jumlah 15 100,00 1 100,00 1 100,00 8 100,00

Pada penelitian ini astrositoma grade I paling sering ditemukan pada lokasi
serebelum sebanyak 8 kasus (53,33%). Pada astrositoma grade II, terdapat
perbedaan dimana lokasi tumor terdapat pada frontotemporal sebanyak 1 kasus dan
astrositoma grade III lokasi tumor terdapat pada frontoparietal sebanyak 1 kasus.
Pada astrositoma grade IV paling sering ditemukan pada lokasi parietal sebanyak 3
kasus (37,50%). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Lily di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung tahun 2010 – 2012 ditemukan bahwa pada grade I paling sering
pada serebelum yaitu 2 dari 3 kasus (66,66%), grade II paling sering pada frontal 2
dari 5 kasus (40%), grade III terjadi pada frontal, parietal, frontoparietal, serta
frontotemporal dan parietooksipital masing - masing 1 kasus. Pada grade IV paling
15
sering pada frontal sebanyak 3 dari 7 kasus (42,86%). Hasil ini sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa grade I lokasinya 48% sampai 66% di serebelum,
grade II umumnya sering terdiagnosis pada lobus frontal dan temporal, grade IV
9
sering pada lobus temporal (31%), parietal (24%), frontal (23%), dan oksipital (16%).

1
1
Tabel 4.8 Gambaran jenis terapi pasien astrositoma berdasarkan grading WHO.
Grade
Jenis Terapi I II III IV
f (%) f (%) f (%) f (%)
Bedah 14 93,33 1 100,00 0 0 3 37,50
Imunoterapi 0 0 0 0 0 0 0 0
Campuran
(Bedah+Radioterapi) 1 6,67 0 0 1 100,00 3 37,50
(Bedah+Radioterapi 0 0 0 0 0 0 2 25,00
+Kemoterapi)
Jumlah 15 100,00 1 100,00 1 100,00 8 100,00

Jenis terapi yang paling banyak dilakukan pada pasien astrositoma grade I yaitu
dengan tindakan bedah sebanyak 14 dari 15 kasus (93%) dan 1 kasus lainnya
campuran dengan lanjutan radioterapi. Pada astrositoma grade II dilakukan tindakan
bedah sebanyak 1 kasus. Pada astrositoma grade III dilakukan terapi campuran yaitu
bedah dengan lanjutan radioterapi sebanyak 1 kasus. Sedangkan, terapi yang paling
banyak dilakukan pada astrositoma grade IV yaitu campuran sebanyak 5 dari 8
kasus (62,5%), tindakan bedah dengan lanjutan radioterapi sebanyak 3 kasus
(37,5%) dan dengan lanjutan kemoterapi dan radioterapi sebanyak 2 kasus (25%).
Berdasarkan penelitian Departemen Onkologi di Iran tahun 2000 – 2011 didapatkan
bahwa pada pasien astrositoma grade I dilakukan tindakan bedah sebanyak 24 dari
40 kasus (60%), pada grade II sebanyak 55 dari 88 kasus (62,5%) dan semua pasien
grade I dan II telah menjalani radioterapi. Pada grade III sebanyak 41 dari 71 kasus
(57,7%) dan grade IV sebanyak 99 dari 215 kasus (46%) telah dilakukan bedah.
Radioterapi dilakukan pada grade III sebanyak 67 kasus (94,4%) dan grade IV
sebanyak 198 (91,7%). Kemoterapi juga dilakukan pada astrositoma grade III
sebanyak 46 kasus (64,8%) dan grade IV sebanyak 145 kasus (67,8%). Hasil ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa semua grade akan dilakukan
reseksi bedah, untuk grade I dan II dilakukan radioterapi apabila reseksi maksimal
tidak memungkinkan. Sedangkan pada grade III dan IV, dapat dilakukan radioterapi
1
dan kemoterapi pada kasus yang memungkinkan reseksi maksimal ataupun tidak.

SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Astrositoma paling sering ditemukan pada usia antara 46 hingga 55 tahun
20%, pada laki-laki 64%, lokasi di hemisfer serebri 68%, khususnya pada
parietal 20%. Manifestasi klinis nyeri kepala 21,59%, jenis terapi bedah 68%.

1
2
2. Diagnosis histopatologi yang paling banyak ditemukan adalah astrositoma
grade I 60% dengan varian histopatologi pilocytic astrocytoma 56%.
3. Gambaran usia, jenis kelamin, lokasi tumor, dan jenis terapi berdasarkan
grading WHO:
- Astrositoma grade I paling banyak ditemukan pada usia 6-11 tahun dan 12-
16 tahun masing-masing 20%, pada laki-laki 66,67%, lokasi serebelum
53,33%, dan jenis terapi bedah 93,33%.
- Astrositoma grade II ditemukan pada usia 13 tahun, jenis kelamin laki-laki,
lokasi frontotemporal, dan jenis terapi bedah.
- Astrositoma grade III pada usia 57 tahun, jenis kelamin perempuan, lokasi
frontoparietal, dan jenis terapi campuran.
- Astrositoma grade IV paling banyak ditemukan pada usia 46-55 tahun
37,5%, pada laki-laki 62,5%, lokasi temporal 37,5%, dan jenis terapi
campuran 62,5%.

13

Anda mungkin juga menyukai