Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pentingnya perawatan gigi dan mulut seperti kebiasaan menggosok gigi

dengan menjaga kebersihannya karena mulut bukan sekedar pintu masuknya

makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak

orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh kita dan

dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi karena banyak

penyakit umum mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam mulut. Gigi

merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada

gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga dapat

mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Salah satu factor yang dapat merusak gigi

adalah makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada

pula yang merusak gigi.

Mengingat pentingya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-

anak perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan, menggosok gigi juga

merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan

pencegahan penyakit karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi

merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam

pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya.

1
Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dan merupakan

penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh sebagian besar penduduk

Indonesia. Penyebab karies gigi adalah adanya interaksi dari berbagai factor,

diantaranya adalah factor perilaku dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut,

factor diet, atau kebiasaan makan dan factor ketahanan dan kekuatan gigi

(WHO cit Fankari, 2004).

Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia

dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies

tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di

Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak

yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies

merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak.

Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun

mengalami karies.

Di Negara-negara maju prevalensi karies gigi terus menurun sedangkan

di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia ada kecenderungan kenaikan

prevalensi penyakit tersebut (Supartinah, 1999). Data menunjukkan 80%

penduduk Indonesia memiliki gigi rusak karena berbagai sebab. Namun yang

paling banyak ditemui adalah karies gigi atau gigi berlubang dan periodontal

atau kerusakan jaringan akar gigi (Mangoenprasadjo, 2004). Dilihat dari

kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi

dibanding usia 45 tahun keatas, usia 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-

2
69,5% dan usia 45 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menunjukkan karies

gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif (Depkes, 2000). Pada angka

nasional untuk kaies gigi usia 12 tahun mencapai 76,62% dengan indeks DMF-

T (Decay Missing Filled-Teeth) rata-rata 2,21 (Depkes, 2000). Rahardjo (2007),

dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 terdapat 76,2 % anak

Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami

gigi berlubang. Hal ini jelas menandakan adanya permasalahan yang cukup

laten yaitu minimnya kesadaran dan pengetahuan kesehatan gigi di masyarakat.

Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dan merupakan

penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh sebagian besar penduduk Indonesia.

Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies

gigi dibanding umur 45 tahun keatas umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-

69,5% umur 45 tahun keatas 53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8%

keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif

(Depkes, 2000).

Notoatmodjo cit Fankari (2004), menjelaskan bahwa penyebab timbulnya

masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor

perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut teruta. Hal tersebut

dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan

mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga

kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai

kesehatan gigi dibanding orang dewasa. Anak usia antara 6-12 tahun atau anak usia

3
sekolah masih kurang mengetahui dan mengerti memelihara kebersihan gigi dan

mulut, terbukti pada angka nasional untuk karies gigi usia 12 tahun mencapai

76,62% dengan indeks DMF-T (Decay Missing Filled-Teeth) rata-rata 2,21

(Depkes, 1999).

Data ini pun sesuai dengan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT)

2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Survei itu menyebut

prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05 persen. Karies hanya

merupakan salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat.

Gigi yang berlubang tentu memang tidak sehat. Masyarakat di Indonesia masih

belum mempertimbangkan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini terlihat dari separo

orang Indonesia berusia di atas 10 tahun mengidap masalah karies (lubang) gigi

yang belum teratasi. Fakta yang lainnya adalah orang Indonesia yang menderita

penyakit gigi dan mulut tersebut bersifat agresif kumulatif. Artinya daerah yang

rusak tersebut menjadi tidak dapat disembuhkan.

Itu sebabnya masyarakat pada awal-awal sebelum terkena penyakit gigi

dan mulut mengabaikan sakit yang ditimbulkannya. Padahal ketika sudah

menjadi sakit, penyakit gigi merupakan jenis penyakit di urutan pertama yang

dikeluhkan masyarakat. Data ini berdasarkan hasil survei kesehatan rumah

tangga servei kesehatan nasional (SKRT) tahun 2001 yang menyebut penyakit

gigi dikeluhkan 60 persen penduduk Indonesia.

Upaya kesehatan gigi perlu di tinjau dari aspek lingkungan,

pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi

4
termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang

mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi

dianggap tidak terlalu penting. Padahal manfaatnya sangat vital dalam

menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007). Upaya pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada

kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini

anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan

berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari 55 murid di Sekolah

dasar yang akan di teliti yaitu di SDN Tabunganen Pemurus 2 kecamatan

Tabunganen Batola didapatkan data murid yang memiliki gigi berlubang yaitu

71,7 %. Sebagian besar murid yang memiliki gigi berlubang mengatakan

mereka malas gosok gigi.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti

mengenai hubungan kebiasaan gosok gigi dengan terjadinya karies gigi pada

anak SD kelas V dan VI di SDN Tabunganen Pemurus 2 di Desa Tabunganen

Pemurus Kecamatan Tabunganen Batola.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies

gigi pada siswa kelas V dan VI SDN Tabunganen Pemurus?

1.3 Tujuan

2.1 Tujuan Umum

5
Diketahuinya hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan

kejadian karies gigi pada siswa kelas V dan VI di SDN Tabunganen

pemurus 2 kecamatan Tabunganen Batola.

2.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kebiasaan anak tentang menggosok gigi yang baik

b. Gembaran kejadian karies gigi siswa SDN Tabunganen Pemurus 2

c. Mengetahui hubungan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi

siswa SDN Tabunganen pemurus 2

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi Institusi Sekolah

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk

lebih meningkatkan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di

lingkungan sekolah masing-masing.

b. Bagi Peneliti

Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian khususnya mengenai hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan

kejadian karies gigi.

6
c. Bagi Siswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan

siswa dalam menggosok gigi yang benar untuk mencegah terjadinya karies

gigi.

d. Bagi Peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan wacana

mengenai karies gigi sehingga dapat menyebarkan informasi mengenai

kesehatan gigi pada masyarakat luas

1.5 Keaslian Penelitian

Beberapa keaslian yang serupa yang pernah dilakukan, antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Pratikto (1995), yang berjudul Hubungan

antara Pola Makan dan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Prevalensi

Karies Gigi pada anak sekolah dasar kelas V dan VI SD wilayah kerja

Puskesmas I Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Penelitian ini

adalah penelitian penjelasan dengan metode survei dan pendekatan belah

lintang. Populasi penelitian adalah seluruh anak kelas V dan VI SD diwilayah

kerja Puskesmas I Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Pengambilan

sampel dengan metode sampel acak distratifikasi dengan pengelompokkan

asal SD yaitu pedesaan dan perkotaan. Perbedaan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti yaitu variabel yang diukur hanya di fokus kan pada

7
kebiasaan menggosok gigi dan tempat dilakukan penelitian adalah Sekolah

Dasar Negeri Tabunganen Pemurus 2 kecamatan Tabunganen Batola Kalsel

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarti (2007), yang berjudul Hubungan

antara Konsumsi Makanan kariogenik dan Kebiasaan Menggosok gigi

dengan Timbulnya penyakit Karies Gigi pada anak Pra sekolah usia 4-6 tahun

di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang. Penelitian ini adalah

penelitian dengan metode survey dan pendekatan crossectional. Populasi

dalam penelitan ini adalah seluruh siswa TK di Desa Sekaran. Perbedaan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu variable yang di ukur di

fokus kan pada kebiasaan menggosok gigi serta sampel penelitian adalah

anak sekolah dasar, tempat dilakukan penelitian adalah SDN Tabunganen

Pemurus 2 kecamatan Tabunganen Batola Kalsel.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Lukman Harun (2008), yang berjudul

Hubungan tingakat Pengetahuan dan Sikap ibu Tentang Kesehatan Gigi

dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Kelas I dan II di SD Kertak hanyar I

Kabupaten Banjar. Penelitian ini adalah menggunakan alat ukur kuesioner.

Variable penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan

gigi. Populasi penelitian adalah ibu siswa SD kelas 1 dan 2. Perbedaan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah variable yang diukur

yaitu kebiasaan menggosok gigi tempat yang dilakukan yaitu SDN

Tabunganen Pemurus 2 Kecamatan Tabunganen Batola.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Anak

Definisi

Konsep anak menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

anak, anak adalah seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum

menikah. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan

anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan.

Pertumbuhan dan perkembangan anak

Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut markum (2002:375)

a. janin

kehidupan intrauterine dapat dbagi 2 masa utama, yaitu masa embriologik

dan masa fetal. Masa embriologik mecakup kurun waktu antara 12 minggu

sampai 40 minggu.

9
b. Neonatus

Perbandingan berbagai bagian tubuh bayi baru lahir sangat berlainan

dengan proporsi pada janin, balita, anak besar atau dewasa. Ukuran

kepalanya relative lebih besar, berbentuk bundar, madibula kecil, dada

lebih bundar dan batas anterior posterior kurang mendatar, abdomen

relative lebih buncit, ekstremitas relative lebih pendek. Titik tengah tinggi

bayi baru lahir kira-kira terletak sejajar dengan umbilicus, sedangkan pada

orang dewasa sejajar dengan umbilicus, sedangkan pada orang dewasa

dengan simfisis pubis.

Toodler

Usia toodler berkisar dari 1 sampai 3 tahun. Selama tahun kedua kehidupan

anak terjadi perlambatan lagi dalam laju pertumbuhan rata-rata berat badan

anak akan bertambah dengan 2,5 kg dan panjang nya bertambah kira-kira 12

cm sesudah umur 10 bulan selera makan anak berkurang dan hal ini

berlangsung sampai tahun kedua. Akibatnya adalah selama tahun kedua anak

kehilangan sebagian jaringan subkutan yang mencapai perkembangan

maksimalnya sekitar umur 9 bulan, secara berangsur-angsur bayi yang

montok berubah menjadi kurus. Lordosis ringan dan perut yang menonjol

merupakan cirri anak yang berumur 2-3 tahun.

10
Pra-sekolah

Selama tahun ketiga, keempat dan kemila pertambahan berat, tinggi badan

relatif tetap yaitu kira-kira 2,0 kg, dan sekitar 6-8 cm/tahun. Pada umur 2 ½

tahun 20 buah gigi susu biasanya telah erupsi. Selama sisa periode pra-

sekolah wajah anak cenderung untuk tumbuh secara proporsional lebih besar

ketimbang rongga otak, dan rahang melebar sebagai persiapan untuk erupsi

gigi pemanen. Pada umur 3 tahun kebanyakan anak dapat memberitahukan

umur mereka, dan dapat menyebutkan apakah mereka perempuan atau laki-

laki.

Perubahan pola interaksi orang tua-anak dan hubungan-hubungan lainya

didalam dan diluar rumah sering meninggalkan unsur-unsur permusuhan atau

agresi di dalam tingkah laku, pikiran, dan fantasi anak. Pada umur 6 tahun

anak mulai mengembangkan kemampuan menerjemah konsep-konsep abstrak

ke dalam gambar-gambar dan struktur-struktur.

Anak usia sekolah

Definisi

Menurut nelson, anak sekolah adalah antara 6-12 tahun, periode yang kadang-

kadang disebut sebagai masa kanak-kanak pertengahan atau masa laten.

11
Awal masa sekolah merupakan periode pertumbuhan yang relative tetap

berakhir pada pertumbuhan cepat pra-adolesen pada umur kira-kira 10 tahun

(untuk anak wanita) dan sekitar umur 12 tahun (untuk anak pria) (Markum,

2002:28)

Perkembangan fisik

Pertumbuhan berat badan rata-rata selama periode ini adalah sekitar 3-3,5 kg

1 tahun, dan pertambahan tinggi badan kira-kira 6 cm (2 ½ inci) / tahun.

Pertumbuhan lingkar kepala melambat, lingkaran tersebut meningkat dari

kira-kira 51 cm (21 inci) menjadi 52-54 cm (21 inci) antara umur 5-12 tahun.

Pada akhir periode ini sebenarnya otak anak tersebut telah mencapai ukuran

otak orang dewasa. Selama tahun-tahun ini jaringan limfe mencapai puncak

perkembangannya dan biasanya melebihi jumlah jaringan limfe yang

ditemukan pada orang dewasa normal.

Pertumbuhan gigi

Gigi pertama, gigi molar ke satu, paling sering erupsi pada umur 7 tahun.

Dengan apa yang sering disebut sebagai gigi molar 6 tahun pada tempatnya,

mulai terjadi penanggalan gigi susu kira-kira mengikuti urutan yang sama

seperti timbulnya gigi tersebut. Mereka digantikan dengan kecepatan sekitar 4

12
gigi/tahun selama 5 tahun selanjutnya. Gigi molar permanen kedua biasanya

erupsi pada umur 14 tahun, gigi molar ketiga mungkin tidak muncul sampai

awal umur 20 an.

Perkembangan kognitif dan bahasa

Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak factor secara simultan

memberikan kemampuan pada anak usia sekolah untuk mengevaluasi diri

sendiri dan merasakan evaluasi teman-temannya. Anak usia sekolah dinilai

menurut kemampuannya untuk menghasilkan hasil yang bernilai social,

seperti pekerjaan yang baik. Perkembangan kesehatan membutuhkan

peningkatan dari orang tua dan kemampuan menemukan penerimaan dalam

kelompok yang sepadan serta merundingkan tantangan-tantangan yang berada

di dunia luar.

Perkembangan emosi dan social

Perkembangan emosi dan social berlanjut pada tiga komponen yaitu rumah,

sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Awal penempatan sekolah dengan

pemisahan lebih lanjut dari keluarga dan peningkatan kepentingan hubungan

guru dan siswa. Dengan dipindahkannya sebagian besar kehidupan anak dari

lingkungan rumah ke lingkungan sekolah, anak-anak tersebut mulai hidup

13
secara bebas dan mencari tujuan dan standar tingkah laku di luar rumah.

Peralihan minat ini sering menimbulkan kecemasan pada orang tuanya, dan

jika masalah-masalah diantara orang tua dan anak pada masa-masa

sebelumnya belum terpecahkan dengan baik, maka penyesuaian diri terhadap

kekuatan-kekuatan diluar rumah cenderung menjadi sulit.

Suatu tangung jawab yang besar dalam masa sekolah ini adalah menanamkan

pada diri anak perasaan kewajiban, bertanggung jawab, dan mencapai prestasi

realistic.

Usia remaja

Masa remaja ditandai oleh kematangan fungsi seksual dan tercapainya bentuk

tubuh dewasa yang terjadi karena bentuk pematangan fungsi endokrin.

Peristiwa terpenting dalam dalam masa remaja adalah pubertas, karena

pubertas muncul dan berkembang dalam rentang usia kronologis yang lebar

dan berbeda menurut Janis kelaminny. Untuk mendapat pola individual yang

konsisten tanpa melihat usia kronologis, dipergunakan istilah tingkat

perkembangan pebertas yang dibagi menjadi tingkat perkembangan pubertas

yang dibagi lagi menjadi tingakat awal, menengah, dan lanjut.

14
2.2 Konsep gigi

Gigi merupakan salah satu organ penguyah yang terdiri dari dari gigi-

gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidsah serta saluran-saluran penghasil

air ludah. Kalau diperhatikan sebuah gigi di luar mulut maka dapat kita bagi

gigi tersebut atas 3 bagian:


1. Mahkota gigi
2. Akar gigi
3. Leher gigi, yang terletak di antara kedua bagian tersebut di atas.
Pada keadaan normal, hanya mahkota gigi sajalah merupakan bagian yang

kelihatan didalam mulut.

Bagian-bagian lain tertutup oleh gusi dan tertanam di dalam tulang rahang.
1. Jaringan keras gigi
Tiap gigi mempunyai 3 bagian jaringan keras. Mahkota gigi

diselubungi oleh jaringan terkeras dalam tubuh yang disebut email gigi.

Kekerasan ini tentu saja amat diperlukan, karena seluruh kekuatan pengunyah

yang dilakukan kedua rahang dilandaskan kepada jaringan email ini.


Permukaan gigi yang melakukan pengunyahan tidak merupakan permukaan

yang rata, tapi berlekuk-lekuk seperti parit-parit kecil yang dinamai fisur.
Di bagian luar akar gigi kita temui jaringan semen gigi, jaringan yang

dijumpai pada bagian dalam mahkota gigi dan akar gigi disebut dentin.
Dentin merupakan jaringan pengikat yang mengalami pengapuran

serta memberikan kekuatan elastis pada gigi, serta warnanya agak kekuning-

kuningan.
Tulang gigi atau dentin tidak terdiri dari jaringan keras yang padat,

tapi terdiri dari jaringan yang agak lunak yang dinamakan tubula dentin.di

15
dalam tubula dentin ini dijumpai ujung-ujung saraf yang berasal dari pulpa

atau odontoblas yang menyebabkan perasaan sakit sewaktu dibor.

2. Jaringan lunak gigi


Pada bagian yang lebih dalam dari dentin dijumpai ruangan yang

disebut pulpa atau sumsum gigi. Pulpa ini dijumpai mulai dari mahkota gigi

sampai ke ujung akar gigi.


Sering disebutkan bahwa pulpa gigi ini berisi urat-urat saraf saja, tapi

sebenarnya disamping urat-urat saraf, di sini dijumpai juga pembuluh darah

dan pembuluh limfe. Dengan bertambahnya umur, rongga pulpa semakin

mengecil. Di antara semen pada akar dengan tulang rahang masih dijumpai

jaringan-jaringan lunak lain yang disebut periodontium.


Periodontium inilah yang memegang atau menahan gigi pada tulang

rahang. Bagian tulang yang merupakan tempat tertanamnya akar gigi disebut

tulang alveolar.
Gusi merupakan bagian mukosa mulut, dimana di antara gigi-gigi,

mukosa ini berbentuk menonjol yang disebut papila. Gusi dilapisi oleh lendir

yang keluar dari saluran-saluran kelenjer mulut, yang merupakan penangkis

serangan bakteri dalam mulut.


3. Gigi susu
Biasanya bayi dilahirkan tanpa gigi. Bila bayi lahir dengan gigi yang

sudah tumbuh, keadaan ini dianggap tidak normal dan jarang terjadi. Gigi

susu mulai tumbuh ketika bayi berumur 6 bulan. Bila si bayi telah berumur 2

tahun seluruh gigi susu yang bejumlah 20 buah, sudah tumbuh sempurna.

Pada setiap daerah rahang terdapat 5 buah gigi, yang terdiri dari 2 gigi seri, 1

gigi taring dan 2 geraham kecil. Gigi susu ukurannya lebih kecil daripada gigi

16
tetap terutama dalam dimensi vertikal. Mahkota gigi susu lebih bulat,

warnanya kuning keputih-putihan.


Guna gigi susu adalah:
 Untuk melunakkan makanan waktu pengunyahan,
 Menyediakan tempat untuk gigi tetap yang akan tumbuh menggantikannya,
 Untuk menghasilkan suara yang jelas.
4. Gigi tetap
Manusia dewasa yang sehat mempunyai 32 buah gigi, 16 buah pada

rahang atas dan 16 buah pada rahang bawah.


Gigi ini bermacam-macam bentuknya, serta berpasangan pada rahang

kiri dan raghang kanan seperti halnya gigi susu.


Pada setiap bagian dari rahang kiri atau kanan dijumpai 2 buah gigi

seri, 1 buah gigi taring, 2 buah gigi geraham kecil dan 3 buah gigi geraham

besar. Gigi seri bentuknya seperti pahat dan berfungsi untuk memotong

makanan. Cara kerja gigi ini ada persamaannya dengan gunting.


Adapun gigi taring bentuknya runcing dan berguna untuk merobek makanan.
Gigi yang bentuknya besar dan berbenjol-benjol disebut gigi geraham. Gigi

geraham ini terbagi atas 2 jenis yakni: gigi geraham kecil dan gigi geraham

besar.
Gigi geraham kecil tidak dijumpai pada gigi susu. Gigi geraham ini

berguna untuk menghaluskan makanan dengan jalan menggilingnya.


Gigi geraham mempunyai dataran pengunyahan yang lebar dan

berlekuk-lekuk, dan berfungsi untuk menghaluskan makanan. Geraham

terakhir yang tumbuh, sering tumbuhnya miring, bahkan sama sekali di dalam

rahang. Bahkan mungkin pada generasi yang akan datang gigi geraham ini

tidak tumbuh sama sekali. Gigi geraham pertama, merupakan geraham yang

17
amat penting, karena merupakan gigi tetap pertama tumbuh di belakang gigi

susu, pada umur 6 tahun.


Gigi geraham ini juga sering disebut “si geraham 6 tahun” dan harus

dirawat sebaik mungkin, karena sering orangtua menganggap gigi ini masih

merupakan gigi susu yang ada penggantinya. Padahal gigi geraham ini tidak

ada penggantinya.

5. Pertumbuhan gigi
Di dalam tulang rahang terdapat gigi-gigi susu yang telah siap

dibentuk, yang dibatasi oleh tulang rahang dan gusi yang tipis, dengan bagian

rongga mulut yang lain. Gigi-gigi tersebut terdapat dalam saku-saku gigi.

Pada saat gigi mulai tumbuh, akan timbul tekanan yang dapat mengoyak saku

gusi, tulang rahang dan akhirnya gusi, tekanan kearah rongga mulut dan gigi

ini akan hilang bila gigi sudah muncul dalam mulut.


Gigi susu tumbuh tidak sekaligus, tapi bertahap. Gigi susu ini kadang

disebut juga sebagai gigi yang diganti. Pada umur 6 sampai 7 tahun dimulai

pertumbuhan gigi tetap yang menekan akar gigi susu.


Dengan penekanan ini gigi susu tidak langsung terlepas, tetapi

perlahan-lahan akar gigi susu tersebut dikikis.


Pada masa sekarang gigi molar ketiga sering miring tumbuhnya dan

mempunyai ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan manusia-

manusia purba. Bahkan mungkin suatu ketikagigi ini secara evolusi tidak akan

dijumpai lagi dalam rahang.


Geraham ketiga pada masa sekarang banyak dijumpai tumbuh miring

dan lebih kecil dibandingkan dengan molar ketiga manusia purba. Gigi molar

18
ketriga yang miring atau terpendam ini sebaiknya dicabut saja untuk menjaga

kebersihan mulut dan mencegah kemungkinan terjadinya infeksi atau kista.


(Dr. Drg. Rasinta tarigan hal 1-13)

Bentuk dan guna masing-masing gigi


Sesuai dengan tugas gigi, maka dikenal empat bentuk gigi yaitu:
1. Gigi seri. Gigi ini ada empat buah di atas dan empat buah di bawah. Seluruhnya

ada delapan buah, terletak didepan. Tugasnya untuk memotong dan menggunting

makanan. Akarnya satu.


2. Gigi taring. Gigi ini ada empat, di atas dua dan di bawah dua, terletak disudut

mulut. Bentuk mahkotanya runcing, guna mencabik makanan. Akar gigi ini

hanya satu.
3. Geraham kecil. Gigi ini merupakan pengganti gigi geraham sulung. Sepeti kita

ketahui pada gig sulung tidak memiliki geraham kecil. Jadi hanya geraham saja.

Letak gigi geraham kecil di belakang gigi taring. Ada delapan, atas empat dan

bawah empat. Tugasnya membantu atau bersama-sama geraham besar

menghaluskan makanan. Akar gigi geraham kecil ini semua satu, kecuali yang

atas depan memiliki dua akar.


4. Geraham besar. Terletak di belakang gigi geraham kecil jumlahnya dua belas,

atas enam dan bawah enam.masing-masing sisi tiga buah. Permukaannya lebar

dan bertonjol-tonjol. Gunanya untuk menggiling makanan. Gigi ini yang bawah

akarnya dua, yang atas akarnya tiga. Sedangkan gigi geraham terakhir, seringkali

ketiga akarnya bersatu menjadi satu.


(Ircham machfoedz, asmar yetti zein 29-30)

2.3 Konsep Karies Gigi

19
Karies merupakan suatu penyakit jaringan karies gigi, yaitu email,

dentil dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam

suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya

demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan

bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta

penyebaan infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.

(Edwina A. M. Kidd – Sally Joyston –Bechal)

Karies gigi adalah jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal)

meluas kea rah pulpa (BRAURER).

Terjadinya karies gigi

Makanan dari jenis tepung-tepungan seperti roti atau lainnya, juga

ubi, jagung, nasi, adalah makanan yang digolongkan dalam zat tepung atau

karbohidrat. Disebut juga zat gula sebab setelah dicerna di dalam usus akan

menjadi zat gula yang manis, yakni glukosa. Maka dari itu gula sendiri dan

semua makanan dari gula masuk kelompok karbohidrat ini. Karbohidrat

disebut juga hidrat arang, zat tepung atau zat gula.


Makanan jenis ini bila terselip atau menempel di dalam permukaan

gigi, oleh kuman-kuman yang terdapat di dalam mulut, akan berubah menjadi

asam. Caranya ialah dengan membubuhkan ke dalam sisa makanan di

20
permukaan gigi atau sela-sela gigi-gigi tersebut deengan bahan-bahan yang

dikeluarkan dari tubuh kuman itu.


Asam yang sudah terbentuk ini adalah bahan yang tajam dan mampu

membuat permukaan email menjadi lunak. Di atas permukaan email yang

dilunakkan tersebut, bakteri mengebor email, sehingga berlubang. Gigi

berlubang seperti itu disebut karies gigi.


Bila gigi telah berlubang itu dibiarkan saja dan tidak dilakukan

perawatan, maka akan meluas makin dalam. Gigi yang berlubang, tidak bisa

menjadi utuh lagi, seperti jaringan lain yang lunak seperti kulit, gusi, bibir,

kalau terluka akan sembuh dengan sendirinya. Gigi tidak demikian, email

tidak ada kapiler-kapiler darahnya yang bisa mengirim zat-zat pembangun

email. Sekali berlubang akan tetap berlubang bahkan akan makin dalam.

(Ircham machfoedz, asmar yetti zein 45-46)

Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu

permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari

gigi, misalnya : dari email ke dentin atau ke pulpa. Karies karena berbagai

sebab, diantaranya adalah :

1. Karbohidrat
2. Mikroorganidme dan air ludah
3. Permukaan dan bentuk

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

1. Keturunan

21
Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan

gigi yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memiliki

keadaan gigi yang cukup baik.


Disamping itu dari 46 pasang orang tua dengan prosentase karies yang

tinggi, hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 pasang

dengan presentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi, dengan

presentase karies yang tinggi.


Tapi dengan tehnik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-akhir

ini, sebetulnya factor keturunan dalam proses terjadinya karies tersebut telah

dapat dikurangi.
2. Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit di tentukan.
Tetapi keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan

dengan presentase karies yang semakin meningkat atau menurun.


Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-

gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan gigi yang tidak

teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi

presentasi karies pada ras tersebut.


3. Jenis kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhann-Turkeheim pada gigi

MI, di dapat hasil sebagai berikut :

Karies
MI Kanan MI Kiri
Laki-laki 74,5 % 77,6%
Perempuan 81,5 % 82,3 %

4. Umur
Sepanjang hidup dikenal 3 pase umur dari sudut gigi geligi:

22
a. Periode gigi campuran, disini Molar 1 paling sering terkena karies.
b. Periode pubertas (remaja) umur antara 14 s/d 20 tahun. Pada masa

pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan

pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga.

Hal inilah yang menyebabkan presentasi karies lebih tinggi.


c. Umur antara 40 s/d 50 tahun
Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunya gusi dan papil

sehingga, sisa-sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan.


5. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini di dapat

dibagi menjadi 2 :
a. Isi dari makanan yang menghasilkan energi
Misalnya : Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin serta mineral-mineral.
Unsure tersebut diatas mempengaruh pada masa pra-erupsi serta pada

pasca-erupsi dari gigi geligi.


b. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan
Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan

gosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi.


Makanan yang bersifat membersihkan ini adalah : apel, jambu air,

bengkoang, dan lain sebagainya.


Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat

merusak gigi seperti : bonbon, coklat, biscuit dan lain sebagainya.


6. Unsur kimia
Unsur-unsur kimia yang paling mempengaruhi presentasi karies gigi ialah

flour.
7. Air ludah
Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama dalam

mempengaruhi kekerasan email.


Air ludah ini dikeluarkan oleh : kelenjar parotis, kelenjar sublingualis dan

kelenjar submandibularis..

23
Komposisi kimia
Komposisi kimia air ludah amat bervariasi. Biasanya terdiri dari :
- 99,0-99,5% air
- Mucin (glikoprotein air ludah)
- Putih telur
- Mineral-mineral seperti : K, Na dan lain sebagainya
- Epithel
- Leukosit dan limposit
- Bakteri-bakteri
- Enzim-enzim

Hubungan air ludah dengan karies gigi

Sejak tahun 1901 oleh Rigolet, telah diketahui bahwa pasien dengan

sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki presentasi

karies gigi yang semakin meninggi, misalnya oleh karena : Aptyalismus,

Therapy Radiasi kanker ganas, xerostomia, pasien dalam waktu singkat akan

mempunyai presentasi karies gigi yang tinggi.

Sering juga ditemukan pasien-pasien balita berumur 2 tahun dengan

kerusakan atau karies pada seluruh giginya, aplasia kelenjar parotis.

Mikroorganisme mulut

Dalam setiap ml air ludah dijumpai 10-200 juta bakteri. Jumlah

maximum bakteri-bakteri ini dijumpai pada pagi hari atau setelah makan.

Pada waktu bayi masih dalam kandungan di dalam mulut tidak

dijumpai bakteri tetapi bakteri akan memulai berdiam di mulut begitu si bayi

melewati vagina sewaktu proses kelahiran.

24
Setelah beberapa jam, melalui pernapasan dan udara sekitar, bakteri

bertambah di dalam mulut bayi.

Adapun mikroorganisme penting yang dijumpai di dalam mulut adalah :

- Staphilolokus
- Neiseria
- Streptokokus
- Laktobakterium
- Korinebakterium
- Enterobakteri
- Spirillum
- Basilus
- Klostridium
- Fusobakterium
- Aktinomises
- Jamur-jamur seperti : kandida dst
8. Plak
Akhir-akhir ini penelitian terhadap plak lebih intensif dilakukan, untuk

mencegah karies gigi.


Plak ini terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti

mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa

makanan serta bakteri.


Plak ini, mula-mula berbentuk agar cair yang lama kelamaan menjadi

kelat, tempat bertumbuhnya di mana bakteri.


Tidak dapat disangkal bahwa setelah makan kita harus meniadakan

plak sebanyak mungkin, karena plak merupakan awal terjadinya kerusakan

gigi. Seperti dikatakan oleh Kantorowicf : gigi yang bersih akan sulit rusak.

Pencegahan Karies Gigi

25
Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan

memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut.

Pencegahan karies gigi dapat dibagi atas 2 bagian :

a. Pra erupsi
b. Pasca erupsi

1. Tindakan pra erupsi


Tindakan ini ditunjukan pada kesempurnaan struktur enamel dan

daerah dentin atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui yang

mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk

pembentukan matriks gigi, juga terutama vitamin dan zat mineral yang

mempengaruhi atau menentukan kekuatan dan kekerasan gigi. Vitamin atau

mineral tersebut adalah :


 Vitamin – vitamin : terutama A, C, D
 Mineral- mineral : terutama Ca, P, F, Mg

Beberapa ahli berpendapat bahwa mineralisasi gigi permanen dimulai

tepat sebelum anak lahir dan berakhir 5-6 tahun.

Pada fetus 5 bulan, mineralisasi sudah dimulai pada gigi susu dan gigi

tetap. Hal ini berlangsung terus sampai ± 5-6 tahun dan erupsi selesai pada

umur 12 tahun.

Anak yang lahir didaerah yang kadar fluor nya tinggi, kadar fluor

didalam gigi susu lebih rendah daripada gigi tetap. Kadar fluor yang terlalu

tinggi akan menyebabkan gangguan pada tulang juga mineralisasi terganggu

pada pembentukan gigi.

26
Tindakan pascaerupsi

Pada dasarnya hampir sama dengan stadium pra erupsi, hanya

ditambah dengan :
- Kebersihan mulut dan gigi yang harus diperhatikan supaya tetap sehat
- Pemeriksaan berkala 6 bulan sekali
- Makanan yang menguatkan gigi dan gusi
- Kesehatan badan

Metode-metode yang banyak dan yang berhasil digunakan untuk

mengurangi aktivitas karies bisa dibuta secara sistematis berdasarkan

gangguan terhadap kerja bakteri dalam fermentasi karbohidrat.

Dibagi atas 5 golongan kerja :

a. Pangaturan diet
b. Plak control
c. Penggunaan fluor
d. Anti enzyme
e. Anti bacterial
a. Pengaturan Diet
Tidak ada diet yang mengandung karbohidrat yang tidak

terfermentasi, yang tidak dapat menyebabkan karies pada manusia.


Prevalensi karies di seluruh dunia adalah sebanding dengan konsumsi

fermentasi karbohidrat.
Makin sering makan karbohidrat yang mudah dipecah makin cepat

terjadi proses demineralisasi dari jaringan karies gigi. Dari sini dapat

disimpulkan, bahwa ditinjau dari segi kesehatan gigi, perlu diberikan

penerangan : frekuensi dari konsumsi makanan yang mengandung gula

harus sangat dikurangi. Ditinjau dari segi kesehatan gigi maka yang

27
diartikan dengan mengurangi frekuensi makan, adalah suatu reduksi dari

makan-makanan kecil yang di makan antara jam-jam makan.


b. Plak Kontrol
Plak control merupakan tindakan-tidakan pencegahan

menumpuknya plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi dan

sekitarnya.
Suatu program yang berhasil mengurangi plak akan berpengaruh

pada pengurangan keparahan penyakit periodontal dan kerusakan gigi.

Walaupun terbukti bahwa berkurangnya karies adalah merupakan hasil

pemeliharaan kebersiahan mulut dengan menggunakan sikat gigi atau

alat-alat hal ini kurang efektif. Hasil yang terbaik didapat bila gigi

dibersihkan segera sesudah makan, dan dimotivasikan untuk tetap

menjaga keberhasilan mulutnya.


c. Penggunaan fluor
Penggunaan fluor merupakan metode yang paling efektif untuk

mencegah timbul dan berkembangnya karies gigi. Penggunaan fluor ini

perlu didukung oleh sikap perorangan yang positif terhadap kesehatan

giginya.
Fluor selain mempunyai pengaruh pada gigi sebelum erupsi (pra-

erupsi), juga memperngaruhi gigi sesudah erupsi (pasca-erupsi). Proses

bersenyawanya fluor dengan gigi sebelum erupsi gigi berbeda dengan

proses sesudah erupsi, karena sesudah erupsi proses ini dipengaruhi oleh

maturasi pasca-erupsi gigi terjadi pada tahun-tahun pertama, dan dalam

tahun-tahun berikutnya pengaruh ini masih ada namun sudah berkurang

28
kekuatannya. Fluor juga menghambat kehidupan bakteri yang ada pada

plak.

Cara penggunan fluor dapat dibagi dengan dua yaitu secara:


1. Sistemik
Pengunaan fluor secara sistemik yaitu untuk gigi yang belum erupsi.

Dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan :


a. Fluoridasi air minum
b. Fluoridasi garam dapur
c. Fluoridasi air susu
d. Minum tablet / tablet hisap fluor
2. Lokal
Penggunaan fluor secara local yaitu untuk gigi yang sudah erupsi.

Dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan :


a. Topical aplikasi dengan larutan fluor
b. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
c. Menyikat gigi dengan :
- pasta gigi
- larutan fluor
d. Memoles gigi dengan pasta propolaksin yang mengandung fluor

(DR. Drg. Rasinta Tarigan)

1.3. Menggosok Gigi

Syarat-syarat Sikat Gigi yang Baik

Sikat gigi yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Tangkai lurus dan mudah dipegang


b. Kepala sikat gigi kecil

29
Sebagai ancar-ancar paling besar sama dengan jumlah lebar keempat gigi

bawah. Kenapa harus kecil, sebab kalau besar tidak dapat masuk ke bagian-

bagian yang sempit dan dalam.


c. Bulu sikat gigi harus lembut dan datar
Bila sikat gigi terlalu besar, bulu dapat dicabut sebagian.

Menyimpan sikat gigi

Sesudah bersikat gigi maka harus dicuci bersih. Setelah itu digantung

dengan kepala di bawah. Bila ditaruh, maka air tidak segera kering dan kuman

yang tinggal akan berkembang biak. Tetapi dengan digantung maka sikat gigi

akan segera kering san memungkinkan kuman menempel dan berkembang

biak.

Cara Bersikat Gigi yang Benar dan Kapan Waktu yang Tepat

Bersikat gigi yang tepat waktunya ialah sesudah makan dan hendak

tidur. Jadi empat kali sehari semalam. Kebiasaan bersikat gigi dua kali sehari

semalam, yakni pada saat mandi saja, itu tidak betul dan salah besar. Sebab

sesudah bersikat gigi pagi di saat mandi, orang akan makan pagi.

Setelah makan pagi, kalau hanya kumur-kumur akan kotor. Jadi pergi

ke sekolah atau kekantor giginya dalam keadaan kotor. Terutama dikotori oleh

plak. Demikian juga bila bersikat gigi pada saat mandi sore, masih akan

menghadapi makan malam dan makanan kecil lainnya pada sore hari. Padahal

30
menurut beberapa ahli, kuman paling aktif dapat merusak email gigi, ialah

sekitar setengah jam sejak saat selesai makan. Pada saat itu sisa makanan

segera dirubah oleh kuman menjadi asam yang dapat melunakkan email itu,

seperti diterangkan di depan.

Karena itulah bersikat gigi yang betul adalah setiap habis makan,

ditambahkan hendak tidur. Bila hanya tiga kali, yang terakhir sebaiknya

menjelang tidur, sebab antara saat makan malam dan hendak tidur, mungkin

saja masih makan makanan kecil.

Plak

Plak berasal dari kata plague. Plak adalah lender yang melekat pada

permukaan gigi. Dalam plak ini terdapat kuman-kuman dari ludah dan mulut.

Plak ini tidak tampak bila dilihat sebab berwarna seperti kaca putih amat tipis.

Tujuan bersikat gigi adalah membuang plak ini bersih mungkin, sebab

di dalam plak inilah kuman paling banyak tinggal.

Cara Bersikat Gigi yang Benar

Pada dasarnya bersikat gigi yang betul adalah menyikat semua

permukaan gigi sampai bersih dan plak juga hilang sempurna. Gerakan

bersikat gigi pendek-pendek saja. Jangan buru-buru . bersihkan salah satu sisi

dulu baru pindah. Untuk menyikat permukaan samping baik luar maupun

31
dalam jangan melawan arah permukaan gusi (ujung pinggir gusi). Jasi kalu

gigi atas jangan menyikat kea rah atas.

Sebaliknya untuk gigi bawah jangan menyikat kea rah bawah. Ini

untuk menghindarkan diri agar gusi tidak terkelupas. Tetapi bulu-bulu sikat

harus dikenakan gusi. Tujuannya ialah agar supaya gusi terpijat oleh bulu-

bulu halus itu. Dengan demikian merangsang aliran darah gusi menjadi lebih

cepat dan pembuluh darahnya sedikit mengembang.

Dengan demikian proses pemberian makanan dan pengambilan sisa

tak berguna pada jaringan dapat berjalan cepat dan lancer, sehingga gusi

menjadi lebih sehat. (drg. Ircham Machfoedz, MS)

Cara menyikat gigi yang benar, menurut Depkes :

1. Kumur-kumurlah sebelum menyikat gigi


2. Siapkan sikat gigi kecil dan pasta gigi yang mengandung fluor

banyaknya pasta gigi +/_ ½ cm.


3. Sikatlah semua permukaan gigi atas dan bawah dengan gerakan maju

mundur dan pendek-pendek, atas bawah selama 2 menit dan sedikitnya

8 kali gerakan untuk setiap permukaan.


4. Sikatlah permukaan gigi yang menghadap langit-langit/lidah.
5. Sikat permukaan gigi yang menghadap pipi dan bibir.
6. Sikatlah permukaan gigi yang dipakai untuk mengunyah
7. Setelah permukaan gigi selesai disikat, kumurlah 1kali saja agar sisa

fluor masih ada di gigi

32
8. Bersihkan sikat gigi dengan air dan simpanlah sikat gigi tegak, dengan

posisi kepala sikat gigi berada di atas


9. Sikatlah gigi sekurang-kurangnya 2 kali sehari:
- Pagi sesudah sarapan
- Malam sebelum tidur

33

Anda mungkin juga menyukai