TINJAUAN PUSTAKA
1. Retensio Urin
1.1. Definisi
Beberapa pengertian tentang retensio urin adalah1:
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih
dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna.
Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika
urinaria (Kapita Selekta Kedokteran).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat
terjadi secara akut maupun kronis (Depkes RI Pusdiknakes 1995).
Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun
terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner &
Suddarth).
Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih
dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
(PSIK UNIBRAW).
1.2.Etiologi
Beberapa etiologi retensio urin adalah1:
Supra vesikal, berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis.
Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun
seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan
medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter
yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
Vesikal, berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, , atoni pada
pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
Intravesikal, berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil
dan tumor.
Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat,kelainan patologi
uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
1
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
1.3.Patofisiologi
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit
yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, faktor obat dan faktor
lainnya seperti ansietas,kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi
di medulla spinalis menyebabkan kerusakan simpatis dan parasimpatis sebagian
atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang
mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot sfingter internal,
vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa
hipertrofi prostat, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi
bladder kemudian distensi abdomen. Faktor obat dapat mempengaruhi proses
BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga
menyebabkan produksi urine menurun. Faktor lain berupa kecemasan, kelainan
patologi uretra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot
perut, peri anal, sfingter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik.1
Dari semua faktor di atas menyebabkan urine mengalir lambat kemudian
terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya
terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah
satunya berupa kateterisasi uretra.1
2
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.
1.5.Pemeriksaan Diagnostik1
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada kasus retensio urine adalah
pemeriksaan specimen urine. Pada pemeriksaan ini diambil hasil dari1 :
Pengambilan: steril, random, midstream.
Penagambilan umum: pH, BJ, kultur, protein, glukosa, Hb, keton, nitrit.
Sistoskopi, IVP.
1.6.Penatalaksanaan1
Kateterisasi urethra.
Drainage suprapubik.
Pungsi vesika urinaria
2. Hiperplasia Prostat
2.1. Anatomi dan Fisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran,
organ ini membuntu uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran
urin keluar dari buli-buli. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada
orang dewasa ±20 gram. McNeal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa
zona, antara lain: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler
anterior, dan zona periuretra (gambar 1). Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat
pada zona transisional; sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona
perifer.2
3
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
4
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
2.3. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya
hiperplasia prostat; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia
prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan
proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat adalah2:
a. Teori dihidrotestoteron
b. Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
c. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
d. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
e. Teori stem sel
a. Teori Dihidrotestosteron
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat
oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH (Gambar 2). DHT yang
telah terbentuk berikatan dengan respetor androgen (RA) membentuk kompleks
DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesi protein growth factor yang
menstimulasi pertumbuhan prostat. 2
5
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh
berbeda dengn kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim
5α-reduktase dan jumlah respetor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini
menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga
replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengab prostat normal. 2
c. Interaksi Stroma-Epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth
factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan
estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutya
mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta
6
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
7
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
2.4. Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk dapat megeluakan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan
perubahan anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan pada struktur buli-
buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah
bawah atau Lower Urinary Tract Symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan
gejala prostatismus. 2
Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks
vesiko-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal (gambar 3 dan 4).2
8
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul prostat dan
otot polos pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang
berasal dari nervus pudendus. 2
Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel.
Kalau pada prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2: 1, pada
BPH rasionya meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi
peningkatan tonus otot polos prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam
hal ini massa prostat yang menyebabkn obstruksi komponen statik sedangkan tonus
otot polos yang merupakan komponen dinamik sebagai penyebab obstruksi
prostat.2
2.5.Gambaran Klinis
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan
di luar saluran kemih. 2
9
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Faktor pencetus
Kompensasi Dekompensasi
(LUTS) Retensi urin
Inkontinensi paradoksa
Skema 1. Manifestasi kompensasi dan dekompensasi
Sumber: Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua, 2009.
10
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
11
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
didapatkan urin yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu merupakan
pertanda dari inkontinensia paradoksa. Pada colok dubur diperhatikan2:
Tonus sfiger ani/refleks bulbokavenosus untuk menyingkirkan
adanya kelainan buli-buli neurogenik
Mukosa rektum
Keadaan postat, antara lain: kemungkinan adanya nodul, krepitasi
konsistensi prostat, simteri antar lobus dan batas prostat.
Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi
prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak
didapatkan nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat
keras/teraba nodul dan mungkin di antara lobus prostat tidak simetri. 2
2.6.Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksan kultur urin berguna dalam mencari jenis
kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitivitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan. 2
Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang
mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk
mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan
kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenic). Jika dicurigai adanya
keganasan prostat perlu diperiksa kadar penanda tumor PSA. 2
b. Pencitraan
Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang
penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urin. Pemeriksaan PIV
dapat menerangkan kemungkinan adanya2:
Kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis,
12
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
c. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara mengukur2:
Residual urin yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin ini dapat
dihitung dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi.
Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan
menghitung urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau
dengan alat uroflometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin
(gambar 5). Pemeriksan yang lebih teliti adalah dengan pemeriksaan
urodinamika.
13
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Gambar 5. Gambaran pancaran urin pada uroflometri. A. Pancaran normal, B. Pada pasien BPH.
Sumber: Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua, 2009.
Dari uroflometri dapat diketahui lama waktu miksi, lama pancaran, waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum, rerata pancaran, maksimum
pancaran, dan volume urin yang dikemihkan. Pancaran yang mendekati normal
berbentuk seperti gambar 5A, sedangkan pada BPH dengan pancaran lemah dan
lama ditunjukkan seperti gambar 5B. 2
3. Pengobatan
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang-
kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa
mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan konsultasi saja. Namun
di antara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau
tindakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah. 2
Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah2:
Memperbaiki keluhan miksi,
Meningkatkan kualitas hidup,
Mengurangi obstruksi infravesika,
Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal,
14
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
a. Watchfull Waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS di
bawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien
tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal
yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya2:
Jangan mengkonsumsi alkohol atau kopi setelah makan malam,
Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi
atau cokelat),
Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung
fenilpropanolamin,
Kurangi makananan pedas dan asin,
Jangan menahan kencing terlalu lama.
Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya
keluhannya apakah menjadi lebih baik (sebaiknya memakai skor yang baku), di
samping iu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urin, atau uroflometri. Jika
keluahan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu dipikirkan
untuk memilih terapi lain. 2
b. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk2:
Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik
penyebab obstruksi infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergik
alfa (adrenergik alfa blocker) dan
Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara
menurunkan kadar hormone testosterone/ dihidrotestosteron (DHT) melalui
penghambat 5α-reduktase.
15
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
16
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Penghambat 5α-reduktase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT)
dari testosterone yang dikatatlisis oleh enzim 5α-redukase di dalam sel-sel prostat.
Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat
menurun. 2
Dilaporkan bahwa pemberian obat ini (finasteride) 5 mg sehari yang
diberikan sekali setelah enam bulan mampu menyebabkan penurunan prostat
hingga 28%; hal ini memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi. 2
Fitofarmaka
Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki
gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologik tentang kandungan zat
aktif yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti. Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai: anti-estrogen,
anti-androgen, menuunkan kadar sex hormone binding globulin (SHBG), inhibisi
basic fibroblast gowth factor (bFGF) dan epidermal growth factor (EGF),
mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek anti-inflamasi, menurunkan outflow
resistance, dan memperkecil volume prostat. 2
Di antar fitoterapi yang banyak dipasarkan adalah: Pygeum africanum,
Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica dan masih banyak lainnya. 2
c. Operasi
Pembedahan
Penyelesaian masalah pasien hiperplasia prostat jangka panjang yang paling baik
saat ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non-invasif
lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi. 2
Desobstruksi kelenjar prostat akan menyembuhkan gejala obstruksi dan
miksi yang tidak lampias. Hal ini dapat dikerjakan dengan cara operasi terbuka,
reseksi prostat transuretra (TURP), atau insisi prostat transuretra (TUIP atau BNI).
Pembedahan direkomendasikan pada pasien-pasien BPH yang2:
Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa
17
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Pembedahan Terbuka
Beberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode dari Millin
yaitu melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropubik
infraveska, Freyer melalui pendekatan suprapubik transvesika, atau transperineal
(gambar 6). Prostatektomi terbuka adalah tindakan yang paling tua yang masih
banyak dikerjakan saat ini, paling inasif, dan paling efisien sebagai terapi BPH.
Prostatektomi terbuka dapat dilakukan melalui pendekatan suprapubik tarnsvesikal
(Freyer) atau retropubik infravesikal (Millin). Prostatektomi terbuka dianjurkan
untuk prostat yang sangat besar (>100gram). 2
Penyulit yang dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka adalah:
inkontinensia urin (3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrograde (60-80%), dan
kontraktur leher buli-buli (3-5%). Dibandingkan dengan TURP dan BNI, penyulit
yang terjadi berupa striktur uretra dan ejakulasi retrograde lebih banyak dijumpai
pada prostatektomi terbuka. Perbaikan gejala klinis sebanyak 85-100%, dan angka
mortalitas sebanyak 2%.2
Pembedahan Endourologi
Saat ini tindakan TURP merupakan operasi paling banyak dikerjakan di seluruh
dunia. Operasi ini lebih disenangi karena tidak diperlukan insisi pada kulit perut,
massa mondok lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak banyak berbeda
dengan tindakan operasi terbuka. Pembedahan endourologi transuretra dapat
dilakukan dengan memakai tenaga elektrik TURP (Transurethreal Resection od the
Prostate) atau dengan memakai energi laser operasi terhadap prsotat berupa reseksi
(TURP), insisi (TUIP), atau evaporasi. 2
18
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
19
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Penggunaan cairan non-ionik lain selain H2O yatu glisin dapat mengurangi resiko
hiponatremia pada TURP, tetapi karena harganya cukup mahal beberapa klinik
urologi di Indonesia lebih memilih memakai aquades sebagai cairan irigasi. 2
Selain sinroma TURP beberapa penyulit bisa terjadi pada aat operasi, pasca
bedah dini, maupun pasca bedah lanjut seperti tampak pada tabel 3.
Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar, tanpa ada pembesaran
lobus medius, dan pada pasien yang umurnya masih muda hanya diperlukan insisi
kelenjar prosat atau TUIP (Transurethral Insicion of The Prostate) atau insisi leher
buli-buli atau BNI (Bladder Neck Incision). Sebelum melakukan tindakan ini, harus
disingkirkan kemungkinan adanya karsinoma prostat dengan melakukan colok
dubur, melaukkan pemeriksaan ultrasonografi transrektal, dan pengukuran kadar
PSA. 2
Elektrivaporisasi Prostat
Cara elektrovaporisasi prostat adalah sama denga TURP, hanya saja teknik ini
memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup kuat,
sehingga mampu membuat vaporisasi kelenjar prostat. Teknik ini cukup aman,
tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa mondok di
rumah sakit lebih singkat. Namun teknik ini hanya diperuntukkan pada prostat yang
tdiak terlalu bsar (<50gram) dan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama. 2
20
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Laser Prostatektomi
Energi laser mulai dipakai sebagai terapi BPH seja tahun 1986, yang dari tahun ke
tahun mengalami penyempurnaan, terapat 4 jenis energi yang dipakai yaitu:
Nd:YAG, Holmium: YAG, KTP:YAG, dan diode yang dapat dipancarkan melalui
bare fibre, reight angle fibre, atau interstitial ibre. Kelenjar prostat pada suhu 60-
650C akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang lebih dari 1000C mengalami
vaporisasi. 2
Jika dibandinkan dengan pembedahan, pemakaian laser ternyata lebih
sedikit menimbulkan komplikasi, dapat dikerjakan secara poliklinis, penyembuhan
lebih cepat, dan dengan hasil yang kurang lebih sama. Sayangnya terapi ini
membutuhkan terapi ulang 2% setiap tahun. Kekurangannya adalah: tidak dapat
diperoleh jaringan untuk pemeriksan patologi (keculi pada Ho:YAG), sering
banyak menimbulkan disuria pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan,
tidak langsung dapat miksi spontan setelah operasi, dan peak flow rate lebih rendah
daripada pasca TURP. 2
Penggunaan pembedahan dengan energi laser telah berkembang dengan
pesat akhir-akhir ini. Penelitian klinis memakai Nd: YAG menunjukkan hasil yang
hampir sama dengan cara deobstruksi TURP, terutama dalam perbaikan skor miksi
dan pancaran urin. Meskipun demikian efek lebih lanjut dari laser masih belum
diketahui dengan pasti. Teknik ini dianjurkan pdaa pasien yang memakai terapi
antikoagulan dalam jangka waktu lama atau tidak mungkin dilakukan tindakan
TURP karena kesehatannya. 2
21
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Termoterapi
Termoterapi kelenjar prostat adalah pemanasan dengan gelombang mikro pada
frekuensi 915-1296 Mhz yang dipancarkan melalui antena yang diletakkan di dalam
uretra. Dengan pemanasan yang melebihi 440C menyebabkan destruksi jaringan
pada zona transisional prostat karena nekrosis koagulasi. Prosedur ini dapat
dikerjakan secaraa poliklinis tanpa pembiusan. 2
Energi panas yang bersamaan dengan gelombang mikro dipancarkan
melalui kateter yang terpasang di dalam uretra. Besar dan arah pancaran energi
diatur melalui sebuah komponen sehingga data melunakkan jaringan prostat yang
membuntu uretra. Morbiditasnya relatif rendah, dapat dilakukan tanpa anestesi, dan
dapat dijlaani oleh pasien yang kondisinya kurang baik jika menjalani pembedahan.
Cara ini direkoemndaiskan bagi prostat yang ukurannya kecil. 2
Stent
Stent prostat dipasasng ada uretra prostatika untuk mengatasi obstruksi karena
pembesaran prostat. Stent dipasang intraluminal di antara leher buli-buli dan di
sebelah proksimal verumontanum sehingga urin dapat leluasa melewati lumen
uretra prostatika. Stent dapat dipasang secara temporer dan permanen. Yang
temporer dipasang selama 6-36 bulan dan terbuat dari bahan yang tidak diserap dan
tidak mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat ini dipasang dan dilepas kembali
secara endoskopi.
22
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
Stent yang permanen terbuat dari anyaman dari bahan logam super
alloy,nikel, atau titanium. Dalam jangka waktu lama bahan ini akan diliputi oleh
urotelium sehingga jika suatu saat ingin dilepas harus membutuhkan anestesi umum
atau regional. 2
Pemasangan alat ini diperuntukkan bagi pasien yang tidak mungkin
menjalani operasi karena resiko pembedahan yang cukup tinggi. Seringkali stent
dapat terlepas dari insersinya di uretra posterior atau mengalami enkrustasi.
Sayangnya setelah pemasangan kateter ini, pasien masih merasakan keluhan miksi
berupa gejaa iritatif, perdarahan uretra, atau rasa tidak enak di daerah penis. 2
2.7.Kontrol Berkala
Setiap pasien hiperplasia prostat yang telah mendapatkan pengobatan perlu kontrol
secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakitnya. Jadwal kontrol
tergantung pada tindakan apa yang sudah dijalaninya. 2
Pasien yang hanya mendapatkan pengawasan (watchfull waiting)
dianjurkan kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah
terjadi perbaikan klinis. Penilaian dilakuakan dengan pemeriksaan skor IPSS,
uroflometri, dan residu urin pasca miksi. 2
23
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
24
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
25
Laporan Kasus Portofolio Retensio Urin ec Suspek Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dd Karsinoma Prostat
DAFTAR PUSTAKA
26