Anda di halaman 1dari 3

SEASON 8 (Terjadi)

Harry’s POV

“Harry.. kau jaga Dind yah, Dad dan Mom akan bertemu dengan Dr.Grey untuk menanyakan
apakah dia memiliki stok golongan darah O, saudara-saudaramu juga akan membantumu”kata ayah.

Aku pun kembali ke kamar menemui Dind, aku berbaring disebelahnya sambil menggenggam
tangannya, bahkan tangannya sekarang hampir sedingin tanganku. Layaknya es.
Sepertinya bayi itu sudah mulai memperburuk keadaan Dind, kulitnya saja sudah dingin, besok
apalagi yang mungkin terjadi?
“Uhm..”terdengar suara erangan kecil Dind
“I’m here”kataku sambil mengelus wajahnya.
“dimana yang lain?”
“mereka berjaga diluar, Mom dan Dad keluar kota, kau sudah merasa baik?”kataku
aku bisa melihat wajahnya pucat.“yeahh.”
“apa kau tidak berburu?”tanya Dind
Aku memang tidak pernah berburu beberapa hari ini. Aku ingin ada disampignya.
“No.”
“tapi, apa kau tidak-“aku memotong pembicaraannya. “ sshhh, aku tidak apa-apa”
“kau tidak lelah. Well, tidur saja disampingku”pinta Dind.
“tidak. Kau saja, kau belum makan? okey aku akan memanggil Louis.”
“Louu?!”

***

Liam’s POV

Sudah sejam lebih aku berkutak-atik dengan ponselku. Namun aku belum benar-benar menghubungi
Chika. Sebenarnya aku ingin mengajaknya makan malam tapi aku juga ragu. Aduh.
“woy! Serius banget”Niall menepuk pundakku lalu membanting tubuhnya keatas sofa.
Aku memutar kedua bola mataku karenanya.

Niall POV

Seorang vampir berhati es dilelehkan oleh cinta. Bimbang oleh ketidakpastian. Bahkan kurasa
berkeringat karena sebuah ponsel. Wow kau harus memuji Liam, karena kata-kata ku barusan
spesial untuk dirinya. Daripada mengurus hal seperti itu aku lebih baik menonton Tv. Dan sama saja,
aku tak menemukan hal menarik. Aku memainkan jari-jariku memilih setiap chanel Tv lalu terhenti
pada sebuah berita. Jangan heran, aku tidak sedang menonton beritanya melainkan presenter yang
membawakan berita itu. Entah apa yang menarik perhatianku darinya.

Liam mengisyaratkan ibu jarinya di depan bibirnya. Liam pasti terganggu oleh suara Tv, dan aku
punya ide lebih baik. Lalu detik berikutnya sebuah bantal sofa terbang mengenaiku. “Au!”aku
tertawa kecil melihatnya sedang menatapku tajam.
“iya iyaa”kataku pasrah. “vampir jatuh cinta memang terkadang galak.”ucapku pelan,
hampir tak bersuara.
“NIALL?! Kau tahu aku bisa mendengarnya kan?”ucapnya dengan nada mengancam.
Aku masih memperhatikan gadis presenter itu, sumpah! Aku pernah melihatnya. Tapi entah ini
membingungkan.
“kalian sedang apa?”Louis duduk disampingku sembari bernafas panjang.
“layar Tv jangan ditatap begitu Niall,”kata Zayn
“LLOU!!”panggil Harry dari atas. Suaranya tidak terlalu keras, tapi aku dan yang lain bisa
mendengarnya. Kau tahulah bakat vampir memiliki pendengar yang tajam. Bahkan dari puluhan
meter.
Louis mendengus pasrah. “aku baru saja ingin memanjakan diriku”kata Louis.
“terima saja Lou”tambahku.

***

Harry’s POV

“hey Dind, kau sudah bangun?”kata Louis.


“yyah. Thanks Lou”kata Dind
“urwell,honey.” Louis melihat kearahku. “Oh ya, hey manusia es ada apa
memanggilku?”kata Louis mengejekku, aku hanya memutar bola mataku, hiraukan saja.
“ambilkan makanan dan susu untuk Dind yah?”
“only if you say please.“Dind tertawa kecil mendengar leloucan Louis. Sedangkan aku tidak
dalam posisi ingin tertawa sekarang.
“oh come on..”aku memutar kembali bola mataku. Apa dia serius?
“okey! Please Louis”kataku
“sure.”dasar Louis.

Dind’s POV

Setelah makan malam, aku kebawah. Harry sedang berburu di hutan. Lalu aku melihat Niall di ruang
tamu, dia sedang menonton Tv. Lalu aku memutuskan untuk duduk disampingnya.
“Hey Niall.”
“oh hey sweety”balas Niall lalu kembali memfokuskan pandangannya kearah layar Tv.
Aku menatapnya heran. “Serius banget.. nonton apasih?”aku melihat kelayar Tv lalu disana terlihat
sebuah berita. Mengherankan kenapa Niall tiba-tiba memilih siaran news. Aku tetap memfokuskan
pananganku kearah Tv, lalu-
“Ana?”
Pesenterpembawa berita itu adalah teman JHS ku. Sama halnya dengan Chika, aku dan Ana terpisah
saat JHS. Jadi sekarang ia bekerja sebagai presenter.
“kau kenal Dind?”
aku mengangguk. “dia temanku. Teman JHS”
“aku merasa pernah melihat dia, tapi entahlah..”kata Niall
“benarkah?” bagaimana bisa Niall ‘pernah melihat’ Ana?
Niall menunjukkan wajah berpikirnya. “Ah, lupakan saja.”
“oh ok.”kataku.
“Niall?”Niall berdehem sembari melirik kearahku. “boleh aku bertanya sesuatu?”
Niall menatapku dengan wajah manisnya. Kurasa dia benar-benar memiliki aura menggemaskan.
Aku bahkan tak bisa membayangkan dia seorang vampir.
“sure. Kau mau menanyakan apa?”
“uhm.. bagaimana kau jadi vampir?”tanyaku.
“jadi kau mau tauu?”kata Niall memandangku yang sedang mengganggukkan kepala.
“aku sebenernya tidak bersaudara dengan Harry, Zayn, Liam dan Louis.”aku mendengarkan
perkataan Niall degan saksama. “-dari dulu kami bersahabat bahkan memang sudah seperti
saudara”Niall memperbaiki posisinya lalu fokus kearahku.
“Mr.Style mengubah kami berlima saat kami mengalami kecelakaan mobil.”-waktu itu kami
ingin ke Bali.”
“Bali?”
Niall mengangguk sembari menyengir menatapku. “kami berencana berlibur akhir tahun. Harusnya
kami tidak membiarkan Zayn mengemudi.”
“ada apa dengan Zayn?”tanyaku heran.
Niall tertawa kecil. “dia menabrakkan mobil ke pohon raksasa.. ditambah lagi dia masih amatir”aku
ikut tertawa mendengar Niall bercerita.
“Mr.Style menemukan kami sudah sekarat dan mengubah kami sebelum terlambat”
“oh.. Jadi kalian anak angkat?”tanyaku lagi
“Pinterrr.”kata Niall sambil mencubit hidungku
“lalu semenjak jadi vampir kalian pernah bertemu orang tua kalian?”
“tentu tidak. Sejak kecelakaan itu status kami sudah... dead.”
“-secara teknik kalian memang sudah mati.”kataku dengan nada bercanda.
Niall menaikkan salah satu alisnya. “Ya begitulah. Vampir tidak dapat menahan aroma darah
manusia. Kami tidak ingin mengambil resiko melukai orang-orang yang kami sayangi.”
“-Harry paling cepat mengontrol rasa hausnya terhadap manusia,sekitar sepuluh
tahun”lanjut Niall. Seketika mataku membulat mendengarnya “10 tahun? Lalu kau dan yang lain?”
“Liam tigapuluh tahun, Zayn empatpuluh tahun, dan Louis sekitar limapuluh tahun
sedangkan aku yang paling lama.. satu abad !”kata Niall.
“APA? Jadi umur kalian berapa??”kataku reflek membuatNiall menutup telinganya.
“Louis 21. Aku, Liam dan Zayn 20 sedangkan Harry 19”kata Niall. “-maksudku sudah berapa
lama?”tanyaku. “133 tahun”kata Niall

Oh astaga.. “jadi, aku menikah dengan laki-laki tua yang sangat tampan”kataku sembari menyengir
lebar. “terserah kau saja Dind“ucap Niall dengan nada pasrah.
“Hm. Jadi kau punya bakat khusus seperti Harry?”ak yakin Niall sudah kewalahan dengan
seribu satu pertanyaanku.
“setiap vampir memiliki bakat. Harry bisa membaca pikiran. Liam bisa mengonrol hewan.
Zayn bisa merasakan sesuatu yang tidak bisa dirasakan orang lain. Aku memiliki pendengar istimewa
lebih dari vampir, dan Louis bisa menghilang.”kata Niall.
Oh jadi seperti itu. Aku merasakan sesuatu di tenggorokanku, mungkin lebih seperti mengering.
“bagaimana rasanya darah?”selanjutnya bisa kulihat ekspresi Niall. “what? mengapa kau
bertanya seperti itu?”Niall semakin melihatku dengan tatapan bingung
“entahlah. Aku hanya ingin mencicipinya”aku juga heran, tapi semakin aku
membayangkannya tenggorokanku semakin tercekik, dan bibirku mejadi kering. Niall terdiam, dia
tak menjawab apapun. “Niall!”kataku dengan nada tinggi. Aku harus ke dapur, aku haus sekali. Tapi-
“boleh aku mencicipinya?”sambungku. pikiranku semakin menjadi-jadi membayangkan
darah.
“aku harus menelpon Harry!”kata Niall sambil mengambil ponselnya.

***

Harry’s POV

Aku langsung menuju kerumah saat Niall menolponku. Aku takut keadaan Dind semakin memburuk.
“Dind?”kataku perlahan saat aku melihatnya duduk di sofa.
Dind menoleh kearahku. “oh hey Harry”bisa kulihat wajahnya memucat. oh God cepat sekali Dind
melemah. “kau tidak apa?”tanyaku.
“aku tidak – aku baik..”ucapnya, namun aku merasa keganjilan pada senyumannya
“are you sure?”
“sebenarnya.. aku tidak terlalu baik, tapi apa kau mau menurutinya?”tanya Dind sembari
memegang perutnya. “ten-tentu!apa?”kataku
“aku.. aku ingin ‘darah’”kata Dind. Mataku mebulat sempurna mendengar keinginnnya.
“it’s happening!”kataku
“NIALL!! CALL DADDY NOW!!!”aku bertiak. Aku tidak mungkin memberikan darah ke Dind,
diakan manusia. “NIALL!”aku berteriak lagi karena Niall sangat lama.
“okayy Harry. Calm Down!”kata Niall. Bagaimana bisa aku tenang. Aku tertunduk disebelah
Dind dan mengelus rambutnya. “mengapa ini terjadi terlalu cepat huh?”kataku
“aku hanya ingin-“
“sshhh”aku memeluk meraihnya dalam pelukanku.

Anda mungkin juga menyukai