CBD Sinusitis
CBD Sinusitis
Disusun oleh:
30101306921
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTANAGUNG
SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
CBD
Sinusistis Maksilaris Duplex Odontogen
Oleh :
30101306921
Pembimbing,
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Mukosiliar
Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa
bersilia dan palut lendir di atasnya.Di dalam sinus silia bergerak secara teratur
untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur
yang sudah tertentu polanya.1
2.2. FISIOLOGI
Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologi
sinus paranasal. Tetapi beberapa teori mengemukakan fungsinya sebagai
berikut :
a. Sebagai pengatur kondisi udara
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas
setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring,
sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi,
udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama
seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah,
sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung
dengan aliran dari nasofaring.
b. Sebagai penahan suhu
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk
mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini
dilakukan dengan cara :(4)
1) Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir.
Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan
dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi
sebaliknya.
2) Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya
pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan
septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara
optimal.Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung
kurang lebih 37o C.
c. Membantu keseimbangan kepala
Mengurangi berat tulang muka à Jika sinus diganti dengan tulang
àpenambahan berat sebesar 1%
d. Membantu resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi.
Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang,
sehingga terdengar suara sengau.
e. Peredam perubahan tekanan udara
Berjalan bila terdapat perubahan tekanan yang besar dan mendadak
misalnya bersin atau membuang ingus
f. Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung
Mukus yang dihasilkan sinus paranasal lebih sedikit dari rongga
hidungàmembersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi
à keluar dari meatus medius.
Mayor Minor
Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sakit kepala
Sekret nasal dan post nasal purulen Batuk
Demam (fase akut) Rasa lelah
Kongesti nasal Halitosis
Obstruksi nasal Nyeri gigi
Hiposmia atau anosmia Nyeri atau rasa tertekan /penuh pada
telinga
Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria
minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.
Pemeriksaan gigi
Infeksi gigi berperanan pada 10% kasus sinusitis
maksilaris, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan gigi rahang
atas. Penyebab tersering adalah gigi premolar dan molar 1 yang
mengalami gangren pulpa, abses pada apeks gigi akibat cabut
gigi dan periodontis kronis. 7,8,9
2. 3.9. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antibiotik
- Amoksisilin tab 500 mg, dosis : 3 x 1
- Amoksisilin 500 mg + Asam klavulanat 125 mg, dosis 3 x 1.
Diberikan selama 10-14 hari
Dekongestan
- Oral
o Pseudoefedrin tab 60 mg, dosis : 3 x 1
- Topikal
o Efedrin 1 % (dewasa), 0,5 % (anak)
o Oksimetazolin hidroklorida 0,025 % (tetes hidung) anak
o Oksimetazolin hidroklorida 0,05 % (semprot hidung) dws
Kortikosteroid
- Topikal/oral
o Deksamethasone tab 0,5 mg, dosis : 3 x 1
o Mometasone furoate (nasal spray) 200 mcg, dosis : 2 x 1
selama 15 hari
Mukolitik
- Bromheksin tab 8 mg, dosis : 3 x 1
Konservatif : irigasi sinus.
Operatif. Beberapa macam tindakan bedah sinus yaitu antrostomi meatus
inferior, Caldwell-Luc, etmoidektomi intra dan ekstra nasal, trepanasi
sinus frontal, dan bedah sinus endoskopik fungsional.
2. 3.10. KOMPLIKASI
Komplikasi Orbita
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita
akibat infeksi sinus ethmoidalis di dekatnya. Keadaan ini terutama
ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan
orbita dan sinus ethmoidalis.
b. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif
menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.
c. Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding
tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.
d. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur
dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik
dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot
ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva
merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin
bertambah.
e. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri
melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus, kemudian
terbentuk suatu tromboflebitis septik.
Komplikasi Intra Kranial
a. Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat yang
mana infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang
saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti
lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina
kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.
b. Abses dural, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna
kranium, seringkali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul
lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum
pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intrakranial.
c. Abses subdural, adalah kumpulan pus diantara duramater dan
arachnoid atau permukaan otak. Gejala sama dengan abses dura.
d. Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteumsinus
terinfeksi, maka dapat terjadi perluasan metastatik secara
hematogenke dalam otak. Terapi komplikasi intra kranial ini adalah
antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan yang
mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.
2. 3.11.PROGNOSIS
Prognosis sinusitis tipe dentogen sangat tergantung kepada
tindakan pengobatan yang dilakukan dan komplikasi penyakitnya.
Jika, drainase sinus membaik dengan terapi antibiotik atau terapi
operatif maka pasien mempunyai prognosis yang baik.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Alamat : Jalan Kalimantan Asrama Benglap Wates
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
No. CM : 178564
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2017
Tanggal Pemeriksaan : 4 Oktober 2017
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 Oktober 2017
Pasien datang dengan keluhan keluar ingus kental . Pada pipi kanan
dan kiri juga diasakan nyeri sejak 3 minggu yang lalu disertai pusing.
Pasien juga mengeluhkan ingus kental berwarna kuning kehijauan dan
berbau busuk dari lubang hidung kanan dan kiri . Keluhan dirasakan
terus menerus dan hilang timbul. Selain itu pasien juga merasakan
adanya keluhan lubang hidung tersumbat kanan dan kiri, pasien juga
merasakan ada seperti lendir yang mengalir ke tenggorokan terutama
jika berbaring. Pasien juga mengeluhkan adanya gangguan penciuman.
Pasien juga merasakan badan nya terasa lemas dan nyeri pada gigi
kanan dan kiri atas. Keluhan batuk (-). sakit pada telinga (-), sakit pada
tenggorokan (-).
154 cm)
3.1.4. Tanda Vital
i. Tekanan Darah: 120/80 mmHg
ii. Nadi : 80 x/menit
iii. RR : 20 x/menit
iv. Suhu : 36,7 C
3.2. Status Lokalis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan)
3.2.1. Kepala dan Leher
Kepala : Normocephale
Wajah : Simetri
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
3.2.2. Gigi dan Mulut:
Gigi-geligi : Tampak ada karies profunda di M1 kanan dan kiri
bagian atas
Lidah : normal, kotor (-), tremor (-)
Pipi : bengkak (-)
3.2.3. Telinga
Kanan Kiri
Auricula Bentuk normal, Bentuk normal,
nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)
tragus pain (-) tragus pain (-)
Pre Auricular Bengkak (-), Bengkak (-),
nyeri tekan(-), nyeri tekan (-),
fistula(-) fistula (-)
Retro Bengkak (-), Bengkak (-),
Nyeri tekan(-) Nyeri tekan(-)
Auricular
Mastoid Bengkak (-), Bengkak (-),
Nyeri ketuk (-) Nyeri ketuk (-)
CAE Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Serumen (-) Serumen (-)
Otorea (-) Otorea (-)
Membran Warna: Putih keabu- Warna: Puti keabu-
abuan
Timpani abuan
Intak (+)
Intak (+)
Perforasi (-)
Perforasi (-)
Cone of light (+)
Cone of light (+)
Retraksi (-)
Retraksi (-)
Pemeriksaan Sinus
Dekstra Sinistra
Inspeksi
o Pembengkakan pada - -
pipi
o Warna kulit Sama dengan sekitar Sama dengan sekitar
Palpasi
o Nyeri tekan di pipi + +
o Nyeri tekan di atas - -
orbita
o Nyeri tekan di - -
cantus medius
Transiluminasi
o Sinus Maksila Suram Suram
o Sinus Frontal Cahaya terang Cahaya terang
3.2.5. Tenggorokan
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
VII. RINGKASAN
5.1. Anamnesis
a. Rinore mukopurulen (+)
b. Nyeri maksila dextra et sinistra (+)
c. Maksila dextra et sinistra terasa penuh & tertekan (+)
d. Obstruksi nasal (+)
e. Post nasal drip (+)
f. Hiposmia/anosmia (+)
g. Halitosis (+)
h. Malaise (+)
i. Sefalgia (+)
j. Nyeri gigi superior dextra dan sinistra (+)
k. RPD : Keluhan serupa 5 bulan yang lalu (+)
5.2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Kepala dan Leher:Dalam batas normal
b. Pemeriksaan Gigi dan mulut : Tampak ada karies profunda M1 superior
dextra et sinistra
c. Pemeriksaan Telinga & Tenggorokan : Dalam batas normal
d. Pemeriksaan Hidung:
Rhinoskopi Anterior Dextra dan Sinistra :
- Sekret (+) mukopurulen
- Mukosa hiperemis (+)
- Konka media dan inferior hipertrofi (+)
Rhinoskopi Posterior :
IX. EDUKASI
Menjaga kesehatan gigi dan kebersihannya dengan kontrol ke dokter
gigi
Meminum obat yang sudah diberikan secara teratur dan kontrol ke
poliklinik
Istirahat cukup dan makan makanan bergizi
X. PROGNOSIS:
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien seorang perempuan berusia 50 tahun datang dengan
keluhan keluar ingus kental warna kuning kehijauan dan berbau dari lubang
hidung kanan dan kiri sejak 3 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pada
pipi kanan dan kiri, merasa bagian wajah sebelah kanan dan kirinya terasa penuh
dan seperti tertekan. Selain itu pasien juga merasakan adanya keluhan hidung
tersumbat bergantian kanan dan kiri dan pasien juga merasakan ada seperti lendir
yang mengalir dari hidung yang jatuh ke tenggorokan serta adanya gangguan pada
penciuman. Keluhan-keluhan tersebut mengarah ke gejala mayor dari sinusitis.
Lokasi pipi kanan dan kiri yang terasa nyeri mengarahkan ke lokasi sinus maksila
dextra et sinistra. Keluhan hidung tersumbat menunjukan adanya obtruksi nasal.
Adanya keluhan seperti ada lendir yang mengalir dari hidung jatuh ke
tenggorokan mengarah ke Post Nasal Drip. Gangguan penciuman menunjukan
adanya hiposmia.
Terdapat juga keluhan bau busuk seperti tercium dari hidung dan nafas nya
juga berbau tidak enak, demam, badan nya terasa lemas dan kepala nya pusing
cekot-cekot. Terdapat juga keluhan nyeri pada gigi atas kanan. Keluhan tersebut
mengarah ke gejala minor dari sinusitis. Keluhan nyeri pada gigi kanan atas
mengarahkan kita ke faktor predisposisi dari sinusitis yang terjadi yaitu faktor
odontogen.
Keluhan yang disangkal berupa batuk (-), keluhan sakit pada telinga (-),
sakit pada tenggorokan (-), sesak (-) ditanyakan untuk mengarahkan kita ke faktor
predisposisi dan komplikasi yang dapat terjadi. Sehingga dari anamnesis tersebut
sudah didapatkan 5 gejala mayor dan 5 gejala minor dari sinusitis.
Pada riwayat penyakit dahulu diakui bahwa sebelumnya terdapat riwayat
atas sejak 7 bulan yang lalu memperkuat faktor odontogen sebagai predisposisi.
Tidak adanya riwayat alergi memperkuat bahwa faktor rhinogen bukan faktor
predisposisi nya.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan karies M1 kiri dan kanan atas. Hal
tersebut semakin memperkuat predisposisi odontogen sebagai pencetus sinusitis
nya. Pada pemeriksaan hidung, didapatkan adanya nyeri tekan & nyeri ketuk pipi
kanan dan kiri yang mengarah ke sinusitis maksilaris. Selain itu juga didapatkan
sekret yang mukopurulen dan mukosa hiperemis pada pemeriksaan rhinoskopi
anterior dextra et sinistra.
Pemeriksaan penunjang berupa transiluminasi dengan hasil terdapat
bayangan yang suram pada sinus maksilaris dextra et sinistra. Namun untuk lebih
meyakinkan lokasi sinusitis, dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa X-ray
kepala posisi Waters dan lateral serta sinuskopi.
Terapi yang diberikan berupa terapi konservatif (irigasi sinus), terapi
medikamentosa (antibiotik oral, dekongestan dan antihistamin oral, kortikostreoid
topikal, kortikosteroid oral, analgetik) dan terapi pembedahan yakni FESS atau
pembedahan metode Caldwell-Luc. Penanganan lain yang juga penting yaitu
terhadap masalah gigi nya dengan konsul ke bagian gigi karena hal tersebut yang
menjadi predisposisi dari sinusitis maksilaris yang terjadi.
MEKANISME KASUS
karies profunda
Pulpa terbuka
terbentuk pus
↓
Abses periodontal ini dapat meluas dan mencapai tulang alveolar
sinusitis maksilaris
DAFTAR PUSTAKA