Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

OLEH: KELOMPOK X

MUSPIRA 105731111116

RISNA SITI L 105731111816

NURFITRA ISMAIL 105731109616

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan atas kehadirat Alla SWT yang telah memberikan
kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan
selalu membawa keberkahan, baik dikehidupan didunia ini, lebih-lebih lagi
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua harapan yang ingin kita capai menjadi
lebih mudah dan penuh manfaat.

Terimakasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada ibu


WAHYUNI, SE. M.Ak selaku dosen pembimbing serta teman-teman sekalian
yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan.

Kami sangat menyadari, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta masih banyak kekurangan-kekurangannya, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
yang kadang kala hanya menuruti goisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakannya lagi.

Penulis

Makassar, 16 April 2018

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan..............................................................6
B. Akuntansi Untuk Rugi Operasi Neto..........................................................13
C. Penyajian Laporan Keuangan.....................................................................14
D. Tinjauan Metode Aset Liabilitas.................................................................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19

3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap perusahaan di Indonesia dalam membuat laporan keuangan


diharuskan untuk mengikuti kaidah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang kredibel dan informatif
kepada investor dan kreditor. Selain itu, perusahaan juga diharuskan untuk
menyusun laporan laba rugi berdasarkan aturan perpajakan. Sejumlah perbedaan
antara PSAK dan aturan pajak menghasilkan dua jenis penghasilan, yaitu laba
sebelum pajak (perhitungan menurut PSAK) dan penghasilan kena pajak
(perhitungan menurut aturan fiskal). Oleh karena itu, jumlah beban pajak yang
dilaporkan perusahaan akan berbeda dengan jumlah pajak terutang yang
dilaporkan untuk kepentingan perpajakan.

PSAK No. 46 mengenai akuntansi pajak penghasilan efektif berlaku untuk


penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang mencakup periode laporan
yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan go public.
PSAK No. 46 bertujuan untuk mengukur perbedaan waktu pengakuan dalam
pengakuan laporan keuangan komersil dengan pendekatan aktiva kewajiban
(Kiswara, 2009). Perbedaan waktu pengakuan aktiva maupun kewajiban dalam
SAK dan aturan pajak yang menyebabkan perbedaan dalam laporan laba rugi
yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan temporer.
Menurut PSAK No.46, perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah
tercatat aset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan
pajaknya. Perbedaan temporer ini menyebabkan dua laba untuk dua kepentingan
yang berbeda.

Perbedaan temporer ini menjadi salah satu instrumen bagi manajer untuk
melakukan manajemen laba. Perbedaan temporer menunjukkan komponen dari

1
pendapatan atau biaya yang diakui di periode akuntansi yang berbeda antara
aturan akuntansi keuangan dan aturan perpajakan. Mills dan Newberry
(2001) dalam Phillips et al., (2001) menyimpulkan dari hasil penelitian mereka
bahwa perbedaan temporer yang besar timbul karena indikasi adanya diskresi
akrual. Diskresi akrual adalah pengakuan pendapatan atau beban yang bebas tidak
diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Konsep akrual ini
memberikan sebuah peluang bagi manajemen untuk melakukan rekayasa laba
sesuai dengan kepentingannya masing – masing.

Berbagai penelitian akuntansi perpajakan mencoba untuk mengatahui


komponen-komponen dari perbedaan temporer yang dapat digunakan untuk dapat
mendeteksi adanya manajemen laba di dalam perusahaan. Penelitian oleh Philips
et al., (2001) menyimpulkan bahwa beban pajak tangguhan dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya manajemen laba. Beban pajak tangguhan adalah refleksi
dampak pajak dari perbedaan temporer antara laba sebelum pajak dan laba
kena pajak yang timbul akibat perlakuan akrual pendapatan dan beban yang
mempengaruhi kedua jenis laba tersebut dalam periode yang berbeda. Mills dan
Newberry (2001) dalam Philips et al., (2001) menyatakan bahwa semakin besar
insentif manajemen untuk melakukan manajemen laba akan menyebabkan
semakin besarnya perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Philips et
al., (2001) mengasumsikan bahwa manager mengelola peningkatan laba buku
tanpa meningkatkan pula laba kena pajak. Diskresi manajemen seperti ini akan
meningkatkan perbedaan temporer buku-pajak yang dapat meningkatkan beban
pajak tangguhan sehingga beban pajak tangguhan dapat berguna untuk mendeteksi
manajemen laba.

Berbagai penelitian akuntansi perpajakan lainnya juga menghasilkan


penyisihan aktiva pajak tangguhan sebagai instrumen manajemen dalam
melakukan manajemen laba. PSAK No. 46 mengakui aktiva pajak tangguhan
untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan , sepanjang kemungkinan
besar bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup memadai

2
sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan (deductible temporary
differences) tersebut dapat dimanfaatkan (PSAK No.46, par. 24) dan dengan kata
lain besaran aktiva pajak tangguhan dicatat bila dimungkinkan adanya realisasi
manfaat pajak di masa yang akan datang. Aktiva pajak tangguhan harus
dikurangi oleh penyisihan pajak tangguhan apabila terdapat probabilitas kurang
dari 50 persen aktiva pajak tangguhan akan terealisasi. PSAK No.46
mensyaratkan agar pada tanggal neraca perusahaan harus meninjau kembali nilai
tercatat aktiva pajak tangguhan. Oleh karena itu dibutuhkan judgement untuk
menaksir seberapa mungkin aktiva pajak tangguhan tersebut dapat
direalisasikan (Suranggane, 2007). Sifat subjektif dalam menentukan penyisihan
aktiva pajak tangguhan menyediakan sebuah kesempatan bagi perusahaan untuk
melakukan manajemen laba (Kieso, 2010). Penyisihan aktiva pajak tangguhan
dapat menjadi instrumen dalam melakukan manajemen laba karena perubahan
dalam penyisihan aktiva pajak tangguhan mempengaruhi laba operasi berjalan
perusahaan yang kemudian mempengaruhi laba bersih pada periode berjalan
(Miller & Skinner, 1998).

Phillips et al., (2004) berpendapat bahwa perusahaan melakukan


manajemen laba secara oportunis dengan meningkatkan dan menurunkan
penyisihan aktiva pajak tangguhan yang menunjukkan manajemen beban pajak
tangguhan dan bukan manajemen laba sebelum pajak. Peningkatan pada saldo
penyisihan akan meningkatkan pula saldo beban pajak tangguhan dan akan
menurunkan laba sebelum pajak (laba buku) dan begitu pun sebaliknya. Pendapat
di atas menunjukkan seolah – olah beban pajak tangguhan memiliki sifat dan
kemampuan yang sama dalam mendeteksi manajemen laba, padahal kedua
instrumen hasil penelitian akuntansi perpajakan tersebut memiliki dasar
fundamental yang berbeda sehingga kedua instrumen tersebut dapat menjadi
alat untuk mendeteksi manajemen laba. Beban pajak tangguhan merupakan
hasil dari pengakuan akrual berdasrkan diskresi manajemen yang menyebabkan
perbadaan antara laba buku-pajak. Penyisihan aset pajak tangguhan berasal dari
sifat subjektivitas dalam Standar Akuntansi Keunagan yang tidak menetapkan

3
aturan baku bagi manajemen dalam mentukan penyisihan aktiva pajak tangguhan.
Beban pajak tangguhan memiliki beberapa kelemahan dalam pendeteksian
manajemen laba. Beban pajak tangguhan tidak dapat menangkap semua aktivitas
manajemen laba karena adanya perbedaan permanen buku-pajak yang tidak
menhasilkan perbedaan temporer buku-pajak. Manajer juga dapat
membuat keputusan akrual yang mengubah arus kas operasi dan mempengaruhi
baik laba sebelum pajak maupun laba kena pajak. Beban pajak tangguhan tidak
dapat menangkap semua aktivitas manajemen laba sehingga perlu instumen
komponen perbedaan temporer lainnya untuk dijadikan perbandingan
kemampuannya dalam mendeteksi manajemen laba dan komponen pembanding
dalam penelitian ini adalah penyisihan aktiva pajak tangguhan. Penyisihan aktiva
pajak tangguhan juga memiliki kelemahan berdasarakan kesimpulan penelitian
oleh Bauman et al., (2000), yaitu tidak semua perubahan dalam penyisihan
aktiva pajak tangguhan tercatat yang mempengaruhi pajak penghasilan dalam
operasi berkelanjutan. Pengguna laporan keuangan pun tidak dapat menyimpulkan
komponen perbedaan temporer mana yang lebih tepat secara langsung untuk
digunakan dalam mendeteksi manajemen laba.

Literatur akuntansi mendefinisikan manajemen laba dengan berbagai cara.


Manajemen laba terjadi ketika manager menggunakan judgement dalam pelaporan
keuangan dan dalam strukturisasi transaksi untuk mengubah laporan
keuangan dengan tujuan menyesatkan stakeholder mengenai apa kinerja ekonomi
yang sebenarnya terjadi di dalam perusahaan (Healy dan Wahlen 1998). Chao et
al., (2004) dengan lebih spesifik mendefinisikan manajemen laba dengan
“sebuah proses dalam mengambil langkah yang disengaja di dalam batasan
Generally Accepted Accounting Principles untuk menghasilkan tingkat laba
dilaporkan yang diinginkan”.

Burgstahler dan Dichev (1997) berhipotesis bahwa manager memiliki


insentif untuk menghindari pelaporan penurunan laba dan menghindari pelaporan
kerugian. Degeorge et al., (1999) mengemukakan bahwa manajer berusaha untuk

4
memenuhi atau melebihi ramalan analis. Penelitian ini akan membandingkan dua
komponen bawaan dari adanya perbedaan temporer buku-pajak yang akhir –
akhir ini menjadi objek penelitian akuntansi perpajakan, yaitu kemampuan beban
pajak tangguhan dan penyisihan aktiva pajak tangguhan dalam mendeteksi
manajemen laba. Dalam menginvestigasi perbandingan kemampuan beban pajak
tangguhan dan penyisihan aktiva pajak tangguhan, penulis menggunakan
bukti manajemen laba dalam penelitian Burgstahler dan Dichev (1997) dan
Degeorge et al., (1999) untuk mengidentifikasi manajemen laba untuk memenuhi
dua target laba: (1) untuk menghindari pelaporan penurunan laba, dan (2) untuk
menghindari pelaporan kerugian.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah dasar akuntansi untuk pajak penghasilan?

2. Bagaimanakah akuntansi untuk kerugian operasi neto?

3. Bagaimanakah penyajian laporan keuangan?

4. Bagaimanakah tinjauan metode aset-liabilitas?


C. Tujuan

1. Mengetahui dasar akuntansi untuk pajak penghasilan

2. Mengetahui bagaimana akuntansi untuk kerugian operasi neto

3. Mengetahui bagaimana penyajian laporan keuangan

5
4. Mengetahui bagaimana metode aset liabilitas

6
BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan
Perusahaan juga harus mengajukan pengembalian pajak penghasilan
berdasarkan pedoman yang dikembangkan oleh otoritas pajak yang sesuai. Oleh
karena IFRS dan peraturan pajak berbeda dalam beberapa cara, maka pajak
penghasilan sebelum pajak dan laba kena pajak pun sering kali berbeda.
Akibatnya jumlah yang dilaporkan perusahaan sebagai beban pajak akan berbeda
dari jumlah pajak yang harus dibayar keotorisasi perpajakan.

Pendapatan keuangan sebelum pajak (pretax financial income) adalah


istilah pelaporan keuangan. Hal ini sering juga disebut laba sebelum pajak, laba
untuk tujuan pelaporan keuangan, atau laba untuk tujuan pembukuan. Perusahaan
menentukan laba sebelum pajak menurut IFRS. Perusahaan mengukurnya dengan
tujuan memberikan informasi yang berguna kepada investor dan kreditor.

Laba kena pajak (taxable income)-laba untuk tujuan pajak-adalah istilah


akuntansi pajak. Ini menunjukkan jumlah yang digunakan untuk menghitung
pajak penghasilan yang terutang. Perusahaan menentukan laba kena pajak sesuai
dengan peraturan perpajakan. Pajak penghasilan memberikan uang untuk
mendukung operasi pemerintah.

1. Jumlah Kena Pajak Masa Depan dan Pajak Tangguhan

Perbedaan temporer (temporary difference) adalah selisih antara dasar


pengenaan pajak atas aset atau liabilitas dan jumlah yang dilaporkan (jumlah
tercatat atau nilai buku) dalam laporan keuangan, yang akan menimbulkan
jumlah kena pajak atau jumlah yang dapat dikurangkan di tahun tahun depan.
Jumlah kena pajak (taxable amounts) meningkatkan laba kena pajak di tahun
tahun depan. Jumlah yang dapat dikurangkan (deductible amounts) akan
mengurangi laba kena pajak di tahun-tahun depan.

7
a. Liabilitas Pajak Tangguhan

Liabilitas pajak tangguhan (differed tax liability) merupakan


konsekuensi pajak tangguhan yang terkait dengan perbedaan temporer
kena pajak. Dengan kata lain, liabilitas pajak tangguhan merupakan
kenaikan pajak yang harus dibayar pada tahun- tahun depan sebagai
akibat adanya perbedaan temporer kena pajak yang terjadi pada
akhir tahun berjalan.

Beban pajak kini (current tax expense), adalah jumlah pajak


penghasilan terutang untuk periode berjalan, dan beban pajak tangguhan.
Beban pajak tangguhan (differed tax expense) adalah kenaikan saldo
liabilitas pajak tangguhan dari awal sampai akhir periode akuntansi.

b. Ringkasan Tujuan Akuntansi Pajak Penghasilan

Tujuan pertama akuntansi untuk pajak penghasilan adalah dengan


mengakui jumlah pajak yang harus dibayar atau dapat dikembalikan untuk
tahun berjalan. Tujuan kedua adalah untuk mengakui liabilitas dan aset
pajak tangguhan atau konsekuensi pajak dimasa depan dari kejadian yang
telah diakui dalam laporan keuangan atau laporan pajak.

2. Jumlah Dapat Dikurangkan Masa Depan dan Pajak Tangguhan

8
Asumsikan bahwa selama tahun 2011, Cunningham Inc. Memperkirakan
biaya garansi terkait dengan penjualan oven microwave adalah sebesar
$500.000, yang dibayarkan secaa merata selama dua tahun ke depan. Untuk
tujuan pembukuan, pada tahun 2011 Cunningham melaporkan beban garansi
dan terkait estimasi liabilitas atas garansi sebesar $500.000 dalam laporan
keuangannya. Untuk tujuan pajak, pemotongan pajak garansi tidak
diperbolehkan sampai garansi dibayar. Oleh karena itu, Cuningham tidak
mengakui liabilitas garansi dalam laporan posisi keuangan untuk dasar
pengenaan pajak. Ilustrasi 19.11 menunjukkan laporan posisi keuangan pada
akhir tahun 2011.

Per buku 31/12/11 Per pengembalian 31/12/11


pajak
Estimasi liabilitas $500.000 Estimasi liabilitas $-0-
atas garansi atas garansi

Ilustrasi 19.11 Perbedaan Temporer Pendapatan penjualan

Ketika Cunningham membayar liabilitas garansi, mereka melaporkan


beban (jumlah yang dapat dikurangkan) untuk tujuan pajak. Oleh karena
perbedaan temporer ini, Cunningham harus mengakui manfaat pajak
(konsekuensi pajak positif) pada tahun 2011 atas potongan pajak yang akan
dihasilkan dari penyelesaian liabilitas di masa depan. Cunningham melaporkan

9
manfaat pajak masa depan ini dalam laporan posisi keuangan 31 Desember
2011 sebagai aset pajak tangguhan.

Kita dapat memikirkan situasi ini dari sisi lain. Jumlah yang dapat
dikurangkan dapat terjadi dari pengembalian pajak di masa depan. Jumlah
dikurangkan di masa depan ini menyebabkan laba kena pajak kurang dari
laba sebelum pajak di masa depan akan sebagai akibat adanya perbedaan
kontemporer. Perbedaan temporer Cunningham timbul (terjadi) dalam satu
periode (2011) dan membalikkan selama dua periode (2012 dan 2013).

a. Aset pajak tangguhan (pengakuan)

Aset pajak tangguhan (deffered tax asset) merupakan


konsekuensi pajak tangguhan yang timbul dari perbedaan temporer yang
dapat dikurangkan. Dengan kata lain, aset pajak tangguhan merupakan
kenaikan pajak yang dapat dikenbalikan (atau disimpan) pada tahun-
tahun depan sebagai akibat perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan yang terjadi pada akhir tahun berjalan.

Manfaat pajak tangguhan (differed tax benefit) diakibatkan


adanya kenaikan aset pajak tangguhan dari awal sampai akhir periode
akuntansi (serupa dengan contoh liabilitas pajak tangguhan Chelsea
sebelumnya). Manfaat pajak tangguhan merupakan komponen negatif dari
beban pajak penghasilan.

b. Aset Pajak Tangguhan (Nonpengakuan)

10
Perusahaan mengakui aset pajak tangguhan untuk semua
perbedaan temporer yang dapat dikurangkan. Namun, berdasarkan bukti
yang ada, perusahaan harus mengurangi aset pajak tangguhan jika besar
kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak akan merealisasi
sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan. “Besar kemungkinan
(probable)” berarti tingkat kemungkinan setidaknya paling sedikit lebih
dari 50 persen.

Asumsikan bahwa Jensen Co. Memiliki perbedaan temporer yang


dapat dikurangkan sebesar €1.000.000 pada akhir tahun pertama
operasinya. Tarif pajaknya adalah 40 persen yang berarti bahwa Jensen
mencatat aset pajak tangguhan sebesar €400.000 (€1.000.000 × 40%).
Dengan asumsi utang pajak pajak penghasilan sebesar €900.000, Jensen
mencatat beban pajak penghasilan, aset pajak tangguhan, dan utang pajak
penghasilan sebagai berikut.

Beban pajak penghasilan 500.000

Aset pajak tangguhan 400.000

Utang pajak penghasilan 900.000

Setelah meninjau semua bukti yang ada dengan seksama, Jensen


menentukan bahwa kemungkinan besar mereka tidak akan merealisasi
sebesar €100.000 dari aset pajak tangguhan tersebut. Jensen mencatat
penurunan nilai aset ini sebagai berikut.

Beban pajak penghasilan 100.000

Aset pajak tangguhan 100.000

11
Jurnal ini meningkatkan beban pajak penghasilan pada periode
berjalan karena Jensen tidak berharap untuk merealisasi manfaat pajak
untuk sebagian perbedaan temporer yang dapat dikurangkan. Jensen
secara bersamaan mengakui penurunan jumlah tercatat aset pajak
tangguhan. Jensen kemudian melaporkan aset pajak tangguhan sebesar
€300.000 dalam laporan posisi keuangannya.

Jensen mengevaluasi akun aset pajak tangguhan pada akhir


periode akuntansi. Jika, pada akhir periode berikutnya, Jensen
mengharapkan tentang akan merealisasi sebesar €350.000 dari aset pajak
tangguhan ini, Jensen membuat jurnal untuk menyesuaikan akun tersebut
sebagai berikut.

Aset pajak tangguhan (€350.000-300.000) 50.000

Beban pajak penghasilan 50.000

Jensen harus mempertimbangkan semua bukti yang ada, baik


positif maupun negatif, untuk menentukan apakah berdasarkan bukti yang
ada, perlu disesuaikan dengan aset pajak tangguhan. Misalnya, jika Jensen
telah mengalami serangkaian kerugian selama beberapa tahun, Jensen
dapat mengamsumsikan bahwa kerugian tersebut akan berlanjut. Oleh
karena itu, Jensen akan kehilangan keuntungan dari jumlah dikurangkan di
masa depan.

Umumnya laba kena pajak yang cukup besar timbul dari perbedaan
temporer kena pajak yang akan dibalik di masa depan atau dari strategi
perencanaan pajak yang akan menghasilkan laba kena pajak di masa
depan. Ilustrasi 19.12 menunjukkan bagaimana Ahold (NLD)
memnggambarkan pelaporan aset tangguhannya.

12
Catatan
Ilustrasi 19.1211. Penilaian signifikan
Pengungkapan Aset Pajakdiperlukan
Tangguhan untuk menentukan
apakah aset pajak tangguhan dapat direalisasi. Ahold menentukan hal ini
berdasarkan perkiraan laba kena pajak yang timbul dari liabilitas pajak
tangguhan yang diakui berdasarkan anggaran, perkiraan arus kas, dan
metode penurunan nilai. Jika utilisasi tersebut tidak memungkinkan, maka
aset pajak tangguhan tidak diakui.

13
3. Penyajian Laporan Laba Rugi

Situasi yang terjadi akan mempengaruhi apakah perusahaan harus


menambahkan atau mengurangkan perubahan pajak penghasilan tangguhan ke
atau dari utang pajak penghasilan dalam menghitung beban pajak penghasilan.
Misalnya, perusahaan menambahkan kenaikan liabilitas pajak tangguhan ke
utang pajak penghasilan. Di sisi lain, perusahaan mengurangkan kenaikan aset
pajak tangguhan dari utang pajak penghasilan. Ilustrasi 19.13 digunakan untuk
menghitung beban (manfaat) pajak penghasilan.

Ilustrasi 19.13
Utang pajak penghasilan atau Perubahan Pajak total beban atau

Pajak penghasilanFormula untuk menghitung


yang dapat ± beban pajak penghasilan
penghasilan = manfaat pajak

Dikembalikan tangguhan penghasilan

Dalam laporan laba rugi atau catatan atas laporan keuangan, perusahaan
harus mengungkapkan komponen signifikan dari beban pajak penghasilan
yang dapat diatribusikan kepada operasi yang dilanjutkan.

4. Perbedaan spesifik

14
Beberapa item dapat menimbulkan perbedaan antara laba sebelum pajak
dan laba kena pajak. Untuk tujuan pengakuan akuntansi, perbedaan ini ada dua
jenis: (1) temporer, dan (2) permanen.

a. Perbedaan temporer

Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary difference)


adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak pada
tahun-tahun depan ketika aset yang bersangkutan dipulihkan. Perbedaan
temporer dapat dikurangkan (deductible temporary differences) adalah
perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan
pada tahun-tahun depan ketika jumlah tercatat liabilitas terkait
diselesaikan. Perbedaan temporer kena pajak menimbulkan pencatatan
liabilitas pajak tangguhan. Perbedaan temporer dapat dikurangkan
menimbulkan pencatatan aset pajak tangguhan.

Menentukan perbedaan temporer mungkin akan sulit bagi


perusahaan. Perusahaan harus menyusun laporan posisi keuangan untuk
tujuan perpajakan yang dapat dibandingkan dengan laporan posisi
keuangan sesuai IFRS. Beberapa perbedaan antara dua laporan posisi
keuangan tersebut termasuk dalam perbedaan temporer.

Aspek yang timbul dan pembalikan dari perbedaan temporer.


Perbedaan temporer yang timbul (originating temporary differences)
adalah perbedaan awal antara dasar pembukuan dan dasar pengenaan
pajak aset atau liabilitas tersebut. Disisi lain, perbedaan oembalikan
(reversing difference) terjadi ketika perusahaan menghilangkan perbedaan
temporer yang timbul dari periode sebelumnya, dan kemudian menghapus
pengaruh pajak terkait dari akan akun pajak tangguhan.

15
b. Perbedaan permanen

Beberapa perbedaan antara laba kena pajak dan laba sebelum pajak
besifat permanen. Perbedaan permanen (permanent differences) timbul
dari item yang (1) masuk kedalam laba sebelum pajak, tetapi tidak pernah
masuk ke dalam laba kena pajak; atau (2) masuk ke dalam laba kena
pajak, tetapi tidak pernah masuk ke dalam laba sebelum pajak.

Pemerintah menetapkan berbagai ketentuan undang undang pajak


untuk mencapai tujuan politik, ekonomi, dan sosial tertentu. Beberapa
ketentuan ini mengecualikan pendapatan tertentu dari perpajakan,
membatasi biaya yang dapat dikurangkaan tertentu, dan mengizinkan
pengurangan biaya lain-lain tertentu yang melebihi biaya yang terjadi.
Perusahaan yang memiliki penghasilan bebas pajak, biaya yang tidak
dapat dikurangkan, atau pengurangan yang dizinkan melebihi harga,
memiliki tarif pajak efektif yang berbeda dengan tarif pajak biasa
(reguler).

Oleh karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi periode


terjadinya, maka tidak menimbulkan jumlah kena pajak masa depan atau
jumlah dapat dikurangkan. Akibatnya, perusahaan tidak mengakui
adanya konsekuensi pajak tangguhan.

5. Pertimbangan Tarif Pajak

Tarif pajak yang berlaku tidak berubah dari satu tahun ke tahun
berikutnya. Dengan demikian, untuk menghitung jumlah pajak penghasilan
tangguhan dalam laporan posisi keuangan, perusahaan hanya mengalikan
perbedaan temporer kumulatif dengan tarif pajak kini.

16
a. Tarif Pajak Masa Depan

Apa yang akan terjadi jika tarif pajak diperkirakan akan berubah di
masa depan? Dalam hal ini, perusahaan harus menggunakan tarif pajak
yang berlaku secara substansial (substancially anacted tax rate) yang
diharapkan berlaku. Oleh karena itu, prusahaan harus mempertimbangkan
perubahan tarif pajak yang akan berlaku efektif untuk tahun-tahun depan
ketika menentukan tarif pajak yang akan digunakan untuk menghitung
perbedaan temporer.

b. Revisi Tarif Pajak Masa Depan

Jika terjadi perubahan tarif pajak yang berlaku, perusahaan harus mencatat
pengaruhnya terhadap akun pajak penghasilan tangguhan yang ada dengan
segera. Perusahaan melaporkan pengaruh tersebut sebagai
penyesuaian terhadap beban pajak penghasilan pada periode
tersebut.
B. Akuntansi Untuk Rugi Operasi Neto
Rugi operasi Neto (net operating loss - NOL) untuk tujuan perpajakan
terjadi ketika biaya yang dapat dikurangkan dari pajak melebihi laba kena pajak.
Beban pajak yang tidak adil kan terjadi jika perusahaan dikenai pajak selama
periode yang menguntungkan tanpa menerima keringanan pajak selama periode
rugi operasi neto.

1. Kerugian Carryback

Dengan menggunakan kerugian carryback (loss carryback), perusahaan


dapat "membawa" (carry) rugi operasi neto dua tahun ke belakang dan
menerima pengembalian pajak penghasilan yang dibayarkan pada tahun-tahun

17
tersebut. Perusahaan harus menggunakan kerugian tersebut pada tahun
sebelumya, dan kemudian ke tahun ke dua. Jika masih ada kerugian yang
tersisa setelah carryback dua tahun, perusahaan dapat meneruskan kerugian
yang tersisa tersebut sampai 20 tahun ke depan untuk menyaling hapus (offset)
laba jena pajak di masa depan.

2. Kerugian Carryforward

Perusahaan dapat melepaskan kerugian carryback dan hanya


menggunakan opsi kerugian carryforward (loss carryforward), untuk
menyaling hapus (offset) laba kena pajak di masa depan sampai 20 tahun.

a. Contoh Kerugian Carryback

Berdasarkan hukum, Groh Inc. harus menerapkan carryback


pertama ke tahun kedua sebelum tahun mengalami kerugian. untuk
akuntansi dan tujuan pajak, menerima pengembalian uang pajak
merupakan pengaruh pajak (tax effect) atau manfaat pajak (tax benefits)
dari kerugian carryback.

b. Contoh Kerugian Carryforward

Perusahaan menggunakan Carryforward untuk menyaling hapus


(offset) laba kena pajak di masa depan, pengaruh pajak dari kerugian
carryforward merupakan penghematan pajak di masa depan. Realisasi
manfaat pajak masa depan bergantung pada laba masa depan, yang masih
tidak pasti.
C. Penyajian Laporan Keuangan

1. Laporan Posisi Keuangan

18
Perusahaan mengklasifikasikan piutang atau utang pajak sebagai aset
lancar atau liabilitas jangka pendek. Meskipun aset dan liabilitas pajak kini
diakui dan diukur secara terpisah, tetapi aset tersebut dapat saling hapus
(offset) satu sama lain dalam laporan posisi keuangan. Saling hapus terjadi
karena perusahaan biasanya memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk
menetapkan aset pajak kini (piutang pajak) terhadap liabilitas pajak kini (utang
pajak) bila berhubungan dengan pajak penghasilan yang dipungut oleh otoritas
perpajakan yang sama. Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan
juga diakui dan diukur secara terpisah, tetapi dapat saling hapus dalam laporan
posisi keuangan. Aset pajak tangguhan neto atau liabilitas pajak tangguhan
neto di laporkan pada bagian tidak lancar laporan posisi keuangan.

2. Laporan Laba Rugi

Perusahaan mengalokasikan beban (atau manfaat) pajak penghasilan ke


operasi yang di lanjutkan, operasi yang di hentikan, penghasilah kompherensif
lain, penyesuaian periode sebelumya. pendekatan ini di sebut alokasi pajak
antar periode (interperiod tax allocation). selain itu, komponen beban
(manfaat) pajak dapat mencakup:

a. Beban (manfaat) pajak kini.

b. Setiap penyesuaian yang diakui dalm periode pajak kini pada periode
sebelumya.

c. Jumlah beban (manfaat) pajak tangguhan sehubungan dengan originasi


dan pembalikan perbedaan temporer.

d. Jumlah beban (manfaat) pajak tangguhan sehubungan dengan perubahan


tarif pajak atau pengenaan pajak baru.

19
e. Jumlah manfaat yang timbul dari rugi pajak (rugi fiskal), kredit pajak,
atau perbedaan temporer yang sebelumnya tidak diakui pada periode
sebelumnya, yang digunakan untuk mengurangi beban pajak kini dan
tangguhan.

3. Rekonsiliasi Pajak

Pengungkapan penting lainnya adalah rekonsiliasi antara beban pajak


aktual dan tarif pajak yang berlaku. perusahaan dapat menyajikan:

 Rekonsiliasi numerik antara beban (manfaat) pajak dan hasil laba


akuntansi di kaikan dengan tarif pajak yang berlaku, yang juga
mengungkapkan dasar tarif pajak yang berlaku.

 Rekonsiliasi numerik antara rata- rata tarif pajak efektif dab tarif pajak
yang berlaku, yang juga mengungkapkan dasar perhitungan tarif pajak
yang berlaku.

Pengungkapan pajak penghasilan di perlukan karena:

a. Menilai kualitas laba

b. Membuat predeksi arus kas masa depan yang lebih baik.

c. Memprediksi arus kas masa depan untuk rugi operasi yang belum
dikompensasi.

20
D. Tinjauan Metode Aset Liabilitas

IASB percaya bahwa Metode aset-liabilitas (Asset-liability method)


(kadang-kadang disebut sebagai pendekatan liabilitas) adalah metode yang paling
konsisten untuk menghitung pajak penghasilan. Salah satu tujuan pendekatan ini
adalah untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar atau dapat
dikembalikan untuk tahun berjalan. Tujuan kedua adalah untuk mengakui
liabilitas dan aset pajak tangguhan untuk konsekuensi pajak masa depan atas
kejadian yang telah diakui dalam laporan keuangan atau laporan pajak.

Untuk melaksanakan tujuan tersebut, perusahaan menerapkan beberapa


prinsip dasar dalam menghitung pajak penghasilan pada tanggal laporan
keuangan, sebagaimana tercantum dalam ilustrasi 19.14

Ilustrasi 19.14

Prinsip Dasar Metode Aset Liabilitas

21
Prinsip Dasar
Ilustrasi 19.15 menggambarkan
a. Liabilitas prosedur
atau aset pajak kini diakuiuntuk menerapkan
karena metode
taksiran pajak asetharus
yang liabilitas.
dibayar, atau
dikembalikan pada saat pengembalian pajak selama tahun berjalan.
b. Liabilitas atau aset pajak tangguhan diakui karena taksiran pengaruh pajak dimasa
depan yang dapat datribusikan ke perbedaan temporer dan carryforward.
Ilustrasi 19.15
c. Pengukuran dan liabilitas pajak kini dan tangguhan didasarkan pada ketentuan
undang-undang pajak yang
Prosedur Perhitungan danberlaku;
Pelaporandampak perubahan masa
Pajak Penghasilan depan dalam undang-
tangguhan
undang perpajakan atau tarif pajak tidak diantisipasi.
d. Pengukuran aset pajak tangguhan berkurang, jika diperlukan, dnegan jumlah manfaat
Mengidentifikasi jenis dan jumlah perbedaan temporer dan carry forward
pajak yang tidak diharapkan dapat direalisasikan (berdasarkan bukti yang ada).
yang ada.

Mengukur aset pajak tangguhan Mengukur liabilitas pajak


atas perbedaan temporer yang tangguhan atas perbedaan temporer
dapat dikurangkan dan kerugian kena pajak (gunakan tarif pajak
carryforward (gunakan tarif pajak yang berlaku).
yang berlaku)

Tidak mengakui beberapa atau


sebagian aset pajak tangguhan jika
besar kemungkinan manfaat pajak
tangguhan tidak akan terealisasi.

Pada laporan posisi keuangan

Melaporkan jumlah tidak lancar neto

Pada laporan laba rugi

Melaporkan beban (manfaat)pajak kini dan beban (manfaat)


pajak tangguhan dan beban (manfaat) pajak

22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendapatan keuangan sebelum pajak (pretax financial income) adalah istilah


pelaporan keuangan. Hal ini sering juga disebut laba sebelum pajak, laba untuk
tujuan pelaporan keuangan, atau laba untuk tujuan pembukuan. Perusahaan
menentukan laba sebelum pajak menurut IFRS. Perusahaan mengukurnya dengan
tujuan memberikan informasi yang berguna kepada investor dan kreditor.

Laba kena pajak (taxable income)-laba untuk tujuan pajak-adalah istilah


akuntansi pajak. Ini menunjukkan jumlah yang digunakan untuk menghitung
pajak penghasilan yang terutang. Perusahaan menentukan laba kena pajak sesuai
dengan peraturan perpajakan. Pajak penghasilan memberikan uang untuk
mendukung operasi pemerintah.
Rugi operasi Neto (net operating loss - NOL) untuk tujuan perpajakan
terjadi ketika biaya yang dapat dikurangkan dari pajak melebihi laba kena pajak.
Beban pajak yang tidak adil kan terjadi jika perusahaan dikenai pajak selama
periode yang menguntungkan tanpa menerima keringanan pajak selama periode
rugi operasi neto.

B. Saran
Bagi pelajar maupun mahasiswa terutama yang berada di jurusan
akuntansi sangat penting untuk mendalami ilmu akuntansi mengenai akuntansi
pajak penghasilan agar dapat mengantisipasi dan mempunyai keahlian dalam
melakukan pencatatan laporan keuangan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Donald, Kieso E. dkk. 2018. “Akuntansi Keuangan Menengah”. Jakarta: Salemba


Empat.

24

Anda mungkin juga menyukai