Anda di halaman 1dari 36

PEDOMAN PELAYANAN KEBIDANAN

RUANG BERSALIN (VK)

RSU KARYA BAKTI UJUNG BANDAR


RANTAU PRAPAT
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) yang ada di indonesia. Angka kematian ibu di
Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap
tahunnya mencapai 450/100.000 kelahiran hidup yang jauh diatas angka kematian
ibu di filipina yang mencapai 170/100.000 kelahiran hidup, Thailand 44/100.000
keahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2010) dan menurut data survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi sebesar
34/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global MDG’s tahun 2015
diharapkan angka kematian ibu menurun menjadi 102/100.000 kelahiran hidup
dan angka kematian bayi menurun menjadi 23/1000 kelahiran hidup (Kemenkes
RI, 2011).
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung resiko
bagi ibu hamil. Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi
lainnya pada umumnya terjadi pada masa persalinan, setelah melahirkan dan 1
minggu pertama setelah melahirkan.
Salah faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian yaitu
penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting.
Pelayanan kebidanan yang berkesinambungan berfokus kepada aspek pencegahan,
promosi kesehatan dan berlandaskan kemitraan adalah hal penting yang dapat
membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kesakitan serta kematian
bayi.
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di RSU Karya
Bakti Ujung Bandar, maka disusunlah pedoman pelayanan kebidanan ini dengan
harapan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan di RSU Karya Bakti
Ujung Bandar dalam menentukan sikap menghadapi perkembangan
pelayanan kesehatan global, nasional maupun regional.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan
secara profesional
2. Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan kebidanan
dan organisasi profesi bidan
3. Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan asuhan kebidanan

1.3 Sasaran
1. Bagi fungsional medis dan keperawatan sebagai pedoman pelaksanaan
pelayanan kebidanan di RSU Karya Bakti Ujung Bandar
2. Bagi manajemen medis dan keperawatan sebagai pengelola pelayanan
kebidanan di RSU Karya Bakti Ujung Bandar
3. Bagi direksi RSU Karya Bakti Ujung Bandar sebagai pedoman untuk
mengevaluasi kinerja pelayanan medis dan keperawatan

1.4 Landasan Hukum


1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/XI/2005 tentang Organisassi dan Tata Kerja
Departeman Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457 tahun
2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
836/Menkes/SK/VI/2005 tentang Pedoman Pengembangan
Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.

1.5 Pengertian
1. Kebidanan
Adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui,
masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan
menopause, bayi baru lahir, balita, fungsi-fungsi reproduksi manusia
serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan keluarga dan
komunitas.
2. Pelayanan Kebidanan
Adalah bagian integral dan sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah teregistrasi yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
3. Praktik Kebidanan
Adalah implementasi dari ilmu kebidanan yang bersifat otonom
kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya didasari etika dan
kode etik.
4. Manajemen Asuhan Kebidanan
Adalah pendekatan dan kerangka fikir yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengumpuln data, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Asuhan Kebidanan
Adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
1.6 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan
1. Poliklinik Kebidanan
 Melaksanakan pemeriksaan kehamilan, seleksi dan pencegahan
kehamilan resiko tinggi
 Melaksanakan kegiatan penyuluhan, imunisasi dan senam hamil
 Melaksanakan pelayanan post partum lanjutan
 Melakukan deteksi dini terhadap kejadian infeksi luka operasi
2. Kamar Bersalin
 Melayani ibu bersalin normal maupun patologis
 Melayani ibu postpartum sebelum pindah ke rawat gabung atau
rawat inap khusus
 Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
 Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir
1.7 Batasan Operasional Pedoman Pelayanan Kebidanan
1. Administrasi dan pengelolaan pelayanan kebidanan
2. Sumber daya manusia, staf dan pimpinan
3. Fasilitas dan peralatan
4. Kebijakan dan prosedur
5. Pengendalian mutu
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Ruang Kebidanan (VK)
a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Kepala Ruang Kebidanan
c. Pengertian :
Tenaga Kebidanan profesional yang bertanggung jawab dan
berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan kebidanan
diKamar Bersalin
d. Pendidikan dan Kualifikasi :
1. Pendidikan Formal : D – III Kebidanan, berpengalaman 2
tahun
2. Pendidikan Non Formal :
 Memiliki Sertifikat Manajemen Kepala Ruangan
Kebidanan
 Memiliki Sertifikat APN(Asuhan Persalinan Normal)
 Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
 Memiliki Sertifikat CTU (Contraceptive Technology
Update)
 Memiliki Sertifikat Resusitasi Neonatus
3. Pengalaman Kerja :Mempunyai pengalaman kerja di Kamar
Bersalin minimal 3tahun.
4. Keterampilan : Memiliki kemampuan dan kepemimpinan.
5. Berbadan sehat jasmani dan rohani
e. Tanggung Jawab :
1. Secara fungsional bertanggung Jawab kepada Sub Bidang
Pelayanan Kebidanan
2. Secara operasional bertanggung Jawab kepada Bidang
Pelayanan Medik danKebidanan
f. Tugas Pokok :Mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan
pelayanan perawatan di ruangKebidanan
g. Uraian Tugas :
1. Melaksanakan fungsi kebidanan meliputi:
 Menyusun rencana kegiatan berdasarkan jenis, jumlah,
mutu tenagakebidanan serta tenaga lainnya sesuai
kebutuhan diKamar bersalin
 Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga bidan yang
berlaku tiap minggu
 Membagi tugas harian dengan memperhatikan jumlah
dan tingkatkemampuan bidan
 Merencanakan jumlah dan jenis peralatan di Kamar
Bersalin
 Menyusun program pengembangan staf di Kamar
Bersalin.
 Bersama staf menentukan jumlah pegawai yang
dibutuhkan di ruangperawatan Kamar bersalin.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan pelaksanaan, meliputi :
 Memantau seluruh staf dalam penerapan dan
pelaksanaan tugas yangdibebankan
 Mengadakan pelatihan untuk pegawai secara
berkesinambungan
 Memberi orientasi kepada karyawanbaru
 Mengadakan pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan
alat-alat maupunobat-obatan
 Menciptakan suasana kerja yang harmonis
 Menilai hasil kerja pegawai dan memberikan
penghargaan yang berprestasibaik
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan
penilaian, meliputi :
 Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai
 Mengawasi penggunaan alat-alat agar digunakan secara
tepat
 Mengatur supaya alat-alat tetap dalam keadaan siap
pakai
 Mengawasi pelaksanaan inventaris secara periodik.

2. Bidan Pelaksana Kamar Bersalin


a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Bidan Pelaksana kamar Bersalin
c. Pengertian :
Seorang bidan profesional yang diberi wewenang danditugaskan
di kamar bersalin
d. Pendidikan dan Kualifikasi :
1. Berijazah Kebidanan dari semua jenjang yang disyahkan oleh
pemerintah atauyang berwenang
2. Pendidikan Non Formal :
 Memiliki Sertifikat APN(Asuhan Persalinan Normal)
 Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
3. Pengalaman Kerja:Mempunyai pengalaman kerja di Kamar
Bersalin
4. Keterampilan : Memiliki bakat dan minat serta berdedikasi
tinggi,berkepribadian mantap dan emosional yang stabil
5. Berbadan sehat jasmani dan rohani
e. Tanggung Jawab:
1. Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab
kepada kepala ruang Kamar Bersalin
2. Secara teknis medis operasional bertanggung jawab kepada
Dokter Jaga/ Kamar Bersalin
f. Tugas Pokok: Melaksanakan Asuhan Kebidanan di Kamar
Bersalin
g. Uraian Tugas:
 Menyiapkan fasilitas dan lingkungan Kamar Bersalin untuk
kelancaran pelayanan
 Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam
keadaan darurat secaratepat dan cepat
 Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien gawat darurat
dan melaksanakan evaluasi tindakan perawatan yang telah
dilakukan
 Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang berlaku serta melaksanakan orientasi kepada pasien
 Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang baik
dengan anggota tim (dokter, ahli gizi, analis, pekarya,
pekarya rumah tangga)
 Melaksanakan tugas jaga sore, malam dan hari libur secara
bergiliran sesuaidengan jadwal dinas
 Mengikuti pertemuan ilmiah dan penataran untuk
meningkatkan pengetahuanserta ketrampilan
 Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter
 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan
yang tepat dan benar
 Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti
secara lisan / tertulispada saat pergantian dinas
 Menyiapkan pasien yang akan pulang lengkap dengan
administrasinya
 Memberikan health education kepada penderita dan keluarga
 Membantu merujuk pasien ke instansi yang lebih mampu
 Memantau dan menilai kondisi pasien selanjutnya melakukan
tindakan yangtepat berdasarkan hasil pemantauan
 Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
pasien,keluarga,dokter serta sesama tenaga medis.
h. Uraian Wewenang :
1. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
2. Memberikan asuhan kebidanan pada pasien sesuai
kemampuan dan bataskewenangannya.
2.2 Distribusi Ketenagaan
Kebutuhan tenaga bidan dihitung dengan menentukan :
1. Jumlah hari kerja efektif selama 1 tahun
2. Jumlah hari tidak kerja (hari non efektif) dalam 1 tahun
3. Jumlah jam perawatan setiap pasien dalam 24 jam/tingkat
ketergantungan pasien
4. Jumlah jam kerja perawat tiap shift

Penghitungan Kebutuhan Tenaga Sesuai Dengan Beban Kerja Di


Kamar Bersalin :

6 jam X rata-rata pasien /hari


jam kerja dalam satu hari

 Untuk partus normal menggunakan rumus sebagai berikut:Keterangan


:6 jam adalah konstanta : Waktu yang diperlukan untuk pertolongan
persalinan normalmencakup kala I s/d kala IVContoh soal :
Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I
s/d kala IV =6 jam / pasien
 Jam efektif kerja bidan = 7 jam / hari
 Rata – rata pasien per hari = 2 pasien
 Berapa jumlah bidan yang diperlukan :
2 pasien X 6 = 12 =1,7 ( 2orang + loss day )
7
Loss Day : 78X 2 = 0,5 ( 1 )
286
25 % x 7 = 2
jadi jumlah bidan yang dibutuhkan =5 orang
 Pola ketenagaan di ruang Kebidanan adalah sebagai berikut :
Dengan 4 tenaga Bidan Pelaksana di Ruang Kebidanan + 1 kepala
ruangan makaKepala Ruang Kebidanan membagi pengaturan
jadwal dinas sebagai berikut :
1. Dinas Pagi jam 08.00 – 15.00
Petugas yang berdinas terdiri dari Karu, PJ Shift,
2. Dinas Sore jam 15.00 – 21.00
Terdiri dari PJ Shift dan 1 bidan pelaksana
3. Dinas Malam jam 21.00 – 07.30
Terdiri dari PJ Shift dan 1 bidan pelaksana

2.3 Pengaturan Jaga


1. Pengaturan jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh
kepala ruangan dandisetujui oleh kepala satuan pelayanan
keperawatan
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan
kepada bidanpelaksana
3. Untuk bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu dapat
mengajukanpermintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengankebutuhan ruangan. Apabila tenaga mencukupi
dan berimbang serta tidak mengganggupelayanan maka permintaan
akan disetujui
4. Setiap tugas jaga/shift harus ada bidan penanggung jawab shift dengan
syarat dankualifikasi yang telah ditetapkan
5. Jadwal dinas terdiri dari dinas pagi, sore, malam dan libur
6. Apabila ada bidan yang oleh karena satu dan lain hal tidak dapat
menjalankan tugasnyasesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
maka yang bersangkutan harusmemberitahu atasan minimal 4 jam
sebelum jam dinas berlangsung untuk dicarikanpengganti dinasnya
tersebut
BAB III
STANDAR FASILITAS

1.1 Denah Ruang

Kamar Bersalin Kamar Bersalin

Meja
Pintu
Perawat

KM

1.2 Standar Fasilitas


1. Standar alat kebidanan di ruangan kebidanan/kamar bersalin
dengankapasitas persalinan 10orang/hari
No. Nama Barang Ratio
1. Partus Set
2. Hecting Set
3. Alat Kuretase
4. Alat Vacum
5. Alat Resusitasi ibu dan bayi
6. Bengkok

2. Kebutuhan alat tenun/linen


1. Gordyn
2. Sarung bantal
3. Baju pasien
4. Baju bayi
5. Selimut
3. Kebutuhan alat medis dan alat rumah tangga
1. Kursi roda
2. Lemari obat emergency
3. Standar infus
4. Lampu sorot
5. Infant warmer
6. Timbangan bayi
7. Bed ginekologi
8. Troly
9. Waskom
10. Standar waskom
11. Suction kuretase
12. Canul curet
13. Dingklik
14. Doppler
15. Kursi tindakan bulat
16. Pispot
17. Tempat sampah domestik
18. Tempat sampah infeksi
19. Suction baby

4. Kebutuhan alat pencatatan dan pelaporan


1. Formulir catatan perkembangan pasien
2. Formulir obervasi
3. Formulir persetujuan tindakan kedokteran
4. Formulir penolakan tindakan
5. Formulir partograf
6. Formulir jadwal pemberian obat
7. Formulir resume
8. Formulir laporan tindakan kebidanan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Kebijakan Dan Prosedur


1. Penerimaan Pasien Baru
Prosedur yang dilakukan oleh bidan
 Menerima pasien baru dan melakukan serah terima dengan
perawat/bidan dari ruangansebelumnya
 Mencocokkan gelang identitas pasienmeyakinkan ketepatan identitas
pasien denganbertanya langsung kepada pasien. Setelah identitas
sesuai, gelang dikenakanke tanganpasien
 Menambahkan gelang pasiendengan tanda alergi atau resiko tinggi
sesuai denganketentuan
 Melakukan pengkajian kebidanan
 Melakukan observasi tanda-tanda vital
 Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien
sesuai dengan kondisipasien
 Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan
melakukan tindakan sesuai instruksi dokter
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasienyangditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


 Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien
sesuai dengan kondisipasien
 Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan
dilakukan besertakemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik
selama tindakan maupun setelah selesaitindakan
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasienyangditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang
melakukan tindakan
2. Penerimaan Dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (One Day
Care)
Prosedur yang dilakukan oleh bidan
 Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
 Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
 Bidan kamar bersalin melaporkan ke dokter operator dan dokter
anastesi bahwa pasiensudah di kamar bersalin
 Bidan kamar bersalin melakukan persiapantindakan seperti mengganti
baju pasien,membersihkan lipstik dan melepaskan perhiasan pasien,
observasi tanda-tanda vital,anjurkan pasien buang air kecil terlebih
dahulu dan lain-lain
 Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan
tanda-tanda vitalnya
 Jika keadaan umum pasien baik maka bidannmemberi tahu keluarga
pasien untukmenyelesaikan administrasi
 Keluarga pasien menyerahkan kartu izin pulang dari penata rekening
pada bidan
 Bidanmenjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paska
tindakan dirumah,menyerahkan obat pulang dan kartu kontrol dengan
menggunakan formulir resumekeperawatan
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasienyangditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


 Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien
sesuai dengan kondisipasien
 Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan
dilakukan besertakemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik
selama tindakan maupun setelah selesaitindakan
 Melakukan tindakan di ruang tindakan
 Membuat resep dan menjadwalkan control
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasienyangditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang
melakukan tindakan

3. Persiapan Pasien Pre Op Sectio Cesarea


Petugas yang melaksanakan: bidan yang bertanggung jawab kepada
pasienProsedur:
 Memastikan bahwa pasien telah mendapatkan penjelasan dari dokter
penanggung jawabdan anestesi mengenai tindakan operasi yang akan
dilakukan
 Meminta pasien atau keluarga mengisi formulir surat persetujuan
tindakan section cesareadan surat ijin tindakan anestesi
 Melakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya sesuai anjurandokter (hematologi, masa perdarahan,
PT/APTT)
 Siapkan pasien, puasa, cukur daerah operasi, persiapkan darah bila
diperlukan, melepasprotese dan lain-lain
 Lengkapi formulir check list pre operasi yang terdapat didalam
pendokumentasian
 Menghubungi dokter spesialis anak untuk memberitahukan pasien
sudah siap diantar kekamar operasi
 Hubungi ruang operasi untuk memastikan bahwa pasien akan diantar
 Antar pasien ke ruang operasi sesuai jadwal, minimal 30 menit
sebelum jadwal operasi
 Cek Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan disaksikan perawat kamar
operasi
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasienyangditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


 Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien
sesuai dengan kondisipasien
 Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan
dilakukan besertakemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik
selama tindakan maupun setelah selesaitindakan
 Melakukan tindakan di kamar operasi
 Membuat resep dan protap perawatan selanjutnya
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasienyangditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang
melakukan tindakan

4. Asistensi Dokter Dalam Menolong Persalinan Normal


Petugas yang melaksanakan: bidan yang bertanggung jawab kepada
pasienProsedur :
 Kontrol his, monitor denyut jantung janin dan perhatikan keadaan
umumpasien
 Mengkaji adanya faktor resiko pada ibu dan janin sebelum proses
persalinan, laporkanpada dokter
 Periksa dalam untuk menentukan diagnosissudah memasuki kala II
 Monitor denyut jantung bayi sesuai dengan partograf
 Lakukan perawatan kala III
 Bantu dokter dalam proses penjahitan luka perineum
 Lakukan perawatan kala IV
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasienyangditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan
Prosedur yang dilakukan oleh dokter
 Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien
sesuai dengan kondisipasien
 Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan
dilakukan besertakemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik
selama tindakan maupun setelah selesaitindakan
 Melakukan tindakan pertolongan persalinan
 Melakukan jahit perineum dengan didampingi oleh bidan
 Membuat resep dan membuat protap perawatan selanjutnya
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasienyangditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang
melakukan tindakan

5. Asistensi Tindakan Curretage


Prosedur :
 Memastikan pasien telah mendapatkan penjelasan tindakan yang akan
dilakukan olehdokter operator
 Mempersiapkan surat izin tindakan curettage dan surat izin tindakan
anestesi yang telahditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien
 Persiapkan pasien seperti puasa, pasang infuse, pakaian pasien,
kosongkan kandunngkemih dan lain-lain
 Masukan jaringan dalam bokal berisi formalin 10% dan diberi
identitas pasien untukjaringan yang akan dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi, untuk jaringan yang tidakakan dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi, jaringan dapat dimasukan
dalambokal/plastik tanpa formalin dan diberikan pada keluarga (dicek
apakah boleh jaringanyang sudah diambil tidak di PA)\Mengobservasi
keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan sampai dengan 3-4
jampasca tindakan curettage
 Jika keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital normal, tidak ada
perdarahan dankeluhan, pasien diperbolehkan pulang setelah
menunjukkan surat ijin pulang
 Mempersiapkan pasien pulang

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


 Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien
sesuai dengan kondisipasien
 Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan
dilakukan besertakemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik
selama tindakan maupun setelah selesaitindakan
 Pasien dilakukan anastesi oleh dokter anestesi/Penata Anastesi
 Melakukan tindakan curettage
 Membuat resep dan jadwal control
 Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis
pasien yangditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang
melakukan tindakan
BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses


mengenai perencanaan danpenentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusanmateri atau alat. Lebih lanjut,
logistik diartikan bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahanatau
barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah,
kualitas danpada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah
mungkin (Adiatama, 2002).
Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen diproses
melalui fungsimanajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk
dapat terselenggaranya fungsilogistik.Rumah sakit merupakan suatu usaha yang
melakukan produksi jasa sehingga logistik dalamrumah sakit bukan logistik
pendistribusian barang, tetapi hanya menyangkut manajemen persediaanbahan
barang serta peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi jasa tersebut.
Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan (procurement) dan
berakhir dengandokumen penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan.
Sehingga dapat dikatakan bahwamanajemen logistik dalam lingkungan rumah
sakit adalah suatu proses pengolahan secara strtegisterhadap pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, serta pemantauan persediaan barang
(stock,material, supplies, inventory, etc)yang diperlukan bagi produksi jasa rumah
sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan
di rumah sakit dapatdikelompokkan menjadi :
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam
prosespelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu
komponen utama pendapatanrumah sakit.Tantangan dalam melaksanakan
logistik obat di rumah sakit secara baik tergolongtinggi.Berbagai pihak
terlibat dalam logistik obat di rumah sakit.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan
dalampelayanan kesehatan di rumah sakit.Masalah utama yang sering terjadi
adalah manajemeninventaris yang kurang baik, sehingga mengakibatkan alat
kesehatan yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Food and Baverages
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan pelayanan gizi, baik untuk
pasien atauuntuk karyawan rumah sakit. Masalah yang sering muncul adalah
barang hilang atau berkurangdan mutu proses yang bervariasi.
d. Logistik Barang Kuasi
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan barang kelengkapan
administrasi rumahsakit.Masalah yang sering terjadi adalah sediaan barang
kuasi yang terlalu banyak.
e. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis
yangdigunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan.Masalah yang sering
dihadapi adalahpenyimpanan alat dan persediaan suku cadang.
f. Logistik Sarana dan Prasarana Gedung
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung
rumah sakit.Nilai sarana dan prasarana gedung rumah sakit dapat mencapai
sekitar 40% dari nilai aset totalrumah sakit. Masalah yang sering muncul :
1. Pembangunan sarana dan prasarana yang tidak efisien
2. Pemeliharaan saran dan prasarana yang tidak sesuai standar yang tidak
ditentukan
g. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. Masalah
yangdihadapiadalah sediaan yang berlebihan dan proses yang bervariasi.
h. Logistik Bahan Habis Pakai
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan
sebagaibahan habis pakai.Masalah yang paling sering dihadapi adalah sediaan
bahan habis pakai yangberlebihan.Bahan Habis Pakai (BHP) di Ruang
Kebidanan di amprah ke bagian logistik RS GrahaHusada sebelum habis. Jika
BHP yang digunakan sehari-hari cepat habis, maka amprahdilakukan setiap 1
minggu sekali dan untuk BHP yang tidak cepat habis akan diamprah 1
bulansekali
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety)adalah suatu sistem dimana rumahsakit
membuat asuhanpasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Assesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untukmeminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahanakibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

6.2 Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadiantidak diharapkan

6.3 Standar Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan progampeningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

6.4 7 Langkah Keselamatan Pasien


Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

6.5 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Adverse event:
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera
pasien akibatmelaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu
tindakan yang seharusnya diambil danbukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien.Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahanmedis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

6.6 Kejadian Tidak Diharapkan Yang Tidak Dapat Dicegah


Unpreventable adverse event :
Suatu kejadian tidak diharapkan akibat komplikasi yang tidak dapat
dicegah denganpengetahuan yang mutakhir.
6.7 Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Near miss:
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambiltindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat
menciderai pasien tetapi cedera seriustidak terjadi karena keberuntungan
(misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidaktimbul reaksi
obat) karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan tetapistaf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan) atau peringanan (suatu obatdengan overdosis lethal diberikan
tetapi diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).

6.8 Kesalahan Medis


Medical errors :
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensimengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana ataumenggunakan rencana yang
salah untuk mencapai tujuannya, dapat merupakan akibat
darimelaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnyadiambil (omission).

6.9 Insiden Keselamatan Pasien


Patient safety incident :
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan atauberpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

6.10 Kejadian Sentinel


Sentinel event :
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera
serius.Biasanyadipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima seperti operasipada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yangterjadi
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yangserius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

6.11 Tata Laksana Kerja Untuk Keselamatan Pasien


1. Semua Pasien yang datang baik dalam kondisi inpartu maupun
observasi kebidanan harusdilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
2. Memperhatikan identitas pasien khususnya nama dan nomor rekam
medis
3. Memastikan pasien telah mendapatkan informed consent dari dokter
penanggung jawabpasien atau dokter konsulen sebelum pasien
mendapatkan penatalaksanaan medis
4. Seluruh persalinan normal wajib ditolong oleh dokter spesialis
kebidanan, bidan bolehmenolong persalinan dalam kondisi emergensi,
disaat tidak ada dokter atau dokter spesialiskebidanan
5. Pemeriksaan pervaginam dalam proses persalinan dilakukan setiap 4
jam sekali atau bilaada indikasi
6. Observasi pasien ODC dilakukan selama 3-4 jam pasca tindakan,
pasien barudiperbolehkan pulang setelah sadar penuh dan keadaan
umumnya baik
7. Seluruh pemeriksaan penunjang medis harus disertai dengan identitas
pasien yanglengkap, benar dan jelas
8. Setiap bayi yang lahir, langsung dilakukan pemeriksaan fisik, dicap
kaki dan diberikan peneng untuk identitas
9. Penghalang tempat tidur pasien selalu dalam keadaan terpasang bila
ada pasien di atastempat tidur
10. Selalu memperhatikan prinsip benar pemberian obat
11. Kuku petugas harus pendek
12. Mencuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah tindakan
13. Mempertahankan sterilitas dan menjaga kebersihan
14. Sarung tangan yang digunakan harus sesuai dengan ukuran
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1 Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman tersebut menjadi lebih
tinggi danberbahaya karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan
yang lebihmengkhawatirkan hal tersebut banyak terjadi di negara-negara
berkembang yang belum mampumenyelenggarakan berbagai kegiatan pencegahan
dan penanggulangan secara memadai.
Penderita penyakit HIV/AIDS terus meningkat sejalan dengan semakin
tingginya potensipenularan dimasyarakat.Hal ini di tunjang dengan perilaku seks
bebas tanpa pelindung,pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum denganbaik dan penggunaan bersama
peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain.
Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang
keduanyapotensial menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua
penyakit ini sering tidakdapat terkenali secara klinis karena tidak menampakan
gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit-penyakit tersebut di atas
memperkuat keinginanuntuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang
bisa melindungi semua pihak daripenyebaran infeksi.Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui “UniversalPrecaution”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan
kontak 24 jam denganpasien mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab
itu tenaga kesehatan wajib menjagakesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
7.2 Tujuan
1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan
masyarakat dari penularaninfeksi dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga dapat
mengurangi resiko terpajan atau terinfeksipenyakit menular.

7.3 Tindakan Yang Beresiko Terpajan


Ada beberapa hal yang dapat membuat seseorang tenaga kesehatan dapat
terpajan dengan infeksi menular yaitu:
1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang benar
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

7.4 Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama dari prosedur universal precaution dalam kaitannya dengan
keselamatan kerjakhususnya di Instalasi Kamar Bersalin adalah menjaga
higine sanitasi individu, higine dansanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan.Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam kegiatan yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yaitu pelindung kaki/sandal
sepatu khusus kamarbersalin, apron/gaun pelindung, topi, masker,
goggle/kaca mata dan sarung tangan
3. Pengelolaan instrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam lainnya untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Pengelolaan alat tenun bekas pakai
7. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kesehatan dan pemberian
imunisasi

7.5 Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Petugas Terpapar


Sebagai petugas kesehatan wajib mengetahui hal-hal yang harus dilakukan
jikaterpajan/terpapar dengan infeksi menular sehingga dapat ditanggulangi
dengan tepat dan cepat.Hal-hal yang harus diketahui petugas kesehatan
yang terpapar adalah :
1. Tindakan sesuai dengan jenis paparan
2. Status kesehatan petugas terpapar
3. Status kesehatan sumber paparan
4. Kebijakan yang ada
5. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
6. Tindakan pasca tertusuk jarum bekas pakai atau benda tajam bekas
pakai lainnya
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

8.1 Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan


Indikator mutu pelayanan kebidanan yang digunakan di Rumah Sakit
Umum Daerah PasarMinggu diambil dari Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit yang ditetapkan dalam KeputusanMenteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 129/ Menkes/SK/II/2008 tentang StandarPelayanan Minimal Rumah
Sakit, yaitu:
1. Kejadian kematian ibu karena persalinan
 Perdarahan ≤ 1 %
 Pre –Eklamsia ≤ 30%
 Sepsis ≤ 0,2 %
2. Pemberi pelayanan persalinan normal
 Dokter spesialis kebidanan
 Dokter umum terlatih asuhan persalinan normal
 Bidan
3. Pemberi pelayanandenganpersalinan penyulit: Tim PONEK yang terlatih.
4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
 Dokter spesialis kebidanan
 Dokter spesialis anak
 Dokter spesialis anastesi
5. Pertolongan persalinan melalui sectio cesaria≤ 20%
6. Keluarga berencana :
 Persentase keluarga berencana vasektomi dan tubektomi yang dilakukan
oleh tenaga kompeten dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah
umum, dokter spesialis urologi dan dokter umum terlatih 100%
 Persentase peserta keluarga berencana mantap yang mendapatkan
konseling keluargaberencana mantap oleh bidan terlatih 100%
7. Kepuasan pelanggan≥80%

8.2 Evaluasi Dan Pengendalian Mutu


Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian mutu
pelayanan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, dapat dilakukan
dengan cara :
1. Audit pelayanan Kebidanan
2. Audit pendokumentasian
3. Audit prosedur pelayanan kebidanan
4. Survey kepuasan pasien
8.3 Keterkaitan Hubungan Kerja Kamar Bersalin RSU Karya Bakti
dengan Unit Lain
1. Logistik Farmasi
Kebutuhan obat dan alat medis di Kamar bersalin, diperoleh dari
bagian logistik farmasi denganprosedur permintaan sesuai SPO
terlampir.
2. Logistik Umum
Kebutuhan alat-alat rumah tangga dan alat tulis kantor di Kamar
Bersalin, diperoleh dari logisticumum dengan prosedur permintaan
sesuai dengan SPO.
3. Kamar Operasi (OK)
Pasien Kamar Bersalin yang memerlukan tindakan operasi, akan
dibuatkan surat pengantaroperasi oleh dokter, kemudian penanggung
jawab/keluarga pasien dianjurkan ke bagianadmission untuk
dijelaskan biaya operasi serta perawat Kamar Bersalin memberitahu
bagian OKtentang rencana operasi (bila keluarga/penanggung jawab
sudah setuju). (prosedur pasien KamarBersalin yang akan operasi
sesuai dengan SPO terlampir).
4. Laboratorium
Pasien Kebidanan yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium akan
dibuatkan formulirpermintaan laboratorium oleh dokter dan formulir
diserahkan kepada petugas laboratorium oleh bidan Kamar Bersalin
(prosedur pemeriksaan laboratorium pasien kebidanan sesuai
SPOterlampir).
5. Umum/Tehnisi
Kerusakan alat medis dan non medis di Kamar Bersalin akan
dilaporkan dan diajukan perbaikanke bagian umum dengan prosedur
permintaan perbaikan sesuai dengan SPO yang berlaku.
6. Rekam Medis
Pasien yang berobat di Kamar Bersalin ke RSU Karya Bakti Ujung
Bandar akan diberikan nomor rekam medisndan status medis pasien,
dan yang sudah selesai berobat disimpan di bagian rekam medis
sertabila pasien berobat kembali, status medis pasien diminta kembali
ke bagian rekam medis olehpetugas admission (prosedur permintaan
dan penyerahan status ke bagian rekam medis sesuaidengan SPO
terlampir).
7. Admission
Setiap pasien yang berobat ke Kamar Bersalin selalu didaftarkan ke
bagian admission, daribagian admisson disiapkan status dan slip
pembayaran pasien, kemudian status dan slippembayaran diantarkan
oleh petugas admission ke Kamar Bersalin(pendaftaran pasien
kebagian admission sesuai dengan SPO terlampir).
8. Radiologi
Pasien Kamar bersalin yang membutuhkan pemeriksaan radiologi,
akan dibuatkan formulirpermintaan pemeriksaan radiologi oleh
dokter, dan formulir diserahkan ke petugas radiologi olehbidan Kamar
Bersalin(prosedur pemeriksaan radiologi pasien Kamar Bersalin
sesuai SPOterlampir).
9. Operator
Apabila Kamar Bersalin membutuhkan sambungan telphone keluar
RSU Karya Bakti Ujung Bandar makabagian Kamar bersalin
akanmenelpon ke RS lain dengan menggunakan handphone
KamarBersalin RSU Karya Bakti Ujung Bandar
10. Kasir
Pasien yang telah selesai berobat ke Kamar Bersalin akan diantar ke
bagian kasir oleh perawatKamar Bersalin untuk menyelesaikan
administrasi
11. IRNA
Pasien Kebidanan yang akan dirawat, dibuatkan surat pengantar rawat
oleh dokter Obgyn,penanggung jawab/keluarga pasien dianjurkan ke
bagian admission untuk memilih kamarperawatan bila pasien dengan
status Umum, Jika pasien BPJS kamar sesuai dengan peraturanyang
berlaku. Setelah penanggung jawab/keluarga pasien menandatangani
surat persetujuanrawat inap, maka pasien diantar oleh bidan Kamar
Bersalin ke bagian IRNA.(Prosedur pasienKamar Bersalin yang akan
rawat inap sesuai dengan SPO terlampir).
12. Gizi
a. Pasien Kebidanan yang memerlukan kebutuhan nutrisi segera,
akan dimintakan langsungke bagian gizi melalui telephone
dengan memberitahukan nama pasien danmakanan/minuman (teh
manis) yang diperlukan
b. Dokter Obgynyang praktek akan mendapat snack dan makan
malam dari bagian gizisesuai dengan jadwal jaga dokter Jaga
yang diserahkan ke bagian gizi.
13. Intensive Care Unit (ICU)
Apabila ada pasien dari Kamar Bersalin yang memerlukan perawatan
intensif, maka pasien akandibuatkan surat Rujukan ICU oleh dokter ke
RS lain yang memiliki fasilitas ICU, penanggungjawab/keluarga
pasien di informed consen untuk memilih RS sesuai dengan peraturan,
setelahpenanggung jawab/keluaraga pasien menyetujui , maka pasien
diantar oleh bidan Kamar Bersalinke RS lain yang memiliki fasilitas
ICU dengan diantar oleh Ambulance.
14. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
Pasien Kebidanan yang memerlukan tindakan lanjut/konsul ke dokter
spesialis pada jam kerja,perawat akan menghubungai dokter konsulen
dan bila kondisi pasien memungkinkan untuktindak lanjut di
poliklinik, maka pasien diantar oleh bidan jaga ke bagian IRJ,
(Prosedur konsulpasien Kamar Bersalin ke dokter spesialis yang
sedang praktek sesuai SPO terlampir).
15. Umum/Supir
Pasien Kebidanan yang memerlukan rujukan ke RS lain dapat
menggunakan ambulance RS HajiKamino, bila keadaan
memungkinkan (prosedur merujuk pasien sesuai dengan SPO
terlampir)
16. Umum /Keamanan
Bila ada pasien Kebidanan yang meninggal, maka setelah jenazah
dirapikan akan diantar kekamar jenazah dengan terlebih dahulu
menginformasikan kebagian Umum/Keamanan (prosedurpasien
meninggal sesuai SPO terlampir)
BAB XI
PENUTUP

Rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang komplek, terdiri dari


beberapa profesional pemberi pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan
tugas yang jelas untuk masing masing profesi, namun diperlukan kerjasama yang
kohesif antar profesi pemberi pelayanan.
Pelayanan kebidanan adalah salah satu pelayanan di rumah sakit yang
diberikan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan
dan tenaga lain di kamar bersalin. Keberhasilan pelayanan kebidanan tergantung
pada kesiapan ruangan, alat dan SDM.Untuk pelayanan rujukan kebidanan di
rumah sakit sangat ditentukan oleh keberadaan dan kesiapan tenaga pelayanan
kebidanan dikamar bersalin yang pro aktif dan kompeten dalam penanganan
pertama sebelum kedatangan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini diharapkan
dapat mendukung keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan di
kamar bersalin. Standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang actual dapat
dikembangkan di masing-masing rumah sakit dengan kondisi dan kebutuhan
masing masing daerah. Disamping itu diperlukan juga dedikasi serta rasa
tanggungjawab yang tinggi dari setiap tenaga pelayanan kebidanan di kamar
bersalin untuk menyebar-luaskan informasi tentang pedoman standar pelayanan
kebidanan di kamar bersalin ini serta melaksanakannya sesuai dengan ketentuan
yang telah diuraiakan dalam buku ini.
Harapan dan tujuan penyusunan buku ini dapat terwujud dalam rangka
membangun sistem pelayanan kebidanan dan perinatal risiko tinggi melalui
penerapan standar dan pembinaan tenaga pelayanan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai