Anda di halaman 1dari 8

ISSN 1907-9850

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF LARVASIDA


DARI BIJI MIMBA (Azadirachta indika A. Juss) TERHADAP
LARVA NYAMUK DEMAM BERDARAH (Aedes aegypti)

I W. Suirta, N. M. Puspawati, dan N. K. Gumiati

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

ABSTRAK
Isolasi dan identifikasi senyawa aktif larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dari biji mimba
(Azadirachta indika A.Juss) telah dilakukan. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol. Hasil maserasi 1 Kg serbuk kering Biji Mimba diperoleh 30 g ekstrak kental etanol. Ekstrak kental etanol
tersebut disuspensikan ke dalam campuran metanol air (7:3), kemudian dipartisi berturut-turut dengan n-heksana,
kloroform, dan etilasetat. Penguapan pelarut dari masing-masing ekstrak tersebut diperoleh 6,52 g ekstrak n-
heksana, 1,20 g ekstrak kloroform dan 0,89 g ekstrak etilasetat. Hasil uji aktifitas larvasida terhadap ketiga ekstrak
kental tersebut ternyata ekstrak kental n-heksana memiliki paling tinggi dengan nilai LC50 143, 97 ppm. Pemisahan
dengan kromatografi kolom, diperoleh 0,19 g isolat aktif anti larvasida (F1) yang berwarna coklat kekuningan. Hasil
uji fitokimia menunjukkan fraksi F1 tidak mengandung metabolit sekunder tetapi termasuk golongan asam
karboksilat dengan karakteristik gugus fungsi C-H stretching alifatik, C-H bending alifatik, dan gugus karbonil
(C=O), serta menyerap sinar UV-vis pada max 290,1 nm yang kemungkinan disebabkan karena adanya transisi n- *.
Identifikasi dengan GC-MS menunjukkan adanya 7 puncak senyawa dengan waktu retensi relatif berdekatan
dimana ke-7 puncak senyawa tersebut merupakan golongan asam-asam lemak yaitu asam palmitat, asam stearat,
asam oleat, etil oleat, asam oktadekanoat, etil ester oktadekanoat, ester dioktil heksadioat.

Kata kunci : isolasi, identifikasi, Aedes aegypti, Azadirachta indika A. Juss, Meliaceae

ABSTRACT

Isolation and identification of larvicidal active compounds towards Aedes aegypti from Mimba seed have
been conducted. One kilogram dry powder of Mimba seed was extracted with ethanol at room temperature.
Evaporation of ethanol gave 30 g of crude ethanol extract which showed activity against Aedes aegypti (LC50
282.29). This extract was dissolved into methanol-water (7:3) and was then partitioned with n-hexane, chloroform
and ethyl acetate respectively. The three extracts obtained i.e. n-hexane, chloroform and ethyl acetate were showed
their activity against Aedes aegypti in which the-n-hexane extract was the most active with LC50 of 143.97.
Therefore the n-hexane extract was further purified using silica gel column chromatography with chloroform:n-
hexane (9:1) as eluent. Three fractions was obtained i.e. F1, F2 and F3 and they were all active against Aedes aegypti
with LC50 78.45, LC50 113.54 and LC50 58.70 respectively. It can be seen that F3 was the most active fractions but
from TLC result, F1 showed the relatively pure compounds since it only gave one spot. Therefore F1 was further
identified using pyhtochemical testing, Uv-Vis, infrared and GC-MS. It was found that the larvicidal active
compounds F1 was belong to carboxylic acids groups,with λ max 290.1 having functional groups such as methyl,
methylene and carbonil. Identification using GC-MS indicated that the larvicidal active compounds F1 was assumed
to be a combination of 7 compounds derived from carboxylic acids including hexa-decanoic acid, etil-hexadecanoate,
oleic acid, etyl-oleate ester, octadecanoic acid, etyl-octadecanoate and dioctyl-hexadioate.

Keywords : insolation, identification, Aegypti Aedes, Azadirachta Indika A. Juss, Meliaceae.

47
JURNAL KIMIA 1 (1), JULI 2007: 47-54

PENDAHULUAN harganya cukup mahal. Untuk mengatasi


gangguan nyamuk dapat juga dilakukan
Dewasa ini berbagai macam penyakit dengan cara fogging yang bertujuan
tropis ditularkan oleh nyamuk. Penyakit membasmi nyamuk dewasa dan dapat juga
malaria misalnya ditularkan oleh nyamuk dilakukan dengan menyemprotkan obat anti
Anoples dan demam berdarah ditularkan nyamuk disekitar rumah atau dengan
oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit- mengoleskan lotion anti nyamuk pada
penyakit ini masih merupakan endemik di badan.
lebih 100 negara dan setengah dari populasi Pencarian metode-metode baru untuk
dunia terancam olehnya (Manuel, 1992). membasmi sumber penularan penyakit
Di Indonesia masalah besar yang demam berdarah sangat penting dan
dihadapi akhir-akhir ini adalah banyaknya mendesak, karena penyakit ini telah
warga yang terjangkit virus demam menulari 200 juta orang dan membunuh 1
berdarah. Awal tahun 2005, tercatat 28.224 juta orang tiap tahun diseluruh dunia.
kasus demam berdarah terjadi di seluruh Metode yang dikembangkan oleh WHO
Indonesia, dengan jumlah kematian 348 untuk memerangi penyakit demam berdarah
orang. Kasus ini meningkat hingga awal adalah sama seperti metode yang digunakan
Oktober 2005, dimana di 33 provinsi kasus untuk memerangi penyakit malaria yaitu
ini mencapai 50.196 kasus, dengan 701 dengan membasmi sumber penularannya
diantaranya meninggal dunia. Daerah yang yaitu larva nyamuk (Manuel, 1992).
terkena demam berdarah terbesar di Penelitian senyawa aktif bahan alam yang
Indonesia adalah DKI Jakarta (14.200 kasus) dapat digunakan sebagai agen larvasida
sementara kasus kematian tertinggi terjadi di belum banyak dilakukan. Krause, F., dkk
Jawa Barat (147 orang) (Rukmana, 2002). (1992) telah mengisolasi senyawa aktif agen
Akhir tahun 2006 hingga awal tahun 2007 larvasida golongan poliasetilen dari tanaman
kasus demam berdarah terjadi lagi artemesia borealis yang termasuk famili
dibeberapa daerah di Indonesia. astereaceae. Kemungkinan juga terdapat
Banyaknya kasus deman berdarah ini golongan senyawa lainnya yang aktif
seiring dengan datangnya musim hujan yang sebagai agen larvasida dari tanaman ini
menyebabkan banyaknya genangan air. namun belum dilakukan penelitian lebih
Deman berdarah ditularkan oleh nyamuk lanjut. (Manuel, 1992)
Aedes aegypti yang telah terjangkit virus. Indonesia merupakan salah satu
Berbagai alternatif sudah dilakukan untuk negara berkembang yang mempunyai cukup
mengatasi penyakit deman berdarah, sumber daya alam diantaranya sumber daya
diantaranya dengan membasmi jentik-jentik alam hayati. Kondisi alam Indonesia yang
nyamuk penyebab demam berdarah. cukup subur disebabkan letak geografis yang
Pembasmian jentik nyamuk umumnya dilewati oleh garis khatulistiwa, dan
dilakukan dengan menguras bak mandi, memiliki iklim tropis yang sangat cocok
menutup tempat yang mungkin menjadi bagi tumbuh dan berkembangnya berbagai
sarang tempat berkembangbiaknya nyamuk, tanaman. Banyak tanaman saat ini yang
mengubur barang bekas yang menampung tidak dikenal secara luas ternyata memiliki
air. Cara lain yang dilakukan yaitu dengan manfaat dan nilai ekonomis yang cukup
membasmi larva nyamuk sebagai sumber tinggi, khususnya tanaman-tanaman yang
penularan dengan menggunakan bubuk memiliki khasiat, baik sebagai obat
abate, namun cara ini kurang efektif karena tradisional maupun sebagai insektisida alami
hanya bertahan beberapa minggu dan (Fornswort, 1966).

48
ISSN 1907-9850

Salah satu tanaman yang sangat biji mimba terhadap larva nyamuk demam
potensial untuk dikembangkan sebagai agen berdarah Aedes aegypti dan juga uji
larvasida adalah tanaman mimba. Tanaman pendahuluan fitokimia.
mimba banyak dijumpai di Bali dan Hasil uji pendahuluan menunjukkan
manfaatnya sangat banyak bagi kehidupan ekstrak etanol biji mimba aktif sebagai agen
manusia. Manfaat tanaman mimba antara larvasida dengan nilai LC50 282,29 ppm.
lain; mengembalikan kesuburan tanah yang Hasil uji fitokimia menyatakan ekstrak
terdegradasi, sebagai pakan ternak, pestisida etanol biji mimba mengandung senyawa-
alami, obat anti nyamuk, pupuk, obat senyawa metabolit sekunder golongan
diabetes, dan pasta gigi. Minyak mimba triterpenoid, flavonoid dan alkaloid.
telah digunakan secara turun-temurun oleh Berdasarkan latar belakang dan
masyarakat di daerah tropis untuk mengobati pemanfaatan secara tradisional serta dari uji
penyakit kulit seperti eksim, bisul, luka pendahuluan, maka perlu dilakukan
bakar, dan jerawat (Wiryowidagdo, 2002). penelitian untuk mengetahui senyawa aktif
Bahan aktif biji mimba bermanfaat agen larvasida dari biji mimba dengan
untuk mengusir serangga pengganggu, menggunakan larva nyamuk demam
mencegah hama pemakan tanaman, berdarah Aedes aegypti sebagai bioindikator
menghalau larva dan serangga dewasa,
mencegah terjadinya pergantian kulit larva,
menurunkan produksi telor pada serangga MATERI DAN METODE
betina, dan mencegah serangga betina
meletakan telor. Senyawa–senyawa yang Bahan
diyakini sebagai bahan aktif insektisida Bahan–bahan kimia yang digunakan
adalah nimbin (nimbinen), nimbidin, dalam penelitian ini adalah etanol, metanol,
meliantriol, azadirachtin dan salanin yang kloroform, butanol, asam sulfat pekat, etil
merupakan senyawa kimia dari kelompok asetat, natrium hidroksida, aluminium
terpena. Ekstrak yang dibuat dari biji mimba klorida, kalium bromida, plat silika gel
dapat digunakan untuk mengendalikan GF254 dan silika gel 60, n-heksana, asam
berbagai jenis hama seperti Helopeltis sp., asetat, dimetilsulfoksida, biji mimba, larva
ulat jengkal, Aphis sp., Nilarvata sp., dan nyamuk Aedes aegypty.
Sitophilus sp. (Wiryowidagdo, 2002).
Biji mimba mengandung 60 % Peralatan
minyak atau lemak dari asam stearat, Alat–alat yang digunakan dalam
palmitat, oleat, linoleat, laurat, butirat dan penelitian ini adalah ; pisau, blender, neraca
sejumlah kecil minyak atsiri analitik, gelas beker, corong, erlenmeyer,
(Wiryowidagdo, 2002). Kandungan senyawa pipet mikro, penguap putar vakum,
lain yang diketahui dari biji mimba adalah desikator, pipet tetes, tabung reaksi, gelas
fenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid dan arloji, seperangkat alat kromatografi lapis
flavonoid. Residu dari biji mimba mudah tipis (KLT), seperangkat alat kromatografi
terurai menjadi senyawa tidak beracun, kolom (KK), lampu UV 254 dan 366 nm,
sehingga ramah dan aman bagi lingkungan spektrofotometer ultra violet–visible (UV–
(Eugene,1992). vis), spektrofotometer inframerah (IR)
Dalam rangka mencari senyawa- (PERKIN ELMER FT/IR-5300), pelet KBr,
senyawa alam baru sebagai agen larvasida dan spektrometer GC-MS.
telah dilakukan uji pendahuluan untuk
mengetahui aktivitas biologi ekstrak etanol Prosedur Kerja

49
JURNAL KIMIA 1 (1), JULI 2007: 47-54

Bahan yang digunakan dalam tersebut disimpan pada tempat yang lembab
penelitian ini adalah biji tanaman mimba sampai telur dari larva nyamuk tersebut
yang sudah tua (Azadirachta indika A. Juus ) menetas dan siap digunakan dalam
yang dikumpulkan dari Desa Kubu pengujian.sepuluh botol kecil disiapkan
Karangasem. Penyiapan bahan penelitian untuk pengujian, dimana untuk masing–
yang dilakukan diantaranya determinasi masing sampel dibutuhkan sembilan botol
tanaman, pengumpulan bahan, pembersihan, kecil dan satu botol sebagai kontrol.
pengeringan bahan dengan cara diangin- Ditimbang ekstrak pekat sebanyak 0.0200 g
anginkan (tidak dibawah matahari langsung) yang dilarutkan dengan 2 mL etanol. Larutan
dan penggilingan sampai menjadi serbuk dipipet sebanyak 500; 50; 5 L. Masing–
dengan menggunakan blender. masing dimasukkan ke dalam botol kecil,
Sebanyak 1000 g serbuk biji mimba pelarutnya diuapkan selama 24 jam.
diekstraksi dengan cara maserasi dengan Kedalam botol dimasukkan 2 mL air, 50 L
menggunakan ± 20 L etanol teknis sampai dimetilsulfoksida, 10 ekor larva nyamuk
semua komponen habis terekstraksi. Ekstrak Aedes aegypti. Kemudian larutan ekstrak
etanol yang diperoleh diuapkan dengan ditambahkan air sampai volumenya menjadi
penguap putar vakum sampai kental. 5 mL dalam konsentrasi 10; 100;1000 ppm.
Ekstrak kental etanol dilarutkan dengan 100 Untuk kontrol, ke dalam botol kecil
mL etanol-air dengan perbandingan (7:3). dimasukkan 2 mL air, 50 L
Ekstrak etanol air kemudian dipartisi dengan dimetilsulfoksida, 10 ekor larva nyamuk
n-heksana (10 x 50 mL) sehingga didapatkan Aedes aegypti kemudian ditambahkan air
ekstrak etanol-air dan ekstrak n-heksana. sampai volumenya 5 mL. Pengamatan
Ekstrak etanol-air diuapkan sampai semua dilakukan setelah 24 jam terhadap kematian
etanol habis menguap kemudian ekstrak air larva nyamuk. Analisis data dilakukan untuk
yang tersisa dipartisi berturut-turut dengan mencari konsentrasi kematian (LC50).
kloroform (7 x 50 mL), dan etil asetat (5 x Setelah proses pemisahan dan
50 mL). Masing-masing ekstrak yang pemurnian terhadap isolat murni yang paling
diperoleh yaitu ekstrak n-heksana, toksik dilakukan maka dilanjutkan dengan
kloroform, dan etil asetat, diuji aktivitas identifikasi dengan menggunakan metode
biologisnya terhadap larva nyamuk Aedes spektrofotometri UV-vis, spektrofotometri
aegypti, sedangkan ekstrak airnya tidak IR dan spektroskopi GC-MS.
dilakukan uji aktivitas biologisnya tarhadap
larva nyamuk Aedes aegypti. Fraksi yang
paling toksik kemudian dimurnikan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
kromatografi lapis tipis dan kromatografi
kolom. Hasil fraksi yang didapatkan dari Ekstraksi
pemisahan dengan kromatografi kolom Hasil ekstraksi 1000 g biji mimba
selanjutnya digabungkan dengan dengan cara maserasi menggunakan ± 20 L
menggunakan KLT penggabungan. Fraksi etanol didapatkan ekstrak kental etanol yang
yang didapatkan selanjutnya dilakukan uji berwarna coklat kehitaman sebanyak 30 g.
toksisitas terhadap larva nyamuk Aedes
aegypti. Fraksinasi
Ekstrak kental etanol selanjutnya
Media larva nyamuk Aedes aegypti dilarutkan dengan 100 mL etanol-air dengan
dibuat dengan mengisi ember dengan air. perbandingan 7:3. Setelah campuran ini
Telur dari larva nyamuk Aedes aegypti dipartisi berturut-turut mengunakan pelarut

50
ISSN 1907-9850

n-heksana, kloroform dan etil asetat masing- mampu memisahkan enam senyawa yang
masing diperoleh ekstrak kental n-heksana terkandung pada ekstrak kental n-heksana
yang berwarna hijau kekuningan sebanyak dengan jarak pemisahan cukup jauh,
6,52 g, ekstrak kental kloroform yang sehingga dapat digunakan dalam pemisahan
berwarna orange sebanyak 1,20 g, dan menggunakan kromatografi kolom.
ekstrak kental etil asetat yang berwarna Seberat 2,50 g ekstrak kental n-
coklat kekuningan sebanyak 0,89 g. Ketiga heksana dipisahkan dengan kromatografi
ekstrak hasil partisi di atas kemudian diuji kolom, menggunakan sebanyak 100 g silika
toksisitasnya. Uji toksisitas masing-masing gel 60, dan fase gerak campuran kloroform :
ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak n- n-heksana (9:1). Kecepatan alir fase gerak
heksana yang paling bersifat toksik terhadap yang digunakan adalah kira-kira 1mL/1
larva nyamuk Aedes aegypti dengan nilai menit. Eluat ditampung disetiap 3 mL
LC50 143,97 ppm. sampai menghasilkan 151 fraksi. Keseratus
lima puluh satu botol eluat tersebut,
Pemisahan dan Pemurnian dikromatografi lapis tipis. Berdasarkan pola
Pemisahan dan pemurnian noda hasil analisis KLT, ke-151 eluat
komponen-komponen kimia pada ekstrak tersebut dapat digabungkan dan
n-heksana dilakukan dengan teknik dikelompokan menjadi tiga kelompok fraksi.
kromatografi kolom. Sebelum dilakukan Ketiga kelompok fraksi tersebut
pemisahan dengan kromatografi kolom, masing-masing diuji toksisitasnya terhadap
terlebih dahulu dilakukan pemilihan eluen larva nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan
yang mampu memisahkan senyawa yang hasil uji toksisitas didapat ketiga fraksi,
terdapat dalam ekstrak n-heksana dengan bersifat toksik terhadap larva nyamuk Aedes
menggunakan KLT. Beberapa campuran aegypti. Ketiga fraksi tersebut fraksi F 3
eluen dengan polaritas yang berbeda telah memiliki aktivitas paling toksik terhadap
dicoba dalam KLT, untuk memisahkan larva nyamuk Aedes aegypti dengan LC50 =
komponen-komponen kimia pada ekstrak n- 58,70 ppm, namun fraksi F 1 yang paling
heksana. Eluen yang digunakan antara lain;
memungkinkan untuk dilanjutkan pada tahap
kloroform, n-heksana (1:1), kloroform : n-
analisis berikutnya. Mengingat syarat isolat
heksana (7:3), kloroform : n-heksana (8:2),
dapat diidentifikasi lebih lanjut dengan
kloroform : etil asetat (7:3), kloroform : n-
metode spektroskopi itu harus relatif murni
heksana (9:1). Penotolan cuplikan pada plat
secara KLT, yaitu paling tidak memiliki satu
KLT dilakukan dengan mengunakan pipet
mikro dan diusahakan diameter totolan noda. Sedangkan fraksi F 3 pada saat KLT
sekecil mungkin karena jika diameter totolan penggabungan memiliki tiga noda artinya
besar itu akan mengakibatkan terjadinya belum murni secara KLT, selain juga jumlah
penyebaran noda-noda dan timbulnya noda fraksi F3 sedikit, sehingga tidak
berekor. Dengan mengamati jumlah memungkinkan untuk dilakukan pemisahan
noda/spot terbanyak dan jarak pemisahan lebih lanjut. Jadi dalam penelitian ini yang
antar noda cukup terpisah maka dapat dilanjutkan untuk diidentifikasi lebih lanjut
digunakan sebagai dasar pemilihan adalah fraksi F1, karena fraksi F1 relatif
campuran eluen terbaik yang akan cukup toksik dengan LC50 = 78, 45 ppm.
diterapkan dalam pemisahan campuran Fraksi F1 yang bersifat toksik dan
senyawa menggunakan kromatografi kolom. relatif murni dari hasil uji toksisitas terhadap
Eluen kloroform : n-heksana (9:1) larva nyamuk Aedes aegypti selanjutnya
memberikan pola pemisahan terbaik karena diuji kemurnianya menggunakan

51
JURNAL KIMIA 1 (1), JULI 2007: 47-54

kromatografi lapis tipis dengan beberapa Data spektrum inframerah isolat


pelarut pengembang atau eluen yang menunjukkan adanya serapan tajam pada
memiliki tingkat kepolaran yang berbeda- daerah bilangan gelombang 2921,5 cm −1 dan
beda. 2821,0 yang diduga adalah serapan dari
gugus C-H stretching alifatik, yang
Pemurnian diperkuat oleh adanya serapan pada daerah
Sebelum dilakukan uji kemurnian, bilangan gelombang 1464,4 cm −1 . Adanya
terlebih dahulu dilakukan pencucian dengan gugus fungsi karbonil (C=O) diindikasikan
menggunakan akuades, dilanjutkan dengan dengan munculnya serapan pada daerah
uji kemurnian secara KLT menggunakan bilangan gelombang 1712,4 cm −1 . Serta
beberapa campuran eluen diantaranya munculnya serapan pada daerah bilangan
kloroform : etil asetat (1:1); metanol :
gelombang 720,1 cm −1 menunjukkan adanya
kloroform (7:3); kloroform : metanol (2:8);
gugus fungsi C-H bending (luar bidang.
kloroform : eter (7:3) dengan polaritas yang
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa
berbeda-beda. Hasil uji kemurnian
isolat aktif anti larvasida merupakan
menunjukkan bahwa fraksi F 1 hanya senyawa golongan asam karboksilat yang
mengandung satu senyawa, yang mempunyai karakteristik gugus fungsi C-H
ditunjukkan dengan timbulnya satu noda stretching alifatik, C-H bending dan gugus
dengan berbagai campuran eluen yang karbonil (C=O). Gugus-gugus fungsi di
digunakan. Hal ini menyatakan bahwa atas menunjukkan ester dari asam lemak.
fraksi F 1 relatif murni secara KLT. Uji
fitokimia menunjukkan bahwa fraksi F1 Data spektrofotometri UV-vis
tidak mengandung metabolit sekunder Hasil analisis isolat menggunakan
melainkan hanya mengandung asam-asam spektrofotometer UV-vis memberikan
lemak. serapan maksimum pada panjang gelombang
290,1nm. Serapan pada panjang gelombang
Data spektrofotometri IR 290,1 nm diduga akibat adanya transisi n-
Spektrum serapan hasil analisis π * oleh suatu kromofor C=O. Dugaan ini
spektrofotometer inframerah dari isolat aktif didukung dengan adanya puncak yang
menggunakan pelet KBr dipaparkan pada muncul dengan intensitas tajam pada
Gambar 1. bilangan gelombang 1712,4 cm −1 pada
spektra IR.

Gambar 1. Spektrum inframerah dari isolat


aktif
Gambar 2. Spektrum Ultra violet - Visibel

52
ISSN 1907-9850

Spektroskopi GC-MS kemungkinan disebabkan karena adanya


Kromatogram isolat F 1 menunjukkan transisi n- π * .
7 puncak dengan intensitas relatif cukup 3. Identifikasi isolat aktif anti larvasida
besar seperti puncak senyawa dengan waktu secara GC-MS mengandung 7 komponen
retensi (tr) berturut-turut 16,43; 16,78; senyawa yang merupakan asam-asam
18,13; 18,32; 18,41; 18,63; 20,39 menit, organik yaitu asam heksadekanoat, asam
dimana ke-7 puncak tersebut menunjukkan stearat, asam oleat, etil oleat, asam
asam-asam organik yaitu asam palmitat, oktadekanoat, etil oktadekanoat, dioktil
asam stearat, asam oleat, ester oleat, asam heksadioat. Diduga senyawa-senyawa di
oktadekanoat, etil ester oktadekanoat, ester atas bersifat antilarvasida terhadap larva
dioktil heksadioat. Dari 7 puncak nyamuk Aedes aegypti.
kromatogram yang dihasilkan
mengindikasikan bahwa isolat relatif belum Saran
murni. 1. Perlu dilakukan pemisahan identifikasi
lebih lanjut pada isolat aktif anti
larvasida khususnya larva nyamuk Aedes
aegypty untuk fraksi F 1 dengan
menggunakan teknik spektroskopi yang
lain seperti 13C-NMR dan 1H-NMR.
2. Perlu dilakukan pemisahan, pemurnian
dan identifikasi komponen-
komponen senyawa yang terdapat dalam
fraksi F2 dan F 3 dengan menggunakan
teknik kromatografi dan spektrofotometri
Gambar Kromatogram gas isolat Fraksi IR, UV-vis, dan spektrometri GC-MS
3. F1 dan teknik spektroskopi lainya.

UCAPAN TERIMA KASIH


SIMPULAN DAN SARAN Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ir. I Gusti
Simpulan Ayu Kunti Sri Panca Dewi, M.Si., Drs. I
1. Hasil uji fitokimia menunjukkan fraksi Made Siaka, M.Sc.(Hons), dan Ni Luh
F 1 yang bersifat toksik terhadap larva Rustini, S.Si., M.Si. atas masukan-
nyamuk Aedes aegypti dari biji mimba masukannya sehingga penelitian sampai
tidak mengandung senyawa metabolit penulisan dapat dikerjakan dengan baik.
sekunder.
2. Isolat aktif larvasida dari fraksi F 1
memiliki karakteristik gugus fungsi C-H DAFTAR PUSTAKA
stretching alifatik, C-H bending dan
gugus karbonil C=O serta menyerap Eugene B. and Shultz, J. R., 1992, Neem A
sinar UV-vis pada λ max 290,1 nm yang Tree for Solving Global Problems,
National Academy Press,
Washington, D.C.

53
JURNAL KIMIA 1 (1), JULI 2007: 47-54

Fornswort, N. R., 1966, Biological and Rukmana, R. and Oesman Yuniarsih, Y.,
Phytomical Screening of Plant, J., 2002, Nimba Tanaman Penghasil
Pharm. Sci, 55,3, 225-276. Pestisida Alami, Kanisius,
Harborne. J. B., 1987, Metode Fitokimia, Yogyakarta
Terbitan Kedua, Penerbit ITB, Sudjadi, 1985, Penentuan Struktur Senyawa
Bandung. Organik, Penerbit Gholia, Jakarta.
Manuel, F. B. and Douglas, K. A., 1992, Wiryowidagdo, 2002, Kimia dan
Human Medicinal Agent From Plant, Farmakologi Bahan Alam,
American Chemical Society, Universitas Indonesia, Jakarta.
Washington.D.C.
.Robinson, T., 1995, Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB,
Bandung.

54

Anda mungkin juga menyukai