3 2014
ABSTRACT
This study aims to describe and analyze in depth abaout sexual violence (rape) from persepektive of
criminology. The methods that are in the form of normative research approach conceptually, with
the study of documents as well as primary and secondary legal materials. Arrangements regarding
crimes of sexual violence (rape) subject to the provisions of Article 285 of the Penal Code which has
elements that must be met, one of which is the absence of violence. Any element of violence is an
element that distinguishes the crime of rape with another morality set forth in Penal Code. In the
perspective of criminology that really is not an element of violence that will be the main point, but
the element of consent. Elements of consent is a decisive and qualify an act as rape or not. In
addition,it also examined the factors causing crimes of sexual violence (rape) and mitigation efforts.
1
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Alamat :Jalan Gunung Andakasa
Gang Sedap Malam No. 2 Denpasar, e-mail:bonzaiez@gmail.com
371
Vol.7 No.3 2014
menuju pada orang yang melanggar dan dapat kejahatan kekerasan, bukan hanya menimpa
perempuan dewasa, namun juga perempuan
dijatuhi pidana, sehingga yang dilarang oleh
yang tergolong di bawah umur (anak-anak).
aturan hukum adalah perbuatannya.
Kejahatan kekerasan seksual ini juga tidak
Kejahatan dalam hukum pidana
hanya berlangsung dilingkungan perusahaan,
adalah perbuatan pidana yangdiatur dalam
perkantoran, atau ditempat-tempat tertentu
Buku ke-II KUHP dan dalam aturan-aturan yang memberikan peluang manusia berlainan
lain di luar KUHP. Perbuatan pidana itu juga jenis dapat saling berkomunikasi, namun juga
meliputi tindakan pelanggaran-pelanggaran.3 dapat terjadi di lingkungan keluarga.
Diantara kasus-kasus yang
melibatkan (mengorbankan) anak-anak
2 perempuan di bawah umur, salah satu modus
Bambang Poernomo, 1988, Asas-Asas
Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 18
3
Roeslan Saleh, 1983, Perbuatan Pidana dan
4
Pertanggungjawaban Pidana Dua Pengertian Arif Gosita, 1983, Masalah Korban
Dasar Dalam Hukum Pidana Cet-III, Aksara Baru, Kejahatan Kumpulan Karangan Edisi Pertama,
Jakarta, hal.17 Akademika Pressindo, Jakarta, hal.77
372
Vol.7 No.3 2014
yang serius bagi para korban.5 Kekerasan hukum pidana khususnya mengenai
fisik dan psikis yang permanen dan berjangka persoalan-persoalan hukum yang meliputi
panjang. Kekerasan seksual yang akan lebih legitimasi hukum, arah perubahan tujuan
dibahas disini adalah khususnya kejahatan hukum (displacement of goal), efektivitas
seksual pemerkosaan, maka sangat penting hukum, penegakan hukum (law
ditelusuri pula faktor-faktor penyebab enforcement) dan pengembangan teori,
timbulnya kejahatan tersebut, khususnya konsep, asas-asas, doktrin hukum pidana
kejahatan kekerasan seksual pemerkosaan. pada umumnya.
Kejahatan kekerasan seksual (perkosaan) 2. Tujuan Khusus: Tujuan khusus penelitian
yang tidak surut oleh perkembangan jaman, ini berkaitan dengan mendeskripsikan dan
kemajuan teknologi, dan kemajuan pola pikir menganalisis secara mendalam tentang
manusia, menjadi salah satu kejahatan yang kekerasan seksual (perkosaan) dari
sangat meresahkan masyarakat di tengah- perspektif kriminologi, yang meliputi
tengah perkembangan-perkembangan teori-teori, faktor penyebab dan upaya
tersebut. penanggulangannya karena terdapat
berbagai macam dan ragamnya kejahatan
5
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, 2001, kekerasan seksual yang semakin tidak
Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual
Advokasi atas Hak Asasi Perempuan, PT. Refika
Aditama, Bandung, hal.32
373
Vol.7 No.3 2014
374
Vol.7 No.3 2014
375
Vol.7 No.3 2014
7 9
Romli Atmasasmita, 1992, Teori dan Ibid, hal. 75
10
Kapita Selekta Kriminologi, Refika Aditama, Made Darma Weda, 1996, Kriminologi,
Bandung, hal.5 Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.70
8 11
Ibid, hal.71-72 Ibid, hal. 71
376
Vol.7 No.3 2014
377
Vol.7 No.3 2014
barang mewah dan umumnya lengah, tersebut karena telah mengetahui lebih dalam
sehingga ada niat atau kesempatan bagi pihak korban.
pelaku kejahatan tersebut untuk Kejahatan perkosaan juga tidak
melakukan aksinya, terutama kejahatan terlepas dari faktor keadaan kejiwaan
pencurian dengan kekerasan. pelaku.Kejiwaan seseorang tidak hanya
Faktor perekonomian makro yaitu terjadi dipengaruhi oleh lingkungannya, tetapi juga
krisis ekonomi dan harga barang-barang oleh pengalaman masa lalu.Seperti halnya
atau kebutuhan pokok meningkat, pelaku pernah merasa sakit hati dan depresi
banyaknya pengangguran membuat karena pernah mengalami suatu kejadian
seseorang yang dalam kondisi demikian secara langsung maupun tidak langsung
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kejahatan kekerasan seksual yang
dengan jalan yang tidak benar atau membuatnya berinisiatif untuk melampias-
melakukan kejahatan. kannya kepada seseorang bahkan bisa hingga
Faktor penggunaan narkotika, seseorang beberapa orang korban.
yang telah kecanduan obat-obatan Selain itu dapat pula faktor pemicu
terlarang dia akan melakukan apa saja timbulnya pemerkosaan yang dirangsang oleh
dengan jalan yang tidak benar bahkan pengaruh lingkungan di sekitar pelaku, seperti
sampai melakukan kejahatan kekerasan halnya pelaku setelah melihat atau
untuk mendapatkan sesuatu yang menyaksikan hal-hal yang berkaitan dengan
diinginkannya. pornoaksi dan pornografi dan timbul hasrat
Perkosaan merupakan kejahatan seksual pelaku. Sehingga pelaku ingin
kekerasan yang berkaitan dengan kesusilaan. melampiaskan hasratnya tersebut dengan
Berbagai macam faktor-faktor penyebab berbagai cara, salah satunya adalah
terjadinya kejahatan tersebut, salah satunya perkosaan.
adalah didukung oleh situasi dan kondisi Dari setiap tindak kejahatan
lingkungan serta posisi korban berada, yang pemerkosaan terdapat keterkaitan antara
dapat memicu niat pelaku untuk melakukan pihak pelaku, pihak korban, dan situasi serta
kejahatan seksual (perkosaan) tersebut.Tidak kondisi lingkungan yang memegang peranan
jarang pula kejahatan tersebut dipengaruhi masing-masing sebagai pemicu adanya suatu
oleh faktor memanfaatkan hubungan antara kejahatan kekerasan seksual, yaitu
pelaku dan korban, seperti hubungan darah, perkosaan.14
saudara, kerabat, dan lain-lain. Sehingga
14
Eko Prasetyo dan Suparman Marzuki,
pelaku lebih mudah melakukan perkosaan 1995, Pelecehan Seksual, Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, hal.180
378
Vol.7 No.3 2014
379
Vol.7 No.3 2014
380
Vol.7 No.3 2014
381
Vol.7 No.3 2014
382