Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Kantong plastik merupakan salah satu benda yang lekat dalam keseharian kita.
Kantong plastik bahkan menjadi komponen utama yang diberikan penjual untuk
membawa dan membungkus barang belanjaan, disamping ada juga penjual yang
memberikan kertas atau kardus untuk membungkus belanjaan. Kantong plastik
menjadi pilihan utama karena dianggap lebih praktis, hemat, bahkan lebih modern.
Terlebih lagi karena kantong plastik menawarkan berbagai pilihan warna, bentuk dan
motif yang beragam. Bahkan tidak jarang pembeli meminta tambahan kantong plastik
untuk membawa barang belanjaannya. Hal ini menggambarkan bahwa pembeli telah
menjadi konsumen atau pengguna utama kantong plastik, baik secara aktif maupun
pasif.
Alamendah (2011) memperkirakan penduduk dunia menggunakan kantong
plastik sekitar 500 juta hingga satu miliyar per tahun, atau sekitar satu juta pengguna
kantong plastik per menit (Bentala, 2013). Di Perancis, tahun 2006 tercatat sekitar 1,
2 juta ton sampah per tahun. Pengguna kantong plastik penduduk Indonesia juga
besar, diperkirakan mencapai 100 milyar per tahun atau sekitar 700 lembar setiap
orang. Akibat besarnya penggunaan kantong plastik ini, maka sampah kantong plastik
pun tidak terhindarkan.
Sampah kantong plastik ini bisa mencapai 400 ton setiap harinya atau setara
dengan 16 pesawat Boeing 747. Program Lingkungan PBB bulan Juni 2006 mencatat
setidaknya terdapat 46.000 sampah plastik di lautan setiap mil persegi. Bahkan
diketahui arus pengumpulan sampah plastik ini membentuk pulau plastik yang
terapung hampir mencapai dua kali luas pulau Kalimantan, Indonesia. Di Jakarta,
ibukota Indonesia, sampah plastik ini bisa mencapai 6.000 ton per harinya atau
tumpukan plastik sekitar 30.000 meter kubik, setara dengan setengah Candi
Borobudur di Jawa Tengah, Indonesia.

1
Penulis ingin menyampaikan bahwa kantong plastik seakan telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia dalam membawa dan
membungkus barang. Sementara untuk membuat kantong plastik membutuhkan
sedikitnya 12 juta barel minyak per tahun dan 14 juta batang pohon. Sebagian besar
kantong plastik terbuat dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti
dari penyulingan gas dan minyak bumi (ethylene). Karena berbahan bukan dari
senyawa biologis, maka akan sulit terdegradasi (non biodegradable) dengan
sempurna. Dalam hal inilah, kantong plastik dikategorikan sebagai produk yang tidak
ramah lingkungan.
Kantong plastik sebenarnya menimbulkan sejumlah dampak negatif, baik bagi
lingkungan dan manusia. Sampah plastik yang terbawa arus laut dapat mencemari
biota laut, bahkan menimbulkan kematian pada hewan-hewan laut. Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan, Indonesia (2012) merilis kematian
sejumlah hewan laut sekitar satu juta burung laut, seratus ribu mamalia laut, serta
ikan-ikan dikarenakan mengkonsumsi limbah plastik. Di darat, tanah yang
mengandung racun partikel plastik dapat membunuh hewan pengurai, seperti cacing
yang berakibat menurunkan tingkat kesuburan tanah.
Sampah yang menumpuk di sungai dapat menimbulkan pendangkalan dan
penyumbatan aliran sungai, sehingga banjir pun terjadi. Bagi manusia, asap
pembakaran limbah plastik dapat memicu penyakit kanker, gangguan pernapasan,
gangguan sistem saraf, serta hepatitis. Dalam hal inilah, sebenarnya limbah plastik
sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita pun dituntut
untuk dapat melestarikan lingkungan melalui pembangunan berkelanjutan yang
ramah lingkungan.

2
1. 2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa saja hal yang ditimbulkan berupa pencemaran lingkungan dan
penyakit dengan adanya limbah kantong plastik?
2. Bagaimana cara menanggulangi sampah kantong plastik yang sudah
mencemari laut?

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1. Pengertiaan Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam
tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat
berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase
yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah
besar datang dari aktivitas industri, misalnya pertambangan, manufaktur, dan
konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Menurut Ari Nilandari (2006 : 58), berdasarkan asalnya, sampah padat dapat
digolongkan sebagai :
1. Sampah Organik
Sampah Organik terdiri dari bahan – bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang
diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang
lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
2. Sampah Anorganik
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral
dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat
di alam seperti plastik dan alumunium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan
dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga,
misalnya berupa botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton
merupakan perkecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton termasuk

4
sampah organik. Tetapi karena kertas, Permasalahan Penangganan Sampah Kota
Bandung dan alternatif Solusinya 14 koran, dan karton dapat didaur ulang seperti
sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka di dimasukkan
ke dalam kelompok sampah anorganik.
2. 2. Sumber Sampah
Menurut Agung Suprihatin, dkk (1996 : 7) sumber sampah berasal dari :
1. Sampah dan Pemukiman Umumya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan
makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah
kebun/halaman, dan lain-lain.
2. Sampah dari Pertanian dan Perkebunan Sampah dari kegiatan pertanian tergolong
bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang
dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk
sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus
agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran
plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi
penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur
ulang.
3. Sampah dari Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung Sampah yang berasal dari
kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik
maupun anorganik. Sampah Organik, misalnya : kayu, bambu, triplek. Sampah
Anorganik, misalnya : semen, pasir, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan
kaleng.
4. Sampah dari Perdagangan dan Perkantoran Sampah yang berasal dari
perdagangan seperti : toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri
dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan
dan restoran. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah
dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis menulis (bolpoint, pensil, spidol,
dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai bahan kimia dari
laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain.

5
Permasalahan Penangganan Sampah Kota Bandung dan alternatif Solusinya 15
Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan
harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun
5. Sampah dari Industri Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi
(bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan
produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk
pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun
memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
2. 3. Efek Samping Sampah Terhadap Manusia dan lingkungan
2. 3. 1. Samping Sampah Terhadap Manusia
Efek sampah terhadap manusia dan lingkungan menurut Agung
Suprihatin,dkk (1996 : 12-15) meliputi :
1. Dampak terhadap Kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang
memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok
bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing
yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
b) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia).
Cacing ini sebelumnya masuk kedalam pencernaan binatang ternak melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
d) Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa

6
(Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.
2. 3. 2. Efek Samping Sampah terhadap Lingkungan
Efek sampah terhadap manusia dan lingkungan menurut Agung
Suprihatin,dkk (1996 : 12-15) meliputi :

http://www.bahasapedia.org/2014/08/menjelaskan-penyebab-dan-
dampak.html
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan
gas-gas organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam
konsentrasi tinggi dapat meledak.
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
b) Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan
c) Pengeloaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).

7
d) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
e) Infrastuktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air.
Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan
cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.
2. 4. Upaya Penanggulangan Sampah Antara LSM dan Permerintah
Eldridge dalam Gaffar (2006:212) membagi LSM berdasarkan tiga model
pendekatan dalam konteks hubungan LSM dengan pemerintah yaitu:
1. Kerjasama tingkat tinggi: pembangunan akar rumput (high level partnership:
grassroots development) yang masuk dalam kategori ini pada prinsipnya sangat
partisipatif, kegiatannya lebih diutamakan dengan kegiatan pembangunan dari
pada yang bersifat advokasi.
2. Politik tingkat tinggi: mobilisasi akar rumput (high level politics: grassroot
mobilization) LSM dalam kategori ini memunyai kecenderungan untuk aktif dalam
kegiatan politik, menempatkan perannya sebagai pembela masyarakat baik dalam
upaya perlindungan ruang gerak maupun terhadap isu isu kebijakan yang menjadi
wilayah perhatiannya contohnya adalah LPS, LP3ES, WALHI, YLKI, YLBHI.
3. Penguatan akar rumput (empowerment at the grassroot) LSM dalam kategori ini
pusat perhatiannya pada usaha peningkatan kesadaran dan pemberdayaan
masyarakat akar rumput akan hak-haknya. 24 LSM merupakan lembaga/organisasi
non partisan yang berbasis pada gerakan moral (moral force) yang memiliki
peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan politik.
Secara konsepsional.

Anda mungkin juga menyukai