Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara.
Negara yang makmur, merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki masyarakat
yang juga makmur. Kemakmuran ini didukung oleh banyak faktor. Salah satunya adalah
kesehatan lingkungan masyarakat di suatu negara tersebut.

Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan


dengan semua aspek dari alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia. Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh World Health Organization sebagai:
aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam
lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teori dan praktek dalam menilai dan
mengendalikan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi
kesehatan.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan


lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang), dan sebagainya. Adapun usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia untuk
terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.

Salah satu ruang lingkup kesehatan lingkungan adalah pembuangan kotoran


manusia (tinja) yaitu berupa jamban. Jamban adalah suatu bangunan untuk membuang
dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukiman.

Jambanadalah fasilitas pembuangan tinja yang berfungsi untuk mencegah


kontaminasi ke badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja

1
tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya, mencegah buangan dari
bau yang tidak sedap dan, konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah
dibersihkan.

Dengan menggunakan jamban yang sehat dapat memberikan manfaat sebagai


berikut:menjaga lingkungan bersih,sehat, dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air
yang ada disekitarnya, tidak mengundang lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit kulit dan keracunan serta memutus siklus penyebaran penyakit yang
terkait dengan sanitasi.

Berdasarkan wilayah kerja puskesmas tanah garam, masih banyak


masyarakatnya yang berprilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan
tempat terbuka. Terutama masyarakat yang buang air besar dengan menggunakan
kantong plastic dan kemudian dibuang kesungai.

Dari uraian diatas ,maka dapatlah dikatakan yang dimaksud dengan jamban
adalah suatu bangunan yang berfungsi mengumpulkan kotoran manusia yang tersimpan
pada tempat tertentu sehingga tidak menjadi penyebab suatu penyakit atau mengotori
permukaan bumi. Kemudian jamban sangat berguna bagi manusia dan merupakan
bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya
berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak
di kelola dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meningkatkan


pengetahuan masyarakat tentang pentingnya jamban sehat terkait dengan rendahnya
kesadaran masyarakat dalam menggunakan jamban sehat diwilayah kerja Puskesmas
Tanah Garam.

Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat tersedianya jamban sehat pada penduduk di kawasan kerja


Puskesmas Tanah Garam.

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui penyebab rendahnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan
jamban sehat diwilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.

1.2.2 Tujuan Khusus


1) Mengetahui dan memahami pengertian jamban sehat
2) Mengetahui dan memahami keuntungan adanya jamban sehat
3) Mengetahui dan memahami kerugian jika tidak adanya jamban sehat
4) Mengetahui dan memahami kriteria jamban sehat
5) Meningkatkan ketersediaan jamban sehat

1.3 Manfaat
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya jamban sehat
2) Dapat menyusun rencana usulan kegiatan kedepannya.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai gambaran


tersedianya jamban sehat pada penduduk diwilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014, Puskesmas


merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanan tugas tersebut, puskesmas
menyelenggarakan fungsinya yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingakat pertama di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya Kesehatan
Masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan. UKM esensial meliputi pelayanan promosi
kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu,anak, dan
keluarga berencana, pelayanan gizi dan pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit dan memulihkan
kesehatan perorangan.

4
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
1) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
2) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
3) Hidup dalam lingkungan sehat.
4) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan Komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat
yang bekerjasama dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.

5
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggualangan penyakit.

2) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya


Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelnggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan,dan evaluasi terhadap mutu dan
akses pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkat kompetensi tenaga kesehatan.
i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.

2.2 Manajemen Puskesmas

Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang
menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif

6
dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam
pengambilan keputusan manejerial.

2.2.1 Perencanaan
1) Pengertian

Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan


strategi, kebiijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk
menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap
pengenalan siklus perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi
terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan menetukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan
kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian
terhadap tujuan secra efektif dan efisien.

2) Langkah-langkah perencanaan

Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu


sebagai berikut:

a. Analisa situasi
b. Mengidentifikasi masalah prioritas
c. Menentukan tujuan program
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
e. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

2.2.2 Pengorganisasian

1) Pengertian

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga


mempunyai peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur

7
pengguanaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan.

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan


mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi.

2) Manfaat pengorganisasian

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan


mengetahui:

a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok


b. Hubungan organisasi antar manusia yang akan terjadi antar anggota atau
staf organisasi
c. Pendelegasian wewenang
Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang kepada staf sesuai
dengan tugas pokok yang diberikan kepadanya
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi

3) Langkah-langkah pengorganisasian

Ada lima langkah pentng dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf


b. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
d. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
e. Mendelegasikan wewenang

8
2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan

1) Pengertian

Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program


(ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (yang
dirumuskan dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini lebih menekankan
bagaimana manajer mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan
yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

2) Tujuan dan fungsi pelaksanaan

Tujuan pelaksanaan yaitu

a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien


b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis

2.2.4 Pengawasan dan pengendalian

1) Prinsip Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari


proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi perencanaan.
Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang
dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu
dibandingkan dengan hasil yang dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada
kesenjangan dan penyimngan yang terjadi harus segera diatasi. Penyimpangan ini harus
dapat dideteksi secara dini dicegah, dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih
diefesiensikan dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefekti

9
2) Standar Pengawasan

Standar pengawasan mencakup :

a. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf


melaksanakan kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam
situasi yang sama di masa lalu.
b. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh
petugas yang sudah mendapat pelatihan. Satandar ini berkaitan dengan
tingkat profesionalisme staf.

3) Manfaat Pengawasan

Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi


yang akan memperoleh manfaatnya, yaitu :

a. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan


oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah
sumberdayanya sudah digunakan seusai dengan yang sudah ditetapkan.
Dalam hal ini,fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk
meningkatkan efesiensi kegiatan program
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi
kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau
diberikan pelatihan lanjutan
4) Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan
untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaannya terletak pada
sasarannya, sumber data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya.
Antara evaluasi dengan fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu

10
untuk memperbaiki efesiensi dan efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki
fungsi perencanaan.

2.3 Jamban Sehat


2.3.1 Definisi
Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan
kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak
menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Fauzia, 2000).
Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan kotoran manusia di suatu
tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan
menganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI
jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai
penularan penyakit (Kepmenkes, 2008: 852).

2.3.2 Jenis Jamban Keluarga

Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang


terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang
tercakupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat di bedakan atas beberapa
macam (Azwar, 1996).
1. Jamban Cemplung (pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan tapi kurang sempurna,
misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung masuk ke
jamban dan tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan mengotori air
tanah dibawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3 meter saja. Jarak
dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

11
Gambar 2.1 Jamban Cemplung
2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni
menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat
dengan bambu.
3. Watersealed latrine (Angsa Trine)
Jamban ini bukanlah merupakan tipe kakus tersendiri. Pada kakus ini closetnya
berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat
sehingga bau busuk dari cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus. Bila
dipakai, faecesnya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian
yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya (pit). Model ini dilengkapi
dengan lubang atau sumur resapan yang disebut septic tank. Kakus ini yang terbaik
dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
Keuntungan dari jamban ini antara lain :
a. Dapat menghindarkan atau mengurangi adanya gangguan lalat maupun serangga
lainnya
b. Dapat mengurangi timbulnya bau
c. Dapat dipasang di luar maupun di dalam rumah
d. Kebersihan akan mudah terjaga
e. Dapat dipakai secara aman oleh anak-anak

Gambar 2.2 Leher Angsa

12
4. Septic Tank
Latrine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi syarat. Septic
tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, di mana tinja dan air buangan
masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada selama
beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami dua proses,yakni :
a. Proses kimiawi
Akibat penghancuran, tinja akan direduksi dan sebagian besar (60%-70%) zat-
zat padat akan mengendap di dalam tanki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak
dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan
membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan
ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan
dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob
dapat tumbuh subur yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
b. Proses biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan
fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum.
Hasilnya, selain terbentuknya gas dan cair lainnya, adalah juga pengurangan
volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh.
Kemudian cairan enfluent yang tidak mengandung bagian-bagian dari tinja yang
memiliki BOD rendah akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke
dalan tempat perembesan.

2.3.3 Syarat Jamban Sehat


Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (Depkes RI, 2004).
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air minum.
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus.
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
tanah sekitar.

13
4) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.
6) Cukup penerang
7) Lantai kedap air
8) Ventilasi cukup baik
9) Tersedia air dan alat pembersih.

Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan


kotoran manusia harus dikelola dengan baik yaitu harus di suatu tempat tertentu atau
jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila
memenuhi persyaratan – persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mencemari air
a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
b. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari
lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
d. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
danau, sungai, dan laut

Gambar 2.3 Jarak Jamban dengan Sumber Air Bersih


2. Tidak mencemari tanah permukaan
a. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau
dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

14
3. Bebas dari serangga
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah
b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi
sarang nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang 15 amb
menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap
selesai digunakan
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
rapat oleh air
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran
d. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara teratur
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran dengan pasangan bata atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat
lain yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
a. Lantai jamban rata dan miring dari saluran lubang kotoran
b. Jangan membuang sampah, rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena
dapat menyumbat saluran
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
akan cepat penuh
d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100

15
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a. Jamban harus berdinding dan berpintu
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan

2.3.4 Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman.
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

2.3.5 Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaklah selalu dijaga dan di pelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut :
1. Lantai jamban hendaklah selalu bersih dan kering.
2. Di sekeliling jamban tidak tergenang air
3. Tidak ada sampah berserakan
4. Rumah jamban dalam keadaan baik
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7. Tersedia alat pembersih
8. Bila ada yang rusak segera di perbaiki.
Selain itu di tambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapat di lakukan
dengan (Simanjuntak, P : 1999) :
1. Air selalu tersedia dalam bak atau ember
2. Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus di siram bersih agar tidak
bau dan mengundang lalat

16
3. Lantai jamban usahakan selalu bersih dan tidak licin agar tidak membahayakan
pemakai
4. Tidak memasukan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban
5. Tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja.
Tinja adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil dari
proses pernapasan.
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman,
masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan
masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk
sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat
melalui berbagai macam jalan atau cara antara lain lewat air, tangan, lalat, dan tanah.
Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri,
kolera, cacingan (cacing gelang, kremi, pita, dan tambang) serta schistosomiasis.

2.3.6 Bangunan Jamban (Latrine / water closet)

Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari :


1. Rumah kakus : Syarat – syarat rumah kakus antara lain; Sirkulasi udara cukup,
Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar, Bangunan dapat
meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan),
Kemudahan akses di malam hari, Ketersediaan fasilitas penampungan air dan
tempat sabun untuk cuci tangan.
2. Lantai kakus : Sebaiknya diplester agar mudah dibersihkan
3. Slab : Berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Pada jamban cemplung, slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan
pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan
oleh keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat
dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang

17
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu
dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.
4. Closet : Lubang tempat faeces masuk
5. Pit : Sumur penampung faeces / cubluk
6. Bidang resapan

Gambar 2.4 Bangunan Jamban


2.3.7 Pemanfaatan Jamban

Pemanfaatan jamban berarti penggunaan atau pemakaian jamban oleh


masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Kata pemanfaatan berasal dari
kata “manfaat”. Dalam kamus bahasa Indonesia pemanfaatan diartikan sebagai proses,
cara, perbuatan memanfaatkan (2005: 711).
Berdasarkan pengertian di atas maka pemanfaatan jamban adalah perbuatan
masyarakat dalam memanfaatkan atau menggunakan jamban ketika membuang air
besar. Atau dengan kata lain pemanfaatan adalah penggunaan jamban oleh masyarakat
dalam hal buang air besar.
Pemanfaatan jamban berhubungan erat dengan bahaya yang dapat diakibatkan
oleh penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh adanya kotoran tinja manusia yang
dapat menjadi sumber penyakit.
Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup dan aman dapat menyebabkan
beberapa penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis Adan lainnya. Merupakan
penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.

18
Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui
bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia (Sutedjo, 2003).
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang di keluarkan manusia
sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain
air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Proses penularan penyakit
diperlukan faktor sebagai berikut:
1) Kuman penyebab penyakit
2) Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab
3) Cara keluar dari sumber
4) Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial
5) Cara masuk ke inang yang baru
6) Inang yang peka (suscaptible).

Bahaya buang air besar sembarangan oleh Notoatmodjo (2003: 159) digambarkan
melalui rantai penyebaran penyakit melalui kotoran tinja dan urine. Peranan tinja dalam
penyebaran penyakit cukup besar, selain dapat langsung mengkontaminasi makanan,
minuman, sayuran dan sebagainya juga mencemari air, tanah, serangga dan bagian
tubuh manusia. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran tinja manusia
antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang
dan pita), schistosomiasis, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003: 159-160).

19
BAB III

HASIL PRAKTIK KLINIK

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Tanah Garam


3.1.1 Profil Puskesmas Tanah Garam

Puskesmas Tanah Garam berdiri tahun 1975, terletak di kelurahan VI Suku,


Kecamatan Lubuk Sikarah. Rencana pembangunan awal Puskesmas Tanah Garam
adalah di kelurahan Tanah Garam, namun adanya tanah hibah dari masyarakat
kelurahan VI Suku, maka dibangunlah Puskesmas di Kelurahan VI Suku, tetapi nama
tetap Puskesmas Tanah Garam. Puskesmas Tanah Garam dibangun dengan luas tanah
1010 m2.
Topografi Kota Solok, yaitu Sungai Batang Lembang, sungai Batang Gawan dan sungai
Batang Air Binguang. Suhu udara berkisar 26,1OC sampai 28,9OC. Dilihat dari jenis
tanah 21,76 tanah di kota Solok merupakan tanah garam dan sisanya 78,24 % berupa
tanah kering.

Hasil registrasi penduduk Kota Solok tahun 2008 tercatat sebanyak 59.172 jiwa,
terdiri atas 28.989 laki-laki dan 30.173 perempuan, dengan sex ratio sebesar 0,96. Ini
berarti setiap 1.000 perempuan berbanding 960 laki-laki. Dengan luas wilayah 5.764
km2, kepadatan penduduk Kota Solok adalah sebanyak 1.026 jiwa/km2. Kecamatan
Tanjung Harapan adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar
1.223 jiwa/km2.

Batas wilayah Puskesmas Tanah Garam adalah Utara Kecamatan Nagari


Tanjung Bingkuang Aripan dan Kuncir Kabupaten Solok.

Tingkat pendidikan yang paling besar adalah universitas 9,68 %, SMA 33,64 %,
SMP 18,94 % dan tamat SD/MI 15,78 %. Masih ada 16,68 % penduduk tidak atau
belum tamat SD.Sementara itu, penduduk Kota Solok dihuni oleh suku Minang, Jawa,
Batak, tetapi yang lebih dominan adalah suku Minang. Upacara-upacara keagamaan di
Kota Solok masih ada seperti acara tolak bala, adat dalam kematian dan upacara adat
kematian Solok.

20
3.1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam

Gambar 3.1: Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam

3.1.3 Visi dan Misi


1) Visi Puskesmas Tanah Garam

Terwujudnya Puskesmas Tanah Garam yang informatif dengan


pelayanan pada masyarakat secara profesional dan bermutu dibidang pelayanan
kesehatan dasar dalam rangka menuju Puskesmas terbaik di Indonesia tahun
2020.

2) Misi Puskesmas Tanah Garam

a. Memperlancar kegiatan proses pelayanan kesehatan dasar yang bermutu


bagi perorangan (Private Goods) serta pelayanan kesehatan masyarakat
(Public Goods).
b. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses layanan kesehatan dasar di
Puskesmas melalui perbaikan yang berkesinambungan.

21
c. Memastikan akurasi data pasien dan pelanggan melalui sistem
pendokumentasian yang divalidasi dan abdating data.
d. Menghasilkan produk-produk layanan kesehatan dasar yang berinovasi.
e. Menyosialisasikan tentang kegiatan layanan kesehatan prima dan
kepuasan pelanggan.
f. Meningkatkan pemberdayaan potensi sumber daya organisasi.
g. Merencanakan dan melaksanakan setiap program dengan bersumber
pada evidence base (data berdasarkan fakta).

3.1.4 Sarana dan Prasarana

1. Fasilitas Puskesmas

1) Gedung Puskesmas

Satu buah gedung Puskesmas Tanah Garam yang terletak di Keluraham VI


Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok

2) Puskesmas Pembantu
a. Pustu Payo
b. Pustu Bandar Pandung
c. Pustu Gurun Bagan
d. Pustu Sawah Piai
e. Pustu Bancah
3) Pos Kesehatan Kelurahan
a. Poskeskel Tanah Garam
b. Poskeskel Gurun Bagan
c. Poskeskel Sinapa Piliang
4) Sarana Transportasi
a. Kendaraan Dinas Roda 4 : 2 Unit
b. Kendaraan Dinas Roda 2 : 21 Unit

22
Tabel 3.1 Data Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanah Garam

No Jenis Sarana Jumlah


1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 5 Unit
3. Poskeskel 3Unit
4. Posyandu Balita 25 Unit
5. Posyandu Lansia 12 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 2Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 21 Unit
Sumber : Profil Puskesmas Tanah Garam 2017

3.1.5 Ketenaga Kerjaan Puskesmas Tanah garam

Tabel 3.2 Tenaga yang ada di Tanah Garam Tahun 2017, yaitu:

No Jenis Ketenagaan Jumlah Keterangan

1 S2 Kesehatan 1 1 orang KTU

2 Dokter Spesialis 1

3 Apoteker 1

4 Dokter Umum 6 1 orang Kapus

5 Dokter Gigi 1

6 Sarjana Keperawatan 6

7 Sarjana Kesmas 6

8 Sarjana Kebidanan 1

9 D-III Farmasi 3

10 D-III Fisio Teraphy 1

11 D-III Gizi 4

23
12 D-III Perawat Gigi 1

13 D-III Perawat 23

14 D-III Kebidanan 19

15 D-III Analis 1

16 D-III Kesling 2

17 D-III TEM 2

18 D-III Rekam Medik 1

19 D-III Radiologi 1

20 D-III Refraksi Optisi 1

21 D1 Kebidanan 1

22 SAA 1

23 SPRG 1

24 SPK 3

25 SMA PNS 2

26 SMP PNS 1

27 Bidan PTT 4

28 Perawat Kontrak 6

29 Gizi kontrak 1

30 Bidan kontrak 7

31 Fisioterapi kontrak 1

32 Pegawai kontrak umum 16

33 Perawat sukarela 7

34 Bidan sukarela 4

Jumlah total 137

24
2. Sarana Pendukung di Luar Puskesmas

1) Sarana Pendidikan
Sarjana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam adalah
13 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 1 TPA,5 Taman Kanak-kanak (TK), 1
Sekolah Luar Biasa (SLB), 13 Sekolah Dasar (SD), 3 Sekolah Menengah Pertama
(SMP), 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 1 Perguruan Tinggi
2) Sarana Kesehatan

Tabel 3.3 Data Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanah Garam
No JENIS SARANA JUMLAH

1 Poliklinik Swasta 1

2 Bidan Praktek Swasta 10

3 Dokter Praktek Swasta 3

4 Apotek 1

3. Sasaran

Jumlah Penduduk : 22.230 orang


Jumlah Bayi : 465 orang
Jumlah Anak Balita : 2.333 orang
Jumlah PUS : 3.628 orang
Jumlah Bumil : 611 orang
Jumlah WUS : 6.211 orang
Jumlah Anak Remaja : 14.384 orang
Jumlah Lansia : 1.615 orang
Jumlah Lansia Resti : 611 orang
a. Peran Serta Masyarakat
Jumlah Posyandu : 25 buah

25
Jumlah Kader Posyandu : 108 orang
Jumlah TOGA : 3 kelurahan
Jumlah Posyandu Lansia : 11 buah
Jumlah Posbindu
 Sekolah : 1 buah
 Kantor : 1 buah
 Masyarakat : 9 orang

3.2 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas


Tanah Garam

3.2.1 Program Esensial

1) Promosi kesehatan

Kegiatan :
1. Promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas Tanah Garam.
2. Promosi kesehatan di luar gedung, berupa :
a. Usaha Kesehatan Sekolah
- Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
- Pembinaan sekolah sehat
- Pelatihan dokter kecil/kader kesehatan/PKPR
b. Pembinaan kelurahan model PHBS dan KTR (kawasan tanpa rokok)
c. Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan)
d. Penyuluhan Posyandu
e. Pelaksanaan kegiatan kelurahan siaga
f. Saka Bakti Husada

Tabel 3.4 : Hasil Kegiatan Penyuluhan Promosi Kesehatan

No. Kegiatan Pencapaian


1 Penyuluhan di dalam gedung 2 kali

26
2 UKS :
- Pembinaan UKS serta 8 kali
pelatihan dokter kecil
- Skrining siswa baru masuk (100%) 1 kali dalam
setahun
3 Penyuluhan di Posyandu 8 kali
4 Penyuluhan Keliling 3 kali
5 Penyuluhan di Kantor Camat Lubuk 1Kali
Sikarah

Tabel 3.4 : Hasil Kegiatan Penyuluhan Promosi Kesehatan Tahun 2018


No. Kegiatan Pencapaian Target

1 Penyuluhan di dalam gedung - -


2 UKS :
- Pembinaan UKS serta pelatihan dokter kecil 10 kali 104 kali

- Skrining siswa baru masuk - 100%


3 Penyuluhan di Posyandu - -
4 Penyuluhan keliling - -
5 Penyuluhan di kantor camat lubuk sikarah - -

2) Kesehatan Lingkungan

Kegiatan yang dilakukan :

1. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan :
1. Dalam gedung

27
a. Klinik sanitasi
b. Pengawasan limbah medis
2. Luar gedung
a. Kunjungan rumah
b. Pengawasan kualitas air minum
c. Inspeksi sanitasi
d. Pengawasan kualitas air
e. Pengawasan dan pembinaan TTU (tempat-tempat umum) : SD, SMP,
SMA, PT, PAUD/TK, Masjid/musholla, dan Salon/pangkas rambut.
f. Pengawasan hygiene sanitasi tempat pengolahan makanan (TPM) :
g. Rumah makan/ampere
h. Makanan jajanan
i. Penyuluhan kesehatan di sekolah
j. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan

Tabel 3.5 : Hasil Kegiatan Kesehatan Lingkungan Dibulan Januari-Juni 2018


No Program Tanah VI Sinapa Pencapaian Target (%)
Garam Suku Piliang (%)
1 Persentase rumah 70,19 91,49% 83,62 77,12% 92%
sehat % %
2 Akses air bersih 100% 90,00% 90,36 96,36% 100%
%
3 Kualitas air minum 66,67 55,56% 25,00 59,18% 75%
dipenyelenggara air % %
minum yang
memenuhi syarat
kesehatan
4 Akses terhadap 74,4% 77,8% 80,2% 75,9% 91%
fasilitas sanitasi yang
layak (jamban sehat)

28
5 Tempat-tempat umum 36,4% 33,3% 33,3% 35% 70%
yang memenuhi syarat
kesehatan
6 Tempat pengelolaan 4,44% 7,14% 0,00% 5,15% 75%
makanan

3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB


a. Kegiatan yang dilakukan :
1. Program Kesehatan Ibu

a. Kelas Ibu Hamil


b. Pelayanan ANC
c. Kunjungan Bumil Resti
d. Kunjungan Nifas
e. Pemantauan Stiker P4K/ANC Berkualitas
f. Otopsi verbal
g. Pembinaan BPJS
h. Pembinaan GSI
2. Kegiatan Program Kesehatan Anak
a. DDTK
b. Kelas Ibu Balita
c. Kunjungan rumah balita bermasalah
d. LBI
3. Kegiatan Keluarga Berencana (KB)
a. Pelayanan dan konseling
b. Penanganan komplikasi ringan

29
Tabel 3.4 : Hasil Kegiatan Program KIA Januari-Juni 2018

Target Target
Pencapaian
No Program Kegiatan Jan-Mei 2018
(%)
(%) (%)
1 Ibu K1 89,5% 91,6% 100%
K4 86% 87,1% 95%
Persalinan oleh tenaga
86,4% 80,7% 90%
kesehatan
Kunjungan Nifas 86,4% 82,5% 90%
Deteksi resiko tinggi ibu
hamil oleh tenaga 77,7% 100%
91,6%
kesehatan
Ibu hamil komplikasi
44,7% 88%
yang ditangani 73,3%
Kematian ibu hamil atau -
- -
bersalin atau nifas
2 Anak Jumlah KN 1 58% 67,5% 84%
Jumlah KN Lengkap 54,5% 67,5% 84%
DDTK 4 kali/tahun 50,3% 67,5% 90%
DDTK 2 kali/tahun 47,7% 63% 85%
Jumlah kematian neonatus - - -
Jumlah kematian bayi - - -
Jumlah kematian balita - - -

Tabel 3.7 : Hasil Kegiatan PUS KB Jan-Juni 2018


Target
No Kegiatan Pencapaian
(%)
1 Jumlah PUS 4024 -
2 Peserta KB Baru 1,9% -
3 Peserta KB Aktif 70,2% 73%

30
4 DO 0,6% -
5 KB paska salin 0,6% -
6 PUS Gakin 1002 -
7 KB aktif gakin 61,6% -

4) Perbaikan Gizi Masyarakat


1. Kegiatan yang dilakukan :

a. Penimbangan masal dan pemberian vitamin A (bulan


Februari dan Agustus)
b. Pengukuran status gizi murid TK/PAUD
c. Pengukuran status gizi siswa SLTP dan SLTA
d. Pemantauan status gizi sekolah yang mendapat PMT-AS
e. Kunjungan rumah balita gizi kurang dan gizi buruk serta Bumil
KEK
f. Pemantauan Posyandu
g. Pemberian PMT pemulihan
h. TFC
i. Pengambilan sampel garam RT untuk survey GAKI
j. Kelas gizi
k. Pemberian vitamin A
l. Pemberian tablet Fe
m. Pemantauan pertumbuhan balita

Tabel 3.6 : Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Jan-Juni Tahun 2018


No Indikator Kinerja Pencapaian Target
Kegiatan tahun 2018
1 Persentase kasus 100 41,6 100
balita gizi buruk
yang mendapat
perawatan

31
2 Persentase balita 66,8 78,8 87
yang ditimbang berat
badannya
3 Persentase bayi usia 72,8 86,1 47
kurang dari 6 bulan
mendapat ASI
Eklusif
4 Presentase rumah - 39,6 95
tangga mengonsumsi
garam beryodium
5 Presentase balita 6- 91,4 80 89
59 bulan mendapat
kapsul vitamin A
6 Presentase ibu hamil 86,1 80 95
yang mendapatkan
tablet tambahan
darah (TTD) minimal
90 tablet selama
masa kehamilan
7 Presentase ibu hamil 100 59,6 80
kurang energi kronik
(KEK) yang
mendapat makanan
tambahan
8 Presentase balita 100 73,3 85
kurus yang mendapat
makanan tambahan
9 Persentase remaja - 10,4 25
puteri mendapat TTD
10 Persentase ibu nifas 34,1 82

32
mendapat kapsul
vitamin A
11 Persentase bayi yang 19,5 47
baru lahir mendapat
IMD
12 Persentase bayi 5,1 6 6,5
dengan berat badan
lahir rendah (berat
badan < 2500 garm)
13 Persentase balita 85,8 91,6 100
mempunyai buku
KIA/KMS
14 Persentase balita 66,9 78,8 87
ditimbang yang naik
berat badannya
15 Persentase balita 17,6 7,3 6
ditimbang yang tidak
naik berat badannya
(T)
16 Persentase balita 9,5 2,1 2
ditimbang yg tidak
naik berat badannya
dua kali berturut2
(2T)
17 Persentase balita di 0,5 0,45 0,4
bawah garis merah
(BGM)
18 Persentase ibu hamil 6,25 8,33 20
anemia

33
5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
a. Kegiatan yang dilakukan :

Tabel 3.10 : Program P2M


No Program Kegiatan

1 Imunisasi a. Pelayanan imunisasi


b. BIAS
c. TT WUS
d. Sweeping
e. Pelacakan KIPI

2 P2M a. Sosialisasi P2PM dan Surveilans


b. Survey dan pemetaan wilayah TB
c. Penyegaran kader TB
d. Penyuluhan HIV/AIDS, IMS dan
TB untuk pemuda
e. PTM
f. Posbindu

3 TB a. Pelacakan kasus kontak


b. PMO

4 Rabies Pelacakan kasus

5 DBD a. Sosialisasi DBD


b. Pemantauan jentik
c. PE

6 Pneumonia Penemuan dan penanganan kasus

7 Kusta Penemuan dan penanganan kasus

8 HIV/AIDS dan Penjaringan


IMS

34
Hasil kegiatan:

Tabel 3.8 : Hasil Kegiatan P2M Januari-Juni 2018

No Program Kegiatan Pencapaian Target

Suspek : 1026
Penemuan kasus BTA (+) -
triwulan I CNR : 102

Angka bebas jentik (ABJ) 88,1% 85%

Penemuan kasus pneumonia 8 orang 213 orang

Pengobatan diare 346 orang 530 orang

Penanganan kasus DBD 24 orang -

Penemuan kasus kusta - -

P2M Penemuan kasus ISPA 1363 orang 560 orang

Rabies : kasus gigitan - -

Pemberian VAR/SAR - -

IVA 46 orang 517 orang

HIV/AIDS : kunjungan 161 -

2/100.000 x
AFP - jmlh pddk <15
th

HIV (+) - -

6) Program Imunisasi
a. Kegiatan

1) Pelayanan Imunisasi
2) BIAS
3) TT WUS

35
4) Sweeping
5) Pelacakan KIPI

Tabel. Hasil Kegiatan Imunisasi Januari-Juni tahun 2018


No Program Kegiatan Pencapaian Target

Imunisasi lengkap 63,1% 63,3%

HB 0 65,7 % 63,3%

BCG 67,1% 63,3%

Polio 1 67,1% 63,3%

DPT + HB + HiB 1 66,7% 63,3%

Polio 2 66,7% 62%

Imunisasi DPT + Hb + HiB 2 65,7% 62%

Polio 3 65,7% 62%

DPT + HB + HiB 3 65,7% 62%

Polio 4 65,4% 62%

Campak 65,3% 62%

Campak (booster) 16,4% 62%

DPT + HB + HiB (booster) 5,16% 54,3%

7) Program TB
Kegiatan :
- Penjaringa
- Pengobatan
Program :
1. didalam gedung

36
- Poli TB
 Pasien rujukan dari poli lain (rujukan interna)
Seperti dari poli umum dan poli anak
Suspek  lakukan pemeriksaan sputum
 Rujukan dari rumah sakit (rujukan eksterna)
Atau disebut TB 09 atau TB pindahan
2.. di luar gedung
- melakukan penyuluhan dan deteksi dini terhadap suspek TB dengan
melakukan pemeriksaan sputum
Kegiatan dilakukan di :
- Posyandu balita
- Posyandu lansia
- Posbindu
- Skrinning disekolah

Data target dan pencapaian kegiatan program TB diwilayah kerja


Puskesmas Tanah Garam tahun 2018.

Tabel 2.25 : Data sasaran kegiatan TB


JUMLAH PENDUDUK TARGET TARGET PERKIRAAN TARGET
NO KELURAHAN
L P JUMLAH SUSPEK CNR TB ANAK TB ANAK

1 Tanah Garam 6882 6986 13868 643 64 8 4

2 VI Suku 3367 3351 6718 310 31 4 2

3 Sinapa Piliang 837 807 1644 73 7 1 0

Total 11086 11144 22230 1026 102 13 6

37
Tabel 2.26 : Data sasaran kegiatan TB Triwulan 1

TRIWULAN I
BTA
No Kelurahan TARGET TARGET JUMLAH BTA (-)
KAMBUH EP ANAK
+ FR
SUSPEK CNR SUSPEK (+)
Tanah
1
Garam 161 16 44 2 0 0 1 2
2 VI Suku 77 8 23 2 1 0 0 0
Sinapa
3
Piliang 18 2 9 1 0 0 0 0
Total 256 26 76 5 1 0 1 2

3.2.2 Program Pengembangan (Inovasi)

Upaya pengembangan yang dilakukan di Puskesmas Tanah Garam adalah


sebagai berikut.

Tabel 3.10 : Program Pengembangan di Puskesmas Tanah Garam

1 Kesehatan Jiwa

a. Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa


b. Rujukan kasus jiwa

2 Kesehatan Indra Mata dan Telinga

a. Penemuan dan penanganan kasus


b. Rujukan

3 PKPR

a. Pelatihan kader PKPR


b. Penyuluhan dan konsultasi remaja
c. Penyulluhan dan konsultasi ke sekolah

4 Kesehatan Lansia

38
a. Pelayanan di dalam dan luar gedung
b. Pembinaan kelompok lansia
c. Senam lansia
d. Penyuluhan kesehatan lansia
e. Deteksi dini kesehatan lansia

5 Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Dalam gedung
a. Pelayanan kedaruratan gigi
b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar
c. Pelayanan medik gigi dasar
b. Luar gedung
d. UKGS
e. UKGM

39
3.4 Fokus Kajian Program Kesehatan Masyarakat

3.4.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan

wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas Tanjung Garam. Terdapat

5 upaya kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan,

kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi

masyarakat, serta pencegahan dan pengendalian penyakit. Identifikasi masalah

dilakukan pada masing-masing program wajib di Puskesmas Tanjung Garam. Pada

program esensial tersebut masih terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian.

. Beberapa masalah di Puskemas Tanah Garam yang ditemui antara lain :


a. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan jamban sehatdiwilayah
kerja Puskesmas Tanah Garam
b. Rendahnya peersentasi balita gizi kurang ditimbang yang naik berat badannya
di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam
c. Rendahnya pencapaian target penemuan kasus BTA positif diwilayah kerja
Puskesmas Tanah Garam
d. Kurangnya pencapaian pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang di
wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam

3.6 Penetapan Prioritas Masalah

Beberapa masalah yang ditemukan di puskesmas tanah garam harus ditentukan prioritas

masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas.Upaya yang

dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah menggunakan teknik

scoring sebagai berikut :

a. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)

Nilai 1 : tidak penting

40
Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

b. Seriousness ( tingkat keseriusan masalah)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

c. Growth (tingkat perkembangan masalah)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

3.4.2 Penetapan Prioritas Masalah

Tabel 3.12:Penetapan Prioritas Masalah

Urgensi Seriousness Growth


Masalah Total Prioritas
(U) (S) (G)
Rendahnya pencapaian 5 5 5 125 P1

41
target pemeriksaan IVA
pada wanita usia subur di
Puskesmas Tanah Garam
Rendahnya kesadaran 4 5 5 100 P2
masyarakat dalam
penggunaan jamban sehat
Rendahnya capaian target 5 4 4 80 P3
balita yang ditimbang
berat badannya di
wilayah kerja puskesmas
tanah garam.

Rendahnya pencapaian 4 4 4 64 P4
booster imunisasi
Pentavalen di Puskesmas
Tanah Garam

3.4.3 Penilaian Prioritas Masalah Program


Berdasarkan penilaian prioritas diatas, kami menganggap perlu adanya
modifikasi,analisis, dan upaya pemecahan mengenai rendahnya kesadaran masyarakat
dalam penggunaan jamban sehat diwilayah kerja Puskesmas Tanah Garam tahun 2018.
Berdasarkan data hasil kegiatan program akses terhadap fasilitas sanitasi yang
layak (jamban sehat) diatas dan ditambah wawancara dan diskusi dengan pemegang
program kesehatan lingkungan maka telah didapatkan beberapa penyebab dari
rendahnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan jamban sehat diwilayah kerja
puskesmas tanah garan tahun 2018.

42
Diagram Sebab Akibat Dari Ishikawa (Fishbone) Rendahnya Kesadaran
Masyarakat Dalam Penggunaan Jamban Sehat Diwilayah Kerja Puskkesmas
Tanah Garam

MAN METODA

-kebiasaan -kurangnya
masyarakat yang sosialisasi
susah untuk diubah kepada
masyarakat
-kurangngya atau
kesadaran masyarakat penyuluhan
akan pentingnya
jamban sehat

-kurangnya
pengetahuan dan Rendahnya
pemahaman kesadaran
masyarakat tentang masyarakat
jamban sehat dalam
penggunaan
jamban
sehat
diwilayah
kerja
-daerahnya puskesmas
-Media yang banyak tanah garam
kesehatan terdapat
-dana APBD kurang sungai
kurang memadai seperti
leaflet,
-dana sering
brosur, poster
disalahgunakan
dll
oleh masyarakat

MONEY SARANA LINGKUNGAN

43
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil penyebab masalah didapatkan sebagai penyebab rendahnya kesadaran


masyarakat dalam penggunaan jamban sehat diwilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.
Dari penemuan tersebut, penulis dapat merancang penetapan alternative pemecahan
masalah untuk meningkatkan angka pencapaian target.
4.1 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel.4.1: Pemecahan masalah

No Variabel Masalah Alternatif Pemecahan


Faktor Penyebab Masalah Masalah
Penyebab
1 Manusia  Kurangnya  Memberikan
pengetahuan dan penyuluhan kepada
pemahaman masyarakat
masyarakat tentang mengenai Jamban
jamban sehat Sehat
 Kurangnya  Memotivasi
kesadaran masyarakat
masyarakat akan melakukan dan
pentingnya jamban membangun jamban
sehat sehat
 Kebiasaan  Dicanangkannya
masyarakat program STBM
membuang kotoran (sanitasi total
(tinja) sembarangan berbasis masyarakat)
yang susah diubah

2 Metode  Kurangnya  Mengadakan

44
sosialisasi / penyuluhan tentang
penyuluhan kepada Jamban Sehat
masyarakat  Jadwal penyuluhan
 Melakukan secara rutin
pengamatan mengenai jamban
,wawancara , sehat yang
penyuluh langsung memenuhi syarat
dengan cara tidak ada
kunjungan ke  Meningkatkan
masyarakat ataupun kerjasama lintas
pemilik rumah sector melalui
mengenai jamban pembahasan
sehat yang program jamban
memenuhi syarat sehat
kesehatan kemudian
dilakukan pendataan.
 Kurang kerjasama
lintas sector
3 Money  Dana APBD kurang  Menyediakan dana
memadai untuk pelaksanaan
 Ketergantungan pembuatan jamban
masyarakat sehat dengan cara
terhadap bantuan Iuran didalam
 Dana yang masyarakat untuk
diberikan disalah pembuatan jamban
gunakan sehat
4 Sarana  Pemanfaatan media  Penyebaran leaflet
informasi kurang dan penempelan
maksimal poster mengenai
 Kurangnya biaya Jamban Sehat

45
untuk pembelian
sarana
5 Lingkung  Kurangnya  Memberikan
an kesadaran pemahaman kepada
keluarga & masyarakat tentang
masyarakat untuk pentingnya Jamban
membangun Sehat
jamban sehat
 Tempat tinggal
masyarakat
banyak terdapat
sungai

4.2 Plan OfAction

Berdasarkan alternative pemecahan masalah di atas, penulis membuat beberapa


perencanaan kegiatan untuk meningkatkan penggunaan jamban sehat sebagai berikut:
Tabel 4.2 Plan of Action
NO Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Volume Pelaksanaan
Kegiata
n
1 Memberikan Meningkatkan Semua Puskesm Sekali 3 Petugas
penyuluhan pengetahuan warga as, bulan promosi
kepada masyarakat masyarakat kesehatan
Posyandu
masyarakat di wilayah dan petugas
mengenai kerja penyehatan
Jamban Sehat Puskesmas lingkungan
Tanah
Garam
2 Mengadakan Peningkatan Pustu/ Puskesm Satu kali Petugas
pertemuan kerja sama puskeskel/d as setahun pemegang

46
berkala para pustu/ okter Promosi
petugas puskeskel/ Kesehatan
pustu/ dokter dan
puskeskel/ penyehatan
dokter lingkungan
3 Penyebaran Meningkatkan Seluruh Rumah Sekali Petugas
leaflet dan ketersediaan warga masyarak enam promosi
penempelan media masyarakat at bulan kesehatan,
poster atau informasi di wilayah dokter
stiker yang kerja muda, dan
mengenai berkaitan Puskesmas penyehatan
penyakit yang dengan Tanah lingkungan
dipicu oleh penyakit yang Garam
Jamban tidak dipicu oleh
sehat Jamban tidak
sehat

4 Pengalokasia Memudahkan Kepala Puskesm Setahun Petugas


n dana untuk pelaksanaan puskesmas as sekali pemegang
penyuluhan program program
Jamban Sehat penyuluhan Promosi
Kesehatan

47
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase tidak tercapainya target dalam


pencapaian ketersediaan jamban sehat di kelurahan Sinapa Piliang di wilayah kerja Puskesmas
Tanah Garam. Penyebab kurangnya tersebut, dari hasil wawancara pada pemegang program
Penyehatan Lingkungan di Puskesmas dan masyarakat Tanah Garam, pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang Jamban Sehat masih kurang. Kurangnya sosialisasi penyuluhan,
kurangnya biaya, pemanfaatan media informasi yang kurang maksimal, kurangnya kesadaran
keluarga dan masyarakat akan pentingnya jamban sehat dan kebiasaan masyarakat yang buang
air besar sembarangan susah untuk diubah.

5.2 Saran
Agar program-program kerja di puskesmas dapat berjalan dengan baik dan masalah dapat
teratasi, maka penulis menyarankan:
1. Melakukan koordinasi antar program/lintas program dan tokoh masyarakat/lurah (lintas
sector)
2. Melakukan pembangunan MCK plus dan pemeliharaannya
3. Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya jamban sehat
4. Penyebaran leaflet dan menempel poster ataupun brosur mengenai jamban sehat.
5. Melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan cara menanamkan kesadaran kolektif
bahwa sanitasi itu penting dan merupakan masalah kita bersama.

48
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI.2004.Manajemen Puskesmas 2004.Jakarta: Depkes RI.


2. Dinas Kesehatan Kota Solok Provinsi Sumatera Barat. 2017.”Profil Kesehatan Kesehatan
Kota Solok. Solok: Dinas Kesehatan Kota Solok.
3. Laporan Tahunan Program Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Diwilayah Kerja
Puskesmas Tanah Garam 2017.
4. http://eprints.uny.ac.id/7579/2/bab%201-09404247003.pdf. Diunduh tanggal 20 juni
2018
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34617/chapter%201.pdf;jsessioni
d=31DC833358FF5A6D78528C7276661E953?sequence=5. Diunduh Tanggal 20 Juni
2018
6. Juklak Program Sanitasi Total Dan Pemasaran Sanitasi(SToPS),WSP, 2008.
7. Azwar, A. Pengantar Ilmu Kesehatan,1983. Jakarta.
8. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Direktorat Jenderal PPM dan PL. 2003.

49
DOKUMENTASI KEGIATAN

50

Anda mungkin juga menyukai