Anda di halaman 1dari 3

Kisah Adam dan Hawa sudah sedemikian melegenda.

Sehingga hampir semua kita


menerima begitu saja. Meskipun banyak di antara cerita itu ada yang tidak masuk akal. Di
antaranya yang paling sering didengar adalah bahwa Adam diciptakan Tuhan dari tanah liat
yang dibentuk seperti boneka. Kemudian ditiupkan kepadanya ruh. Sambil diucapkan Kun
fayakun. Maka jadilah Adam manusia dewasa yang hidup seketika itu juga. Selanjutnya
Adam ditempatkan dalam surga dan hidup sendirian di istana yang indah. Maka Tuhan pun
menjadikan Hawa dengan cara mengambil tulang rusuk Adan lalu mengucapkan kata Kun
maka jadilah Hawa sebagai manusia dewasa yang hidup.

Di surga Adam dan Hawa hidup bahagia dan serba kecukupan sampai suatu saat iblis
menggoda keduanya dan membisikan untuk memakan buah dari pohon yang dilarang oleh
Allah SWT. Maka benarlah, ketika mereka berdua memakan buah itu tiba-tiba secara
langsung baju yang mereka pakai langsung menghilang terlihat auratnya. Mereka memetiki
daun-daunnya untuk menutupi tubuh mereka. Adam dan Hawa pun mengenakan pakaian
daun-daun surga.

Legenda tetap saja legenda, tak ada yang berhasil menguak secara memuaskan. Ada
beberapa pertanyaan yang selama ini menjadi perdebatan atas legenda Adam dan Hawa,
terutama dikalangan Islam. Sebenarnya, di manakah Adam dan Hawa diciptakan ? Di surga
ataukah di Bumi ? ataukah surga yang dimaksudkan dengan surga nabi Adam itu adalah
sebuah taman yang indah di muka Bumi ? sehingga, bahan dasar penciptaannya pun dari
tanah Bumi. Benar jugakah Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam ? benarkah Adam dan
Hawa terusir dari surga karena perbuatan dosa memakan buah itu sehingga, seandainya
mereka tidak memakan buah itu kita semua bakalan hidup di surga selamanya. Dan benarkah
Adam adalah manusia pertama yang menurunkan kita semua? Apakah sebelum adam tak ada
kehidupan sebelumnya?

Simpang siurnya pemahaman tentang penciptaan Adam disebabkan oleh beberapa hal
di antaranya adalah bercampurnya informasi dari ketiga agama besar keturunan Ibrahim –
Yahudi, Nasrani, dan Islam. Yang kedua kesimpangsiuran itu juga disebabkan oleh tidak
utuhnya kita dalam menyerap informasi sesuai petunjuk Al-Qur’an. Banyak di antara kita
yang alergi untuk memahami Al-Qur’an dari sudut pandang ilmiah dengan alasan bahwa al-
Qur’an adalah sebuah kebenaran mutlak dari Allah SWT. Padahal banyak ayat-ayat Al-
Qur’an yang bersifat ilmiah. Prediksi-prediksinya tentang banyak hal ke masa depan luar
biasa akurat dan mencengangkan, seperti bidang kosmologi, astronomi, biologi, kedokteran,
kimia, metalurgi sampai perkembangan biomolekuler mutakhir sangat mengagumkan. Hal ini
telah dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan Islam di jaman keemasan khalifah Islamiyah.

Islam tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan. Dalam segala bidang kehidupan ,
ilmu pengetahuan sosial maupun pengetahuan alam dunia maupun akhirat. Maka, dalam
memahami asal usul manusia dari ayat-ayat Al-Qur’an pun kita harus menggunakan
perspektif ilmu pengetahuan. Dengan cara itu bakal terjadi penafsiran dinamis seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

Informasi tentang penciptaan manusia pertama di dalam Al-Qur’an menjadi


kontroversi sepanjang sejarah karena tidak dijelaskan secara eksplisit. Ayat-ayat yang
bercerita tentang penciptaan manusia tersebar dalam ratusan ayat. Maka banyak misteri yang
disamarkan oleh Allah di seputar penciptaan manusia. Mulai dari dimanakah manusia
diciptakan, kapan diciptakan, sekali jadi atau lewat proses yang panjang, benarkah dia
diciptakan di surga. Pemahaman yang dibangun selama ini bahwa surga itu terletak di suatu
alam ghaib di langit sana. Pendapat ini terimbas oleh cerita-cerita tradisional bahwa alam
Tuhan itu berada di langit seiring dengan alam dewa-dewi dalam cerita pewayangan yang
diadaptasi dari agama luar Islam.

Konsep seperti itu bukan konsep Islam. Melainkan konsep agama-agama pagan yang
justru diluruskan oleh datangnya Islam yang dibawa oleh nabi Ibrahim. Agama Pagan adalah
agama yang menyembah dewa-dewi dan unsur alam. Ini bukan konsep Al-Qur’an karena di
dalam Islam dan Al-Qur’an Allah digambarkan sebagai Dzat Maha Besar yang tidak
menempati ruang, justru meliputi ruang. Di dalam beberapa ayat, justru Allah digambarkan
memenuhi seluruh ruang, justru ruang itu yang berada di dalam-Nya.

Salah satu kepemahaman agama pagan yang melekat dalam Islam tentang keberadaan
surga yang berada di atas langit ( jauh dari bumi ). Islam sebenarnya tidak pernah
mengajarkan pemahaman seperti itu karena dalam Al-Qur’an surga dipersepsi dengan sangat
realistik. Sangat fisikal dengan gambaran keindahan bumi, sekaligus keindahan batiniah yang
menyentuh alam jiwa kita yang paling dalam.

Kata surga dalam bahasa Indonesia memiliki konotasi yang berbeda dengan kata
“Jannah” dalam bahasa Arab. Kata surga diadaptasi dari pemahaman Hindu yaitu Swargaloka
yang menunjukan kepada negeri dewa-dewi di langit. Sedangkan kata “Jannah” menunjuk
kepada taman indah yang berada di muka bumi. Konsepnya sudah sangat berbeda,
Swargaloka mengarah kepada pemahaman bersifat fantasi dan jauh sedangkan jannah
bersifat realistis dan dekat. Entah kenapa Jannah dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
menjadi surga yang justru diambil dari pemahaman agama pagan. Di dalam Al-Qur’an yang
berbahasa Inggris terjemahannya justru lebih dekat menjadi garden yang berarti taman.

Oleh karena itu surga yang didiami nabi Adam dan Hawa itu adalah sebuah taman
indah yang berada di muka bumi. Sebuah taman yang ideal untuk bisa memperoleh
kebutuhan hidupnya secara mudah dan penuh kenikmatan.

Anda mungkin juga menyukai