Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PTK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)


DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR X BOGA 2 PADA MATA PELAJARAN
KESELAMATAN, KESEHATAN, KEAMANAN KERJA (K3) DAN HIGENE SANITASI
DI SMK N 6 SEMARANG
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah PTK

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh :
ROHMI RODHIYATUN
5401412020
PKK TATA BOGA (S1)

PKK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
USUL PENELITIAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

1. Judul Penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)


dalam Meningkatkan Hasil Belajar X Boga 2 Pada Mata Pelajaran Keselamatan, Kesehatan,
Keamanan Kerja (K3) dan Higene Sanitasi di SMK N 6 Semarang.

2. Nama Lengkap Peneliti : Rohmi Rodhiyatun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. NIM : 5401412020

5. Jabatan : Mahasiswa

6. Fakultas / jurusan : Teknik / Pkk Tata Boga

Semarang, 12 Juni 2015


Mengetahui,
Ketua Jurusan PKK Pelaksana,

Dra. Wahyuningsih, M.Pd, Rohmi Rodhiyatun


NIP. 19600808198601200 5401412020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keselamatan, Kesehatan, dan Keamanan Kerja (K3) adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Tujuan pembelajaran K3 di SMK N 6 Semarang adalah membekali siswa untuk
dapat memahami dan mengetahui betapa pentingnya unsur keselamatan, kesehatan dan
keamanan dalam melakukan suatu kegiatan. Melalui proses ini diharapkan dapatdiperoleh
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP).Dari hasil observasi dan wawancara tanggal 18 Mei 2015 dengan guru
mata pelajaran K3 di SMK N 6 Semarang, diperoleh keterangan mengenai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) pembelajaran K3 adalah sebesar 75 dan selama ini metode
yang digunakan dalam pembelajaran Keselamatan, Kesehatan, dan Keamanan Kerja (K3)
masih banyak menggunakan metode ceramah,sehingga peserta didik dalam kegiatan belajar
cepat menjadi bosan serta cenderung pasif. Guru lebih banyak menjelaskan, menggambarkan
dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang dibahas. Guru belum menunjukkan
usaha memanfaatkan media dalam rangka menjelaskan dan memberikan contoh pemecahan
masalah serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktifitas dalam proses
belajar seperti mengajukan pertanyaan, berdiskusi, melakukan presentasi, dan mengambil
kesimpulan mengenaikonsep/materi yang dibahas.Salah satu dampak dari kondisi seperti ini
adalah rendahnya pencapaian nilai hasil belajar K3. Rata-ratahasil belajar mata pelajaran K3
masih rendah yaitu 62,75 padahal yang diharapkan adalah 75, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya:1. Pembelajaran yang dilakukan selama ini dilakukan cenderung
ceramah. Variasi yang dilakukan hanya berupa siswa belajar kelompok dan mandiri (tugas
mencari data melalui internet) kemudian tugas dikumpulkan tanpa pembahasan masalah yang
telah didapatkan siswa. Pembelajaran belum divariasi dengan metode yang lain seperti
Problem Based Instruction,hal ini dapat dilihat dalam kemampuan siswa dalam menganalisis
atau memahami permasalahan.2.Pelaksanaan pembelajaran cenderung kurang melibatkan
siswa, hal ini dapat dilihat dari belum optimalnya siswa yang berprestasi untuk membantu
siswa lain yang kesulitan dalam pembelajaran. 3.Perhatian siswa terhadap materi belum
terfokuskan, hal ini disebabkan kondisi pembelajaranyang monoton atau searah TCL
(Teacher Centered Learning) sehingga siswa kurang memahami materi yang diberikan dan
berdampak pada ketercapaian nilai hasil belajar siswa yang tidak dapat memenuhi
KriteriaKetuntasan Minimal (KKM).Dari observasi hasil penelitian awal tersebut, terlihat
bahwa keberhasilan pembelajaran belum tercapai. Salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pembelajaran adalah diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mendukung
situasi pembelajaran, agar pembelajaran menjadi menarik, mudah di pahami dan
menyenangkan.Oleh karena itu, seorang guru dituntut melakukan e-journal boga. Inovasi-
inovasi terhadap kegiatan belajar mengajar agar siswa tidak mengalami kejenuhan dalam
menerimapenjelasan materi pelajaran yang diberikan oleh guru.Maka dari itu, sebagai
seorang guru harus bisa memilih metode yang ada sesuai dengan kebutuhan sekolah.Metode
pembelajaran yang baik adalah metode yang memperhatikan situasi dan kondisi
pembelajaran. Dengan metode yang baik siswa akan menjadi mudah menerima materi
pembelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan tercapai dengan
maksimal.Menurut Dewey (dalam Trianto, 2007:67), belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah, belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah
sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga
masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan
baik. Pengalaman siswa yang diperoleh darilingkungan akan menjadikan kepadanya bahan
dan materi guna memperoleh pengertian dan bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Dilihat dari aspek psikologi belajar, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Dan belajar bukanlah semata-mata
proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu
dengan lingkungan(Sanjaya, 2008: 213). Oleh karena itu, guru harus mendorong siswa untuk
terlibat dalam tugas-tugas berorientasi masalah melalui penerapan konsep dan fakta,serta
membantu menyelidiki masalah autentik dari suatu materi. Permasalahan autentik dapat
diartikan sebagai suatu masalah yang kompleks yang merupakan masalah kehidupan nyata
yang ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari atau masalah yang mungkin akan
dihadapi siswa dalam kehidupannya nanti.Materi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) merupakan salah satu kajian materi K3 kelas X semester I siswa SMK. Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan(P3K) merupakan materi dengan konsep yang fenomenanya dapat
diamati dan sering kali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan ciri
pembelajaran berdasarkan masalah yaitu bertujuan memecahkan masalah sehari-hari atau
masalah autentik,sehingga siswa akan terbiasa dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-
harinya. Dengan penerapan pembelajaran problem based instruction, guru berusaha
menunjukkan kepada siswa bahwa materi P3K pada dasarnya adalah dekat, konkret dan
berkaitan langsung dengan pengalaman yang ada dalam kehidupan sehari-hari.Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kajian tersebut sehingga
pembelajaran yang berlangsung di SMKN 6 Semarang dapat menjadikan peserta didik
tertarik dengan pelajaran K3 dan dapat menganalisis masalah yang terdapat dalam soal.
Untuk itu peneliti akan mengadakan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar X Boga 2 Pada Mata
Pelajaran Keselamatan, Kesehatan, KeamananKerja (K3) Dan Higiene Sanitasi Di SMK
Negeri 6 Semarang.

1.2 Rumusan dan Pemecahan Masalah


1.2.1 Rumusan Masalah
1.2.1.1 Bagaimana penerapan model Problem Based Instruction (PBI) dalam mata pelajaran Keselamatan,
Kesehatan, Keamanan (K3) dan higene sanitasi ?
1.2.1.2 Seberapa besar penerapan model Problem Based Instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar
dalam mata pelajaran Keselamatan, Kesehatan, Keamanan (K3) dan higene sanitasi ?
1.2.2 Cara Pemecahan Masalah
Guna mengatasi masalah-masalah yang di hadapi untuk meningkatkan hasil belajar kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja di gunakan model problem based instruction (PBI).

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Penerapan model Problem Based Instruction (PBI) dalam mata pelajaran Keselamatan, Kesehatan,
Keamanan (K3) dan higene sanitasi.
1.3.2 Seberapa besar penerapan model Problem Based Instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar
dalam mata pelajaran Keselamatan, Kesehatan, Keamanan (K3) dan higene sanitasi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat di manfaatkan untuk memperluas teoriyang telah ada, dan dapat di
manfaatkan pada mata pelajaran higene dan sanitasi khususnya atau mata pelajaran lain yang serumpun.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.1.1 Bagi pihak sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meninkatkan hasil belajar
siswa.
1.4.1.2 Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah informasi akan pengetahuan serta pengalaman yang
mendukung untuk penelitian lebih lanjut.
1.4.1.3 Bagi siswa
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna meningkatkan hasil belajar X
Boga 2.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja (K3)
Keselamatan, Kesehatan, dan Keamanan Kerja (K3) adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Tujuan pembelajaran K3 adalah membekali siswa untuk dapat
memahami dan mengetahui betapa pentingnya unsur keselamatan, kesehatan dan keamanan
dalam melakukan suatu kegiatan.

2.1.2 Model problem based instruction (PBI)


2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan
masalah otentik (Arends et al., 2001). Suatu pembelajaran yang berdasarkan pada
prinsip penggunaan masalah sebagai sebuah titik awal untuk perolehan dan
pengintegrasian pengetahuan baru (H.S. Barrows, 1982).
Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik,
siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,
mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual
atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. Peranan guru sebagai pembimbing dan
negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses
pendefinisian dan pengklarifikasian masalah. Sarana pendukung model pembelajaran ini
adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk
guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model
analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata
untuk itu.
Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) disebut
juga Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Model pembelajaran ini mengangkat satu
masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik
diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif. Secara
garis besar PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru dalam PBI adalah mengajukan masalah,
memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa. PBI
diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana
dan mengundang berbagai pemecahan yang bersaing.
2.1.2.2 Ciri-ciri utama PBI
 Question Or Problem Posing (Pengajuan Pertanyaan Atau Masalah)
Interdisciplinary Focus (Memusatkan Pada Keterkaitan Antar Disiplin Ilmu)
Authentic Investigation (Penyelidikan Autentik)
Collaboration (Kerjasama)
Production Of Artifacs And Exhibits (Menghasilkan Karya Dan Peragaan/Pameran)
2.1.2.3 Kelebihan
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar
diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
4. Siswa berperan aktif dalam KBM
5. Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut.
6. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berfikir siswa yang lebih tinggi
7. Pembelajaran lebih bermakna
8. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang
diselesaikan merupakan masalah sehari-hari
9. Menjadikan siswa lebih mandiri
10. Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat
orang lain
11. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat
2.1.2.4 Kelemahan
. 1. Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
4. Membutuhkan waktu yang banyak
5. Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan PBI
6. Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa
yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll
7. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
8. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa
perkelas.
2.1.2.5 Tingkah Laku Mengajar dengan Model Pembelajaran PBI
TABEL SINTAKS MODEL PBI
FASE-FASE TINGKAH LAKU GURU
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
FASE 1 memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
Orientasi siswa kepada masalah pemecahan masalah yang dipilih.
FASE 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasikan siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang
belajar berhubungan dengan masalah tersebut.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
FASE 3 informasi yang sesuai, melaksanakan
Membimbing penyelidikan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan
individu maupun kelompok pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
FASE 4 menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
Mengembangkan dan video, dan model dan membantu mereka untuk
menyajikan hasil karya berbagi tugas dengan temannya.

FASE 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi


Menganalisis dan mengevaluasi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses pemecahan masalah proses-proses yang mereka gunakan.

2.1.3 Mata pelajaran higene dan sanitasi


Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi
kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan
ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah
konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan
pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
2.1.4 Hasil belajar
2.2 Kerangka berpikir
Penerapan model pembelajaran problem based instruction (PBI), dengan mengangkat
satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik, di harapkan
siswa dalam proses belajar mengajar dapat mengikuti pembelajaran sangat antusias, dengan
demikian materi yang disampaikan dapat diserap dengan baik.
Dalam model pembelajaran ini siswa mampu mengangkat satu masalah aktual sebagai
satu pembelajaran yang menantang dan menarik dan dapat belajar memecahkan masalah
tersebut secara adil dan obyektif.
Berdasarkan penerapan model PBI di harapkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
keselamatan, kesehatan, keamanan (K3) dapat meningkat, yang akhirnya dapat berdampak
pada peningkatan prestasinya.
2.3. Hipotesis tindakan
Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu : “Dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) , hasil belajar keselamatan,
kesehatan, keamanan kerja (K3) dan higene sanitasi siswa akan meningkat.
2.3.1 Hipotesis Ha
Dengan model pembelajaran problem based instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar X
Boga 2 SMK N 6 Semarang.
2.3.2 Hipotesis Ho
Dengan model pembelajaran problem based instruction (PBI) tidak dapat meningkatkan hasil
belajar X Boga 2 SMK N 6 Semarang.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan/Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian tindakan kelas merupakan
pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2008: 3). Perencanaan awal berupa telaah terhadap mata
pelajaran K3 di kelas X Boga 2 untuk memperoleh data tentang keterampilan guru, aktivitas siswa,
respon siswa, dan hasil belajar siswa, kemudian peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2015. Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah dan silabus pembelajaran mata
pelajaran K3 kelas X semester genap. Adapun yang digunakan sebagai tempat penelitian
adalah SMK Negeri 6 Semarang. Subjek pelaku tindakan adalah peneliti dibantu dengan
guru pembimbing mata pelajaran K3 di kelas X Boga 2 SMKN 6 Semarang, sedangkan subjek penerima
tindakan adalah siswa kelas X Boga 2 SMKN 6 Semarang yang berjumlah 39 peserta didik.

3.2 Sasaran dan Lokasi Penelitian


3.2.1 Sasaran Penelitian
Sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas X Boga 2 SMK 6 Semarang Tahun akademik 2014/2015.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian di laksanakan pada semester genap tahun akademik 2014/2015.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di kelas X Boga 2 SMK N 6 Semarang.

3.3 Faktor yang Diteliti


Faktor yang di teliti pada penelitian ini adalah hasil belajar pada mata pelajaran kesehatan, keamanan,
keselamatan (K3) melalui penerapan model problem based instruction (PBI). Pembelajarn di laksanakan
pada semester genap dengan jumlah pertemuan 2 jam pelajaran (1 jam pelajaran : 45 menit).

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Siklus 1
3.4.1.1 Perencanaan
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran kesehatan, keselamatan, keamanan kerja (K3)
dengan model pembelajaran problem based instruction (PBI) menyiapkan siswa untuk dapat mengangkat
masalah aktual dan dapat memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif.
3.4.1.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada awal tahap ini guru menyampaikan materi tentang K3 secara jelas, kemudian guru
meberikan beberapa permasalahan agar siswa dapat memecahkan permasalahan tersebut secara individu.
Pada saat siswa dalam proses mencari solusi/pemecahan untuk permasalahan tersebut guru tetap berada di
kelas dan mengawasi siswa agar siswa bekerja sungguh-sungguh dan fokus pada permasalahan tersebut.
Saat siswa telah menyelesaikanya guru langsung membahas hasil kerja siswa agar guru dapat mengetahui
mana siswa yang sudah paham atau yang belum.
3.4.1.3 Observasi/Evaluasi
Observasi di laksanakan pada saat guru memberikan materi dan pada saat proses PBI di jalankan
yang di tujukan untuk siswa.
3.4.1.4 Refleksi
Hasil yang di peroleh pada tahap observasi/evaluasi , di analisis dan dilakukan refleksi, apakah
kegiatan pembelajaran yang telah di lakukan dapat meningkatkan pembelajaran kesehatan, keselamatan
dan keamanan (K3) atau belum, selain itu apakah masih ada kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model PBI tersebut. Apabila hasil pembelajaran pada siklus pertama
belum sesuai dengan apa yang di harapkan, maka akan di lanjutkan kegiatan siklus kedua dengan
memperhatikan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan hasil refleksi pada siklus pertama.
3.4.2 Siklus II
3.4.2.1 Perencanaan
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran kesehatan, keselamatan, keamanan kerja (K3) dengan
model pembelajaran problem based instruction (PBI) menyiapkan siswa untuk dapat mengangkat masalah
aktual dan dapat memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif.
3.4.1.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada awal tahap ini guru menyampaikan materi tentang K3 secara jelas, kemudian guru meberikan
beberapa permasalahan agar siswa dapat memecahkan permasalahan tersebut secara individu. Pada saat
siswa dalam proses mencari solusi/pemecahan untuk permasalahan tersebut guru tetap berada di kelas dan
mengawasi siswa agar siswa bekerja sungguh-sungguh dan fokus pada permasalahan tersebut. Saat siswa
telah menyelesaikanya guru langsung membahas hasil kerja siswa agar guru dapat mengetahui mana siswa
yang sudah paham atau yang belum.
3.4.1.3 Observasi/Evaluasi
Observasi di laksanakan pada saat guru memberikan materi dan pada saat proses PBI di jalankan yang di
tujukan untuk siswa.
3.4.1.4 Refleksi
Hasil yang di peroleh pada tahap observasi/evaluasi , di analisis dan dilakukan refleksi, apakah
kegiatan pembelajaran yang telah di lakukan dapat meningkatkan pembelajaran kesehatan, keselamatan dan
keamanan (K3) atau belum, selain itu apakah masih ada kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model PBI tersebut. Apabila hasil pembelajaran pada siklus pertama
belum sesuai dengan apa yang di harapkan, maka akan di lanjutkan kegiatan siklus kedua dengan
memperhatikan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan hasil refleksi pada siklus pertama

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu : tes hasil belajar dan observasi
aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran K3. Sedangkan instrument yang di gunakan untuk mengumpulkan
data yaitu: lembar soal tes yang berbentuk tes yang berbentuk esay dan lembar observasi aktifitas siswa dalam
mengikuti mata pelajaran K3.

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif presentase dengan
menggunakan table dan diagram.

3.7 Indikator Keberhasilan


Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang di tunjukan dengan hasil tes penguasaan kompetensi dasar
yang di peroleh mencapai >75 sebanyak 70% setelah di lakukan tindakan selama 2 siklus.

Anda mungkin juga menyukai