Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kelompok penulis dapat menyelesaikan
“Panduan praktik pendekatan konseling Solution Focused Brief Counseling
(SFBC)” dengan baik. Kelompok penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan panduan praktik pendekatan konseling ini, semoga
mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.
Kelompok 4 - SFBC
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .............................................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan............................................................................................ 4
LAMPIRAN ......................................................................................................... 29
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling adalah proses membantu individu dalam mengatasi
permasalahan yang sedang dialami dan juga membantu mencapai tugas
perkembangan yang optimal dengan menggunakan potensi yang ada dalam
dirinya (APA, 1956). Rogers dan Cavanagh (dalam Komalasari, 2014:10)
menyatakan bahwa konseling merupakan hubungan professional antara
konselor dan konseli yang didalamnya terdapat proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan-tujuan konseling. Dari dua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada konseli agar dapat mengatasi
masalah yang dialami dan mampu mencapai tugas perkembangan yang optimal
dengan menggunakan sumber-sumber dirinya melalui wawancara konseling.
Lebih lanjut, tujuan konseling menurut George dan Christiani (dalam
Awalya, 2013:5) diantaranya: (1) membantu mengubah perilaku, (2)
meningkatkan kemampuan individu dalam membina dan memelihara
hubungan, (3) meningkatkan efektivitas dan kemampuan klien, (4)
mengembangkan proses pengembangan pengambilan keputusan, (5)
meningkatkan potensi dan pengembangan individu. Keunikan proses konseling
yang tidak sama dengan pemberian nasehat dan lebih mengusahakan
perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola-
pola hidup inilah yang menjadikan tugas konselor tidak saja memberi solusi
akan tetapi koselor selalu berusaha melihat potensi yang ada pada individu.
Melihat hal tersebut secara eksplisit ditunjukkan bahwa proses konseling
perlu dibekali pengetahuan yang menunjang pelaksanaan proses konseling.
Pengetahuan tersebut meliputi pemahaman tentang hakikat manusia,
pendekatan konseling, teknik konseling, psikologi perkembangan dan lain
sebagainya. Hal tersebut merujuk bahwa tidak semua orang dapat
melaksanakan konseling. Konseling hanya dapat dilakukan oleh seorang
1
profesional yang memiliki keterampilan dan kompetensi tertentu dalam bidang
konseling. Kompetensi yang perlu dimiliki oleh konselor ialah kompetensi
professional dan akademik yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Salah
satu kompetensi professional yang perlu dimiliki oleh konselor menurut
Permendiknas No 27 tahun 2008 ialah menguasai kerangka teoretik dan praksis
bimbingan dan konseling yang didalamnya terdapat indikator mampu
mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, pemahaman konselor tentang
pendekatan atau model konseling perlu dimiliki karena dalam melaksanakan
konseling individu, sasaran yang dilayani oleh konselor adalah individu yang
berkembang, sehingga dalam menyusun strategi intervensi perlu
dipertimbangkan konsep hakikat manusia, asumsi perilaku sehat dan
bermasalah, tujuan intervensi, tahapan yang perlu dilakukan sehingga tujuan
diselenggarakan pelayanan konseling individu dapat tercapai dengan maksimal.
Fakta empirik yang terjadi di lapangan, konseling hanya berlangsung
kurang lebih selama 20 menit dan konselor sering terjebak pada kondisi
pemberian saran atau nasehat sehingga belum memberdayakan sumber-sumber
dari individu untuk mengatasi masalah atau mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Lebih lanjut, konseling berisi nasihat karena konselor belum dapat
mengaplikasikan pendekatan dalam proses konseling. Konseling dianggap
berhasil apabila telah ditemukan solusi tanpa mempertimbangkan apakah
konseli telah menemukan insight tertentu setelah proses konseling, sehingga
apabila konseli menjumpai masalah yang sama dapat menemukan solusi secara
mandiri.
Hal inilah yang menjadikan rasionel perlunya pemahaman tentang
pendekatan dalam konseling supaya konselor memiliki guideline yang akan
mempermudah langkah kerja dalam melayani konseli sehingga tidak salah
dalam melakukan treatment karena sudah berada pada koridor yang secara
teoritik teruji kevaliditasannya.
Banyaknya tugas dan administrasi yang perlu dilakukan oleh guru BK
membuat guru BK terhambat dalam melayani siswa pada proses konseling di
2
sekolah, akibatnya proses konseling tidak optimal sehinga diperlukan sebuah
pendekatan yang efektif dalam memecahkan masalah yang dialami oleh siswa.
Sebuah pendekatan yang lebih berfokus pada solusi dan mendayagunakan
potensi konseli untuk mengkonstruk solusi. Pendekatan Solution Focused Brief
Counseling membangun harapan dan optimis dengan membuat ekspektasi
positif dalam melakukan perubahan, sehingga dalam proses konseling siswa
langsung diarahkan pada pendayagunaan potensi untuk menyelesaikan masalah
yang dialaminya.
Penyusunan panduan ini dimaksudkan memberikan gambaran yang jelas
dan spesifik tentang pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC).
Pendekatan SFBC menekankan pada penggalian tentang potensi konseli yang
arahnya kepada penyusunan solusi. Karena pada hakikatnya pendekatan SFBC
memandang bahwa individu mampu mengkonstruktiskan realitas atau
kebenaran sesuai apa yang dipersepsikan oleh individu tersebut, sehingga bukan
keadaan yang menjadikan individu bermasalah namun cara individu
mempersepsikan pendekatan tersebut. Dengan adanya panduan ini diharapkan
dapat mempermudah konselor dalam melaksanakan konseling dengan
pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam panduan praktik pendekatan konseling
pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) diantaranya:
1. Siapakah pengembang teori pendekatan Solution Focused Brief
Counseling (SFBC)?
2. Bagaimana konsep dasar pendekatan Solution Focused Brief Counseling
(SFBC)?
3. Bagaimana asumsi individu bermasalah pada pendekatan Solution
Focused Brief Counseling (SFBC)?
4. Bagaimana tujuan konseling pada pendekatan Solution Focused Brief
Counseling (SFBC)?
3
5. Bagaimana tahapan dalam proses konseling pada pendekatan Solution
Focused Brief Counseling (SFBC)?
6. Teknik apa saja yang terdapat dalam pendekatan Solution Focused Brief
Counseling (SFBC)?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan panduan praktik konseling pendekatan Solution
Focused Brief Counseling (SFBC) ialah :
1. Untuk mengetahui pengembang teori pendekatan Solution Focused Brief
Counseling (SFBC)
2. Untuk mamahami konsep dasar pendekatan Solution Focused Brief
Counseling (SFBC)
3. Untuk memahami asumsi bermasalah individu dari sudut pandang
pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC).
4. Untuk mengetahui tujuan konseling pada pendekatan Solution Focused
Brief Counseling (SFBC)
5. Untuk memahami tahapan dalam proses konseling pada pendekatan
Solution Focused Brief Counseling (SFBC).
6. Untuk memahami teknik konseling yang dapat digunakan pada
pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC).
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penyusunan panduan praktik konseling pendekatan
Solution Focused Brief Counseling (SFBC), diantaranya:
1. Bagi konselor
a) Memiliki pemahaman yang komprehensif tentang pendekatan Solution
Focused Brief Counseling (SFBC)
b) Memiliki pandangan yang cukup spesifik dalam mengimplemetasikan
pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) pada proses
konseling
4
2. Bagi pembaca (umum)
a) Menambah wawasan tentang pendekatan Solution Focused Brief
Counseling (SFBC)
b) Menambah referensi kajian teori tentang pendekatan Solution Focused
Brief Counseling (SFBC)
E. Sasaran Penulisan
Sasaran penulisan panduan praktik konseling pendekatan Solution
Focused Brief Counseling (SFBC) ditujukan untuk :
1. Konselor
Sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan praktik konseling yang
menggunakan pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)
di sekolah.
2. Mahasiswa BK
Sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan praktik konseling yang
menggunakan pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)
pada mata kuliah terkait atau pelaksanaan praktik pengalaman lapangan
(PPL).
3. Kepala Sekolah dan pengawas
a. Memberikan gambaran bahwa konseling memiliki SOP yang
jelas
b. Megubah pandangan bahwa konseling bukan hanya pemberian
nasihat
5
BAB II
Konsep dan Prosedur Praktik Konseling
Pendekatan SFBC (Solution Focus Brief Counseling)
6
antara penyebab masalah dengan solusi. Pengumpulan informasi mengenai
masalah tidak dibutuhkan dalam mengubah keadaan yang terjadi.
SFBC dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah
manusia yang sehat dan memiliki kompetensi serta memiliki kemampuan
dalam mengkonstruk atau menciptakan solusi yang dapat meningkatkan
kualitas hidupnya secara optimal. Asumsi dalam SFBC adalah manusia pada
dasarnya memiliki kemampuan dalam mengatasi tantangan hidup walaupun
terkadang manusia seringkali kehilangan arah atau kesadaran tentang
kemampuan yang dimilikinya. Konselor dalam SFBC percaya bahwa konseli
adalah seorang yang berkompeten dan tugas konselor bertujuan untuk
membantu konseli mengenali kompetensi yang mereka miliki. Esensi dari
konseling ini melibatkan konseli untuk membangun harapan dan optimis
dengan membuat ekspektasi positif dalam melakukan perubahan. Konseli
sering datang kepada konselor dengan pernyataan “orientasi masalah”, bahkan
sedikit solusi yang mereka pertimbangkan bersampul dalam kekuatan orientasi
masalah.
Konseli sering memiliki cerita yang berakar pada pandangan mengenai
apa yang terjadi di masa lalu, kemudian akan membentuk masa depan mereka.
Konselor SFBC menentang pernyataan konseli dengan percakapan optimis
yang mengacu pada keyakinan mereka dalam pencapaiannya dengan
menggunakan tujuan dari berbagai sudut. Konselor dapat menjadi
perantara/fasilitator dalam membantu konseli membuat perubahan dari
pernyataan masalah pada kondisi dengan kemungkinan-kemungkinan baru.
Konselor dapat mendorong dan menantang konseli untuk menulis cerita
berbeda yang dapat menciptakan pemikiran, perasaan, dan perilaku baru
(Corey, 2009).
7
Konselor fokus pada peluang, dan tidak mengutamakan pemahaman mengenai
penyebab permasalahan terjadi. De Shazer menyatakan bahwa tidak perlu
mengetahui penyebab masalah untuk menyelesaikannya dan tidak ada perlu
mencari keterkaitan antara masalah dan solusinya. Mengumpulkan informasi
tentang suatu masalah tidak begitu dibutuhkan untuk memecahkan
permasalahan. Dalam SFBC yang berfokus pada solusi, konseli memilih tujuan
yang ingin mereka capai dan tidak berfokus pada diagnosis dan riwayat
permasalahan (Corey, 2009).
Pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) seperti yang
disampaikan di atas karena memiliki konsep dasar yang diajarkan oleh Steve
de Shazer dan Insoo Kim (dalam Connie dan Metcalf, 2009:5-12) konsep dasar
SFBC yaitu (Nugroho, Puspita, & Mulawarman, 2018) :
1. Jika tidak ada yang buruk, jangan perbaiki (If it is not broken, don’t fix it).
2. Jika melakukan pekerjaan, lakukan sesuatu yang lebih (If something is
found to be working, do more of it)
3. Jika sesuatu tidak bekerja, lakukanlah hal yang berbeda) (If something is
found to not be working, do something different)
4. Langkah-langkah kecil bisa membewa suatu perubahan yang besar (Small
steps can lead to big changes)
5. Solusi yang tidak selalu berhubungan dengan masalah (The solution is not
necessarily related to the problem)
6. Bahasa untuk mengembangakan solusi berbeda dengan bahasa untuk
mengembangkan masalah (The language for solution development is
different from language needed to describe a problem).
Perbandingan antara pendekatan konseling berfokus masalah dan
pendekatan berfokus solusi dapat dilihat berdasarkan tabel berikut (Mcleod,
2006) :
Tabel 1. Perbandingan antara pendekatan SFBC dengan yang lainnya
Berfokus Masalah Berfokus Solusi
Bagaimana saya bisa menolong Bagaimana anda akan mengetahui
anda? jika terapi tersebut berguna?
8
Dapatkah anda menceritakan Apa yang ingin anda ubah?
masalah anda?
Dapatkah anda menceritakan lebih Dapatkah kita menemukan
banyak lagi tentang masalah pengecualian-pengecualian dalam
tersebut? masalah tersebut?
Bagaimana kita akan memahami Akan tampak seperti apa masa
masalah tersebut dengan petunjuk depan itu tanpa masalah tersebut?
dari masa lalu?
Berapa banyak sesi yang Apakah kita sudah mencapai hasil
dibutuhkan? yang kita inginkan untuk dapat
menuntaskan sesi ini?
9
1. Orientating the client to counseling
Pada tahap ini hal-hal yang bisa dilakukan oleh konselor yaitu:
a. mengenali reaksi pertama klien saat pertama ketemu dengan Anda,
b. menanyakan terkait maksud dari kedatangan konseli. Jika konseli datang
karena rujukan dari pihak lain/guru lain, maka tanyakan mengapa klien
dirujuk ke Anda
c. pertimbangkan lingkup penilaian dan pandangan Anda tentang hal
tersebut, apakah Anda pro dengan masalah tersebut atau tidak dan apakah
Anda bisa mengatasi masalah tersebut atau tidak
d. menilai apakah brief counseling adalah bentuk bantuan yang paling tepat
e. perkenalkan konseli dengan asas-asas kerahasiaan
f. cari tahu ketakutan klien terhadap proses konseling
g. menanyakan terkait kesepakatan waktu proses konseling yang akan
dilakukan
h. cari tahu riwayat sebelumnya tentang bantuan/koseling yang pernah
dilakukannya klien
i. menanyakan terkait pandangan klien tentang konseling, setelah itu Anda
menguatkan atau membenarkan pandangan klien tentang konseling
j. konselor dan klien membuat perjanjian tentang proses konseling yang akan
dilakukan
2. Assessing the client’s concerns (Menilai kekhawatiran klien)
Hal yang bisa dilakukan konselor pada tahap ini yaitu:
a. biarkan klien berbicara
b. dengarkan dan tanggapi masalahnya, bukan ceritanya
c. mintalah informasi penting terkait masalah klien
d. dorong keterlibatan klien dalam proses konseling
e. prioritaskan kekhawatiran dan tentukan kekhawatiran klien yang akan
menjadi target proses konseling
f. tetapkan tujuan yang akan dicapai
g. identifikasi upaya masa lalu klien yang gagal dalam menangani masalah
tersebut
10
h. identifikasi upaya sebelumnya dari klien yang berhasil dalam menangani
masalah tersebut
i. identifikasi hambatan yang dialami klien dalam melakukan perubahan
j. perhatikan masalah khusus seperti depresi dan demoralisasi
k. pertimbangkan intervensi khusus untuk masalah spesifik
l. jelaskan pendekatan konseling yang ingin Anda gunakan
m. sesuaikan pendekatan Anda dengan karakteristik klien
3. Initiating change (Memulai perubahan)
Pada tahap ini hal yang bisa dilakukan dan menjadi perhatian konselor
yaitu: Mulai bekerja pada tahap inti. Mulailah pekerjaan Anda dengan klien
seperti yang telah direncanakan. Perhatikan tanda-tanda kesulitan atau
penolakan dari klien. Mintalah umpan balik tentang hal yang telah Anda
lakukan dan bagaimana hal itu diterima.
Pada tahap ini jangan membebani klien. Lakukan dengan teknik (atau
modifikasi yang sesuai) sampai klien mencapai tujuan mereka atau yakin
mencapai tujuan dengan sendirinya. Sadari dan tanggapi kemungkinan
ancaman yang akan diterima klien ketika mengambil suatu tindakan tertentu.
4. Encouraging change through homework (Mendorong perubahan melalui
pekerjaan rumah)
Pada tahap ini hal yang bisa dilakukan konselor yaitu:
a. Jelaskan alasan Anda kepada klien mengapa ia harus melakukan pekerjaan
rumah
b. Pertimbangkan tentang jenis penugasan yang sesuai. Penugasan haruslah
berdasarkan negosiasi antara konselor dengan klien bukan konselor sendiri
yang menetapkannya. Pastikan bahwa PR sesuai dengan bahasan selama
proses konseling
c. Setujui tugas dengan mempertimbangkan kemampuan, keadaan, gaya
belajar, dan riwayat masa lalunya
d. Periksa apakah klien memahami tugas dan tujuan dari penugasan tersebut
e. Setujui terkait kapan dan dimana klien akan melaksanakan tugasnya
11
f. Berikan pemahaman kepada klien tentang perbedaan “coba” dan
“lakukan”
g. Identifikasi kemungkinan hambatan yang akan dialami klien dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah
h. Tetapkan kriteria “sukses” dalam melaksanakan penugasan tersebut
i. Periksa apakah klien berhasil melakukan penugasan atau tidak. Apakah
klien berusaha mengerjakan tetapi tidak berhasil, atau klien tidak mencoba
mengerjakannya sama sekali dan temukan penyebabnya
j. Dorong klien untuk mengambil tanggung jawab yang semakin meningkat
dalam menentukan PR
k. Tetapkan pula pekerjaan untuk Anda sendiri sebagai upaya meningkatkan
empati dan membantu klien agar lebih efektif.
5. Counseling in the middle phase (Pertengahan proses konseling)
Pada tahap ini yang bisa dilakukan oleh konselor yaitu:
a. Tindak lanjuti proses konseling yang telah dilakukan
b. Ikuti perkembangan perubahan klien
c. Seimbangkan antara pikiran dan hati klien
d. Waspadai ketergantungan klien pada proses konseling maupun kepada
Anda. Upayakan untuk mengarahkan klien untuk menjadi pribadi yang
percaya diri atas kemampuannya
e. Evaluasi kemajuan dan atasi kekecewaan apapun yang dialami klien
terhadap tingkat kemajuannya
6. Ending counseling (Mengakhiri konseling)
Hal-hal yang bisa dilakukan konselor pada tahap ini yaitu:
a. Apabila ada klien yang menginginkan untuk berhenti konseling dengan
tiba-tiba, hormati haknya.
b. Menegaskan kembali bahwa proses konseling pasti akan berakhir.
Jelaskan kepada klien bahwa mengakhiri konseling terkadang (tetapi tidak
dapat dihindari) menimbulkan perasaan kehilangan
c. Evaluasi kemajuan klien di akhir konseling serta mendorong klien untuk
mengambil alih proses perubahan dalam dirinya dan mengarahkan klien
12
untuk menggunakan apa yang telah dipelajari selama proses konseling,
agar dapat menjalani masa depannya dengan positif
d. Tentukan metode mengevaluasi konseling yang telah Anda lakukan untuk
mengembangkan kebiasaan menilai pekerjaan Anda dan mengurangi
kesalahan. Hal ini dilakukan sebagai upaya refleksi diri.
13
3. Establishing goals (Penetapan tujuan)
Konselor dan konseli secara bersama-sama menetapkan tujuan yang akan
dicapai dan tujuan yang disusun haruslah produktif. Unsur-unsur yang harus
terdapat dalam tujuan konseling yaitu: mengubah apa yang dilakukan dalam
situasi yang bermasalah; mengubah pandangan konseli tentang masalah yang
sedang dihadapi; dan menilai sumber, solusi, dan kelebihan yang dapat
dilakukan oleh konseli. Salah satu pertanyaan yang dapat mengarahkan
konseli menetapkan tujuan yaitu miracle question, dengan menggunakan
pertanyaan tersebut konseli diarahkan untuk membayangkan ketika masalah
tersebut terpecahkan dan konseli memiliki harapan untuk menyelesaikan
masalahnya. Penetapan tujuan juga bisa dilakukan secara tertulis atau disebut
juga Formula First Session Task (seperti tugas yang harus dikerjakan
konseli).
4. Designing and implementing intervention (Merancang dan melaksanakan
intervensi)
Pada tahap ini konselor melakukan teknik-teknik yang terdapat dalam SFBC.
Pertanyaan yang sering digunakan pada tahap ini yaitu “Apa yang akan
dirubah?” “Upaya apa yang berhasil Anda lakukan untuk mengatasi masalah
yang hampir sama dengan ini?” “Bagaimana Anda mewujudkannya?” “Apa
yang akan Anda lakukan untuk mewujudkannya lagi?
5. Termination, evaluation, and follow up (Pengakhiran, Evaluasi, dan Tindak
Lanjut)
Konselor menggunakan teknik penskalaan untuk menentukan perubahan
yang terjadi setelah proses konseling. Pada tahap terminasi ini, konselor bisa
menggunakan 3 resep / kunci / rumus di SFBT yaitu (if it isn’t broken, dont
fix it; if it works, do more it; if it not working, do something different).
Konselor juga bisa menerapkan teknik “compliment”, bisa dengan
memberikan pujian, penguatan, ataupun balikan positif.
14
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tahapan proses
konseling dapat dilakukan dengan:
1. Pembinaan Hubungan Baik
Pembinaan hubungan ini diperlukan untuk membangun kepercayaan dan
kenyamanan konseli untuk memulai proses konseling dengan kolaborasi
yang baik. Dalam proses ini melibatkan adanya perhatian, penerimaan,
sikap hangat, penghargaan, dan pemahaman dari konselor pada konseli. Hal
yang dilakukan konselor dalam tahap ini yaitu:
a. Konselor melakukan topik netral dengan menggunakan teknik problem
free talk. Pada tahap ini konselor membicarakan atau membahas
mengenai kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh klien.
b. Menanyakan maksud kedatangan konseli
c. Memberikan informed consent (lembar persetujuan konseli) kepada klien
d. Konselor melakukan strukturing meliputi time limit (kesepakatan waktu
proses konseling yang akan dilakukan), role limit (peran konselor dan
konseli dalam proses konseling), confidentiality limit (batas jaminan
kerahasiaan), dan action limit (pembatasan tindakan).
2. Identifikasi Permasalahan
Hal yang dilakukan konselor pada tahap ini yaitu:
a. Konselor memfasilitasi konseli untuk melakukan katarsis,
b. Konselor mengidentifikasi permasalahan klien (identifikasi upaya masa
lalu klien yang gagal dalam menangani masalah tersebut, identifikasi
upaya sebelumnya dari klien yang berhasil dalam menangani masalah
tersebut, identifikasi hambatan yang dialami klien dalam melakukan
perubahan),
c. menentukan prioritas permasalahan klien yang akan menjadi target
proses konseling,
d. Konselor menetapkan batasan masalah (problem limit),
e. Konselor melakukan scaling question untuk mengetahui keadaan awal
klien.
15
3. Menetapkan Tujuan
Setelah mengetahui masalah yang akan diselesaikan, konselor dan konseli
bersama-sama menetapkan tujuan yang akan dicapai. Hal yang dilakukan
konselor pada tahap ini yaitu:
a. Pada tahap ini konselor bisa menggunakan teknik miracle question untuk
mengetahui apa yang konseli inginkan. Menurut Gibson (2008) tujuan
yang dirumuskan haruslah spesific (langkah-langkahnya jelas dan
terindentifikasi), motivating (memotivasi diri), achievable (konseli dapat
meraih keberhasilan), realistic (memiliki jangka waktu yang realistik)
dan trackable (perubahan dapat diukur dan kemajuan dapat dipantau).
b. Pada penetapan tujuan ini perlu memperhatikan unsur-unsur berikut:
mengubah apa yang dilakukan dalam situasi yang bermasalah; mengubah
pandangan konseli tentang masalah yang sedang dihadapi; menilai
sumber, solusi, dan kelebihan yang dapat dilakukan oleh konseli.
4. Merancang dan Menetapkan Intervensi
Pada tahap ini konselor mengaplikasikan teknik-teknik dalam SFBC.
Pertanyaan yang sering digunakan dalam tahap ini yaitu: Apa yang akan
dirubah? Upaya apa yang berhasil Anda lakukan untuk mengatasi masalah
yang hampir sama dengan ini? Bagaimana Anda mewujudkannya? Apa
yang akan Anda lakukan untuk mewujudkannya lagi?
Konselor perlu menyadari dan menanggapi kemungkinan ancaman yang
akan diterima klien ketika akan mengambil suatu tindakan tertentu.
Hal yang dilakukan konselor pada tahap ini yaitu:
a. Mengarahkan klien untuk menemukan solusi dari permasalahannya
menggunakan teknik-tenik dalam SFBT,
b. Mengidentifikasi hambatan yang mungkin terjadi dari solusi yang telah
dipilih,
c. Mendorong klien untuk melakukan perubahan melalui pekerjaan rumah.
5. Terminasi, Evaluasi, dan Follow-Up
Pada tahap terminasi ini, konselor bisa menggunakan 3 resep/kunci/rumus
di SFBT yaitu ( if it isn’t broken, dont fix it ; if it works, do more it ; if it not
16
working, do something different ). Konselor juga bisa menerapkan teknik
“compliment”, bisa dengan memberikan pujian, penguatan, ataupun balikan
positif.
Hal yang dilakukan konselor pada tahap ini yaitu:
a. Konselor melakukan summary selama proses konseling,
b. Konselor melakukan evaluasi kemajuan klien di akhir konseling dengan
menggunakan teknik scaling question,
c. Mendorong klien untuk mengambil alih proses perubahan dalam dirinya
dan menggunakan apa yang telah dipelajari selama proses konseling agar
dapat menjalani masa depannya dengan positif (menggunakan teknik
Flagging the minefield),
d. Merencanakan konseling lanjutan (follow up),
e. Menutup proses konseling.
17
2. Miracle Questions: pertanyaan yang mengarahkan konseli
mengimajinasikan apa yang akan terjadi jika suatu masalah yang dialami
secara ajaib terselesaikan. Miracle questions mengarahkan klien untuk
mempertimbangkan apa yang betul-betul mereka inginkan, sehingga
perspektif klien berubah dari yang awalnya berfokus pada masalah menjadi
berfokus pada solusi. Pertanyaan-pertanyaan pada teknik ini berfokus pada
perubahan apa yang diinginkan, agar yang tersebut berhenti apa yang akan
dibutuhkan, bagaimana kita dapat mengetahuinya. Contoh pertanyaannya
seperti “Anggaplah bahwa pada suatu malam ketika Anda tidur, ada sebuah
keajaiban dan masalahnya teratasi. Bagaimana Anda mengetahuinya? Apa
yang akan berbeda?”.
3. Scaling Questions: Pertanyaan yang meminta konseli menilai kondisi
dirinya (masalah, pencapaian tujuan). Teknik ini juga dapat digunakan
untuk mengukur kemajuan perubahan dirinya. Contoh pertanyaannya
seperti “Pada skala 1 -10, dimana 10 adalah benar-benar cemas luar biasa –
seperti Anda seakan-akan tidak akan sanggup berdiri di sana – dan 1 adalah
merasa sangat percaya diri dan nyaman, dimanakah Anda pada skala itu?”.
4. Problem free talk (pecakapan bebas masalah): teknik untuk mengembangkan
percakapan dan membangkitkan kekuatan atau kepercayaan diri klien. Tujuan
dari teknik ini yaitu: 1) mengembangkan raport di awal proses konseling, 2)
menghilangkan kegugupan klien, 3) membuat klien merasa bahwa konselor
adalah seorang pribadi (person) bukan sebagai seorang pakar yang maha tahu.
5. Flagging the minefield: teknik ini digunakan pada akhir proses konseling
sebagai teknik generalisasi dan pencegahan relapse (kekambuhan). Teknik
ini membantu klien untuk menerapkan pengetahuannya selama proses
konseling ke dalam kehidupan sehari-hari dan untuk mengatasi masalah-
masalah yang mungkin mereka temui di masa depan. Contoh pertanyaan
dari penerapan teknik ini seperti: “Mungkin kita dapat menerapkan hal yang
sama – seperti yang telah kita bicarakan tadi selama proses konseling –
dalam permasalahan kita yang lain. Hal apa yang Anda peroleh selama
18
proses konseling dan dapat Anda terapkan ketika suatu saat nanti
menghadapi masalah yang lain?”.
6. Formula First Session Task (FFST) (Teknik pemberian tugas pada sesi
utama), merupakan suatu terapi yang memberikan pekerjaan rumah kepada
konseli di awal konseling maupun di sesi konseling selanjutnya. Dalam
teknik ini konseli bisa mengembangkan dan mencari solusi dengan
melakukan suatu pengamatan tentang tujuan yang ingin dicapai. Misalnya,
“bagaimana jika kamu membuat jadwal sehingga kegiatan belajarmu akan
teratur?”. Sehingga konseli terpacu dalam memanajemen waktu belajarnya.
19
BAB III
EVALUASI PRAKTIK KONSELING
A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah penting proses konseling yang merupakan
bagian dari keseluruhan konseling. Evaluasi konseling menjadi bagian
kesatuan dari perencanaan hinngga evaluasi, evaluasi digunakan untuk melihat
hasil ketercapaian tujuan dan hasil konseling, yang digunakan untuk
perencanaan tindak lanjut atau follow up. Guru bimbingan dan konseling
bertanggng jawab untuk mengevaluasi hasil konseling yang meiputi evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses juga dapat digunakan untuk melihat
keefektifan konseling yang telah dilakukan dari segi prosesnya. Evaluasi hasil
dilakukan untuk melihat dan memperoleh informasi keefektifan layanan
konseling yang dilakukan dari hasillnya.
B. Tujuan Evaluasi
Menurut Sugiyo (2017, pp. 16-17) secara umum, tujuan evaluasi dalam
bimbingan dan konseling adalah untuk memberikan gambaran efektivitas dan
efisiensi layanan konseling. Secara khusus, tujuan evaluasi dalam bimbingan
dan konseling dapat diperinci sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah layanan konseling yang diberikan oleh
konselor sudah sesuai dengan permasalahan konseli
2. Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu dimasukan untuk
perbaikan layanan konseling selanjutnya
3. Untuk mengetahui apakah teknik-teknik yang digunakan dalam
layanan konseling sudah sesuai dan tepat untuk mencapai tujuan
konseling
4. Untuk mengetahui bagaimana kinerja konselor dalam mekakukan
layanan konseling
5. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan konseli dalam menunjang
keberhasilan layanan konseling.
20
C. Jenis Evaluasi
Menurut Badrujaman (2011) dalam bimbingan dan konseling terdapat 2
(dua) jenis evaluasi, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil :
a. Evaluasi Proses
Evaluasi proses adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan melalui
analisis hasil penilaian proses selama kegiatan konseling berlangsung.
Fokus penilaian adalah keterlibatan unsur-unsur dalam pelaksanaan
kegiatan konseling. Dalam evaluasi ini, konselor juga membandingkan
keberhasilan pelaksanaan konseling dengan standar-standar keberhasilan
konseling yang telah ditetapkan sebelumnya
1) Kisi-kisi
Indikator dalam evaluasi proses dalam pendekatan Solution
Focused Brief Counseling (SFBC) :
(a) Pembinaan hubungan baik
(b) Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan
(c) Penetapan tujuan
(d) Merancang dan melaksanakan intervensi
(e) Terminasi, evaluasi, dan tindak lanjut
KISI-KISI EVALUASI PROSES
Jumlah
Variabel Indikator Respon Konseli yang Teramati
Butir
Evaluasi Pembinaan 1. Konseli menjawab dengan 4
Proses hubungan ramah pertanyaan konselor
baik 2. Konseli berperilaku sopan
kepada konselor
3. Konseli bersedia mengisi
informed consent
4. Konseli menyanggupi
kesepakatan proses konseling
Identifikasi 5. Konseli mampu meluapkan 4
masalah kegelisahnnya
yang dapat 6. Konseli mengungkapkan
dipecahkan masalah yang dirasakan
7. Konseli menyampaikan upaya
yang sudah dilakukan klien
21
8. Konseli dapat menilai derajat
masalah
Penetapan 9. Konseli mampu 2
tujuan mengungkapkan hal-hal yang
ingin dicapai
10. Konseli mampu menetapkan
tujuan yang ingin dicapai
Merancang 11. Konseli mampu menyusun 3
dan langkah-langkah untuk
menetapkan mencapai tujuan
intervensi 12. Konseli dapat
mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian
masing-masing alternatif
13. Konseli mau menerima tugas/
pekerjaan rumah dari alternatif
solusi
Terminasi, 14. Konseli mampu 4
Evaluasi, mengungkapkan garis besar
dan Follow proses konseling
Up 15. Konseli dapat menilai ulang
derajat setelah proses
konseling
16. Konseli memutuskan adanya
konseling selanjutnya (bila
diperlukan)
17. Konseli yakin dapat
mengaplikasikan solusi yang
telah ditetapkan
Jumlah 17
Keterangan :
N : Jumlah skor
(jumlah item x jumlah skor maksimal) = (17x4) = 68
22
b. Evaluasi Hasil
Evaluasi terhadap hasil layanan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai dalam layanan bimbingan dan konseling. Bagiamana perubahan
perilaku klien setelah mendapatkan layanan bimbingan dan konseling
yakni konseli merasakan permasalahannya telah terpecahkan setelah
mendapat layanan konseling. Indikator dalam evaluasi proses dalam
pendekatan
1) Kisi-kisi Evaluasi Hasil Sementara (Konseli)
Indikator dalam evaluasi hasil sementara (konseli) dalam
pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) :
(a) Pemahaman Baru
(b) Perasaan Positif
(c) Rencana Pasca Layanan
KISI-KISI EVALUASI HASIL SEMENTARA (KONSELI)
Jumlah
Variabel Indikator Pernyataan
Butir
Evaluasi Pemahaman 1. Saya yakin jika setiap 4
Hasil Baru masalah memiliki solusi
2. Saya mengetahui apa yang
harus saya lakukan untuk
mengatasi masalah
manajemen waktu
3. Setelah mengikuti
konseling saya memiliki
kemampuan untuk
menyusun jadwal kegiatan
4. Lebih baik mencari solusi
daripada meratapi masalah
yang dimiliki
Perasaan 5. Solusi yang saya dapat 4
Positif dari proses konseling
membantu saya untuk
memanajemen waktu
6. Saya nyaman mengikuti
proses konseling
7. Setelah mengikuti layanan
konseling saya merasa lega
8. Saya merasa senang
karena dalam layanan
23
konseling saya diterima
dengan baik
Rencana 9. Saya tahu bahwa membuat 3
Kegiatan jadwal merupakan solusi
Pasca untuk memanajemen
Layanan waktu saya
10. Saya akan fokus
mengembangkan
kelebihan saya dalam
memanajemen waktu
11. Saya akan
mempertimbangkan resiko
dari setiap keputusan yang
saya ambil
Jumlah 11
Keterangan :
N : Jumlah skor
44 : (jumlah item x jumlah skor maksimal)
: (11x4)
24
3) Kisi-kisi Evaluasi Hasil Akhir (Konselor)
Indikator dalam evaluasi hasil akhir (konselor) dalam pendekatan
Solution Focused Brief Counseling (SFBC) adalah menilai
perubahan perilaku siswa.
KISI-KISI EVALUASI HASIL AKHIR (KONSELOR)
Jumlah
Variabel Indikator Pernyataan
Butir
Evaluasi Perubahan 1. Nilai mata pelajaran 5
Hasil Perilaku konseli mengalami
Siswa peningkatan
2. Konseli mengumpulkan
tugas tepat waktu
3. Tetap aktif di kegiatan
OSIS
4. Tidak mengantuk di
kelas saat pembelajaran
5. Siswa melaksanakan
aktivitas sesuai dengan
homework assignment
Jumlah 5
Keterangan :
N : Jumlah skor
20 : (jumlah item x jumlah skor maksimal)
: (5x4)
25
D. Langkah-langkah Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi dalam pelaksanaan konseling merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan sebagai suatu siklus yang tidak berhenti sampai
terkumpulnya data atau informasi. Data atau informasi digunakan sebagai
dasar kebijakan atau keputusan dalam pengembangan proses konseling
selanjutnya. Prosedur evaluasi dalam pelaksanaan konseling dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penyusunan Rencana Evaluasi
Dalam kegiatan penyusunan rencana evaluasi, langkah awal yang harus
dilakukan oleh konselor yaitu :
a) Menentukan jenis data atau informasi yang dibutuhkan
b) Menentukan alat pengumpul data yang digunakan
c) Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi
d) Waktu pelaksanaan
e) Kriteria evaluasi
2. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dapat menggunakan metode-
metode, seperti observasi, angket, wawancara, dan lainnya. Pemilihan
metode pengumpulan data sangat tergantung pada data dan informasi yang
diharapkan. Secara umum, metode angket merupakan metode yang paling
sering digunakan, karena memudahkan konselor dalam pengolahan data.
3. Analisis dan Interpretasi Data
Data dan informasi yang telah diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis.
Tahapan analisis ini sangat tergantung pada jenis data dan informasi yang
telah diperoleh selama proses pengumpulan data. Data dan informasi yang
diperoleh dari hasil angket biasanya dianalisis secara kualitatif dan
disajikan dalam bentuk frekuensi, persentase, dan grafik. Sedangkan data
dan informasi yang didapat dari observasi dan wawancara biasanya
dianalisis secara kualitatif. Data dan informasi yang telah disajikan
kemudian diinterpretasi dan disimpulkan, sehingga deskripsi akurat
26
tentang pencapaian keberhasilan proses konseling dapat dipahami dengan
baik oleh seluruh pihak yang berkepentingan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Corey, G. (2012). Student Manual for Theory and Practice of Counseling and
Psychoterapy (9th ed.). Belmont: Brooks/Cole.
Erford, B. T. (2017). 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor (2nd ed.).
(H. P. Soetjipto, & S. M. Soetjipto, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Feltham, C., & Dryden, W. (2006). A Practical Integrative Approach (2nd ed.).
New York: Open University Press.
Mcleod, j. (2006). Pengantar Konseling : Teori dan Kasus (170 ed.). Jakarta:
Kencana.
28
LAMPIRAN
29
1. Rencana Pelaksaan Layanan Konseling Solution Focused Brief Counseling
(SFCB)
I. Komponen
1. Komponen Program : Layanan Responsif
2. Fungsi Layanan : Pengentasan
30
3. Bentuk Layanan : Individual
J. Pendekatan/ Teknik Konseling: Solution Focus Brief Couseling (SFBC)
K. Tahapan
TAHAP KEGIATAN KONSELOR WAKTU
Pendahuluan 1. Mengenali respon verbal maupun non- 7 menit
(Pembinaan verbal konseli.
Hubungan Baik) 2. Menanyakan kondisi dan kabar konseli.
3. Menanyakan maksud kedatangan
konseli (jika sukarela). Jika karna
rujukan maka menanyakan alasan
mengapa dirujuk kepada guru BK.
4. Memberikan informed consent yang
meliputi asas kerahasiaan, peran
konselor dan konseli, kesepakatan
waktu, dan lain-lain.
5. Menggali data pribadi konseli terkait
bantuan konseling yang pernah
dilakukan.
6. Membahas kelebihan atau potensi yang
dimiliki klien.
Peralihan Konselor menanyakan kesiapan konseli 1 menit
untuk masuk ke tahap konseling selanjutnya
Kegiatan Inti: 1. Identifikasi masalah yang dapat 30 menit
1. Identifikasi dipecahkan
masalah yang a. Konselor mendengarkan dan
dapat menanggapi masalah konseli,
dipecahkan b. konselor meminta informasi penting
2. Menetapkan terkait masalah konseli,
tujuan c. konselor mengidentifikasi
3. Merancang dan kekhawatiran dan menentukan
menetapkan prioritas kekhawatiran klien yang
intervensi akan menjadi target proses konseling
4. Mendorong 2. Menetapkan tujuan
perubahan a. konselor mendorong klien untuk
melalui menetapkan tujuan konseling yang
pekerjaan akan dicapai,
rumah b. konselor mengidentifikasi upaya
masa lalu klien yang gagal dalam
menangani masalah tersebut,
c. konselor mengidentifikasi upaya
sebelumnya dari klien yang berhasil
dalam menangani masalah tersebut,
d. konselor mengidentifikasi hambatan
yang dialami klien dalam melakukan
perubahan,
31
e. konselor perlu mempertimbangkan
masalah yang khusus, seperti depresi,
trauma, phobia, gangguan emosional,
perilaku amoral, dan lain-lain,
f. konselor perlu mempertimbangkan
teknik khusus untuk menangani
masalah yang khusus dan spesifik,
g. konselor memberikan penjelasan
tentang pendekatan yang akan
digunakan dalam proses konseling,
pastikan pendekatan tersebut sesuai
dengan kebutuhan klien.
3. Merancang dan menetapkan intervensi
a. Konselor mengaplikasikan teknik-
teknik dalam SFBC
b. Konselor perlu menyadari dan
menanggapi kemungkinan ancaman
yang akan diterima klien ketika akan
mengambil suatu tindakan tertentu.
4. Mendorong perubahan melalui
pekerjaan rumah
a. Jelaskan alasan Anda kepada klien
mengapa ia harus melakukan
pekerjaan rumah
b. Pertimbangkan tentang jenis
penugasan yang sesuai. Penugasan
haruslah berdasarkan nogosiasi
antara konselor dengan klien bukan
konselor sendiri yang
menetapkannya. Pastikan bahwa PR
sesuai dengan bahasan selama proses
konseling
c. Setujui tugas dengan
mempertimbangkan kemampuan,
keadaan, gaya belajar, dan riwayat
masa lalunya
d. Periksa apakah klien memahami
tugas dan tujuan dari penugasan
tersebut
e. Setujui terkait kapan dan dimana
klien akan melaksanakan tugasnya
f. Berikan pemahaman kepada klien
tentang perbedaan “coba” dan
“lakukan”
32
g. Identifikasi kemungkinan hambatan
yang akan dialami klien dalam
menyelesaikan pekerjaan rumah
h. Tetapkan kriteria “sukses” dalam
melaksanakan penugasan tersebut
i. Periksa apakah klien berhasil
melakukan penugasan atau tidak.
Apakah klien berusaha mengerjakan
tetapi tidak berhasil, atau klien tidak
mencoba mengerjakannya sama
sekali dan temukan penyebabnya
j. Dorong klien untuk mengambil
tanggung jawab yang semakin
meningkat dalam menentukan PR
k. Tetapkan pula pekerjaan untuk Anda
sendiri sebagai upaya meningkatkan
empati dan membantu klien agar
lebih efektif.
Penutup 1. Apabila ada klien yang menginginkan 7 menit
(Mengakhiri proses untuk berhenti konseling dengan tiba-
konseling) tiba, hormati haknya.
2. Menegaskan kembali bahwa proses
konseling pasti akan berakhir. Jelaskan
kepada klien bahwa mengakhiri
konseling terkadang (tetapi tidak dapat
dihindari) menimbulkan perasaan
kehilangan
3. Evaluasi kemajuan klien di akhir
konseling serta mendorong klien untuk
mengambil alih proses perubahan dalam
dirinya dan mengarahkan klien untuk
menggunakan apa yang telah dipelajari
selama proses konseling, agar dapat
menjalani masa depannya dengan positif
4. Tentukan metode mengevaluasi
konseling yang telah Anda lakukan
untuk mengembangkan kebiasaan
menilai pekerjaan Anda dan mengurangi
kesalahan. Hal ini dilakukan sebagai
upaya refleksi diri.
33
L. Evaluasi
1. Proses (terlampir)
Pembinaan hubungan baik
Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan
Penetapan tujuan
Merancang dan menetapkan intevensi
Terminasi, evaluasi, dan follow up
2. Hasil (terlampir)
Pemahaman baru
Perasaan positif
Rencana kegiatan pasca layanan
..................., ...........................
Mengetahui, Praktikan,
........................................................ ................................................
NIP. NIM.
Lampiran-lampiran:
1. Form informed consent
2. Form pendaftaran konseling
3. Format observasi layanan
4. Lembar ringkasan sesi konseling
5. Lembar evaluasi (proses dan hasil)
6. Format Pekerjaan Rumah
34
Contoh Kasus dalam RPL
35
belajar dan berorganisasi menjadi kendala bagi Selgom. Karena ia sering
kelelahan dan hanya mampu meluangkan waktu belajar selama satu jam
setiap harinya. Mengerjakan tugas apapun sudah mendekati deadline,
dengan hasil yang kurang begitu memuaskan.
G. Diagnosis Awal
1. Gejala yang dialami konseli
Selgom sering kelelahan, hanya mampu meluangkan waktu belajar
selama satu jam setiap harinya, serta kesulitan untuk memanajemen
waktu belajar dan organisasi.
2. Faktor penyebab masalah
Selgom disibukkan menjadi anggota OSIS, aktif mengurus event-event,
dan seringkali harus mengikuti rapat organisasi hingga pukul 19.00 WIB.
3. Dampak dari masalah yang dialami
Prestasi di kelas VII Semester 2 menurun dan beasiswanya terancam
akan dicabut.
H. Tujuan
1. Umum : Mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan
resiko yang mungkin terjadi.
2. Khusus : Konseli mampu menyusun jadwal kegiatan antara
belajar dan organisasi.
Konseli mampu melakukan aktivitas sesuai jadwal
yang telah disusun.
I. Komponen
1. Komponen Program : Layanan Responsif
2. Fungsi Layanan : Pengentasan
3. Bentuk Layanan : Individual
J. Pendekatan Konseling : Solution Focus Brief Couseling (SFBC)
K. Teknik Spesifik : Formula Fisrt Session Task
L. Tahapan
TAHAP KEGIATAN KONSELOR WAKTU
Pendahuluan 1. Konselor melakukan topik netral 7 menit
(Pembinaan dengan menggunakan teknik problem
Hubungan Baik) free talk
2. Menanyakan maksud kedatangan
konseli
3. Memberikan informed consent (lembar
persetujuan konseli) kepada klien
36
4. Konselor melakukan strukturing (time
limit, role limit, confidentiality limit, dan
action limit)
Peralihan Konselor menanyakan kesiapan konseli 1 menit
untuk masuk ke tahap konseling selanjutnya
Kegiatan Inti: 5. Identifikasi masalah yang dapat 30 menit
dipecahkan
a. Konselor memfasilitasi konseli untuk
melakukan katarsis,
b. Konselor mengidentifikasi
permasalahan klien,
c. menentukan prioritas permasalahan
klien yang akan menjadi target proses
konseling,
d. Konselor menetapkan batasan
masalah (problem limit),
e. Konselor melakukan scaling question
untuk mengetahui keadaan awal
klien.
6. Menetapkan tujuan
a. Menetapkan tujuan dengan teknik
miracle question,
b. Memperhatikan unsur-unsur
penetapan tujuan (spesific,
motivating, achievable, realistic, dan
trackable)
7. Merancang dan menetapkan intervensi
a. Konselor mengaplikasikan teknik
formula first session task (teknik
memberikan tugas pada sesi utama)
untuk mengembangkan dan mencari
solusi,
b. Mengidentifikasi hambatan yang
mungkin terjadi dari solusi yang
telah dipilih
c. Mendorong klien untuk melakukan
perubahan melalui pekerjaan rumah.
Penutup 1. Konselor melakukan summary selama 7 menit
(Terminasi, proses konseling,
Evaluasi, dan 2. Konselor melakukan evaluasi kemajuan
Follow-Up) klien di akhir konseling dengan
menggunakan teknik scaling question,
3. Mendorong klien untuk mengambil alih
proses perubahan dalam dirinya dan
menggunakan apa yang telah dipelajari
selama proses konseling agar dapat
37
menjalani masa depannya dengan positif
(menggunakan teknik Flagging the
minefield),
4. Merencanakan konseling lanjutan
(follow up),
5. Menutup proses konseling.
M. Evaluasi
1. Proses (terlampir)
Pembinaan hubungan baik
Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan
Penetapan tujuan
Merancang dan menetapkan intevensi
Terminasi, evaluasi, dan follow up
2. Hasil (terlampir)
Pemahaman baru
Perasaan positif
Rencana kegiatan pasca layanan
................, ..............................
Mengetahui, Praktikan,
........................................................ ................................................
NIP. NIM.
Lampiran-lampiran:
1. Form informed consent
2. Form pendaftaran konseling
3. Format observasi layanan
4. Lembar ringkasan sesi konseling
5. Lembar evaluasi (proses dan hasil)
6. Format Pekerjaan Rumah
38
2. Lembar Informed Consent (Persetujuan Pelaksanaan Konseling)
INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI KONSELING)
Konseling Individu dengan Pendekatan SFBC
Dengan hormat,
Saya sebagai guru Bimbingan dan Konseling di......(Instansi sekolah).
Konseling ini dimaksudkan untuk membantu Saudara secara professional untuk
mencari alternatif solusi dari permasalahan yang sedang Saudara alami dan atau
membantu mengembangkan potensi yang Saudara miliki. Partisipasi saudara untuk
menjadi konseli/klien dalam praktik konseling ini bersifat bebas tanpa ada sanksi
apapun.
Beberapa hal yang perlu Saudara ketahui diantaranya:
1. Lama waktu pelaksanaan konseling yang dilakukan sesuai dengan kesepakatan
antara konselor dengan konseli minimal 3 kali pertemuan.
2. Semua hal yang dibicarakan dalam proses konseling bersifat rahasia dan hanya
diketahui oleh Konselor.
3. Pada proses konseling hendaklah menyampaikan hal sesuai keadaan yang
sebenarnya
4. Segala jenis tindakan atau perlakuan konselor dimaksudkan untuk membantu
Saudara dalam mengatasi masalah yang saudara alami
5. Tidak dibenarkan membeberkan apapun yang terjadi dalam proses konseling
baik melalui media massa atau pun elektronik.
6. Dalam proses konseling guru BK berperan sebagai faislitator, dan konseli/klien
turut aktif dalam pencarian solusi dari masalah yang dihadapi
.................., ............................
Konseli,
(TTD)
Nama Konseli
39
3. Lembar Pendaftaran Konseling SFBC
Nama : .............................................................(L/P)
No Absen : ......................................................................
Kelas : ......................................................................
Tempat/Tanggal Lahir : ......................................................................
Alamat Kos : ......................................................................
Alamat Rumah : ......................................................................
NO HP : ......................................................................
40
2. Tingkat permasalahan yang anda rasakan (pilih salah satu jawaban) :
a. Ringan b. Sedang c. Berat
3. Pernah berusaha bunuh diri (pilih salah satu jawaban):
a. Ya b. Tidak
4. Pernah mendapat layanan konseling sebelumnya (pilih salah satu
jawaban):
a. Ya b. Tidak
5. Jika ya, bagaimana layanan konseling tersebut membantu anda?
Jelaskan.
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
6. Jika tidak, apa harapan anda mengenai layanan konseling yang akan
anda jalani sekarang? Jelaskan.
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
.................., ............................
Konseli,
_____________________
41
4. Lembar Observasi Pelaksanaan Konseling SFBC
Konselor : ..........................................................
Konseli : ..........................................................
Pertemuan ke- : ..........................................................
Teknik konseling : Solution Focus Brief Counseling (SFBC)
Petunjuk Pengisian :
Berikan tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang tersedia, dengan
kriteria sebagai berikut :
Alternatif pilhan Ya : konselor melakukan perilaku sesuai
tahapan dalam konseling SFBC
Alternatif pilihan Tidak : konselor belum menunjukkan perilaku
sesuai tahapan dalam konseling SFBC
No Perilaku / Keterampilan Ya Tidak Komentar
1 Pembinaan Hubungan Baik
Mengenali respon verbal
maupun non-verbal konseli
Menanyakan maksud
kedatangan konseli (jika
sukarela). Jika karna rujukan
maka menanyakan alasan
mengapa dirujuk kepada guru
BK
Memberikan informed consent
yang meliputi asas kerahasiaan,
peran konselor dan konseli,
kesepakatan waktu, dan lain-
lain.
Menggali data pribadi konseli
terkait bantuan konseling yang
pernah dilakukan.
Membahas kelebihan atau
potensi yang dimiliki klien
2 Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan
Konselor mendengarkan dan
menanggapi masalah konseli
konselor meminta informasi
penting terkait masalah konseli
42
konselor mengidentifikasi
kekhawatiran dan menentukan
prioritas kekhawatiran klien
yang akan menjadi target proses
konseling
3 Menetapkan Tujuan
konselor mendorong klien untuk
menetapkan tujuan konseling
yang akan dicapai
konselor mengidentifikasi
upaya masa lalu klien yang
gagal dalam menangani masalah
tersebut,
konselor mengidentifikasi
upaya sebelumnya dari klien
yang berhasil dalam menangani
masalah tersebut
konselor mengidentifikasi
hambatan yang dialami klien
dalam melakukan perubahan,
konselor perlu
mempertimbangkan masalah
yang khusus, seperti depresi,
trauma, phobia, gangguan
emosional, perilaku amoral, dan
lain-lain
konselor perlu
mempertimbangkan teknik
khusus untuk menangani
masalah yang khusus dan
spesifik
konselor memberikan
penjelasan tentang pendekatan
yang akan digunakan dalam
proses konseling, pastikan
pendekatan tersebut sesuai
dengan kebutuhan klien
4 Merancang dan melaksanakan intervensi
Konselor mengaplikasikan
teknik-teknik dalam SFBC
Konselor perlu menyadari dan
menanggapi kemungkinan
ancaman yang akan diterima
klien ketika akan mengambil
suatu tindakan tertentu
43
5 Mendorong perubahan melalui pekerjaan rumah
Menjelaskan alasan
melaksanakan homework
Membahas setiap penugasan
yang relevan dengan konseli
Mengecek pemahaman klien
tentang tugas dan tujuan
penugasan yang akan dilakukan
Konselor mengajak konseli
untuk mengidentifikasi
kemungkinan hambatan dari
solusi yang dipilih
Konselor mendorong konseli
untuk menetapkan kriteria
sukses dari solusi yang dipilih
Konselor mendorong klien
untuk bertanggung jawab dalam
mengerjakan PR
6 Mengakhiri konseling melalui proses evaluasi konseling
Konselor menegaskan kembali
bahwa proses konseling akan
berakhir
Konselor menanyakan
kemajuan klien
Konselor mengajak konseli
untuk menentukan metode
evaluasi untuk sesi selanjutnya
Konselor memberikan lembar
evaluasi penilaian hasil kepada
konseli untuk diisi
............................,...............................
Observer,
............................................................
44
5. Lembar Ringkasan Sesi Konseling
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
5. Diagnosa Masalah (simpulan situasi masalah menurut pendekatan
tertentu dan sebab-sebabnya)
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
6. Alternatif Pemecahan Masalah
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
7. Putusan Pemecahan Masalah dan Implementasinya
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
45
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
............................................... ...............................................
NIM.
Mengetahui,
Konselor pamong,
...............................................
NIP.........................................................
46
6. Lembar Evaluasi Pelaksanaan Konseling
a. Evaluasi Proses
Konselor : ..........................................................
Konseli : ..........................................................
Pertemuan ke- : ..........................................................
Pendekatan konseling : Solution Focus Brief Counseling (SFBC)
Isilah dengan memberi tanda cek (√) pada kolom ya atau tidak sesuai dg
keadaan waktu proses konseling berjalan !
Berikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang tersedia, dengan kriteria
sebagai berikut :
Pilihan 1, jika : Keadaan tersebut 0 – 25% sesuai dengan kondisi diri anda
Pilihan 2, jika : Keadaan tersebut 26% - 50% sesuai dengan kondisi diri
anda
Pilihan 3, jika : Keadaan tersebut 51% - 75% sesuai dengan kondisi diri
anda
Pilhan 4, jika : Keadaan tersebut 76% - 100% sesuai dengan kondisi diri
47
12. Konseli dapat mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian masing-masing
alternatif
13. Konseli mau menerima tugas/ pekerjaan
rumah dari alternatif solusi
14. Konseli mampu mengungkapkan garis besar
proses konseling
15. Konseli dapat menilai ulang derajat setelah
proses konseling
16. Konseli memutuskan adanya konseling
selanjutnya (bila diperlukan)
17. Konseli yakin dapat mengaplikasikan solusi
yang telah ditetapkan
.................., ...........................
Konselor
_______________________
NIP.
48
b. Evaluasi Hasil Sementara (Konseli)
..................,.................
Konseli
49
c. Evaluasi Hasil Akhir (Konselor)
LEMBAR EVALUASI HASIL
LAYANAN KONSELING
BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN AJARAN .............../................
peningkatan
homework assignment
..................,.................
Konselor
50
FORM PEKERJAAN RUMAH
Persentase
Solusi/Pemecah Hambatan Hasil
Hari / Keberhasilan
an Masalah yang Pemecahan Reward
Tanggal Solusi/Pemecahan
yang dilakukan dihadapi Masalah
Masalah
51