Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN ISLAM PROFESI DAN JENIS PROFESI DALAM ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu


Mata Kuliah Kajian Islam Profesi

Dosen Pengampu: Drs. H. Munaseh, M.Pd

PENYUSUN :

FKIP PGSD KONVERSI KELAS J.1.C

FATHIR HAKIM
MAHMUD
M IQBAL A.R
M. KARSENO
ADIMIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KONVERSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2018

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di era modern ini merupakan sebuah kebutuhan bagi masyarakat


luas karena pendidikan merupakan syarat mutlak untuk menjadikan sebuah bangsa
menjadi bangsa yang maju. Pendidikan pada berbagai bidang keilmuan tentu saja
memiliki peranan tersendiri dalam pembangunan sebuah bangsa.

Dengan penanaman etika dalam proses belajar mengajar tentu akan


menghasilkan output pendidikan yaitu menjadi manusia yang memiliki kemampuan
intelektual, emosional dan spiritual yang tinggi. Itulah output yang seharusnya
didapatkan dari pendidikan yang beretika. Di tengah perkembangan teknologi yang
luar biasa, sudah barang tentu memiliki banyak efek negatif seperti pornografi.
Disinilah etika berperan dalam dunia modern. Etika menjadi filter bagi para
pengguna teknologi agar bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin juga sangat menjunjung
tinggi pendidikan dan etika. Dalam hubungan ini kita dapati di dalam Al Qur’an
penjelasan pada awal surat yang diturunkan kepada Nabi yang mengajak manusia
untuk belajar membaca dan menulis Makalah ini akan mengonsep tentang Kajian
Islam Profesi berdasarkan pengertian dan jenis-jenisnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Islam Profesi?
2. Bagaimana Jenis Jenis Islam Profesi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian islam profesi.
2. Untuk mengetahui bagaimana jenis jenis islam profesi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam Profesi


Islam mengandung artikulasi kongkrit dalam gerak dan aktivitas
keseharian. Kebenaran Islam tidak hanya dipidatokan, diwawancarakan,
diseminarkan atau didiskusikan, akan tetapi tampak dalam wujud keseharian
ummatnya. Dalam teologi umat Islam, memilih Islam sebagai system keyakinan
beragama mengandung harapan untuk keselamatan dan kesejahteraan.Oleh karena
itu, dimensi berislam tidak sekedar untuk indvidu (personal) tetapi juga bersama-
sama dengan sesama manusia melahirkan masyarakat yang Islami
Islam (Al-Islam) dapat diartikan sebagai suatu agama sebagai
penerimaan dan penyerahan diri kepada Allah SWT dengan menyembah-Nya,
menuruti perintah-Nya, dan menghindari politeisme. Islam Profesi mengkaji dua
hal penting di dalamnya, yakni yang berkaitan dengan Islam dan Profesi, serta
Profesi yang islami.Dalam hal ini, Islam sebagai agama yang meletakkan dan
menekankan nilai-nilai profesionalitas dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia.
Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari
Allah guna menutupi kebutuhan hidupnya.Bekerja untuk mendapatkan rezeki
yang halalan thayiban termasuk kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar
dengan melaksanakan rukun Islam.Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan
menjadi kebutuhan setiap umat manusia.Bekerja yang baik adalah wajib sifatnya
dalam Islam.
Islam, diantara agama-agama yang ada di dunia adalah satu-satunya
agama yang menjunjung tinggi nilai kerja.Ketika masyarakat dunia pada umumnya
menempatkan kelas pendeta dan kelas militer di tempat yang tinggi, Islam
menghargai orang-orang yang berilmu, petani, pedagang, tukang, dan pengrajin.
Sebagai manusia biasa mereka tidak diunggulkan dari yang lain, karena Islam
menganut nilai persamaan di antara sesama manusia di hadapan manusia. Ukuran

4
ketinggian derajat adalah ketakwaannya kepada Allah, yang diukur dengan iman
dan amal shalehnya.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah,
serta dedikasi yang tinggi.Istilah profesi sesungguhnya menunjuk pada suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggungjawab, dan kesetiaan
terhadap profesi. Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ia mampu
berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak
Istilah profesi dalam terminology Arab tidak ditemukan padanan katanya
secara eksplisit.Hal ini terjadi karena bahasa Arab adalah bahasa yang sangat
sedikit menyerap bahasa asing.Di Negara Arab modern,
istilahprofesi diterjemahkan dan dipopulerkan dengan dua kosakata bahasa
Arab.Pertama, Al-mihnah.Kata ini sering dipakai untuk menunjuk pekerjaan yang
lebih mengandalkan kinerja otak.Karena itu, kaum professional disebut al-
mihaniyyun atau ashab al-mihnah.Misalnya pengacara, penulis, dokter, konsultan
hukum, pekerja kantoran, dan lain sebagainya.Kedua, Al-hirfah.Kata ini lebih
sering dipakai untuk menunjuk jenis pekerjaan yang mengandalkan tangan atau
tenaga otot.Misalnya, para pengrajin, tukang pandai besi, tukang jahit pada
konveksi, buruh bangunan, dan lain sebagainya.Mereka disebut ashab al-hirfah.
Yusuf al-Qaradhawi menyatakan bahwa diantara hal yang sangat penting
untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau
pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukannya
secara sendiri maupun secara bersama-sama.Yang dilakukan sendiri, misalnya
profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, pelukis, mungkin juga da’i atau
muballigh, dan lain sebagainya.Yang dilakukan bersama-sama, misalnya pegawai
(pemerintah maupun swasta) dengan menggunakan system upah atau
gaji.Penghasilan atau pendapatan yang semacam ini dalam istilah fiqh dikatakan
sebagai al-maal al-mustafaad.
Dalam sebuah buku Etos Kerja Pribadi Muslim karya Toto Tasmara
yang telah dikutip dari skripsi Ananto Pramandhika, menyatakan bahwa bekerja

5
bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan
mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia
dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (Khaira
ummah), atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan bekerja, manusia itu
memanusiakan dirinya.

Dalam bentuk aksioma, Toto meringkasnya dalam bentuk sebuah


rumusan :
KHI = T, AS (M, A, R, A)
KHI = Kualitas Hidup Islami
T = Tauhid
AS = Amal Shaleh
M = Motivasi
A = Arah Tujuan (Aim and Goal/Objectives)
R = Rasa dan Rasio (Fikir dan Zikir)
A = Action, Actualization.

Dari rumusan di atas, Toto mendefinisikan etos kerja dalam Islam (bagi
kaum Muslim) adalah: “Cara pandang yang diyakini seorang Muslim bahwa
bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya,
tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya
mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur”.
Ajaran Islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah bentuk
keberadaan manusia.Artinya, manusia ada karena kerja, dan kerja itulah yang
membuat atau mengisi keberadaan kemanusiaan. Jika filsuf Perancis, Rene
Descartes, terkenal dengan ucapannya, “Aku berpikir maka aku ada” (Cogito ergo
sum), karena berpikir baginya bentuki wujud manusia, maka sesungguhnya dalam
ajaran Islam, ungkapan itu seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku ada”.
Pandangan ini sentral sekali dalam system ajaran Islam.
Perkembangan profesi mengimplikasikan kepada tuntutan-tuntutan
norma etik yang melandasi persoalan professional. Namun hal tersebut tidak bisa

6
sempurna karena sifat profesi yang terbatas, khusus dan unggul, maka bukan tidak
mungkin akan terjadi gejala-gejala penyalahgunaan terhadap profesi yang dimiliki.
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang professional, dan berarti
melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok, yang disebut profesi, atinya pekerjaan
tersebut bukan pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Jika profesi diartikan
sebagai pekerjaan dan isme sebagai pandangan hidup, maka professional dapat
diartikan sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan
bekerja sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur,
loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya.
Aspek profesionalisme ini amat penting bagi seorang
pekerja.Maksudnya adalah kemampuan untuk memahami dan melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan prinsipnya (keahlian).Pekerja tidak cukup hanya dengan
memegang teguh sifat-sifat amanah, kuat, berakhlak dan bertakwa, namun dia harus
pula mengerti dan menguasai benar pekerjaannya.Umar ra.sendiri pernah
memperkerjakan orang dan beliau memilih dari mereka orang-orang yang
professional dalam bidangnya.
Jadi, tanpa adanya profesionalisme atau keahlian, suatu usaha akan
mengalami kerusakan dan kebangkrutan. Juga menyebabkan menurunnya kualitas
dan kuantitas produksi, bahkan sampai pada kesemerawutan manajemen, serta
kerusakan alat-alat produktivitas. Hal-hal ini tentunya jelas akan menyebabkan juga
terjadinya kebangkrutan total yang tidak diinginkan.
Allah berfirman,

‫ُون‬ َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َوا ِال‬


ِ ‫نس إِال ِليَ ْعبُد‬

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk
beribadah kepada-Ku”. (QS. Al-Dzariyyat: 56).
Firman Allah SWT,

‫س‬ْ َ‫س ُد ِفيهَا َوي‬ ِ ‫ض َخ ِليفَةً َقالُوا أَتَجْ عَ ُل فِيهَا َم ْن يُ ْف‬ ِ ‫األر‬ ْ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َمالئِ َك ِة إِنِِّي جَا ِع ٌل فِي‬
َ‫ِّس َلكَ قَا َل إِنِِّي أَ ْع َل ُم َما ال تَ ْع َل ُمون‬
ُ ‫سبِِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَ ِد‬
َ ُ‫فِكُ ال ِ ِّد َما َء َونَحْ نُ ن‬

7
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-
Baqarah: 30).

Ayat di atas menegaskan bahwa manusia adalah makhluk berketuhanan


sekaligus makhluk sosial.Sebagai makhluk berketuhanan, wajib baginya mengabdi
tunduk dan patuh, serta bepegang teguh pada ajaran agama Allah yakni al-
Islam.Sementara sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian dari aktualisasi
sebagai mahkluk berketuhanan, mereka harus menjalin silaturahmi dan kerjasama
yang baik, jujur, amanah, yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT.dari kondisi tersebut, manusia menjadi berkembang secara dinamis,
sehingga kebutuhan hidup manusia juga semakin berkembang. Sehingga
ketergantungan manusia kepada sesamanya juga semakin tinggi. Dari sini
kemudian, lahirlah lapangan pekerjaan yang dengan lapangan pekerjaan seseorang
dapat memenuhi kebutuhannya sekaligus menolong pemenuhan kebutuhan orang
lain.

Di dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 100 ayat yang berbicara tentang profesi dan
kerja, diantaranya:

Firman Allah SWT,

‫ع ِلي ٌم‬ ِ ‫علَى َخ َزائِ ِن ْاألَ ْر‬


ٌ ‫ض إِنِِّي َح ِفي‬
َ ‫ظ‬ َ ‫قَا َل اجْ َع ْلنِي‬
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);
Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan”. (QS. Yusuf: 55).

8
Allah berfirman,
ُّ ‫ستَأْج َْرتَ ا ْل َق ِو‬
ُ‫ي ْاأل َ ِمين‬ ْ ‫إِنَّ َخي َْر َم ِن ا‬
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. Al-Qashash: 26).
Allah berfirman,
ِ‫َللا‬
َّ ‫ض ِل‬ ِ ‫ض ِربُونَ فِي ْاأل َ ْر‬
ْ َ‫ض يَ ْبتَغُونَ ِم ْن ف‬ ْ َ‫َوآ َخ ُرونَ ي‬
“Dan yang lain orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah.” (QS. Al-Muzzammil: 20).
Kepedulian terhadap etika profesi bertitik tolak dari mahfuh firman
Allah:
ْ ‫ُدى َو َرحْ َمةً َوبُش َْرى ِل ْل ُم‬
َ‫س ِل ِمين‬ َ َ ‫علَ ْيكَ ا ْل ِكت‬
ً ‫اب ِت ْب َيانا ً ِل ُك ِ ِّل ش َْيءٍ َوه‬ َ ‫َونَ َّز ْل َنا‬

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan


segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89).

Al-Qur’an menjelaskan apa yang dibutuhkan manusia dalam


kehidupannya. Ini menunjukkan pentingnya mengaitkan kerja dengan dasar-dasar
Islam, karena dasar-dasar Islam datang dengan membawa sesuatu yang
mengandung kebaikan dalam kehidupan manusia di dunia dan di akhirat nanti.
Maka setiap pekerjaan mubah yang orang muslim bekerja di dalamnya dengan niat
baik untuk membangun masyarakat Islam, atau membantu kaum muslimin maka ia
menanam untuk akhirat, apakah pekerjaan itu bersifat syar’iyyah, ilmiah, industry,
administrasi, pendidikan atau lainnya. Nabi SAW bersabda:
‫ َو ِل ُك ِِّل ا ْم ِر ٍئ َما نَ َوى‬،ِ‫إِنَّ َما ْاأل َ ْع َما ُل بِالنِِّيَّات‬
“Sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada niat, dan masing-
masing orang mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari, Muslim dari
Umar).
Cakupan Islam yang luas ini adalah salah satu prinsip dasar bagi aqidah
Islam dan kebudayaan Islam. Imam Muhammad ibn Hasan al-Syaibani berkata:
“Nabi Nuh as.adalah seorang tukang kayu, dia memakan dari hasil
usahanya. Idris as.adalah seorang penjahit, Ibrahim penjual pakaian, Daud

9
memakan dari hasil karyanya (pembuat baju besi), Sulaiman pengrajin membuat
miktal (wadah berisi 30 sha’) dari daun kurma (atau juga kelaa dan pandan), dan
dia makan dari situ. Zakariya seorang tukang kayu, Isa as.memakan dari hasil
tenun ibunya”. (Al-Kasb, 35-36).
Sunnah datang sebagai aplikasi dari etika profesi, dimana Rasul pada
masa muda bekerja sebagai buruh menggembalakan kambing milik penduduk
Makkah, dan beliau menjelaskan bahwa semua Nabi pernah menggembalakan
kambing.
Setelah memahami penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Islam Profesi ialah suatu kajian tentangpekerjaan yang dalam melaksanakan tugas
profesinya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik
ilmiah, serta dedikasi yang tinggi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Profesi
sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset,
fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai
hamba Allah.

B. Jenis-jenis Profesi yang Islami


4 Sifat Nabi yang harus ada dalam diri seorang pengusaha, pengusaha
juga termasuk pada salah satu jenis profesi:
1. Shidiq (Jujur), jujur kepada diri sendiri juga kepada orang lain. Sifat jujur akan
melahirkan sifat keyakinan dan keberanian untuk menghadapi ujian; apapun
bentuknya.
2. Amanah (Amanah), sifat amanah mendorong seseorang bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya. Keberadaan sifat ini
akan membangun kekuatan diri dan memperbaiki hubungan sosial.
3. Tablig (Komunikatif), seorang pebisnis harus menjadi marketing yang hebat,
juga harus menjadi seorang pembicara yang unggul.
4. Fathonah (Cerdik), seorang pebisnis harus memiliki kemampuan melihat
sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Lalu, muncullah kreativitas, ide, dan
wawasan. Pada akhirnya, produk atau jasa yang dikeluarkan pun akan menjadi

10
produk unggul (sempurna). Karena produk yan dihasilkan unggulan, pelanggan
pun senang dan menaruh kepercayaan (trust).

Menurut Nurwadjab Ahmad dalam jurnal Amrullah Azizada beberapa


etika yang harus dimiliki oleh seorang pendidik (pendidik merupakan suatu profesi)
yang disarikan dari surat Luqman, yaitu:
1. Shidiq, yang berarti jujur. Sifat shidiq ini mencakup: Pertama, jujur terhadap
diri sendiri dalam arti keterbukaan jiwa dan tidak pernah mau menggadaikan makna
hidupnya untuk perbuatan yang bertentangan dengan keyakinannya. Kedua, jujur
terhadap orang lain, dalam arti berkata dan berbuat benar, juga memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya pada orang lain. Ketiga, jujur kepada Allah dalam
arti semua kegiatan termotivasi hanya untuk ibadah kepadaNya. Dari shidiq inilah
para guru ini bertanggung jawab bukan hanya pada atasan, lebih dari itu mereka
bertanggung jawab kepada Allah yang Maha Atas.
2. Istiqomah, sifat terpuji ini meliputi: Pertama, taqwim yang berarti menegakkan
atau membentuk sesuatu. Taqwim ini menyangkut kedisiplinan hidup. Kedua,
Iqamah yang berarti penyempurnaan sempuma proses. Ketiga, istiqamah yang
berarti tindakan yang mendekatkan diri kepada Allah. Dari sikap istiqamah ini akan
Iahir guru kreatif yang berdedikasi tinggi dan menjadi teladan anak didiknya.
3. Fathanah, yang berarti kecerdasan. Kecerdasan ini meliputi kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional dan terutama spiritual, Dari guru yang memiliki
fathanah demikian akan anak-anak cerdas dan berakhlaq mulia.
4. Amanah, bisa dipercaya, menghormati, dihormati dan memberi rasa nyaman
pada orang lain. Jika seorang guru ia memberi rasa damai kepada muridnya; jika
orang tua, ia memberi rasa aman pada anaknya; dan jika pemimpin, ia memberi rasa
tentram pada rakyatnya.
5. Tabligh, menyampaikan. Sifat tabligh yang harus dimiliki para pendidik
meliputi: pertama, kemampuan berkomunikasi dengan anak didik (communication
skill). Kedua, kepemimpinan (leadership). Ketiga, pengembangan dan peningkatan
sumberdaya insane (human resources development). Dan keempat, kemampuan
diri untuk mengelola sesuatu (managerial skill).

11
Seorang entrepreneur muslim sangat identik dengan kepribadian atau
profil yang mengesankan para klien, customer, dan rekan-rekan bisnisnya. Hal ini
disebabkan akhlaknya yang mulia dan budi pekertinya yang luhur. Tentu yang
demikian ini tidak terbentu dengan sendirinya, akan tetapi lahir dari kesadarannya
akan budi pekerti dan akhlak yang mulia dalam berbagai ihwal, khususnya pada
usaha yang dijalaninya.
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan
ketakwaan.Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi.Beliau
bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Dalam sebuah cerita Rasulullah,Suatu
hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu
Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?” tanya Rasul kepada Sa’ad. “Wahai
Rasulullah,” jawab Sa’ad, “Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah
dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi
tanggunganku”. Seketika itu beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya
seraya berkata, “Inilai tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka”.
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui
tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan
tangkas.Para sahabat kemudian bertanya,“Wahai Rasulullah, andaikata bekerja
semacam orang itu dapat digolongkan jihad fii sabillah, maka alangkah
baiknya”.Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk
menghidupi anak-anak yang masih kecil, itu adalah fii sabilillah; kalau ia bekerja
untuk menghidupi keduaorangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fii
sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-
minta, itu juga fii sabililla”. (HR. Ath-Thabrani).
Bekerja adalah manifestasi amal shaleh.Bila kerja itu amal shaleh, maka
kerja adalah ibadah.Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa
dilepaskan dari kerja.Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah
kepadaNya?
Ajaran Islam sebagai agama universal sangat kaya akan pesan-pesan
yang mendidik bagi muslim untuk menjadi umat terbaik, menjadi khalifah, yang

12
mengatur dengan baik bumi dan seisinya. Pesan-pesan sangat mendorong kepada
setiap muslim untuk berbuat dan bekerja secara professional, yakni bekerja dengan
benar, optimal, jujur, disiplin dan tekun. Akhlak Islam yang diajarkan oleh
Nabiyullah Muhammad SAW, memiliki sifat-sifat yang dapat dijadikan landasan
bagi pengembangan profesionalisme.

Aktualisasi profesionalisme dalam perspekitf Islam ialah berdasarkan


prinsip berikut:
1. Bahwa pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran pengetahuan yang
memadai. Sebagaimana firman Allah yang artinya:

َ َ‫س ْم َع َوا ْل َبص ََر َوا ْلفُؤَا َد ُك ُّل أُولَ ِئكَ كَان‬
ْ ‫ع ْنهُ َم‬
‫سئ ُوال‬ َّ ‫ْس لَكَ ِب ِه ِع ْل ٌم ِإنَّ ال‬
َ ‫ف َما لَي‬
ُ ‫َوال ت َ ْق‬

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabnya. (QS. Al-Isra/17:36).
2. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian. Sabda Nabi SAW yang
artinya:“Bila suatu pekerjaan tidak diserahkan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya” (HR. Bukhari).
3. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalam Islam, amal, dan kerja
harus dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat
dipahami sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun
dihadapan manusia rekanan kerjanya.
4. Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah dan masyarakatnya, oleh
karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi.
6. Pengupahan harus dilakukan secara tepat dan sesuai dengan amal atau karya
yang dihasilkannya.

Apakah rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW?

13
a. Pertama, Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, professional, dan tidak asal-
asalan. Beliau bersabda,“Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang
darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya”.
b. Kedua, dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik,
perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
c. Ketiga, Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempata sekecil
apapun. “Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu
memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya”.
d. Keempat, dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau
adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan
terfokus.
e. Kelima, Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara
tuntas dan berkualitas.
f. Keenam, Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk)
tim yang solid yang percayapada cita-cita bersama.
g. Ketujuh, Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu
sedetik pun waktu, kecuali menjadinilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang
terakhir, Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasikeimanan dan
ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau
bekerja untuk meraihkeridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting.

Menurut Salmiyah, dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika


merupakan hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan
baik, didasari Iman dan Taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat, kesesuaian
upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak mengabaikan sesuatu, tidak semena-
mena (proporsional), ahli dan professional, serta tidak melakukan suatu pekerjaan
yang bertentangan dengan hokum Allah atau syariat Islam (Al-Qur-an dan Hadits).

14
BAB II
KESIMPULAN

Setelah pembahasan materi di atas mengenai Islam Profesi dan Profesi


yang Islami, maka dapat kita simpulkan bahwa Islam Profesi ialah suatu kajian
tentang profesi yang bermuatan Islam, Islam menempatkan profesi di posisi
tertinggi, Islam sebagai agama yang meletakkan dan menekankan nilai-nilai
profesionalitas dalam setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Profesi
sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset,
fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai
hamba Allah.
Profesi yang Islami dapat tercermin dari diri Rasulullah SAW, terdapat 4
Sifat Nabiyang harus ada dalam diri seorang pengusaha, dalam hal ini pengusaha
juga termasuk pada salah satu jenis profesi, yakni sifat shidiq, amanah, tabligh, dan
fathonah.Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan
ketakwaan.Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi.Beliau
bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT.
Terdapat banyak sekali dalam Al-Qur’an yang mengkaji
tentang pekerjaan.Islam diantara agama-agama yang ada di dunia ini adalah slah
satunya agama yang menjunjung tinggi nilai kerja.Islam menghargai orang-orang
yang berilmu, petani, pedagang, tukang, dan pengrajin.Dalam kaitannya dengan
dunia pendidikan, guru merupakan salah satu jenis profesi.Seorang guru pun
dituntut untuk menjadi professional, ialah yang bertanggung jawab atas profesi
yang dikerjakannya.
Orang berilmu, petani, pedagang, tukang, pengrajin dan profesi lainnya,
ialah suatu pekerjaan yang sangat mulia, disamping ia mengaktualisasikan dirinya
di hadapan manusia, ia pun berusaha mengaktualisasikan dirinya di hadapan Allah
(sebagai hamba) yang menjalankan syariat agama. Perkembangan profesi
mengimplikasikan kepada tuntutan-tuntutan norma etik yang melandasi persoalan
professional. Namun hal tersebut tidak bisa sempurna karena sifat profesi yang

15
terbatas, khusus dan unggul, maka bukan tidak mungkin akan terjadi gejala-gejala
penyalahgunaan terhadap profesi yang dimiliki.
Aktualisasi profesionalisme dalam perspektif Islam ialah berdasarkan
prinsip-prinsip yang berlandaskan Al-qur’an dan Hadist, bahwa suatu pekerjaan itu
harus berlandaskan kesadaran pengetahuan yang memadai yang sesuai dengan
kandungan QS. Al-Isra/17:36. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian
(professional) sesuai dengan kandungan Hadist Bukhari.Pekerjaan senantiasa
diawasi oleh Allah SWT, Rasulullah, dan masyarakat, oleh karena itu harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.Pekerjaan harus dilakukan dengan
semangat dan etos kerja yang tinggi.
Ketika iman sudah di hati, hati akan bersih, lisan dan perbuatan akan
berada pada koridor/jalan yang benar. Oleh sebab itu, setiap apa yang kita kerjakan,
baik itu kegiatan ibadah maupun amaliyah hendaknya kita berlandaskan nilai-nilai
Islam agar apa yang dilakukan dapat bermanfaat dan membawa kemaslahatan dunia
dan akhirat. Termasuk juga dalam menekuni suatu profesi, kita tidak hanya dituntut
keahlian, keterampilan, dan pengetahuan saja melainkan sikap dan perilaku kita
dinilai oleh sekitar lingkungan dan masyarakat, dengan menunjukkan sikap yang
jujur, amanah, cerdas, dan komunikatif sudah tentu menjadi nilai tambah untuk diri
kita sendiri khususnya untuk pekerjaan dan profesi yang kita jalani.Profesi erat
kaitannya dengan Islam, Islam di dalamnya mengkaji tentang profesi suatu
pekerjaan.
Akhirnya selesai sudah pembahasan mengenai Islam Profesi dan Profesi
yang Islami yang saya paparkan secara singkat jelas dan padat.Mudah-mudahan
dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam dan Profesi.

16

Anda mungkin juga menyukai