Tuna Rungu Tuna Wicara BK
Tuna Rungu Tuna Wicara BK
PENYUSUN :
FATHIR HAKIM
MAHMUD
M IQBAL A.R
M. KARSENO
ADIMIN
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin juga sangat menjunjung
tinggi pendidikan dan etika. Dalam hubungan ini kita dapati di dalam Al Qur’an
penjelasan pada awal surat yang diturunkan kepada Nabi yang mengajak manusia
untuk belajar membaca dan menulis Makalah ini akan mengonsep tentang Kajian
Islam Profesi berdasarkan pengertian dan jenis-jenisnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Islam Profesi?
2. Bagaimana Jenis Jenis Islam Profesi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian islam profesi.
2. Untuk mengetahui bagaimana jenis jenis islam profesi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ketinggian derajat adalah ketakwaannya kepada Allah, yang diukur dengan iman
dan amal shalehnya.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah,
serta dedikasi yang tinggi.Istilah profesi sesungguhnya menunjuk pada suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggungjawab, dan kesetiaan
terhadap profesi. Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ia mampu
berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak
Istilah profesi dalam terminology Arab tidak ditemukan padanan katanya
secara eksplisit.Hal ini terjadi karena bahasa Arab adalah bahasa yang sangat
sedikit menyerap bahasa asing.Di Negara Arab modern,
istilahprofesi diterjemahkan dan dipopulerkan dengan dua kosakata bahasa
Arab.Pertama, Al-mihnah.Kata ini sering dipakai untuk menunjuk pekerjaan yang
lebih mengandalkan kinerja otak.Karena itu, kaum professional disebut al-
mihaniyyun atau ashab al-mihnah.Misalnya pengacara, penulis, dokter, konsultan
hukum, pekerja kantoran, dan lain sebagainya.Kedua, Al-hirfah.Kata ini lebih
sering dipakai untuk menunjuk jenis pekerjaan yang mengandalkan tangan atau
tenaga otot.Misalnya, para pengrajin, tukang pandai besi, tukang jahit pada
konveksi, buruh bangunan, dan lain sebagainya.Mereka disebut ashab al-hirfah.
Yusuf al-Qaradhawi menyatakan bahwa diantara hal yang sangat penting
untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau
pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukannya
secara sendiri maupun secara bersama-sama.Yang dilakukan sendiri, misalnya
profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, pelukis, mungkin juga da’i atau
muballigh, dan lain sebagainya.Yang dilakukan bersama-sama, misalnya pegawai
(pemerintah maupun swasta) dengan menggunakan system upah atau
gaji.Penghasilan atau pendapatan yang semacam ini dalam istilah fiqh dikatakan
sebagai al-maal al-mustafaad.
Dalam sebuah buku Etos Kerja Pribadi Muslim karya Toto Tasmara
yang telah dikutip dari skripsi Ananto Pramandhika, menyatakan bahwa bekerja
5
bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan
mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau
menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia
dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (Khaira
ummah), atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan bekerja, manusia itu
memanusiakan dirinya.
Dari rumusan di atas, Toto mendefinisikan etos kerja dalam Islam (bagi
kaum Muslim) adalah: “Cara pandang yang diyakini seorang Muslim bahwa
bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya,
tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya
mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur”.
Ajaran Islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah bentuk
keberadaan manusia.Artinya, manusia ada karena kerja, dan kerja itulah yang
membuat atau mengisi keberadaan kemanusiaan. Jika filsuf Perancis, Rene
Descartes, terkenal dengan ucapannya, “Aku berpikir maka aku ada” (Cogito ergo
sum), karena berpikir baginya bentuki wujud manusia, maka sesungguhnya dalam
ajaran Islam, ungkapan itu seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku ada”.
Pandangan ini sentral sekali dalam system ajaran Islam.
Perkembangan profesi mengimplikasikan kepada tuntutan-tuntutan
norma etik yang melandasi persoalan professional. Namun hal tersebut tidak bisa
6
sempurna karena sifat profesi yang terbatas, khusus dan unggul, maka bukan tidak
mungkin akan terjadi gejala-gejala penyalahgunaan terhadap profesi yang dimiliki.
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang professional, dan berarti
melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok, yang disebut profesi, atinya pekerjaan
tersebut bukan pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Jika profesi diartikan
sebagai pekerjaan dan isme sebagai pandangan hidup, maka professional dapat
diartikan sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan
bekerja sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur,
loyalitas tinggi dan penuh dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya.
Aspek profesionalisme ini amat penting bagi seorang
pekerja.Maksudnya adalah kemampuan untuk memahami dan melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan prinsipnya (keahlian).Pekerja tidak cukup hanya dengan
memegang teguh sifat-sifat amanah, kuat, berakhlak dan bertakwa, namun dia harus
pula mengerti dan menguasai benar pekerjaannya.Umar ra.sendiri pernah
memperkerjakan orang dan beliau memilih dari mereka orang-orang yang
professional dalam bidangnya.
Jadi, tanpa adanya profesionalisme atau keahlian, suatu usaha akan
mengalami kerusakan dan kebangkrutan. Juga menyebabkan menurunnya kualitas
dan kuantitas produksi, bahkan sampai pada kesemerawutan manajemen, serta
kerusakan alat-alat produktivitas. Hal-hal ini tentunya jelas akan menyebabkan juga
terjadinya kebangkrutan total yang tidak diinginkan.
Allah berfirman,
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk
beribadah kepada-Ku”. (QS. Al-Dzariyyat: 56).
Firman Allah SWT,
سْ َس ُد ِفيهَا َوي ِ ض َخ ِليفَةً َقالُوا أَتَجْ عَ ُل فِيهَا َم ْن يُ ْف ِ األر ْ َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َمالئِ َك ِة إِنِِّي جَا ِع ٌل فِي
َِّس َلكَ قَا َل إِنِِّي أَ ْع َل ُم َما ال تَ ْع َل ُمون
ُ سبِِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَ ِد
َ ُفِكُ ال ِ ِّد َما َء َونَحْ نُ ن
7
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-
Baqarah: 30).
Di dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 100 ayat yang berbicara tentang profesi dan
kerja, diantaranya:
8
Allah berfirman,
ُّ ستَأْج َْرتَ ا ْل َق ِو
ُي ْاأل َ ِمين ْ إِنَّ َخي َْر َم ِن ا
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. Al-Qashash: 26).
Allah berfirman,
َِللا
َّ ض ِل ِ ض ِربُونَ فِي ْاأل َ ْر
ْ َض يَ ْبتَغُونَ ِم ْن ف ْ ََوآ َخ ُرونَ ي
“Dan yang lain orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah.” (QS. Al-Muzzammil: 20).
Kepedulian terhadap etika profesi bertitik tolak dari mahfuh firman
Allah:
ْ ُدى َو َرحْ َمةً َوبُش َْرى ِل ْل ُم
َس ِل ِمين َ َ علَ ْيكَ ا ْل ِكت
ً اب ِت ْب َيانا ً ِل ُك ِ ِّل ش َْيءٍ َوه َ َونَ َّز ْل َنا
9
memakan dari hasil karyanya (pembuat baju besi), Sulaiman pengrajin membuat
miktal (wadah berisi 30 sha’) dari daun kurma (atau juga kelaa dan pandan), dan
dia makan dari situ. Zakariya seorang tukang kayu, Isa as.memakan dari hasil
tenun ibunya”. (Al-Kasb, 35-36).
Sunnah datang sebagai aplikasi dari etika profesi, dimana Rasul pada
masa muda bekerja sebagai buruh menggembalakan kambing milik penduduk
Makkah, dan beliau menjelaskan bahwa semua Nabi pernah menggembalakan
kambing.
Setelah memahami penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Islam Profesi ialah suatu kajian tentangpekerjaan yang dalam melaksanakan tugas
profesinya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik
ilmiah, serta dedikasi yang tinggi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Profesi
sebagai suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset,
fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai
hamba Allah.
10
produk unggul (sempurna). Karena produk yan dihasilkan unggulan, pelanggan
pun senang dan menaruh kepercayaan (trust).
11
Seorang entrepreneur muslim sangat identik dengan kepribadian atau
profil yang mengesankan para klien, customer, dan rekan-rekan bisnisnya. Hal ini
disebabkan akhlaknya yang mulia dan budi pekertinya yang luhur. Tentu yang
demikian ini tidak terbentu dengan sendirinya, akan tetapi lahir dari kesadarannya
akan budi pekerti dan akhlak yang mulia dalam berbagai ihwal, khususnya pada
usaha yang dijalaninya.
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan
ketakwaan.Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi.Beliau
bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Dalam sebuah cerita Rasulullah,Suatu
hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu
Rasul melihat tangan Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?” tanya Rasul kepada Sa’ad. “Wahai
Rasulullah,” jawab Sa’ad, “Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah
dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi
tanggunganku”. Seketika itu beliau mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya
seraya berkata, “Inilai tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka”.
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui
tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan
tangkas.Para sahabat kemudian bertanya,“Wahai Rasulullah, andaikata bekerja
semacam orang itu dapat digolongkan jihad fii sabillah, maka alangkah
baiknya”.Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk
menghidupi anak-anak yang masih kecil, itu adalah fii sabilillah; kalau ia bekerja
untuk menghidupi keduaorangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fii
sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-
minta, itu juga fii sabililla”. (HR. Ath-Thabrani).
Bekerja adalah manifestasi amal shaleh.Bila kerja itu amal shaleh, maka
kerja adalah ibadah.Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa
dilepaskan dari kerja.Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah
kepadaNya?
Ajaran Islam sebagai agama universal sangat kaya akan pesan-pesan
yang mendidik bagi muslim untuk menjadi umat terbaik, menjadi khalifah, yang
12
mengatur dengan baik bumi dan seisinya. Pesan-pesan sangat mendorong kepada
setiap muslim untuk berbuat dan bekerja secara professional, yakni bekerja dengan
benar, optimal, jujur, disiplin dan tekun. Akhlak Islam yang diajarkan oleh
Nabiyullah Muhammad SAW, memiliki sifat-sifat yang dapat dijadikan landasan
bagi pengembangan profesionalisme.
َ َس ْم َع َوا ْل َبص ََر َوا ْلفُؤَا َد ُك ُّل أُولَ ِئكَ كَان
ْ ع ْنهُ َم
سئ ُوال َّ ْس لَكَ ِب ِه ِع ْل ٌم ِإنَّ ال
َ ف َما لَي
ُ َوال ت َ ْق
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabnya. (QS. Al-Isra/17:36).
2. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian. Sabda Nabi SAW yang
artinya:“Bila suatu pekerjaan tidak diserahkan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya” (HR. Bukhari).
3. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalam Islam, amal, dan kerja
harus dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat
dipahami sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun
dihadapan manusia rekanan kerjanya.
4. Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah dan masyarakatnya, oleh
karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi.
6. Pengupahan harus dilakukan secara tepat dan sesuai dengan amal atau karya
yang dihasilkannya.
13
a. Pertama, Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, professional, dan tidak asal-
asalan. Beliau bersabda,“Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang
darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya”.
b. Kedua, dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik,
perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
c. Ketiga, Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempata sekecil
apapun. “Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu
memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya”.
d. Keempat, dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau
adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan
terfokus.
e. Kelima, Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara
tuntas dan berkualitas.
f. Keenam, Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk)
tim yang solid yang percayapada cita-cita bersama.
g. Ketujuh, Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu
sedetik pun waktu, kecuali menjadinilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang
terakhir, Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasikeimanan dan
ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau
bekerja untuk meraihkeridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting.
14
BAB II
KESIMPULAN
15
terbatas, khusus dan unggul, maka bukan tidak mungkin akan terjadi gejala-gejala
penyalahgunaan terhadap profesi yang dimiliki.
Aktualisasi profesionalisme dalam perspektif Islam ialah berdasarkan
prinsip-prinsip yang berlandaskan Al-qur’an dan Hadist, bahwa suatu pekerjaan itu
harus berlandaskan kesadaran pengetahuan yang memadai yang sesuai dengan
kandungan QS. Al-Isra/17:36. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian
(professional) sesuai dengan kandungan Hadist Bukhari.Pekerjaan senantiasa
diawasi oleh Allah SWT, Rasulullah, dan masyarakat, oleh karena itu harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.Pekerjaan harus dilakukan dengan
semangat dan etos kerja yang tinggi.
Ketika iman sudah di hati, hati akan bersih, lisan dan perbuatan akan
berada pada koridor/jalan yang benar. Oleh sebab itu, setiap apa yang kita kerjakan,
baik itu kegiatan ibadah maupun amaliyah hendaknya kita berlandaskan nilai-nilai
Islam agar apa yang dilakukan dapat bermanfaat dan membawa kemaslahatan dunia
dan akhirat. Termasuk juga dalam menekuni suatu profesi, kita tidak hanya dituntut
keahlian, keterampilan, dan pengetahuan saja melainkan sikap dan perilaku kita
dinilai oleh sekitar lingkungan dan masyarakat, dengan menunjukkan sikap yang
jujur, amanah, cerdas, dan komunikatif sudah tentu menjadi nilai tambah untuk diri
kita sendiri khususnya untuk pekerjaan dan profesi yang kita jalani.Profesi erat
kaitannya dengan Islam, Islam di dalamnya mengkaji tentang profesi suatu
pekerjaan.
Akhirnya selesai sudah pembahasan mengenai Islam Profesi dan Profesi
yang Islami yang saya paparkan secara singkat jelas dan padat.Mudah-mudahan
dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam dan Profesi.
16