Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA KAKI DIABETIK

KELOMPOK III :

1. Ishak Hami Leo Lomi Koro 1511B0025


2. Windy Maya Sari 1511B0061
3. Diani Retno Kemuning 1511B0012
4. Julia Lopes 1511B0028

STIKES SURYA MITRA HUSADA

KEDIRI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangren adalah luka yang terinfeksi disertai dengan adanya jaringan yang
mati. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM) yang paling berbahaya adalah komplikasi
pada pembuluh darah. Pembuluh darah besar maupun kecil ataupun kapiler penderita
DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah (angiopati diabetik)
Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai
(makroangopati diabetik) tungkai akan lebih mudah mengalami gangren diabetik,
yaitu luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila sumbatan
terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar, penderita DM akan merasa tungkainya
sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu, karena aliran darah ke tungkai tersebut
berkurang dan disebut claudicatio intermitten.
Beberapa faktor secara bersama-sama berperan pada terjadinya ulkus/gangren
diabetes. Dimulaidari faktor pengelolaan penderita DM terhadap penyakitnya yang
tidak baik, adanya neuropati perifer dan autonom, faktor komplikasi vaskuler yang
memeperburuk aliran darah ke kaki tempat luka, faktor kerentanan terhadap infeksi
akibat respons kekebalan tubuh yang menurun pada keadaan DM tidak terkendali,
serta kemudian faktor ketidaktahuan pasien sehingga terjadi masalah gangren diabetik
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui luka kaki diabetik (gangren) dan teknik perawatannya
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud gangren
b. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud etiologi ganren
c. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud patofisiologi gangren
d. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud klasifikasi gangren
e. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud teknik perawatan luka
konvensional dan modern
C. Manfaat
Diharapkan dengan adanya materi ini dapat mempermudah untuk memahami
luka kaki diabetik (gangren) dan teknik perawatan luka yang benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Luka Gangren

2.1.1. Definisi

Gitarja (2008) memaparkan definisi luka kronik yaitu luka yang mengalami kegagalan
dalam proses penyembuhan dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhinya seperti umur,
nutrisi, imunologi pemakaian obat-obatan dan kondisi metabolik. Alex (2006) menambahkan
bahwa luka kronik yang paling sering ditemui adalah luka ekstremitas bawah yang mencapai
98% kasus berhubungan dengan penyakit diabetes dan pembuluh darah. Alex (2006) juga
mengatakan bahwa luka kaki diabetik merupakan luka kronik yang paling banyak ditemui
pada penderita diabetes melitus
Luka Kaki Diabetik (LKD) adalah kerusakan sebagian (partial thickness) atau
keseluruhan (full thickness) pada kulit yang dapat meluas kejaringan dibawah kulit, tendon,
otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit DM
(Parmet, 2012).
Gouin (2012) melakukan pengukuran berulang terkait stress yang dapat berpengaruh
pada penyembuhan luka, hasil dari pengukuran tersebut menunjukkan bahwa stres psikologis
dapat memodulasi proses penyembuhan luka. Stres psikologis dapat memiliki dampak besar
dan relevan secara klinis pada penyembuhan luka. Respon stres fisiologis dapat langsung
mempengaruhi proses penyembuhan luka dengan melibatkan beberapa hormon, Hormon
yang berpengaruh diantaranya glukokortikoid, ketokalamin, oksitosin dan vasopressin, serta
produksi sitokinin.
2.1.2. Etiologi
1. Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa
merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki,
sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa.
Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal
ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.
2. Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar
pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki
yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi,
oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
3. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik (neoropati)
4. Gangren terjadi akibat infeksi oleh bakteri klostridium, yang merupakan bakteri anareob
(tumbuh bia tidak ada oksigen).Selama pertumbuhannya, klostridium menghasilkan gas,
sehingga infeksinya disebut gas gangren.
Gangren biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami cedera atau pada luka
operasi. Sekitar 30% kasus terjadi secara spontan.Bakteri klostridium menghasilkan berbagai
racun, 4 diantaranya (alfa, beta, epsilon, iota) menyebabkan gejala-gejala yang bisa berakibat
fatal. Selain itu, terjadi kematian jaringan (nekrosis), penghancuran sel darah
(hemolisis),vasokonstriksi dan kebocoran pembuluh darah.
2.1.3.Patofisiologi

Diabetes mellitus dalam waktu yang lanjut akan menyebabkan komplikasi angiopathy
dan neuropathy. Kedua hal ini merupakan penyebab dasar terjadinya gangren.
1. Angiopathy
Terjadinya angiopathy diabetik dipengaruhi oleh factor genetic, factor
metabolic, dan factor penunjang lain seperti kebiasaan merokok, hipertensi dan
keseimbangan insulin. Factor genetic seperti type HLA tertentu pada penderita
diabetes, walaupun dengan kadar gula darah rendah, sudah cukup untuk menimbulkan
mikroangiopathy diabetik yang luas serta memacu timbulnya mikrotrombus yang
akhirnya menyumbat pembuluh darah.
Faktor metabolik yang berpengaruh adalah regulasi diabetes mellitus,
dislipidemia dan glikogenesis dari protein. Khusus untuk dislipidemia terdapat
peningkatan factor aterogenik berupa kolesterol LDL. Komponen lemak ini
memegang peran utama dalam patogenesis angiopathy diabetik. Secara umum
angipathy dapat dibagi dalam dua jenis yaitu makroangiopathy dan mikroangiopathy.
2. Makroangiopathy
Makroangiopathy bukanlah hanya melibatkan pembuluh dasar besar saja, tapi
juga melibatkan pembuluh darah kecil. Langkah pertama untuk terjadinya
makroangipathy adalah rusaknya sel endotel oleh karena pengaruh lemak atau oleh
karena pengaruh tekanan darah. Keadaan ini diikuti oleh melekatnya dan
berkumpulnya sel-sel platelet. Kejadian ini berlangsung lebih cepat dibandingkan
dengan non diabetes. Platelet ini mempunyai pengaruh stimulasi terhadap proliferasi
otot polos. Sel otot dari tunika media akan berproliferasi kedalam tunika intima dan
kedalam lumen dari pembuluh “Clot” ataupun “plaque” yang terbentuk akan terdiri
dari deposit-deposit lemak, platelets, dan sel otot.
3. Mikroangiopathy
Lesi yang terutama pada angiopathy dan merupakan tanda dari diabetik
“vascular disease” adalah penebalan dari membrana basalis kapiler. Penebalan ini
semakin nyata bila perjalanan penyakit diabetes semakain lama, dan mungkin ada
hubungan dengan tingkat kontrol terhadap gula darah, walaupun penyataan ini masih
memerlukana penelitian lebih lanjut. Sebagian besar pembuluh darah mengalami
penebalan membrana basalis. Patologis yang pasti tentang terjadinya penebalan
membrana basalis ini belum diketahui. Tetapi telah dapat ditejukkan bahwa
membrana basalis yang menebal ini permaebilitasnya meningkat terhadap cairan dan
protein. Hal ini akan menghalangi masuknya leukosit lebih jauh ke dalan cairan
interstitial dan akan menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap infeksi bakteri

2.1.4. Klasifikasi

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetik yaitu klasifikasi oleh Edmonds dari
King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool, klasifikasi Wagner, klasifikasi Texas,
serta yang lebih banyak digunakan adalah yang dianjurkan oleh International Working Group
On Diabetik Foot karena dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan yakni
vaskular,infeksi dan neuropati, sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju
dengan baik, namun pada penelitian ini klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi
berdasarkan Wagner
1. Klasifikasi Menurut Edmonds
a. Stage 1 : Normal foot b. Stage 2: High risk foot

Gambar 2.3.1. Kaki yang normal Gambar 2.3.2. Kaki degan risiko tinggi
c. Stage 3 : Ulcerated Foot d. Stage 4 : Infected foot
Gambar 2.3.3 Kaki dengan luka terbuka Gambar 2.3.4. Kaki dengan luka infeksi
e. Stage 5 : Necrotic foot f. Stage 6 : Unsaivable foot

Gambar 2.3.5. Kaki dengan luka disertai Gambar 2.3.6. Kaki yang tidak
jaringan nekrosis terselamatkan
2. Klasifikasi menurut Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi 6
tingkatan:
a. Derajat 0: Tidak ada lesi, kulit masih utuh dgn kemungkinan disertai kelainan
bentuk kaki
b. Derajat I: Ulkus superficial terbatas pada kulit
c. Derajat II: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d. Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomilitis
e. Derajat IV: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau selulitis.
f. Derajat V: gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
3. Klasifikasi menurut Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki
menjadi 2 golongan :
a. Kaki diabetik akibat iskemi: Disebabkan oleh penurunan aliran darah ke tungkai
akibat adanya makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar di
tungkai terutama di betis.
b. Kaki diabetik akibat neuropati
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tdk ada ggn dari sirkulasi.
Secara klinis: dijumpai kaki yg kering, hangat, kesemutan, mati rasa, edema
kaki dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.

2.2. Manajemen Kaki Diabetik


2.3. Perawatan Luka Gangren
2.2.1. Definisi
Perawatan luka gangren: Melakukan perawatan luka akibat dari komplikasi penyakit
diabetes melitus (Perry & Potter, 2006)
2.2.2. Tujuan
a. Mencegah meluasnya infeksi
b. Memberi rasa nyaman pada klien
c. Mengurangi nyeri
d. Meningkatkan proses penyembuhan luka

2.2.3 Indikasi Perawatan


Perawatan luka gangren dapat dilakukan pada luka gangren diabetik yang kotor dan bersih

2.2.4. Prinsip Perawatan


a. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah
b. Perhatikan teknik aseptik dan antiseptic
c. Ganti sarung tangan diantara tindakan “bersih” dan “kotor”
d. Pisahkan peralatan bersih dan steril
e. Balutan diberikan sesuai kondisi luka: basah, kering, steril dan luka terkontaminasi

2.2.5. Hal-hal yang harus diperhatikan


a. Melihat kondisi luka pasien: luka kotor/tidak, ada pus atau jar.nekrotik?
b. Setelah dikaji baru dilakukan perawatan luka.
c. Untuk perawatan luka biasanya menggunakan antiseptik ( NaCl) dan kassa steril.

2.2.6.Pra orientasi
2.2.6.1. Persiapan alat untuk perawatan
a. Alat Steril ( baki instrument berisi ) :
1. 1 Pinset anatomi
2. 2 pinset chirurgis
3. 1 klem arteri
4. 1 gunting jaringan
5. Kassa dan deppers steril secukupnya
6. Kom kecil untuk larutan 2 buah
7. Sarung tangan steril
8. Kapas lidi
b. Alat Tidak Steril:
1. Larutan NaCl 0,9 %
2. Handscone bersih
3. Pinset anatomi bersih
4. Verban/plester hipoalergik
5. Verban elastic, gunting verban
6. Spuit 50 cc dan 10 cc
7. Pengalas/perlak
8. Tempat sampah atau kantong plastik, bengkok
9. Antiseptik: Iodine (jika perlu), alkohol.
10. Sampiran
11. Masker, dan scort jika perlu
c. Peralatan balutan modern
1. Hidroaktif gel
2. Calsium alginate
2.2.7. Orientasi Pasien
1. Menyiapkan pasien sesuai kebutuhan
2. Mengucapkan salam teraupetik dan memperkenalkan diri
3. Meminta persetujuan pasien
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik)
5. Menjelaskan tujuan dilakukanprosedur
6. Menjelaskan langkah prosedur
7. Melakukan evaluasi/validasi
2.2.8. Kerja
Prosedur pelaksanaan:
1) Tutup pintu atau psang sampiran di sekitar klien
2) Atur posisi yang nyaman bagi klien untuk memudahkan daerah luka dapat
dijangkau dengan mudah
3) Sediakan perlatan yang diperlukan dalam troley di samping pasien.
4) Cuci tangan, gunakan sarung tangan bersih,
5) Pasang pengalas
6) Letakkan bengkok atau kantong plastik di dekat klien
7) Buka balutan luka dengan menggunakan gunting verban. Bila balutan lengket
pada luka, basahi balutan yang menempel pada luka dengan NaCl 0,9% dan
angkat balutan dengan pinset secara hati-hati.
8) Kaji kondisi sekitar luka:
a. Lokasi luka dan jaringan tubuh yang rusak, ukuran luka meliputi luas dan
kedalaman luka (arteri, vena, otot, tendon dan tulang).
b. Kaji ada tidaknya sinus
Kondisi luka kotor atau tidak, ada tidaknya pus, jaringan nekrotik, bau pada
luka, ada tidaknya jaringan granulasi (luka berwarna merah muda dan
mudah berdarah).
9) Lakukan penutupan luka:
a. Teknik balutan modern
1. Hidroaktif gel :
Digunakan untuk mengisi jaringan mati/nekrotik,mendukung terjadinya
autolitikdebridement, membuat kondisi lembab pada luka ynag
kering/nelrotik, luka ynag berwarna kuning dengan eksudat minimal.
2. Calsium Alginate
Digunakan sebagai absorban, mendukung granulasi pada luka.
Digunakan pada warna luka merah, eksudat dan mudah berdarah.
2.2.9. Evaluasi
1. Mencatat hasil tindakan perawatan luka pada dokumen/catatan keperawatan
2. Perhatikan teknik asepthik dan antiseptik
3. Jaga privasi klien
4. Perhatikan jika ada pus / jaringan nekrotik
5. Catat karakteristik luka
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Gangren adalah proses atau keadaan yg ditandai dengan adanya jaringan mati
ataunekrosisnamun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yg disebabkan oleh
infeksi. Sedangkan perawatan luka gangrene merupakan perawatan luka akibat dari
komplikasi penyakit diabetes mellitus. Hal yang harus diperhatikan adalah
penggunaan alat bersih dan steril, selain itu teknik septik dan aeptik. Teknik
perawatan luka yang digunakan adalah teknik konvensional dan teknik perawatan
luka modern.
3.2.Saran
1. Perhatikan teknik septik dan aseptik
2. Menghilangkan jaringan yang kemungkinan akan terkontaminasi sehingga
dilindungi terhadap invasi bakteri
3. Menghilangkan jaringan yang nekrosis
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti,S. (2015).Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta:Nuha Medika
Yunita, S. (2015). Perawatan Luka Diabetes Berdasarkan Konsep Menejemen
Luka Modern Dan Penelitian Terkini. Yogyakarta: Graha Ilmu
Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr.Ciptomangunkusumo Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2007.Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Jakarta
Price& Sylvia Anderson.1994. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai