Anda di halaman 1dari 18

KUIS DAN TUGAS 3

SI 4112 – STRUKTUR BETON LANJUT


Dosen: Prof. Dr. Ir. Bambang Budiono, M.E.

Disusun Oleh:

Albert Pranata – 15014128

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
KUIS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

KUIS 3
SI 4112 – STRUKTUR BETON LANJUT

Diketahui suatu sistem lantai flat plate dengan panel 7,2 m × 6 m ditumpu kolom persegi
500 mm. Tentukan ketebalan pelat minimum yang dibutuhkan untuk panel interior dan eksterior
𝑓𝑐′ = 25 MPa dan 𝑓𝑦 = 400 MPa. Bandingkan bila sistem pelatnya adalah sistem balok dan pelat.
Ukuran balok tepi 350 mm × 650 mm dan ukuran balok tengah 400 mm × 750 mm.

Gambar 1 Gambar Sistem Pelat Dua Arah

Gambar 2 Potongan A - A

Pengecekan Dua Arah


Pelat perlu dilakukan pengecekan dua arah atau satu arah dengan persamaan sebagai
berikut.
𝑙𝑦 7,2
𝛽= = = 𝟏, 𝟐 < 2
𝑙𝑥 6
Karena 𝛽 < 2, maka pelat didesain sebagai pelat dua arah.

Albert Pranata / 15014128 1


KUIS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Tebal Minimum Pelat Interior (Sistem Flat Plate)


Pelat interior pada Gambar 1 hanya dimiliki oleh pelat nomor 3. Karena sistem pelat adalah
flat plate, maka pelat tidak memiliki balok perimeter. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
nilai 𝜶 = 𝟎. Selanjutnya, dihitung bentang bersih antar kolom (𝑙𝑛 ) dengan persamaan sebagai
berikut.
500
𝑙𝑛 = 7200 − 2 × = 6700 mm
2
Karena 𝛼 < 2, maka penentuan tebal pelat dapat dilakukan dengan menggunakan tebal pelat
minimum yang ada dalam Tabel 16.1 SNI 2847-2013 (lihat Tabel 1).
Tabel 1 Tabel 16.1 SNI 2847-2013

Diketahui pelat yang ditinjau merupakan panel interior (dalam) tanpa penebalan dan 𝑓𝑦 =
400 MPa. Berdasarkan Tabel 1, diperoleh hasil sebagai berikut.
𝑙𝑛 6700 mm
ℎmin(1) = = = 𝟐𝟎𝟑, 𝟑𝟑 mm (Ambil 𝒉𝐩𝐥𝐚𝐭 = 𝟐𝟏𝟎 𝐦𝐦)
33 33
Kemudian berdasarkan SNI Pasal 9.5.3.2 disebutkan bahwa untuk pelat tanpa balok interior yang
membentang di antara tumpuan dan mempunyai 𝛽 ≤ 2, tebal minimum pelat tanpa panel drop
adalah sebesar 125 mm dan tebal minimum pelat dengan panel drop adalah sebesar 100 mm.
Dalam hal ini, pelat yang didesain tidak memiliki panel drop sehingga 𝒉𝐦𝐢𝐧(𝟐) = 𝟏𝟐𝟓 𝐦𝐦.

Albert Pranata / 15014128 2


KUIS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Perhatikan bahwa ℎplat ≥ ℎmin(2) , maka tebal pelat yang diambil sudah memenuhi
persyaratan tebal pelat minimum. Dengan demikian, tebal pelat yang diperlukan untuk pelat
interior sistem flat plate adalah 210 mm.

Tebal Minimum Pelat Eksterior (Sistem Flat Plate)


Pelat eksterior pada Gambar 1 dimiliki oleh pelat nomor 1, 2, dan 4. Karena sistem pelat
adalah flat plate, maka pelat tidak memiliki balok perimeter. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa nilai 𝜶 = 𝟎. Selanjutnya, dihitung bentang bersih antar kolom (𝑙𝑛 ) dengan persamaan
sebagai berikut.
500
𝑙𝑛 = 7200 − 2 × = 6700 mm
2
Karena 𝛼 < 2, maka penentuan tebal pelat dapat dilakukan dengan menggunakan tebal pelat
minimum yang ada dalam Tabel 16.1 SNI 2847-2013 (lihat Tabel 1).
Diketahui pelat yang ditinjau merupakan panel eksterior (luar) tanpa balok pinggir dan
tanpa penebalan dan 𝑓𝑦 = 400 MPa. Berdasarkan Tabel 1, diperoleh hasil sebagai berikut.
𝑙𝑛 6700 mm
ℎmin(1) = = = 𝟐𝟐𝟑, 𝟑 mm (Ambil 𝒉𝐩𝐥𝐚𝐭 = 𝟐𝟑𝟎 𝐦𝐦)
30 30
Kemudian berdasarkan SNI Pasal 9.5.3.2 disebutkan bahwa untuk pelat tanpa balok interior yang
membentang di antara tumpuan dan mempunyai 𝛽 ≤ 2, tebal minimum pelat tanpa panel drop
adalah sebesar 125 mm dan tebal minimum pelat dengan panel drop adalah sebesar 100 mm.
Dalam hal ini, pelat yang didesain tidak memiliki panel drop sehingga 𝒉𝐦𝐢𝐧(𝟐) = 𝟏𝟐𝟓 𝐦𝐦.
Perhatikan bahwa ℎplat ≥ ℎmin(2) , maka tebal pelat yang diambil sudah memenuhi
persyaratan tebal pelat minimum. Dengan demikian, tebal pelat yang diperlukan untuk pelat
interior sistem flat plate adalah 230 mm.

Analisis Inersia Penampang Balok Interior (𝟒𝟎𝟎 × 𝟕𝟓𝟎)


Asumsikan tebal plat (ℎplat ) adalah 𝟐𝟎𝟎 𝐦𝐦 sebagai asumsi awal. Akan ditentukan lebar
flens (𝑏𝑓 ) dari balok T yang ditinjau (lihat Gambar 3) sehingga menghasilkan nilai sebagai berikut.
𝑏𝑓 = 𝑏𝑤 + 2ℎ𝑤 = 400 + 2 × (750 − 200) = 1500 mm
𝑏𝑓(max) = 𝑏 + 8ℎ = 400 + 8 × 200 = 2000 mm

Albert Pranata / 15014128 3


KUIS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Gambar 3 Keterangan Simbol pada Balok T dan Pelat Interior

Dengan demikian, diambil nilai 𝑏𝑓 pada balok T sebesar 𝒃𝒇 = 𝟏𝟓𝟎𝟎 mm. Selanjutnya, dicari nilai
titik berat (centroid) dari balok T tersebut pada arah sumbu Y sebagai berikut.
𝐴1 𝑦1 + 𝐴2 𝑦2 𝑏𝑤 ℎ(0.5ℎ) + 𝑏𝑓 ℎ𝑓 (ℎ + 0,5ℎ𝑓 )
𝑦̅ = =
𝐴1 + 𝐴2 𝑏𝑤 ℎ + 𝑏𝑓 ℎ𝑓
400(550)(275) + 1500(200)(650)
𝑦̅ = = 𝟒𝟗𝟏, 𝟑𝟓 mm
400(550) + (1500)(200)
Nilai inersia penampang balok tengah (𝐼𝑏 ) dapat dicari sebagai berikut.
1 1
𝐼𝑏 = 𝑏𝑤 ℎ3 + 𝑏𝑓 ℎ𝑓 3 + 𝑏𝑤 ℎ(𝑦1 − 𝑦̅)2 + 𝑏𝑓 ℎ𝑓 (𝑦2 − 𝑦̅)2
12 12
1 1
𝐼𝑏 = 400(550)3 + 1500(200)3 + 400(550)(275 − 491,35)2 + 1500(200)(650 − 491,35)2
12 12
𝑰𝒃 = 𝟐𝟒, 𝟏𝟑 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒

Analisis Inersia Penampang Balok Eksterior (𝟑𝟓𝟎 × 𝟔𝟓𝟎)

Gambar 4 Keterangan Simbol pada Balok T dan Pelat Eksterior

Asumsikan tebal plat (ℎplat ) adalah 𝟐𝟎𝟎 𝐦𝐦 sebagai asumsi awal. Akan ditentukan lebar
flens (𝑏) dari balok T yang ditinjau (lihat Gambar 4) sehingga menghasilkan nilai sebagai berikut.
𝑏𝑓(max) = 𝑏 + 8ℎ = 350 + 8 × 200 = 1950 mm
𝑏𝑓 = 𝑏𝑤 + 2ℎ𝑤 = 350 + 2 × (650 − 200) = 1250 mm ≤ 𝑏𝑓(max)

Albert Pranata / 15014128 4


KUIS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

𝑏𝑓 𝑏𝑤 1250 350
𝑏= + = + = 𝟖𝟎𝟎 𝐦𝐦
2 2 2 2
Selanjutnya, dicari nilai titik berat (centroid) dari balok T tersebut pada arah sumbu Y sebagai
berikut.
𝐴1 𝑦1 + 𝐴2 𝑦2 𝑏𝑤 ℎ(0.5ℎ) + 𝑏ℎ𝑓 (ℎ + 0,5ℎ𝑓 )
𝑦̅ = =
𝐴1 + 𝐴2 𝑏𝑤 ℎ + 𝑏ℎ𝑓
350(450)(225) + 800(200)(550)
𝑦̅ = = 𝟑𝟖𝟖, 𝟕𝟖 mm
350(450) + (800)(200)
Nilai inersia penampang balok tengah (𝐼𝑏 ) dapat dicari sebagai berikut.
1 1
𝐼𝑏 = 𝑏𝑤 ℎ3 + 𝑏ℎ𝑓 3 + 𝑏𝑤 ℎ(𝑦1 − 𝑦̅)2 + 𝑏ℎ𝑓 (𝑦2 − 𝑦̅)2
12 12
1 1
𝐼𝑏 = 350(450)3 + 800(200)3 + 350(450)(225 − 388,78)2 + 800(200)(550 − 388,78)2
12 12
𝑰𝒃 = 𝟏𝟏, 𝟖𝟕 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒

Tebal Minimum Pelat Interior (Sistem Balok-Pelat)

Gambar 5 Penentuan Posisi Alpha pada Pelat Tinjauan

Pelat interior pada Gambar 1 hanya dimiliki oleh pelat nomor 3. Asumsikan tebal plat
(ℎplat ) adalah 𝟐𝟎𝟎 𝐦𝐦 sebagai asumsi awal. Pertama-tama, kita hitung nilai inersia pelat (𝐼𝑝 ) dan
rasio kekakuan balok-pelat (𝛼) untuk semua sisi (lihat Gambar 5).
1 1
𝐼𝑝(𝑦) = 𝑙𝑦 ℎplat 3 = × 7200 × 2003 = 𝟒, 𝟖 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(𝑥) = 𝑙𝑥 ℎplat 3 = × 6000 × 2003 = 𝟒 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
𝐼𝑏 24,13 × 109 mm4
𝛼2 = 𝛼4 = = = 𝟓, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(𝑦) 4,8 × 109 mm4

Albert Pranata / 15014128 5


KUIS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

𝐼𝑏 24,13 × 109 mm4


𝛼1 = 𝛼3 = = = 𝟔, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(𝑥) 4 × 109 mm4
𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4 5,03 + 6,03
𝛼= = = 𝟓, 𝟓𝟑 > 𝟐
4 2
Karena nilai 𝛼 > 2, maka tebal minimum pelat yang diperlukan (ℎmin ) dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan berikut (lihat Pasal 9.5.3.3 SNI 2847-2013).
𝑓𝑦 400
𝑙𝑛 (0,8 + 1400) 6700 (0,8 + 1400)
ℎmin = = = 𝟏𝟓𝟓, 𝟒𝟑 𝐦𝐦 (≈ 𝟏𝟔𝟎 𝐦𝐦)
36 + 9𝛽 7,2
36 + 9 ( 6 )

Tebal Minimum Pelat Eksterior (Sistem Balok-Pelat)


Pelat eksterior pada Gambar 1 dimiliki oleh pelat nomor 1, 2, dan 4. Asumsikan tebal plat
(ℎplat ) adalah 𝟐𝟎𝟎 𝐦𝐦 sebagai asumsi awal. Pertama-tama, kita hitung nilai inersia pelat (𝐼𝑝 ) dan
rasio kekakuan balok-pelat (𝛼) untuk semua sisi untuk pelat 1 (lihat Gambar 5).
1 1
𝐼𝑝(1) = 𝑙1 ℎplat 3 = × 6000 × 2003 = 𝟒 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(2) = 𝑙2 ℎplat 3 = × 7200 × 2003 = 𝟒, 𝟖 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(3) = 𝑙3 ℎplat 3 = × (0,5 × 6000) × 2003 = 𝟐 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(4) = 𝑙4 ℎplat 3 = × (0,5 × 7200) × 2003 = 𝟐, 𝟒 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
𝐼𝑏(1) 24,13 × 109 mm4
𝛼1 = = = 𝟔, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(1) 4 × 109 mm4
𝐼𝑏(2) 24,13 × 109 mm4
𝛼2 = = = 𝟓, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(2) 4,8 × 109 mm4
𝐼𝑏(3) 11,87 × 109 mm4
𝛼3 = = = 𝟓, 𝟗𝟑𝟓
𝐼𝑝(3) 2 × 109 mm4
𝐼𝑏(4) 11,87 × 109 mm4
𝛼4 = = = 𝟒, 𝟗𝟒
𝐼𝑝(4) 2,4 × 109 mm4
𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4 5,03 + 6,03 + 5,935 + 4,94
𝛼= = = 𝟓, 𝟒𝟗 > 𝟐
4 4
Karena nilai 𝛼 > 2, maka tebal minimum pelat yang diperlukan (ℎmin ) untuk pelat 1 dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut (lihat Pasal 9.5.3.3 SNI 2847-2013).

Albert Pranata / 15014128 6


KUIS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

𝑓𝑦 400
𝑙𝑛 (0,8 + 1400) 6700 (0,8 + 1400)
ℎmin = = = 𝟏𝟓𝟓, 𝟒𝟑 𝐦𝐦 (≈ 𝟏𝟔𝟎 𝐦𝐦)
36 + 9𝛽 7,2
36 + 9 ( 6 )

Selanjutnya, kita hitung nilai inersia pelat (𝐼𝑝 ) dan rasio kekakuan balok-pelat (𝛼) untuk
semua sisi untuk pelat 2 (lihat Gambar 5).
1 1
𝐼𝑝(1) = 𝑙1 ℎplat 3 = × 6000 × 2003 = 𝟒 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(2) = 𝑙2 ℎplat 3 = × 7200 × 2003 = 𝟒, 𝟖 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(3) = 𝑙3 ℎplat 3 = × 6000 × 2003 = 𝟒 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(4) = 𝑙4 ℎplat 3 = × (0,5 × 7200) × 2003 = 𝟐, 𝟒 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
𝐼𝑏(1) 24,13 × 109 mm4
𝛼1 = = = 𝟔, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(1) 4 × 109 mm4
𝐼𝑏(2) 24,13 × 109 mm4
𝛼2 = = = 𝟓, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(2) 4,8 × 109 mm4
𝐼𝑏(3) 24,13 × 109 mm4
𝛼3 = = = 𝟔, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(3) 4 × 109 mm4
𝐼𝑏(4) 11,87 × 109 mm4
𝛼4 = = = 𝟒, 𝟗𝟒
𝐼𝑝(4) 2,4 × 109 mm4
𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4 5,03 + 6,03 + 6,03 + 4,94
𝛼= = = 𝟓, 𝟓𝟏 > 𝟐
4 4
Karena nilai 𝛼 > 2, maka tebal minimum pelat yang diperlukan (ℎmin ) untuk pelat 2 dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut (lihat Pasal 9.5.3.3 SNI 2847-2013).
𝑓𝑦 400
𝑙𝑛 (0,8 + 1400) 6700 (0,8 + 1400)
ℎmin = = = 𝟏𝟓𝟓, 𝟒𝟑 𝐦𝐦 (≈ 𝟏𝟔𝟎 𝐦𝐦)
36 + 9𝛽 7,2
36 + 9 ( )
6
Selanjutnya, kita hitung nilai inersia pelat (𝐼𝑝 ) dan rasio kekakuan balok-pelat (𝛼) untuk
semua sisi untuk pelat 4 (lihat Gambar 5).
1 1
𝐼𝑝(1) = 𝑙1 ℎplat 3 = × 6000 × 2003 = 𝟒 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(2) = 𝑙2 ℎplat 3 = × 7200 × 2003 = 𝟒, 𝟖 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12

Albert Pranata / 15014128 7


KUIS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

1 1
𝐼𝑝(3) = 𝑙3 ℎplat 3 = × (0,5 × 6000) × 2003 = 𝟐 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
1 1
𝐼𝑝(4) = 𝑙4 ℎplat 3 = × 7200 × 2003 = 𝟒, 𝟖 × 𝟏𝟎𝟗 𝐦𝐦𝟒
12 12
𝐼𝑏(1) 24,13 × 109 mm4
𝛼1 = = = 𝟔, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(1) 4 × 109 mm4
𝐼𝑏(2) 24,13 × 109 mm4
𝛼2 = = = 𝟓, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(2) 4,8 × 109 mm4
𝐼𝑏(3) 11,87 × 109 mm4
𝛼3 = = = 𝟓, 𝟗𝟑𝟓
𝐼𝑝(3) 2 × 109 mm4
𝐼𝑏(4) 24,13 × 109 mm4
𝛼4 = = = 𝟓, 𝟎𝟑
𝐼𝑝(4) 4,8 × 109 mm4
𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4 6,03 + 5,03 + 5,935 + 5,03
𝛼= = = 𝟓, 𝟓𝟏 > 𝟐
4 4
Karena nilai 𝛼 > 2, maka tebal minimum pelat yang diperlukan (ℎmin ) untuk pelat 2 dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut (lihat Pasal 9.5.3.3 SNI 2847-2013).
𝑓𝑦 400
𝑙𝑛 (0,8 + 1400) 6700 (0,8 + 1400)
ℎmin = = = 𝟏𝟓𝟓, 𝟒𝟑 𝐦𝐦 (≈ 𝟏𝟔𝟎 𝐦𝐦)
36 + 9𝛽 7,2
36 + 9 ( )
6

Kesimpulan
1. Tebal pelat yang diperlukan untuk pelat interior dan eksterior sistem flat plate berturut-
turut adalah 𝟐𝟏𝟎 𝐦𝐦 dan 𝟐𝟑𝟎 𝐦𝐦.
2. Tebal pelat minimum yang diperlukan untuk semua pelat (interior dan eksterior) sistem
balok-pelat adalah 𝟏𝟓𝟓, 𝟒𝟑 𝐦𝐦 (≈ 𝟏𝟔𝟎 𝐦𝐦).
3. Kebutuhan tebal pelat minimum pada sistem flat plate lebih kecil dibandingkan dengan
sistem balok-pelat.

Albert Pranata / 15014128 8


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

TUGAS 3
SI 4112 – STRUKTUR BETON LANJUT

Dengan menggunakan DDM, rancang pelat datar interior dan eksterior berikut (lihat Gambar 6
dan Gambar 7). Bentang pelat adalah 6 m × 5 m. Pelat ditumpu kolom persegi 500 mm ×
500 mm dengan tinggi 3,6 m. Diketahui juga beban hidup 400 kg/m2 dan beban SDL
120 kg/m2 . Data material yang digunakan adalah 𝑓𝑐′ = 30 MPa dan 𝑓𝑦 = 400 MPa.

Gambar 6 Gambar Sistem Pelat Dua Arah (DDM)

Gambar 7 Potongan A-A Pada Gambar 6

Kasus 1 : Kasus E – W Tanpa Balok


Pengecekan Dua Arah
Pelat perlu dilakukan pengecekan dua arah atau satu arah dengan persamaan sebagai
berikut.
𝑙𝑦 6
𝛽= = = 𝟏, 𝟐 < 𝟐
𝑙𝑥 5
Karena 𝛽 < 2, maka pelat didesain sebagai pelat dua arah.

Albert Pranata / 15014128 9


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Penentuan Momen Statis Total


Pertama-tama, akan ditentukan besaran lebar lajur kolom (Column Strip/CS) dan lebar lajur
tengah (Middle Strip/MS) pada pelat. Dalam hal ini, portal yang dijadikan tinjauan adalah portal
EW2 karena portal tersebut lebih mempengaruhi parameter desain dibandingkan dengan portal
lainnya (portal eksterior) dan dari portal EW 2, bisa diperoleh gambaran langsung distribusi
momen di panel interior dan eksterior (representatif). Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Pembagian Lajur Kolom dan Lajur Tengah Arah E-W

Pengasumsian tebal plat dapat didasarkan pada Tabel 16.1 SNI 2847-2013 (Tabel 1) karena
sangat konservatif. Berdasarkan Tabel 1, dapat diperoleh hasil sebagai berikut.
500
𝑙𝑛 = 6000 − 2 ( ) = 5500 mm
2
𝑙𝑛 5500 mm
ℎmin = = = 𝟏𝟖𝟑, 𝟑𝟑 mm (Asumsikan 𝒉𝐩𝐥𝐚𝐭 = 𝟐𝟎𝟎 𝐦𝐦)
30 30
Selanjutnya, akan ditentukan besaran beban akibat berat sendiri pelat beton (𝑞𝐷𝐿 ) yang dapat
dihitung sebagai berikut (Asumsi berat jenis beton 2400 kg/m3 ).
𝑞𝐷𝐿 = 𝛾𝑐 × 𝑡 = 2400 kg/m3 × 0,2 m = 𝟒𝟖𝟎 𝐤𝐠/𝐦𝟐
Beban ultimate (𝑞𝑢 ) dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝑞𝑢 = 1,2(𝑞𝐷𝐿 + 𝑞𝑆𝐷𝐿 ) + 1,6𝑞𝐿
𝑞𝑢 = 1,2(480 + 120) + 1,6(400)
𝑞𝑢 = 1360 kg/m2 = 𝟏𝟑, 𝟔 𝐤𝐍/𝐦𝟐
Lebar lajur kolom dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.

Albert Pranata / 15014128 10


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Lebar Lajur Kolom = min(0,25𝑙1 ; 0,25𝑙2 ) = 𝟏𝟐𝟓𝟎 mm


Selanjutnya, momen statis total (𝑀0 ) pada pelat dapat dicari dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut.
𝑞𝑢 𝑙2 𝑙𝑛 2 13,6 kN/m2 × 5 m × (5,5 m)2
𝑀0 = = = 𝟐𝟓𝟕, 𝟏𝟐𝟓 kN.m
8 8

Penentuan Distribusi Momen Arah Transversal (Lintas Lajur)


Momen longitudinal yang dihitung sebelumnya (𝑀0 ) pada dasarnya bekerja di keseluruhan
lebar portal yang terdiri atas lebar dua buah setengah lajur kolom dan dua buah setengah lajur
tengah panel-panel yang bersebelahan. Distribusi arah transversal dari momen longitudinal ke lajur
kolom dan tengah adalah fungsi 𝑙2 /𝑙1 , 𝛼, dan 𝛽𝑡 . Nilai 𝛼 dan 𝛽𝑡 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut.
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏 𝐸𝑐𝑏 𝐶
𝛼= dan 𝛽𝑡 =
𝐸𝑐𝑠 𝐼𝑠 2𝐸𝑐𝑠 𝐼𝑠
Dalam hal ini, 𝐶 merupakan konstanta torsi balok yang dapat dicari dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.
0,63𝑥 𝑥 3 𝑦
𝐶 = ∑ (1 − )( )
𝑦 3
Karena tidak ada balok pada kasus ini (sistem flat plate), maka nilai 𝑪 = 𝟎 dan 𝜶 = 𝟎 sehingga
tidak ada distribusi momen pada arah transversal.

Penentuan Distribusi Momen Arah Longitudinal (Sepanjang Lajur)


Distribusi momen pada arah longitudinal dapat ditentukan sesuai dengan Gambar 9. Dalam
hal ini, kondisi yang ditinjau adalah kondisi tanpa balok. Dengan demikian, koefisien momen yang
dipakai adalah koefisien momen yang sesuai pada kondisi nomor 5. Dari koefisien momen yang
telah diperoleh tersebut, dapat diperoleh besaran momen negatif interior, momen negatif eksterior,
dan momen positif pada panel yang ditinjau untuk panel interior dan eksterior. Caranya adalah
mengalikan koefisien momen yang diperoleh dengan momen statis total (𝑀0 ). Secara matematis,
dapat ditulis sebagai berikut (𝐾 merupakan koefisien momen sesuai Gambar 9).

𝑀interior = 𝐾𝑀0

𝑀eksterior = 𝐾𝑀0
𝑀+ = 𝐾𝑀0

Albert Pranata / 15014128 11


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Gambar 9 Koefisien Momen Pelat Untuk DDM

Hasil perhitungan momen negatif interior, momen negatif eksterior, dan momen positif pada panel
yang ditinjau untuk panel interior dan eksterior dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Momen Negatif Interior, Eksterior, dan Momen Positif Panel Arah E-W

Pelat Eksterior
Momen
Momen Koefisien
(kN.m)
M- luar 0.26 66.8525
M+ dalam 0.52 133.705
M- dalam 0.7 179.9875
Pelat Interior
Momen
Momen Koefisien
(kN.m)
M- dalam 0.65 167.13125
M+ dalam 0.35 89.99375
M- dalam 0.65 167.13125

Albert Pranata / 15014128 12


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Distribusi 𝑴𝟎 di Pelat Eksterior dan Interior


Distribusi momen momen negatif interior, momen negatif eksterior, dan momen positif
pada panel pada lajur kolom dapat ditentukan sesuai dengan Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.
Tabel 3 Tabel Koefisien Distribusi Momen Negatif Interior pada Lajur Kolom

Tabel 4 Tabel Koefisien Distribusi Momen Negatif Eksterior pada Lajur Kolom

Tabel 5 Tabel Koefisien Distribusi Momen Positif pada Lajur Kolom

Karena nilai 𝜶 = 𝟎 dan 𝜷𝒕 = 𝟎, maka koefisien momen negatif interior untuk lajur kolom diambil
sebesar 75%, koefisien momen negatif eksterior untuk lajur kolom diambil sebesar 100%, dan
koefisien momen positif untuk lajur kolom diambil sebesar 60%. Untuk lajur tengah, diperoleh
koefisien momen negatif interior untuk lajur tengah diambil sebesar 25%, koefisien momen negatif
eksterior untuk lajur tengah diambil sebesar 0%, dan koefisien momen positif untuk lajur tengah
diambil sebesar 40%. Untuk mendapatkan momen pada lajur kolom dan lajur tengah, besaran

Albert Pranata / 15014128 13


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

momen 𝑀0 yang sudah didistribusikan arah longitudinal dikalikan dengan koefisien distribusi pada
lajur kolom. Hasil perhitungannya dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Perhitungan Momen pada Lajur Kolom dan Lahur Tengah Arah E-W

Pelat Eksterior
Momen CS MS
Momen Koefisien
(kN.m) Koef Nilai Koef Nilai
M- luar 0.26 66.8525 100% 66.8525 0.00% 0
M+ dalam 0.52 133.705 60% 80.223 40.00% 53.482
M- dalam 0.7 179.9875 75% 134.99063 25.00% 44.996875
Pelat Interior
Momen CS MS
Momen Koefisien
(kN.m) Koef Nilai Koef Nilai
M- dalam 0.65 167.13125 75% 125.34844 25.00% 41.782813
M+ dalam 0.35 89.99375 60% 53.99625 40.00% 35.9975
M- dalam 0.65 167.13125 75% 125.34844 25.00% 41.782813

Kasus 2 : Kasus N – S Tanpa Balok


Penentuan Momen Statis Total
Pertama-tama, akan ditentukan besaran lebar lajur kolom (Column Strip/CS) dan lebar lajur
tengah (Middle Strip/MS) pada pelat. Dalam hal ini, portal yang dijadikan tinjauan adalah portal
NS 2 karena portal tersebut lebih mempengaruhi parameter desain dibandingkan dengan portal
lainnya (portal eksterior) dan dari portal NS 2, bisa diperoleh gambaran langsung distribusi momen
di panel interior dan eksterior (representatif). Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Pengasumsian tebal plat dapat didasarkan pada Tabel 16.1 SNI 2847-2013 (Tabel 1) karena
sangat konservatif. Berdasarkan Tabel 1, dapat diperoleh hasil sebagai berikut.
500
𝑙𝑛 = 5000 − 2 ( ) = 4500 mm
2
𝑙𝑛 4500 mm
ℎmin = = = 𝟏𝟓𝟎 mm (Asumsikan 𝒉𝐩𝐥𝐚𝐭 = 𝟐𝟎𝟎 𝐦𝐦)
30 30
Selanjutnya, akan ditentukan besaran beban akibat berat sendiri pelat beton (𝑞𝐷𝐿 ) yang dapat
dihitung sebagai berikut (Asumsi berat jenis beton 2400 kg/m3 ).
𝑞𝐷𝐿 = 𝛾𝑐 × 𝑡 = 2400 kg/m3 × 0,2 m = 𝟒𝟖𝟎 𝐤𝐠/𝐦𝟐
Beban ultimate (𝑞𝑢 ) dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝑞𝑢 = 1,2(𝑞𝐷𝐿 + 𝑞𝑆𝐷𝐿 ) + 1,6𝑞𝐿
𝑞𝑢 = 1,2(480 + 120) + 1,6(400)
𝑞𝑢 = 1360 kg/m2 = 𝟏𝟑, 𝟔 𝐤𝐍/𝐦𝟐

Albert Pranata / 15014128 14


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Gambar 10 Pembagian Lajur Kolom dan Lajur Tengah Arah N – S

Lebar lajur kolom dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.


Lebar Lajur Kolom = min(0,25𝑙1 ; 0,25𝑙2 ) = 𝟏𝟐𝟓𝟎 mm
Selanjutnya, momen statis total (𝑀0 ) pada pelat dapat dicari dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut.
𝑞𝑢 𝑙2 𝑙𝑛 2 13,6 kN/m2 × 6 m × (4,5 m)2
𝑀0 = = = 𝟐𝟎𝟔, 𝟓𝟓 kN.m
8 8

Penentuan Distribusi Momen Arah Transversal (Lintas Lajur)


Momen longitudinal yang dihitung sebelumnya (𝑀0 ) pada dasarnya bekerja di keseluruhan
lebar portal yang terdiri atas lebar dua buah setengah lajur kolom dan dua buah setengah lajur
tengah panel-panel yang bersebelahan. Distribusi arah transversal dari momen longitudinal ke lajur
kolom dan tengah adalah fungsi 𝑙2 /𝑙1 , 𝛼, dan 𝛽𝑡 . Nilai 𝛼 dan 𝛽𝑡 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut.
𝐸𝑐𝑏 𝐼𝑏 𝐸𝑐𝑏 𝐶
𝛼= dan 𝛽𝑡 =
𝐸𝑐𝑠 𝐼𝑠 2𝐸𝑐𝑠 𝐼𝑠

Albert Pranata / 15014128 15


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Dalam hal ini, 𝐶 merupakan konstanta torsi balok yang dapat dicari dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.
0,63𝑥 𝑥 3 𝑦
𝐶 = ∑ (1 − )( )
𝑦 3
Karena tidak ada balok pada kasus ini (sistem flat plate), maka nilai 𝑪 = 𝟎 dan 𝜶 = 𝟎 sehingga
tidak ada distribusi momen pada arah transversal.

Penentuan Distribusi Momen Arah Longitudinal (Sepanjang Lajur)


Distribusi momen pada arah longitudinal dapat ditentukan sesuai dengan Gambar 9. Dalam
hal ini, kondisi yang ditinjau adalah kondisi tanpa balok. Dengan demikian, koefisien momen yang
dipakai adalah koefisien momen yang sesuai pada kondisi nomor 5. Dari koefisien momen yang
telah diperoleh tersebut, dapat diperoleh besaran momen negatif interior, momen negatif eksterior,
dan momen positif pada panel yang ditinjau untuk panel interior dan eksterior. Caranya adalah
mengalikan koefisien momen yang diperoleh dengan momen statis total (𝑀0 ). Secara matematis,
dapat ditulis sebagai berikut (𝐾 merupakan koefisien momen sesuai Gambar 9).

𝑀interior = 𝐾𝑀0

𝑀eksterior = 𝐾𝑀0
𝑀+ = 𝐾𝑀0
Hasil perhitungan momen negatif interior, momen negatif eksterior, dan momen positif pada panel
yang ditinjau untuk panel interior dan eksterior dapat dilihat dalam Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Perhitungan Momen Negatif Interior, Eksterior, dan Momen Positif Panel Arah N-S

Pelat Eksterior
Momen
Momen Koefisien
(kN.m)
M- luar 0.26 53.703
M+ dalam 0.52 107.406
M- dalam 0.7 144.585
Pelat Interior
Momen
Momen Koefisien
(kN.m)
M- dalam 0.65 134.2575
M+ dalam 0.35 72.2925
M- dalam 0.65 134.2575

Albert Pranata / 15014128 16


TUGAS 3 STRUKTUR BETON LANJUT SI 4112 | 2017

Distribusi 𝑴𝟎 di Pelat Eksterior dan Interior


Distribusi momen momen negatif interior, momen negatif eksterior, dan momen positif
pada panel pada lajur kolom dapat ditentukan sesuai dengan Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5. Karena
nilai 𝜶 = 𝟎 dan 𝜷𝒕 = 𝟎, maka koefisien momen negatif interior untuk lajur kolom diambil sebesar
75%, koefisien momen negatif eksterior untuk lajur kolom diambil sebesar 100%, dan koefisien
momen positif untuk lajur kolom diambil sebesar 60%. Untuk lajur tengah, diperoleh koefisien
momen negatif interior untuk lajur tengah diambil sebesar 25%, koefisien momen negatif eksterior
untuk lajur tengah diambil sebesar 0%, dan koefisien momen positif untuk lajur tengah diambil
sebesar 40%. Untuk mendapatkan momen pada lajur kolom dan lajur tengah, besaran momen 𝑀0
yang sudah didistribusikan arah longitudinal dikalikan dengan koefisien distribusi pada lajur
kolom. Hasil perhitungannya dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Perhitungan Momen pada Lajur Kolom dan Lahur Tengah Arah N-S

Pelat Eksterior
Momen CS MS
Momen Koefisien
(kN.m) Koef Nilai Koef Nilai
M- luar 0.26 53.703 100% 53.703 0.00% 0
M+ dalam 0.52 107.406 60% 64.4436 40.00% 42.9624
M- dalam 0.7 144.585 75% 108.43875 25.00% 36.14625
Pelat Interior
Momen CS MS
Momen Koefisien
(kN.m) Koef Nilai Koef Nilai
M- dalam 0.65 134.2575 75% 100.69313 25.00% 33.564375
M+ dalam 0.35 72.2925 60% 43.3755 40.00% 28.917
M- dalam 0.65 134.2575 75% 100.69313 25.00% 33.564375

Albert Pranata / 15014128 17

Anda mungkin juga menyukai