Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN

PELAYANAN UNIT LABORATORIUM

Disusun oleh :

Unit Laboratorium

RUMAH SAKIT SAKINA IDAMAN


Jl. Nyi Condroloekito No.60 Blunyah Gede, Sleman 55284
Telp: (0274) 582039 Fax: (0274) 582039
Email : rsia.sakinaidaman@gmail.com
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
dengan rahmat Nya, Pedoman Pelayanan Unit Laboratorium Rumah Sakit Sakina
Idaman ini dapat selesai.

Buku Pedoman Pelayanan Unit Laboratorium ini akan digunakan dalam menjalankan
kegiatan pelayanan bagi petugas laboratorium yang ada di Rumah Sakit Sakina
Idaman. Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini dapat meningkatkan
pelayanan yang ada di laboratorium Rumah Sakit Sakina Idaman.

Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya atas bantuan
semua pihak dalam menyelesaikan buku pedoman ini. Kami sangat menyadari
banyak terdapat kekurangan dalam buku ini, sehingga sangat kami butuhkan saran
dan masukkan guna menyempurnakan buku pedoman ini.

Sleman, Januari 2018


Penyusun
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SAKINA IDAMAN
NOMOR : RSSI.B32/A/001.2/0550/I/2018

TENTANG
KEBIJAKAN PEDOMAN PELAYANAN UNIT LABORATORIUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RUMAH SAKIT SAKINA IDAMAN,

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Sakina Idaman, maka diperlukan penyelenggaraan Pedoman
Pelayanan Unit Laboratorium;
b. Bahwa agar pelayanan Unit Laboratorium Rumah Sakit Sakina
Idaman dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit Sakina Idaman sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Pelayanan Unit Laboratorium di Rumah Sakit
Sakina Idaman;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Sakina Idaman;
Mengingat : 1. Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan 2002
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
4. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah No 36 tahun 2009 tentang Tenaga
Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/
Menkes/ PER/III/ 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SAKINA IDAMAN TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT LABORATORIUM RUMAH SAKIT
SAKINA IDAMAN

Pasal 1

Kebijakan Pedoman Pelayanan Unit Laboratorium Rumah Sakit Sakina Idaman


sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini;

Pasal 2

Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Surat Keputusan ini dibebankan pada
Anggaran Biaya Rumah Sakit Sakina Idaman;

Pasal 3

Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapanya, akan dilakukan perbaikan
kembali sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 1 Juli 2018
Direktur

NUR MUHAMMAD ARTHA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
yang menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan
yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan,
kesehatan penunjang untuk kepentingan pendidikan, pelatihan, penelitian serta
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan.
Dari tahun ke tahun, rumah sakit mengalami peningkatan pelayanan
yang ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan pasien yang berobat di
rumah sakit dan juga adanya kebijakan pemerintah yang memberikan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi keluarga miskin sehingga masyarakat miskin
tidak takut lagi berkunjung untuk memperoleh pelayanan di rumah sakit.
Pesatnya peningkatan kunjungan pasien keluarga miskin tersebut dijumpai
sampai melebihi kapasitas fasilitas pelayanan yang tersedia di rumah sakit.
Peran rumah sakit sangat menentukkan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan memuaskan kepada masyarakat. Salah satu
upaya rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan memuaskan kepada masyarakat dengan pelayanan
laboratorium 24 jam. Sehingga untuk itu, perlu disusun Panduan Pelayanan
Unit Laboratorium sebagai acuan dalam pemberian pelayanan laboratorium
diRumah sakit sakina idaman.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laboratorium Rumah Sakit Sakina Idaman meliputi
laboratorium klinik dengan pemeriksaan Hematologi, Kimia Klinik,
Imunoserologi, Mikrobiologi dan Urin Feses

C. Landasan hukum
1. Kepmenkes RI No. 370/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan
2. Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
3. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
6. Permenkes No. 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik

D. Batasan Operasional
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental maupun spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi
2. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan per orangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
3. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit
4. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kehususan lainnya
5. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung di rumah sakit
6. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
7. Fasilitas kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventtif, kuratif maupun rehabilitasi
8. Teknologi kesehatan adalah bentuk alat dan atau metode yang ditunjukan
untuk membantu menegakan diagnosa, pencegahan, dan penanganan
permasalahan kesehatan manusia
9. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, meningkatkan kesehatan, pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan
10. Pelayanan laboratorium adalah sebuah pelayanan pemeriksaan yang
diberikan dari laboratorium selama 24 jam kepada masyarakat untuk
membantu dokter dalam menegakan diagnosa
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Ahli Teknologi Laboratorium Medik


(
ANO Uraian Pendidikan Sertifikat Jumlah Tenaga
T Kepala Ruang D III Analis
L 1. Laboratorium Kesehatan
STR 1

M DIII Analis
Pelaksana STR 4
) 2. Kesehatan
Laboratorium

B. Distribusi Ketenagaan
Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) yang ada di Rumah Sakit
Sakina Idaman ada 5 orang dengan standar minimal pendidikan DIII Analis
Kesehatan.

No Uraian Nama Pendidikan


1 Ka Ruang Laboratorium Dewi Apriani D3 Analis Kesehatan
Isnaeni Walidah D3 Analis Kesehatan
Rr Ajeng Weda Premati D3 Analis Kesehatan
2 Pelaksana
Okti Krisnawati D3 Analis Kesehatan
Retno Ajeng D3 Analis Kesehatan

C. Pengaturan Jaga
Pelayanan laboratorium berlangsung selama 24 jam. Adapun untuk tata
tertib jam kerja sebagai berikut:
 Batas toleransi keterlambatan 15 menit.
 Izin meninggalkan jam kerja wajib mendapatkan persetujuan atasan
langsung dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan urgensinya.
 Pengaturan shift untuk tenaga Analis Kesehatan :
Shift pagi : 07.15 – 14.15
Shift siang : 14.15 – 21.15
Shift malam : 21.15 – 07.15
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Laboratorium

Berikut adalah denah Laboratorium RS Sakina Idaman.

Keterangan :

1. Kursi
2. Almari plastik
3. Meja
4. Blood Bank Refigerator
5. Refigerator Reagen
6. Meja BDRS
7. Rak jas laboratorium
8. Meja spesimen
9. Meja Hematologi + Elektrolit + Mikroskop
10. Meja Kimia Klinik
11. Meja Mikrobiologi + Urin + Feses
12. Wastafel
13. Kotak Blanko
14. Almari besi
15. Rak Reagen
16. Pintu

B. Standar Fasilitas
Agar kegiatan penyelenggaraan pelayanan laboratorium di Rumah sakit
sakina idaman dapat berjalan optimal, maka perlu didukung dengan sarana,
peralatan dan perlengkapan yang memadai sebagai berikut :

No Nama Barang Banyaknya

1 Hematology Analizer 1 buah

2 Mikropipet 5 mk 1

3 Mikropipet 10 mk 2

4 Mikropipet 25 mk 1

5 Mikropipet 20 mk 1
6 Mikropipet 50 mk 2

7 Mikropipet 100 mk 1

8 Mikropipet 500 mk 2

9 Mikropipet 1000 mk 1

10 Mikropipet Adujst 1
11 Mikroskop Binokuler Olympus 2

12 Fotometer Robert 5010A 1

13 Sentrifuge Urin 1

14 Sentrifuge Mikropipet 1

15 Refigerator Panasonic 1

16 Blood Bank 1

17 Warm Incubator 1
18 Sentrifuge Matrix 1

19 Meja Poreslin 4

20 Meja Kayu 4

21 Kursi Merah 5

22 Kursi Putar 1

23 AC 3

24 Rak Kayu 1

25 Wastafel 2

26 Lampu 4
27 Komputer 1

28 Printer 1

29 Mouse 1

30 Telpon 3

31 CPU 1
32 Kyboard 1

33 Rak Plastik 3

34 Almari besi 1
35 Almari kayu 2

36 Almari plastik 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan Laboratorium

Pelayanan pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit Sakina Idaman dilayani 24 jam.


Pasien di laboratorium berasal dari Unit Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat
Inap, dan dari luar Rumah Sakit Sakina Idaman dengan membawa formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium yang telah ditandatangani oleh doker pengirim.Kegiatan
yang berlangsung di laboratorium merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
aktivitas pemeriksaan laboratorium, meliputi:

A. Pendaftaran Dan Pengambilan Sampel


Alur pasien laboratorium dibedakan menjadi 2, yaitu pasien yang langsung
datang ke laboratorium dan sampel pasien yang diantar ke laboratorium:
1. Pasien
a. Pasien melakukan pendaftaran di bagian pendaftaran Rumah Sakit
b. Pasien datang ke laboratorium dengan membawa formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium yang telah ditandatangani oleh dokter pengirim
c. Petugas laboratorium melakukan identifikasi pasien dilanjutkan order
pemeriksaan laboratorium di buku sesuai dengan formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium
d. Petugas laboratorium melakukan identifikasi pasien dilanjutkan
pengambilan sampel
e. Petugas laboratorium membawa sampel dan formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium ke ruang pemeriksaan laboratorium
2. Sampel
a. Pasien berada di luar laboratorium
b. Pengambilan sampel dilakukan di luar laboratorium oleh petugas sampling
(perawat atau analis kesehatan) atau oleh dokter pengirim
Sampel dan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dibawa ke
laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar sampel tetap
layak untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium
c. Petugas laboratorium menerima dan melakukan identifikasi sampel dan
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
d. Petugas laboratorium melakukan order pemeriksaan laboratorium di buku
sesuai dengan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
e. Petugas laboratorium membawa sampel dan formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium ke ruang pemeriksaan laboratorium

B. Penanganan Sampel
1. Petugas laboratorium melakukan identifikasi sampel
2. Petugas laboratorium melakukan penanganan sampel meliputi:
a. Sampel darah EDTA dilakukan homogenisasi dengan cara membolak-
balikkan tabung EDTA secara perlahan beberapa kali atau meletakkan
tabung EDTA di roller mixer
b. Sampel darah Sitrat, NaF dan serum dilakukan sentrifugasi menggunakan
sentrifus, hasil sentrifugasi dipisahkan antara sel darah dengan serum yang
kemudian akan dilakukan analisis
c. Sampel urin dapat dilakukan sentrifugasi menggunakan sentrifus atau
langsung dilakukan pemeriksaan, sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta
d. Sampel yang diperiksa berupa preparat segera dilakukan pengecatan /
pewarnaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta
3. Petugas laboratorium mendistribusikan sampel ke ruang analisis sampel sesuai
dengan jenis pemeriksaan laboratorium yang diminta
4. Petugas laboratorium menghubungi laboratorium klinik rujukan untuk
mengambil sampel dan melakukan pemeriksaan laboratorium yang belum
dapat dikerjakan secara mandiri atau untuk konfirmasi

C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hematologi
2. Kimia Klinik
3. Imunoserologi
4. Urin dan Feses
5. Lain-lain
D. Pelaporan Hasil Pemeriksaan
Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memberikan
informasi hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien, perawat dan dokter
pengirim. Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan menggunakan
sistem print out. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan
pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Petugas laboratorium melakukan input dan verifikasi hasil pemeriksaan
laboratorium dari alat atau pemeriksaan
2. Dokter Spesialis Patologi Klinik melakukan verifikasi dan interpretasi hasil
pemeriksaan laboratorium jika diperlukan
3. Petugas laboratorium mencetak hasil pemeriksaan laboratorium dan
menyerahkannya pada pasien langsung atau diserahkan pada perawat yang
sedang jaga di unit rawat jalan, unit gawat darurat atau unit rawat inap
4. Hasil pemeriksaan laboratorium yang masuk ke dalam kriteria nilai kritis akan
dikonsultasikan kepada Dokter Spesialis Patologi Klinik dan kemudian segera
diinformasikan oleh petugas laboratorium melalui telepon ke Unit tempat pasien
di rawat

E. Penyimpanan Sisa Sampel


Penyimpanan sisa sampel pemeriksaan laboratorium yang tidak terpakai
perlu dilakukan dengan baik agar sampel masih layak untuk dilakukan
pemeriksaan tambahan tanpa melakukan pengambilan sampel ulang maupun
untuk konfirmasi atas hasil pemeriksaan yang meragukan / tidak sesuai dengan
keadaan klinis pasien. Pelaksanaan penyimpanan sisa sampel dilakukan setiap
hari di suhu ruang.

F. Pemusnahan Sisa Sampel


Pemusnahan sisa sampel dilakukan setelah melewati lama masa simpan
sisa sampel.Pemusnahan sisa sampel dilakukan dengan bekerjasama dengan
pihak ke-3

G. Penyimpanan Dokumen
Penyimpanan dokumen di laboratorium dilakukan selama 5 (lima) tahun.
Dokumen-dokumen yang perlu disimpan di laboratorium meliputi:
1. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
3. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium rujukan
4. Hasil pemeriksaan laboratorium rujukan
5. Surat keluar dan surat masuk

H. Pemusnahan Dokumen
Pemusnahan dokumen di laboratorium dilakukan setelah melewati 5 (lima)
tahun masa simpan dokumen. Proses pemusnahan dokumen dilakukan dengan
bekerjasama dengan Unit terkait.

I. Pendaftaran, Pencatatan, Pelaporan, Penyimpanan, Pemusnahan Dokumen


1. Pendaftaran
Alur Pasien Laboratorium Pasien Langsung adalah pasien umum yang periksa
ke laboratorium atas permintaan sendiri bukan atas instruksi dari dokter.

LABORATORIUM

 Registrasi pasien
PASIEN LANGSUNG  Pasien mendapat No.RM KASIR
 Sampling
 Pemeriksaan dan
 Hasil

SELESAI

Keterangan :

a) Pasien / keluarga pasien mengisi data pasien untuk mendapatkan nomor RM


b) Pasien / keluarga pasien membayar ke kasir sesuai jenis pemeriksaan yang
akan dilakukan
c) Pasien dilakukan pengambilan sampel sesuai jenis pemeriksaan
d) Pasien menunggu hasil pemeriksaan laboratorium
e) Petugas laboratorium menyerahkan hasil pemeriksaan lab kemudian pasien
diperbolehkan pulang
2. Pencatatan
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya.
Ada beberapa jenis pencatatan, yaitu :
a. Pencatatan kegiatan pelayanan
b. Pencatatan keuangan
c. Pencatatan logistik
d. Pencatatan kegiatan lainnya seperti pemantapan mutu, keamanan
laboratorium dan lain-lain
3. Pelaporan Hasil
Format pelaporan hasil dapat berupa tulisan di kertas maupun berupa laporan
elektronik (System LIS). Diterima oleh peminta pemeriksaan dalam waktu yang
tepat. Jelas identitasnya, dapat dibaca, tanpa kesalahan dan keterangan yang
lengkap. Diberikan kepada orang yang berwenang menerima dan
menggunakan informasi medik.
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari :
a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/semesteran dan tahunan
b. Laporan hasil pemeriksaan
4. Penyimpanan Dokumen
Dokumen-dokumen yang perlu disimpan di laboratorium adalah :
a. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
b. Hasil pemeriksaan laboratorium
c. Surat permintaan dan hasil rujukan
Prinsip penyimpanan dokumen :
a. Dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi
b. Berkas disimpan selama 5 tahun
5. Pemusnahan Dokumen
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi-informasi yang utama terlebih dahulu.
Dalam pelaksanaan pemusnahan harus ada berita acara sesuai prosedur yang
berlaku, yang berisi tanggal, bulan, tahun pemusnahan dan penanggungjawab
pemusnahan dokumen
J. Pengelolaan Spesimen
Spesimen adalah sebagian atau kuantitas bahan yang diambil untuk tujuan
digunakan dalam pengujian, pemeriksaan ataupun diagnostik.
1. Macam-macam spesimen
a. Darah
b. Urine
c. Faeces
2. Pengelolaan Spesimen
Yang harus diperhatikan dalam pengelolaan spesimen adalah:
a. Persiapan Pasien
b. Pengambilan Spesimen
c. Penyimpanan Spesimen
d. Pengiriman Spesimen

K. Pemeriksaan Laboratorium
1. Jenis pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium Rumah Sakit Sakina Idaman
adalah sebagai berikut :
a. Hematologi Klinik
a) Hematologi lengkap
b) KED
c) Jumlah Trombosit Manual
d) Hematokrit
e) Retikulosit
f) Morfologi Darah Tepi
g) Golongan Darah ABO
h) Golongan Darah Rhesus
i) CT dan BT
b. Imunoserologi
a) HbsAg (Rapid)
b) IgM / IgG Anti Dengue
c) NS – 1
d) Tubex Tf
e) Anti HIV (Rapid)
c. Kimia Klinik
a) SGOT
b) SGPT
c) Bilirubin Total
d) Bilirubin Direk
e) Ureum
f) Kreatinin
g) Asam Urat
h) Glukosa Darah Sewaktu
i) Glukosa Darah Puasa
j) Glukosa Darah 2 jam PP
k) Kolesterol Total
l) Trigliserida
d. Urin dan Feses
a) Urin Rutin
b) Glukosa Urin
c) Protein Urin
d) Eritrosit Dismorfik Urin
e) Tes Kehamilan (Rapid)
f) Feses Rutin
2. Pemeriksaan Rujukan Patologi Anatomi
a. Identitas spesimen
Formulir permintaan pemeriksaan Patologi-Anatomi berisi identitas
penderita yaitu nama, kelamin, umur, diagnosa, identitas jaringan serta
alamat. Lokasi jaringan dan cara jaringan diambil misalnya biopsi,operasi,
kerokan, insisi, oleh karena lokasi yang berbeda akan membuat
interpretasi yang berbeda pula. Kesimpulan dan saran dan Patologi juga
akan berbeda apabila bahan tersebut diambil secara biopsi dengan suatu
operasi radikal, misalnya mastektomi, atau pengangkatan uterus beserta
adnexanya. Keterangan klinik pemeriksaan penunjang laboratorium, foto,
USG, dan diagnosis sementara sangat diperlukan untuk melengkapi data
yang akurat sehingga membantu diagnosis patologinya. Misalnya kelainan
tulang hendaknya disertai dengan foto rontgen dari tulang tersebut. Untuk
menentukan apakah batas sayatan operasi telah bebas dan tumor,
hendaknya klinisi membuat tanda-tanda mana bagian atas, bawah, kiri,
kanan permukaan atau dasar dari tumor dengan menggunakan sutra, cat
gut atau tinta cina. Terutama untuk lambung, usus, mana yang bagian anal
dan mana bagian kaudal; ovarium kanan atau kiri.
b. Pengiriman Spesimen
Bahan operasi dan biopsi sebaiknya seluruhnya dikirim ke laboratorium
Patologi atau dipilih bagian yang paling representatif. Beberapa cara
pengiriman :
a) Bahan operasi dari usus, sebaiknya kotorannya dicuci dahulu dan
ikatannya dibuka, juga kalau jaringannya banyak mengandung darah
oleh karena akan menghalangi bahan fiksasi ke jaringan sehingga
jaringan akan cepat lisis.
b) Apabila bahan terlalu besar maka jaringan tersebut harus dipotong
lameller dengan jarak 4 -- 5 mm tapi bagian bawahnya tidak sampai
lepas agar dapat direkonstruksi kembali.
c) Bila uterus yang dikirim maka pemotongan lameller harus sesuai
dengan porosnya.
d) Apabila yang dikirim berupa kista misalnya dari thyroid atau testis,
dapat dikeluarkan dahulu isinya dan dicatat cairan yang dibuang
mengenai warna, banyak dan konsistensinya.
e) Jaringan yang banyak dan besar sebaiknya bagian bawahnya diganjal
dengan kain kasa supaya jaringan tidak melekat dengan dasar botol
sehingga fiksasi tidak dapat masuk ke dalam jaringan. Namun apabila
tidak mungkin dikirim maka dapat dilakukan beberapa pemotongan
sample yang dapat mewakili organ tersebut.
f) Setelah bahan operasi dimasukkan ke dalam botol (stoples) kaca, atau
plastik sebaiknya tutup botol dilak atau ditutup dengan plaster supaya
bahan fiksatif tidak tumpah di jalan. Jangan lupa memberikan label
yang ditulisi identitas pasien dan nama bahan yang dikirim agar tidak
tertukar dengan bahan lain.
c. Fiksasi
Maksud dan tujuan fiksasi adalah mempertahankan morfologi jaringan atau
scl tubuh seperti dalam keadaan hidup. Jaringan harus dimasukkan ke
dalam larutan fiksasi secepat mungkin setelah diambil dari tubuh, apalagi
bila organ tersebut mudah membusuk misalnya otak, hati, paru, usus dan
organ dalam lainnya; jangan ditunggu sampai operasi selesai. Daya
penetrasi larutan fiksasi juga terbatas. Formalin akan menembus jaringan
sedalam 2--2,5 cm dalam waktu 24 jam. Sedang jaringan lunak lebih cepat
dan lebih dalam penetrasinya. Oleh karena itu bila jaringan cukup besar
maka jaringan ini harus dipotong lameller dengan jarak 4--5 cm, tapi bagian
bawahnya tidak sampai dipotong lepas agar dapat direkonstruksi kembali.
Banyaknya larutan fiksasi minimal jaringan dapat berenang di dalamnya
dan yang ideal jumlah larutan 10 x besar jaringan, salah satunya adalah
Formaldehid. Formaldehid adalah suatu gas yang larut dalam air. Larutan
ini bersifat asam dan tersedia dalam bentuk formaldehid 40% atau formalin,
namun dengan konsentrasi ini tidak dapat dipakai untuk fiksasi karena
terlalu cepat mengeraskan jaringan. Sebagai larutan fiksasi harus
dicampurkan dalam air biasa atau larutan garam fisiologis, dengan
perbandingan 1 bagian formalin dengan 9 bagian pelarut menjadi formal
saline 10% atau lebih dikenal dengan formalin 10%. Untuk penyimpanan
dalam jumlah besar dan waktu yang lama maka formal saline 10% harus
diberi garam buffer atau magnesium atau kalsium karbonat supaya tidak
terjadi pembentukan endapan asam formik. Formalin mempunyai bau yang
tidak enak dan dapat mengiritasim kulit, selaput lendir dan mata. Oleh
karena itu dianjurkan memakai sarung tangan dengan udara terbuka waktu
kita sedang mengelola materi berformalin.

3. Pemeriksaan Rujukan
Pemeriksaan rujukan yang dilakukan di Rumah Sakit Sakina Idaman adalah
pemeriksaan yang belum mampu dilaksanakan oleh laboratorium Rumah Sakit
Sakina Idaman

Penanganan dan pengiriman sampel rujukan

a) Spesimen Rujukan
Rujukan pemeriksaan dapat berupa rujukan spesimen pasien (serum,
preparat atau jaringan PA) dilengkapi identitas pasien pada wadah sampel
data rujukan.
b) Persiapan Sampel Rujukan
Mempersiapkan sampel darah EDTA atau darah sitrat untuk pemeriksaan
hematologi, parasitologi, sampel jaringan dalam wadah berformalin untuk
pemeriksaan patologi anatomi atau mengolah sampel dalam bentuk serum
untuk pemeriksaan kimia klinik, sampel preparat untuk pemeriksaan
mikrobiologi.
c) Transport Sampel
Pengiriman sampel menuju laboratorium rujukan menggunakan wadah
khusus yang representatif untuk sampel, yaitu wadah berpenutup rapat,
tidak tembus cahaya agar sampel tetap layak untuk dilakukan pemeriksaan
d) Administrasi sampel rujukan
Sampel yang akan dirujuk diberi label yang berisi identitas pasien, tanggal
pengiriman dan jam pengambilan.
e) Pengiriman dilakukan oleh petugas laboratorium rujukan yang bersedia
untuk melakukan pengambilan sampel pasien langsung di Rumah Sakit
Sakina Idaman setelah dihubungi oleh petugas laboratorium
4. Administrasi rujukan
a) Sampel yang akan dikirim harus disertai dengan form permintaan
pemeriksaan yang akan dirujuk berisi identitas pasien, jenis pemeriksaan
yang akan dirujuk, jam pengambilan sampel dan tanda tangan dokter /
petugas pengirim .
b) Semua pemeriksaan yang dirujuk dicatat dalam buku register khusus
rujukan
c) Petugas laboratorium klinik rujukan datang mengambil sampel dengan
mengisi buku ekspedisi dan memberikan perkiraan waktu selesainya
pemeriksaan tersebut
d) Hasil yang telah selesai akan dikirim oleh petugas laboratorium rujukan
disertai dengan rincian tagihan biayanya
e) Semua hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan disimpan dalam file
f) Setiap akhir bulan, laboratorium rujukan akan mengirimkan tagihan
pemeriksaan yang kemudian akan diverifikasi oleh bagian keuangan dan
dibayarkan ke laboratorium rujukan
d. Pemeliharaan Dan Kalibrasi Alat
Dalam kegiatan pemeliharaan dan kalibrasi alat medis di Pelayanan
Laboratorium mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
bekerjasama dan diketahui oleh Direktur Rumah Sakit Sakina Idaman.
1. Pemeliharaan Alat
Pemeliharaan alat-alat laboratorium sangat diperlukan agar alat dapat
bekerja dengan baik dan tidak terjadi kerusakan yang dapat mengganggu
pelayanan pemeriksaan. Kegiatan pemeliharaan dilakukan secara rutin untuk
semua jenis alat sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi, keamanan
kerja serta penurunan biaya perbaikan.
Setiap pemeliharaan alat selalu dicatat dalam kartu pemeliharaan alat
yang diletakkan pada atau di dekat alat yang mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila
ditemukan kelainan maka hal tersebut dilaporkan kepada penanggungjawab
alat untuk dilakukan perbaikan.
Setiap jenis alat mempunyai operasional dan pemeliharaan yang berbeda
satu dengan lainnya dan biasanya digunakan oleh lebih dari satu orang. Oleh
karena itu ada petugas khusus yang bertanggungjawab atas kegiatan
pemeliharaan alat dan operasional alat.
2. Kalibrasi Alat
Tujuan kalibrasi ini dilakukan untuk menjamin keakuratan dan ketelitian
hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya. Untuk melakukan kalibrasi alat-alat
laboratorium, Rumah Sakit Sakina Idaman menggunkan jasa kalibrasi
eksternal artinya jasa kalibrasi dari laboratorium yang mempunyai kompetensi,
kemampuan pengukuran dan ketelusuran sistem Internasional. Kallibrasi alat
laboratorium dilakukan secara rutin setiap 1 (satu) tahun sekali atau jika
terdapat kesalahan sistematik saat evaluasi kualitas kontrol.

Hasil kalibrasi ditunjukkan dengan adanya sertifikat kalibrasi yang


berisikan hasil-hasil pengukuran dan pengakuan bahwa alat telah terkalibrasi
dan layak digunakan.

Peralatan yang telah dikalibrasi dengan baik oleh petugas kalibrasi diberi
label kalibrasi yang menyatakan status kalibrasi, tanggal kalibrasi dan tanggal
kalibrasi ulang atau lembaga yang melakukan kalibrasi. Untuk alat yang
mempunyai status KSO/ kerjasama dengan pihak ketiga kalibrasi dilakukan
oleh pemilik alat dan laboratorium Rumah Sakit Sakina Idaman berhak
mendapat salinannya.

e. Interferensi Dan Trouble Shooting


Untuk mendapatkan pelayanan laboratorium yang efektif agar hasilnya cepat,
teliti dan akurat perlu adanya kesiapan mulai dari tahap persiapan Pre Analitik,
Analitik dan Pasca analitikdengan mengidentifikasi interfensi akan mempercepat
proses pemeriksaan, dengan kecepatan mengoreksi dan mengatasi masalah
(trouble shooting) akan dapat mempercepat kerja selanjutnya, sehingga kecepatan
mengidentifikasi interfensi akan membuat output hasil pemeriksaan yang akurat
dan optimal
1. Faktor Interferensi
Faktor pengganggu bisa terjadi dari mulai tahap pra analitik, analitik sampai
tahap pasca analitik.Faktor-faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi
kualitas data laboratorium :
a. Persiapan pasien
- Puasa/tidak puasa
b. Pengumpulan sampel
- Tehnik pengambilan darah
- Tabung penampung yang tepat untuk darah/serum
- Pelabelan sampel
- Pengisian tabung sampel yang berlebih/kurang
c. Penanganan sampel
- Transportasi sampel
- Pemrosesan
- Penyimpanan
d. Analisis
- Ketepatan metode
- Metode yang akurat
- Metode manual versus otomatis
e. Pelaporan
Faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan :
a. Salah pengumpulan sampel
b. Salah bahan pengawet
c. Terlambat pengiriman sampel
d. Persiapan pasien yang tidak lengkap/tidak benar
e. Hemolisis sampel darah
f. Sampel yang tidak lengkap terutama dari sampel yang diterima
g. Sampel terlalu lama

Faktor pasien yang dapat menjadi pengganggu hasil pemeriksaan :

a. Saat pemeriksaan dalam terapi obat


b. Makan yang tidak benar sebelum pemeriksaan
c. Dehidrasi, stres, obat, alkohol
d. Posisi dalam pengambilan sampel
e. Jenis penyakit
f. Kehamilan
g. Tingkat pengetahuan pasien tentang proses pemeriksaan
h. Umur dan jenis kelamin
i. Ketidakpatuhan pasien dengan instruksi persiapan sebelum pemeriksaan

Faktor yang dapat mengganggu dalam tahap pemeriksaan pasca analitik :


Umumnya dipengaruhi oleh faktor kesalahan manusia (human error) saat
pencatatan hasil atau kerusakan pada alat pencatat, misal : problem komputer,
printer dll
2. Trouble Shooting
a. Trouble Shooting Tahap Pra Analitik
1) Persiapan Pasien
- Dianjurkan berpuasa selama 8 – 10 jam untuk pemeriksaan gula
darah puasa
- Pengambilan darah dianjurkan untuk duduk, karena pengaliran
cairan dari ruangan intravaskuler ke interstitial dan sebaliknya
sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh
2) Pengambilan Sampel
a) Darah vena dan kapiler
- Darah vena diambil dengan metode terbaik adalah darah
dibiarkan mengalir bebas dan langsung ke dalam tabung
sampel
- Darah vena diambil secara perlahan-lahan tetapi jangan terlalu
lama, karena akan mempengaruhi pemeriksaan parameter
koagulasi
- Tabung sampel harus bersih dan kering, bersihkan tabung-
tabung gelas dengan detergen yang netral dan tidak korosif
terhadap gelas
- Penggunaan jarum yang disposible
- Sebelum Mengambil sampel darah kapiler bersihkan terlebih
dahulu kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70% dan
jangan ditekan-tekan, darah yang keluar pertama kali dihapus
terlebih dahulu dengan kapas kering
b) Menghindari terjadinya hemolisis
- Penggunaan alat yang disposible
- Menghindari dari penyedotan yang terlalu cepat dan penekanan
- Menggunakan plasma sebagi pengganti serum
- Pemisahan sel-sel darah dilakukan dalam waktu maksimal 1
jam
- Menghindari pengiriman whole blood
3) Persiapan sampel
- Pemakaian antikoagulan yang sesuai dengan pemeriksaan yang
akan dilakukan

c. Trouble Shooting pada tahap analitik


1) Alat
a) Kalibrasi Fotometer
- Dilakukan menggunakan serum kontrol yang ada nilai target
(assay). Bila hasilnya tidak baik, maka dilakukan pengecekan
terhadap :
- Tegangan listrik sebaiknya menggunakan stabilizer atau kabel
grounding agar tegangan stabil
- Periksa filternya terutama dilihat panjang gelombangnya
- Periksa hisapan volume sampelapakah sudah tepat , dapat
dilakukan dengan cara menuang akuades dalam tabung
dengan volume yang sudah diukur sebelumnya.
- Kemudian ukur volume yang tersisa, selisihnya berarti volume
yang dihisap oleh alat.
b) Pipet
- Pipet selalu diperiksa apakah mekaniknya sudah melemah
pernya
- Memeriksa apakah volume pipet sudah sesuai dengan yang
tertera
c) Analyzer otomatis
- Memastikan alat telah dipanaskan dan telah dibuat grounding
- Perisa teknik sampling dan jenis sampel yang digunakan
- Cek suhu ruangan memenuhi suhu 18-20 derajat celsius,
kondisi meja harus dari beton
- Cek cara penyimpanan dan lama penyimpanan sampel
- Cek kondisi volume dan kemasan reagen diluent, lyse dan rinse
- Lakukan homogenisasi sampel sebelum diperiksa oleh alat
- Gunakan darah kontrol yang belum kadaluwarsa
- Lakukan pencucian setiap 20 sampel
- Lakukan pemeliharaan menggunakan larutan pencuci
- Jangan gunakan alat selama 24 jam penuh tanpa istirahat
- Konsultasikan hasil print out dengan dokter Spesialis patologi
klinik bila ada hasil yang mencurigakan
2) Reagensia
a) Periksa reagensia tentang batas kadaluwarsa, keadaan fisik
(perubahan warna), dan penyimpananya
b) Reagensia yang sudah dibuka dari kemasan, periksa tanggal awal
dibuka
d. Trouble Shooting pada tahap Post Analitik
Meminimalkan kesalahan manusia saat pencatatan hasil atau kerusakan
pada alat pencatat melalui peningkatan pelatihan/bimbingan teknis atau
program pelatihan lainnya

f. Hasil Kritis Laboratorium


1. Definisi
adalah hasil atau nilai yang menggambarkan keadaan patofisiologi seperti
variasi nilai yang mengancam jiwa dan memerlukan tindakan segera. Hasil
atau nilai kritis tidak selalu harus dihubungkan dengan nilai rujukan normal,
toxic range atau therapeutic range.
2. Tujuan
Tujuan Umum
Mengidentifikasi hasil pemeriksaan laboratorium dalam kategori “ Nilai kritis
tinggi” atau “Nilai kritis rendah”
Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi kepada dokter yang merawat agar supaya pasien
segera dapat ditangani
b. Mencegah pasien jatuh ke dalam keadaan yang lebih buruk
3. Pelaporan Nilai Kritis
Pelaporan nilai kritis merupakan mekanisme pelaporan hasil
pemeriksaan laboratorium yang ekstrim yang sangat mempengaruhi kondisi
pasien terkait live saving dari Unit Pelayanan Laboratorium kepada Unit
Rawat Jalan, Unit Rawat Darurat dan Unit Rawat Inap.
Petugas laboratorium harus segera melaporkan hasil pemeriksaan
laboratorium yang termasuk dalam batasan nilai kritis ke Unit tempat pasien
berasal menggunakan fasilitas telepon atau langsung mendatangi Unit
tersebut.
4. Penetapan Nilai Kritis
Petapan nilai kritis merupakan penetapan beberapa hasil pemeriksaan
laboratorium yang ekstrim yang sangat mempengaruhi kondisi pasien terkait
live saving sehingga dapat memberikan informasi kepada dokter yang
merawat agar supaya pasien segera dapat ditangani.Batasan nilai kritis
ditentukan melalui kesepakatan bersama dan/atau menggunakan buku acuan
yang sering digunakan di laboratorium klinik di Indonesia
Cara yang digunakan untuk menetapkan nilai kritis ini dilakkan dengan
cara mengumpulkan referensi, rapat koordinasi kemudian menentukan nilai
kritis nya. Hasil nilai kritis dicatat dalam buku pelaporan nilai kritis yang
didalamnya beriksikan : No. RM, nama pasien, ruang rawat, hasil nilai kritis,
petugas laboratorium, tanggal dan jam pelaporan nilai kritis, metode
pelaporan nilai kritis, perawat penerima laporan.
5. Metode kolaboratif terhadap nilai kritis
Pelaksanaan metode kolaboratif terhadap nilai kritis merupakan
langkah-langkah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan jika mendapati nilai
kritis hasil pemeriksaan laboratorium sehingga diperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium yang akurat dan nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium yang
dapat dipercaya. Hasil pemeriksaan kolaboratif adalah sebagai berikut :

No Parameter Nilai Kritis


Jumlah Leukosit / White Blood Cell
1 <2500 /mm3 atau >30000 /mm3
(WBC)
2 Hemoglobin (Hb) <6 g/dl atau >18 g/dl
3 Hematokrit (Hmt) <18 % atau >54 %
4 Jumlah Trombosit / Platelet (Plt) <20000 /mm3 atau >1000000 /mm3
5 Glukosa Darah Puasa <50 mg/dl atau >400 mg/dl
6 Glukosa Darah Sewaktu Neonatus: <40 mg/dl
Dewasa: <50 mg/dl atau >400 mg/dl
7 Ureum >46 mg/dl
8 Kreatinin >3 mg/dl
9 LDH >200 u/l
10 CKMB >10 ng/dl
11 Albumin <1,5 g/dl
12 Elektrolit (Na / K / Cl) Na: <125 mmol/l atau >150 mmol/l
K: <2,5 mmol/l atau >6,5 mmol/l
Cl: <80 mmol/l atau >115 mmol/l
g. Pengelolaan Limbah
Disesuaikan dengan pengelolaan limbah yang telah diatur dan ditetapkan
tentang Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Sakina Idaman.
Pengelolaan limbah medis dan non medis di unit Pelayanan Laboratorium
telah dikelompokkan sesuai dengan jenis limbahnya yaitu ditempatkan pada
tempat yang telah disediakan dan ditentukan.
Limbah laboratorium adalah bahan bekas dalam pekerjaan di laboratorium
yang dapat berbentuk cair maupun padat yang merupakan sisa-sisa pemeriksaan
di laboratorium yang berbahaya bagi petugas laboratorium, masyarakat dan
lingkungan hidup.
Penggolongan jenis limbah yang dihasilkan oleh Pelayanan Laboratorium
terdiri dari :

1. Limbah Medis
a. Limbah Medis Padat
Adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, dan
limbah benda tajam.

 Limbah padat infeksius :limbah yang kontak dengan darah, eksudat,atau


sekresi,(bekas wadah urin, tip, reagen strip, handscoon, masker).
 Limbah benda tajam : spuit disposable, jarum vacutainer, kaca preparat,
pecahan kaca ( tabung reaksi ) ditampung pada tempat khusus yang anti
bocor di laboratorium menggunakan jerigen.
b. Limbah Medis Cair
Adalah air buangan yang berasal dari kegiatan pelayanan kamar operasi
yang mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun yang berbahaya
bagi kesehatanseperti :sisa sampel darah, urin, cairan tubuh lainnya,
reagen
2. Limbah non medis
Pelayanan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

BAB V

LOGISTIK

Perlengkapan logistic Unit Pelayanan Laboratorium meliputialat kesehatan,


BMHP, cetakan dan lain-lain. Kebutuhan logistic Unit Pelayanan Laboratorium bekerja
dengan unit lain diantaranya :

A. Unit Farmasi
Perbekalan farmasi yang ada di laboratorium terdiri dari reagen dan alat medis
habis pakai. Pengelolaan perbekalan farmasi di Unit Pelayanan Laboratorium
Rumah Sakit Sakina Idaman bekerjasama dengan Unit Farmasi dalam hal
pengadaan, penyimpanan dan monitoring.Distribusi perbekalan farmasi untuk
Laboratorium diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem floor
stock(persediaan di ruangan).
1. Pengadaan
Permintaan perbekalan farmasi yang ada di laboratorium ke Unit farmasi
dilakukan setiap bulannya menggunakan lembar permintaan yang berisikan
kebutuhan apa saja yang dipakai di Unit Pelayanan Laboratorium setiap
bulannya dan apabila dalam perjalanan terdapat kekurangan bahan maka dari
Unit laboratorium dapat mengajukan permintaan tambahan ke Unit Farmasi
yang kemudian dicatat di lembar permintaan tersebut disertai tanggal
penerimaan.
Untuk reagen yang dipakai terutama alat medis menggunakan sistem
Kerja Sama Operasional (KSO) permintaan dan pembelian reagen juga melalui
Unit Farmasi kecuali sistem KSO yang sudah mencakup pemakaian reagen di
dalamnya sehingga permintaan langsung kepada penyedia alat.

2. Penyimpanan
Reagen yang dipakai di Unit Pelayanan Laboratorium terdiri dari :
Stabilitas
No Nama Reagen
Penyimpanan
1 Ureum 2 – 8ºC
2 Creatinin 2 – 8ºC
3 Glukosa darah 2 – 8ºC
4 SGOT 2 – 8ºC
5 SGPT 2 – 8ºC
6 Bilirubin Direk 20 - 30ºC
7 Bilirubin Total 20 - 30ºC
8 Albumin 2 – 8ºC
9 Cholesterol 2 – 8ºC
10 Kontrol Serum kering 2 – 8ºC
11 Kontrol Serum cair Freezer
12 Strip Urine 20 - 30ºC

Pengontrolan suhu penyimpanan dilakukan setiap hari dan di catat dalam lembar
kontrol suhu oleh petugas laboratorium.
3. Monitoring
Koordinasi dalam kegiatan monitoring reagen dan alkes habis pakai dilakukan
bersama Unit Farmasi mencakup keadaan reagen saat diterima, batas
kadaluarsa.
B. Laundry
Setiap selesai pelayanan di laboratorium jas laboratoriumyang kotor dimasukkan
dalam plastik berwarna kuning kemudian dibawa ke bagianLaundry untuk dicuci
dan disetrika.

C. Bagian Administrasi dan Keuangan


ATK dan cetakan dikelola oleh Bagian Pengadaan dan setiap bulan Unit
Pelayanan Laboratorium meminta ATK dan cetakan tersebut untuk memenuhi
kelengkapan kegiatan administrasi pelayanan di Unit Pelayanan Laboratorium.

BAB VI

TATA PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN

Unit Laboratorium yang merupakan bagian dari Rumah Sakit adalah lingkungan
yang komplek dimana di dalamnya memiliki resiko bahaya/ keselamatan pasien.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung pelaksanann
keselamatan pasien laboratorium terhadap potensi bahaya yang terjadi agar tidak
terjadi insiden terhadap pasien adalah :

A. Tahap Pra Analitik


Pada tahap ini membutuhkan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter karena
tanpa kerjasama yang baik maka akan mengganggu/mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium.
Tahap Pra Analitik meliputi :
a. Instruksi dan pengisisan formulir laboratorium :
- Instruksi pemeriksaan dari dokter dalam formulir permintaan pemeriksaan
yang dituliskan oleh dokter harus jelas untuk menghindari pengulangan
pemeriksaan yang dapat merugikan pasien.
- Identitas pasien di dalam lembar permintaan pemeriksaan laboratorium
harus jelas seperti nama pasien, umur, ruangan,nomor Rekam Medis,
diagnosa dokter dan dokter pengirim
- Pelabelan sampel yang sudah diambil menghindari tertukarnya sampel
pasien
b. Persiapan pasien
- Makanan dan minuman
Untuk pemeriksaan Gula Darah Puasa pasien diharuskan berpuasa
sekurang-kurangnya 10 jam agar mendapatkan pemeriksaan yang akurat
- Perokok
Perokok lama akan berakibat penurunan Hb dan jumlah eritrosit, penurunan
CMV, jumlah lekosit.
- Stres
Baik stress fisik maupun mental akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
Gula Darah dan Cholesterol Total
c. PeRSpan Alat
Alat yang digunakan haruslah bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia,
tidak bocor dan rembes, besar wadah sesuai dengan volume spesimen, untuk
pengambilan darah pasien sebaiknya menggunakan alkohol swab, jarum suntik
sekali pakai dan penampung yang berlabel baik yang ada antikoagulan maupun
tidak.
d. Pengambilan sampel
- Diperhatikan kelengkapan dan kesterilan alat yang akan dipakai.
- Komunikasi terhadap pasien dan keluarga pasien tentang apa yang akan
dikerjakan dan manfaat pemeriksaan yang akan dilakukan supaya pasien
tidak panik
- Periksa kembali identitas dan permintaan pemeriksaan laboratorium pada
formulir permintaan dan disesuaikan dengan gelang identitas yang dipakai
pasien
- Menghindari pemakaian torniquet terlalu lama saat pengambilan darah
vena dan jangan melakukan pemencetan jari pada saat pengambilan darah
kapiler
e. Penanganan awal dan transportasi sampel
Beberapa hal yang sering menjadi sumber kesalahan dalam pengumpulan
sampel dan menyebabkan sampel rusak atau tidak sesuai indikasi/berlebihan,
hilang, tertukar adalah:
- Kesalahan dalam identifikasipasien, pelabelan spesimen, pencampuran,
pemakaian antikoagulan, proses reparasi serum
- Terjadinya hemolisis dan hemokonsentrasi
- Penundaan pengiriman sampel ke laboratorium dan penyimpanan sampel
sebelum analisa.

2. Tahap Analitik
Merupakan tahap pemeriksaan sampel pasien dimana hasil pemeriksaan
tergantung pada :
a. Peralatan laboratorium yang dipakai
b. Metode pemeriksaan yang dipakai
c. Pemeliharaan reagensia
d. Sumber Daya Manusia yang ada

3. Tahap Pasca Analitik


Pada tahap ini keselamatan pasien lebih ditekankan pada penulisan, interpretasi
dan pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dapat dibaca, tanpa
kesalahan dalam tulisan.
BAB VII

KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa
Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di
RS termasuk di Unit Rawat jalan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/Menkes/Sk/Iv/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Di Rumah Sakit, potensi bahaya yang mungkin terjadi, selain penyakit-
penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan
kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan Unit listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia
yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua
potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para staf,
para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS. Bagi staf berfungsi
untuk melindungi karyawan dari penyakit akibat kerja (PAK) dan mencegah kecelakaan
akibat kerja (KAK).
Berikut potensi bahaya dan bagaimana cara mengenali potensi bahaya yang ada
di Unit Pelayanan Laboratorium :
A. Identifikasi sumber bahaya.
1. Fisik
a. Resiko tertusuk jarum suntik.
b. Resiko terjadinya tersengat listrik karena banyak alat-alat penunjang medis
yang memakai listrik.
c. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan,
laboratorium dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan
kerja.
d. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
e. Lantai yang licin
2. Kimia
Desinfektan atau zat kimia lain yang menyebabkan iritasi, kebakaran,
keracunan dll
3. Biologik
Karyawan dapat tertular penyakit dari pasien AIDS, Hepatitis B dan A-Non
B, Tuberculosis, dan penyakit menular lainnya.
4. Ergonomik
Posisi kerja yang salah, pekerjaan rutinitas manual yang membutuhkan
waktu dan fikiran

B. Penilaian factor resiko


Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.

C. Pengendalian factor resiko


Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni
a. Menghilangkan bahaya,
b. Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa),
c. Tertib administrasi
d. Alat pelindung Diri (APD)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja melalui program
K3 di Unit Pelayanan Laboratorium adalah :
A. Mengikuti standar persyaratan bangunan dan kesehatan lingkungan Rumah
Sakit
B. Pemeriksaan kesehatan petugas secara berkala.
C. Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
a. Apron yang digunakan petugas laboratorium untuk melakukan pencucian
alat gelas
b. Pemakaian APD seperti sarung tangan, jas laboratorium, masker
c. Penyediaan masker untuk pasien yang menderita penyakit infeksi yang
menular melalui udara dan untuk petugas yang menderita sakit batuk.
d. Semua peralatan penunjang medis dan computer dipasang stavolt untuk
melindungi dari terjadinya kebakaran dan konsleting listrik.
e. Kabel – kabel alat dirapikan dan dilindungi supaya tidak menyebabkan
kabel terkelupas.
f. Melakukan hand hygiene seperti petunjuk dari WHO dengan 6 langkah 5
saat
g. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
h. Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
i. Pengobatan pekerja yang menderita sakit
j. Untuk pencegahan terhadap faktor kimia perlu adanya Material safety data
sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada serta diketahui oleh
seluruh petugas laboratorium dan menggunakan karet isap (rubber
bulb)/alat vakum/pipet untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan
terhirupnya aerosol dalam pengambilan bahan kimia.
k. Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
l. Melaksanakan biological monitoring
m. Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. Indikator Mutu di Unit Pelayanan Laboratorium adalah :


Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
a. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
- Denominator : Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium yang
disurvey dalam satu bulan
- Numerator : Jumlah komulatif waktu tunggu hasil pelayanan
laboratorium pasien yang disurvey dalam satu bulan
- Standar : ≤ 140 menit
b. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium
- Denominator : Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium dalam 1
bulan
- Numerator : Jumlah hasil laboratorium yang diverifikasi hasilnya oleh
dokter spesialis patologi klinik dalam satu bulan
- Standar : 100 %
c. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Denominator : Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium dalam
satu bulan tersebut
- Numerator : Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium dalam
satu bulan dikurangi jumlah penyerahan hasil laboratorium salah orang
dalam satu bulan
- Standar : 100 %

Indikator mutu tambahan di Unit Pelayanan Laboratorium :


a. Ketepatan identifikasi pasien laboratorium
b. Ketepatan respon time
c. Tidak adanya kesalahan pemeriksaan sampel dan pemberian hasil
pemeriksaan
d. Tidak adanya kejadian tertusuk jarum
e. Tidak adanya kejadian infeksi petugas ataupun pasien
B. Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal Unit Pelayanan Laboratorium
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
1. Pemantapan Mutu Internal
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan
yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara berkesinambungan agar
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan akurat. Kegiatan ini mencakup
tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska analitik.
a. Tahap Pra Analitik
Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik
ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses
tersebut meliputi peRSpan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman
spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan
spesimen.
b. Tahap Analitik
Tahap analitik merupakan tahap pemeriksaan sampel dalam laboratorium
sampai dengan didapatkan hasil, dimana hasil dari pemeriksaan
laboratorium tergantung dari beberapa hal, misalnya pemeliharaan dan
kalibrasi alat.
c. Tahap Paska Analitik
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah fase pra analitik dan fase
analitik yang semua kegiatannya berhubungan dengan informasi yaitu
berupa hasil pemeriksaan, interpretasi hasil pemeriksaan dan pelaporan
hasil pemeriksaan
2. Pemantapan Mutu Eksternal
Program Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah program pemantapan
mutu yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik,
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik
Indonesia yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua laboratorium
kesehatan swasta dan pemerintah dengan membandingkan nilai sampel yang
diberikan bagian mutu DepKes Nasional yang dilaksanakan secara berkala.
BAB IX

PENUTUP

Buku Pedoman Pelayanan Unit Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Sakina


Idaman ini disusun bertujuan untuk memberi gambaran secara keseluruhan kepada
tenaga internal di Unit Pelayanan Laboratorium tentang bagaimana tata pelaksanaan
pelayanan laboratorium dalam mendukung peningkatan pelayanan di Rumah Sakit.
Dengan mengetahui mekanisme kerja yang ada diharapkan tenaga yang ada di Unit
Pelayanan Laboratorium dapat melakukan pelayanan secara professional.

Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna pelayanan di Unit
Pelayanan Laboratorium pada khususnya dan Rumah Sakit Sakina Idaman pada
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai