Anda di halaman 1dari 28

IMPETIGO Epidemiologi

Penyakit Menular
1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Sebenarnya infeksi kulit, selain
disebabkan oleh bakteri gram positif seperti pada pioderma, dapat pula disebabkan oleh
bakteri gram negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis,
E. coli dan klebsiella. Penyebab yang umum ialah bakteri gram positif, yakni streptokokus
dan stafilokokus.

Impetigo, yaitu merupakan salah satu bentuk pioderma yang paling sering menyerang anak-
anak, terutama yang kebersihan badannya kurang dan bisa muncul di bagian tubuh manapun
setelah terjadi cidera pada kulit, seperti luka maupun pada infeksi virus herpes simpleks.

Paling sering ditemukan di wajah, lengan dan tungkai.


Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya.
Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran pernafasan atas (misalnya flu atau
infeksi virus lainnya).

1. 2. TUJUAN

 Untuk mengetahui pengertian dan epidemiologi penykit kusta


 Untuk mengetahui penyebab,penularan serta diagnosis penyakit kuksta
 Untuk mengetahui tanda dan geejala penyakit kusta

BAB II

PEMBAHASAN

1. 1. PENGERTIAN IMPETIGO
Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah digunakan untuk
menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa nampak pada daerah
permukaan kulit.

Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit
(Djuanda, 56:2005). Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan
kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis,
Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites (Beheshti, 2:2007).

Impetigo adalah penyakit infeksi kulit yang sangat menular yang umumnya terjadi pada bayi
dan anak-anak. Impetigo biasanya berupa luka merah pada wajah, khususnya disekitar hidung
dan mulut. Meskipun ini biasa terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melaluui kulit
yang rusak atau terluka, ini juga dapat terjadi pada kulit yang sehat.

Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial).dengan dua macam gambaran
klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan krusta, keropeng, koreng) dan
impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi cairan).

1. Impetigo contagiosa. Merupakan bentuk paling umum dari impetigo, yang biasanya
dimulai dengan noda merah pada wajah, paling sering di sekitar hidung dan mulut.
Luka dengan cepat memecah dan mengeluarkan cairan atau nanah yang kemudian
membentuk kerak berwarna kuning. Luka tersebut mungkin gatal, akan tetapi tidak
terasa sakit.
2. Bullous impetigo. Umumnya diderita oleh bayi dan anak dibawah usia 2 tahun.
Impetigo ini tidak menyebabkan rasa sakit dan berisi cairan –biasanya pada pinggul,
lengan atau leher. Kulit disekitarnya biasanya merah dan gatal tetapi tidak terluka.
Benjolan berisi cairan ini dapat pecah dan menyisakan kerak berwarna kekuningan,
dapat besar atau kecil, dan dapat hilang lebih lama daripada impetigo jenis lainnya.
3. Ecthyma. Merupakan jenis impetigo yang lebih serius yang terdapat di lapisan dalam
kulit (dermis). Tanda dan gejala antara lain luka berisi cairan atau nanah yang terasa
sakit, biasanya pada kaki. Kemudian memecah dengan kerak yang berwarna kuning
keabu-abuan dank eras. Bekas akan tertinggal setelah luka sembuh. Ecthyma dapat
juga menyebabkan pembengkakan kelenjar limpa pada area yang terkena.

1. 2. ETIOLOGI

Ada dua jenis bakteri yang menyebabkan impetigo –staphylococcus aureus dan streptococcus
pyogenes. Kedua jenis bakteri ini dapat hidup di kulit anda sampai mereka masuk ke dalam
tubuh melalui luka dan menyebabkan infeksi.

Pada orang dewasa, impetigo biasanya disebabkan dari cedera pada kulit –sering disebabkan
oleh kondisi kulit lain seperti dermatitis. Anak-anak umumnya terinfeksi melalui luka atau
gigitan serangga, tetapi mereka juga bisa mengalami impetigo tanpa memiliki cedera kulit
apapun.

1. 3. TANDA DAN GEJALA


Impetigo berawal sebagai luka terbuka yang menimbulkan gatal, kemudian melepuh,
mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya membentuk keropeng.. Besarnya
lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong sampai seukuran cincin yang besar.
Lepuhan ini berisi carian kekuningan disertai rasa gatal. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi.

Tanda lain nya yaiitu :

1. Noda merah yang dengan cepat pecah dan mengeluarkan cairan dalam beberapa hari,
kemudian membentuk bekas yang kuning kecokelatan
2. Gatal
3. Benjolan berisi cairan yang tidak terasa sakit
4. Pada bentuk yang lebih serius, luka yang berisi cairan atau nanah yang masuk ke
dalam bisul

Hanya terdapat pada anak, tidak disertai dengan gejala umum. Keluhan utama adalah rasa
gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, kemudian berubah
menjadi bula atau vesikel.

1. 4. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memastikan bahwa penyebabnya


adalah stafilokokus atau streptokokus, bisa dilakukan pembiakan contoh jaringan yang
terinfeksi di laboratorium.

Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk menyingkirkan
diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative. Bisa dilanjutkan dengan tes
katalase dan koagulase untuk membedakan antara StaphylococcusdanStreptococcus (Brooks,
332:2005).

1. 5. CARA PENCEGAHAN

Infeksi bisa dicegah dengan memelihara kebersihan dan kesehatan badan. Goresan ringan
atau luka lecet sebaiknya dicuci bersih dengan sabun dan air, bila perlu olesi dengan zat anti-
bakteri.

Untuk mencegah penularan:

 Hindari kontak dengan cairan yang berasal dari lepuhan di kulit


 Hindari pemakaian bersama handuk, pisau cukur atau pakaian dengan penderita
 Selalu mencuci tangan setelah menangani lesi kulit.

Menjaga kulit tetap bersih adalah jalan terbaik untuk menjaga kulit tetap sehat. Obati luka
terbuka, gigitan serangga dan bentuk luka lain secara benar dengan membersihkan area yang
terluka dengan menggunakan antibiotik.

Jika seseorang dalam keluarga anda memiliki impetigo, lakukan tindakan berikut untuk
mencegahnya menular:

 Cuci area yang terinfeksi dengan sabun lembut dan air mengalir
 Cuci pakaian mereka yang terinfeksi setiap hari dan jangan berbagi penggunaan
 Gunakan sarung tangan ketika menggunakan salep antibiotik dan segera cuci tangan
anda setelahnya
 Potong kuku anak yang terinfeksi untuk menghindari kerusakan kulit akibat
menggaruk area yang terinfeksi
 Cuci tangan secara teratur
 Jaga anak anda tetap dirumah sampai dokter mengizinkan

1. 6. PENGOBATAN

Untuk infeksi ringan, diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin atau dicloxacillin).
Antibiotik per-oral (ditelan) bisa mempercepat penyembuhan. Untuk melepaskan keropeng,
kulit sebaiknya dicuci dengan sabun anti-bakteri beberapa kali/hari.

Perawatan Umum :

1. Memperbaiki higien dengan membiasakan membersihkan tubuh dengan sabun,


memotong kuku dan senantiasa mengganti pakaian.
2. Perawatan luka
3. Titak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk, pakaian,
dan alat cukur)

1. 7. CARA PENULARAN

Impetigo merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan yang berasal dari
lepuhannya. Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong sampai
seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini berisi carian kekuningan disertai rasa gatal.

Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi).

Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi.
Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga
pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.

Anda terkena bakteri yang menyebabkan impetigo ketika anda secara sengaja atau tidak
melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi atau dengan benda yang mereka gunakan,
seperti pakaian, kasur, handuk dan bahkan mainan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. A. EPIDEMIOLOGI IMPETIGO

1.1 FREKUENSI IMPETIGO


Impetigo adalah penyakit infeksi kulit yang sangat menular yang umumnya terjadi pada bayi
dan anak-anak. Impetigo biasanya berupa luka merah pada wajah, khususnya disekitar hidung
dan mulut. Meskipun ini biasa terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melaluui kulit
yang rusak atau terluka, ini juga dapat terjadi pada kulit yang sehat.

1.2 DISTRIBUSI IMPETIGO

 Menurut Orang

Impetigo terjadi di seluruh Negara di dunia dan angka kejadiannya selalu meningkat dari
tahun ke tahun. Di Amerika Serikat Impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang
dijumpai pada klinik anak.

 Menurut umur

Impetigo adalah infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak. Impetigo umumnya
mengenai anak usia 2-5 tahun.

 Menurut tempat dan Waktu

Penderita terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada daerah tenggara Amerika
(Provider synergies, 2:2007).

1.3 DETERMINAN

 Host

Kelompok masyarakat yang pling banyak terkena penykit ini adalah kelompok bayi dan
anak – anak.

 Agen

Penyebab yang umum ialah bakteri gram positif, yakni streptokokus dan stafilokokus.

 Enviroment

Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik
penyakit kulit (gigitan binatang, varizela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau
penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV)

BAB IV

PENUTUP

1. 1. KESIMPULAN

Impetigo adalah penyakit infeksi kulit yang sangat menular yang umumnya terjadi pada bayi
dan anak-anak. Impetigo biasanya berupa luka merah pada wajah, khususnya disekitar hidung
dan mulut. Meskipun ini biasa terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melaluui kulit
yang rusak atau terluka, ini juga dapat terjadi pada kulit yang sehat.
Ada dua jenis bakteri yang menyebabkan impetigo –staphylococcus aureus dan streptococcus
pyogenes. Kedua jenis bakteri ini dapat hidup di kulit anda sampai mereka masuk ke dalam
tubuh melalui luka dan menyebabkan infeksi.

Tanda penyakit ini yaitu:

1. Noda merah yang dengan cepat pecah dan mengeluarkan cairan dalam beberapa hari,
kemudian membentuk bekas yang kuning kecokelatan
2. Gatal
3. Benjolan berisi cairan yang tidak terasa sakit
4. Pada bentuk yang lebih serius, luka yang berisi cairan atau nanah yang masuk ke
dalam bisul

Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi).

Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi

1. 2. SARAN

 Di harapkan pada makalah ini para pembaca dan peulis dapat mengetahui apa
penyakit Impetigo ini.
 Di harapkan kepada ppembaca dapat memmbedakan kedua jenis impetigo
 Di harapkan kepada pembaca agar mengetahui tanda adari penyakit ini agar bisa
menjaga diri.
 Di harapkan kepada pembaca agar lebih menjaga diri daari segala penyakit terutama
penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Ketiga, FKUI, Jakarta, 2000, 55-61

2. Siregar R.S., Saripati Penyakit Kulit, EGC, Jakarta, 1996, 51-56

3. Impetigo, available at www.http://medicastore.com

4. Common Bacterial Skin Infections, available at www.aafp.org/afp/pdf

5. Superficial and Deep Bacterial Infections of the Skin, available at


http://www.eadv2005.com

6. Impetigo, available at www.cchd.org

IMPETIGO ADALAH

Impetigo adalah infeksi permukaan kulit, di mana penyakit ini merupakan salah satu bentuk
pioderma (infeksi kulit akibat bakteri Staphylococcus, Streptococcus, atau keduanya) yang
sangat menular. Impetigo dibagi menjadi 2 jenis, yaitu impetigo yang ditandai dengan
keropeng (impetigo krustosa), dan impetigo yang ditandai dengan benjolan berisi cairan
(impetigo bulosa). Sebanyak 70% impetigo adalah bentuk keropeng.

GEJALA

Impetigo Krustosa

Impetigo jenis ini ditandai dengan keropeng, sebagian besar terdapat pada anak usia 2-5
tahun, karena sistem imun anak yang belum berkembang sempurna. Impetigo krustosa
merupakan infeksi kulit bakteri yang paling sering dijumpai pada anak, terutama anak yang
tinggal di iklim panas dan lembab.

Gejala timbul 1-3 hari setelah infeksi. Kelainan kulit diawali oleh kemerahan mendatar pada
kulit yang dengan cepat berubah menjadi benjolan seperti jerawat yang berisi cairan atau
nanah berukuran kurang lebih 2 cm. Benjolan kecil ini dapat pecah, mengeluarkan isi nanah
atau cairan, kemudian mengering dan meninggalkan keropeng tebal berwarna kuning seperti
madu. Jika keropeng ini dikelupas, terdapat luka dangkal yang merah dan basah di bawahnya.
Kelainan kulit ini terutama terdapat di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap
sebagai sumber infeksi dari daerah tersebut; dapat juga ditemui di lengan atau tungkai, namun
jarang mengenai telapak tangan dan telapak kaki. Terdapat beberapa benjolan seperti ini yang
berkumpul di suatu tempat atau bergabung satu sama lain menjadi besar.

Benjolan ini umumnya tidak nyeri, namun dapat terasa gatal ringan sesekali. Jika kelainan
kulit ini disentuh atau digaruk oleh penderita, maka kuku-kuku penderita dapat menjadi
pembawa bakteri dan menyebabkan benjolan-benjolan baru di kulit daerah lain yang disentuh
penderita. Kemerahan atau bengkak di sekitar kelainan kulit jarang ditemui. Gejala demam
dan pembesaran kelenjar getah bening lebih sering ditemui pada tipe krustosa. Jika tidak
diobati, dapat sembuh spontan dalam beberapa minggu tanpa bekas luka.

Komplikasi dari impetigo krustosa adalah radang pada ginjal yang disebut glomerulonefritis
pasca-streptococcus yang terjadi pada 1-5% penderita. Glomerulonefritis ini ditandai dengan
tekanan darah tinggi, bengkak pada wajah atau tubuh, dan air seni berwarna merah. Gejala
timbul 10 hari setelah impetigo pertama kali muncul; namun dapat juga timbul 1-5 minggu
kemudian. Pengobatan impetigo dengan antibiotik tidak berpengaruh terhadap risiko
terjadinya glomerulonefritis.

Komplikasi lain yang jarang namun mungkin terjadi adalah infeksi luas, radang pada tulang
atau sendi, radang otot jantung, radang paru-paru, radang jaringan kelenjar getah bening, dan
radang jaringan lunak kulit.

Impetigo Bulosa

Impetigo jenis ini ditandai dengan benjolan berisi cairan, sering ditemui pada bayi baru lahir,
namun juga bisa ditemui pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa benjolan kecil yang
dengan cepat membesar menjadi benjolan besar berisi cairan (bula). Pada awalanya cairan
berwarna jernih, kemudian menjadi keabu-abuan dan akhirnya menjadi kuning gelap seperti
nanah (bula hipopion). Permukaan benjolan ini datar dan di sekitarnya tidak terdapat
kemerahan, umumnya berukuran kurang dari 3 cm. Benjolan besar ini sangat rapuh sehingga
mudah pecah, mengeluarkan nanah kekuningan dan meninggalkan luka dangkal dengan sisik
di tepinya (collarette).

Impetigo jenis ini umumnya ditemukan di daerah lipatan kulit, seperti di leher, ketiak, dan
lipat paha. Kelainan kulit dapat menyebar ke daerah kulit lain akibat garukan penderita.
Berbeda dengan impetigo krustosa, pada impetigo bulosa jarang terdapat kemerahan dan
pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, impetigo jenis ini tidak terlalu menular
seperti tipe krustosa dan dapat sembuh dengan spontan dalam beberapa minggu tanpa bekas.
Pada bayi, dapat disertai gejala umum seperti demam, lemas, dan diare.

PENYEBAB

Penyebab impetigo krustosa adalah bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus beta


hemolytic grup A, atau kombinasi keduanya. Sebagian besar infeksi diawali oleh infeksi
Streptococcus, namun seiring waktu akan digantikan oleh Staphylococcus. Impetigo bulosa
disebabkan oleh Staphylococcus aureus tipe 71 yang dapat menghasilkan racun. Racun ini
dapat menyebabkan benjolan besar berisi cairan di kulit. Sebanyak 20% dari impetigo bulosa
disebabkan oleh bakteri resisten terhadap antibiotik (methicilin-resistant S. aureus) yang
lebih sulit diobati.

Impetigo ditularkan melalui kontak langsung. Lebih lanjut penderita dapat menyebarkan
infeksi pada tubuhnya sendiri atau kepada orang lain setelah menggaruk benjolan impetigo di
kulit. Infeksi umumnya menyebar dengan cepat di sekolah dan tempat penitipan anak.
Meskipun kontak langsung merupakan metode penularan yang paling sering, benda-benda
juga dapat menjadi sumber infeksi. Bakteri yang terdapat di udara kering tidak dapat
menginfeksi kulit yang utuh. Faktor risko menderita impetigo antara lain usia (anak 2-6
tahun), tempat tinggal yang padat, cuaca yang hangat dan lembab, kegiatan olahraga tertentu
yang melibatkan kontak kulit dengan kulit (seperti sepak bola atau gulat), dan adanya
kerusakan kulit.

Infeksi dapat terjadi jika bakteri menyerang kulit sehat melalui luka atau gigitan serangga.
Metode infeksi seperti ini disebut impetigo primer. Infeksi juga dapat terjadi jika bakteri
menginvasi kulit yang rusak karena adanya penyakit kulit yang lain, seperti kudis, radang
kulit atau penyakit kulit lain. Oleh karena didahului oleh penyakit kulit lain, maka proses
infeksi ini disebut impetigo sekunder.

PENGOBATAN

Impetigo merupakan infeksi ringan yang dapat disembuhkan dengan mudah. Impetigo dapat
sembuh dengan sendirinya dalam 2 minggu tanpa bekas luka, namun pemberian obat dapat
membantu mengurangi rasa tidak nyaman, memperbaiki penampilan, dan mencegah
penyebaran bakteri sehingga mencegah komplikasi. Pengobatan impetigo dapat berupa
antibiotik yang dioleskan pada kelainan kulit (antibiotik topikal), antibiotik tablet, dan cairan
pembersih (desinfektan).

Menjaga kebersihan kulit yang terinfeksi sangat penting. Kulit yang terinfeksi perlu dicuci
dengan air dan sabun, atau ditambahkan cairan desinfektan serperti gentian violet. Terapi
utama pada impetigo adalah antibiotik, umumnya antibiotik yang dioleskan di luka.
Antibiotik topikal memiliki beberapa keuntungan, seperti: dapat digunakan hanya jika
dibutuhkan, tidak mahal, dan rendah efek samping. Antibiotik topikal yang umumnya
digunakan untuk impetigo adalah Mupirocin atau Asam Fusidat karena efektif dan dapat
ditoleransi dengan baik. Antibiotik ini dioleskan pada kulit yang terinfeksi 3 kali sehari
setelah dibersihkan selama 3-5 hari. Sebelum mengoleskan antibiotik, keropeng dapat
dilepaskan dahulu Efek samping antibiotik jarang ditemui dan umumnya ringan. Antibiotik
tablet diberikan pada penderita yang tidak dapat mentoleransi antibiotik topikal dan perlu
dipertimbangkan untuk penderita dengan kelainan kulit yang luas atau dengan gejala berat.
Antibiotik tablet yang dapat diberikan antara lain Eritromisin, Amoksilin, dan golongan
Sefalosporin selama 10 hari.

Penderita impetigo bulosa yang meliputi area kulit luas dapat mengalami kekurangan cairan
akibat pecahnya banyak benjolan-benjolan berisi cairan. Pada penderita seperti ini, perlu
diberikan terapi pengganti cairan melalui infus. Rawat inap untuk penderita impetigo dengan
luka kulit yang sangat luas, anak-anak dengan risiko penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
dan penderita dengan dehidrasi. Pada perawatan inap, penderita impetigo perlu diisolasi agar
tidak menularkan kepada orang lain.

Penderita dengan komplikasi glomerulonefritis perlu dirawat inap jika terdapat bengkak
hebat, air seni yang sangat sedikit, atau tekanan darah yang sangat tinggi. Perawatan
ditujukan mengurangi bengkak, menjaga keseimbangan cairan tubuh dan menurunkan
tekanan darah. Hanya sedikit penderita dengan glomerulonefritis yang memerlukan rawat
inap; sebagian besar penderita rawat inap umumnya diperbolehkan pulang dalam 2-4 hari.

Cara terbaik mencegah impetigo adalah menjaga kulit tetap bersih. Obati luka, bekas gigitan
serangga, atau kelainan kulit dengan mencucinya dengan bersih. Jika telah menderita
impetigo, perlu dilakukan langkah pencegahan untuk membatasi penularan kepada orang lain.
Benjolan impetigo harus dicuci dan ditutup dengan penutup tipis, tidak menggunakan pakaian
dan sprei bergantian dengan orang lain, menggunakan sarung tangan atau mencuci tangan
dengan bersih ketika memakaikan salep antibiotik, memotong kuku, mencuci tangan dengan
teratur, dan tetap tinggal di rumah sampai luka mengering.

Makalah Impetigo

A. PENDAHULUAN
Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah
digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa
nampak pada daerah permukaan kulit. Ada dua tipe impetigo, yaitu impetigo bullosa
dan impetigo non-bullosa. Impetigo non-bullosa disebut juga impetigo krustosa atau
impetigo kontagiosa.
Sumber infeksi yang sering ditemukan pada anak-anak adalah berasal dari
hewan peliharaan, kuku yang kotor, dan penularan dari teman sekolahnya. Sedangkan
pada orang dewasa, penularan penyakit dapat diperoleh dari tempat cukur, salon
kecantikan, kolam renang dan tertular dari anak.
Impetigo krustosa merupakan bentuk pioderma yang paling sederhana.dan terbatas
pada daerah epidermis atau superfisialis kulit. Dasar infeksi adalah kurangnya hygiene
dan terganggunya fungsi kulit.

B. EPIDEMIOLOGI
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia dan pada umumnya
menyebar melalui kontak langsung. Paling sering menyerang anak-anak usia 2-5 tahun,
namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan
wanita sama. Sebuah penelitian di Inggris menyebutkan bahwa insiden tahunan dari
impetigo adalah 2.8 % terjadi pada anak-anak usia di bawah 4 tahun dan 1.6 persen
pada anak-anak usia 5 sampai 15 tahun. Impetigo nonbullous atau impetigo krustosa
meliputi kira-kira 70 persen dari semua kasus impetigo.
Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas serta pada negara-
negara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong
lemah atau miskin.

C. ETIOLOGI
Organisme penyebab dari impetigo krustosa adalah Staphylococcus aureus
selain itu, dapat pula ditemukan Streptococcus beta-hemolyticus grup A (Group A
betahemolytic streptococci (GABHS) yang juga diketahui dengan nama Streptococcus
pyogenes). Sebuah penelitian di Jepang menyatakan peningkatan insiden impetigo yang
disebabkan oleh kuman Streptococcus grup A sebesar 71% dari kasus, dan 72% dari
kasus tersebut ditemukan pula Staphylococcus aureus pada saat isolasi kuman.
Staphylococcus dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua kuman ditemukan
bersamaan, maka infeksi streptococcus merupakan infeksi penyerta. Kuman S.
pyogenes menular ke individu yang sehat melalui kulit, lalu kemudian menyebar ke
mukosa saluran napas. Berbeda dengan S. aureus, yang berawal dengan kolonisasi
kuman pada mukosa nasal dan baru dapat ditemukan pada isolasi kuman di kulit pada
sekitar 11 hari kemudian.

D. PATOGENESIS
Pada impetigo krustosa (non bullous), infeksi ditemukan pada bagian minor dari
trauma (misalnya : gigitan serangga, abrasi, cacar ayam, pembakaran). Trauma
membuka protein-protein di kulit sehingga bakteri mudah melekat, menyerang dan
membentuk infeksi di kulit. Pada epidermis muncul neutrophilic vesicopustules. Pada
bagian atas kulit terdapat sebuah infiltrate yang hebat yakni netrofil dan limfosit.
Bakteri gram-positif juga ada dalam lesi ini.
Eksotoksin Streptococcus pyrogenic diyakini menyebabkan ruam pada daerah
berbintik merah, dan diduga berperan pada saat kritis dari Streptococcal toxic shock
syndrome. Kira-kira 30% dari populasi bakteri ini berkoloni di daerah nares anterior.
Bakteri dapat menyebar dari hidung ke kulit yang normal di dalam 7-14 hari, dengan
lesi impetigo yang muncul 7-14 hari kemudian.

E. GAMBARAN KLINIS
Penyakit ini biasanya asimetris yang ditandai dengan lesi awal berbentuk
makula eritem pada wajah, telinga maupun tangan yang berubah dengan cepat menjadi
vesikel berisi cairan bening atau pustul dengan cepat dan dikelilingi oleh suatu areola
inflamasi, bila mengering akan mengeras menyerupai batu kerikil yang melekat di kulit.
Jika diangkat maka daerah tempat melekatnya tadi nampak basah dan berwarna
kemerahan.
Tahap ini jarang terlihat karena kulit vesikel sangat tipis dan mudah rupture.
Pada dasar vesikel terdapat eksudasi, jika mengering akan menjadi krusta warna
kuning. Lesi awalnya kecil (ukuran kira-kira 3-10 mm), tapi kemudian dapat membesar.
Bila lesi sembuh tidak akan meninggalkan bekas. Lesi bias annular, circinata atau
bundar menyerupai Tinea circinata. Lesi satelit dapat terbentuk di sekitar lesi utama
yang disebabkan oleh adanya autoinoculation.
Tanda khas dari impetigo krustosa ini adalah warna kemerahan seperti madu atau
kuning keemasan ’honey-colored’. Pada daerah tropis umumnya terjadi pada anak-anak
yang kurang gizi, erupsinya bias luas dan bereaksi lambat terhadap terapi. Umumnya
terjadi pada daerah-daerah tubuh yang terbuka seperti wajah, mulut, telapak tangan
atau leher.
Tidak disertai gejala umum. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang
hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit
berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang
berobat, yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan
tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian
tengah.
Streptokkus yang menginfeksi anak-anak dan yang lebih tua tidak berbeda
dengan yang terkena/menyebar pada populasi yang lain, walaupun perlu
dipertimbangkan bahwa tingkat infeksi yang lebih serius bias berbeda dari kedua
kelompok umur tersebut. Keluhan utama adalah rasa gatal. Lesi awal berupa macula
eritematosa berukuran 1 – 2 mm, segera berubah menjadi vesikel atau bula. Karena
dinding vesikel tipis, mudah pecah dan mengeluarkan secret seropurulen kuning
kecoklatan. Selanjutnya mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta
mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan secret
sehingga krusta kembali menebal.

F. HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologi berupa peradangan superficial folikel pilosebasea
bagian atas. Terbentuk bula atua vesikopustula subkornea yang berisi kokus serta
debris berupa leukosit dan sel epidermis. Pada lapisan dermis didapatkan reaksi
peradangan ringan berupa dilatasi pembuluh darah, edema dan infiltrasi PMN. Daerah
lesi tampak hiperemis, edem dan infiltrasi netrofil tampak pada vesikel/pustul.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan penunjang untuk menetapkan diagnosis dilakukan biakan
bakteriologis eksudat lesi, biakan secret dalam media agar darah, dilanjutkan dengan
tes resistens. Selain itu kultur dilakukan untuk mengetahui kuman penyebabnya. Baik
staphylococcus maupun streptococcus mudah berkembang pada media aerob,
contohnya blood agar.
Pemeriksaan histopatologi kulit pada infeksi yang sangat superficial yaitu diatas
lapisan epidermis. Pemeriksaan gram dilakukan pada stratum korneum dan lapisan
diatas granuler. Hal tersebut berhubungan dengan akantolisis jaringan sub corneal
epidermis. Hanya sedikit infitrat yang tampak.
Pada pemeriksaan lokalisasi dan efloresensi dari penyakit ini diperoleh bahwa
lesi penyakit ini biasanya terdapat pada daerah yang terpajan, terutama wajah, tangan,
leher dan ekstremitas. Sementara efloresensi / sifat-sifatnya berupa macula eritematosa
miliar sampai lentikular, krusta kuning kecoklatan, berlapis-lapis, mudah diangkat.
H. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis dari lesi.
Kultur dilakukan bila terdapat kegagalan pengobatan dengan terapi standar, biopsy
jarang dilakukan. Biasanya diagnose dari impetigo dapat dilakukan tanpa adanya tes
laboratorium. Namun demikian, apabila diagnosis tersebut masih dipertanyakan, tes
mikrobiologi pasti akan sangat menolong.
 Laboratorium rutin
Pada pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan pada 50% kasus
pasien dengan impetigo. Pemeriksaan urinalisis perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah telah terjadi glomerulonefritis akut pasca streptococcus (GNAPS), yang ditandai
dengan hematuria dan proteinuria.
 Pemeriksaan imunologis
Pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan peningkatan kadar
anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody.

 Pemeriksaan mikrobiologis
Eksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang berasal dari bulla dapat
dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur bisa memperlihatkan S. pyogenes, S.
aureus atau keduanya. Tes sensitivitas antibiotic dilakukan untuk mengisolasi metisilin
resistar. S. aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian antibiotic yang sesuai.
Pewarnaan gram pada eksudat memberikan hasil gram positif.
Pada blood agar koloni kuman mengalami hemolisis dan memperlihatkan daerah
yang hemolisis di sekitarnya meskipun dengan blood agar telah cukup untuk isolasi
kuman, manitol salt agar atau medium Baierd-Parker egg Yolk-tellurite
direkomendasikan jika lesi juga terkontaminasi oleh organism lain. Kemampuan untuk
mengkoagulasi plasma adalah tes paling penting dalam mengidentifikasi S. aureus. Pada
sheep blood agar, S. pyogenes membentuk koloni kecil dengan daerah hemolisis
disekelilingnya. Streptococcus dapat dibedakan dari Staphylokokkus dengan tes
katalase. Streptococcus memberikan hasil yang negative.
I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari jenis impetigo ini adalah :
1. Dermatitis atopi
Lesi gatal yang bersifat kronik dan berulang, kering; pada orang dewasa dapat
ditemukan likenifikasi pada daerah fleksor ekstremitas. Sedangkan pada anak sering
berlokasi pada daerah wajah dan ekstremitas ekstensor.
2. Dermatofitosis
Lesi kemerahan dan bersisik dengan bagian tepi yang aktif agak meninggi; dapat
berbentuk vesikel, terutama berlokasi di kaki.
3. Ektima
Lesi berkrusta yang menutupi ulkus, jarang berupa erosi; lesi menetap berminggu-
minggu dan dapat sembuh dengan meyisakan jaringan perut jika infeksi meluas hingga
ke dermis.
4. Skabies
Lesi terdiri dari terowongan dan vesikel yang kecil; gatal pada daerah lesi saat malam
hari merupakan gejala yang khas.
5. Varisela
Vesikel berdinding tipis, ukuran kecil, pada daerah dasar yang eritem yang awalnya
berlokasi di badan dan menyebar ke wajah dan ekstremitas; vesikel pecah dan
membentuk krusta; lesi dengan tingkatan berbeda dapat muncul pada saat yang sama.

J. PENATALAKSANAAN
Perawatan Umum :
1. Memperbaiki higien dengan membiasakan membersihkan tubuh dengan sabun,
memotong kuku dan senantiasa mengganti pakaian.
2. Perawatan luka
3. Titak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk, pakaian,
dan alat cukur)

Sistemik
Pengobatan sistemik di indikasikan jika terdapat factor yang memperberat
impetigo seperti eczema. Untuk mencegah infeksi sampai ke ginjal maka di anjurkan
untuk melakukan pemeriksaan urine. Bakteri pun di uji untuk mengetahui ada tidaknya
resistensi antibiotic. Pada impetigo superficial yang disebabkan streptococcus
kelompok A, penisilin adalah drug of choice. Penisilin oral yang digunakan adalah
potassium Phemmoxymethylpenicilin. Bila resisten bias digunakan oxacilin dengan
dosis 2,5 gr/ hari dan dosis untuk anak-anak disesuaikan dengan umur. Dapat juga
digunakan eritromisin dosis 1,5 – 2,0 g yang diberikan 4 kali sehari.
Penisilin V oral (250mg per oral) efektif untuk streptokokkus atau staphylokokkus
aureus non-penisilin. Penisilin semi sentetis, methicin, atau oxacilin (500mg setiap 4-6
jam) diberikan untuk staphylokokkus yang resisten terhadap penisilin eritromisin
(250mg 4 kali sehari) lebih efektif dan aman, di gunakan pada pasien yang sensitive
terhadap penisilin. Antibiotic oral diberikan bila :

a. Erupsi memberat dan semakin meluas


b. Anak lain yang terpapar infeksi
c. Bila bentuk nephritogenik telah berlebihan
d. Bila pengobatan topical meragukan
e. Pada kasus yang disertai folliculitis
Topikal
Pengobatan topikal dilakukan apabila krusta dan sisa impetigo telah dibersihkan
dengan cara mencucinya menggunakan sabun antiseptic dan air bersih. Untuk krusta
yang lebih luas dan berpotensi menjadi lesi sebaiknya menggunakan larutan antiseptic
atau pun bubuk kanji. Dapat menggunakan asam salisil 3-6% untuk menghilankan
krusta. Bila krusta hilang maka penyebaranya akan terhenti. Pustule dan bula
didrainase. Bila dasar lesi sudah terlihat, sebaiknya diberikan preparat antibiotic pada
lesi tersebut dengan hati-hati sebanyak 4 kali sehari. Preparat antibiotic juga dapat
digunakan untuk daerah yang erosive. Misalnya menggunakan krim neomycin yang
mengandung clioquinol 0,5%-1% atau asam salisil 3%-5%

K. KOMPLIKASI
Infeksi dari penyakit ini dapt tersebar keseluruh tubuh utamanya pada anak-anak. Jika
tidak di obati secara teratur, maka penyakit ini dapat berlanjut menjadi
glomerulonefritis (2-5%) akut yang biasanya terjadi 10 hari setelah lesi impetigo
pertama muncul, namun bias juga terjadi setelah 1-5 minggu kemudian.
L. PROGNOSIS
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan pengobatan yang
teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis dan lain-
lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan.
M. KESIMPULAN
Impetigo merupakan pioderma superfisialis yang terbatas pada epidermis. Impetigo
terbagi atas 2 bentuk yaitu impetigo krustosa dan impetigo bulosa. Impetigo krustosa
merupakan bentuk pioderma yang paling sederhana, menyerang epidermis dengan
gambaran yang dominan ialah krusta. Organism penyebab dari penyakit ini adalah
staphylococcus aureus koagulase positif dan streptococcus betahemolyticus. Tanda
khas dari impetigo krustosa ini adalah lesi awal yang berbentuk macula eritem pada
wajah, telinga maupun tangan yang berubah dengan cepat menjadi vesikel berisi cairan
bening atau pustule dan umumnya terjadi pada anak-anak. Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klini dari lesi. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan
melakukan perawatan diri, pengobatan sistemik dan topikal.

Impetigo adalah satu penyakit menular. Impetigo adalah infeksi kulit yang menyebabkan
terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula).

Impetigo paling sering menyerang anak-anak, terutama yang kebersihan badannya kurang
dan bisa muncul di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering ditemukan di wajah, lengan
dan tungkai. Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya. Impetigo bisa
juga terjadi setelah suatu infeksi saluran pernapasan atas (misalnya flu atau infeksi virus
lainnya).

Daftar isi

 1 Tempoh pengeraman
 2 Gejala
 3 Tempoh pengasingan yang disarankan
 4 Pencegahan
 5 Pranala luar

Tempoh pengeraman

Waktu terkena penyakit ini sampai tampak gejalanya memakan waktu 1 sampai 3 hari. Itupun
tergantung pada kondisi tubuh pasien

Gejala

Bintik-bintik merah yang kecil menjadi lepuh yang berisi nanah dan berkeropeng; biasanya
pada muka, tangan atau kepala. Impetigo berawal sebagai luka terbuka yang menimbulkan
gatal, kemudian melepuh, mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya
membentuk keropeng.
Impetigo merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan yang berasal dari
lepuhannya.

Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong sampai seukuran cincin
yang besar. Lepuhan ini berisi carian kekuningan disertai rasa gatal.

Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi.

Tempoh pengasingan yang disarankan

Ya, sampai perawatan dimulai. Bisul harus ditutup dengan pembalut yang kedap air.

Pencegahan

Mencuci tangan dengan teliti. Infeksi bisa dicegah dengan memelihara kebersihan dan
kesehatan badan. Goresan ringan atau luka lecet sebaiknya dicuci bersih dengan sabun dan
air, bila perlu olesi dengan zat anti-bakteri.

Untuk mencegah penularan:

1. Hindari kontak dengan cairan yang berasal dari lepuhan di kulit


2. Hindari pemakaian bersama handuk, pisau cukur atau pakaian dengan penderita
3. Selalu mencuci tangan setelah menangani lesi kulit.
PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.
Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Kulit
merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks,
ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. (1)
Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit.
Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma. Pioderma merupakan penyakit
yang sering dijumpai, isidensnya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan
keadaan sosial ekonomi. (1) Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada
kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar
tubuh. Bakteri yang menyerang epidermis dapat menyebabkan impetigo. (2)
Impetigo adalah infeksi purulen akut menular yang paling sering ditemukan pada anak-anak
usia prasekolah dan remaja. Dinamakan menurut bahsa Perancis dan Latin yang berarti
“erupsi keropeng yang menyerang”. (2) Impetigo kontagiosa adalah infeksi superfisial,
intradermal, unilokular, dan vesikopustular. Merupakan penyakit infeksi kulit yang paling
sering terjadi pada anak-anak. (3)
DEFINISI
Impetigo adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta hemolyticus grup A
(GABHS). Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti Staphylococcus aureus pada
isolasi lesi impetigo. (4)

ETIOLOGI
Penyebab impetigo adalah bakteri pyogenes yaitu Streptococcus beta hemolyticus grup A
(GABHS), atau terkadang dapat juga disebabkan oleh Streptococcus aureus. (1,3,4,5,6)

EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 – 10 % dari anak-anak yang datang ke klinik kulit
menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama.
Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-kira 90%) adalah
impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun. (3)

KLASIFIKASI
Impetigo diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:
1. Impetigo krustosa
2. Impetigo bulosa (1)
SINONIM
Impetigo krustosa disebut juga impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, dan impetigo Tillbury
Fox, sedangkan impetigo bulosa disebut juga impetigo vesiko-bulosa, dan cacar monyet. (1)

PATOFISIOLOGI
Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus grup A
(GABHS) atau Streptococcus aureus. Organisme tersebut masuk melalui kulit yang terluka
melalui transmisi kontak langsung. Setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada
pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit. Seringnya lesi ini menunjukkan beberapa
kerusakan fisik yang tidak terlihat pada saat dilakukan pemeriksaan. Impetigo memiliki lebih
dari satu bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan bentuk impetigo dari strain
Staphylococcus yang menyerang dan aktivitas eksotoksin yang dihasilkan. (3)
Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak langsung,
setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada
kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang berukuran 2 – 4 mm. Secara cepat berubah
menjadi vesikel atau pustula. Vesikel dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika
digaruk maka akan meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus
berlangsung sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya
kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka disebut impetigo
krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit yang erosif. (3,7)
Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. (2)
Mula-mula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak
mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan
yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan
mengendap. Bila pengendapan terjadi pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi
pus yang mengendap, bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung.
(2)

GEJALA KLINIS
Gejala klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang
cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi yang pecah akan mengeluarkan
sekret/cairan berwarna kuning encer. Lesi ini paling sering ditemukan di daerah kaki, tangan,
wajah dan leher. Pada umumnya tidak dijumpai demam. (4,5,6)
Pada awalnya, kemungkinan akan dijumpai; ruam merah yang lembut, kulit mengeras/krusta
(Honey-colored crusts), gatal, luka yang sulit menyembuh. Pada impetigo bullosa, mungkin
akan dijumpai gejala; demam, diare, dan kelemahan umum. (3)

1. Impetigo Kontagiosa
Keluhan utama adalah rasa gatal. Lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1 – 2 mm,
segera berubah menjadi vesikel dan bula. Karena dinding vesikel tipis, mudah pecah dan
mengeluarkan sekret seropurulen kuning kecoklatan, selanjutnya mengering membentuk
krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, dibawah krusta terdapat daerah erosif
yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta kembali menebal. (7)
Pemeriksaan Kulit:
 Lokalisasi: daerah yang terpapar, terutama wajah (sekitar hidung dan mulut), tangan, leher
dan ekstremitas.
 Efloresensi: makula eritematosa miliar sampai lentikular, difus, anular, sirsinar, vesikel dan
bula lentikular difus, pustula miliar sampai lentikular; krusta kuning kecoklatan, berlapis-
lapis, mudah diangkat. (7)

2. Impetigo Bulosa
Lepuh tiba-tiba muncul pada kulit sehat, bervariasi mulai dari miliar hingga lentikular,
biasanya dapat bertahan 2 – 3 hari. Berdinding tebal dan terdapat hipopion. Bila pecah
menimbulkan krusta yang berwarna coklat datar dan tipis. (1)
Pemeriksaan kulit:
 Lokalisasi: ketiak, dada, punggung, dan ekstremitas atas atau bawah.
 Efloresensi: tampak bula dengan dinding tepal dan tipis, miliar hingga lentikular, kulit
sekitarnya tidak menunjukkan peradangan, terkadang-kadang tampak hipopion. (7)

PEMERIKSAAN FISIK
Tipe dan lokasi lesi:
 Sering terjadi pada wajah (sekitar mulut dan hidung) atau dekat rentan trauma.
 Makula merah atau papul sebagai lesi awal.
 Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta.
 Lesi dengan krusta berwarna seperti madu.
 Vesikel atau bula.
 Pustula.
 Basah, dangkal, dan ulserasi eritematous.
 Lesi satelit.
 Limphadenopaty regional. (umumnya pada impetigo kontagiosa dan jarang pada impetigo
bulosa). (3)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada suatu daerah
dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang berespons terhadap
pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
 Pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil dengan
kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.
 Kultur cairan. Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya Streptococcus
aureus, atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan Streptococcus beta
hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat berdiri sendiri.
 Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi. (3)

2. Pemeriksaan Lain:
 Titer anti-streptolysin-O ( ASO), mungkin akan menunjukkan hasil positif lemah untuk
streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.
 Streptozyme. Adalah positif untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.
(3)

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding impetigo antara lain: (1) Luka bakar, (2) Kandidiasis, (3) Sellulitis, (4)
Dermatitis atopik, (5) Dermatitis kontak, (6) Eritema multiforme, (7) Herpes simpleks, (8)
Pedikulosis, (9) Scabies, (10) Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, (11) Steven Johnson
Syndrome, (12) Tinea. (3)
Keadaan lain yang menyerupai impetigo antara lain: folikulitis, erisepelas, insect bite,
dermatitis eksematosa, tinea korporis, pemfigus vulgaris, dan pemfigus bullosa. (3)

PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip penatalaksanaan antara lain:
1. Membersihkan luka yang lecet atau mengalami pengausan secara perlahan-lahan. Tidak
boleh melakukan gosokan-gosokan pada luka terlalau dalam.
2. Pemberian mupirocin secara topical merupakan perawatan yang cukup adekuat untuk lesi
yang tunggal atau daerah-daerah kecil.
3. Pemberian antibiotik sistemik diindikasikan untuk lesi yang luas atau untuk impetigo
bulosa.
4. Pencucian dengan air panas seperti pada Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
diindikasikan apabila lesi menunjukkan keterlibatan daerah yang luas.
5. Diagnosis dan penatalaksanaan yang dini dapat mencegah timbulnya sikatrik dan
mencegah penyebaran lesi.
6. Kebutuhan akan konsultasi ditentukan dari luasnya daerah yang terserang/terlibat dan usia
pasien. Neonatus dengan impetigo bulosa memerlukan konsultasi dengan ahli neonatologi.
(4)
Medikamentosa:
Pemberian antibiotik merupakan terapi yang paling penting. Obat yang dipilih harus bersifat
melindungi dan melawan koagulasi-positif Streptococcus aureus dan Streptococcus beta
hemolyticus grup A (GABHS). (4)
Kategori obat: antibiotik-antibiotik jenis topikal kurang potensial dibandingkan dengan
antibiotik sistemik, tetapi pemakaiannya sebagai cadangan untuk kasus-kasus yang
melibatkan lesi yang kecil atau yang berjumlah sedikit.
Kategori obat topikal:
Nama Obat Mupirocin salep (Bactroban)-DOC untuk lesi kecil dengan jumlah yang sedikit
tanpa adanya lymphadenopaty
Dosis Dewasa Dioleskan 5 kali sehari pada lesi, sebelumnya lesi harus dibersihkan.
Dosis Pediatri Sama seperti dosis dewasa.
Kontraindikasi Hipersensitivitas.
Interaksi Tidak ada laporan.
Kehamilan Biasanya aman tetapi harus lebih dipertimbangkan antara manfaat dengan
risikonya.
Peringatan Penggunaan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi.
Kategori obat sistemik: terapi harus dapat mencakup semua jenis kuman patogen sesuai
dengan gejala klinisnya.
Nama Obat Cephalexin (Keflex) – Sefalosporin generasi pertama yang berkerja menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri, pembunuh bakteri
dan efektif melawan pesatnya pertumbuhan organisme yang membentuk dinding sel. Paling
aktif melawan flora kulit; khususnya digunakan untuk melindungi struktur kulit dan sebagai
pencegahan pada penatalaksanaan minor.
DOC untuk kasus-kasus yang melibatkan lesi dalam jumlah besar, keterlibatan daerah-daerah
yang luas atau regio lymphadenopathy.
Dosis Dewasa 250 – 500 mg peroral terbagi dalam 7 dosis.
Dosis Pediatri 25 – 50 mg/KgBB.
Kontraindikasi Hipersensitif.
Interaksi Aminoglikosida meningkatkan potensi nefrotoksik.
Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan antara manfaat dengan risiko.
Peringatan Dapat merusak ginjal.

Nama Obat Erythromycin (EES, Erythrocin, Ery-Tab) – DOC diberikan untuk pasien yang
alergi terhadap penicillin atau sefalosporin. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein
dengan cara menstimulasi pemisahan peptidyl t-RNA dari ribosom, yang menghambat
pertumbuhan bakteri.
Dosis Dewasa 250 – 500 mg per oral terbagi dalam 7 dosis.
Dosis Pediatri 30 – 50 mg/KgBB per oral terbagi dalam 7 dosis.
Kontraindikasi Hipersensitif, kelainan hati.
Interaksi Dapat meningkatkan toksisitas dari teopylin, digoksin, karbamazepin dan
siklosforin dapat mempotensi efek anti koagulan dari warfarin, simfastatin meningkatkan
resiko rhabdomyolisis.
Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan antara manfaat dan risiko.
Peringatan Resistensi dapat timbul (kira-kira 30 % kasus). Hati-hati pada penyakit hati,
estolate dapat menyebabkan cholestatik jaundice, efek yang kurang baik untuk traktus
gastrointestinal termasuk mual, muntah yang biasa terjadi (bila diminum sesudah makan).
Hentikan penggunaan jika terjadi mual, muntah, malaise, kolik abdomen dan demam.
Nama Obat Dicloxacillin (Dycill, Dynapen) – merupakan antibiotik pembunuh bakteri yang
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Digunakan untuk infeksi yang
disebabkan oleh Staphylococcus yang memproduksi penicillinase, dapat digunakan untuk
terapi pada saat diduga adanya infeksi. Sangat efektif, tetapi toleransi tubuh kurang baik jika
dibandingkan dengan cephalexin.
Dosis Dewasa 250 mg terbagi dalam 7 dosis.
Dosis Pediatri 20 – 50 mg/KgBB terbagi dalam 7 dosis.
Kontraindikasi Hipersensitif.
Interaksi Menurunkan efektifitas kontrasepsi oral, meningkatkan efek anti koagulan;
Probenecid dan Disulfiram dapat meningkatkan efek obat ini.
Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan antara manfaat dan risiko.
Peringatan Monitor pada pasien yang menggunakan obat-obat anti-koagulan, toksisitas dapat
meningkatkan kerusakan ginjal.

KOMPLIKSI
1. Post Streptococcus Glomerulonefritis (pada semua umur)
2. Meningitis atau sepsis (pada bayi)
3. Ektima
4. Erysipelas
5. Sellulitis
6. Bakteriemia
7. Osteomyelitis
8. Arthritis septik
9. Pneumonia
10. Limfadenitis (3)

PENCEGAHAN
Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah timbulnya impetigo.
Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala infeksi/peradangan Streptococcus
beta hemolyticus grup A (GABHS) perlu mencari perawatan medik dan jika perlu dimulai
dengan pemberian antibiotik secepat mungkin untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke
orang lain. Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan
orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Pemakaian barang-barang
atau alat pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai harus dipisahkan dengan
orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode penularan adalah setelah dua hari permulaan
pengobatan, jika impetigo tidak menyembuh dalam satu minggu, maka harus dievaluasi.
(3,4,5,6)

PROGNOSIS
 Umumnya baik (2)
 Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik, akan
memiliki kesempatan untuyk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasi
 Insidens infeksi umum dan meningitis lebih tinggi pada neonatus
 Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 – 10 hari
 Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritis
 Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 – 10 hari setelah diterapi, perlu dilakukan kultur. (3)

About these ads


PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.
Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Kulit
merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks,
ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. (1)
Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit.
Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma. Pioderma merupakan penyakit
yang sering dijumpai, isidensnya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan
keadaan sosial ekonomi. (1) Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada
kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar
tubuh. Bakteri yang menyerang epidermis dapat menyebabkan impetigo. (2)
Impetigo adalah infeksi purulen akut menular yang paling sering ditemukan pada anak-anak
usia prasekolah dan remaja. Dinamakan menurut bahsa Perancis dan Latin yang berarti
“erupsi keropeng yang menyerang”. (2) Impetigo kontagiosa adalah infeksi superfisial,
intradermal, unilokular, dan vesikopustular. Merupakan penyakit infeksi kulit yang paling
sering terjadi pada anak-anak. (3)
DEFINISI
Impetigo adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta hemolyticus grup A
(GABHS). Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti Staphylococcus aureus pada
isolasi lesi impetigo. (4)

ETIOLOGI
Penyebab impetigo adalah bakteri pyogenes yaitu Streptococcus beta hemolyticus grup A
(GABHS), atau terkadang dapat juga disebabkan oleh Streptococcus aureus. (1,3,4,5,6)

EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 – 10 % dari anak-anak yang datang ke klinik kulit
menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama.
Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-kira 90%) adalah
impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun. (3)

KLASIFIKASI
Impetigo diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:
1. Impetigo krustosa
2. Impetigo bulosa (1)
SINONIM
Impetigo krustosa disebut juga impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, dan impetigo Tillbury
Fox, sedangkan impetigo bulosa disebut juga impetigo vesiko-bulosa, dan cacar monyet. (1)

PATOFISIOLOGI
Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolyticus grup A
(GABHS) atau Streptococcus aureus. Organisme tersebut masuk melalui kulit yang terluka
melalui transmisi kontak langsung. Setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada
pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit. Seringnya lesi ini menunjukkan beberapa
kerusakan fisik yang tidak terlihat pada saat dilakukan pemeriksaan. Impetigo memiliki lebih
dari satu bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan bentuk impetigo dari strain
Staphylococcus yang menyerang dan aktivitas eksotoksin yang dihasilkan. (3)
Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak langsung,
setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada
kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang berukuran 2 – 4 mm. Secara cepat berubah
menjadi vesikel atau pustula. Vesikel dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika
digaruk maka akan meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus
berlangsung sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya
kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka disebut impetigo
krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit yang erosif. (3,7)
Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. (2)
Mula-mula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak
mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan
yang lama kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan
mengendap. Bila pengendapan terjadi pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi
pus yang mengendap, bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung.
(2)

GEJALA KLINIS
Gejala klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang
cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi yang pecah akan mengeluarkan
sekret/cairan berwarna kuning encer. Lesi ini paling sering ditemukan di daerah kaki, tangan,
wajah dan leher. Pada umumnya tidak dijumpai demam. (4,5,6)
Pada awalnya, kemungkinan akan dijumpai; ruam merah yang lembut, kulit mengeras/krusta
(Honey-colored crusts), gatal, luka yang sulit menyembuh. Pada impetigo bullosa, mungkin
akan dijumpai gejala; demam, diare, dan kelemahan umum. (3)

1. Impetigo Kontagiosa
Keluhan utama adalah rasa gatal. Lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1 – 2 mm,
segera berubah menjadi vesikel dan bula. Karena dinding vesikel tipis, mudah pecah dan
mengeluarkan sekret seropurulen kuning kecoklatan, selanjutnya mengering membentuk
krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, dibawah krusta terdapat daerah erosif
yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta kembali menebal. (7)
Pemeriksaan Kulit:
 Lokalisasi: daerah yang terpapar, terutama wajah (sekitar hidung dan mulut), tangan, leher
dan ekstremitas.
 Efloresensi: makula eritematosa miliar sampai lentikular, difus, anular, sirsinar, vesikel dan
bula lentikular difus, pustula miliar sampai lentikular; krusta kuning kecoklatan, berlapis-
lapis, mudah diangkat. (7)

2. Impetigo Bulosa
Lepuh tiba-tiba muncul pada kulit sehat, bervariasi mulai dari miliar hingga lentikular,
biasanya dapat bertahan 2 – 3 hari. Berdinding tebal dan terdapat hipopion. Bila pecah
menimbulkan krusta yang berwarna coklat datar dan tipis. (1)
Pemeriksaan kulit:
 Lokalisasi: ketiak, dada, punggung, dan ekstremitas atas atau bawah.
 Efloresensi: tampak bula dengan dinding tepal dan tipis, miliar hingga lentikular, kulit
sekitarnya tidak menunjukkan peradangan, terkadang-kadang tampak hipopion. (7)

PEMERIKSAAN FISIK
Tipe dan lokasi lesi:
 Sering terjadi pada wajah (sekitar mulut dan hidung) atau dekat rentan trauma.
 Makula merah atau papul sebagai lesi awal.
 Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta.
 Lesi dengan krusta berwarna seperti madu.
 Vesikel atau bula.
 Pustula.
 Basah, dangkal, dan ulserasi eritematous.
 Lesi satelit.
 Limphadenopaty regional. (umumnya pada impetigo kontagiosa dan jarang pada impetigo
bulosa). (3)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada suatu daerah
dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang berespons terhadap
pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
 Pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil dengan
kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.
 Kultur cairan. Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya Streptococcus
aureus, atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan Streptococcus beta
hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat berdiri sendiri.
 Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi. (3)

2. Pemeriksaan Lain:
 Titer anti-streptolysin-O ( ASO), mungkin akan menunjukkan hasil positif lemah untuk
streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.
 Streptozyme. Adalah positif untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.
(3)

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding impetigo antara lain: (1) Luka bakar, (2) Kandidiasis, (3) Sellulitis, (4)
Dermatitis atopik, (5) Dermatitis kontak, (6) Eritema multiforme, (7) Herpes simpleks, (8)
Pedikulosis, (9) Scabies, (10) Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, (11) Steven Johnson
Syndrome, (12) Tinea. (3)
Keadaan lain yang menyerupai impetigo antara lain: folikulitis, erisepelas, insect bite,
dermatitis eksematosa, tinea korporis, pemfigus vulgaris, dan pemfigus bullosa. (3)

PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip penatalaksanaan antara lain:
1. Membersihkan luka yang lecet atau mengalami pengausan secara perlahan-lahan. Tidak
boleh melakukan gosokan-gosokan pada luka terlalau dalam.
2. Pemberian mupirocin secara topical merupakan perawatan yang cukup adekuat untuk lesi
yang tunggal atau daerah-daerah kecil.
3. Pemberian antibiotik sistemik diindikasikan untuk lesi yang luas atau untuk impetigo
bulosa.
4. Pencucian dengan air panas seperti pada Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
diindikasikan apabila lesi menunjukkan keterlibatan daerah yang luas.
5. Diagnosis dan penatalaksanaan yang dini dapat mencegah timbulnya sikatrik dan
mencegah penyebaran lesi.
6. Kebutuhan akan konsultasi ditentukan dari luasnya daerah yang terserang/terlibat dan usia
pasien. Neonatus dengan impetigo bulosa memerlukan konsultasi dengan ahli neonatologi.
(4)
Medikamentosa:
Pemberian antibiotik merupakan terapi yang paling penting. Obat yang dipilih harus bersifat
melindungi dan melawan koagulasi-positif Streptococcus aureus dan Streptococcus beta
hemolyticus grup A (GABHS). (4)
Kategori obat: antibiotik-antibiotik jenis topikal kurang potensial dibandingkan dengan
antibiotik sistemik, tetapi pemakaiannya sebagai cadangan untuk kasus-kasus yang
melibatkan lesi yang kecil atau yang berjumlah sedikit.
Kategori obat topikal:
Nama Obat Mupirocin salep (Bactroban)-DOC untuk lesi kecil dengan jumlah yang sedikit
tanpa adanya lymphadenopaty
Dosis Dewasa Dioleskan 5 kali sehari pada lesi, sebelumnya lesi harus dibersihkan.
Dosis Pediatri Sama seperti dosis dewasa.
Kontraindikasi Hipersensitivitas.
Interaksi Tidak ada laporan.
Kehamilan Biasanya aman tetapi harus lebih dipertimbangkan antara manfaat dengan
risikonya.
Peringatan Penggunaan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi.
Kategori obat sistemik: terapi harus dapat mencakup semua jenis kuman patogen sesuai
dengan gejala klinisnya.
Nama Obat Cephalexin (Keflex) – Sefalosporin generasi pertama yang berkerja menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri, pembunuh bakteri
dan efektif melawan pesatnya pertumbuhan organisme yang membentuk dinding sel. Paling
aktif melawan flora kulit; khususnya digunakan untuk melindungi struktur kulit dan sebagai
pencegahan pada penatalaksanaan minor.
DOC untuk kasus-kasus yang melibatkan lesi dalam jumlah besar, keterlibatan daerah-daerah
yang luas atau regio lymphadenopathy.
Dosis Dewasa 250 – 500 mg peroral terbagi dalam 7 dosis.
Dosis Pediatri 25 – 50 mg/KgBB.
Kontraindikasi Hipersensitif.
Interaksi Aminoglikosida meningkatkan potensi nefrotoksik.
Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan antara manfaat dengan risiko.
Peringatan Dapat merusak ginjal.

Nama Obat Erythromycin (EES, Erythrocin, Ery-Tab) – DOC diberikan untuk pasien yang
alergi terhadap penicillin atau sefalosporin. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein
dengan cara menstimulasi pemisahan peptidyl t-RNA dari ribosom, yang menghambat
pertumbuhan bakteri.
Dosis Dewasa 250 – 500 mg per oral terbagi dalam 7 dosis.
Dosis Pediatri 30 – 50 mg/KgBB per oral terbagi dalam 7 dosis.
Kontraindikasi Hipersensitif, kelainan hati.
Interaksi Dapat meningkatkan toksisitas dari teopylin, digoksin, karbamazepin dan
siklosforin dapat mempotensi efek anti koagulan dari warfarin, simfastatin meningkatkan
resiko rhabdomyolisis.
Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan antara manfaat dan risiko.
Peringatan Resistensi dapat timbul (kira-kira 30 % kasus). Hati-hati pada penyakit hati,
estolate dapat menyebabkan cholestatik jaundice, efek yang kurang baik untuk traktus
gastrointestinal termasuk mual, muntah yang biasa terjadi (bila diminum sesudah makan).
Hentikan penggunaan jika terjadi mual, muntah, malaise, kolik abdomen dan demam.
Nama Obat Dicloxacillin (Dycill, Dynapen) – merupakan antibiotik pembunuh bakteri yang
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Digunakan untuk infeksi yang
disebabkan oleh Staphylococcus yang memproduksi penicillinase, dapat digunakan untuk
terapi pada saat diduga adanya infeksi. Sangat efektif, tetapi toleransi tubuh kurang baik jika
dibandingkan dengan cephalexin.
Dosis Dewasa 250 mg terbagi dalam 7 dosis.
Dosis Pediatri 20 – 50 mg/KgBB terbagi dalam 7 dosis.
Kontraindikasi Hipersensitif.
Interaksi Menurunkan efektifitas kontrasepsi oral, meningkatkan efek anti koagulan;
Probenecid dan Disulfiram dapat meningkatkan efek obat ini.
Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan antara manfaat dan risiko.
Peringatan Monitor pada pasien yang menggunakan obat-obat anti-koagulan, toksisitas dapat
meningkatkan kerusakan ginjal.

KOMPLIKSI
1. Post Streptococcus Glomerulonefritis (pada semua umur)
2. Meningitis atau sepsis (pada bayi)
3. Ektima
4. Erysipelas
5. Sellulitis
6. Bakteriemia
7. Osteomyelitis
8. Arthritis septik
9. Pneumonia
10. Limfadenitis (3)

PENCEGAHAN
Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah timbulnya impetigo.
Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala infeksi/peradangan Streptococcus
beta hemolyticus grup A (GABHS) perlu mencari perawatan medik dan jika perlu dimulai
dengan pemberian antibiotik secepat mungkin untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke
orang lain. Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan
orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Pemakaian barang-barang
atau alat pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai harus dipisahkan dengan
orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode penularan adalah setelah dua hari permulaan
pengobatan, jika impetigo tidak menyembuh dalam satu minggu, maka harus dievaluasi.
(3,4,5,6)

PROGNOSIS
 Umumnya baik (2)
 Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik, akan
memiliki kesempatan untuyk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasi
 Insidens infeksi umum dan meningitis lebih tinggi pada neonatus
 Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 – 10 hari
 Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritis
 Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 – 10 hari setelah diterapi, perlu dilakukan kultur. (3)

About these ads


JENIS – JENIS PENYAKIT IMPETIGO

Bullous Impetigo

Jenis ini banyak menyerang anak di bawah 2 tahun. Mekipun impetigo sakit dan melepuh
yang berisi cairan. Luka infeksi dapat menjadi koreng dan waktu untuk sembuh kembali lama
ketimbang jenis impetigo lain. Bagian tubuh yang seringkali terserang bullous impetigo
adalah badan, kaki dan lengan.

Ecthyma

Jenis impetigo yang dapat menyerang kulit dermis. Gejala anak yang mengalami impetigo
jenis ini luka terasa sakit, memiliki cairan atau bernanah. Bekas luka akan sukar hilang
meskipun sudah sembuh bahkan bisa hingga mengakibatkan pembengkakan kelenjar getah
bening pada bagian tubuh yang terinfeksi.

Impetigo Contagiosa

Jenis impetigo ini memiliki luka yang berwarna merah pada wajah dan seringkali nampak
pada bagian mulut dan hidung. Pada jenis impetigo contagiosa luka akan cepat pecah, berair
dan memiliki nanah bahkan pada kondisi kering akan mengalami kecoklatan. Impetigo
Contagiosa tidak menimbulkan demam akan tetapi pembengkakan pada kelenjar getah
bening. Impetigo mudah menular sehingga penyebaran infeksi ke bagian tubuh lebih mudah.

Anda mungkin juga menyukai