Pengertian Respirasi
Menurut Winarno dan Kartakusuma (1981), respirasi adalah suatu proses metabolisme
dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa yang lebih kompleks
seperti pati, gula, protein, lemak, dan asam organik, sehingga menghasilkan molekul
yang sederhana seperti CO2, air serta energi dan molekul lain yang dapat digunakan
oleh sel untuk reaksi sintesa.
Respirasi adalah suatu proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan
pada proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh pengeluaran
sisa pembakaran berupa gas karbondioksida dan air. Substrat yang paling banyak
diperlukan tanaman untuk proses respirasi dalam jaringan tanaman adalah karbohidrat
dan asam-asam organik bila dibandingkan dengan lemak dan protein. respirasi dapat
dibedakan dalam tiga tingkat :
a. pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana,
b. oksidasi gula menjadi asam piruvat dan
c. transformasi piruvat dan asam-asam organik secara aerobic menjadi
karbondioksida, air dan energi. Protein dan lemak dapat pula berperan sebagai
substrat dalam proses pemecahan ini (Paramita, 2010).
Pada hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan
menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan
sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Menurut
Campbell et al (2002), aktivitas hidup yang memerlukan energi antara lain, kerja
mekanis (kontraktil dan motilitas), transpor aktif (mengangkut molekul zat atau ion
yang melawan gradien konsentrasi zat), produksi panas (bagi tubuh burung dan hewan
menyusui). Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi dibutuhkan oleh tubuh untuk
transfer materi genetik dan metabolisme sendiri. Jadi respirasi seluler adalah proses
perombakan molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi
produk limbah yang berenergi lebih rendah (proses katabolik) pada tingkat seluler.
Pada respirasi sel,oksigen terlibat sebagai reaktan bersama dengan bahan bakarorganik
dan akan menghasilkan air, karbon dioksida, serta produk energi utamanya ATP. ATP
(adenosin trifosfat) memiliki energi untuk aktivitas sel seperti melakukan sintesis
biomolekul dari molekul pemula yang lebih kecil, menjalankan kerja mekanik seperti
pada kontraksi otot, dan mengangkut biomolekul atau ion melalui membran menuju
daerah berkonsentrasi lebih tinggi.
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan
melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun respirasi lebih dari pertukaran gas
secara sederhana. Proses keseluruhan dipergunakan oleh tumbuhan untuk
mempertahankan hidup diperoleh dengan cara merombak (katabolisme atau disimilasi)
energi kimia yang terbentuk dalam molekul organik yang disintesis dalam kegiatan
fotosintesa. Proses keseluruhan merupakan rekasi Oksidasi-reduksi, yaitu senyawa
dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk
H2O. Pelepasan energi yang menyediakan energi bagi keperluan sel disebut dengan
proses respirasi (Salisbury, 1995) .
B. Penguraian Cadangan Karbohidrat Menjadi Glukosa Dan Koesien
Respirasi
Biasanya respirasi sel-sel tumbuhan berupa oksidasi molekul organik oleh oksigen dari
udara membentuk karbon dioksida dan air. Untuk alasan inilah metode respirasi umum
diberikan tambahan kata aerob (respirasi aerob). Respirasi glukosa, misalnya, dapat
dinyatakan dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 ------------- > 6 CO2 + 6 H2O + Energi
Dari reaksi di atas tampak bahwa jika 1 grammol heksosa yang menjadi bahan
bakar untuk dioksidasikan oleh 6 grammol oksigen, maka hasil akhir dari proses itu
berupa 6 grammol CO2 + 6 grammol H2O dan adanya energi sebesar 686 kkal yang
dilepaskan. Dapat dikatakan bahwa 6 grammol O2 yang terlibat dalam respirasi ditukar
dengan terlepasnya 6 grammol CO2. Karena volume 1 grammol tiap-tiap zat itu sama
besar, maka banyaknya O2 yang dipergunakan sama dengan banyaknya CO2 yang
terlepas, yang dikenal dengan Koesien Respirasi.
C. Fungsi Respirasi
1. Mengambil O2 (Oksigen) yang kemudian di bawa oleh darah ke seluruh tubuh
(sel – selnya) guna mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran, kemudian di bawa oleh darah keparu – paru untuk di buang (
karena tidak berguna lagi oleh tubuh).
3. Menghangatkan dan melembabkan udara
D. Mekanisme Respirasi
1. Mekanisme Respirasi Aerob
Reaksi respirasi (disebut juga oksidasi biologis) suatu karbohidrat, misalnya
glukosa, berlangsung dalam empat tahapan, yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif
piruvat, daur krebs, dan tranfor elektron
1. Glikolisis
Glikolisis adalah serangkaian reaksi kimia yang mengubah gula heksosa,
biasanya glukosa, menjadi asam piruvat. Reaksi glikolisis berlangsung di dalam
sitoplasme sel dan tidak memerlukan adanya oksigen. Menurut Campbell (2012),
langkah pertama dalam reaksi respirasi seluler disebut glikosis, dan terjadi bersamaan
dengan tidak adanya oksigen. Proses ini terjadi pada sitoplasma sel di dalam cairan
sitosol, yang merupakan bahan gel yang terdapat di dalam sel individu tanaman.
Glikolisis yang terjadi dalam sitosol mengawali perombakan dengan pemecahan
glukosa menjadi dua molekul senyawa yang disebut piruvat. Glikolisis dapat dibagi
dalam dua fase utama, yaitu:
1) Fase Persiapan (Glukosa diubah menjadi dua senyawa tiga karbon)
Pada fase ini pertama sekali glukosa difosforilasi oleh ATP dan enzim heksokinase
membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Reaksi berikutnya melibatkan perubahan gula
aldosa menjadi gula ketosa. Reaksi ini dikatalis oleh enzim fosfoglukoisomerase dan
menyebabkan perubahan glukosa-6-fosfat yang difosforilasi oleh ATP dan enzim
fosfofruktokinase menghasilkan fruktosa-1,6-difosfat dan ADP. Selanjutnya fruktosa-
1,6-difosfat dipecah menjadi dua molekul senyawa tiga karbon yaitu gliseraldehida-3-
fosfat dan dihidroasetonfosfat, dengan bantuan enzim aldolase. Dihidroasetonfosfat
dikatalis oleh enzim fosfotriosa isomerase menjadi senyawa gliseraldehida-3-fosfat.
Jadi pada fase ini dihasilkan dua gliseldehida-3-fosfat. Pada fase ini tidak dihasilkan
energi tetapi membutuhkan energi 2 ATP.
2) Fase Oksidasi (Senyawa tiga karbon diubah menjadi asam piruvat)
Dua senyawa gliseraldehida-3-fosfat diubah menjadi 1,3-difosfogliserat. Reaksi ini
melibatkan penambahan fosfat anorganik pada karbon pertama dan reduksi NAD
menjadi NADH2 yang dibantu oleh enzim fosfogliseraldehida dehidrogenase. Dengan
adanya ADP dan enzim fosfogliserat kinase, asam 1,3-difosfogliserat diubah menjadi
asam 3-fosfogliserat dan ATP dibentuk. Asam 3-fosfogliserat selanjutnya diubah
menjadi asam 2-fosfogliserat oleh aktivitas enzim fosfogliseromutase. Pelepasan air
dari 2-fosfogliserat oleh enzim enolase membentuk asam fosfoenolpiruvat. Dengan
adanya ADP dan piruvat kinase, asam fosfoenolpiruvat diubah menjadi asam piruvat
dan ATP dibentuk. Pada fase ini dihasilkan dua molekul asam piruvat. Pada fase ini
juga dihasilkan energi sebesar 2 NADH2 dan 4 ATP.
2. Siklus Krebs
Siklus krebs (daur asam sitrat atau daur trikarboksilat) merupakan
pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi karbondioksida dan air serta
sejumlah energi kimia. Siklus Krebs, yang terjadi dalam matriks mitokondria
menyempurnakan pekerjaan ini dengan menguraikan turunan piruvat menjadi karbon
dioksida. Dengan demikian, karbon dioksida yang dihasilkan oleh respirasi merupakan
fragmen molekul organik yang teroksidasi. Sebagian tahap glikolisis dan siklus Krebs
ini merupakan reaksi redoks di mana enzim dehidrogenase mentransfer elektron dari
substrat ke NAD+ dan membentuk NADH. Asetil-CoA merupakan mata rantai
penghubung antara glikolisis dan siklus krebs. (Campbel, 2012). Siklus krebs terjadi
dalam 2 fase utama :
1). Fase Pembentukan Asam Sitrat
Reaksi pertama siklus krebs adalah kondensasi asetil-CoA denga asam
oksaloasetat (asam dikarboksilat berkarbon empat) membentuk asam sitrat (asam
dikarboksilat berkarbon enam) dan membebaskan koenzim A (CoSH) dengan bantuan
enzim kondensasi sitrat.
2). Fase Regenerasi Asam Oksaloasetat
Hidrasi asam sirat oleh enzim akonitase membentuk asam sis-akonitat. Dengan
reaksi yang sama, asam sis-akonitat diubah menjadi asam isositrat. Reaksi berikutnya
adalah asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat dengan bantuan enzim
isositrat dehidrogenase dan NAD atau NADP yang pada akhirnya membentuk
NADH2 atau NADPH2. Reaksi siklus krebs berikutnya adalah dekarboksilasi asam
oksalosuksinat membentuk asam α-ketoglutarat, dikatalis enzim karboksilase sehingga
menghasilkan CO2. Selanjutnya, asam α-ketoglutarat diubah menjadi asam suksinil-
SCoA dengan bantuan enzim α-ketoglutarat dehisrogenase dan NAD serta CoASH.
Pada reaksi ini dibentuk NADH2 dan CO2. Suksinil-SCoA diubah oleh suksinat
tiokinase menjadi asam suksinat dan CoASH. Pada reaksi tiokinase energi yang
tersimpan dalam tioester dari suksinil-SCoA digunakan untuk mengubah ADP+iP
menjadi ATP. Oksidasi asam suksinat membentuk asam fumarat dengan bantuan
suksinat dehidrogenase dan FAD. Pada reaksi ini FAD diubah menjadi FADH2. Asam
fumarat mengalami hidrasi menjadi asam malat oleh enzim fumarase. Asam malat
diubah menjadi asam oksaloasetat oleh malat dehidrogenase. Dalam proses ini NAD
direduksi menjadi NADH2. Jadi regenerasi asam oksaloasetat melengkapi siklus krebs.
Pada reaksi siklus krebs (dua asetil-CoA) dihasilkan energi sebanyak 6 NADH2,
2 FADH2, 2 ATP dan 4 CO2
Gambar 3. Proses Siklus Krebs
3. Transpor Elektron
Proses glikolisis dan siklus krebs menghasilkan energi yang tersimpan dalam
bentuk NADH dan FADH. Untuk menghasilkan ATP diperlukan sistem transpor
elektron. Transpor elektron ini berlangsung di dalam membran mitokondria sebelah
dalam. Walaupun dalam reaksi ini akan diserap O2 dan dihasilkan H2O, namun NADH
dan FADH tidak dapat bereksi langsung dengan oksigen dan molekul air tersebut.
Elektron yang terlibat ditransfer melalui beberapa senyawa perantara sebelum H2O
dibentuk. Senyawa-senyawa ini membentuk sistem pengangkutan elektron pada
mitokondria. Pengangkutan elektron berlangsung mulai dari senyawa perantara yang
secara termodifikasi sulit direduksi (senyawa dengan potensial reduksi negatif) menuju
senyawa yang mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk menerima elektron
(senyawa dengan potensial reduksi yang lebih tinggi atau bahkan positif). Oksigen
mempunyai kecenderungan tertinggi untuk menerima elektron. Setiap senyawa
pembawa elektron dalam sistem ini hanya menerima elektron dari senyawa pembawa
lainnya yang letaknya berdekatan dengannya. Senyawa-senyawa pembawa elektron ini
tersusun secara terbaris pada bagian dalam membran mitokondria. Pada setiap
mitokondria terdapat ribuan sistem pengangkutan elektron.
Proses konversi molekul FADH dan NADH yang dihasilkan dalam siklus asam
sitrat (citric acid cycle) menjadi energi dikenal sebagai proses fosforilasi oksidatif
(oxidativephosphorylation) atau juga Rantai Transpor Elektron (electron transport
chain). Di dalam proses ini, elektron-elektron yang terkandung didalam molekul
NADH & FADH ini akan dipindahkan ke dalam aseptor utama yaitu oksigen (O2).
Pada akhir tahapan proses ini, elektron yang terdapat di dalam molekul NADH akan
mampu untuk menghasilkan 3 buah molekul ATP sedangkan elektron yang terdapat
dalam molekul FADH akan menghasilkan 2 buah molekul ATP (Irawan, 2007).
Secara keseluruhan proses metabolisme Glukosa akan menghasilkan produk
samping berupa karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Karbon dioksida dihasilkan dari
siklus Asam Sitrat sedangkan air (H2O) dihasilkan dari proses rantai transport elektron.
Melalui proses metabolisme, energi kemudian akan dihasilkan dalam bentuk ATP dan
kalor panas. Terbentuknya ATP dan kalor panas inilah yang merupakan inti dari proses
metabolisme energi. Melalui proses Glikolisis, Siklus Asam Sitrat dan proses Rantai
Transpor Elektron, sel-sel yang tedapat di dalam tubuh akan mampu untuk
mengunakan dan menyimpan energi yang dikandung dalam bahan makanan sebagai
energi ATP. Secara umum proses metabolisme secara aerobik akan mampu untuk
menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan proses secara anaerobik.
Dalam proses metabolisme secara aerobik, ATP akan terbentuk sebanyak 36 buah
sedangkan proses anaerobik hanya akan menghasilkan 2 buah ATP (Irawan, 2007).
Pembentukan ATP dalam sistem transpor elektron (rantai respiratoris) dikenal
juga sebagai fosforilasi oksidatif biologis. Proses keseluruhan oksidasi biologis
mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan energi dan menyediakan senyawa antara
untuk sintesis. Jika dihitung jumlah ATP yang dihasilkan dalam oksidasi biologis,
dengan bahan awal adalah satu molekul glukosa, maka akan diperoleh 38 molekul
ATP.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan respirasi
tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan seperti
sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan, perkembangan. Energi kimia yang
dihasilkan dari proses respirasi adealah energi kimia dalam bentuk ATP atu
senyawa berenergi tinggi lainnya (NADH dan FADH). Proses respirasi selalu
berlangsung sepanjang waktu selama tumbuhan hidup.
2. Mekanisme respirasi aerob meliputi proses glikolisis, dekarboksilasi oksidatif
piruvat, siklus krebs, sistem transpor elektron dan fosforilasi oksidatif, serta
jalur pentosa fosfat.
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respirasi terdiri dari:
Faktor internal yaitu Jumlah plasma dalam sel, jumlah substrat respirasi dalam
sel, umur dan tipe tumbuhan. Dan faktor eksternal yaitu Suhu, kadar oksigen
dan karbondioksida di atmosfer, kadar air dalam jaringan, cahaya, luka dan
stimulus mekanik, serta pengangkutan garam-garam mineral dari dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA