Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Singkat Awal Perdagangan Kursi Rotan Internasional

Disarikan dari disertasi ‘The Early Development of English Rattan Seated Chairs’ oleh Dr. Andrew J. Cookson

Oleh: Deny Willy (Pengajar Furnitur Tradisional & Desain Furnitur FSRD ITB)

Menjadi mahasiswa riset (kenkyuusei) di Lab. Sejarah dan Budaya Desain di Kyushu University,
Jepang dibawah bimbingan professor Ishimura Shinnichi, pakar sejarah desain furnitur dan kerajinan
menjadi pengalaman sangat berharga. Saya diminta memberikan masukan bagi penelitian seorang
mahasiswa doktoral yang juga historian furnitur. Penelitian disertasi Andrew J. Cookson tentang ‘The
Early Development of English Rattan Seated Chairs’ yang dilakukan dengan observasi ke beberapa
museum di Cina, Jepang, Indonesia, Inggris dan Belanda. Saya ikut menyaksikan bagaimana Ia berjuang
keras dengan berbagai literatur kuno berkarakter kanji Cina dan Jepang dalam menghimpun data, dan
pada akhirnya, sisi lain dari penelitian tersebut mencatat kronologi awal industrialisasi rotan di Hindia
Timur termasuk di Indonesia.

Periode awal aplikasi anyaman rotan


Pada satu catatan tentang ekskavasi di Provinsi Henan, Cina dituliskan temuan berupa ba jiao kong
yan wen (八角孔眼纹) atau pola anyaman 6 arah (6-way pattern/diamond) menggunakan material
menyerupai bambu yang tercetak dengan baik pada artefak gerabah dari era dinasti Shang (1766-1050
SM), disebutkan bahwa teknik menganyam yang tercetak pada artefak tersebut membuktikan
bagaimana teknik ini telah dikuasai dengan baik oleh bangsa Cina. Walau belum tersedia bukti piktorial
terhadap aplikasi pola anyaman 6 arah sebagai alas duduk pada era tersebut, namun temuan tersebut
menjadi indikasi bahwa anyaman pola 6 arah dari Cina menjadi satu-satunya jenis anyaman yang
diadopsi Eropa pada periode awal perdagangan internasional kursi dengan anyaman rotan (Gambar 1).

Gambar 1
Anyaman rotan pola 6 arah/diamond (ba jiao kong yan wen) satu-satunya jenis nyaman rotan yang
diadopsi untuk perdaganagn kursi ke Eropa pada masa okupasi Inggris dan VOC di Hindia Timur

Melalui sebuah literatur, anyaman rotan dalam konteks alas dudukan juga telah ada sejak Dinasti
Liao (916-1125) dalam puisi Sushi (蘇軾) dimana pada salah satu baitnya tertulis bahwa si penulis
terbaring diatas tempat tidur dengan anyaman rotan. Bukti-bukti lainnya tentang awal mula anyaman
rotan dituliskan pada buku instruksi manual ahli kayu Cina yang terkenal Lu Ban Jing (魯班經) tentang
teknik anyaman rotan yang dililitkan pada struktur rangka atap tempat tidur.
Cukup menarik, Jepang, dimana bahan baku rotan bukan merupakan potensi sumberdaya alamnya
justeru menjaga dengan baik contoh-contoh awal artefak kursi dengan dudukan anyaman rotan dengan
palang sandar bergaya torii-gate jepang, artefak kursi berusia sangat tua tersimpan dengan baik dalam

Deny Willy I Sejarah Singkat Awal Perdagangan Kursi Rotan Internasional 1


koleksi di beberapa museum, salah satunya koleksi Shōsōin periode Nara abad 710-794 (Gambar 3)
hingga catatan administrasi pelabuhan di Hirado Jepang tentangn arus masuk komoditi perdagangan
termasuk rotan (Tabel 1). Dari koleksi preservasi Chinese Craft di Japanese National Heritage Collection
memperlihatkan bahwa rotan kupas untuk anyaman dan lilitan telah populer digunakan kemungkinan
sebelum abad ke-8.

Gambar 2 Gambar 3
Kursi dengan dudukan anyaman rotan pola 6 arah Lacquered armchair dengan sandaran berbentuk torii-gate
(ba jiao kong yan wen) periode akhir dinasti Ming, Cina, dan dudukan anyaman rotan periode Nara, Jepang,
(1368-1644), National Museum of Beijing. (710-794) repositori Shōsōin.

Tabel 1
Catatan administrasi pos dagang di Hirado, Jepang 1636-1641 tentang perdagangan rotan
Memperlihatkan berbagai jenis produk dari bahan rotan, repositori Shōsōin, Jepang.

Deny Willy I Sejarah Singkat Awal Perdagangan Kursi Rotan Internasional 2


Gambar 4a Gambar 4b
“The Arrival of Westerners” ilustrasi kedatangan bangsa “Nanban” ilustrasi pedagang Portugis masuk ke Jepang memanggul kursi
Portugis ke Jepang, dengan ilustrasi seorang pelayan gaya awal Ming dengan ciri lengkungan di bagian sudut atas, dengan
portugis membawa kursi lipat Cina dengan jenis anyaman model anyaman jarang/berlubang atau jenis anyaman pola 6 arah (6-way
rapat ren zi wen (矢羽根編み) pattern. Koleksi Museum pattern atau diamond) yang mengindikasikan model sandaran anyaman
Guimet, periode awal Edo 1603-1868. rotan yang pada pada perkembangan berikutnya diadopsi pada
manufaktur kursi Inggris & Belanda dengan dudukan rotan.

Periode awal komersialisasi rotan sebagai komoditi perdagangan


Pada awalnya material rotan belum dianggap sebagai komoditas bernilai dalam sejarah okupasi dan
perdagangan bangsa Eropa di belahan Hindia Timur, walaupun material rotan juga dibungkus dan dipak
seperti barang lain yang diperdagangkan namun bahan rotan tidak dianggap produk komersil sehingga
selama berada pada pelayaran maka kumpulan rotan tersebut dimanfaatkan sebagai balas
(penyeimbang) yang ditempatkan pada lambung kapal.
Ketika Perusahaan English East India Company merapat pertamakali di pelabuhan Hirado, Jepang, di
sebelah barat laut Pulau Kyushu pada 1613-1623 sempat dicatat oleh John Osterwick, staff dari pos
dagang tersebut tentang rotan yang diperdagangkan pada September 1615 tertulis ‘rotane…bundells’
yang kemungkinan dikapalkan dari Batavia (Jakarta) dengan kapal berjuluk Hoziander dimana
selanjutnya dikirim kepada pedagang Cina sebagai bahan dasar pintalan kawat tali. Penggunaan rotan
oleh penjelajah Cina sebagai tali kawat pengikat kapal yang berlabuh dengan reputasi daya tahannya
terhadap beban, sifat kedap air, daya apung, demikian selanjutnya rotan semakin populer turut
digunakan untuk tali berlabuh bagi kapal-kapal Eropa.
Disebutkan dalam sebuah catatan oleh Georg Meister, seorang berkebangsaan Belanda di Jepang
pada 1682-1685 yang memiliki catatan administrasi tentang perdagangan di Dejima. Ia mencatat
penjualan 30 buah stik tongkat rotan dilengkapi dengan sebuah lambang perusahaan yang dicetak
timbul (jockadeki/rottangth met silver beslach), dalam catatan tersebut juga tertera bahwa tongkat
rotan tersebut diimpor dari Batavia. Demikian pula catatan perdagangan Belanda di kepulauan Formosa
(Taiwan) menuliskan impor produk sejenis tongkat rotan ‘Javanese Rottangth’ juga dengan lambang
pada pada bagian pegangan yang digunakan sebagai simbol seremonial bagi otoritas belanda di wilayah
tersebut.

Deny Willy I Sejarah Singkat Awal Perdagangan Kursi Rotan Internasional 3


Tabel 2
Catatan perdagangan barang rotan dari dari repositori Shōsōin.

Awal apresiasi rotan untuk produk gaya hidup


Sejarah perdagangan rotan sebagai bahan baku dan produk memiliki keterkaitan yang sangat kuat
terhadap ekspansi dagang dan industri bangsa Eropa khususnya Inggris (English East India Company),
Belanda (Dutch East India Company/VOC) serta diaspora Cina pada berbagai pos dagang Eropa di Hindia
Timur seperti Indonesia, Srilanka, India, Taiwan, dls. Berbagai literatur tentang ekspansi dagang Eropa di
Hindia Timur, istilah cane chair bermakna sebagai payung istilah dari berbagai produk dari keluarga
tumbuhan rerumputan seperti bambu, rotan, ilalang hingga tanaman rambat yang berupa kursi,
keranjang, dls.

a. Pengaruh Cina terhadap inovasi material rotan


Seiring dengan ekspansi perdagangan Eropa di belahan Hindia Timur, diaspora Cina melalui misi
dagang dan keberadaan tenaga terampil bangsa Cina di pos-pos dagang Eropa sepanjang pantai
Coromandel hingga Indonesia merupakan transfer pengetahuan masif dari bangsa Cina kepada
penduduk lokal. Gaya kursi dinasti Ming dengan dudukan dan sandaran anyaman rotan menyebar dan
terbawa meluas ke Eropa.
Fakta tentang bangsa Cina telah mulai menggunakan kursi duduk, menjadi penting diinformasikan
untuk memberikan gambaran bahwa selain keterampilan teknik juga gaya kursi Cina pada masa dinasti
Ming juga turut mempengaruhi perkembangan gaya kursi bagi bangsa Eropa. Kursi gaya Ming dengan
sandaran punggung kurva S (Gambar 5) merupakan representasi kemodernan Cina yang memberi
pengaruh besar terhadap perkembangan kursi di Inggris. Queen Anne, kursi dengan sandaran berbentuk
vas yang popular di inggris dan daerah-daerah koloni Amerika utara adalah contoh dari inspirasi kursi
pada dinasti Ming (Gambar 5a & 5b) baik styling maupun adopsi anyaman rotan. Seorang tokoh Taiwan,
Fang Hai menerapkan anyaman pada sandaran punggung kurva S pada kursi Ming yang menjadi arus
baru inovasi adopsi rotan. Sebelumnya sandaran punggung pada kursi Inggris hanya diisi dengan kulit
atau bordir turki (turkey works). Penggunaan anyaman rotan pada sandaran punggung menjadi inovasi
sekaligus genre baru pada industrialisasi kursi.

Deny Willy I Sejarah Singkat Awal Perdagangan Kursi Rotan Internasional 4


Gambar 5
Kiri: berbagai sandaran vertikal (back splat) pada beberapa jenis kursi gaya Ming
Kanan: kursi sandaran lengan tapal-kuda dengan dudukan anyaman, dinasti Ming (continuous arm horse-shoe back armchair)

Gambar 6a Gambar 6b
Kursi berdudukan dan sandaran Kurva S anyaman rotan Kursi inggris sandaran tinggi, circa. 1690. V&A Museum &
periode akhir dinasti Ming/awal dinasti Qing akhir, Nobumaso Kursi Inggris dengan Kurva S dari 2 panel anyaman rotan
(狩野信政), 1607-1658. terpisah. Awal abad 18, V&A Museum.

b. Pengaruh era okupasi English East-india Company


Selain gaya kursi Cina era akhir dinasti Ming atau awal dinasti Qing yang memberikan pengaruh
adopsi rotan pada produksi kursi Eropa, beberapa historian furnitur juga memiliki kesimpulan lain
terhadap momen penting masuknya rotan pada kursi-kursi Eropa. Seperti coba David Dewing, direktur
Geffrye Museum, Inggris menduga ‘borhas’, sebuah alat duduk sederhana untuk menopang ketika
jongkok berbentuk drum (Stool) berbalut anyaman rotan dari bagian selatan India menjadi satu inspirasi
adopsi rotan bagi kursi Inggris pada masa okupasi Inggris di Hindia Timur.
Dari banyaknya peristiwa sehubungan dengan adopsi rotan pada kursi-kursi Eropa, peristiwa
menarik dibalik peningkatan ekspor impor rotan dalam Industri furnitur di Inggris adalah bersamaan
dengan upaya membangkitkan optimisme industri di London atas tragedi kebakaran besar di London
pada 1666 yang membumihanguskan banyak pabrik di Inggris. Optimisme industri tersebut disebutkan
menjadi awal keterbukaan munculnya bentuk kursi yang lebih sederhana termasuk menerima ide-ide
dari timur seperti pilinan spiral (spiral baluster) sekaligus penggunaan anyaman rotan. Peristiwa lain
yang paling menarik adalah protes asosiasi industri fabrikasi bahan pelapis (upholstery) yang ketika itu

Deny Willy I Sejarah Singkat Awal Perdagangan Kursi Rotan Internasional 5


terpuruk karena popularitas anyaman rotan sebagai substitusi pelapis dudukan wol. Petisi asosiasi
industri wol (London’s Joiners Company) pada 1689/90 memprotes popularitas penggunaan anyaman
rotan yang dianggap menghancurkan industri wol yang kala itu menjadi pilihan utama bahan pelapis
kursi. Sebagian petisi tersebut berbunyi ”…dudukan kursi dengan bahan rotan Hindia (Indian canes)
semakin banyak digunakan; konsumsi wol Inggris, sutra dan kulit dari Russia demikian pesat menurun;
dan lebih dari 50.000 pekerja dibidang ini kehilangan pekerjaan…”. Maraknya produksi kursi rotan (cane
chair) dengan puluhan ribu kursi termasuk stool dan sofa diproduksi di Inggris setiap tahun dan lebih
dari 2000 lusin setiap tahun dikirim ke berbagai daerah di dunia, fleksibilitas rotan pada daerah
berkelembaban tinggi jelas mengungguli wol.
Kepopuleran kursi anyaman rotan dengan penampilan stylish dan ringan ini merupakan terobosan
dari gaya furnitur inggris periode sebelumnya yang berat, masif. Perkembangan selanjutnya hingga akhir
abad ke-17 diwarnai dengan peninggian sandaran punggung, penempatan palang mahkota dengan
ornamen ukir berupa malaikat kecil memegang mahkota (boyes and crowne) dilengkapi anyaman rotan
pada dudukan dan sandaran yang sangat fashioned ketika itu.

Gambar 7a Gambar 7b
Kursi gaya Queen Anne dengan kekhasan sandaran (central English rattan-seat & back, 1685, Geffrye Museum
splat) , dudukan anyaman rotan dengan lacquered merah dan
emas Cina, Museum Sejarah Jakarta, pertengahan Abad 18

c. Pengaruh era okupasi Dutch East-india Company (VOC)


Persaingan ekspansi perdagangan internasional Eropa di Hindia Timur (East India) pada awal abad ke
16 membentuk jaringan distribusi geografis dari pabrik-pabrik asing di wilayah timur dan Asia Tenggara
dengan berbagai bangsa bekerja pada industri ini yang menjadi dasar kompleksitas bertemunya
berbagai pengaruh seperti ukiran, anyaman, lacquer, motif, dll. Komponen furnitur oleh bangsa Eropa
dikirim ke Timur kemudian diberi anyaman dan dikirim ke Negara-negara Eropa. Meskipun tercatat pula
batang rotan yang diekspor dari Hindia Timur ke Eropa selanjutnya dikupas menjadi kulit siap anyam
setibanya di London.
Volume perdagangan di Hindia Timur meningkat tajam, dimana kursi-kursi anyaman dibawa oleh
kapal-kapal dagang melalui pos-pos dagang mulai dari Batavia, pantai koromandel, Surat, Bombay,

Deny Willy I Sejarah Singkat Awal Perdagangan Kursi Rotan Internasional 6


Madras, dll. Melalui survey terstruktur berbagai kursi-kursi dengan dudukan ratan di berbagai koleksi di
Inggris dan Indonesia maka gaya kursi pesisir (Coastal chair) dengan bahan kayu gelap ebony yang
diekspor dari Hindia Timur (Pantai Coromandel, Srilanka dan Maluku, Indonesia) merupakan bibit kursi
generasi industri pertama dari Hindia Timur. Kursi pesisir kayu ebony (Mollucan chair) dengan anyaman
rotan yang di bawa melalui kapal melalui pelabuhan dan pos-pos dagang Belanda di pesisir Jawa selama
350 tahun okupasinya di Indonesia. Sentra industri ukir kayu di Jepara, yang mereproduksi Kursi Indo-
Dutch & Indo-Portuguese dengan dudukan dan sandaran anyaman diekspor dengan volume yang tinggi
khususnya ke Inggris dan Belanda. Melalui tulisan singkat ini, nampak bahwa rotan telah menjadi
komoditi industri internasional sejak tahun awal abad 1600, dimana bangsa-bangsa Hindia Timur
termasuk Indonesia, memberikan pengaruh besar bagi perkembangan perdagangan global.

Gambar 8
Model awal kursi dengan dudukan dan sandaran anyaman rotan dari Hindia Timur,circa. 1670.

Deny Willy I Sejarah Singkat Awal Perdagangan Kursi Rotan Internasional 7

Anda mungkin juga menyukai