Anda di halaman 1dari 28

Studi Kelayakan Kompos Menggunakan Variasi Bioaktivator

(EM4 dan ragi)

Rahma Musafir Wellang [1]


Dr. Eng. Irwan Ridwan Rahim, S.T., M.T.[2]
Dr. Eng. Mukhsan Putra Hatta, S.T., M.T.[2]
[1]
Mahasiswa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Makassar
[2]
Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar

Abstrak

Sampah selalu menjadi salah satu permasalahan disetiap kota, tidak hanya di indonesia tetapi juga di dunia,
akibat dampak negatif yang ditimbulkannya. Selain menurunkan higienitas problematika sosial yang cukup
besar diberbagai pihak. Salah satu upaya untuk membantu mengatasi permasalahan sampah adalah dengan
melakukan upaya sampah daur ulang dengan proses pengkomposan. Penelitian ini bertujuan : (1) mengetahui
pengaruh variasi bioaktivator EM4, ragi, dan menganalisis kualitas dari kompos kotoran ternak sapi yang
dihasilkan berdasarkan parameter unsur hara : kandungan karbon (C-organik), nitrogen (N-total), rasio C/N,
phospor, kalium, kadar air, suhu, pH, penyusutan dan karakteristik fisik kompos, (2) mengetahui pengaruh
variasi bioaktivator EM4, ragi, sekam bakar murni, dan menganalisis kualitas dari kompos sampah organik
(sayuran, buah-buahan, sampah kebun) yang dihasilkan berdasarkan parameter unsur hara : kandungan karbon
(C-organik), nitrogen (N-total), rasio C/N, phospor, kalium, kadar air, suhu, pH, penyusutan dan karakteristik
fisik kompos. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Unhas dengan metode
pengambilan data eksperimen dengan analisis data menggunakan metode deskripsi analitik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa , 1) Penambahan bioaktivator EM4 pada pembuatan kompos dari kotoran ternak sapi yang
dialami oleh perlakuan A1 (3 kg kotoran ternak sapi + 50 ml EM4) hanya memberikan pengaruh yang nyata
pada parameter karbon (C-organik) dan nitrogen (N-total). Hasil parameter lain menunjukkan bahwa perlakuan
A1 tidak mampu mengimbangi hasil dari perlakuan A3 (3kg kotoran ternak sapi + 50 ml ragi). Di hari ke 60
pengomposan, nilai kadar air A3 sebesar 51%, pH 6,8, karbon (C-organik) sebesar 22 %, Nitrogen (N-total)
0,62% dan ratio C/N 31, penyusutan berat 38,33%, kalium 1,6%, phosphor 0,57% . Kompos dari variasi A3
bertekstur halus serta berwarna coklat kehitaman, matang pada hari ke 60. Variasi A0 yaitu control tidak dapat
dijadikan kompos karena ratio C/N tidak memenuhi standar SNI, 2) Penambahan bioaktivator EM4, ragi, sekam
bakar murni pada pembuatan kompos dari sampah organik yang dialami oleh perlakuan B0 (3kg sampah
organik + 1kg sekam bakar murni) dan B1 (3 kg sampah organik + 50 ml EM4 + 1 kg sekam bakar murni).
Memberikan pengaruh yang nyata pada parameter karbon (C-organik) dan nitrogen (N-total). Hasil parameter
lain menunjukkan bahwa perlakuan B0 dan B1 tidak mampu mengimbangi hasil dari perlakuan B2 yaitu
campuran 3kg sampah organik + 75 ml EM4 + 1kg sekam bakar murni. Diakhir pengomposan, nilai kadar air
B2 sebesar 60,10%, pH 7,2, karbon (C-organik) sebesar 21,09%, Nitrogen (N-total) 0,47%, dan ratio C/N 30%,
penyusutan berat 90%, kalium 1,8%, phosphor 0,62 %. Kompos dari variasi B2 bertekstur halus serta berwarna
coklat kehitaman, matang pada hari ke 60. Variasi B0 yaitu control dapat dijadikan kompos karena rasio C/N
sebesar 18 % pada umur ke 60 memenuhi standar SNI.

Kata kunci: Sampah Organik, Kotoran Ternak Sapi, EM4, Ragi, Sekam Bakar, Komposter Takakura.

1
ABSTRACT

Garbage has always been one of the problems in each city, not only in Indonesia but also in the world, due to the
impactthe resulting negative. besides lowering hygienesizable social problems in various parties. One attempt to
help overcome the problems of garbage is garbage recycling efforts with the composting process. This study
aims to : (1) determine the effect of variations in bio-activator EM4, yeast, and analyze the quality of
composted cow manure generated based on the parameters of nutrient : carbon content (C-organic ),
nitrogen ( N - total ), ratio C / N, phosphorus, potassium, water content, temperature, pH,
depreciation, and physical characteristics of the compost. (2) determine the effect of variation
bioactivator EM4, yeast , husks pure fuel, and analyze the quality of the compost organic waste
(vegetable, fruit, garden waste ) generated based on the parameters of nutrient : carbon content
(COrganic ), nitrogen ( N -Total ), the ratio of C / N, phosphorus, potassium, water content,
temperature, pH, depreciation, and physical characteristics of the compost. This research was
conducted in the Laboratory Hydraulics Department of Civil Engineering Unhas with experimental
data retrieval method with data analysis using analytic description. The results of this study indicate
that, 1 ) the addition of bio-activator EM4 on composting of cattle dung treatment experienced by the
A1 ( 3 kg of cow manure + 50 ml EM4 ) only significant effect on the parameters of carbon (C-
organic ) and nitrogen ( N - total ). Another parameter results indicate that treatment A1 was not able
to offset the results of treatment A3 ( 3 kg of cow manure + 50 kg of yeast ). at 60 days of
composting, water content A3 at 51% , pH 6.8 , carbon ( C-Organic ) by 22 % , nitrogen ( N-Total )
0.62 % and the ratio of C / N 31, severeshrinkage 38.33 % potassium 1.6 % . 0.57% phosphorus.
Compost of variation A3 smooth textured brown and black, mature from day to 60. A0 variations that
control can not be composted C / N ratio does not meet SNI standards , 2 ) the addition of bio-activator EM4,
yeast, husks pure fuel on composting of organic waste treatment experienced by B0 ( 3 kg of organic waste + 1
kg of pure husk fuel ) and B1 ( 3 kg of waste organic + 50 ml EM4 + 1 kg of pure husk fuel ) ganik ) significant
effect on the parameters of carbon (C-Organic ) and nitrogen( N - Total )Another parameter results indicate that
treatment B0 and B1 are not able to offset the results of treatment B2 is a mixture of 3 kg of organic waste + 75
ml EM4 + 1 kg of pure husk fuel. end of composting, water content of 60.10 % B2, pH 7.2 % , carbon (C -
Organic ) of 21.09 %, Nitrogen ( N - total ) 0.47 %, and the C / N ratio of 30 %, severe shrinkage of 90 %,
potassium 1.8 %, 0.62 % phosphorus. composting of variation B2 finely textured brown and black, ripe on day
60. B0 variations that control can be composted and C / N ratio of 18% at age 60 to meet the SNI standard.

Keywords: Organic Waste, Cow Manure, EM4, Yeast, Husk Fuel, TakakuraComposter.

2
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Membuat kompos adalah mengatur
Belakang dan mengontrol proses alami tersebut agar
Perkembangan dan pertumbuhan kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses
penduduk yang pesat di daerah perkotaan ini meliputi membuat campuran bahan
mengakibatkan daerah pemukiman yang seimbang, pemberian air yang cukup,
semakin luas dan padat. Peningkatan pengaturan aerasi, dan penambahan
aktivitas manusia, aktivator pengomposan
menyebabkan bertambahnya sampah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos, ---).
Menurut Sudradjat (2007) Usaha peternakan juga memberikan
Sampah rumah tangga merupakan keuntungan yang cukup besar dan tinggi
sisa hasil kegiatan rumah tangga berupa dan bisa menjadi sumber pendapatan bagi
sisa sayuran (seperti bayam, kangkung, banyak masyarakat di perdesaan di
wortel, kol, dan lain-lain), kertas, karton, Indonesia. Namun demikian, sebagaimana
daun-daunan. Sampah rumah tangga usaha lainnya, usaha perternakan juga
memiliki daya racun yang tinggi jika mengahasilkan limbah yang dapat menjadi
berasal dari sisa aki, baterai, dan sumber pencemaran. Oleh karena itu maka
obatobatan. Namun sebagian besar hanya seiring dengan kebijakan otonomi, maka
berasal dari sampah jenis organik. Untuk pengembangan usaha perternakan yang
mengurangi sampah rumah tangga, dapat meminimalkan limbah perternakan
pembuatan kompos merupakan salah satu perlu dilakukan oleh pemerintah
alternatif yang dapat dilakukan. Selain kota/kabupaten untuk menjaga
dapat mengurangi volume sampah dan kenyamanan pemukiman masyarakatnya.
bermafaat bagi tanaman, pembuatan Upaya yang dilakukan yaitu dengan
komposdari sampah rumah tangga juga memanfaatkan limbah kotoran ternak agar
memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebab bisa dijadikan kompos dan limbah tersebut
tidak membutuhkan biaya yang banyak. tidak terbuang sia-sia. Limbah perternakan
Salah satu upaya untuk membantu yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan
mengatasi permasalahan sampah kota seperti feces, urin, sisa pakan,serta air dari
adalah melakukan upaya daur ulang pembersih ternak. Akibat dari usaha
sampah dengan penekanan pada proses perternakan sapi banyak peternak sapi yang
pengkomposan yaitu suatu proses merubah membuang limbahnya ke badan sungai
atau memanfaatkan sampah sebagai bahan tanpa pengelolaan, sehingga terjadi
baku untuk produksi kompos . Proses pencemaran lingkungan yang
pengkomposan menjadi penting karena 70 mengakibatkan masyarakat bisa terkena
– 80% sampah kota merupakan bahan penyakit gatal-gatal dan minimbulkan bau
organik yang sebagian besar dapat yang tidak sedap . Jika limbah dikelola
dijadikan kompos . dengan baik maka akan memberikan nilai
Terdapat berbagai macam cara tambah. Salah satu bentuk dari pengelolaan
mengolah sampah organik, salah satunya limbah yang mudah dilakukan adalah
adalah komposting yang akan dengan diolah menjadi pupuk kompos.
menghasilkan kompos. Kompos adalah Ginting (2007) mengemukakan bahwa
hasil penguraian parsial / tidak lengkap dari kompos adalah hasil dari pelapukan bahan-
campuran bahan-bahan organik yang dapat bahan berupa kotoran ternak atau fases,
dipercepat secara artifisial oleh populasi sisa makanan ternak dan sebagainnya.
berbagai macam mikroba dalam kondisi Dengan diolahnya limbah peternakan maka
lingkungan yang hangat, lembap, dan akan membawa dampak yang baik dan
aerobik atau anaerobik (Crawford.J.H, mengurangi pencemaran lingkungan dan
---).

4
dapat digunakan sebagai pupuk tanaman pengomposan. Ragi merupakan cara untuk
pertanian. mengurangi pencemaran lingkungan
Sekam bakar merupakan ampas dari disekitar kita yang disebabkan oleh
sisa beras dan bisa dijadikan sebagai banyaknya bahan kimia yang merusak
tambahan kompos agar kompos bisa terikat sekeliling kita.
dari sampah organik ( sayuran, buah- Dari latar belakang masalah di atas,
buahan, sampah kebun). Sekam bakar maka menarik untuk diteliti tentang proses
merupakan lapisan keras yang meliputi “ Studi Kelayakan Kompos
kariopsis yang terdiri dari dua belahan Menggunakan Variasi Bioaktivator
yang disebut lemma dan palea yang saling (EM4 dan Ragi) ” .
bertautan. Sekam akan terpisah dari butiran
beras pada saat menjadi bahan sisa B. Tujuan Penelitian
pengilingan. Sekam bakar mengandung
SiO2 (52%), C (31%), K (0, 3%), N(0,18%) Adapun tujuan penelitian ini adalah
F (0,008), dan kalsium (0,14%). :
Kandungan silikat yang tinggi dapat 1. Untuk mengetahui pengaruh variasi
menguntungkan bagi tanaman karena bioaktivator EM4, ragi, dan
menjadi lebih tahan terhadap hama dan menganalisis kualitis dari kompos
penyakit akibat adanya pengerasan kotoran ternak sapi yang
jaringan. Sekam bakar juga digunakan dihasilkan berdasarkan parameter
untuk menambah kadar kalium dalam unsur hara : kandungan karbon
tanah. (Corganik), nitrogen (N-total),
Larutan EM4 (effective rasio C/N, phospor, kalium, kadar
microorganism 4) ditemukan oleh Prof. Dr. air, suhu, pH, penyusutan dan
Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, karakteristik fisik kompos.
Jepang. Keunggulan dari larutan EM4 2. Untuk mengetahui pengaruh variasi
adalah selain dapat mempercepat proses bioaktivator EM4, ragi, sekam
pengomposan, penambahan EM4 juga bakar murni, dan menganalisis
terbukti dapat menghilangkan bau yang kualitis dari kompos sampah
timbul selama proses pengomposan bila organik (sayuran, buahbuahan,
berlangsung dengan baik. Larutan EM4 sampah kebun) yang dihasilkan
merupakan bioaktivator yang digunakan berdasarkan parameter unsur hara :
untuk membuat kompos dalam bentuk kandungan karbon (Corganik),
padat yang sering disebut bokashi. Bahan nitrogen (N-total), rasio C/N,
organik yang biasa dikomposkan dengan phospor, kalium, kadar air, suhu,
bioaktivator EM4, antara lain : jerami, pH, penyusutan dan karakteristik
pupuk kandang, kotoran hewan, rumput, fisik kompos.
sekam atau serbuk gergaji.
Sedangkan dengan lautan ragi E. Manfaat Penelitian
aktivatornya itu sangat sederhana sebab
dengan menggunakan ragi butir agar proses Untuk mengetahui kompos yang
pengkomposan relatif mudah dan mudah baik dengan melakukan
cair tetapi menimbulkan bau yang tidak variasi bioaktivator dalam proses
sedap. Pemrosesan dari ragi merupakan pengomposan baik dari kotoran ternak sapi
hasil kompos yang akan dapat menghemat maupun sampah organik.
biaya, waktu dan tenaga. Dengan
dilakukannya perlakuan tersebut maka
akan berjalan dengan baik pula suatu

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sampah organik adalah sampah
Sampah RumahTangga yang dapat hancur secara alamiah baik oleh
Sampah rumah tangga air hujan, panas matahari, terserap tanah.
(pemukiman), yaitu sampah yang berasal Komposisinya sekitar 68 persen dari total
dari kegiatan rumah tangga seperti : sampah. Yang termasuk sampah ini adalah:
sisasisa makanan, sayuran, kulit buah-
buahan, kertas, plastik, daun kering,
ranting kayu dan lain-lain.
Sampah rumah tangga perlu
dibedakan berdasarkan bisa
tidaknya diurai, karena masing-masing
kelompok menentukan cara
penanganan yang berbeda.
Pengelompokan sampah rumah tangga
meliputi:

a. Sampah Organik yang Dapat Dibuat

Kompos.

1. Sampah kebun seperti daun, rumput, bunga layu, potongan ranting.

Gambar 1 Sampah kering sebagai bahan kompos

2. Sampah dapur seperti potongan sayuran, kulit buah dan buah, ampas jus atau
ampas sayuran, ampas teh, ampas kopi.

Gambar 2 Sampah dapur


Rukun Warga berjumlah 1.000 KK, maka
3. Sampah kertas, potongan kertas akan menghasilkan sampah sekitar 2-3 ton.
dalam jumlah kecil. Sampah yang dihasilkan rumah tangga
4. Sampah kain bekas dari bahan terbagi atas dua macam, yaitu sampah
katun organik dan sampah non-organik. Berikut
5. Sampah kotoran hewan herbivora ini adalah karakteristik dari sampah rumah
(pemakan tumbuhan) seperti tangga. (Untung Suwahyono, 2014)
kotoran burung, kelinci, kuda,
kambing dan bebek. e. Pengomposan Sampah

b. Sampah yang Dapat Didaur Ulang Bahan-bahan organik akan


mengalami penguraian di alam dengan
Sampah yang dapat didaur ulang bantuan mikroba maupun biota tanah
adalah sampah anorganik. Sampah lainnya. Namun proses pengomposan yang
anorganik adalah sampah yang sulit atau terjadi secara alami berlangsung lama dan
tidak dapat hancur melalui proses alamiah. lambat. Untuk mempercepat proses
Sampah yang dapat didaur ulang sekitar 14 pengomposan ini telah banyak
persen dari total sampah. Yang termasuk dikembangkan teknologi-teknologi
kategori sampah ini: pengomposan. Baik pengomposan dengan
1. Kertas, kardus, koran dalam jumlah teknologi sederhana, sedang, maupun
besar. teknologi tinggi. Pada prinsipnya
2. Kaca, gelas atau botol. pengembangan teknologi pengomposan
3. Kaleng dan alumunium didasarkan pada proses penguraian bahan
4. Botol dan gelas plastik, kantong organik yang terjadi secara alami. Proses
plastik kresek. penguraian dioptimalkan sedemikian rupa
sehingga pengomposan dapat berjalan
c. Sampah Berbahaya dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi
Sampah ini tidak dapat didaur ulang pengomposan saat ini menjadi sangat
atau digunakan kembali. Teknologi untuk penting artinya terutama untuk mengatasi
memusnahkannya adalah dengan permasalahan limbah organik, seperti untuk
pembakaran. Yang termasuk mengatasi masalah sampah di kotakota
kategori sampah ini antara lain : besar, limbah organik industri, serta limbah
1. Kertas pembungkus berlapis pertanian dan perkebunan.
plastik, kantong plastik, pipa plastik Teknologi pengomposan sampah
PVC, papan sirkuit elekronik (PCB). sangat beragam, baik secara aerobik
2. Baterai. maupun anaerobik, dengan atau tanpa
3. Kapsul dan pil sisa obat aktivator pengomposan.
4. Gabus styrofoam Aktivator pengomposan yang sudah
5. Sampah rumah sakit, popok bayi banyak beredar antara lain: PROMI
sekali pakai, tekstil sintetis (Promoting Microbes), OrgaDec,
SuperDec, ActiComp, BioPos,
d. Karakteristik Sampah EM4, Green Phoskko Organic
Rumah Tangga Decomposer dan SUPERFARM (Effective
Aktivitas manusia dalam rumah Microorganism)atau menggunakan cacing
tangga menghasilkan limbah dalam bentuk guna mendapatkan kompos
sampah rumah tangga. Diperkirakan tiap (vermicompost). Setiap aktivator memiliki
rumah tangga di perkotaan menghasilkan keunggulan sendiri-sendiri.
sampah rata-rata 2-3 kg sehingga jika satu

7
Pengomposan secara aerobik 1. Rasio C/N
paling banyak digunakan, karena mudah Rasio C/N yang efektif untuk
dan murah untuk dilakukan, serta tidak proses pengomposan berkisar antara 30: 1
membutuhkan kontrol proses yang terlalu hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C
sulit. Berbagai proses teknologi telah sebagai sumber energi dan
berkembang di masing-masing bidang. menggunakan N untuk sintesis protein.
Menjadikan sampah organik rumah tangga Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba
sebagai bahan baku pembuatan kompos mendapatkan cukup C untuk energi dan N
merupakan alternatif yang baik untuk untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N
mengurangi pencemaran lingkungan akibat terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N
sampah. Kompos merupakan semua bahan untuk sintesis protein sehingga
organik yang telah mengalami degradasi / dekomposisi berjalan lambat.
penguraian / pengomposan sehingga Umumnya, masalah utama
berubah bentuk dan sudah tidak dikenali pengomposan adalah pada rasio C/N yang
bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman tinggi, terutama jika bahan utamanya
dan tidak berbau. (Cecep Sucipto, 2014) adalah bahan yang mengandung kadar
Kompos adalah hasil penguraian kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting,
parsial/tidak lengkap dari ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio
campuran bahan-bahan organik C/N diperlukan perlakuan khusus,
yang dapat dipercepat secara artifisial misalnya menambahkan mikroorganisme
oleh populasi berbagai macam mikroba selulotik (Toharisman, A. 1991) atau
dalam kondisi lingkungan yang hangat, dengan menambahkan kotoran hewan
lembap dan aerobik atau anaerobik. karena kotoran hewan mengandung banyak
Dekomposisi bahan dilakukan oleh senyawa nitrogen.
mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri 2. Ukuran Partikel
dengan bantuan udara. Sedangkan Aktivitas mikroba berada di antara
pengomposan secara anaerobik permukaan area dan udara. Permukaan area
memanfaatkan mikroorganisme yang tidak yang lebih luas akan meningkatkan kontak
membutuhkan udara dalam mendegradasi antara mikroba dengan bahan dan proses
bahan organik. (Jurnal Ilmiah Fakultas dekomposisi akan berjalan lebih cepat.
Teknik LIMIT’S Vol.8 No.2 37) Ukuran partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas). Untuk
B. Faktor yang Memengaruhi Proses meningkatkan luas permukaan dapat
Pengomposan dilakukan dengan memperkecil ukuran
Setiap organisme pendegradasi partikel bahan tersebut.
bahan organik membutuhkan kondisi 3. Aerasi
lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Pengomposan yang cepat dapat
Apabila kondisinya sesuai, maka terjadi dalam kondisi yang cukup
dekomposer tersebut akan bekerja giat oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan
untuk mendekomposisi limbah padat terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu
organik. Apabila kondisinya kurang sesuai yang menyebabkan udara hangat keluar
atau tidak sesuai, maka organisme tersebut dan udara yang lebih dingin masuk ke
akan dorman, pindah ke tempat lain, atau dalam tumpukan kompos. Aerasi
bahkan mati. Menciptakan kondisi yang ditentukan oleh porositas dan kandungan
optimum untuk proses pengomposan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi
sangat menentukan keberhasilan proses terhambat, maka akan terjadi proses
pengomposan itu sendiri. anaerob yang akan menghasilkan bau yang
Faktor-faktor yang memperngaruhi tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan
proses pengomposan antara lain:

8
dengan melakukan pembalikan atau mikrobamikroba pathogen tanaman dan
mengalirkan udara di dalam tumpukan benihbenih gulma.
kompos. 7. pH
4. Porositas Proses pengomposan dapat terjadi
Porositas adalah ruang di antara pada kisaran pH yang lebar. pH yang
partikel di dalam tumpukan kompos. optimum untuk proses
Porositas dihitung dengan pengomposan berkisar antara 6,5 - 7,5. pH
mengukur volume rongga dibagi dengan kotoran ternak umumnya berkisar antara
volume total. Rongga-rongga ini akan diisi 6,8 – 7,4.
oleh air dan udara. Udara akan mensuplai Proses pengomposan sendiri akan
Oksigen untuk proses pengomposan. menyebabkan perubahan pada bahan
Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
pasokan oksigen akan berkurang dan contoh, proses pelepasan asam, secara
proses pengomposan juga akan terganggu. temporer atau lokal, akan menyebabkan
5. Kelembapan (Moisture content) penurunan pH (pengasaman), sedangkan
Kelembapan memegang peranan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang sangat penting dalam proses yang mengandung nitrogen akan
metabolisme mikroba dan secara tidak meningkatkan pH pada fase-fase awal
langsung berpengaruh pada suplay oksigen. pengomposan. pH kompos yang sudah
Mikroorganisme dapat memanfaatkan matang biasanya mendekati netral.
bahan organik apabila bahan organik 8. Kandungan Hara
tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 Kandungan P dan K juga penting
- 60 % adalah kisaran optimum untuk dalam proses pengomposan dan biasanya
metabolisme mikroba. Apabila kelembapan terdapat di dalam kompos-kompos dari
di bawah 40%, aktivitas mikroba akan peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan
mengalami penurunan dan akan lebih oleh mikroba selama proses pengomposan.
rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila 9. Kandungan Bahan Berbahaya
kelembapan lebih besar dari 60%, hara Beberapa bahan organik mungkin
akan tercuci, volume udara berkurang, mengandung bahan-bahan yang berbahaya
akibatnya aktivitas mikroba akan menurun bagi kehidupan mikroba. Logam-logam
dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah
menimbulkan bau tidak sedap. beberapa bahan yang termasuk kategori ini.
6. Temperatur / suhu Logam-logam berat akan mengalami
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. imobilisasi selama proses pengomposan.
Ada hubungan langsung antara 10. Jumlah Mikroorganisme
peningkatan suhu dengan konsumsi Biasanya dalam proses ini bekerja
oksigen. Semakin tinggi temperatur akan bakteri, fungi, actinomycetes dan protozoa.
semakin banyak konsumsi oksigen dan Sering ditambahkan pula mikroorganisme
akan semakin cepat pula proses kedalam bahan yang dikomposkan. Dengan
dekomposisi. Peningkatan suhu dapat bertambahnya jumlah mikroorganisme,
terjadi dengan cepat pada tumpukan diharapkan proses pengomposan akan lebih
kompos. Temperatur yang berkisar antara cepat.
30 - 60oC menunjukkan aktivitas 11. Lama pengomposan
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih Lama waktu pengomposan
tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian tergantung pada karakteristik bahan yang
mikroba dan hanya mikroba thermofilik dikomposkan, metode pengomposan yang
saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu dipergunakan dan dengan atau tanpa
yang tinggi juga akan membunuh penambahan aktivator pengomposan.

9
Secara alami pengomposan akan
berlangsung dalam waktu beberapa minggu b) Sifat Kimia Tanah
sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar Kompos merupakan sumber hara
matang. makro dan mikromineral secara lengkap
meskipun dalam jumlah yang relatif kecil
C. Sifat dan Karakteristik Kompos (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Zn, mo dan
SI). Dalam jangka panjang, pemberian
Karakteristik umum yang dimiliki kompos dapat memperbaiki pH dan
kompos antara lain: (1) mengandung unsur meningkatkan hasil tanaman pertanian
hara dalam jenis dan jumlah bervariasi pada tanah-tanah masam. Pada tanah-tanah
tergantung bahan asal, (2) menyediakan yang kandungan P tersedia rendah, bentuk
unsur hara secara lambat (slow release) dan fosfat organik mempunyai peranan penting
dalam jumlah terbatas, dan (3) mempunyai dalam penyediaan hara tanaman karena
fungsi utama memperbaiki kesuburan dan hampir sebagian besar P yang diperlukan
kesehatan tanah. tanaman terdapat pada senyawa P-organik.
Berikut ini diuraikan fungsi kompos Sebagian besar P-organik dalam organ
dalam memperbaiki kualitas kesuburan tanaman terdapat sebagai fitin, fosfolipid,
fisik-kimia dan biologi tanah. dan asam nukleat. Kedua yang terakhir
hanya terdapat sedikit dalam bahan organik
a) Sifat Fisika Tanah tanah karena senyawa tersebut sangat
Kompos memperbaiki struktur tanah penting dalam tanah (karena
yang semula padat menjadi gembur kemampuannya membentuk senyawa
sehingga mempermudah pengolahan tanah. dengan kation poilvalen), terdapat dalam
Tanah berpasir menjadi lebih kompak dan jumlah relatif tinggi, tetapi yang
tanah lempung menjadi lebih gembur. dekomposisinya lambat ialah inositol.
Penyebab kompak dan Kompos juga mengandung humus
gemburnya tanah ini adalah (bunga tanah) yang sangat dibutuhkan
senyawasenyawa polosakarida yang untuk peningkatan hara makro dan mikro
dihasilkan oleh mikroorganisme pengurai dan sangat dibutuhkan tanaman. Misel
serta miselium atau hifa yang berfungsi humus mempunyai kapasitas tukar kation
sebagai perekat partikel tanah. (KTK) yang lebih besar daripada misel
Dengan struktur tanah yang baik ini lempung (3-10 kali) sehingga penyediaan
berarti difusi O2 atau aerasi akan lebih hara makro dan mikrome mineral lebih
banyak sehingga proses fisiologis di akar lama. Kapasitas tukar kation (KTK)
akan lancar. Perbaikan agregat tanah asamasam organik dari kompis lebih tinggi
menjadi lebih cepat sehingga dibandingkan mineral liat, namun lebih
mempermudah penyerapan air ke dalam peka terhadap perubahan pH karena
tanah dan proses erosi dapat dicegah. mempunyai sumber muatan tergantung pH
Kadar bahan organik yang tinggi di dalam (pH dependent change). Pada nilai pH 3,5
tanah memberikan warna tanah yang lebih KTK liat dan C-organik sebesar 45,5 dan
gelap (warna humus coklat kehitaman), 199,5 me 100 g-1 sedangkan pada pH 6,5
sehingga penyerapan energi sinar matahari meningkat menjadi 63 dan dan 325,5 me
lebih banyak dan fluktuasi suhu di dalam 100 g-1. Nilai KTK mineral liat kaolinit
tanah dapat dihindarkan. Institut Pertanian (3-5 me 100 g-1), linit (30 – 40 me 100
Bohor (IPB) melaporkan bahwa takaran g1), montmorilonit (80 – 150 me 100 g-1),
kompos sebanyak 5 ton/ha meningkatkan sedangkan pada asam humat (485 - 870 me
kandungan air tanah pada tanah – tanah 100 g-1) dan asam fulfat (1.400 me 100
yang subur. g1). Oleh karena itu, penambahan kompos

10
ke dalam tanah dapat meningkatkan nilai brangkasan), sisa hasil pertanian (sekam
KTK tanah (Tan KH, 1991). padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, dan
belontong), pupuk kandang (kotoran sapi,
c) Sifat Biologi Tanah kerbau, ayam, itik dan kuda), dan pupuk
Kompos banyak mengandung hijau. Limbah kota atau sampah organik
mikroorganisme (fungi, aktinomisetes, kota biasanya dikumpulkan dari pasar-
bakteri dan alga). Dengan ditambahkannya pasar atau sampah rumah tangga dari
kompos ke dalam tanah tidak hanya jutaan daerah permukiman serta taman-taman
mikroorganisme yang ditambahkan, akan kota. Limbah industri yang dapat
tetapi mikroorganisme yang ada dalam dimanfaatkan sebagai pupuk organik antara
tanah juga terpacu untuk berkembang. lain limbah industri pangan. Berbagai
Proses dekomposisi lanjut oleh bahan organik tersebut dapat dijadikan
mikroorganisme akan tetap terus pupuk organik melalui teknologi
berlangsung tetapi tidak mengganggu pengomposan sederhana maupun dengan
tanaman. Gas CO2 yang dihasilkan penambahan mikroba perombak serta
mikroorganisme tanah akan dipergunakan pengkayaan dengan hara lain.
untuk fotosintesis tanaman, sehingga Pupuk organik yang berasal dari
pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. pupuk kandang merupakan bahan
Amonifiksi, nitrifikasi, dan fiksasi nitrogen pembenah tanah yang paling baik
juga meningkat karena pemberian bahan dibanding bahan pembelah lainnya. Kadar
organik sebagai sumber karbon yang hara yang dikandung pupuk organik pada
terkandung di dalam kompos. Aktivitas umumnya rendah dan sangat bervariasi.
berbagai mikroorganisme di dalam kompos Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk
menghasilkan hormonhormon organik membantu dalam mencegah
pertumbuhan, misalnya auksin, giberelin terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya
dan sitokirin yang memacu pertumbuhan retakan tanah. Pemberian bahan organik
dan perkembangan akar-akar rambut mampu meningkatkan kelembapan tanah
sehingga daerah pencarian makanan lebih dan memperbaiki porositas tanah. a) Sisa
luas. Pemberian kompos pada lahan sawah Tanaman
akan membantu mengendalikan atau Kandungan hara beberapa tanaman
mengurai populasi nematoda, karena bahan pertanian ternyata cukup tinggi dan
organik memacu perkembangan musuh bermanfaat sebagai sumber energi utama
alam nematoda, yaitu cendawan dan mikroorganisme di dalam tanah. Apabila
bakteri serta memberi kondisi yang kurang digunakan sebagai mulsa, maka ia akan
menguntungkan bagi perkembangan mengontrol kehilangan air melalui
nematoda (Ladd, JN, evaporasi dari permukaan tanah, dan pada
1985). saat yang sama dapat mencegah erosi
tanah. Hara dalam tanaman dapat
D. Jenis dan Sumber Bahan Kompos dimanfaatkan setelah tanaman mengalami
dekompososisi. Kandungan haranya sangat
Bahan organik yang dapat bervariasi tergantung dari jenis bahan
digunakan sebagai sumber pupuk organik tanaman. Rasio C/N sisa tanaman
dapat berasal dari limbah hasil pertanian bervariasi dari 80:1 pada jeram gandum
dan non pertanian (limbah kota dan limbah hingga 20:1 pada tanaman legum. Selama
industri) (Kurnia, U, Setyorini, T. Prihatini, proses dekomposisi ini nilai rasio C/N akan
S. Rochayati, Sutono dan H Suganda, menurun mendekati 10:1 pada saat bahan
2001). Dari hasil pertanian antara lain tersebut bercampur dengan tanah. b)
berupa sisa tanaman (jerami dan Kotoran Hewan

11
Kotoran hewan yang berasal dari kimia sehingga takaran penggunaannya
usaha tani pertanian antara lain adalah juga akan lebih tinggi. Hara dalam kotoran
kotoran ayam, sapi, kerbau, kambing, kuda hewan ini ketersediaannnya lambat
dsb. Komposisi hara pada masing-masing sehingga tidak mudah hilang. Ketersediaan
kotoran hewan berbeda tergantung pada hara sangat dipengaruhi oleh tingkat
jumlah dan jenis makanannya. Secara dekomposisi/mineralisasi dari bahanbahan
umum, kandungan hara dalam kotoran tersebut.
hewan jauh lebih rendah daripada pupuk

12
13
Tabel 1 . Kandungan hara beberapa jenis kotoran hewan
.

Sumber : Tan K H , 1993, Environmental Soil Science , Marcel Dekker Inc,


New York .

E. Bioaktivator EM4

14
Larutan EM4 (effective sering disebut bokashi. Bahan organik yang
microorganism 4) ditemukan oleh Prof. Dr. biasa dikomposkan dengan bioaktivator
Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, EM4, antara lain : jerami, pupuk kandang,
Jepang. Kemudian penerapannya di kotoran hewan, rumput, sekam atau serbuk
Indonesia banyak dibantu oleh Ir. Gede gergaji. Bioaktivator EM4 juga dapat
Ngurah Wididana, M.Sc. Keunggulan dari digunakan untuk membuat kompos padat
larutan EM4 adalah selain dapat dari limbah industri tahu (ampas tahu).
mempercepat proses pengomposan, Akan tetapi, bioaktivator
penambahan EM4 juga terbukti dapat EM4 tidak disarankan untuk
menghilangkan bau yang timbul selama mendekomposisi bahan-bahan organik
proses pengomposan bila berlangsung yang relatif keras seperti tandan kosong
dengan baik. Larutan EM4 merupakan kelapa sawit (TKKS) karena membutuhkan
bioaktivator yang digunakan untuk waktu yang lama. (Untung
membuat kompos dalam bentuk padat yang Suwahyono, 2014)

Gambar 3 . Bioaktivator EM4

15
Saat ini larutan EM4 sudah banyak sehingga kebersihan dan kesehatan
diproduksi dan dipasarkan kandangpun terjaga .
secara komersial di toko-toko pertanian
sehingga tidak terlalu sulit untuk Keuntungan dari aktifator ragi antara lain
memperolehnya. yaitu :
Jika diinginkan, larutan bakteri EM4 yang 1. Murah dan ekonomis
dibeli dari toko-toko pertanian tersebut 2. Mudah dan praktis
juga dapat dikembang biakkan sendiri 3. Efisien dan hemat
(Untung Suwahyono, 2014)
Menggunakan aktivator menjadi
salah satu pengeluaran yang cukup besar
dalam proses pembuatan kompos. Tentu G. Sekam Bakar Murni
hal ini akan sangat menguras dompet. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui cara Sekam Padi merupakan lapisan
penggunaan aktivator secara benar tanpa keras yang meliputi kariopsis yang terdiri
mengurangi esensi dalam proses dari dua belahan yang disebut lemma dan
dekomposisi. (Teti Suryati, 2014) palea yang saling bertautan . pada proses
Produk bioaktivator yang beredar di pengilingan beras , sekam akan terpisah
pasaran kebanyakan berupa Effective dari butir beras dan menjadi bahan sisa
Microorganism (EM) asli yang tidak dapat atau limbah pengilingan . Sekam
langsung diaplikasikan pada media. Hal ini dikategorikan sebagai biomassa yang
disebabkan kandungan mikroorganisme dapat digunakan untuk berbagai
dalam EM asli masih dalam keadaan tidur kebutuhan seperti bahan baku industri ,
(dorman) sehingga tidak akan memberikan pakan ternak dan energi atau bahan bakar
pengaruh nyata. Untuk itu EM asli perlu .
dilarutkan menjadi EM aktif apabila ingin Manfaat abu sekam :
digunakan. Dari segi daya simpan, EM asli
lebih tahan lama daripada EM aktif yakni
1. Memperbaiki struktur tanah
mampu bertahan hingga lima tahun.
berlempung sehingga menjadi ringan
Namun, sebulan sesudah pembuatan EM
2. Memperkuat daya ikat tanah berpasir
aktif, aktivitasnya menurun drastis.
sehingga tanah tidak berderai
Rekomendasi penggunaan EM aktif hanya
3. Memperkuat daya ikat air pada tanah
satu bulan dan aktivitas mikroorganisme
4. Memperbaiki drainase dan tata udara
paling tinggi pada hari ke sepuluh sampah
dalam tanah
hari ke tujuh belas setelah dilarutkan. (Teti
5. Memperkuat daya ikat tanah terhadap
Suryati, 2014)
zat hara
6. Mengandung hara lengkap yang
F. Aktivator Ragi
berguna untuk kesuburan tanah
Abu sekam memiliki fungsi mengikat
Sebagai ragi / aktivator ragi untuk
logam berat selain itu sekam berfungsi
membuat / memproses bahan organik
untuk menggemburkan tanah sehingga
sebagai bahan kompos secara lebih mudah,
bisa mempermudah akar tanaman
praktis, hemat dan cepat dengan kualitas
menyerap unsur hara didalamnya ,
hasil kompos yang tinggi. Pemrosesan
sehingga masih tetap perlu campuran
dengan ragi hasil komposnya akan dapat
media lain dalam media tanaman tersebut
menghemat tenaga, waktu, biaya, serta
bagus dicampur dengan kompos .
tanaman menjadi subur dan berkualitas,
bau kotoran dikandang jauh berkurang

16
Fungsi dan Kandungan masyarakat sebagai keranjang sakti karena
Arang Sekam/Sekam Bakar kemampuannya mengolah sampah organik
Sekam bakar mengandung SiO2 sangat baik (Sad Kurniati, 2013)
(52%), C (31%), K (0,3%), N (0,18%), F Keranjang kompos
(0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu Takakura adalah hasil penelitian dari
juga mengandung unsur lain seperti Fe2O3, seorang ahli Mr. Koji Takakura dari
K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam Jepang. Mr. Takakura melakukan
jumlah yang kecil serta beberapa jenis penelitian di Surabaya untuk mencari
bahan organik. Kandungan silikat yang sistem pengolahan sampah organic ,
tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman Selama kurang lebih setahun . Mr.
karena menjadi lebih tahan terhadap hama Takakura bekerja mengolah sampah
dan penyakit akibat adanya pengerasan dengan membiakkan bakteri tertentu yang
jaringan. Sekam bakar juga digunakan ’memakan’ sampah organik tanpa
untuk menambah kadar Kalium dalam menimbulkan bau dan tidak menimbulkan
tanah. cairan. Dalam pelaksanaan penelitiannya,
pH sekam bakar antara 8,5 – 9,0 pH Mr. Takakura mengambil sampah rumah
yang tinggi ini dapat digunakan untuk tangga,kemudian sampah dipilah dan
meningkatkan pH tanah asam. Sekam dibuat beberapa percobaan untuk
bakar memiliki kemampuan menyerap air menemukan bakteri yang sesuai untuk
yang rendah dan porositas yang baik. Sifat pengomposan tak berbau dan kering. Jenis
ini menguntungkan jika digunakan sebagai bakteri yang dikembangbiakkan oleh
media tanam karena mendukung perbaikan Takakura inilah yang kemudian dijadikan
struktur tanah karena aerasi dan drainase star terbagi keranjang Takakura.
menjadi lebih baik. Karena kandungan dan Dari hasil percobaan, Mr. Takakura
sifat ini, sekam bakar sering digunakan menemukan keranjang yang disebut
sebagai media tanam tanaman hias maupun Takakura Home Methode yang
campuran pembuatan kompos. dilingkungan masyarakat lebih dikenal
dengan nama Keranjang Takakura. Selain
H. Pengomposan dengan Sistem Takakura Home Methode, Mr.
Reaktor Takakura Takakura juga menemukan bentuk lain ada
yang berbentuk Takakura Susun Methode
Keranjang Takakura adalah suatu atau modifikasi yang berbentuk tas atau
alat pengomposan sampah organik untuk kontainer. Penelitian lain yang dilakukan
skala rumah tangga. Keranjang Takakura Takakura adalah pengolahan sampah pasar
memiliki bentuknya yang praktis, bersih menjadi kompos.Akan tetapi Takakura
dan tidak berbau, sehingga sangat aman Home Methode adalah sistem
digunakan di rumah. Keranjang ini disebut pengomposan yang paling dikenal dan
disukai masyarakat karena kepraktisannya.

17

Gambar 4. Komposter Takakura


Proses pengomposan menggunakan organik idealnya sampah organik
keranjang takakura merupakan proses tercacah kedalam keranjang setiap
pengomposan aerob, di mana udara harinya dan kemudian dilakukan
dibutuhkan sebagai asupan penting dalam kontrol suhu dengan cara
proses pertumbuhan mikroorganisme yang pengadukan dan penyiraman air.
menguraikan sampah menjadi kompos.
Media yang dibutuhkan dalam proses N. Standar Baku Mutu SNI
pengomposan yaitu dengan menggunakan Standar baku mutu SNI 19-
keranjang berlubang. Proses pengomposan 20302004 untuk tiap – tiap parameter yang
metode ini dilakukan akan diuji dapat dilihat pada Tabel 2.3
dengan cara memasukkan sampah sebagai berikut :

18
Tabel 2. Standar baku mutu tiap parameter

19
Sumber : SNI 19-2030-2004 .

20
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan
O. Kriteria Kompos Matang yaitu mulai tanggal 5 Desember 2014 – 19
Februari 2015.
Parameter kompos matang yang Lokasi pengambilan bahan sampah
dipergunakan untuk mengetahui akhir dari organik rumah tangga yaitu di pasar
penelitian adalah : tradisional daya dan sisa sayuran dapur,
sedangkan pengambilan sampel kotoran
1. Suhu kompos mendekati suhu ternak sapi di Pucca Kabupaten Maros.
udara , Dan pengamatan uji sampel tersebut di
2. Perbandingan ratio C/N, <20 teliti di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
3. Penyusutan berat > 60% Pertanian Unhas. Metode penelitian yang
4. Warna kompos coklat ke hitam – dilakukan adalah eksperimental dengan
hitaman menggunakan campuran kotoran ternak
5. Bau seperti bau tanah sapi, EM4, Ragi, sekam bakar murni, dan
6. Strukturnya sudah hancur sampah Organik.
7. Kandungannya N-NH4 < 10% total
N B. Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan bahan dalam penelitian terdiri
A. Lokasi dan Waktu Penelitian dari 2 macam, yaitu alat dan bahan yang
Penelitian ini merupakan digunakan di lapangan sebagai eksperimen
percobaan yang dilakukan di (komposter) dan yang digunakan di
dalam ruangan dan tidak terkena sinar Laboratorium untuk analisis parameter
matahari langsung. Tempat penelitian ini kualitas kompos. Alat dan bahan untuk
dilakukan di Laboratorium Hidrolika pemeriksaan parameter kualitas kompos
Fakultas Teknik Unhas Makassar. disediakan oleh pihak

21
laboratorium berdasarkan acuan dari b. Bahan
Association of Official Agriculture
Chemists 2002 dan SNI 19-7030-2004. Sedangkan alat
dan bahan yang digunakan sebagai komposter adalah
sebagai berikut.
a. Alat

Gambar 5 Alat dan bahan komposter

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan B4 = 3kg sampah organik + 1kg sekam


rancangan acak yang terdiri dari atas 10 bakar murni + 75ml ragi
formulasi bahan kompos yang menjadi perlakuan
, yaitu : Masing – masing
perlakuan diulang sebanyak 5 kali ,
A0 = 3kg kotoran sapi ( normal ) sehingga diperoleh 50 buah kantong obat
A1 = 3kg kotoran sapi + 50ml EM4 percobaan . Perhitungan persen perlakuan
A2 = 3kg kotoran sapi + 75ml EM4 adalah berdasarkan persentase berat kering
A3 = 3kg kotoran sapi + 50ml ragi total bahan .
A4 = 3kg kotoran sapi + 75ml ragi
B0 = 3kg sampah organik + 1kg sekam bakar D. Tahapan Penelitian
murni ( Normal )
B1 = 3kg sampah organik + 1kg sekam bakar Penelitian dilakukan melalui 3
murni + 50ml EM4 tahap yaitu tahap uji pendahuluan, tahap
B2 = 3kg sampah organik + 1kg sekam bakar eksperimen, dan tahap analisis
murni + 75ml EM4 dekomposisi.
B3 = 3kg sampah organik + 1kg sekam bakar 1. Tahap pendahuluan diawali dengan
murni + 50ml ragi pengumpulan sampah organik dan

22
kotoran ternak sapi langsung dari
sumbernya.
2. Tahap eksperimen dilakukan A. Rekapitulasi Hasil Uji Akhir
persiapan bahan baku dan bioaktivator Kompos
yang diujikan ( EM4 dan ragi ), sekam
bakar murni , perlakuan Teknik untuk mengendalikan sampah
pengomposan, dan pengukuran organik dan kotoran ternak sapi yang paling
karakteristik sifat fisikakimia selama tepat adalah mendekomposisinya menjadi
proses pengomposan berlangsung. kompos karena sangat efektif dan memiliki
3. Tahap pelaksanaan penelitian nilai ekonomi dan ramah lingkungan.
Awalnya , sampah kotoran ternak sapi Secara umum hasil penelitian teknik
dan sampah organik rumah tangga pengomposan efektif untuk mengendalikan
dikumpulkan dari beberapa rumah dan sampah rumah tangga menjadi kompos
pasar tradisional di sekitar kawasan begitu pula dengan kotoran ternak. Dalam
pasar Daya dengan cara memilah jenis analisis ini kompos yang telah kami buat
sampahnya. Jenis sampah yang dibandingkan dengan standar syarat SNI
digunakan adalah bekas sayuran, kulit 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos
buah dan sampah kebun. Setelah itu dari limbah. Spesifikasi ini menetapkan
mencacah sampah kompos dari sampah organik rumah tangga
4. Tahap analisis hasil dekomposisi dan kotoran ternak yang meliputi
selama proses dekomposisi persyaratan kandungan kimia, fisik dan
berlangsung sampai selesainya bakteri. Parameter yang diuji dalam
pengomposan dilakukan beberapa pengomposan adalah sebagai berikut :
pengukuran yang dilakukan pada Kadar Air, pH, Suhu, Warna, Bau, Rasio
setiap 10 hari sampai 60 hari yang C/N, Kalium (K2O), Phosfor (P2O5),
meliputi pengukuran : suhu, pH, Corganik, dan N-total. Pada Tabel 3 dan
penyusutan, kadar air, C-organik, Tabel 4 , didapat hasil akhir dari
Ntotal, K2O ( kalium ), P2O5 pengomposan adalah perlakuan 60 hari
( phosfor ), rasio C/N, warna dan bau. pada variasi kompos tersebut menunjukan
. bahwa dari hasil semua perlakuan
memperlihatkan kemampuan mikroba
BAB IV ANALISIS DAN mendekomposisi bahan organik yang
PEMBAHASAN berbeda-beda.

23
Tabel 3 . Perbandingan hasil olahan penelitian kotoran ternak sapi dengan SNI

Sumber : Hasil observasi dan analisa Laboratorium 2015

Tabel 4. Perbandingan hasil olahan penelitian sampah organik dengan SNI

Standar SNI 19-7030-2004 Hasil Penelitian Uji Kompos


NO Parameter
satuan Min Maks BO B1 B2 B3 B4
1 Suhu °C - ±30 26.7 26.9 26.5 26.9 26.3
2 pH - 6,8 7,49 6.3 6.43 6 6.4 6.3
3 Warna Kehitaman Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat
Kehitaman Kehitaman Kehitaman Kehitaman Kehitaman
4 Bau Tanah Berbau Berbau Tanah Berbau Berbau Tanah Berbau Tanah
Tanah Tanah
5 Kadar Air % - 50 62.2 65.7 60.1 59.01 72.25
6 Rasio C/N % 10 20 18 26 30 29 25
7 Karbon % 9,80 32 19 20.3 21.09 20 22
(C)
8 Nitrogen % 0,40 0.32 0.5 0.47 0.46 0.52
(N)
9 Kalium % 0,20 1.2 1.5 1.8 1.5 1.6
(K2O)
10 Phosfer % 0,10 0.5 0.59 0.62 0.55 0.6
( P2O5)

24
Sumber : Hasil sejumlah bakteri Campuran kondisi cuaca
analisa Laboratorium, merubah bahan Bioaktivator yang kurang baik ( hujan
2014 kotoran ternak terbaik dalam ), tapi pada hari
menjadi asam mendekomposisikan berikutnya pH
organic, tetapi sampah organik tersebut menurun
Pada A0 menghasilkan hari berikutnya rumah tangga hingga pH netral.
kemampuan yang lebih pH naik karena menjadi kompos Nilai
rendah dibanding sejumlah bakteri adalah pada phosphor yang
perlakuan lainnya. memanfaatkan konsentrasi 50-75ml mendekati nilai
Suhu pada proses kembali asam EM4 (B1 dan B2), SNI 19-7030-2004
pembuatan organiknya dan 50-75ml ragi yaitu B1 = 0,59
kompos dengan sebagai sumber (B3 dan B4). dimana B1 tersebut
energi. Dan Suhu yang terjadi memiliki nilai
bioaktivator
pada akhir dari pada kompos sampah standar SNI 0,10.
kotoran sapi, ragi
penelitian ini organik selalu Proses
dan EM4 itu selalu
hasil akhir yang berubah-ubah, pengomposan
berubah-ubah,
didapatkan dimana pada hari sudah mulai
yang menandakan
untuk pH pertama sudah terbentuk dan
proses
kotoran ternak meningkat sampai memperlihatkan
dekomposisi
yang memenuhi hari ke-30, yang tanda-tanda
sudah mulai
standar SNI menandakan proses kompos yang baik
berjalan karena
yaitu perlakuan dekomposisi sudah dan matang pada
sejumlah bakteri
A3 yang dimana mulai berjalan karena hari ke 40-60.
merubah sampah
itu nilai pH = sejumlah bakteri
organic dan
6,8 . sudah merubah B. Peran Sekam
sampah kotoran
Pada sampah organic Bakar Murni
ternak menjadi
akhir penelitian menjadi bahan-bahan terhadap
bahanbahan yang
ini warna dan yang lebih sederhana Kompos
lebih sederhana
bau kotoran yang mudah diserap Sampah
yang mudah
ternak sapi ini oleh tanaman. Rumah
diserap oleh
sudah Selanjutnya pada Tangga.
tanaman. Suhu
menyerupai bau hari-hari berikutnya
menurun
tanah dan suhu menurun karena
disebabkan karena Sekam Padi
berwarna bahan organik yang
bahan organik merupakan
kehitaman pada akan didekomposisi
yang terdapat lapisan keras yang
umur ke 60. sudah mulai
didalam kompos meliputi kariopsis
Pada proses berkurang.
sudah mulai yang terdiri dari
berkurang dan pengomposan pH pada
dua belahan yang
mulai menyusut. ini kompos proses pembuatan
disebut lemma
yang sudah kompos ini
pH pada dan palea yang
mulai terbentuk cenderung naik ( basa
proses pembuatan saling bertautan .
( memperlihatka ) sebab sampah yang
kompos kotoran pada proses
n tandatanda digunakan adalah
ternak dengan pengilingan
kompos matang sampah sayuran ( sisa
bioaktivator ragi beras , sekam
dan baik ) itu sayuran ), buahan,
dan EM4, pada akan terpisah dari
ada pada hari ke sampah kebun,
awalnya butir beras dan
60. dimana sampah
dekomposisi pH menjadi bahan
tersebut dihasilkan
rendah, karena sisa atau limbah
setengah kering sebab

25
pengilingan . Sekam dicampur dengan gulma yang nyata pada
dikategorikan sebagai kompos. merugikan. parameter
biomassa yang dapat Fungsi dan Sekam bakar karbon
digunakan untuk Kandungan Arang memiliki kemampuan (Corganik) dan
berbagai kebutuhan Sekam / Sekam menyerap air yang nitrogen (N-
seperti bahan baku Bakar rendah dan porositas total). Hasil
industry , pakan ternak Sekam bakar yang baik. Sifat ini parameter lain
dan energi atau bahan mengandung SiO2 menguntungkan jika menunjukkan
bakar Manfaat abu (52%), C (31%), K digunakan sebagai bahwa
sekam : (0,3%), N (0,18%), F media tanam karena perlakuan A1
1. Memperbaiki (0,08%), dan kalsium mendukung tidak mampu
struktur tanah (0,14%). Selain itu perbaikan struktur mengimbangi
berlempung juga mengandung tanah karena aerasi hasil dari
sehingga menjadi unsur lain seperti dan drainase menjadi perlakuan A3
ringan Fe2O3, K2O, MgO, lebih baik. Karena (3kg kotoran
2. Memperkuat CaO, MnO dan Cu kandungan dan sifat ternak sapi +
daya ikat tanah dalam jumlah yang ini, sekam bakar 50 ml ragi). Di
berpasir sehingga kecil serta beberapa sering digunakan hari ke 60
tanah tidak jenis bahan organik. sebagai media tanam pengomposan,
berderai Kandungan silikat tanaman hias maupun nilai kadar air
3. Memperkuat yang tinggi dapat campuran pembuatan A3 sebesar
daya ikat air pada menguntungkan bagi kompos. 51%, pH 6,8,
tanah tanaman karena karbon (C-
4. Memperbaiki menjadi lebih tahan organik)
drainase dan tata terhadap hama dan BAB V sebesar 22 %,
udara dalam tanah penyakit akibat Nitrogen (N-
KESIMPULAN
5. Memperkuat adanya pengerasan total) 0,62%
daya ikat tanah jaringan. Sekam DAN SARAN dan ratio C/N
terhadap zat hara bakar juga digunakan A. Kesimpulan 31, penyusutan
6. Mengandung untuk menambah Berdasarkan berat 38,33%,
hara lengkap yang kadar kalium dalam hasil analisis dan kalium 1,6%,
berguna untuk tanah. pembahasan, maka phosphor
kesuburan tanah pH sekam dapat ditarik 0,57% .
Abu sekam memiliki kesimpulan sebagai Kompos dari
bakar antara 8,5 – 9,0
fungsi mengikat logam berikut : variasi A3
pH yang tinggi ini
1. Penambahan bertekstur
berat selain itu sekam dapat digunakan
bioaktivator halus serta
berfungsi untuk untuk meningkatkan
EM4 pada berwarna
menggemburkan tanah pH tanah asam. pH
pembuatan coklat
sehingga bisa tersebut memiliki
kompos dari kehitaman,
mempermudah akar keuntungan karena
kotoran ternak matang pada
tanaman menyerap dibenci gulma dan
sapi yang hari ke 60.
unsure hara bakteri. Peletakan
dialami oleh Variasi A0
didalamnya, sehingga sekam bakar pada
perlakuan A1 (3 yaitu control
masih tetap perlu bagian bawah dan
kg kotoran tidak dapat
campuran media lain atas media tanam
ternak sapi + 50 dijadikan
dalam media tanaman dapat mencegah
ml EM4) hanya kompos karena
tersebut bagus populasi bakteri dan
memberikan ratio C/N tidak
pengaruh yang

26
memenuhi standar variasi B2 Agnes, Bimantoro
SNI. bertekstur halus Demanda, Organizati
2. Penambahan serta berwarna Rizka on of
bioaktivator EM4, coklat Miladina, United
ragi, sekam bakar kehitaman, Dwi Nations
murni pada matang pada hari Yemima, Garcia C,
pembuatan kompos ke 60. Variasi B0 Bioaktivator Hernandez
dari sampah yaitu control dari EM4, T, Costa F,
organik yang dapat dijadikan blogspot.com/ Ceccanti B,
dialami oleh kompos karena 2012/03/starte 1994,
perlakuan B0 (3kg ratio C/N sebesar rbioaktivator- Biochemica
sampah organic + 18 % pada umur dari- l Parameter
1kg sekam bakar ke 60 memenuhi em4_17.html in Solid
murni) dan B1 (3 standar SNI. Alamendah, Regenerati
kg sampah organik 2011, Cara on by the
Sederhana Additon of
+ 50 ml EM4 + 1 B. Saran
Membuat Organic
kg sekam bakar Berdasarkan
Kompos Wastes,
murni) hasil penelitian, Skala Rumah Waste
memberikan maka saran yang Tangga, Manageme
pengaruh yang dapat diberikan : http://alamend nt and Res.
nyata pada 1. Perlu
ah.wordpress. 12:457-456
parameter karbon dilakukan
com/2 Hadiwiyoto. S,
(C-organik) dan penelitian lebih
nitrogen (N-total). 011 1983,
lanjut mengenai
Hasil parameter Crawford.J.H, Penangana
kandungan
lain menunjukkan Composting of n dan
mikroorganisme
bahwa perlakuan Agricultural Pemanfaat
yang terdapat
B0 dan B1 tidak Waste in an Sampah,
dalam ragi yang
mampu digunakan Biotechnology Yayasan
mengimbangi hasil sebagai aktivator Application Idayu, ,
dari perlakuan B2 . and Jakarta
yaitu campuran 3kg 2. Perlu Research, Joesi Endah H,
sampah organik+ dilakukan Paul N 2001 ,
75 ml EM4 + 1kg penelitian lebih Cheremissio Membuat
sekam bakar murni. lanjut mengenai noff and R P Tabulampot
Diakhir kandungan O Rajin
pengomposan, nilai unsur hara Jellette(ed), Berbuah,
kadar air B2 mikro dan mikro Gaur, A C, 1980, PT Agro
sebesar 60,10%, pH lainnya dari Rapid Media
7,2, karbon Composting Pustaka
mulai awal
(Corganik) sebesar in Compost Kahlon, S.S. &
pengomposan
21,09%, Nitrogen Kalra,
hingga hasil
(Ntotal) 0,47%, dan Technology, K.L.
komposnya
ratio C/N 30%, 1986
matang .
Project Field Chaetomiu
penyusutan berat
document no m
90%, kalium 1,8%, DAFTAR
13, Food globosum,
phosphor 0,62 %. PUSTAKA
and a non-toxic
Kompos dari Agriculture fungus: a

27
potential source
of protein(SCP).
Agricultural
Wastes 18: 207-
213.
Kantor Menteri Negara
Lingkungan
Hidup , 1997 ,
Agenda 21
Indonesia ,
Strategi
untuk
Pembangunan
Berkelanjutan .
Kurnia, U, Setyorini, T.
Prihatini, S.
Rochayati,
Sutono dan H
Suganda,
2001,
Perkembangan
dan
Penggunaan
Pupuk Organik
di Indonesia,
Rapat
Koordinasi
Penerapan
Penggunaan
Pupuk
Berimbang dan
Peningkatan
Penggunaan
Pupuk Organik,
direktorat Pupuk
dan Pestisida,

28

Anda mungkin juga menyukai