Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara hukum dan negara yang sedang berkembang yang berusaha
pelaksanaan pembangunan keterlibatan negara dan warga Negara dalam segala bidang sangat
dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan pemerintah dan seluruh
potensi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah menepatkan pungutan-pungutan berupa pajak
sebagai salah satu perwujudan kewajiban kewarganegaraan yang merupakan sarana peran serta
dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Indonesia merupakan negara hukum,
yang berarti Indonesia menjunjung tinggi hukum dan kedaulatan hukum. Hal ini sebagai
konsekuensi dari ajaran kedaulatan hukum bahwa kekuasaan tertinggi tidak terletak pada
kekuasaan hukum terletak di atas segala kekuasaan yang ada dalam negara dan kekuasaan itu
Hakikatnya adalah segala tindakan atau perbuatan tidak boleh bertentangan dengan hukum
yang berlaku, termaksud untuk merealisasikan keperluan atau 2 kepentingan negara maupun
untuk keperluan warganya dalam bernegara. Keperluan atau kepentingan negara terhadap pajak
tidak dapat dilakukan oleh negara sebelum ada hukum yang mengaturnya, pengenaan pajak oleh
negara kepada warganya (wajib pajak) harus berdasarkan pada hukum (undang-undang)yang
berlaku sehingga negara tidak dikategorikan sebagai negara kekuasaan (Muhammad Djafar Saidi
2007). Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan agar
pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip
dengan iklim yang mendukung peran aktif masyarakat serta pemahaman hak dan kewajiban
sumber penerimaan negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat
masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan
kewajibanya membayar pajak. 3 Pajak dipungut oleh Negara untuk dipergunakan menjalankan
tugas rutin, dan pembangunan yang memerlukan biaya. Disamping itu pajak tidak hanya
berfungsi sebagai alat mengatur perekonomian. Kebijakan dalam bidang perpajakan yang efektif
dapat berperan untuk menjaga keseimbangan ekonomi dan inflasi. Kebijakan dalam bidang
sumber,distribusi pendapatan dan akumulasi modal,lebih dari itu, kebijakan perpajakan tersebut,
dapat berperan untuk mendidik rakyat berkesadaran politik dan bernegara adalah kerealaan
berkorban untuk kepentigan negara, salah satunya adalah kerelaan membayar pajak berdasarkan
APBD sektor pajak daerah memiliki peran yang semakin besar karena akan digunakan untuk
membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah peran pajak sangatlah
penting bagi penerimaan kas negara. Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai
salah satu sumber penerimaan negara yang sangat potensial,sektor pajak merupakan pilihan yang
sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan partisipasi
Jenis pungutan di Indonesia terdiri dari pajak Negara (pajak pusat), pajak daerah, retribusi
daerah, bea dan cukai dan penerimaan Negara bukan pajak. Salah satu pos Penerimaan Asli
Daerah (PAD) dalam anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) adalah pajak daerah. Apabila
pajak telah diatur dengan undang-undang, berarti UndangUndang Pajak harus dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan tidak boleh dilanggar mengingat Undang-Undang Pajak tersebut telah
dianggap diketahui oleh wajib pajak selaku pembayar pajak maupun negara yang diwakili oleh
pejabat pajak selaku penagih pajak. Undang-Undang Pajak pada hakikatnya adalah hukum pajak
yang wajib dilaksanakan dan ditaati sebagai konsekuensi dari negara hukum Indonesia.
Sekalipun harus dilaksanakan dan ditaati, Undang-Undang Pajak tidak boleh tidak harus
berintikan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Dengan demikian, terjemalah pertautan
antara kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat dalam konstelasi Undang-Undang Pajak
(Muhammad Djafar saidi 2007:2). Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 memberikan harapan
yang lebih baik bagi pemerintah daerah karena adanya diskresi dalam penetapan tarif, adanya
penambahan obyek pajak dan juga adanya sumber pajak yang baru.
Namun demikian tetap dilakukan pengkajian yang cermat dalam rangka pembentukan
peraturan daerah sebagai dasar hukum untuk penerapannya secara efektif di daerah. Pendapatan
daerah yang bersumber dari pajak daerah akan meningkat dibandingkan dengan penerimaan pada
penerimaan dari pemerintah 5 pusat dapat dikurangi demi menciptakan pemerintah daerah yang
lebih mandiri, khusunya dalam pengelolaan keuangan negara. Sekalipun Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah memberi diskresi tarif dan memberi
peluang kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan tarif pajak daerah sampai ke batas
maksimal yang diperbolehkan, namun pemerintah provinsi Sulawesi Selatan tidak memanfaatkan
peluang tersebut secara serta merta. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kewenangan
pemungutan pajak yang dimiliki oleh pemerintah provinsi pada umumnya bersifat dinamis dan
mobile, kecuali Pajak Air Permukaan. Dengan diberlakukanya UndangUndang Nomor 28 Tahun
2009 pemungutan Pajak Air Permukaan pada suatu provinsi masih dapat dilakukan meneruskan
pemungutan PPPBATAP yang telah ada sebelumnya berlaku Undag-Undang Nomor 28 Tahun
2009. Pasal 180 ayat 1 yang menyatakan bahwa peraturan daerah tentang pajak daerah mengenai
jenis pajak provinsi masih tetap berlaku untuk jangka waktu dua tahun.
Mayjen M.T. Haryono merupakan ujung tombak dalam melaksanakan tugas dilapangan yang
langsung berhadapan dengan wajib pajak. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Timur
yang mempunyai tugas pokok melaksanakan Pembinaan, Pelayanan Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dan Pendapatan Lain-lain sesuai dengan bidang tugasnya. Berdasarkan pengamatan
umum penulis pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, adanya pencapaian
target dari penerimaan realisasi pajak air permukaan yang ingin dilihat dari tahun ke tahun
yang diterima Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Timur melalui target dan realisasi
dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, dengan maksud tersebut penulis ingin mengadakan
penelitian dengan judul akhir “Analisis Penerimaan Realisasi Pajak Air Permukaan Pada
Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
yaitu :
“ Berapakah Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Kalimantan Timurn pada Tahun 2009-2015 apakah sudah mencapai target yang
ditentukan“.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pencapaian target dan potensi
pajak air permukaan pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Timur.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Berguna dalam mengevaluasi kinerja Unit Pelaksana dalam hal efisiensi dan efektivitas
2. Sebagai acuan untuk memperluas kajian ilmu tentang mekanisme pemungutan pajak
sehingga bermanfaat untuk penulis sendiri, maupun bagi para pembaca atau pihak-
DASAR TEORI
2.1. Perpajakan
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
1. Kontribusi dari rakyat kepada negara, bahwa yang berhak memungut pajak hanyalah
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat di
pungut.
bermanfaat.
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani dalam Waluyo (2008:2)
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dipaksakan) yang tergantung oleh
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbalan (kontraprestasi) yang langsung
bahwa fungsi pajak adalah sebagai sumber pendapatan negara guna membiayai
1. Fungsi Budgetair/Finansial
Fungsi Budgetair/Finansial yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
3. Fungsi stabilitas
Fungsi stabilitas yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
dapat dikendalikan.
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih
1. Menurut golongannya:
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendriri oleh wajib pajak dan tidak
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
2. Menurut sifatnya:
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemrintah pusat dan digunakan untuk
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Cirri-cirinya:
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak
Cirri-cirinya:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri.
b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
Cirri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
Berdasarkan uraian diatas maka sistem pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan
Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak terutang. Dengan kata
lain, tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang
harus dibayar. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persentase. Berdasarkan
1. Tarif sebanding/proporsional
Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berpaapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
3. Tarif Progresif
Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
4. Tarif Degresif
Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
1. Asas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak dikenakan kepada orang
pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay
Adil yang dimaksud bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk
2. Asas Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak
harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak terutang, kapan harus dibayar, serta
3. Asas Convenience
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang
4. Asas Economy
Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib
Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib
Pajak.
Sedangkan asas pemungutan pajak yang dipaparkan oleh Mardiasmo (2011:7) adalah
sebagai berikut:
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun
2. Asas Sumber
3. Asas Kebangsaan
“Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh
sebagai berikut:
“Pajak Daerah adalah iuran yang wajib dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
pembangunan daerah”.
gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat – alat besar yang
dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah,
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan
jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor.
Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air
permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan
tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.
e. Pajak Rokok
Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah.
1. Pajak Kota/Kabupaten terdiri atas:
a. Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yangh
b. Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah fasilitas
juga rumah makan, kafetari, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/catering.
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
benda, alat, pembuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya
atau untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, atau orang
yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan didengar dari suatu
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik baik yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik sendiri maupun yang diperoleh dari sumber
lain.
Pajak Mineral Bukan Logam adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral
bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam atau permukaan
g. Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas tempat parker di luar badan
jalan, baik yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan atau pemfaatan Air tanah. Air
Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi
dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh orang pribadi
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dikutip oleh Marihot P Sihaan (2011:87):
(lima persen).
d. Tarif pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang
tidak menggunakan jalan umum sebesar 1,75% (nol koma tujuh puluh
lima persen).
3. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan kedua dan
c. Tarif pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang
tidak menggunakan jalan umum sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh
4. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas hibah atau waris ditetapkan
a. Untuk Kendaraan Bermotor bukan umum sebesar 0,1% (nol koma satu
persen).
b. Untuk Kendaraan Bermotor umum sebesar 0,1% (nol koma satu persen).
c. Tarif pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang
tidak menggunakan jalan umum sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh
TNI dan POLRI, kecuali untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-
alat besar yang tidak menggunakan jalan umum dikenakan tarif sebesar
6. Klasifikasi Kendaraan Bermotor Alat Berat dan Alat Besar yang tidak
ditunjuk.
sebagai berikut:
b. Khusus tarif pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar
kendaraan umum dapat ditetapkan 50% (lima puluh persen) lebih rendah
pribadi.
diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi
uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh
puluh lima persen). Khusus hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).
13. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima
persen).
14. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen).
15. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan ditetapkan paling tinggi
16. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh persen).
17. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh
persen).
18. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).
19. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling
20. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
rakyat. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
1. Kontribusi dari rakyat kepada negara, bahwa yang berhak memungut pajak
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
di pungut.
bermanfaat.
4. Pembayaran Pajak Air Permukaan dilakukan di kas umum daerah atau tempat
pada ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan
a. Pajak Air Permukaan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.
8. SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran
9. Bentuk, isi, dan tata cara penyampaian STPD sebagaimana dimaksud pada
10. Pajak Air Permukaan terutang harus dilunasi paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja,bulan berikutnya dari masa Pajak Air Permukaan yang terutang.
2.2.6. Pembayaran Pajak Daerah
tindakan untuk melunasi hutang pajaknya. Pembayaran pajak daerah segera setelah
assessment system. Pembayaran dan penyetoran pajak daerah yang terutang adalah
paling lama 30 hari setelah saat terutangnya pajak atau berdasarkan peraturan daerah.
Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air
permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Hanya saja
jenis pajak, yaitu Pajak Air Permukaan dan Pajak Air Bawah Tanah dimana Pajak
Air Permukaan dimasukkan sebagai pajak provinsi sedangkan Pajak Air Bawah
Pengenaan Pajak Air Permukaan tidak mutlak ada pada seluruh daerah
provinsi yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan
kepada pemerintah provinsi untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis
pajak provinsi.
Karena itu untuk dapat dipungut pada suatu daerah provinsi, maka
Pajak Air Permukaan yang akan menjadi landasan hokum operasional dalam teknis
yang bersangkutan.
undang No. 28 Tahun 2009 pada tanggal 1 Januari 2010 yang sekarang sudah
Pajak Air Permukaan pada suatu provinsi masih dapat dilakukan meneruskan
Tahun 2009 pasal 180 ayat 1 yang menyatakan bahwa peraturan daerah tentang
pajak daerah mengenai jenis pajak provinsi masih tetap berlaku untuk jangka waktu
dua tahun sebelum diberlakukannya Undang-undang No. 28 Tahun 2009. Hanya saja
diharapkan pemerintah provinsi yang ingin memungut Pajak Air Permukaan harus
telah menetapkan peraturan daerah tentang Pajak Air Permukaan sebagai dasar
air permukaan. Dikecualikan dari objek Pajak Air Permukaan sebagai berikut:
rumah tangga/perorangan.
turutannya.
Subjek Pajak Air Permukaan meliputi orang pribadi atau Badan yang dapat
Wajib Pajak Air Permukaan meliputi orang pribadi atau Badan yang
Permukaan.
e. Kualitas air.
3. Besar Nilai Perolehan Air Permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pertambangan minyak bumi dan gas alam diatur dengan Peraturan Daerah.
Timur.
atau STPD, SKPDN atau SKPDBL yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan
tulis atau kesalahan hitung atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
perpajakan daerah, dalam hal ini sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan
daerah maupun retribusi daerah sesungguhnya sama saja dengan pajak-pajak lain,
hanya saja untuk pajak daerah dan retribusi daerah harus diajukan kepada Kepala
Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak diterimanya permohonan
memberikan keputusan. Apabila waktu 12 bulan terlampaui dan Kepala Daerah tidak
dikabulkan.
Konsekwensinya adalah bahwa dalam waktu paling lama satu bulan setelah 12 bulan
Kepala Daerah harus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar dan
lama 2 bulan sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar.
pemungutan pajak:
Permukaan, dapat diberikan biaya pemungutan, misalnya sebesar lima persen dari
hasil penerimaan pajak yang telah disetorkan ke kas daerah provinsi. Biaya
pemungutan adalah biaya yang diberikan kepada aparat penunjang dalam rangka
Hasil Penelitian
BAB III
Hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
Pajak Air Permukaan di Kota Samarinda dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas
penerimaan pajak air permukaan dilakukan di bidang pendataan dan penetapan. Pajak Air
Permukaan adalah salah satu pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat I.
Sehingga penerimaan dari Pajak Air Permukaan sangat diperlukan dalam menambah pemasukan
Untuk mempermudah dan memahami serta mendapatkan gambaran yang lebih jelas
mengenai maksud dari penelitian, selanjutnya akan diberikan definisi operasional tentang
a. Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air yang terdapat
b. Realisasi adalah tindakan yang nyata atau adanya pergerakan/perubahan dari rencana
yang sudah dibuat atau dikerjakan dalam periode waktu tertentu dengan menggunkan
Nilai Perolehan Air (NPA) yang sudah disesuaikan dengan Peraturan Gubernur
Pajak Air Permukaan. Setelah menggunakan Nilai Perolehan Air maka akan dimasukan
benar-benar dapat dipergunakan dan membantu dalam pemecahan masalah. Data-data yang
c. Gambaran umum mengenai Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Kota
Samarinda.
Penelitian dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Kota
Samarinda. Penelitian ini dikhususkan pada perhitungan persentase dan potensi target Pajak Air
Permukaan dari laporan penerimaan per tahun. Kemudian menganalisa data yang ada dan
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
keterangan-keterangan lainnya dalam penelitian terhadap masalah yang menjadi objek penelitian
ini adalah:
Penelitian lapangan melalui dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan melihat berbagai arsip dan mengadakan pengamatan langsung pada
literatur di perpustakaan yang ada kaitannya dengan pajak serta buku-buku ilmiah lainnya
Alat analisis merupakan salah satu unsur yang penting dari suatu penelitian, dalam hal ini
penulis akan membahas permasalahan tugas akhir ini dengan menggunakan alat analisis yang
bersifat kuantatif, karena dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui persentase dan potensi
dari laporan target dan realisasi. Maka alat analisis ysng digunakan yaitu:
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Permukaan. Dalam Peraturan Gubernur ini yang
dimaksud dengan:
10. Pajak Daerah Provinsi Kalimantan Timur, yang selanjutnya disebut pajak,
adalah iuran wajib dan/atau kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
rakyat.
11. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang
12. Pajak Air Permukaan disingkat PAP adalah pajak atas pengambilan dan/atau
13. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak
14. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayaran pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan daerah.
15. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban pajak.
16. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu
lain yang diatur dengan Peraturan Gubernur paling lama 3 (tiga) bulan
kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,
17. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dala
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, dan/atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai
18. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
perpajakan daerah.
19. Surat Pemberitahuan Objek Pajak Daerah, yang disingkat SPOPD, adalah
surat yang dibuat oleh Wajib Pajak untuk melaporkan obyek pajak sebagai
20. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah surat
21. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat
dan/atau denda.
23. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat
pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
24. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya
25. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat
pembayaran pajak arena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
26. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN
adalah surat ketetetapan pajak yang menentukan jumlah pajak pokok sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
27. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan atas pembetulan yang
Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat
Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat
28. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah urang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak
29. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak
Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak
30. Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai
31. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan pajak.
32. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
Usaha Milik Negaraatau Daerah (BUMN atau BUMD) dengan nama dan
organisasi yang sejenis lembaga bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya
33. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat NPWPD adalah
nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
Pemerintah Kabupaten/Kota.
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat
a. Seksi Retribusi