Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) adalah suatu keadaan pecahnya
selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam persalinan sebelum bukaan
3 cm (sebelum fase aktif, masih dalam fase laten).1 KPSW merupakan masalah
yang masih banyak terjadi dalam dunia obstetri.
Penyebab KPSW belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang
menjadi faktorpredisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada
selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks2.
KPSW merupakan suatu kejadian obstetrik yang banyak ditemukan, dengan
insiden sekitar 10,7% dari seluruh persalinan, dimana 94% diantaranya terjadi
pada kehamilan cukup bulan. Ini terjadi pada sekitar 6-20% kehamilan2.
Dampak ketuban pecah dini bisa terjadi pada ibu dan janin. Ketuban pecah
dini sangat berpengaruh pada janin, walaupun ibu belum menunjukkan infeksi
tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi karena infeksi intrauterin terjadi lebih
dulu sebelum gajala pada ibu dirasakan. Sedangkan pengaruh pada ibu karena
jalan lahir telah terbuka maka akan dijumpai infeksi intrapartal, infeksi
puerpuralis, peritonitis dan septikemi serta dry-labor. Selain itu terjadi kompresi
tali pusat dan lilitan tali pusat pada janin. Hal ini akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas perinatal2.
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan dengan
dua janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan ganda / gemelli
(2 janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya.
Kehamilan multiple terjadi jika dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi
(dizigotik) atau jika satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga
membentuk dua embrio (monozigotik).3
Frekuensi kembar monozigotik relative konstan di suluruh dunia,
yaitusekitar 4 per 1000 kelahiran. Sebaliknya, frekuensi kembar dizigotik
bervariasi dalam setiap ras di suatu negara dan dipengaruhi oleh usia ibu

1
2

(meningkat dari 3 per 1000 kelahiran pada ibu berusia di atas 20 tahun hingga 14
per 1000 kelahiran pada ibu berusia 35 – 40 tahun) serta paritas. Di Indonesia,
terdapat satu kasus kembar siam untuk setiap 200.000 kelahiran.4
Bahaya bagi ibu dengan kehamilan kembar lebih tinggi dari pada kehamilan
tunggal. Hal ini dikarenakan pada kehamilan kembar, ibu lebih sering mengalami
anemia, pre-eklampsia, operasi obstetric dan perdarahan postpasrtum sehingga
prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan tunggal,
dimana resiko terjadi toksemia gravidarum, hidramnion, anemia, pertolongan
obstetri operatif dan perdarahan post partum lebih tinggi. Angka kematian
perinatal tinggi terutama karena premature, prolaps tali pusat, solusio plasenta dan
tindakan obstetrik karena kelainan letak janin.5
Beberapa komplikasi pada kehamilan kembar dapat berkurang atau dicegah
bila kehamilan kembar dapat didiagnosa lebih awal. Terdapat beberapa langkah
bagi ibu hamil kembar dibantu dengan pusat-pusat kesehatan untuk meningkatkan
kesempatan agar bayi dapat lahir sehat.5
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus6. Saat ini pembedahan seksio sesarea
jauh lebih aman dibandingkan masa sebelumnya karena tersedianya antibiotika,
transfusi darah, teknik operasi yang lebih baik, serta teknik anestesi yang lebih
sempurna.Proses persalinan dengan menggunakan metode seksio sesarea perlu
diperhatikandengan serius, karena proses persalinan ini memiliki risiko yang
dapat membahayakan keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya. Teknik
anestesi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu anestesi umum dan
anestesi regional, yang lazim digunakan pada sectio caesarea ialah teknik anestesi
regional (spinal anestesi).7
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit, meningokel
umumnya terdapat di daerah lumbo-sakral.8
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun suatu
laporan kasus berdasarkan temuan di RSUD Palembang Bari mengenai
3

multygravida dengan KPSW dan Gemelli dan Riwayat Meningokele yang di


akhiri dengan sectio caesarea menggunakan teknik anastesi general.

1.2.Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya.
2. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus
Gemelli
3. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus
sectio caesarea dan teknik anastesinya.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan
ginekologi terutama tentang Ketuban Pecah Sebelum Waktunya,
Gemelli, sectio caesarea dan teknik anastesinya.
2. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat
menjadikan landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.

1.3.2 Manfaat Praktis


a. Bagi dokter muda, diharapkan laporan kasus ini dapat diaplikasikan
pada kegiatan kepaniteraan klinis senior (KKS) dalam penegakkan
diagnosis Ketuban Pecah Sebelum Waktunya, Gemelli, sectio caesarea
dan teknik anastesinya yang berpedoman pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang lengkap dan runut.
b. Bagi dokter umum, diharapkan laporan kasus ini Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya, Gemelli, sectio caesarea dan teknik anastesinya
yang selanjutnya melakukan rujukan pada dokter spesialis yang
berkompeten.
4

c. Bagi pasien dan keluarga, diharapkan laporan kasus ini dapat


memberikan informasi mengenai Ketuban Pecah Sebelum Waktunya,
Gemelli, sectio caesarea dan teknik anastesinya dan serta komplikasi
yang mungkin terjadi jika tidak segera dilakukan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai