Kalau kayu balsa sih...ya berasal dari tanaman Balsa.... he he he, ya sudah pastilah!!! Tetapi
kalau darimanakah asal dari pohon Balsa ini?? Oke.. mari kita coba ungkap sedikit misteri
kayu Balsa ini. Balsa secara sejarah berasal dari daerah amerika selatan yang tersebar di
negara Brasil bagian selatan hingga bagian selatan negara Meksiko. Tapi jangan khawatir,
saat ini kita juga bisa menemukan tanaman Balsa ini di negara-negara seperti Papua Nugini,
Thailand, dan Kep. Solomon. (Wikipedia)
Eit... jangan salah!!! ternyata di negara kita tercinta ini, pohon balsa dapat tumbuh dengan
baik. Ya, kita bisa temukan kayu balsa ini di Pulau Jawa, Sulawesi dan Pulau Papua.
Beberapa perusahaan perkebunan baik itu swasta maupun perusahaan perkebunan milik
negara sudah mulai menanam pohon balsa ini sebagai salah satu tanaman budidaya mereka.
Di pulau jawa kita bisa menjumpai pohon balsa ini di daerah Jawa Timur (Probolinggo,
Blitar, Kediri, Lumajang), Jawa barat di daerah (Sumedang, Bogor) Jawa Tengah di daerah
(Ungaran, Cilacap, Magelang). Di Sulawesi, kita bisa temui di Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Utara.
So, tidak mesti impor kan??? kalau mau cari kayu balsa ini ya.... silahkan hubungi bagian
marketing Si-Balsa...(Promo mode On.)
Kayu balsa adalah kayu dengan bobot yang ringan dan lunak. Ringan??? ya, berat jenis kayu
balsa kering (MC 12%) adalah 90 - 220 kg/m3. Sangat ringan... lebih ringan dari busa untuk
kayu balsa kelas lightweight.
Jangan meremehkan kayu balsa ini. Meski ringan Kayu balsa merupakan kayu yang sangat
kuat bila di bandingkan dengan beratnya. kayu balsa memiliki elastisitas yang mengagumkan
sehingga bila dibandingkan dengan kayu ringan lainnya seperti kayu kapuk/randu, sengon
dan lain-lain pastilah kayu balsa ini pemenangnya.
Balsa Wood, digunakan untuk apa saja sih Kayu Balsa ini...???
Kayu balsa sangat terkenal bagi para penggemar Aeromodeling. Bobot kayu yang ringan dan
kekuatan yang mengagumkan menjadikan kayu balsa ini sebagai bahan utama dalam
pembuatan pesawat-pesawat RC, Glider, dan pesawat model lainnya. Kayu balsa ini dapat
dibentuk dengan mudah hanya dengan menggunakan alat seperti cutter, sanding paper serta
lem untuk menempelkannya.
Pembuatan model jembatan dan model menara, biasanya juga menggunakan kayu balsa. Para
engineer ini berlomba-lomba untuk menciptakan struktur jembatan dan menara sehingga bisa
di hasilkan model dengan berat yang ringan tetapi memiliki kekuatan yang mengagumkan.
Para hobby crafter menggunakan kayu balsa untuk menciptakan karya-karya yang lucu, unik
dan menarik. kemudahan pengerjaan balsa ini menjadi salah satu alasannya.
Besar apa nih maksudnya?? Bentuknya??? Well, saat ini kayu balsa adalah material yang
sangat popular dalam industri komposit.
Menurut Wikipedia komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari
dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya baik itu
sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut.
Tujuannya adalah agar diperoleh material baru dengan berbagai keunggulan, seperti lebih
ringan, lebih kuat dan tahan korosi dan lain-lain
Industri-industri pembuatan kapal, pesawat terbang, otomotif dan low weight vehicle mulai
menggunakan material komposit ini dalam produk mereka. Efesiensi, kekuatan dan ramah
lingkungan menjadi alasan mengapa mereka berangsur-angsur meninggalkan logam dan
beralih pada material komposit ini.
Oke.. kalau masih kurang lagi tentang penggunaan kayu balsa ini, anda bisa berkirim email
ke This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view
it.," rel="nofollow">info@sibalsa.com, ataupun dengan bertanya kepada google.com
Anda bisa membeli kayu balsa yang anda perlukan, tentu saja melaluai web ini dengan
melihat lihat produk kami, atau dengan menghubungi contact kami. Selain itu anda juga bisa
membandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh penjual lain dengan mencarinya lewat
www.google.com
Vision : To be your best partner at balsa wood indonesia. Terdepan dalam produk Kayu Balsa Indonesia
si-balsa™ tumbuh dari benih yang kami tanam, pelihara, tebang, sawmill, KD, dan
manufacture dari tangan kami. Sehingga si-balsa sangat mengerti yang terbaik buat Anda.
si-Balsa came from our plant seed, maintenance, cut, sawmill, KD, and manufacture from
our hand. So si-Balsa very understand what the best for you.
si-balsa™ ready to go anywhere you are with Best Product, Best Service, and Best Price
Salam Hangat,
Kind Regards,
Kayu balsa indonesia, bagaimana sejarahnya, untuk apa kayu balsa? dan tantangan
pengembangan di Indonesia.
Kayu Balsa (Ochroma Pyramidale/ Ochroma Bicolor) merupakan tanaman asli daerah
Amerika Selatan. Ecuador sebagai penghasil terbesar kayu balsa. Ekuador menguasai lebih
dari 60% pasar balsa di dunia. Lalu bagaimana dengan Indonesia???
Saat ini Indonesia baru menyumbang sekitar 5% dari pasar balsa internasional, sedikit
memang hal ini dikarenakan tanaman balsa bukanlah tanaman primadona untuk hutan
tanaman rakyat (HTR). Masyarakat lebih memilih menanam kayu sengon (Albizia Falcata)
dibandingkan menanam kayu balsa. Mengapa...?
Baiklah, mari kita runut asal mula pembudidayaan
tanaman balsa ini.
Kecepatan pertumbuhan pohon balsa yang bisa mencapai diameter 25cm - 45cm dalam kurun
waktu 3 - 5 tahun sangat menggoda masyarakat sekitar perkebunan untuk meniru dan
menanam tanaman balsa pada lahan-lahan kritis yang mereka punyai. Sayang..., kampanye
tersebut tidak berjalan dengan baik, pada saat panen tiba, perusahaan-perusahaan perkebunan
tersebut tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai pengolahan kayu balsa ini.
Rasa frustasi dan kecewa membuat mereka beramai-ramai menebang dan mengganti tanaman
balsa ini dengan tanaman sengon yang menurut mereka lebih mudah untuk dijual.
Sangat besarnya kadar air yang tersimpan pada kayu balsa ini, mungkin hanya bisa
dikeringkan dengan teknik pengeringan menggunakan Kiln Dry (KD). Pengeringan secara
Air Dry dapat dilakukan tetapi dengan resiko kerusakan pada kayu akibat blue stain.
Kayu Balsa sangat mudah dikerjakan karena kayu ini bersifat ringan dengan serat yang halus.
Diketam, dipotong, diamplas, sangat mudah dilakukan pada kayu balsa. Tapi untuk di
Indonesia, pemasaran kayu balsa ini tidaklah semudah pengerjaannya.
Masyarakat Indonesia masih sangat asing dengan nama Balsa. Kayu balsa ini hanya populer
pada beberapa bagian komunitas aeromodelling untuk dibuat menjadi pesawat model mereka,
padahal masih banyak sekali penggunaan kayu balsa ini.
Semua yang pernah mengenal aeromodelling pasti juga akan mengenal kayu balsa. Balsa
sheet, balsa strip dan balsa stick adalah bentuk produk balsa yang paling dibutuhkan oleh
para penggila aeromodelling ini.
Surfing Boards...
Jika anda pernah berjalan-jalan di pantai kuta Bali, pasti melihat banyak wisatawan yang
sedang bermain selancar atau surfing. Kayu Balsa adalah material favorit untuk pembuatan
papan surfing ini, disamping juga penggunaan foam dan PolyUrethane. Berbagai kelebihan
dan kekurangan surfing board dari kayu balsa akan saya tulis pada artikel berikutnya...
Core Composite...
Percayakah anda bila saya mengatakan bahwa balsa tebal 12 mm bisa setara dengan 3 mm
plat baja??? Wow, anda seharusnya percaya, dengan teknik sandwich composite, kayu balsa
dengan tebal 12 mm mempunyai kekuatan sama dengan baja 3 mm. Balsa core composite ini
digunakan dalam hal industri perkapalan (Boat Builder), Kendaraan Berat Ringan (Low
Weight Vehicle), aerospace industry, walaupun untuk aerospace sekarang lebih menggunakan
PP HoneyComb sebagai core comopositenya.
Artificial Lure, atau umpan buatan dibuat dengan menggunakan kayu balsa karena beratnya
yang ringan dan mudah untuk dibentuk menyerupai umpan asli seperti ikan kecil, katak,
serangga.
Sangat mudah dibentuk, bahkan anda hanya memerlukan sebuah pisau cutter untuk dapat
mengukir menggunakan kayu balsa. Bentuk-bentuk yang indah, dapat dengan mudah anda
ciptakan menggunakan kayu balsa ini.
Sebenarnya masih banyak lagi penggunaa kayu balsa ini, tetapi untuk artikel kali ini saya
tuliskan penggunaan kayu balsa yang sudah sangat familiar atau sangat umum. Anda ingin
mencoba???
Pemerintah memberikan kategori tanaman rimba untuk tanaman balsa, pembatasan ukuran
yang diperbolehkan untuk ekspor, Tata usaha pengangkutan yang mengharuskan
menggunakan FAKO daripada menggunakan nota angkut seperti halnya yang sudah
diberlakukan pada tanaman kayu lain seperti falcata, menjadi beberapa tantangan tersendiri
bagi para pengusaha kayu balsa ini.
Lain dari itu, pangsa pasar internasional masih membutuhkan sangat banyak kayu balsa ini,
daur hidup yang cepat, berat yang ringan, kekuatan yang mengagumkan menjadikan balsa
sebagai kayu idola masa depan. Jadi, saya undang anda untuk memulai menanam pohon balsa
hari ini, karena peluang untuk meraup keuntungan dari penanaman kayu balsa ini masih
sangatlah besar...
Bagaimana mereka akan meneliti kalau belum pernah mendengar, melihat, apalagi
menyentuh jenis kayu balsa.
Padahal penggunaan atau aplikasi suatu material tentunya didukung oleh sejauh mana
sumbang sih akademisi, ilmuwan, peneliti, profesor atau apalah dalam meneliti material
tersebut. Misalnya dahulu sengon digunakan oleh sebagian besar industri pulp tetapi karena
penelitian menemukan jenis lain yang lebih efisien yaitu akasia dan eucalyptus maka
pemakaian kayu sengon menjadi berkurang dan akhirnya hilang.
Sibalsa.com ingin mengajak kalangan akademisi mengenal kayu balsa indonesia lebih dalam.
Kenal dulu baru bisa mencintai, betul? Sebagai pionir dalam balsa manufacture di Indonesia
kami mensuport segala macam penelitian mengenai kayu balsa, baik dari sisi mechanical
properties, silvikultur, maupun sosial ekonomi nya.
Tulisan ini sengaja sibalsa buat sebagai pengantar atau katakanlah umpan sekiranya ada yang
tertarik, syukur bisa dijadikan bahan referensi walaupun tidak 100% ilmiah. Urusan yang
ilmiah tugas akademisi lah.
Ada seorang mahasiswa dan dosen Kehutanan, jurusan Teknologi Hasil Hutan dari
Universitas Gadjah Mada Fakultas Kehutanan UGM mencoba penelitian awal mengenai kayu
balsa. Dengan mengambil sampel kayu balsa dari Lumajang, Jawa Timur dan ingin
menemukan variasi dalam pohon sifat fisika dan mekanika kayu balsa.
Sifat fisika meliputi kadar air atau MC pada kondisi basah, air dry, dan oven dry (KD).
Kemudian dihitung density pada tiap kondisi tersebut. Selain itu penyusutan dari arah
tangensial, radial, dan longitudinal serta penyusutan volume dari kondisi basah sampai oven
dry juga bisa dihitung.
Sifat mekanika yang ditampilkan meliputi MOE, MOR, kekerasan, kekuatan geser sejajar
serat, daya tekan sejajar serat dan berlawanan serat semua juga dihitung. Ini adalah penelitian
dasar yang masih perlu dikembangkan. Penelitian ini diambil tahun 2013. Untuk abstract nya
bisa Anda lihat disini
Pada tahun 1956 oleh Laboratorium Riset Wood forest Product, Madison sudah melakukan
penelitian pembandingan antara kayu balsa dan kayu Quipo. Penelitian ini diambil karena
mereka melihat bahwa dunia transportasi akan berkembang pesat. Transportasi akan
membutuhkan bahan material yang ringan tetapi kuat. Kayu Balsa adalah idola yang
difavoritkan semenjak ditemukannya teknologi sandwich composite. Karena supply kayu
balsa dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan transportasi maka mereka mencoba
mencari jenis kayu lain, yaitu Quipo.
Sementara Indonesia masih meneliti balsa pada tingkat awal/dasar, negara lain sudah
memikirkan alternatif pengganti dan pelengkap balsa sejak tahun 1956. Ruar biasa...
Mereka menghitung engineering properties balsa wood secara mendetail. Data ini semoga
bisa dijadikan bahan pelajaran untuk engineering Indonesia. Sifat mekanika yang dihitung
yaitu :
Auszac Australia, manufactur balsa memberikan hasil uji kayu balsanya sebagai berikut
Semoga sedikit info diatas bisa mengenalkan kita terhadap kayu balsa. Setelah kenal mari
kita meneliti lebih dalam. Mengapa balsa bisa dipakai untuk menggantikan jembatan beton di
Swiss, US, dan Belanda. Mengapa balsa dipakai untuk mobil sport premium sekelas porsche
dan ferrari, dibuat Kereta Api super cepat di New York, kapal-kapal pesiar. Dan
Aeromodelling sebenarnya hanyalah kurang 10% dari pemanfaatan balsa untuk hobby.
Anda tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai kayu balsa, kami sibalsa.com siap
membantu
Modulus Young
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Karet merupakan suatu bahan dengan nilai modulus Young yang sangat rendah.
Modulus Young, disebut juga dengan modulus tarik (bahasa Inggris: tensile modulus atau
elastic modulus), adalah ukuran kekakuan suatu bahan elastis yang merupakan ciri dari suatu
bahan. Modulus Young didefinisikan sebagai rasio tegangan dalam sistem koordinat
Kartesius terhadap regangan sepanjang aksis pada jangkauan tegangan di mana hukum
Hooke berlaku.[1] Dalam mekanika benda padat, kemiringan (slope) pada kurva tegangan-
regangan pada titik tertentu disebut dengan modulus tangen. Modulus tangen dari kemiringan
linear awal disebut dengan modulus Young. Nilai modulus Young bisa didapatkan dalam
eksperimen menggunakan uji kekuatan tarik dari suatu bahan. Pada bahan anisotropis,
modulus Young dapat memiliki nilai yang berbeda tergantung pada arah di mana bahan
diaplikasikan terhadap struktur bahan.
Modulus Young adalah penggambaran modulus elastis yang paling umum. Modulus elastis
yang lainnya adalah modulus kompresi (bulk modulus) dan modulus geser (shear modulus).
Modulus Young dinamai berdasarkan ilmuwan Inggris abad ke 19, Thomas Young. Namun
konsep yang sama dikembangkan terlebih dahulu oleh Leonhard Euler pada tahun 1727, dan
eksperimen pertama yang memanfaatkan konsep yang sama dengan modulus Young
dilakukan oleh Giordano Riccati pada tahun 1782.[2]
Daftar isi
1 Lihat pula
2 Referensi
3 Pustaka
4 Pranala luar
Lihat pula
Defleksi (teknik)
Deformasi (teknik)
Kekerasan (mekanika)
Hukum Hooke
Modulus geser
Kekakuan tekuk
Metode eksitasi impuls
Kekakuan
Daftar sifat bahan
Referensi
1. ^ IUPAC. Compendium of Chemical Terminology, 2nd ed. Diakses tanggal ..
2. ^ The Rational Mechanics of Flexible or Elastic Bodies, 1638–1788:
Introduction to Leonhardi Euleri Opera Omnia, vol. X and XI, Seriei Secundae. Orell
Fussli.
Pustaka
ASTM E 111, "Standard Test Method for Young's Modulus, Tangent Modulus, and
Chord Modulus," [1]
The ASM Handbook (various volumes) contains Young's Modulus for various
materials and information on calculations. Online version (perlu langganan)
Modulus geser
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Modulus geser
Shear modulus
Simbol umum G
Satuan SI pascal
Turunan dari
G=τ/γ
besaran lainnya
Shear strain
Modulus geser (bahasa Inggris: shear modulus atau modulus of rigidity) dalam sains bahan,
dilambangkan dengan G, atau kadangkala S atau μ, didefinisikan sebagai rasio tegangan geser
terhadap regangan geser:[1]
di mana
= tegangan geser;
Satuan turunan SI modulus geser adalah pascal (Pa), meskipun biasanya dinyatakan dalam
gigapascal (GPa) atau dalam ribuan pounds per square inch (ksi). Bentuk dimensional adalah
M1L−1T−2.
Daftar isi
1 Penjelasan
2 Gelombang
Tembaga[4] 44,7
Modulus geser adalah satu dari beberapa kuantitas untuk
pengukuran kekakuan suatu bahan. Semuanya bermula dari Titanium[3] 41,4
generalisasi Hukum Hooke:
Kaca[3] 26,2
Modulus Young menyatakan respons suatu bahan
[3]
terhadap tegangan linear (seperti menarik ujung suatu Aluminium 25,5
kawat atau meletakkan suatu berat di atas sebuah tiang),
Modulus kompresi menyatakan respons suatu bahan Polietilena[3] 0,117
terhadap tekanan uniform (seperti tekanan pada dasar
Karet[5] 0,0006
samudra atau kolam renang yang dalam)
Modulus geser menyatakan respons suatu bahan terhadap tegangan geser (seperti
memotong sesuatu dengan gunting yang tumpul).
Gelombang
Berkas:SpiderGraph ShearModulus.GIF
Pengaruh penambahan komponen kaca tertentu pada modulus geser suatu kaca dasar. [6]
Dalam benda padat homogene dan isotropik, ada dua jenis gelombang, gelombang tekanan
dan gelombang geser. Kecepatan suatu gelombang geser, , dikontrol modulus geser,
di mana
Modulus geser logam biasanya diamati menurun seiring dengan naiknya suhu. Pada tekanan
tinggi, modulus geser nampaknya juga meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan yang
diberikan. Korelasi antara titik leleh, energi pembentukan vakansi, dan modulus geser telah
diamati pada banyak logam.[9]
Ada beberapa model yang mencoba meramalkan modulus geser logam (dan juga alloy).
Model-model modulus geser yang sudah digunakan dalam komputasi aliran plastik termasuk:
1. Model modulus geser MTS yang dikembangkan oleh [10] dan digunakan dalam hubungan
dengan model tegangan aliran plastik "Mechanical Threshold Stress" (MTS). [11][12]
2. Model modulus geser "Steinberg-Cochran-Guinan" (SCG) yang dikembangkan oleh [13] dan
digunakan dalam hubungan dengan model tegangan aliran "Steinberg-Cochran-Guinan-
Lund" (SCGL).
3. Model modulus geser "Nadal and LePoac" (NP) [8] yang menggunakan teori Lindemann untuk
menentukan ketergantungan akan suhu dan model SCG untuk ketergantungan akan tekanan
dari modulus geser.
di mana µ0 adalah modulus geser pada suhu 0 K, dan D serta T0 adalah konstanta-konstanta
bahan.
Model modulus geser SCG
di mana, µ0 adalah modulus geser pada status referensi (reference state; T = 300 K, p = 0, η =
1), p adalah tekanan , dan T adalah suhu.
Model modulus geser Nadal-Le Poac (NP) adalah suatu versi modifikasi model SCG.
Ketergantungan modulus geser secara empiris terhadap suhu pada SCG model digantikan
dengan suatu persamaan yang berdasarkan pada teori peleburan Lindemann. Model modulus
geser NP mempunyai bentuk:
di mana
dan µ0 adalah modulus geser pada suhu 0 K dan tekanan lingkungan, ζ adalah paramater
bahan, kb adalah konstanta Boltzmann, m adalah massa atom, dan f adalah konstanta
Lindemann.
Lihat pula
Modulus Young
Tegangan geser
Referensi
1. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, 2nd ed. (the "Gold Book") (1997).
Online corrected version: (2006–) "shear modulus, G".
2. ^ McSkimin, H.J.; Andreatch, P. (1972). "Elastic Moduli of Diamond as a Function of
Pressure and Temperature". J. Appl. Phys. 43 (7): 2944–2948. Bibcode:1972JAP....43.2944M.
doi:10.1063/1.1661636.
5. ^ Spanos, Pete (2003). "Cure system effect on low temperature dynamic shear
modulus of natural rubber". Rubber World.
7. ^ Overton, W.; Gaffney, John (1955). "Temperature Variation of the Elastic Constants
of Cubic Elements. I. Copper". Physical Review 98 (4): 969. Bibcode:1955PhRv...98..969O.
doi:10.1103/PhysRev.98.969.
8. ^ a b Nadal, Marie-Hélène; Le Poac, Philippe (2003). "Continuous model for the shear
modulus as a function of pressure and temperature up to the melting point: Analysis and
ultrasonic validation". Journal of Applied Physics 93 (5): 2472. Bibcode:2003JAP....93.2472N.
doi:10.1063/1.1539913.
11. ^ Chen, Shuh Rong; Gray, George T. (1996). "Constitutive behavior of tantalum and
tantalum-tungsten alloys". Metallurgical and Materials Transactions A 27 (10): 2994.
Bibcode:1996MMTA...27.2994C. doi:10.1007/BF02663849.
12. ^ Goto, D. M.; Garrett, R. K.; Bingert, J. F.; Chen, S. R.; Gray, G. T. (2000). "The
mechanical threshold stress constitutive-strength model description of HY-100 steel".
Metallurgical and Materials Transactions A 31 (8): 1985–1996. doi:10.1007/s11661-000-
0226-8.
Hukum Hooke
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hukum Hooke untuk pegas yang bergerak secara vertikal
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang
terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara
proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya,
atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
di mana
Pranala luar
Bandul dan Hukum Hooke
Java Applet dari Hukum Hooke
Deformasi (teknik)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Stress tekan menyebabkan deformasi dimana benda akan memendekkan objek dari atas
namun akan meregangkan sampingnya.
Dalam ilmu material, deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran dari sebuah objek
karena
Sebuah diterapkan gaya (energi deformasi dalam hal ini ditransfer melalui kerja) atau
Perubahan suhu (energi deformasi dalam hal ini ditransfer melalui panas).
Kasus pertama dapat menjadi akibat dari kekuatan tarik, kekuatan tekan, geser, lipatan atau
torsi (memutar).
Dalam kasus kedua, faktor yang paling signifikan, yang utamanya ditentukan oleh suhu
adalah pergerakan cacat struktural seperti adanya batas butir (grain boundaries), titik
kekosongan, garis dan dislokasi ulir, salah susun dan ganda pada padatan kristal dan non-
kristal. Pergerakan atau perpindahan cacat seperti ini diaktifkan secara termal dan dengan
demikian dibatasi oleh laju difusi atom. [1][2]
Ketika deformasi terjadi, gaya internal antar-molekul muncul melawan gaya yang diberikan.
Jika gaya yang diberikan tidak terlalu besar maka kekuatan ini mungkin cukup untuk
melawan gaya yang diberikan, yang memungkinkan objek untuk mencapai keadaan
setimbang baru dan kembali ke kondisi semula ketika beban akan dihapus. Jika gaya yang
lebih besar diberikan maka dapat menyebabkan deformasi permanen dari objek atau bahkan
menyebabkan kegagalan struktural.
Referensi
1. ^ Davidge, R.W., Mechanical Behavior of Ceramics, Cambridge Solid State
Science Series, Eds. Clarke, D.R., et al. (1979)
2. ^ Zarzycki, J., Glasses and the Vitreous State, Cambridge Solid State
Science Series, Eds. Clarke, D.R., et al.(1991)
Poisson's ratio
From Wikipedia, the free encyclopedia
Poisson's ratio, named after Siméon Poisson, also known as the coefficient of expansion on
the transverse axial, is the negative ratio of transverse to axial strain. When a material is
compressed in one direction, it usually tends to expand in the other two directions
perpendicular to the direction of compression. This phenomenon is called the Poisson effect.
Poisson's ratio (nu) is a measure of this effect. The Poisson ratio is the fraction (or percent)
of expansion divided by the fraction (or percent) of compression, for small values of these
changes.
Conversely, if the material is stretched rather than compressed, it usually tends to contract in
the directions transverse to the direction of stretching. This is a common observation when a
rubber band is stretched, when it becomes noticeably thinner. Again, the Poisson ratio will be
the ratio of relative contraction to relative expansion, and will have the same value as above.
In certain rare cases, a material will actually shrink in the transverse direction when
compressed (or expand when stretched) which will yield a negative value of the Poisson
ratio.
The Poisson's ratio of a stable, isotropic, linear elastic material cannot be less than −1.0 nor
greater than 0.5 due to the requirement that Young's modulus, the shear modulus and bulk
modulus have positive values.[1] Most materials have Poisson's ratio values ranging between
0.0 and 0.5. A perfectly incompressible material deformed elastically at small strains would
have a Poisson's ratio of exactly 0.5. Most steels and rigid polymers when used within their
design limits (before yield) exhibit values of about 0.3, increasing to 0.5 for post-yield
deformation which occurs largely at constant volume.[2] Rubber has a Poisson ratio of nearly
0.5. Cork's Poisson ratio is close to 0: showing very little lateral expansion when compressed.
Some materials, mostly polymer foams, and materials with special geometries such as zigzag-
based materials[3] can have a negative Poisson's ratio; if these auxetic materials are stretched
in one direction, they become thicker in perpendicular direction. Some anisotropic materials,
such as zigzag-based folded sheet materials,[3] have one or more Poisson's ratios above 0.5 in
some directions.
Assuming that the material is stretched or compressed along the axial direction (the x axis in
the below diagram):
where
Contents
1 Length change
2 Volumetric change
3 Width change
4 Isotropic materials
5 Orthotropic materials
6 Transversely isotropic materials
7 Poisson's ratio values for different materials
o 7.1 Negative Poisson's ratio materials
Length change
Figure 1: A cube with sides of length L of an isotropic linearly elastic material subject to
tension along the x axis, with a Poisson's ratio of 0.5. The green cube is unstrained, the red is
expanded in the x direction by due to tension, and contracted in the y and z directions by
.
For a cube stretched in the x-direction (see figure 1) with a length increase of in the x
direction, and a length decrease of in the y and z directions, the infinitesimal diagonal
strains are given by
Integrating these expressions and using the definition of Poisson's ratio gives
and for very small values of and , the first-order approximation yields:
Width change
Figure 2: Comparison between the two formulas, one for small deformations, another for
large deformations
If a rod with diameter (or width, or thickness) d and length L is subject to tension so that its
length will change by ΔL then its diameter d will change by:
The above formula is true only in the case of small deformations; if deformations are large
then the following (more precise) formula can be used:
where
is original diameter
is rod diameter change
is Poisson's ratio
is original length, before stretch
is the change of length.
Isotropic materials
For a linear isotropic material subjected only to compressive (i.e. normal) forces, the
deformation of a material in the direction of one axis will produce a deformation of the
material along the other axis in three dimensions. Thus it is possible to generalize Hooke's
Law (for compressive forces) into three dimensions:
where:
In the most general case, also shear stresses will hold as well as normal stresses, and the full
generalization of Hooke's law is given by:
where is the Kronecker delta. The Einstein sum convention is usually adopted:
Orthotropic materials
Main article: Orthotropic material
For orthotropic materials such as wood, Hooke's law can be expressed in matrix form as[6][7]
where
The Poisson's ratio of an orthotropic material is different in each direction (x, y and z).
However, the symmetry of the stress and strain tensors implies that not all the six Poisson's
ratios in the equation are independent. There are only nine independent material properties;
three elastic moduli, three shear moduli, and three Poisson's ratios. The remaining three
Poisson's ratios can be obtained from the relations
From the above relations we can see that if then . The larger Poisson's
ratio (in this case ) is called the major Poisson's ratio while the smaller one (in this case
) is called the minor Poisson's ratio. We can find similar relations between the other
Poisson's ratios.
Therefore, there are five independent elastic material properties two of which are Poisson's
ratios. For the assumed plane of symmetry, the larger of and is the major Poisson's
ratio. The other major and minor Poisson's ratios are equal.
Influences of selected glass component additions on Poisson's ratio of a specific base glass.[9]
Material Poisson's ratio
rubber 0.4999 [5]
gold 0.42–0.44
saturated clay 0.40–0.49
magnesium 0.252-0.289
Material Poisson's ratio
titanium 0.265-0.34
copper 0.33
aluminium-alloy 0.32
clay 0.30–0.45
stainless steel 0.30–0.31
steel 0.27–0.30
cast iron 0.21–0.26
sand 0.20–0.45
concrete 0.1-0.2
glass 0.18–0.3
foam 0.10–0.50
cork 0.0
Some materials known as auxetic materials display a negative Poisson’s ratio. When
subjected to positive strain in a longitudinal axis, the transverse strain in the material will
actually be positive (i.e. it would increase the cross sectional area). For these materials, it is
usually due to uniquely oriented, hinged molecular bonds. In order for these bonds to stretch
in the longitudinal direction, the hinges must ‘open’ in the transverse direction, effectively
exhibiting a positive strain.[10] This can also be done in a structured way and lead to new
aspects in material design as for mechanical metamaterials.
Another area of application for Poisson's effect is in the realm of structural geology. Rocks,
like most materials, are subject to Poisson's effect while under stress. In a geological
timescale, excessive erosion or sedimentation of Earth's crust can either create or remove
large vertical stresses upon the underlying rock. This rock will expand or contract in the
vertical direction as a direct result of the applied stress, and it will also deform in the
horizontal direction as a result of Poisson's effect. This change in strain in the horizontal
direction can affect or form joints and dormant stresses in the rock.[11]
The use of cork as a stopper for wine bottles is due to cork having a Poisson ratio of
practically zero, so that, as the cork is inserted into the bottle, the upper part which is not yet
inserted does not expand in diameter as it is compressed axially. The force needed to insert a
cork into a bottle arises only from the friction between the cork and the bottle due to the
radial compression of the cork. If the stopper were made of rubber, for example, (with a
Poisson ratio of about 1/2), there would be a relatively large additional force required to
overcome the radial expansion of the upper part of the rubber stopper.
See also
3-D elasticity
Hooke's Law
Impulse excitation technique
Orthotropic material
Shear modulus
Young's modulus
Coefficient of thermal expansion
References
1.
H. GERCEK; “Poisson's ratio values for rocks”; International Journal of Rock Mechanics
and Mining Sciences; Elsevier; January 2007; 44 (1): pp. 1–13
Park, RJT. Seismic Performance of Steel-Encased Concrete Piles
Eidini, Maryam; Paulino, Glaucio H. (2015). "Unraveling metamaterial properties in
zigzag-base folded sheets". Science Advances 1 (8): e1500224. doi:10.1126/sciadv.1500224.
ISSN 2375-2548.
http://arxiv.org/ftp/arxiv/papers/1204/1204.3859.pdf - Limits to Poisson’s ratio in
isotropic materials – general result for arbitrary deformation.
http://polymerphysics.net/pdf/PhysRevB_80_132104_09.pdf
Boresi, A. P, Schmidt, R. J. and Sidebottom, O. M., 1993, Advanced Mechanics of
Materials, Wiley.
Lekhnitskii, SG., (1963), Theory of elasticity of an anisotropic elastic body, Holden-
Day Inc.
Tan, S. C., 1994, Stress Concentrations in Laminated Composites, Technomic
Publishing Company, Lancaster, PA.
Poisson's ratio calculation of glasses
Negative Poisson's ratio
11. http://www.geosc.psu.edu/~engelder/geosc465/lect18.rtf
External links
Meaning of Poisson's ratio
Negative Poisson's ratio materials
More on negative Poisson's ratio materials (auxetic)
[hide]
v
t
e
Shear modulus ( )
Poisson's ratio ( )
P-wave modulus ( )
[hide]Conversion formulas
Homogeneous isotropic linear elastic materials have their elastic properties uniquely determined by any two
moduli among these; thus, given any two, any other of the elastic moduli can be calculated according to these
formulas.
Notes
Categories:
Elasticity (physics)
Physical quantities
Dimensionless numbers
Materials science
Ratios
Mechanics
Solid mechanics
Shear modulus
From Wikipedia, the free encyclopedia
Shear modulus
Common symbols G
SI unit pascal
Derivations from
G=τ/γ
other quantities
Shear strain
= shear stress;
Shear modulus' derived SI unit is the pascal (Pa), although it is usually expressed in
gigapascals (GPa) or in thousands of pounds per square inch (ksi). Its dimensional form is
M1L−1T−2.
Contents
1 Explanation
2 Waves
Polyethylene[3] 0.117
Rubber[6] 0.0006
stress (like pulling on the ends of a wire or putting a weight on top of a column, with the wire
getting longer and the column losing height),
the Poisson's ratio ν describes the response in the directions orthogonal to this uniaxial
stress (the wire getting thinner and the column thicker),
the bulk modulus K describes the material's response to (uniform) hydrostatic pressure (like
the pressure at the bottom of the ocean or a deep swimming pool),
the shear modulus G describes the material's response to shear stress (like cutting it with
dull scissors).
For isotropic materials these moduli are not independent, and are connected via the
equations .
The shear modulus is concerned with the deformation of a solid when it experiences a force
parallel to one of its surfaces while its opposite face experiences an opposing force (such as
friction). In the case of an object that's shaped like a rectangular prism, it will deform into a
parallelepiped. Anisotropic materials such as wood, paper and also essentially all single
crystals exhibit differing material response to stress or strain when tested in different
directions. In this case one may need to use the full tensor-expression of the elastic constants,
rather than a single scalar value.
One possible definition of a fluid would be a material with zero shear modulus.
Waves
Influences of selected glass component additions on the shear modulus of a specific base glass. [7]
In homogeneous and isotropic solids, there are two kinds of waves, pressure waves and shear
waves. The velocity of a shear wave, is controlled by the shear modulus,
where
Shear modulus of copper as a function of temperature. The experimental data [8][9] are shown with
colored symbols.
The shear modulus of metals is usually observed to decrease with increasing temperature. At
high pressures, the shear modulus also appears to increase with the applied pressure.
Correlations between the melting temperature, vacancy formation energy, and the shear
modulus have been observed in many metals.[10]
Several models exist that attempt to predict the shear modulus of metals (and possibly that of
alloys). Shear modulus models that have been used in plastic flow computations include:
1. the MTS shear modulus model developed by [11] and used in conjunction with the Mechanical
Threshold Stress (MTS) plastic flow stress model. [12][13]
2. the Steinberg-Cochran-Guinan (SCG) shear modulus model developed by [14] and used in
conjunction with the Steinberg-Cochran-Guinan-Lund (SCGL) flow stress model.
3. the Nadal and LePoac (NP) shear modulus model [9] that uses Lindemann theory to determine
the temperature dependence and the SCG model for pressure dependence of the shear
modulus.
The Steinberg-Cochran-Guinan (SCG) shear modulus model is pressure dependent and has
the form
where, µ0 is the shear modulus at the reference state (T = 300 K, p = 0, η = 1), p is the
pressure, and T is the temperature.
The Nadal-Le Poac (NP) shear modulus model is a modified version of the SCG model. The
empirical temperature dependence of the shear modulus in the SCG model is replaced with an
equation based on Lindemann melting theory. The NP shear modulus model has the form:
where
and µ0 is the shear modulus at 0 K and ambient pressure, ζ is a material parameter, kb is the
Boltzmann constant, m is the atomic mass, and f is the Lindemann constant.
See also
Shear strength
Dynamic modulus
References
1.
IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, 2nd ed. (the "Gold Book") (1997). Online corrected
version: (2006–) "shear modulus, G".
McSkimin, H.J.; Andreatch, P. (1972). "Elastic Moduli of Diamond as a Function of Pressure and
Temperature". J. Appl. Phys. 43 (7): 2944–2948. Bibcode:1972JAP....43.2944M.
doi:10.1063/1.1661636.
Crandall, Dahl, Lardner (1959). An Introduction to the Mechanics of Solids. Boston: McGraw-Hill.
ISBN 0-07-013441-3.
Material properties
Rayne, J.A. (1961). "Elastic constants of Iron from 4.2 to 300 ° K". Physical Review 122 (6): 1714.
Bibcode:1961PhRv...122.1714. doi:10.1103/PhysRev.122.1714.
Spanos, Pete (2003). "Cure system effect on low temperature dynamic shear modulus of natural
rubber". Rubber World.
Overton, W.; Gaffney, John (1955). "Temperature Variation of the Elastic Constants of Cubic
Elements. I. Copper". Physical Review 98 (4): 969. Bibcode:1955PhRv...98..969O.
doi:10.1103/PhysRev.98.969.
Nadal, Marie-Hélène; Le Poac, Philippe (2003). "Continuous model for the shear modulus as a
function of pressure and temperature up to the melting point: Analysis and ultrasonic validation".
Journal of Applied Physics 93 (5): 2472. Bibcode:2003JAP....93.2472N. doi:10.1063/1.1539913.
March, N. H., (1996), Electron Correlation in Molecules and Condensed Phases, Springer, ISBN 0-
306-44844-0 p. 363
Varshni, Y. (1970). "Temperature Dependence of the Elastic Constants". Physical Review B 2 (10):
3952. Bibcode:1970PhRvB...2.3952V. doi:10.1103/PhysRevB.2.3952.
Chen, Shuh Rong; Gray, George T. (1996). "Constitutive behavior of tantalum and tantalum-
tungsten alloys". Metallurgical and Materials Transactions A 27 (10): 2994.
Bibcode:1996MMTA...27.2994C. doi:10.1007/BF02663849.
Goto, D. M.; Garrett, R. K.; Bingert, J. F.; Chen, S. R.; Gray, G. T. (2000). "The mechanical
threshold stress constitutive-strength model description of HY-100 steel". Metallurgical and Materials
Transactions A 31 (8): 1985–1996. doi:10.1007/s11661-000-0226-8.
[hide]
v
t
e
Elastic moduli for homogeneous isotropic materials
Bulk modulus ( )
Young's modulus ( )
Shear modulus ( )
Poisson's ratio ( )
P-wave modulus ( )
[hide]Conversion formulas
Homogeneous isotropic linear elastic materials have their elastic properties uniquely determined by any two
moduli among these; thus, given any two, any other of the elastic moduli can be calculated according to these
formulas.
Notes
Struktur Balsa End Grain secara mikroskopik menyerupai struktur honey comb. Sehingga
merupakan subtitusi material core terbaik untuk composite Anda ketika bahan honey comb
dan PVC foam yang harganya selangit.
Sibalsa ECore memberikan harga terbaik untuk kualitas terbaik untuk memenuhi kebutuhan
Anda dalam industri kapal boat, marine transportation, car building, dan segala industri
composite. Sandwich composite adalah terobosan teknologi yang lebih ramah lingkungan
dengan menggunakan core balsa wood daripada bahan core lainnya.
Specification :
Grade A (Available also Grade B)
MC 12%
Density
Available Size
25 x 600 or 1220 x 1220 or 2440 mm
Core Sibalsa tersedia dalam empat pilihan, yaitu rigid panel, flexible panel X, flexible panel
XY, dan FCore.
ECore Rigid Panel adalah end grain balsa berupa lembaran untuk konstruksi interior maupun
eksterior kapal boat dengan bidang flat/datar. Penampakan end grain dan serat kayunya
merupakan keindahan dari ECore.
ECore Flexible Panel X adalah panel end grain balsa yang bisa dilipat mengikuti kontour
sumbu X. Sedangkan ECore flexible Panel XY lebih flexible karena dapat dilipat mengkuti
kontour sumbu X dan Y. Lapisan belakang menggunakan fibre mat untuk menyatukan setiap
panel balsa yang berukuran 50x50 mm.
FCore adalah penampakan long grain panel balsa. Dibuat untuk memenuhi kebutuhan Anda
terhadap rangka-rangka cetakan fibre daripada menggunakan multipleks.
Produk Engineered door dari sibalsa terbuat dari kayu keras meranti, plywood/teak wood, dan
solid wood untuk core.
Dengan harga sangat terjangkau, Sibalsa™ ENGINEERED DOOR merupakan pilihan yang
tepat untuk proyek perumahan menengah ke bawah.
Jembatan Rangka Batang terdiri dari dua rangka bidang utama yang diikat bersama dengan
balok-balok melintang dan pengaku lateral. Rangka batang pada umumnya dipakai sebagai
struktur pengaku untuk jembatan gantung konvensional, karena memiliki kemampuan untuk
dilalui angin (aerodinamis) yang baik. Beratnya yang relatif ringan merupakan keuntungan
dalam pembangunannya, dimana jembatan bisa dirakit bagian demi bagian. Jembatan ini
juga ekonomis untuk dibangun karena penggunaan bahan atau material yang efisien.
Semua rangka batang dapat menahan beban-beban yang bekerja dalam bidang rangkanya.
Akan terjadi gaya tarik mapun tekan ditiap-tiap batang jika terdapat beban.
View Isometri
1. Allan Truss
Allan Truss dirancang oleh Percy Allan. Sebagai contoh Hampden Bridge ( Waga-waga),
New South Wales, Australia, yang merupakan proyek pertama dari jembatan truss Allan,
pada awalnya dirancang sebagai jembatan baja.
Untuk mengurangi biaya, jebatan ini dibuat dengan kayu. Dalam desainnya, Allan
menggunakan ironbark Australia untuk kekuatannya. Sebuah jembatan yang sama juga
yang dirancang oleh Percy Allen adalah Jembatan Victoria di Prince Street Picton, New
South Wales. Juga dibangun dari ironbark, jembatan ini masih digunakan sampai sekarang
untuk pejalan kaki dan lalu lintas ringan.
Hampden Bridge
2. Bailey Bridge
Bailey Bridge dibangun di atas Sungai Meurthe, Perancis , yang Dirancang untuk
penggunaan militer. Elemen prefabrikasi dan rangka batang standar dapat dengan mudah
dikombinasikan dalam berbagai konfigurasi untuk beradaptasi dengan kebutuhan di lokasi.
Dalam gambar dibawah dapat diperhatikan penggunaan prefabrications dua kali lipat untuk
beradaptasi dengan rentang dan persyaratan beban.
Bailey Bridge
Lattice Truss merupakan sebuah jenis jembatan tertutup. sebagian besar jembatan ini
menggunakan elemen ringan, sehingga dapat meringankan tugas konstruksi. Elemen Truss
biasanya bisa dari kayu, besi, atau baja.
Lattice Truss
4. Fink Truss
Fink Truss t dirancang oleh Albert Fink dari Jerman pada 1860-an. Jenis jembatan ini
dipopulerkan pada Jalan rel Baltimore dan Ohio.
5. Pratt truss
Pratt Truss memiliki anggota batang berbentuk vertikal dan diagonal yang melandai turun ke
arah tengah, kebalikan dari truss Howe. Model ini dapat dibagi lagi dengan menciptakan
pola yang berbentuk Y dan K .Truss Pratt diciptakan pada tahun 1844 oleh Thomas dan
Kaleb Pratt. Truss Ini praktis untuk digunakan dengan rentang hingga 250 kaki dan
merupakan konfigurasi umum untuk jembatan kereta api. Berikut ini contoh design Pratt
Truss .
Waddell truss
Tipe jembatan ini dipatenkan oleh James Warren dan Willooughby Theobald Monzani pada
tahun 1848 di Britaniya raya.Tipe jembatan ini tidak memiliki batang vertikal pada bentuk
rangkanya melainkan bentuk segitiga sama kaki atau sama sisi. Sebagian batang
diagonalnya mengalami gaya tekan (compression) dan sebagian lainnya mengalami
tegangan tarik (Tension).
Contoh jembatan dengan tipe Warren adalah Anderson Hill RoadBridge, Adams County,
Ohio, Amerika Serikat. Dibangun padatahun 1921 dan direhab pada tahun 2007, jembatan
ini memiliki panjang total 91,9 feet dan lebar 15,1 feet.Rata–rata dilalui oleh400 kendaraan
dalam satu harinya.