Disusun Oleh :
Kelompok 1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karna berkat rahmat dan
karunia_NYA lah penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul SEMINAR AWAL
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DI RUANG BEDAH RSUD
PELEMBANG BARI TAHUN 2018
Laporan ini di susun sebagai salah satu laporan Praktek Klinik S1 keperawatan
dan dalam kesempatan ini kami melakukan pengkajian data di ruamg bedah RSUD
palembang BARI penyusunan laporan ini tidak lepas dari partisipasi pihak yang telah ikut
serta memberikan masukan saran dan bimbingan sehingga maklah ini dpat di selesaikan.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menuampaikan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. dr .Hj. Makiani, SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
2. dr. M. Ayus Astoni, Sp. PD.K-GEH, FINASIM, MARS, sebagai Wakil Direktur
Pelayanan Rumah Sakit Palembang BARI.
3. dr. Syarifah Farida, M.Kes sebagai Ka. Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
4. Dr. Hadi Asyik, SpA sebagai Ketua Komite Medika Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
5. Ibu Mewi Andriani SKM.,M.Kes Sebagai Kabid Penujang Medis Dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah BARI.
6. Ibu Rizka Primanda SKM sebagai Ka. Seksi Diklat dan Litbang Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
7. Ibu Masrianah, S.Kep.,Ns., M.kes sebagai Kabid Kerawatan Rumah Sakit Umum
Palembang BARI.
8. Ibu Diana Novita Sari, S.Kep,Ns Sebagai Kepala Ruangan Ruang BEDAH
Rumah Sakit Umum Palembang BARI.
9. Ibu Nove Sadriah, S.Kep,Ns Sebagai Pembimbing Klinik Di Rumah Sakit Umum
Palembang BARI.
10. Ibu Anggi Pratiwi, S.Kep,Ns,M.Kep Sebagai Ketua Program Studi Keperawatan
STIKes Binahusada Palembang.
11. Ibu Anggi Pratiwi, S.Kep,Ns,M.Kep Sebagai Pembimbing Akademik STIKes
Binahusada Palembang.
12. Semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah Seminar Praktik Klinik ini
dapat Penulis Selesaikan.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banayak
kekurangan yang ada dalam makalah in, untuk itu penulis sangat mengharapkan
segenap kritik dan saran yang bersipat mendidik dan membanmgun guna
kemajuan lebih baik pada laporan berikutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas
bimbingan dan bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akirnya penulis
mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.3 Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
1) Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan
gedung poliklinik/puskesmas panca usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan
SK Depkes nomor 1326/ Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C
3) Kepmenkes RI Nomor; HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status akreditasi
penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 7 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status Akreditasi
penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 5 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomor: 241/MENKES/SK/IV/ 2009 tentang peningkatan kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 2 April
2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang penetapan RSUD
Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola pengolaan
keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status Akreditasi Lulus Tingkat Lengkap kepada
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012.
8) Telah terakreditasi tingkat paripurna : Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor :
KARS/SERT/99/IV/2015 Tanggal 2 April 2015
2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1) Tahun 1986 s.d 1995 ; dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poloklinik/
Puskesmas Panca Usaha
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SpOG sebgai
Direktur RSUD Palembang BARI
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksanaan Tugas dr.H.Dachlan
Abbas,SpB.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksanaan Tugas dr.M.Faisal
Soleh,SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr.Hj. Indah Puspita, H.A,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M,MARS, sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI
2.1.4 Pelayanan
Perawatan Rawat jalan :
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Bedah
3. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Klinik Anak
5. Klinik Mata
6. Klinik THT
7. Klinik Syaraf
8. Klinik Kulit dan Kelamin
9. Klinik Jiwa
10. Klinik Rehablitas Medik
11. Klinik Jantung
12. Klinik Gigi
13. Klinik Psikologi
14. Klinik Tumbuh Kembang
15. Klinik Paru
16. Klinik Umum ( Karyawan )
17. Medical check up
Pelayanan Penunjang :
1. Rehabilitas medik
2. Farmasi 24 jam
3. Radiologi 24 jem
4. Laboratorium klinik 24 jam
5. Patologi anatomi
6. Bank darah
7. Hemodialisa
8. Instalasi Pemulasaran Jenazah
9. Instalasi Pemeliharaan Lingungan (IPL)
10. Instalasi Laundry
11. Instalasi Gizi
12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
13. CSSD
2.2 Colelithiasis
2.2.1 Definisi
Colelithiasis adalah terdapatnya batu dalam kandungan empedu atau seluruh
empedu.
Colesistitis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandungan empedu, biasanya
berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus, kistik dan
menyebabkan distensi kandung empedu (Nuha Medika,2012).
Colelithiasis adalah radang kandung kemih yang merupakan inflamasi akut dinding
kandung empedu disertai nyeri paru kanan atas, nyeri tekan dan panas badan dikenal dua
klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001)
2.2.2 Etiologi
Penyebab batu dan kandung empedu sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
akan tetapi faktor predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasisis empedu dan
infeksi kandungan empedu. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hati penderita
penyakit batu kolestrol mensekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolestrol, Kolestrol
yang berlebihan mengendap dalam kandungan empedu mekanismenya belum diketahui
sepenuhnya.
Stasisis empedu dalam kandungan empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan susunan kimia, dan pengendapapan unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu atau spasme spingter dapat menyebabkan stasis. Faktor
hormonal khususnya selama kehamilan, dapat di kaitkan dengan perlambatan
pengosongan kantung mpedu, menyebabkan insiden yang tinggi (Nuha Medika,2012).
2. Gejala kronik
Mirip dengan akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda- tanda fisik kurang nyata.
Riwayat dyspepsia, intolerasinya lemah.
Nyeri ulu hati atau flautuen yang berlangsung lama.
Setelah terbentuk batu dapat berdiam dengan tenang dalam kandungan empedu
dan tidak menimbulkan masalah, atau dapat menimbulkan komplikasi.
2.2.4 komplikasi
1. infeksi kandung empedu
2. obstruksi pada duktus sistikus
3. peritonitis
4. ruptura dinding kandung empedu ( Nuha Medika, 2012)
Cholelithiasis akut terjadi bila batu menetap dan melakukan impaksi dalam
duktus sehingga, menyebabkan kantung empedu menjadi distensi dan semakin meradang.
Pasien mengalami kolik biller dan berusaha untuk menurunkan respons nyeri, tetapi rasa
sakit masih tetap ada dan memburuk. Pertumbuhan berlebih dan koloni bakeri dalam
kandun empedu sering terjadi dalam kasus yang parah akan terbentuk akumulasi nanah
dalam kantong empedu disebut emplementasi kandung empedu dinding kantong empedu
dapat terjadi nekrotik, mengakibatkan proforsi abses perikolesistik, kolisistitis akut
dianggap sebagai darurat bedah walaupun rasa sakit dan peradangn mungkin mereda
dengan tindakan konservatif seperti hidrasi dan antibiotik.
Batu empedu kronis dapat menyebabkan fibrosis progresif dari dinding kandung
empedu dan hilangnya fungsi kandung empedu. Disebut Cholelithiasis kronis patogenesis
komplikasi ini tidak sepenuhnya dipahami, Serangan ulang kolisistitis akut mungkin
memainkan peran sebagaimana iskemia lokal yang dihasilkan oleh tekanan batu terhadap
dinding kantong empedu, fibrosis kandung empedu yang kronis dapat menyusut dan
mengalami adhesi (melengket) ke organ yang berdekatan (Wang, 2009)
2.2.5 Patofisiologi
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada
saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
- Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu.
- Stasis empedu
- Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada
pembentukan batu empedu. Kolestrol yang berlebihan akan mengendap dalam
kandung empedu.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif. Perubahan susuanan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya
selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu
dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada
pembentukan batu dengan meningkatkan viskosotas dan unsur seluler sebagai pusat
presipitsi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding
infeksi yang menyebabkan pembentukan batu. (Kartika Sari,2012)
2.2.6 Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
a. Leukosit : 12.000 – 15.000 / iu (N : 5000 – 10.000 iu )
b. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl)
c. Amilase serum meningkat (N : 17 -115 unit / 100 ml )
d. Protombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menular karena obstruksi
sehingga menyebabkan penurunan absorpsi vitamin K. (cara kapiler : 2-6 menit)
e. USG : menunjukkan adanya bendungan / hambatan, hal ini karena adanya batu
empedu dan distensi saluran empedu (frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik)
f. Endoskopik retrograde choledocho pancreaticography (ERCP) bertujuan untuk
melihat kandungan empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus
duodenum.
g. PTC (perkutaneus transhpatik cholengiografi ) : pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pankreas
h. Cholecystogram (untuk choleistitis kronik ) : menunjukkan adanya batu di sistim
billiar.
i. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, doilatasi pada saluran empedu,
obstruksi / obstruksi joundice.
j. Foto abdomen : gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada
saluran atau pembesaran pada gallbader (kartika sari, 2012 hal 64).
nyeri
resiko infeksi
Kelemahan
Intoleransi
aktivitas
2.3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut b.d inkontinuitas (terputusnya) jaringan
2. Resiko infeksi b.d dengan terdapatnya luka operasi
3. Iintolerasi aktifitas b.d kelemahan
2.3.3 Intervensi
N DIAGNOSA NOC NIC
O
1. 1. Nyeri akut b.d 1. Pain level Managemen nyeri :
2. Pain control
inkontinuitas 1. Lakukan pengkajian
3. Comfort level
(terputusnya) nyeri komprensif
Noc
jaringan. yang meliputi
1. Mampu
lokasi, karateristik,
mengontrol nyeri
konsep, frekuensi,
(tahu penyebab
kualitas, intesitas
nyeri, mampu
dan faktor prncetus.
menggunakan
2. Berikan informasi
teknik
mengenai nyeri
nonfarmakologi
seperti penyebab
untuk mengurangi
nyeri berapa lama
nyeri, mencari
nyeri dan antisipasi
bantuan)
dari ketidak
2. Melaporkan
nyamanan
bahwa nyeri
3. Kolaborasi
berkurang dengan
pemberian terapi
menggunakan
analgetik
manajemen nyeri 4. Motifasi pasien
3. Mampu
untuk istirahat atau
mengenali nyeri
tidur yang adekuat
( skala intensitas,
untuk membantu
frekuensi, dan
penurunan nyeri
tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
2. Resiko infeksi b.d Noc Nic
dengan kurangnya 1. Pasien bebas dari A. kontrol infeksi
pengetahuan perawatan tanda dan gejala 1. lakukan enam
2. Menunjukkn
luka operasi langkah cuci
kemampuan
tangan saat
timbulnya infeksi
kegiatan lima
3. Menunjukkan
momen dengan
prilaku hidup
benar
sehat
2. ajarkan cuci
tangan pada
pasien dan
keluarga dengan
benar
3. batasi jumlah
pengunjung
4. anjurkan
pengunjung untuk
mencuci tangan
pada saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
5. pastikan
penangannan
aseptik dari
semua saluran itu
pastikan
perawatan luka
yang sesuai
kolaborasi
kemudian terapi
antibiotik yg
sesuai
B. Perlindungan
Infeksi
1. Monitor adanya
tanda gejala
infeksi sitemik
dan lokal
2. Monitor TTV
pasien
3. Pertahankan
teknik-teknik
yang sesuai
4. Tingkatkan
asupan nutrisi
yang cukup
5. Anjurkan asupan
cairan dengan
tepat
6. Anjurkan pasien
untuk istirahat.
3. Intoleransi aktivitas Noc Nic
berhubungan dengam 1. Self care : ADLS A. Aktivitas terapi
2. Toleransi aktivitas 1. Kolaborasikan
1. Tirah baring atau
3. Konservasi energi
dengan tenaga
imbolisasi
Setelah di lakukan
Rehabilitasi
menyeluruh
tindakan keperawatan
2. Ketidak medik dalam
selama...pasien
seimbangan antara merencanakan
bertoleransi terhadap
suplai dengan program terapi
aktivitas dengan kriteria
kebutuhan yang tepat
hasil: 2. Bantu pasien
1. Berpartisipasi untuk
dalam aktofiotas mengindefikasi
fisik tanpa di aktivitas yang
sertai peningkatan dilakukan yang
tekanan darah, mampu dilakukan
3. Bantu untuk
nadi dan rr
2. Mampu mengindefikasi
melakukan aktivitas yang
aktivitas sehari disukai
4. Monitor respon
hari (ADLs)
secara mandiri fisik, emosi,
3. Keseimbangan
sosial dan
aktivitas dan
spiritual
istirahat 5. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Tujuan
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dapat
menjaga keberishan luka.
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemotatis (bila menggunkan elastis verband)
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5. menurunkan pergerakan fan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan.
Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor
Kontra Indikasi
1. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga
mikroorganisme dapat hidup
2. pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan-gesekan
pembalut.
3. Persiapan alat
A. Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 1 buah
b. Pinset sirugis 1 buah
c. Gunting bedah/jaringan 1 buah
d. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
e. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
f. Sarung tangan pasang
g. Korentang/ forcep
Alat-alat steril
a. Gunting perban 1 buah
b. Plaster
c. Pengalas
d. Kom kecil 2 buah bila di butuhkan
e. Nierbeken 2 buah
f. Kapas alcohol
g. Aceton/bensin
h. Sabun cair antiseptik (bila di butuhkan)
i. Nacl 9%
j. Cairan antiseptic (bila di butuhkan)
k. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah.
Penatalaksanaan
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan di lakukan
4. Dekatkan alat-alat ke pasien
5. Pasang sampiran
6. Perawat cuci tangan
7. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
8. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
9. Letakan pengalas di bawah area luka
10. Letakan nierbeken didekat pasien
11. Buka balutan lama dengan (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunkan pinset anatomi , buang balutan bekas kedalam nierbeken. Jika
menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan
menahan kulit di bawahnya, setelah itu tarik secara perlahan lahan sejajar
dengan kulit dan kearah balutan. (jika masih terdapat pelekat di kulit dapat di
hilangkan dengan aceton/bensin).
12. Bila balutan melekat pada jaringan di bawah, jangan di basahi, tapi angkat
balutan dengan perlahan.
13. Letakan balutan kotor ke neirbeken lalu buang ke kantong plastik hindari
kontaminasi dengan luar wadah
14. Kaji lokasi,tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
15. Membuka set balutan steril dan menyiapkan balutan pencuci luka dan obat luka
dengan memperhatikan teknik aseptik
16. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
17. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9%
18. Memberikan obat atau antibiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
19. Menutup luka dengan cara :
c. Balutan basah-basa
1. Lapisan pertama kassa steril yang telah di lembabkan dengan cairan
fisiologik untuk menutupi area luka
2. Lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
3. Lapisan ketiga (lapisan paling luar) kassa steril di lembabkan dengan cairan
fisiologik.
4. Plaster dengan rapi
5. Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken Lepaskan masker
6. Atur dan rapikan posisi pasien
7. Buka sampiran
8. Evaluasi keadaan umum pasien
9. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih,
kering dan rapi.
10. perawat cuci tangan
11. Dokumentasi tindakan dalam catatan keperawatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “S” DENGAN CHOLELITHIASIS POST
OPERASI DI RUANG BEDAH KELAS 3 RSUD
PALEMBANG BARI TAHUN 2018
c. Riwayat pengobatan
f. Pengobatan sekarang :
No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat
Caterolak 30 ml Menghilangkan nyeri
Vicillin 500 ml Untuk membunuh
bakteri
3.2.2 NUTRION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB biasanya : 60 kg dan BB sekarang 46 kg (23 % penurunan BB)
2) Lingkar perut : 17.0
3) Lingkar kepala : 54
4) Lingkar dada : 82
5) Lingkar lengan atas : 27,3
6) BBN : 60 kg
3.2.3 ELIMINATION
d. Sistem Urinary
1. Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan) Jumlah : 800 ml
2. Riwayat kelainan kandung kemih
1. Tidak ada kelainan
2. 800 ml, bening kecoklatan
3. Distensi kandung kemih/retensi urine : tidak ada
2) Sistem Gastrointestinal
3. Sistem Integumen
1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu)
Kulit hitam, turgor kulit elastis, suhu : 36
3.2.4 ACTIVITY/REST
Istirahat/tidur
1) Jam tidur :09.00 wib
2) Insomnia : tidak ada
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : mandiri
A. Aktivitas
1) Pekerjaan : berbaring di tempat tidur
2) Kebiasaan olahraga :-
3) ADL
a) Makan :baik
b) Toileting :dibantu keluarga (pakai pisport)
c) Kebersihan :dibantu keluarga
d) Berpakaian :di bantu keluarga
4) Bantuan ADL :
5) Kekuatan otot :lemah berapa nilai 4
6) ROM :
7) Resiko utuk cidera : ada
B. Cardio respons
1) Penyakit jantung : tidak ada
2) Edoma esktremitas :tidak ada
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : 100/60
b) Duduk :-
4) Tekanan vena jugularis :
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : Simetris
b) Palpasi : normal
c) Perkusi : normal
d) Auskultasi : normal
C. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : tidak ada
2) Penggunaan O2 : tidak
3) Kemampuan bernafas : mampu bernafas
4) Gangguan pernafasan (batu, suara nafas, sputum, dll) : adanya gangguan
sputum
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : Simetris
b) Palpasi : normal
c) Perkusi : sonor/resonan
d) Auskultasi : normal
2.3.5 PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SD
2) Kurang pengetahuan : kurang pengetahuan
3) Pengetahuan tentang penyakit : kurang pengetahuan
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : 02.RS BARI. Kel 1
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung :tidak ada riwayat
2) Sakit kepala :sering sakit (ada)
3) Penggunaan alat bantu :tidak ada
4) Penginderaan :bagus
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan :bahasa daerah
2) Kesulitan berkomunikasi : bicara kurang jelas
2.3.6 SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : merasakan cemas
2) Perasaan putus asa/kehilangan : -
3) Keinginan untuk menciderai :-
4) Adanya luka/cacat : post oprasi
3.2.8 SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada
3.2.11 SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada alergi
b. Penyakit autoimmune
c. Tanda infeksi
- Dolor : nyeri (+)
- Tumor : normal
- kalor : normal
- rubor : normal
- fungsio laesa : normal
d. Gangguan thermoregulasi
e. Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hipoglikemia,
syndrome disuse, gaya hidup yang tetap)
3.2.12 COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Luka post operasi
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : hilang timbul
3) Regio (dimana letaknya) : perut kanan atas
4) Scala (berapa skalanya) : 4 (Rentan normal 0-10)
5) Time (waktu) : 0-30 detik
b. Rasa tidak nyaman lainnya : gelisah miring kanan miring kiri
c. Gejala yagn menyertai : pasien tampak meringis
3.2.13 GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. DDST (Form dilampirkan)
1. ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS : Insisi bedah Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri di perut
bagian atas menyebabkan luka
pada abdomen
DO :
TTV :
terputusnya
TD : 120/80 mmHg
RR : 24 x/menit inkontinuitas
jaringan
N : 80 x/menit
T : 36,5 oC
pengeluaran
- Pasien tampak meringis
histamine dan
- Aktivitas pasien terbatas prostagladin
P : nyeri bertambah ketika
terjadi tekanan di abdomen nyeri
Q : nyeri tusuk
R : abdomen kanan atas
menjalar ke punggung.
S : 6 ( 0-10 )
T : malam hari 30-60 menit.
2. DS : luka operasi Resiko infeksi
Pasien mengatakan ada luka di
daerah perut kurangnya
DO : pengetahuan
terdapat luka operasi di daerah perawatan luka
abdomen tertutup perban operasi
RR : 22 x menit
N : 80 x menit adanya
TD 120/80mmHg peningkatan
Panjang luka : 7-10 Cm leukosit
Lebar luka :
Jumlah jahitan resiko infeksi
Keadaan luka
Warna luka : hijau gelap
Kadar leukosit
Dalam makalah ini akan dibahas masalah keperawatan pada pasien dengan
asuhan keperawatan pada Tn. “S” dengan post operasi Kolelitiasis di ruangan medikal
bedah RSUD Palembang Bari. Asuhan Keperawatan tersebut ditetapkan sesuai dengan
tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengumpulan data dilakukan dengan mengguanakan format pengkajian keperawatan
medikal bedah yang telah di tetapkan. Pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi dan dari pendokumentasian
keperawatan di ruangan, serta di dapatkan dari data penujang pengkajian data yang di
lakukan pada tanggal 03 oktober 2018, mendapatkan hasil mengenai gambaran
kesehatan pada asuhan keperawatan pada Tn “S” dengan Ca caput pankreas dengan
indikasi berat di ruang bedah 2 RSUD palembang BARI Tahun 2018, pengkajian yang
kami lakukan pada pasien ternnyata memiliki kesamaan dengan pengkajian secara
teoritis.
Pengkajian adalah tahap awal tahap awal dari proses keperawatan untuk
menyimpulkan data dasar guna menentukan asuhan keperawatan yang akan di butuhkan
dalam penyampaian data penulis menggunakan metode observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian di lakukan pada tanggal 03 oktober 2018 di RSUD palembang BARI di
ruang bedah 2. Pada TN, “S” usia 56 Tahun, pasien mengeluh sakit di bagian perut,
pasien tampak meringis, sambil memegang perutnya.
4.1.1 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menjelaskan suatu pernyataan tentang sttus pasien atau
masalah aktual ataupun potensial, perawatan menggunakan proses keperawatan untukl
mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan pasien yang di
pertanggung jawabkan. Diagnosa keperawatan TN “S” adalah:
1) Nyeri akut b.d inkontinuitas (terputusnya) jaringan
2) Resiko infeksi b.d dengan kurangnya pengetahuan perawatan luka operasi
3) Iintolerasi aktifitas b.d kelamahn otot-otot
Diagnosa keperawatan yang kami dapatkan memiliki kesamaan dengan diagnosa secara
teoritis dan sesuai dengan NANDA (2015-2017).
4.1.3 Implementasi
Tindakan keperawatan yang di laksanakan kelompok sesuai dengan rencana
keperawatan yang di tetapkan. Sebelum melakuklan tindakan, kami membuat rencana
keperawatan dan setiap kali berintraksi dengan pasien kami meng evaluasi kemampuan
pasien sesuai dengan kriteria hasil dan indikator yang telah kami buat. Tindakan
keperawatan sesuai shift dinas yang ada (pagi,siang dan malam). Tindakan keperawatan
dilakukan dalam waktu tiga hari dan intervensi di lanjutkan karna kondisi pasien
memperhatikan dan pasien blum di perbolehkan pulang oleh dokter.
4.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap di mana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian
tujuan dan kriteria hasil.. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan dan dilakukan evaluasi ulang ke pasien sebelum dilakukan pertukaran shift.
Evaluasi yang kami lakukan sesuai dengan teoritis yakni berdasarkan analisis SOAP
(subjektif, Objektif, Analisis dan Planning). Planning dihentikan karena pasien
diperbolehkan pulang oleh dokter.
Pendokumentasian yang kami lakukan dengan melakukan pencatatan setiap respon
perkembangan pasien mulai dari pengkajian, diagnosia keperawatan,intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi hasil tindakan. Setiap kali
melakukan handover, kami mengorder pasien baik dari pengobatan farmakologi atau non
farmakologi harus disertai tanda tangan kami dan mengobservasi langsung ke pasien.
Berdasarkan Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan implementasi
keperawatan yang kami lakukan pada saat merawat pasien semuanya berhasil dengan
baik, kondisi pasien kembali normal, pasien menunjukan perbaikan level nyeri, pasien
mengatakan cukup mengerti tentang perawatan luka operasi. Dari seluruh kegiatan
keperawatan yang kami lakukan sama dengan teoritis. Karena pada dasarnya konsep
suatu penyakit harus ditangani dengan ilmu pengatahuan baik teoritis, penelitian dan
penemuan akan tentang tindakan, pencegahaan dan pengobatan untuk pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn “S” dengan Colelithiasis di
ruang Medikal Bedah kelas 3 RSUD Palembang BARI, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada asuhan keperawatan pada pasien dengan coliatiasis di fokuskan
pada masalah yang dialami pasien dengan dibandingkan teoritis yang ada, pengkajian
inidilakukan pada tanggal 03 oktober 2018
2. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn”S” dengan coliatiasis di ruang
Medikal Bedah Diruang Bedah kelas 3 RSUD Palembang BARI, diagnosa yang
muncul pada dasarnya sudah hampir sesuai dengan diagnosa yang ada dalam asuhan
keperawatan teoritis.
3. Dalam pemberian impelmentasi yang dilakukan selama 3 hari pencapaian target yang
diinginkan telah tercapai.
4. Keberhasilan tidaknya proses keperawatan itu salah satunya disebabkan karena
adanya kerjasama, baik itu di antara tim kesehatan dalam hal pelayanan kesehatan
maupun kerjasama antara parawat atau petugas kesehatan lain dengan pasien itu
sendiri.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan melalui intervensi yang dapat diterapkan dalam mengatasi pasien
dengan diagnosa Colelithiasis
5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang
Diharapkan pada institusi pendidikan untuk menambah referensi secara
teoritis yang berkaitan dengan asuhan keperawatan dengan diagnosa
Colelithiasis
Wijaya S, 2013, Standar Asuhan Keperawatan, editor Arrayid dan Ari, penerbit Trans
Info, jakarta
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, editor ester monica,
penerbit buku kedokteran
Rendi Clevo, 2012, Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam,editor
haikhi, diterbitkan oleh nuha medika
Steven, P., Bordui, F., dkk. 1997. Ilmu Keperwatan Jilid 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Murwani, Arita, 2009.
Nuranif A.H dan Kusuma H (2015) APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nic-NOC. Jogjakarta. Medi Action
http://askep-supriyono.blogspot.com/2010/02/askep-perawatan-luka.html