Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “S” DENGAN POST OPERASI

CHOLELITHIASIS DI RUANG ZAAL BEDAH


RSUD PALEMBANG BARI

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Andre Pratama : 15.14201.30.01


2. Sri Aulia Pratiwi: 15.14201.30.02
3. Erin Marlina : 15.14201.30.03
4. Ronaldo Winansyah : 15.14201.30.04
5. Miftahurrahmah : 15.14201.30.05
6. Despa Nanda Sari : 15.14201.30.06

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIK BINA HUSADA PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karna berkat rahmat dan
karunia_NYA lah penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul SEMINAR AWAL
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DI RUANG BEDAH RSUD
PELEMBANG BARI TAHUN 2018
Laporan ini di susun sebagai salah satu laporan Praktek Klinik S1 keperawatan
dan dalam kesempatan ini kami melakukan pengkajian data di ruamg bedah RSUD
palembang BARI penyusunan laporan ini tidak lepas dari partisipasi pihak yang telah ikut
serta memberikan masukan saran dan bimbingan sehingga maklah ini dpat di selesaikan.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menuampaikan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. dr .Hj. Makiani, SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
2. dr. M. Ayus Astoni, Sp. PD.K-GEH, FINASIM, MARS, sebagai Wakil Direktur
Pelayanan Rumah Sakit Palembang BARI.
3. dr. Syarifah Farida, M.Kes sebagai Ka. Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
4. Dr. Hadi Asyik, SpA sebagai Ketua Komite Medika Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI.
5. Ibu Mewi Andriani SKM.,M.Kes Sebagai Kabid Penujang Medis Dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah BARI.
6. Ibu Rizka Primanda SKM sebagai Ka. Seksi Diklat dan Litbang Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
7. Ibu Masrianah, S.Kep.,Ns., M.kes sebagai Kabid Kerawatan Rumah Sakit Umum
Palembang BARI.
8. Ibu Diana Novita Sari, S.Kep,Ns Sebagai Kepala Ruangan Ruang BEDAH
Rumah Sakit Umum Palembang BARI.
9. Ibu Nove Sadriah, S.Kep,Ns Sebagai Pembimbing Klinik Di Rumah Sakit Umum
Palembang BARI.
10. Ibu Anggi Pratiwi, S.Kep,Ns,M.Kep Sebagai Ketua Program Studi Keperawatan
STIKes Binahusada Palembang.
11. Ibu Anggi Pratiwi, S.Kep,Ns,M.Kep Sebagai Pembimbing Akademik STIKes
Binahusada Palembang.
12. Semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah Seminar Praktik Klinik ini
dapat Penulis Selesaikan.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banayak
kekurangan yang ada dalam makalah in, untuk itu penulis sangat mengharapkan
segenap kritik dan saran yang bersipat mendidik dan membanmgun guna
kemajuan lebih baik pada laporan berikutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas
bimbingan dan bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akirnya penulis
mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam kandung empedu
atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowoet al 2002).
Kolelitiasis merupakan masalah kesehatan yang penting di negara Barat, sedangkan
di Indonesia kolelitiasis baru mendapatkan perhatian (Lesmana, 2009) Diperkirakan lebih
dari 95% penyakit yang mengenai kandung empedu dan salurannya adalah penyakit
kolelitiasis (Kumaret al, 2007).
Prevalensi kolelitiasis berbeda beda di setiap negara dan berbeda antar setiap etnik
di suatu negara. Prevalensi kolelitiasis tertinggi yaitu pada orang-orang Pima Indians di
Amerika Utara, Cili, dan ras Kaukasia di Amerika Serikat. Sedangkan di Singapura dan
Thailand prevalensi penyakit kolelitiasis termasuk yang terendah (Ko dan Lee, 2009).
Perbaikan keadaan sosial ekonomi, perubahan menu diet yang mengarah ke menu gaya
negara Barat, serta perbaikan sarana diagnosis khususnya ultrasonografi, mengakibatkan
prevalensi penyakit empedu di negara berkembang termasuk Indonesia cenderung
meningkat (Ginting, 2013).
Walaupun kolelitiasis memiliki angka mortalitas yang rendah, namun penyakit ini
berdampak signifikan terhadap aspek ekonomi dan kesehatan penderita (Changet al,
2013). Diperkirakan lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita kolelitiasis
(Ko dan Lee, 2009). Kolelitiasis juga merupakan penyakit tersering dan termahal dari
seluruh penyakit digestif di Amerika Serikat, setiap tahun, sekitar 1 juta orang dirawat
dan 700.000 orang menjalani kolesistektomi (Corteet al., 2008).Sekitar 2% dari dana
kesehatan Amerika Serikat dihabiskan untuk penyakit kolelitiasis dan komplikasinya
(Kumaret al., 2007).
Di Negara Asia prevalensi kolelitiasis berkisar antara 3% sampai 10%. Berda
sarkan data terakhir prevalensi kolelitiasis di Negara Jepang sekitar 3,2 %, China 10,7%,
India Utara 7,1%, dan Taiwan 5,0% (Chang et al., 2013). Angka kejadian kolelitiasis dan
penyakit saluran empedu di Indonesia diduga tidak berbeda jauh dengan angka negara
lain di Asia Tenggara (Wibowo et al., 2002). Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
pada tahun 2010-2011 didapatkan 101 kasus kolelitiasis yang dirawat (Girsang JH, 2011).
Kolelitiasis terutama ditemukan di negara Barat, namun frekuensinya di negara-
negara Afrika dan Asia terus meningkat selama abad ke 20. Di Tokyo angka kejadian
penyakit ini telah meningkat menjadi dua kali lipat sejak tahun
1940 (Nuhadi M, 2010).
Angka kejadian kolelitiasis sangat dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
Terdapat peningkatan kejadian kolelitiasis yang progesif berhubungan dengan
peningkatan usia seseorang (Kumar dan Clark, 2006). Di Amerika Serikat 5%-6%
populasi yang berusia kecil dari 40 tahun menderita kolelitiasis, dan pada populasi besar
dari 80 tahun angka kejadian kolelitiasis menjadi 25%-30% (Kumar et al., 2007).
Kolelitiasis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria (Tierney etal.,2010).
Menurut Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
dalam Greenberger dan Paumgartner (2011), prevalensi kolelitiasis di Amerika Serikat
yaitu 7,9% pada laki-laki dan 16,6% pada perempuan. Perbandingan kejadian kolelitiasis
pada pria dan wanita yaitu 3:1, dan pada dekade keenam dan ketujuh kehidupan
perbandingan akan semakin kecil (Kumar et al., 2007).
Selain umur dan jenis kelamin, angka kejadian kolelitiasis juga dipengaruhi oleh
obesitas, kehamilan, intoleransi glukosa, resistensi insulin, diabetes mellitus,
hipertrigliseridemia, pola diet, penyakit Crohn’s, reseksi ileus terminal, dan faktorlain
(Hunter dan Oddsdettir, 2007; Conte et al, 2011).
Kolelitiasis umumnya berada di kandung empedu, tetapi kolelitiasis dapat juga
berada di saluran empedu ketika batu di kandung empedu bermigrasi, dan disebut batu
saluran empedu sekunder.Sekitar 10%-15% pasien dengan batu di kandung empedu juga
memiliki batu di saluran empedu. Batu di saluran empedu juga dapat terbentuk tanpa
melibatkan kandung empedu, disebut sebagai batu saluran empedu primer (Lesmana,
2009).
Karena semakin meningkatnya penderita kolilitiasis oleh karena itu di perlukan
perhatian yang optimal, penyakit pasien dapat dikurangi dengan menjelaskan penyakit
pada pasien kolelitiasis sesuai dengan asuhan keperawatan yang berstandar operasional,
oleh karena itu tentu masalah asuhan keperawatan pada pasien Tn “S” dengan post
operasi kolelitiasis di ruang bedah RSUD Palembang BARI.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik mengambil judul asuhan
keperawatan pada Tn “S“ dengan cholelithiasis di ruangan bedah RSUD Palembang
BARI.

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien cholelithiasis di
ruangan bedah RSUD Palembang BARI.

1.3.4 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian pada pada pasien post operasi cholelithiasis
2. Merumuskan diagnosa yang muncul pada pada pasien post operasi cholelithiasis
3. Melakukan intervensi keperawatan pada pada pasien post operasi cholelithiasis
4. Melakukan implementasi keperawatan pada pada pasien post operasi
cholelithiasis
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pada pasien post operasi
cholelithiasis
6. Mampu mendokumentasikan dalam bentuk asuhan keperawatan pada pada pasien
post operasi cholelithiasis
7. Mampu mengimplementasikan perawatan luka pada pada pasien post operasi
cholelithiasis
Waktu dan tempat
1.3.2 Waktu
Waktu pelaksanaan dilakukan pada tanggal 02 sampai 05 Oktober 2018
1.3.3 Tempat
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di ruangan medikal bedah kelas III RSUD
Palembang BARI Tahun 2018.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Selayang Pandang Rumah Sakit Bari Palembang


2.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang
pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya rumah
sakit umum milik pemerintah kota palembang. Rumah Sakit umum Daerah Palembang
BARI terletak di jalan panca usaha No. 1 kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Seberang
Ulu, dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak
tahun 2001 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang
BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan langsung menuju RSUD
Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2.1.2 Visi Misi Dan Motto


 Visi
Menjadi Rumah Sakit Unggul,Amanah dan Terpercaya di Indonesia
 Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kesehatan dengan berorientasi
pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika
dan profesialisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia.
 Motto
“KESEMBUHAN DAN KEPUASAN PELANGGAN ADALAH
KEBAHAGIAAN KAMI ”

2.1.3 Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
1) Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan
gedung poliklinik/puskesmas panca usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan
SK Depkes nomor 1326/ Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C
3) Kepmenkes RI Nomor; HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status akreditasi
penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 7 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status Akreditasi
penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 5 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomor: 241/MENKES/SK/IV/ 2009 tentang peningkatan kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 2 April
2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang penetapan RSUD
Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola pengolaan
keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status Akreditasi Lulus Tingkat Lengkap kepada
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 25 Januari 2012.
8) Telah terakreditasi tingkat paripurna : Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor :
KARS/SERT/99/IV/2015 Tanggal 2 April 2015
2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1) Tahun 1986 s.d 1995 ; dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poloklinik/
Puskesmas Panca Usaha
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SpOG sebgai
Direktur RSUD Palembang BARI
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksanaan Tugas dr.H.Dachlan
Abbas,SpB.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksanaan Tugas dr.M.Faisal
Soleh,SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr.Hj. Indah Puspita, H.A,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M,MARS, sebagai
Direktur RSUD Palembang BARI

2.1.4 Pelayanan
 Perawatan Rawat jalan :
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Bedah
3. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Klinik Anak
5. Klinik Mata
6. Klinik THT
7. Klinik Syaraf
8. Klinik Kulit dan Kelamin
9. Klinik Jiwa
10. Klinik Rehablitas Medik
11. Klinik Jantung
12. Klinik Gigi
13. Klinik Psikologi
14. Klinik Tumbuh Kembang
15. Klinik Paru
16. Klinik Umum ( Karyawan )
17. Medical check up

 Pelayanan Rawat inap :


1. Perawatan VVIP & VIP
2. Perawatan umum kelas I
3. Perawatan umum kelas II
4. Perawatan umum laki-laki kelas III
5. Perawatan umum perempuan kelas III
6. Perawatan anak kelas I,II,III
7. Perawatan bedah kelas III
8. Perawatan ICU
9. Perawatan ICCU
10. Perawatan kebidanan kelas VIP.I,II,III
11. Perawatan Nifas kelas III
12. Perawatan Neonatus/NICU/PICU
13. Bedah sentral

 Pelayanan Penunjang :
1. Rehabilitas medik
2. Farmasi 24 jam
3. Radiologi 24 jem
4. Laboratorium klinik 24 jam
5. Patologi anatomi
6. Bank darah
7. Hemodialisa
8. Instalasi Pemulasaran Jenazah
9. Instalasi Pemeliharaan Lingungan (IPL)
10. Instalasi Laundry
11. Instalasi Gizi
12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
13. CSSD

2.1.5 Fasilitas Kendaraan Operasional


1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil Jenazah

2.2 Colelithiasis
2.2.1 Definisi
Colelithiasis adalah terdapatnya batu dalam kandungan empedu atau seluruh
empedu.
Colesistitis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandungan empedu, biasanya
berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus, kistik dan
menyebabkan distensi kandung empedu (Nuha Medika,2012).
Colelithiasis adalah radang kandung kemih yang merupakan inflamasi akut dinding
kandung empedu disertai nyeri paru kanan atas, nyeri tekan dan panas badan dikenal dua
klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001)

2.2.2 Etiologi
Penyebab batu dan kandung empedu sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
akan tetapi faktor predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasisis empedu dan
infeksi kandungan empedu. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hati penderita
penyakit batu kolestrol mensekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolestrol, Kolestrol
yang berlebihan mengendap dalam kandungan empedu mekanismenya belum diketahui
sepenuhnya.
Stasisis empedu dalam kandungan empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan susunan kimia, dan pengendapapan unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu atau spasme spingter dapat menyebabkan stasis. Faktor
hormonal khususnya selama kehamilan, dapat di kaitkan dengan perlambatan
pengosongan kantung mpedu, menyebabkan insiden yang tinggi (Nuha Medika,2012).

2.2.3 Manifestasi klinis


Penderita batu empedu sering mempunyai gejala gejala kolisistisis akut atau kronik :
1. Gejala akut
 nyeri hebat yang timbul mendadak pada abdomen bagian atas terutama ditengah
efigastrium, nyeri menjalar ke punggung dan bahu kanan nyeri dapat berjam- jam
atau dapat kambuh kembali setelah remisi parsal bila penyakit mereda, nyeri dapat
ditemukan diatas kandung empedu.
 Berkeringat banyak dan gelisah
 Nausea dan muntah-muntah sering terjadi.

2. Gejala kronik
 Mirip dengan akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda- tanda fisik kurang nyata.
 Riwayat dyspepsia, intolerasinya lemah.
 Nyeri ulu hati atau flautuen yang berlangsung lama.
 Setelah terbentuk batu dapat berdiam dengan tenang dalam kandungan empedu
dan tidak menimbulkan masalah, atau dapat menimbulkan komplikasi.

2.2.4 komplikasi
1. infeksi kandung empedu
2. obstruksi pada duktus sistikus
3. peritonitis
4. ruptura dinding kandung empedu ( Nuha Medika, 2012)

Cholelithiasis akut terjadi bila batu menetap dan melakukan impaksi dalam
duktus sehingga, menyebabkan kantung empedu menjadi distensi dan semakin meradang.
Pasien mengalami kolik biller dan berusaha untuk menurunkan respons nyeri, tetapi rasa
sakit masih tetap ada dan memburuk. Pertumbuhan berlebih dan koloni bakeri dalam
kandun empedu sering terjadi dalam kasus yang parah akan terbentuk akumulasi nanah
dalam kantong empedu disebut emplementasi kandung empedu dinding kantong empedu
dapat terjadi nekrotik, mengakibatkan proforsi abses perikolesistik, kolisistitis akut
dianggap sebagai darurat bedah walaupun rasa sakit dan peradangn mungkin mereda
dengan tindakan konservatif seperti hidrasi dan antibiotik.
Batu empedu kronis dapat menyebabkan fibrosis progresif dari dinding kandung
empedu dan hilangnya fungsi kandung empedu. Disebut Cholelithiasis kronis patogenesis
komplikasi ini tidak sepenuhnya dipahami, Serangan ulang kolisistitis akut mungkin
memainkan peran sebagaimana iskemia lokal yang dihasilkan oleh tekanan batu terhadap
dinding kantong empedu, fibrosis kandung empedu yang kronis dapat menyusut dan
mengalami adhesi (melengket) ke organ yang berdekatan (Wang, 2009)

2.2.5 Patofisiologi
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada
saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
- Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu.
- Stasis empedu
- Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada
pembentukan batu empedu. Kolestrol yang berlebihan akan mengendap dalam
kandung empedu.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif. Perubahan susuanan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya
selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu
dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada
pembentukan batu dengan meningkatkan viskosotas dan unsur seluler sebagai pusat
presipitsi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding
infeksi yang menyebabkan pembentukan batu. (Kartika Sari,2012)
2.2.6 Pemeriksaan penunjang
 Tes laboratorium :
a. Leukosit : 12.000 – 15.000 / iu (N : 5000 – 10.000 iu )
b. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl)
c. Amilase serum meningkat (N : 17 -115 unit / 100 ml )
d. Protombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menular karena obstruksi
sehingga menyebabkan penurunan absorpsi vitamin K. (cara kapiler : 2-6 menit)
e. USG : menunjukkan adanya bendungan / hambatan, hal ini karena adanya batu
empedu dan distensi saluran empedu (frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik)
f. Endoskopik retrograde choledocho pancreaticography (ERCP) bertujuan untuk
melihat kandungan empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus
duodenum.
g. PTC (perkutaneus transhpatik cholengiografi ) : pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pankreas
h. Cholecystogram (untuk choleistitis kronik ) : menunjukkan adanya batu di sistim
billiar.
i. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, doilatasi pada saluran empedu,
obstruksi / obstruksi joundice.
j. Foto abdomen : gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada
saluran atau pembesaran pada gallbader (kartika sari, 2012 hal 64).

2.2.7 Penatalaksanaan medis


1. Extracorpeal schok wave litotripsi (ESWL)
2. Pemberian agen pelarut kolesrol
3. Terapi endoskopik
4. Obat-obatan antibiotik,analgetik, antasida
5. Koledokotomi
6. Kolesistektomi
2.2.8 penatalaksanaan non bedah
kurang lebih 80 % dari pasien- pasien inflamasi akut kandung mpedu sembuh
dengan istirahat, kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan
nesogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut
mereda dan evaluasi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien
memburuk (Smeltzer, 2002)
manajemen terapi :
1. Diet randah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2. Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut
3. Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign
4. Dipasang infus program cairan elektrolit dan glaukosa umtuk mengarasi syok
5. Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagolupati)

2.3 Asuhan keperawatan kolelitiasis


A. Pengkajian
 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran dapat compas mentis sampai koma tergantung
beratnya kondisi penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal
kecuali bila ada komplikasi lebih lanjut, badan tampak lemas.
b. Sistem pernafasan : terjadi perubahan pola dan frekuensi pernafasan menjadi
lebih cepat akibat nyeri, penurunan ekspansi paru.
c. Sistem kardiovaskuler : mungkin ditemukan adanya pendarahan sampai shok,
tanda-tanda kelemahan, kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir
kering dan pecah- pecah tekanan darah dan nadi meningkat.
d. Sister pencernaan : mungkin ditemukan adanya mual munta perut kembung,
penurunan bising usus karena puasa, penurunan berat badan, dan kontifasi,
keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret atau lesi, ada tidaknya
nyeri tekan uji kemampuan pendengaran dengan tes rinne webbel, dan
schwabach. Biasanya tidak ada sistem pendengaran.
e. Sistem muskuluskeletal : biasanya ditemukan kelemahan dan keterbatasan
gerak akibat nyeri
f. Sistem integumen : adanya luka kurangnya volume cairan
g. Sistem indokrin : dikaji riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan dengan
penyakit indokrin, priksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah
bening biasanya tidak ada keluhan pada sistem indokrin.

2.3.1 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS : Pasien mengeluh nyeri Insisi bedah Nyeri akut
di perut bagian atas
DO : rr biasa .nya tinggi >24
x menit N : juga tinggi >100 menyebabkan luka
x menit pada abdomen

P : nyeri bertambah ketika terputusnya


terjadi tekanan di abdomen inkontinuitas
Q : nyeri tusuk jaringan
R : abdomen kanan atas
menjalar ke punggung.
S : 6 ( 0-10 ) pengeluaran
T : malam hari 30-60 menit. histamine dan
prostagladin

nyeri

2. DS : luka operasi Resiko infeksi


Pasien mengatakan kateter 14
Hari belum di ganti kurangnya
Terdapat luka operasi pengetahuan
DO : katetter di pasang perawatan luka
sebelum 14 hari. operasi
Luka operasi di bagian
abdomen
adanya
peningkatan
leukosit

resiko infeksi

3. DS : pasien post Intoleransi


1. pasien mengatakan tidak operasi aktivitas
bisa beraktivitas
2.Pasien mengatakan susah terdapat luka
saat beraktifitas. operasi dan
DO : terpasangnya
1.nampak aktivitas pasien di selang kateter dan
bantu drain
2.pasien nampak sesak
beraktivitas Penurunan energi
cadangan.

Kelemahan

Intoleransi
aktivitas

2.3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut b.d inkontinuitas (terputusnya) jaringan
2. Resiko infeksi b.d dengan terdapatnya luka operasi
3. Iintolerasi aktifitas b.d kelemahan

2.3.3 Intervensi
N DIAGNOSA NOC NIC
O
1. 1. Nyeri akut b.d 1. Pain level Managemen nyeri :
2. Pain control
inkontinuitas 1. Lakukan pengkajian
3. Comfort level
(terputusnya) nyeri komprensif
Noc
jaringan. yang meliputi
1. Mampu
lokasi, karateristik,
mengontrol nyeri
konsep, frekuensi,
(tahu penyebab
kualitas, intesitas
nyeri, mampu
dan faktor prncetus.
menggunakan
2. Berikan informasi
teknik
mengenai nyeri
nonfarmakologi
seperti penyebab
untuk mengurangi
nyeri berapa lama
nyeri, mencari
nyeri dan antisipasi
bantuan)
dari ketidak
2. Melaporkan
nyamanan
bahwa nyeri
3. Kolaborasi
berkurang dengan
pemberian terapi
menggunakan
analgetik
manajemen nyeri 4. Motifasi pasien
3. Mampu
untuk istirahat atau
mengenali nyeri
tidur yang adekuat
( skala intensitas,
untuk membantu
frekuensi, dan
penurunan nyeri
tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
2. Resiko infeksi b.d Noc Nic
dengan kurangnya 1. Pasien bebas dari A. kontrol infeksi
pengetahuan perawatan tanda dan gejala 1. lakukan enam
2. Menunjukkn
luka operasi langkah cuci
kemampuan
tangan saat
timbulnya infeksi
kegiatan lima
3. Menunjukkan
momen dengan
prilaku hidup
benar
sehat
2. ajarkan cuci
tangan pada
pasien dan
keluarga dengan
benar
3. batasi jumlah
pengunjung
4. anjurkan
pengunjung untuk
mencuci tangan
pada saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
5. pastikan
penangannan
aseptik dari
semua saluran itu
pastikan
perawatan luka
yang sesuai
kolaborasi
kemudian terapi
antibiotik yg
sesuai
B. Perlindungan
Infeksi
1. Monitor adanya
tanda gejala
infeksi sitemik
dan lokal
2. Monitor TTV
pasien
3. Pertahankan
teknik-teknik
yang sesuai
4. Tingkatkan
asupan nutrisi
yang cukup
5. Anjurkan asupan
cairan dengan
tepat
6. Anjurkan pasien
untuk istirahat.
3. Intoleransi aktivitas Noc Nic
berhubungan dengam 1. Self care : ADLS A. Aktivitas terapi
2. Toleransi aktivitas 1. Kolaborasikan
1. Tirah baring atau
3. Konservasi energi
dengan tenaga
imbolisasi
Setelah di lakukan
Rehabilitasi
menyeluruh
tindakan keperawatan
2. Ketidak medik dalam
selama...pasien
seimbangan antara merencanakan
bertoleransi terhadap
suplai dengan program terapi
aktivitas dengan kriteria
kebutuhan yang tepat
hasil: 2. Bantu pasien
1. Berpartisipasi untuk
dalam aktofiotas mengindefikasi
fisik tanpa di aktivitas yang
sertai peningkatan dilakukan yang
tekanan darah, mampu dilakukan
3. Bantu untuk
nadi dan rr
2. Mampu mengindefikasi
melakukan aktivitas yang
aktivitas sehari disukai
4. Monitor respon
hari (ADLs)
secara mandiri fisik, emosi,
3. Keseimbangan
sosial dan
aktivitas dan
spiritual
istirahat 5. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

2.4 Perawatan luka


Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau
gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau
terkontaminasi, superficial atau dalam. (Menurut Koiner dan Taylan).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

Tujuan
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dapat
menjaga keberishan luka.
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemotatis (bila menggunkan elastis verband)
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5. menurunkan pergerakan fan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan.

Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor
Kontra Indikasi
1. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga
mikroorganisme dapat hidup
2. pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan-gesekan
pembalut.
3. Persiapan alat
A. Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 1 buah
b. Pinset sirugis 1 buah
c. Gunting bedah/jaringan 1 buah
d. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
e. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
f. Sarung tangan pasang
g. Korentang/ forcep

Alat-alat steril
a. Gunting perban 1 buah
b. Plaster
c. Pengalas
d. Kom kecil 2 buah bila di butuhkan
e. Nierbeken 2 buah
f. Kapas alcohol
g. Aceton/bensin
h. Sabun cair antiseptik (bila di butuhkan)
i. Nacl 9%
j. Cairan antiseptic (bila di butuhkan)
k. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah.

Penatalaksanaan
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan di lakukan
4. Dekatkan alat-alat ke pasien
5. Pasang sampiran
6. Perawat cuci tangan
7. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
8. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
9. Letakan pengalas di bawah area luka
10. Letakan nierbeken didekat pasien
11. Buka balutan lama dengan (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunkan pinset anatomi , buang balutan bekas kedalam nierbeken. Jika
menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan
menahan kulit di bawahnya, setelah itu tarik secara perlahan lahan sejajar
dengan kulit dan kearah balutan. (jika masih terdapat pelekat di kulit dapat di
hilangkan dengan aceton/bensin).
12. Bila balutan melekat pada jaringan di bawah, jangan di basahi, tapi angkat
balutan dengan perlahan.
13. Letakan balutan kotor ke neirbeken lalu buang ke kantong plastik hindari
kontaminasi dengan luar wadah
14. Kaji lokasi,tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
15. Membuka set balutan steril dan menyiapkan balutan pencuci luka dan obat luka
dengan memperhatikan teknik aseptik
16. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
17. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9%
18. Memberikan obat atau antibiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
19. Menutup luka dengan cara :

a. Balutan luka kering


1. Lapisan pertama kasa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan bagian
sekeliling kulit
2. Lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
3. Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar

b. Balutan kassa kering


1. Lapisan pertama kassa steril yang telah di berikan cairan steril atau
mikrobial untuk menutupi area luka
2. Lapisan kedua kassa steril yang lembab yang sifatnya menyerap
3. Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar

c. Balutan basah-basa
1. Lapisan pertama kassa steril yang telah di lembabkan dengan cairan
fisiologik untuk menutupi area luka
2. Lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
3. Lapisan ketiga (lapisan paling luar) kassa steril di lembabkan dengan cairan
fisiologik.
4. Plaster dengan rapi
5. Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken Lepaskan masker
6. Atur dan rapikan posisi pasien
7. Buka sampiran
8. Evaluasi keadaan umum pasien
9. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih,
kering dan rapi.
10. perawat cuci tangan
11. Dokumentasi tindakan dalam catatan keperawatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Membalut harus rata, jangan terlalu longgar dan jaringan terlalu erat, hal ini
untuk mencegah terjadinya pembendungan. Contoh pada kaki dan tangan
2. Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh: untuk menjaga agar luka jangan
terkontanimasi, untuk merapatnya luka, atau untuk menghentikan perdarahan.
3. Menggunting plester jangan terlalu panjang/ teralu pendek
4. Pembalut yang kotor atau basah/ basah segera di ganti. Pada luka operasi tanpa
drain sampai angkat jahitan (minimal 5 hari), pembalut yang tepat berada di
atas luka tidak boleh di ganti. Jadi bila pembalut kotor/ basah hanya bagian
atasnya luka tidak boleh di ganti. Jafi bila pembalut kotor / basah hanya bagian
atasnya saja yang di ganti, atau pembalut diganti sesuai dengan intruksi dokter.
5. Memperhatikan apakah ada pendarahan, atau kotoran –kotoran yang lain
untuk kapan drain dapat di angkat.
6. Memperhatikan kompikasi komplikasi luka operasi, contoh haematom, adanya
pus, pengerasan, perdarahan, kemerahan atau lecet-lecet pada kulit sekitarnya.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “S” DENGAN CHOLELITHIASIS POST
OPERASI DI RUANG BEDAH KELAS 3 RSUD
PALEMBANG BARI TAHUN 2018

3.1 Data Pasien


Nama Mahasiswa : Kelompok I
Semester/Tingkat : VII
Tempat Praktek : Rumah Sakit Umum Palembang Bari
Tanggal Pengkajian : 02 - Oktober - 2018

3.1.1 DATA UMUM


1. Nama Inisial Klien : Tn. “S”
2. Umur : 56 tahun
3. Alamat : Muara Siban Pulau Pinang Kab Lahat Sumatera selatan
4. Agama : Islam
5. Tanggal Masuk RS/RB : 13- september- 2018
6. Nomor Rekam Medis : 56.17.32
7. Bangsal : kamar 2 bedah

- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olahraga, dll) :


Tidak mengkonsumsi alkohol / bekerja di gunung ( mencangkul dll)

3.2 PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA


3.2.1 HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum :
- Alasan masuk rumah sakit : Adanya nyeri pada daerah bagian perut
- Tekanan darah :100/60 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36 C
- Respirasi : 16 x/m
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :
- Tidak ada riwayat penyakit penyakit sebelumnya
- Pasien belum pernah mengalami kecelakaan sebelumnya

c. Riwayat pengobatan

No Nama Obat/Jamu Dosis Keterangan


Ranitidin 25 mg/ml
Caterolak 30 mg/ ml Menghilangkan nyeri

d. Kemampuan mengontrol kesehatan :


Yang dilakukan bila sakit : Minum obat dan apabila tidak bisa di atasi datang ke
RS
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll) : BPJS

f. Pengobatan sekarang :
No Nama Obat Dosis Kandungan Manfaat
Caterolak 30 ml Menghilangkan nyeri
Vicillin 500 ml Untuk membunuh
bakteri

g. Riwayat Imunisasi (pada anak) : -

3.2.2 NUTRION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB biasanya : 60 kg dan BB sekarang 46 kg (23 % penurunan BB)
2) Lingkar perut : 17.0
3) Lingkar kepala : 54
4) Lingkar dada : 82
5) Lingkar lengan atas : 27,3
6) BBN : 60 kg

b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal


Creatinin 1,77 (0.9 -1,3)
Bilirubin total 24,9 (<1.1)
Ureum 92,0 (20.0 – 40.0 )

c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,


conjungtiva anemis/tidak :
rambut berwarna hitam : belance, turgor kulit : elastis, mukosa bibir : kering
konjungtiva : anemis

d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama


di rumah sakit : nafsu makan : baik, jenis : bubur frekuensi : 3 kali sehari

e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifias selama di rumah


sakit :
1. tidak melakukan aktifitas ( hanya berbaring ) dan
2. dibantu oleh perawat, untuk melakukan pemasangan cairan infus, dan
pemberian obat melalui selang infus
3. keluarga membantu dalam pembuangan urin di dalam urin bag

f. (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan, mengunyah,


dll)
1. menelan : baik
2. mengunyah : baik

g. Penilaian Status Gizi


BB awal sebelum masuk Rs (sebelum sakit 60) dan setelah masuk di rumah sakit (46
kg)
h. Pola Asupan Cairan : Minum air mineral : 8 gelas/ hari
i. Cairan Masuk : Air mineral 8 gelas dan cairan rl 500 cc habis dalam 8,333 j
j. Cairan Keluar : Urine : 800 ml
k. Penilaian Status Cairan (Balance Cairan) : belance
l. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : timpani

3.2.3 ELIMINATION
d. Sistem Urinary
1. Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan) Jumlah : 800 ml
2. Riwayat kelainan kandung kemih
1. Tidak ada kelainan
2. 800 ml, bening kecoklatan
3. Distensi kandung kemih/retensi urine : tidak ada

2) Sistem Gastrointestinal

1. Pola eliminasi : Normal

2. Konstipasi dan factor penyebab konstipasi : Normal

3. Sistem Integumen
1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu)
Kulit hitam, turgor kulit elastis, suhu : 36

3.2.4 ACTIVITY/REST
Istirahat/tidur
1) Jam tidur :09.00 wib
2) Insomnia : tidak ada
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : mandiri

A. Aktivitas
1) Pekerjaan : berbaring di tempat tidur
2) Kebiasaan olahraga :-
3) ADL
a) Makan :baik
b) Toileting :dibantu keluarga (pakai pisport)
c) Kebersihan :dibantu keluarga
d) Berpakaian :di bantu keluarga

4) Bantuan ADL :
5) Kekuatan otot :lemah berapa nilai 4
6) ROM :
7) Resiko utuk cidera : ada

B. Cardio respons
1) Penyakit jantung : tidak ada
2) Edoma esktremitas :tidak ada
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : 100/60
b) Duduk :-
4) Tekanan vena jugularis :
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : Simetris
b) Palpasi : normal
c) Perkusi : normal
d) Auskultasi : normal

C. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : tidak ada
2) Penggunaan O2 : tidak
3) Kemampuan bernafas : mampu bernafas
4) Gangguan pernafasan (batu, suara nafas, sputum, dll) : adanya gangguan
sputum
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : Simetris
b) Palpasi : normal
c) Perkusi : sonor/resonan
d) Auskultasi : normal

2.3.5 PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SD
2) Kurang pengetahuan : kurang pengetahuan
3) Pengetahuan tentang penyakit : kurang pengetahuan
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : 02.RS BARI. Kel 1
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung :tidak ada riwayat
2) Sakit kepala :sering sakit (ada)
3) Penggunaan alat bantu :tidak ada
4) Penginderaan :bagus
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan :bahasa daerah
2) Kesulitan berkomunikasi : bicara kurang jelas
2.3.6 SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : merasakan cemas
2) Perasaan putus asa/kehilangan : -
3) Keinginan untuk menciderai :-
4) Adanya luka/cacat : post oprasi

2.3.7 ROLE RELATIONSHIP


a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : istri
2) Orang terdekat :Ny “E”
3) Perubahan konflik/peran :-
4) Perubahan gaya hidup : tidak ada
5) Interaksi dengan orang lain :berinteraksi

3.2.8 SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada

3.2.9 COPING/STRESS TOLERANCE


a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : cemas
2) Kemampuan untuk mengatasi : menggepal tangan dan menggigit bibir
3) Perilaku yang menampakkan cemas :pada saat mau di masukkan obat ke
selang infus

3.2.10 LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatna keagamaan yang diikuti : islam
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : baik
3) Kegiatna kebudayaan : gotong royong
4) Kemampuan memecahkan masalah : baik

3.2.11 SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada alergi
b. Penyakit autoimmune
c. Tanda infeksi
- Dolor : nyeri (+)
- Tumor : normal
- kalor : normal
- rubor : normal
- fungsio laesa : normal
d. Gangguan thermoregulasi
e. Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hipoglikemia,
syndrome disuse, gaya hidup yang tetap)

3.2.12 COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Luka post operasi
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : hilang timbul
3) Regio (dimana letaknya) : perut kanan atas
4) Scala (berapa skalanya) : 4 (Rentan normal 0-10)
5) Time (waktu) : 0-30 detik
b. Rasa tidak nyaman lainnya : gelisah miring kanan miring kiri
c. Gejala yagn menyertai : pasien tampak meringis

3.2.13 GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. DDST (Form dilampirkan)

3.3 DATA LABORATORIUM


Tes laboratorium
1. Leukosit : 12.000 – 15.000/ iu (N : 5000 – 10.000 iu)
2. Bilirubin : meningkat ringan ( N : <0,4 mg/dl)
3. Amilase serum meningkat (N : 17 -115 unit / 100 ml)
USG
Menunjukkan adanya bendungan / hambatan, hal ini karena adanya batu empedu
dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik).

1. ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS : Insisi bedah Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri di perut
bagian atas menyebabkan luka
pada abdomen
DO :
TTV :
terputusnya
TD : 120/80 mmHg
RR : 24 x/menit inkontinuitas
jaringan
N : 80 x/menit
T : 36,5 oC
pengeluaran
- Pasien tampak meringis
histamine dan
- Aktivitas pasien terbatas prostagladin
P : nyeri bertambah ketika
terjadi tekanan di abdomen nyeri
Q : nyeri tusuk
R : abdomen kanan atas
menjalar ke punggung.
S : 6 ( 0-10 )
T : malam hari 30-60 menit.
2. DS : luka operasi Resiko infeksi
Pasien mengatakan ada luka di
daerah perut kurangnya
DO : pengetahuan
terdapat luka operasi di daerah perawatan luka
abdomen tertutup perban operasi
RR : 22 x menit
N : 80 x menit adanya
TD 120/80mmHg peningkatan
Panjang luka : 7-10 Cm leukosit
Lebar luka :
Jumlah jahitan resiko infeksi
Keadaan luka
Warna luka : hijau gelap
Kadar leukosit

3. DS : pasien post Intoleransi aktivitas


1. Pasien mengatakan tidak operasi
bisa beraktivitas
2. Pasien mengatakan takut terdapat luka
untuk bergerak karena bekas operasi dan
luka operasi terpasangnya
DO : selang kateter dan
1. nampak aktivitas pasien drain
di bantu
2. pasien nampak susah
Penurunan energi
beraktivitas
cadangan.
3. terdapat luka operasi,
terpasang kateter dan
Kelemahan
selang drain
Skala kekuatan otot : 4 (cukup
Intoleransi
kuat tetapi bukan kekuatan
aktivitas
penuh)

II. Prioritas Masalah


1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Intoleransi aktivitas

III. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d inkontuinitas jaringan
2. Resiko infeksi b.d terdapatnya luka operasi.
3.Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

IV. Intervensi keperawatan


NO DIAGNOSA NOC NIC
1) Nyeri akut b.d 1. Pain level Managemen nyeri :
2. Pain control
inkotuinitas 1. Lakukan
3. Comfort level
terputus nya Noc pengkajian nyeri
jaringan. 1. Mampu komprensif
Nyeri akut : mengontrol yang meliputi
Faktor yang nyeri (tahu lokasi,
berhubungan penyebab karateristik,
1.agen cidera nyeri, mampu konsep,
biologis menggunakan frekuensi,
2.agen cidera teknik kualitas,
fisik. nonfarmakolo intesitas dan
3.cidera gi untuk faktor prncetus.
2. Berikan
kimiawi. mengurangi
informasi
nyeri, mencari
mengenai nyeri
bantuan)
2. Melaporkan seperti
bahwa nyeri penyebab nyeri
berkurang berapa lama
dengan nyeri dan
menggunakan antisipasi dari
manajemen ketidak
nyeri nyamanan
3. Mampu 3. Kolaborasi
mengenali pemberian
nyeri ( skala terapi analgetik
4. Motifasi pasien
intensitas,
untuk istirahat
frekuensi, dan
atau tidur yang
tanda nyeri)
adekuat untuk
Menyatakan rasa
membantu
nyaman setelah nyeri
penurunan nyeri
berkurang
2) Resiko infeksi Noc Nic
b.d dengan 1. Pasien bebas A. kontrol infeksi
kurangnya dari tanda dan 1. lakukan enam
pengetahuan gejala langkah cuci
2. Menunjukkn
perawatan luka tangan saat
kemampuan
operasi kegiatan lima
timbulnya
momen dengan
infeksi
benar
3. Menunjukkan
2. ajarkan cuci
prilaku hidup
tangan pada
sehat
pasien dan
keluarga dengan
benar
3. batasi jumlah
pengunjung
4. anjurkan
pengunjung
untuk mencuci
tangan pada saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
5. pastikan
penangannan
aseptik dari
semua saluran
itu pastikan
perawatan luka
yang sesuai
kolaborasi
kemudian terapi
antibiotik yg
sesuai
B.Perlindungan Infeksi
1. Monitor adanya
tanda gejala
infeksi sitemik
dan lokal
2. Monitor TTV
pasien
3. Pertahankan
teknik-teknik
yang sesuai
4. Tingkatkan
asupan nutrisi
yang cukup
5. Anjurkan
asupan cairan
dengan tepat
6. Anjurkan pasien
untuk istirahat.
3) Iintolerasi Noc Nic
aktifitas b.d 1. Self care : A. Aktivitas terapi
kelamahn otot- ADLS 1. Kolaborasikan
2. Toleransi
otot dengan tenaga
aktivitas
Rehabilitasi
3. Konservasi
medik dalam
energi
merencanakan
Setelah di lakukan
program terapi
tindakan keperawatan
yang tepat
selama...pasien
2. Bantu pasien
bertoleransi terhadap
untuk
aktivitas dengan
mengindefikasi
kriteria hasil:
aktivitas yang
4. Berpartisipasi
dilakukan yang
dalam
mampu
aktofiotas
dilakukan
fisik tanpa di 3. Bantu untuk
sertai mengindefikasi
peningkatan aktivitas yang
tekanan darah, disukai
4. Monitor respon
nadi dan rr
5. Mampu fisik, emosi,
melakukan sosial dan
aktivitas spiritual
5. Bantu pasien
sehari hari
untuk
(ADLs)
secara mengembangka
mandiri n motivasi diri
6. Keseimbanga
dan penguatan
n aktivitas
dan istirahat

II. Implementasi dan evaluasi


N NO Tanggal dan Implementasi Evaluasi
O DX jam

1. 1. 2 okt 2018 1. Mengajarkan tehnik S : pasien


nonfarmakologis mengatakan nyeri
nafas dalam berkurang
2. Memberikan posisi
O : KU : tampak
nyaman
membaik
3. Mengatur suhu
Ttv :
ruangan dan
Td : 100/60
pencahayaan
4. Menganjurkan Nd : 80 x / menit
pasien untuk Rr : 20 x / menit
istirahat S : 36,0 C
5. Memberikan injeksi
Skala nyeri : 3
keterolak 30 ml pada
(rentang 0-10)
pukul 03 :15 Wib
Ekspresi wajah :
Respon : pasien tenang
mengatakan nyeri A : nyeri b.d
berkurang inkuntinuitas
Skala nyeri : 6 jaringan
Ttv : P : intervensi di
Td : 110/70 lanjutkan
Nd : 84 x / menit
Rr : 16 x / menit
S : 36,4 C

2. 2. Resiko 1. Memonitor tanda- S : pasien


infeksi b.d tanda vital pasien tampak tenang
2. Mengajarkan pasien  kluarga dan
dengan
dan kelaurga tehnik pasien
kurangnya
mencuci tangan mengatakan
pengetahuan
yang benar cukup mengerti
perawatan
3. Memonitor tanda-
tentang
luka operasi
tanda terjadinya
perawatan luka
infeksi O : pasien
4. Mencucui tangan
dapat
staip sebelum dan
menjelaskan
sesudah tindakan
tanda-tanda
keperawatan
infeksi
5. Menjelaskan kepada
Ekspresi
keluarga tentang
wajah : tenang
tanda- tanda infeksi
dan rileks
dan cara Keadaan luka
mencegahnya operasi tampak
6. Menggunakan baju
bersih
atau sarung tangan
Ttv
sebagai alat
Td : 120/80
pelindung
Nd : 82 x / menit
7. Mempertahankan
tehnik aseptik Rr : 22x / menit
8. Membatasi
S : 36,4 C
pengunjung
Skala nyeri : 3
9. Melakukan
(Rentang 0-10)
perawatan luka post
A : Resiko infeksi b.d
operasi ( ganti
dengan adanya luka
perban )
10. Memberikan terapi operasi
antibiotik P : Intervensi
(ceptriaxon 2 x 1 g) dilanjutkan
pukul 17 : 00 Wib
11. Respon : pasien
tampak senang
Ttv :
Td : 100/60
Nd : 80 x / menit
Rr : 20 x / menit
S : 36,0 C
Skala nyeri : 3
3. 3. Iintolerasi 1. mengobserfasi S : pasien
aktifitas b.d tanda-tanda vital mengatakan badan
2. mengkaji faktor
kelamahn terasa segar dan tidak
yang menyebabkan
otot-otot terasa lemas lagi
kelelahan
secara O : pasien dapat
3. memonitor nutrisi
menyeluruh melakukan aktifitas
dan sumber energi
secara mandiri
yang adekuat
4. membantu pasien Ekspresi wajah :
dalam melakukan tampak tenang dan
aktifitas rileks
5. mengobserfasi
Ttv
adanya pembatasan
Td : 120/80
pasien dalam
Nd : 82 x / menit
beraktifitas
Rr : 22x / menit
6. mengatur pola tidur S : 36,4 C
dan lamanya tidur Skala nyeri : 2
7. membantu
A : Iintolerasi
mengidentifikasi
aktifitas b.d
aktifitas yang
kelamahn otot-otot
dilakukan
secara menyeluruh
8. respon : pasien
P : Intervensi
tampak senang
9. ekspresi wajah : dilajutkan
rileks - Ajarkan kepada
10. Ttv :
pasien untuk
Td : 100/70
dapat
Nd : 80 x / menit
melakukan
Rr : 20 x / menit
aktiifitas
S : 36,0 C
mandiri di
Skala nyeri : 2
rumah
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam makalah ini akan dibahas masalah keperawatan pada pasien dengan
asuhan keperawatan pada Tn. “S” dengan post operasi Kolelitiasis di ruangan medikal
bedah RSUD Palembang Bari. Asuhan Keperawatan tersebut ditetapkan sesuai dengan
tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Pengumpulan data dilakukan dengan mengguanakan format pengkajian keperawatan
medikal bedah yang telah di tetapkan. Pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi dan dari pendokumentasian
keperawatan di ruangan, serta di dapatkan dari data penujang pengkajian data yang di
lakukan pada tanggal 03 oktober 2018, mendapatkan hasil mengenai gambaran
kesehatan pada asuhan keperawatan pada Tn “S” dengan Ca caput pankreas dengan
indikasi berat di ruang bedah 2 RSUD palembang BARI Tahun 2018, pengkajian yang
kami lakukan pada pasien ternnyata memiliki kesamaan dengan pengkajian secara
teoritis.
Pengkajian adalah tahap awal tahap awal dari proses keperawatan untuk
menyimpulkan data dasar guna menentukan asuhan keperawatan yang akan di butuhkan
dalam penyampaian data penulis menggunakan metode observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian di lakukan pada tanggal 03 oktober 2018 di RSUD palembang BARI di
ruang bedah 2. Pada TN, “S” usia 56 Tahun, pasien mengeluh sakit di bagian perut,
pasien tampak meringis, sambil memegang perutnya.
4.1.1 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menjelaskan suatu pernyataan tentang sttus pasien atau
masalah aktual ataupun potensial, perawatan menggunakan proses keperawatan untukl
mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan pasien yang di
pertanggung jawabkan. Diagnosa keperawatan TN “S” adalah:
1) Nyeri akut b.d inkontinuitas (terputusnya) jaringan
2) Resiko infeksi b.d dengan kurangnya pengetahuan perawatan luka operasi
3) Iintolerasi aktifitas b.d kelamahn otot-otot
Diagnosa keperawatan yang kami dapatkan memiliki kesamaan dengan diagnosa secara
teoritis dan sesuai dengan NANDA (2015-2017).

4.1.2 Intervensi keperawatan


Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan yang akan di laksanakan untuk
mmmembantu pasien dalam masalah pasien mengadapi kesehatannya sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah di temukan dan di prioritaskan sebelumnya. Intervensi
keperawatan yang di lakukan sesuai dengan teorotis NIC atau NOC ) dari rencana
kegiatan. Pada masalah nyeri : pain level, resiko infeksi perawatan luka post op, dan
intoleransi aktifitas kecemeasan yang berlebihan.

4.1.3 Implementasi
Tindakan keperawatan yang di laksanakan kelompok sesuai dengan rencana
keperawatan yang di tetapkan. Sebelum melakuklan tindakan, kami membuat rencana
keperawatan dan setiap kali berintraksi dengan pasien kami meng evaluasi kemampuan
pasien sesuai dengan kriteria hasil dan indikator yang telah kami buat. Tindakan
keperawatan sesuai shift dinas yang ada (pagi,siang dan malam). Tindakan keperawatan
dilakukan dalam waktu tiga hari dan intervensi di lanjutkan karna kondisi pasien
memperhatikan dan pasien blum di perbolehkan pulang oleh dokter.

4.1.4 Pembahasan perawatan luka


Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan
kontinuitas kulit,mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain ketika luka timbul.
Perawatan luka operasi bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan
mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka oleh karena itu perawat
harus terampil dalam melakukan perawatan luka pasca operasi .kami dengan kelompok
kami mengobservasi keadaan luka Tn”S” selama 3 hari ini keadaan luka pasienpasca
operasi menunjukan tidak adanya tanda-tanda infeksi luka tampak kering dan bagus.

4.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap di mana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian
tujuan dan kriteria hasil.. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan dan dilakukan evaluasi ulang ke pasien sebelum dilakukan pertukaran shift.
Evaluasi yang kami lakukan sesuai dengan teoritis yakni berdasarkan analisis SOAP
(subjektif, Objektif, Analisis dan Planning). Planning dihentikan karena pasien
diperbolehkan pulang oleh dokter.
Pendokumentasian yang kami lakukan dengan melakukan pencatatan setiap respon
perkembangan pasien mulai dari pengkajian, diagnosia keperawatan,intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi hasil tindakan. Setiap kali
melakukan handover, kami mengorder pasien baik dari pengobatan farmakologi atau non
farmakologi harus disertai tanda tangan kami dan mengobservasi langsung ke pasien.
Berdasarkan Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan implementasi
keperawatan yang kami lakukan pada saat merawat pasien semuanya berhasil dengan
baik, kondisi pasien kembali normal, pasien menunjukan perbaikan level nyeri, pasien
mengatakan cukup mengerti tentang perawatan luka operasi. Dari seluruh kegiatan
keperawatan yang kami lakukan sama dengan teoritis. Karena pada dasarnya konsep
suatu penyakit harus ditangani dengan ilmu pengatahuan baik teoritis, penelitian dan
penemuan akan tentang tindakan, pencegahaan dan pengobatan untuk pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn “S” dengan Colelithiasis di
ruang Medikal Bedah kelas 3 RSUD Palembang BARI, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada asuhan keperawatan pada pasien dengan coliatiasis di fokuskan
pada masalah yang dialami pasien dengan dibandingkan teoritis yang ada, pengkajian
inidilakukan pada tanggal 03 oktober 2018
2. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn”S” dengan coliatiasis di ruang
Medikal Bedah Diruang Bedah kelas 3 RSUD Palembang BARI, diagnosa yang
muncul pada dasarnya sudah hampir sesuai dengan diagnosa yang ada dalam asuhan
keperawatan teoritis.
3. Dalam pemberian impelmentasi yang dilakukan selama 3 hari pencapaian target yang
diinginkan telah tercapai.
4. Keberhasilan tidaknya proses keperawatan itu salah satunya disebabkan karena
adanya kerjasama, baik itu di antara tim kesehatan dalam hal pelayanan kesehatan
maupun kerjasama antara parawat atau petugas kesehatan lain dengan pasien itu
sendiri.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan melalui intervensi yang dapat diterapkan dalam mengatasi pasien
dengan diagnosa Colelithiasis
5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang
Diharapkan pada institusi pendidikan untuk menambah referensi secara
teoritis yang berkaitan dengan asuhan keperawatan dengan diagnosa
Colelithiasis

5.2.3 Bagi pasien


Diharapkan kepada pasien dengan adanya informasi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan Pasien mengerti dan mampu meningkatkan kualitas
kesehatan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya S, 2013, Standar Asuhan Keperawatan, editor Arrayid dan Ari, penerbit Trans
Info, jakarta
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, editor ester monica,
penerbit buku kedokteran
Rendi Clevo, 2012, Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam,editor
haikhi, diterbitkan oleh nuha medika
Steven, P., Bordui, F., dkk. 1997. Ilmu Keperwatan Jilid 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Murwani, Arita, 2009.
Nuranif A.H dan Kusuma H (2015) APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nic-NOC. Jogjakarta. Medi Action
http://askep-supriyono.blogspot.com/2010/02/askep-perawatan-luka.html

Anda mungkin juga menyukai