Bahkan, aparat TNI, Polri hingga Pemerintah ikut bungkam soal kasus itu. Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pun menuntut agar institusi terkait supaya
transparan dan membuka ke publik penanganan kasus tersebut sudah sejauh mana.
“Karena TNI dan Polri tidak pernah umumkan pelakunya bahkan menyembunyikan
pelakunya,” kata dia.
Natalius menambahkan, bisa saja dilakukan pembuktian lain, yaitu dengan cara otopsi,
namun cara ini terbentur dengan budaya setempat.
“Karena itu, satu-satunya jalan keluar adalah TNI dan Polri harus mengumumkan hasil
penyelidikannya. Setelah orangnya ketahuan baru Komnas HAM bisa lakukan
penyelidikan. Pro justitia UU 26 tahun 2000 tentang HAM berat," kata dia.
“Kemudian mengapa Komnas HAM tidak melakukan penyelidikan dari tahun lalu atau
sekarang? Jawabannya sederhana, Komnas HAM tidak mau menipu rakyat, karena alat
bukti untuk menunjukkan orang (pelaku) sulit ketahui. Komnas HAM hanya tahu
komandan atau kesatuannya saja. Pelaku akan sulit diketahui, lain halnya kalau TNI dan
Polri menunjukkan pelakunya atau pelaku mengaku sendiri,” kata dia.
Seluruh hasil penyelidikan HAM berat yang dilakukan oleh Komnas HAM menurut dia
hampir semua tidak terbukti bahkan berkas yang ada saat ini di Komnas HAM semua
bukti tidak ada yang kuat termasuk Wamena dan Wasior. Jadi kalau dibawa ke
pengadilan pelakunya pasti dibebaskan. Paniai, menurut Natalius tidak mau mengalami
hal yang sama.
Dikatakan Natalius, Paniai ingin pelaku diberi hukuman berat sesuai dengan UU 26 tahun
2000 bahkan terancam hukuman mati.
Ia juga mengingatkan, kalau ada oknum, termasuk orang Komnas HAM yang memaksa
agar dilakukan penyelidikan, maka sudah bisa pastikan itu pekerjaan penyelidikan
beraroma politik bukan Hak Asasi Manusia murni.
Menurut Natalius, sikap yang sama ini juga ia lakukan pada penyelidikan HAM
berat selain Paniai, tapi juga di wilayah Indonesia lainnya. Ia menduga negara dengan
sadar dan sengaja menutupi pelaku namun memaksa Komnas HAM lakukan
penyelidikan.
“Itu sebuah pembohongan kepada keluarga korban karena hasilnya pelaku tidak akan
ketahuan di pengadilan,” kata dia.
Selain itu Pemerintah Indonesia juga melakukan kebohongan lain dengan mengumumkan
kepada semua komunitas pembela HAM di dalam negeri dan luar negeri bahwa
penyelidikan Paniai sudah selesai.
“Itu sebuah pembohongan bagi orang-orang pencari keadilan di pedalaman Paniai. Sudah
terlalu lama (50 tahun) orang Paniai telah menderita, ditangkap, dianiaya, disiksa, dan
dibunuh saban hari tanpa henti, penuh ketakutan, rintian, ratapan, tangisan, kesediaan
saban hari menghiasi orang Paniai, mereka hidup ibarat daerah jajahan. Dari ribuan
manusia yang mati sia-sia, biarkan mereka berjuang demi keadilan untuk sekali ini,” kata
dia.