Disusun oleh:
6411415083
Rombel 4
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menggosok gigi merupakan salah satu langkah penting untuk menjaga
kesehatan gigi. Perawatan gigi dengan menggosok gigi dapat dilakukan
dengan mudah dan secara mandiri. Sedang perawatan gigi ke dokter gigi
setiap enam bulan sekali merupakan perawatan tambahan agar gigi lebih
bersih dan bebas kerak atau plak.
Namun ternyata kesadaran menggosok gigi di Indonesia masih rendah.
Sebuah survei yang dilakukan oleh brand Unilever menunjukkan hasil yang
mengejutkan. Sebanyak 79% orang tua dan 85% anak di Indonesia tidak
menggosok gigi.
Pepsodent, brand pasta gigi terkemuka keluaran Unilever, melansir dua
hasil survei yang menyoroti mengenai kebiasaan menggosok gigi di malam
hari utamanya ibu dan anak. Hasil survei pertama secara spesifik melibatkan
165 keluarga di Jakarta selama 3 minggu untuk mengukur kapan/waktu,
frekuensi dan lamanya masyarakat menggosok gigi. Hasil survei
memperlihatkan data mengejutkan bahwa sekitar 46% responden menggosok
giginya hanya sekali sehari dengan frekuensi terbanyak dilakukan di pagi hari
saat mandi. Didapatkan pula bahwa frekuensi rata-rata ibu menggosok gigi
1,5 kali sehari dan anak hanya 1,3 kali dengan waktu rata-rata menggosok
gigi kurang dari 2 menit.
Survei kedua adalah dengan metode online yang dilakukan Unilever secara
global di 4 negara yaitu Perancis, India, Italia dan Indonesia, untuk
mengetahui kebiasaan menggosok gigi dan menjaga kesehatan gigi dan mulut
secara umum. Survei ini melibatkan 1.634 responden, yang terdiri dari anak
(usia 8-12 tahun) dan orang tua. Tidak kalah mengejutkannya, secara global
didapatkan bahwa 71% orang tua dan 74% anak tidak menggosok gigi di
malam hari. Di Indonesia angka ini lebih tinggi, yaitu 79% orang tua dan
85% anak tidak menggosok gigi di malam hari sebelum tidur. Hal lain,
frekuensi anak tidak menggosok gigi di malam hari lebih tinggi daripada
orang tua. Orang tua di semua negara menggosok gigi lebih lama
dibandingkan anak-anak. Di Italia, India dan Indonesia, sekitar 50% anak
menggosok gigi selama satu menit atau kurang.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan
(RISKESDAS) 2007, DKI Jakarta merupakan salah satu dari 3 propinsi yang
mempunyai persentase tertinggi untuk menggosok gigi dua kali sehari
sebanyak 98.5%. Sedang secara Nasional proporsi masyarakat yang
menggosok gigi setiap hari dua kali sehari tetapi di waktu mandi pagi dan
sore adalah 90,7%. Sedangkan yang melakukannya di saat yang tepat yaitu
setelah sarapan pagi hanya sebesar 12.6% dan malam sebelum tidur hanya
28.7%.
Untuk itu kebiasaan menggosok gigi di waktu yang tepat, pentingnya
menggosok gigi, serta cara menggosok gigi dan durasinya perlu diajarkan
sejak dini. Seperti yang diketahui bahwa anak-anak dapat menyerap materi
dengan cepat. Jika mereka diajarkan untuk melakukan prosedur dan waktu
gosok gigi yang tepat sejak dini tentu mereka akan lebih mudah
melaksanakannya dan dapat menjadi kebiasaan hingga dewasa.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui bentuk dan cara pembuatan ular tangga gigi yang dapat
memberi edukasi tentang gosok gigi kepada anak.
b. Mengetahui cara kerja ular tangga gigi dalam memberi edukasi tentang
gosok gigi kepada anak.
c. Mengetahui sasaran yang dapat memainkan permainan ular tangga gigi
sebagai pendamping maupun pemain.
d. Mengetahui bagaimana keefektifan ular tangga gigi dalam mengajarkan
kebiasaan menggosok gigi pada anak
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Media
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin,
merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata tersebut
mempunyai arti perantara atau pengantar, yaitu perantara sumber pesan (a
source) dengan penerima pesan (a receiver). Jadi, dalam pengertian yang lain,
media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak.
a. Media visual, adalah media yang dapat dilihat, dibaca, dan diraba.
Contohnya media foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah,
buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya.
b. Media audio, adalah media yang hanya bisa didengar saja. Contohnya
seperti suara, musik dan lagu, alat music, siaran radio dan kaset atau cd
dan sebagainya.
c. Media audio visual, adalah media yang dapat dilihat dan didengar secara
bersamaan. Contohnya drama, pementasan, film, televisi, dan vcd.
Sedangkan internet juga termasuk media audio visual namun lebih
kompleks sehingga disebut multimedia.
Setelah anak mengerti dan mau menggosok gigi, ajarkan cara menggosok
gigi kepada anak dengan tepat. Dampingi anak saat ia menggosok giginya dan
beri pujian ketika anak bisa melakukan dengan benar. Beberapa tips saat
mengajarkan anak menggosok gigi:
a. Jangan menggunakan pasta gigi
Jika anak belum pandai meludah dan berkumur jangan gunakan pasta
gigi. Pasta gigi mengandung fluoride yang jika tertelan dapat
berbahaya. Jika anak sudah bisa meludah dan berkumur jangan
gunakan pasta gigi terlalu banyak, cukup sebesar biji jagung dan
pastikan pasta gigi yang digunakan adalah pasta gigi untuk anak-anak.
b. Gunakan air matang
Jika menggunakan air matang, akan lebih aman jika anak tidak sengaja
menelan air yang digunakan untuk berkumur.
c. Sikat gigi dari bagian depan
Menyikat gigi dengan arah vertical dari bagian merah (gusi) ke bagian
putih (gigi). Untuk gigi dalam sikat dari arah dalam ke luar, satu arah,
hingga bersih.
d. Minimal 8 kali gosokan
Gosok gigi minimal 8 kali gosokan pada tiap-tiap bagian. Dengan
mengajak anak berhitung akan terasa lebih mengasyikkan.
e. Bersihkan lidah dengan sikat gigi secara perlahan
Setelah seluruh bagian gigi dibersihkan minta anak menjulurkan
lidahnya untuk dibersihkan karena kuman dalam mulut bisa saja ada di
lidah.
f. Berkumur dengan benar
Berkumur yaitu menahan air di mulut kemudian gerak-gerakkan mulut
agar sisa pasta gigi dan semua kotoran turut terbawa keluar. Kemudian
semburkan air setelah berkumur tersebut.
g. Gunakan sikat gigi sesuai usia
Pada kemasan sikat gigi anak biasanya terdapat keterangan untuk usia
berapa sikat gigi tersebut diproduksi. Karena rongga mulut anak masih
kecil, sikat gigi yang sesuai usia dapat menjangkau seluruh permukaan
gigi sehingga dapat bersih maksimal.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bentuk dan Cara Pembuatan Permainan Ular Tangga Gigi yang Dapat
Memberi Edukasi tentang Gosok Gigi Kepada Anak
a. Bentuk permainan ular tangga gigi
Permainan ular tangga merupakan permainan Hindu dari India.
Melalui permainan ini diajarkan mengenai moralitas kepada anak melalui
gambar pada masing-masing kotak. Tangga mewakilkan kebaikan dan ular
melambangkan keburukan. Kebaikan akan membawa pada tingkat yang
lebih tinggi sedangkan keburukan hanya akan membuat manusia jatuh.
Permainan ular tangga gigi juga menerapkan peraturan seperti
permainan ular tangga dari India tersebut. Pada kotak yang terdapat tangga
dan ular akan diberi gambar dan keterangan tentang aktivitas yang baik
untuk kesehatan gigi dan aktivitas yang membahayakan kesehatan gigi.
Pada kotak dengan keterangan atau gambar aktivitas yang baik akan
disertai tangga untuk naik, sedangkan pada kotak dengan keterangan atau
gambar dengan aktivitas yang buruk akan disertai dengan ular yang
membawa turun.
Permainan ini hanya terdiri dari 36 kotak dengan tiga kotak dengan
tangga dan tiga kotak dengan ular. Serta ada satu kotak dengan bintang
yang akan membawa pemain langsung menuju finish.
Permainan ini juga dilengkapi kartu penjelasan terkait gambar atau
keterangan pada kotak dengan tangga atau ular beserta pertanyaan untuk
membuktikan pemahaman pemain. Misalnya pada kotak nomor 3 yang
terdapat tangga menuju kotak 8. Kotak nomor 3 terdapat keterangan
‘Gosok gigi setelah sarapan’ menuju kotak nomor 8 dengan gambar gigi
putih cemerlang. Maka akan ada kartu penjelasan berisi manfaat gosok
gigi setelah sarapan.
Karena ada tiga tangga dan tiga ular pada permainan ini maka akan
terdapat enam kartu. Satu kartu berisi keterangan untuk satu kotak seperti
manfaat, dampak, langkah, ataupun akibat bila tidak dilakukan disertai
pertanyaan. Sedangkan untuk kotak dengan bintang terdapat kartu berisi
pertanyaan tentang kesehatan gigi.
b. Pembuatan permainan ular tangga gigi
Alat dan bahan yang dibutuhkan
1. Kertas karton atau asturo
2. Kardus
3. Kertas buffalo warna kuning dan merah
4. Penggaris
5. Pensil
6. Alat pewarna (pensil warna atau spidol)
7. Lem
8. Gunting
Cara pembuatan
1. Buat kotak-kotak pada kertas karton atau asturo sejumlah 6x6 (36
kotak) berukuran 8 cm x 8 cm.
2. Potong kertas karton atau asturo lalu temple pada kardus.
3. Tandai nomor pada tiap kotak dari 1 sampai 36 secara mengular.
4. Gambar tangga pada kotak nomor 3 menuju kotak nomor 8, kotak
nomor 11 menuju kotak nomor 27, dan kotak nomor 19 menuju
kotak nomor 29.
5. Gambar ular pada kotak nomor 25 menuju kotak nomor 13, kotak
nomor 21 menuju kotak nomor 18, dan kotak nomor 16 menuju
kotak nomor 2.
6. Warnai atau hiasi kertas sesuai selera dengan gambar berkaitan
dengan gigi dan kesehatannya.
7. Untuk membuat kartu dapat menggunakan kertas buffalo. Potong
masing-masing ketas buffalo menjadi tiga bagian. Pada kertas
buffalo kuning tulis keterangan terkait kegiatan yang baik untuk
kesehatan gigi, sedang pada kertas buffalo merah tulis keterangan
terkait kegiatan yang buruk untuk kesehatan gigi. Tulis pula
pertanyaan yang berhubungan dengan pernjelasan yang telah
disebutkan.
3.2 Cara Kerja Permainan Ular Tangga Gigi dalam Memberi Edukasi
tentang Gosok Gigi Kepada Anak
Cara kerja atau cara menjalankan permainan ular tangga gigi ini sama
seperti cara memainkan ular tangga pada umumnya. Yang diperlukan adalah
sebuah dadu dan pion untuk masing-masing pemain. Minimal dua pemain
dengan seorang pendamping dan maksimal dapat dimainkan hingga enam
pemain termasuk minimal seorang pendamping. Semakin banyak pemain
permainan akan semakin seru. Jika ada tangga, pion dapat naik melewati
beberapa kotak dan jika menemui ular pion turun dan kembali ke beberapa
kotak sebelumnya. Pendamping diperlukan untuk memberi penjelasan kepada
anak saat akan menaiki tangga atau menuruni ular.
Perbedaan ada pada syarat untuk naik dan turun. Sebelum naik maupun
turun pemain harus mebaca atau memperhatikan terlebih dahulu keterangan
atau gambar pada kotak sebelum dan sesudah melalui tangga atau ular.
Kemudian pendamping menjelaskan maksud dari keterangan atau gambar
tersebut. Setelah pemain paham baru ia dapat melanjutkan permainan.
Pemahaman pemain dibuktikan dengan pertanyaan yang diajukan
pendamping terkait apa yang baru dijelaskan. Jika dalam posisi akan menaiki
tangga dan pemain gagal menjawab pertanyaan maka pemain tidak
diperbolehkan menaiki tangga. Dan jika dalam posisi akan menuruni ular dan
pemain gagal menjawab pemain tetap harus turun dan tidak boleh melempar
dadu untuk satu putaran permainan.
Sedangkan jika pemain berhenti pada kotak berbintang, pemain harus bisa
menjawab pertanyaan terkait kesehatan gigi tanpa penjelasan sebelumnya.
Jika pemain dapat menjawab pemain dapat langsung menuju finish namun
jika salah pemain harus kembali ke kotak start.
Peraturan tentang syarat turun dan naik pada permainan ini berifat
fleksibel. Jika anak masih belum dapat memahami peraturan ini maka
pertanyaan tak perlu diajukan, cukup memberi penjelasan tentang gambar
sesuai yang tertera pada kartu.
3.3 Sasaran yang Dapat Memainkan Permainan Ular Tangga Gigi sebagai
Pendamping Maupun Pemain.
Permainan ini akan lebih efektif jika dimainkan oleh anak mulai usia 4
tahun sampai 6 tahun dengan orang tua sebagai pendampingnya. Anak usia
tersebut umumnya lebih mudah menyerap informasi. Orang tua masih dapat
menanamkan hal-hal baru secara lebih baik dalam ingatan anak. Sehingga
diharapkan permainan ini dapat memberikan manfaat maksimal untuk
memberi edukasi kepada anak tentang kesehatan gigi.
Sasaran sekunder untuk pemainan ini adalah anak usia 6 tahun (kelas 1
SD) sampai anak usia 9 tahun (kelas 4 SD). Anak usia 6 tahun ke atas masih
dapat menerima pembaharuan penanaman informasi yang diperolehnya dari
informasi sebelumnya. Untuk anak usia di atas 9 tahun dapat berperan ganda
selain sebagai pemain juga sebagai pendamping.
Bagi anak usia 9 tahun ke atas dapat memainkan permainan ini seperti
tutor sebaya tentang kesehatan gigi dengan cara yang lebih seru dan menarik.
Kehadiran pendamping dalam permainan ini memang penting agar
manfaat edukasi dapat tersampaikan dengan maksimal.
4.2 Saran
a. Kebiasaan menggosok gigi sebaiknya diajarkan sejak dini kepada anak-
anak.
b. Dalam mengajarkan kebiasaan baru kepada anak sebaiknya orang tua
memberikan contoh nyata dengan melakukannya lebih dulu di hadapan
anak.
c. Gunakan cara-cara yang menarik agar informasi baru pada anak dapat
lebih membekas.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.unilever.co.id/id/media-centre/pressreleases/2013/Perilaku-Menyikat-
Gigi-dalam-keluarga.aspx
http://www.parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=kids&id=1132
http://enyretnaambarwati.blogspot.co.id/2009/12/menggosok-gigi.html
http://doktersehat.com/cara-menggosok-gigi-dengan-benar/
http://www.pengertianahli.com/2014/07/pengertian-media-dan-jenis-media.html
http://liaatikahbeladina.blogspot.co.id/2011/11/permainan-ular-tangga-sebagai-
media.html
http://www.ayahbunda.co.id/keluarga-tips/cara-benar-gosok-gigi-