I. Analisis Situasi
1.1 Peserta diskusi : Keluarga pasiean ruangan Boegenviel
1.2 Ruangan Diskusi : Rawat inap kelas 2 A
1.3 Pemberi Materi : Mahasiwa D3 Keperawatan Universitas Bondowoso
II. Tujuan
2.1 Tujuan Umum :
Setelah mengikuti diskusi kelompok tentang Pendidikan Bahaya Seks Bebas, diharapkan
keluarga pasien dapat mengerti dan menjelaskan tentang dampak dan kerugian seks bebas.
2.2 Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti diskusi kelompok tentang Bahaya Seks Bebas, diharapkan peserta dapat :
a. Menjelaskan pengertian perilaku seksual dan seks bebas
b. Menjelaskan aspek-aspek perilaku bahaya seks bebas
c. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas
d. Menjelaskan dampak dari perilaku seks bebas
e. Menjelaskan upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja
III. Materi
3.1 Definisi pengertian perilaku seksual dan seks bebas
3.2 Aspek-aspek perilaku seks bebas
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas
3.4 Dampak dari perilaku seks bebas
3.5 Upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja
IV. Metode dan Media
4.1 Metode : Diskusi kelompok
4.2 Media : Leaflet
V. Kegiatan Diskusi
No. Topik Waktu Kegiatan Diskusi Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5 menit - Memberikan leaflet - Menerima dan mem-baca
leaflet
- Membuka kegiatan diskusi - Menjawab salam
dan mengucapkan salam
2. Pelaksanaan 30 - Menyampaikan sekilas tentang - Memperhatikan
menit materi yang akan didiskusikan
tentang seks bebas
- Membentuk kelompok menja- - Peserta membentuk
di 4 kelompok kelompok menjadi 4
- - Kelompok sangat antusias
Pemandu masuk dalam kelom- Memperhatikan
pok untuk memandu jalannya
kegiatan diskusi dalam -
kelompok tersebut
- Pemandu menunjuk ketua dan Mendengarkan
sekretaris dari kelompok tsb. -
- Menyampaikan materi diskusi Memperhatikan
- Sekretaris membuat kesimpu-
lan dari kegiatan diskusi -
- Ketua kelompok menyampai- Peserta memperhati-kan
kan hasil akhir dari kegiatan
diskusi di depan forum
Salah satu cara memecahkan permasalahan adalah dengan berdiskusi. Saling bertukar
pikiran dan wawasan, permasalahan yang rumit niscaya dapat diuraikan dan pada akhirnya akan
diperoleh jalan keluarnya. Proses diskusi akan berjalan secara efektif jika peserta menyadari
hakikat diskusi dan memegang teguh prinsip-prinsip pelaksanaan diskusi.
Berikut ini beberapa prinsip berdiskusi yang harus diperhatikan:
1. Diskusi merupakan forum ilmiah untuk bertukar pikiran dan wawasan dalam menyikapi suatu
permasalahan yang dihadapi bersama. Diskusi bukan forum untuk berbagi pengalaman
(sharing), perasaan (curhat), kepentingan (musyawarah), atau ilmu kepintaran (mengajar).
2. Dalam diskusi, harus terjadi dialog atau komunikasi intelektual dan ilmiah. Dalam hal ini,
harus dijauhkan unsur emosional dan mengabaikan kedekatan hubungan personal sehingga
terlahir pemikiran – pemikiran yang rasional dan objektif.
3. Diskusi merupakan forum resmi, formal, dan terbuka. Oleh karena itu, proses komunikasi
menggunakan bahasa nasional yang baku sehingga dapat dipahami semua kalangan dengan
baik. Diskusi bukan forum kekeluargaan yang ditujukan pada kelompok terbatas.
4. Diskusi berlangsung dalam situasi yang tertib, teratur, dan terarah serta bertujuan jelas. Oleh
karena itu, diperlukan adanya perangkat dan instrumen pendukung seperti ketua/moderator,
notulis, dan tata tertib. Proses diskusi dikatakan hidup dan sehat jika seluruh peserta terlibat
secara aktif dengan mengikuti tatanan yang ada. Sebaliknya, akan dikatakan tidak sehat jika
proses bertukar pikiran didominasi oleh satu atau dua pikiran saja.
Menyampaikan gagasan dan tanggapan dengan alasan yang logis dalam diskusi . Inti dari
kegiatan diskusi adalah terjadinya proses bertukar pikran antar peserta diskusi . peserta diharap
menyampaikan pendapatnya terhadap permasalahan yang di hadapi selanjutnya pendapat
tersebut harus disampaikan oleh peserta lain . bermacam- macam bentuk tanggapan dapat
disampaikan , misalnya dengan mempertahankan maksud dari pendapat tersebut jika dianggap
belum jelas. Tanggapan juga dapat disampaikan dengan menyatakan sikap setujuatau tidak
setuju/ mendukung atau tidank mendukung terhadap pendapat yang telah di kemukakan.
Munculnya berbagai sikap dan pikiran dan tanggapan yg berbeda – beda itu merupakan hal yang
positif dalam kegiatan berdiskusi.
\
MATERI DISKUSI
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
1. Definisi
Menurut PKBI (2009) pengertian perilaku seksual adalah segala bentuk kegiatan yang dapat
memberikan penyaluran pada dorongan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang berjenis
kelamin berbedamulai dari bermesraan, bercumbu, sampai dengan berhubungan kelamin dengan
berganti-ganti pasangan dan yang tidak didasari pada aturan hukum yang berlaku.
Sarwono (2000) mengatakan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis mulai dari perasaan tertarik sampai dengan
tingkah laku berkencan,bercumbu sampai bersenggama. Lebih lanjut, perilaku seksual
merupakan perilaku yang bersifat alami ataumanusiawi karena setiap manusia memiliki
dorongan seksual dan hal tersebut normal jika dilakukan sesuaidengan norma yang berlaku.
Ditambahkan oleh Knox (dalam Aryani, 2005) bahwa perilaku seksual tidakhanya sebagai
peristiwa menyatunya alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan saja tetapi
jugadiartikan sebagai komunikasi yang terjadi untuk berbagai macam alasan dan dalam konteks
yang berbeda;sebelum menikah; selama menikah; di luar menikah; dan setelah menikah,
tergantung pada kualitas pernikahan.Lebih lanjut, perilaku seksual merupakan salah satu media
berkomunikasi yang terjadi antara laki-laki danperempuan sebagai manifestasi dari dorongan
seksual. Perilaku seksual dimulai dari perasaan tertarik sampaipada akhirnya keduanya terlibat
dalam hubungan seksual .
Sementara itu, dalam website e-psikologi (2007) dikatakan bahwa perilaku seksual
merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita
yang telah mencapai pada tahaphubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami
istri, sedangkan perilaku seks pranikahmerupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui
proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-
masing individu.
Menurut Kartono (2002) perilaku seksual pranikah adalah perilaku seksual yang dilakukan
sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini dapat dikategorikan sebagai perilaku
yang menyimpang, sebabperilaku seksual yang dilakukan di luar perkawinan tersebut merupakan
perbuatan berzina. Norma-norma yangberlaku hanya membenarkan perilaku seksual jika sudah
ada ikatan perkawinan yang sah antara dua orang yangberlawanan jenis kelamin.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
perilaku seksual pranikah adalah suatu perbuatan yang dapat diobservasi baik secara lansung
maupun tidak langsung, yangdilakukan oleh dua individu berjenis kelamin berbeda, mulai dari
berkencan, bercumbu sampai bersenggama, tetapi belum ada ikatan yang sah menurut norma,
hukum, ataupun agama.